• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IX Aspek Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IX Aspek Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Lamongan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IX-1

Bab IX

Aspek Pembiayaan Pembangunan

Bidang Cipta Karya

Kabupaten Lamongan

9.1 PROFIL APBD KABUPATEN

Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah equitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah pada tahun anggaran 2012 menekankan pada upaya menggali potensi dan memobilisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mendukung kemandirian daerah, disamping itu pemerintah daerah juga berupaya membuat berbagai terobosan guna meningkatkan penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat, swasta serta masyarakat.

Bedasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, sumber – sumber pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pendapatan asli daerah meliputi : • Pajak daerah ;

• Retribusi Daerah;

• Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; • Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan meliputi :

• Dana bagi hasil pajak / bukan pajak; • Dana Alokasi Umum;

• Dana Alokasi Khusus;

(2)

IX-2

• Hibah;

• Dana Darurat;

• Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya; • Dana penyesuaian dan otonomi khusus;

• Bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya.

Dalam pengelolaan pendapatan daerah upaya yang dilakukan untuk peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah dapat ditempuh melalui :

➢ Penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah;

➢ Low inforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah;

➢ Peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi

Tabel 9. 1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir PENDAPATAN DAERAH Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Pendapatan Asli Daerah 105.335.720.800 111.361637.823 115.816.103.335 121.606.908.502 126.471.184.842 • Pajak Daerah 20.350.000.000 21.571.000.000 22.433.840.000 23.555.532.000 24.497.753.280 • Retribusi Daerah 12.387.622.500 13.007.003.625 13.527.283.770 14.203.647.958 14.771.793.876 • Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 17.035.000.000 17.886.750.000 18.602.220.000 19.532.331.000 20.313.624.240 • Lain-Lain PAD 55.563.098.300 58.896.884.198 61.252.759.565 64.315397.544 66.888.013.445 Dana Perimbangan 851.799.658.650 918.276.197.169 960.517.133.037 1.008.542.989.689 1.049.859.032.750

• Dana Bagi Hasil 83.371.708.650 88.374.011.169 92.792.711.727 97.432.347.313 102.303.964.679 • Dana Alokasi Umum 680.161.850.000 734.574.798.000 767.630.663.910 806.012.197.105 838.252.684.989 • Dana Alokasi Khusus 88.266.100.000 95.327.388.000 100.093.757.400 105.098.445.270 109.302.383.080

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 221.042.948.150 208.335.525.039 216.974.374.093 225.972.521.372 235.344.957.297 • Pendapatan Hibah 57.627.934.550 61.085.610.623 63.834.463.101 66.707.013.940 69.708.829.567 • Dana Darurat • DBH Pajak dari Pemda Lainnya 135.564.593.000 117.728.468.580 122.437.607.323 127.335.111.616 132.428.516.080 • Dana Penyesuaian &

Otonomi Khusus

27.824.400.000 29.493.864.000 30.673.618.560 31.900.563.302 33.176.585.834 • Bantuan euangan

Provinsi/ Pemda Lain Pendapatan Lainnya Total Pendapatan

(3)

IX-3

Tabel 9. 2

Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

URAIAN BELANJA 2011 2012 2013 2014 2015

Belanja Tidak Langsung

Belanja Pegawai 709.348.288.482 737.024.185696 774.748.166.660 809.744.549.459 850.193.251.101 Belanja Bunga 3.752.021.000 3.752.021.000 3.752.021.000 3.752.021.000 3.752.021.000 Belanja Subsidi - - - - - Belanja Hibah 48.553.190.000 51.981.045.214 54.580.097.474 57.309.102.348 60.174.557.465 Belanja Bantuan Sosial 21.177.000.000 22.672.096.200 23.805.701.010 24.995.986.060 26.245.785.363 Belanja Bagi Hasil

Kepada Propinsi/ Kota/Kabupaten dan Pemerintahan Desa 2.376.436.512 2.544.212.929 2.671.423.576 2.804.994.755 2.945.244.492 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 59.782.600.000 64.003.251.560 67.203.414.138 70.563.584.844 74.091.764.087 Belanja Tidak Terduga 1.542.700.000 1.651.614.620 1.734.195.351 1.820.905.118 1.911.950.374 Sub Jumlah 846.532.235.994 883.628.427.220 928.495.019.210 970.991.143.586 1.015.562.552.884 Belanja Langsung Belanja Pegawai 21.420.053.453 23.159.361.793 23.622.549.029 24.095.000.009 24.576.900.010 Belanja Barang dan

Jasa 160.847.698.541 173.908.531.662 177.386.702.295 180.934.436.341 184.553.125.068 Belanja Modal 190.056.077.975 153.805.337.139 168.024.304.868 183.109.461.564 199.108.701.480 Jumlah Belanja langsung 372.323.829.969 350.873.230.595 369.033.556.193 388.138.897.916 408.238.726.558 Jumlah belanja 1.218.856.065.963 1.234.501.657.815 1.297.528.575.404 1.359.130.041.502 1.423.801.279.443 Surplus/Defisit (40.677.738.363) 3.471.702.215 (4.220.964.937) (3.007.621.937) (12.126.104.553) Pembiayaan Daerah 40.680.943.550 (3.319.056.450) 4.333.589.315 3.293.567.927 12.508.472.739 Penerimaan 73.672.526.750 42.672.526.750 38.325.172.515 38.285.151.127 38.458.472.739 SiLPA th sebelumnya 8.500.000.000 17.500.000.000 13.152.645.765 13.112.624.377 13.285.945.989 Penerimaan Pinjaman daerah/Obligasi daerah 40.000.000.000 - - - - Penerimaaan Piutang daerah 25.172.526.750 25.172.526.750 25.172.526.750 25.172.526.750 25.172.526.750 Jumlah 73.672.526.750,00 42.672.526.750,00 38.325.172.515,01 38.285.151.127,35 38.458.472.739 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 32.991.583.200,00 45.991.583.200,00 33.991.583.200,00 34.991.583.200,00 25.950.000.000 Penyertaan Modal Pemerintah daerah 22.950.000.000 35.950.000.000 23.950.000.000 24.950.000.000 25.950.000.000 Pembayaran Hutang Pokok 10.041.583.200 10.041.583.200 10.041.583.200 10.041.583.200 Pembiayaan Netto 40.680.943.550 (3.319.056.450) 4.333.589.315 3.293.567.927 12.508.472.739 SiLPA th Berjalan 3.205.187 152.645.765 112.624.377 285.945.989 382.368.185

(4)

IX-4

9.2 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.2.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Tabel 9. 3

APBN Cipta Karya di Kabupaten Lamongan dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi Tahun 1 Alokasi Tahun 2 Alokasi Tahun 3 Alokasi Tahun 4 Alokasi Tahun 5 Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan & Lingkungan Total

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.

Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

(5)

IX-5

Tabel 9. 4

Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Lamongan dalam 5 Tahun Terakhir

Jenis DAK Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5

DAK Air

Minum DAK Sanitasi

9.2.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

Untuk perkembangan alokasi APBD untuk pembangunan bidang cipta karya kabupaten Lamongan dalam 5 tahun terakhir bisa dilihat pada tabel 9.5 dibawah ini.

Tabel 9. 5

Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi %

Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya Total Belanja APBD

(6)

IX-6

Tabel 9. 6

Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor

Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5

Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total

9.2.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

9.2.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost cost-recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR

(7)

IX-7

tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Tabel 9. 7

Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir Kegiatan Tahun Komponen

KPS

Satuan

Volume Nilai (Rp)

Skema

KPS Ket.

Pengembangan Air Minum

Pengembangan PPLP

Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan dan Lingkungan

9.3 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

9.3.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 9. 8

Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Y-2 Y-1 Y0 Y-1 Y-2 Y-3 Y-4 Y-5

PENDAPATAN ASLI DAERAH 115.816.103.335,92 121.606.908.502,72 126.471.184.842,83 0,07 134.691.811.858 269.383.623.715 404.075.435.573 538.767.247.430 673.459.059.288 DANA PERIMBANGAN 960.517.133.037,45 1.008.542.989.689,32 1.049.859.032.750,03 0,07 1.119.114.107.556 2.238.228.215.112 3.357.342.322.668 4.476.456.430.223 5.595.570.537.779

DAU 767.630.663.910,00 806.012.197.105,50 838.252.684.989,72 0,07 892.739.109.514 1.785.478.219.028 2.678.217.328.542 3.570.956.438.056 4.463.695.547.570

DBH 92.792.711.727,45 97.432.347.313,82 102.303.964.679,51 0,07 109.976.762.030 219.953.524.061 329.930.286.091 439.907.048.122 549.883.810.152

DAK 100.093.757.400,00 105.098.445.270,00 109.302.383.080,80 0,07 116.407.037.981 232.814.075.962 349.221.113.943 465.628.151.924 582.035.189.905

- DAK Air Minum - DAK Sanitasi

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 216.974.374.093,68 225.972.521.372,93 235.344.957.297,55 0,06 249.986.121.354 499.972.242.709 749.958.364.063 999.944.485.417 1.249.930.606.771 TOTAL APBD 1.293.307.610.467 1.356.122.419.565 1.411.675.174.890 1.503.792.040.768 3.007.584.081.536 4.511.376.122.303 6.015.168.163.071 7.518.960.203.839

Komponen APBD Realisasi Persentase

Pertumbuhan

(8)

IX-8

9.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.4.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2JM dapat dihitung.

➢ Pengelolaan Pendapatan Daerah

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang memberikan warna baru landasan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 bertumpu pada upaya peningkatan efisiensi, efektifitas, akuntabilitas, dan transparansi pengelolaan keuangan publik baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Dalam implementasinya pengelolaan keuangan daerah mengacu pada paket reformasi keuangan negara, yang dituangkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pengelolaan keuangan daerah meliputi seluruh kegiatan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan laporan keuangan daerah. Perencanaan dan penganggaran daerah merupakan proses kunci dalam penyusunan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pada saat proses perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat. APBD hakekatnya adalah sebuah proses pengelolaan dana/belanja publik oleh pemerintah yang bersumber dari uang rakyat dan diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat. Sebagai sebuah instrumen pengelolaan uang rakyat, APBD seyogyanya menjamin berlangsungnya proses pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan kebijakan pendapatan daerah dan belanja daerah.

Peran APBD yang cukup besar dalam konstelasi pembangunan daerah diharapkan dapat mengharmoniskan pengelolaan keuangan daerah, baik antara pemerintah daerah dan Pemerintah Pusat, antara pemerintah daerah dan DPRD, ataupun antara pemerintahan daerah dan masyarakat. Dengan demikian, daerah dapat mewujudkan pengelolaan keuangan secara efektif dan efisien, serta dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, berdasarkan tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

(9)

IX-9

Dalam penyusunan APBD, perlu dilakukan analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan daerah untuk memperoleh proyeksi kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan dan dapat mengidentifikasi isu dan permasalahan strategis secara tepat. Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang tepat akan melahirkan kebijakan efektif dalam pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalam kerangka ekonomi makro diharapkan dapat memberikan dorongan atau stimulan terhadap perkembangan ekonomi daerah dalam kerangka pengembangan yang memberikan efek multiflier yang lebih besar bagi meningkatnya kesejahteraan rakyat yang lebih merata. Untuk itu maka kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah perlu disusun dalam kerangka yang sistimatis dan terpola.

9.4.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Lamongan dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2JM, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPI2JM Kabupaten Lamongan merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:

Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

1. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; 2. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

3. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

4. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

Referensi

Dokumen terkait

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah untuk membuktikan

Beberapa hal yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi masa kini telah ditambahkan dalam buku pedoman ini, serta dilengkapi dengan pedoman dan tips-tips penulisan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan antara pola asuh orangtua dengan status gizi siswa

Dalam memberantas korupsi, Indonesia telah memiliki sejumlah payung hukum yang menjadi dasar legitimasi bagi pemberantasan korupsi di Indonesia, diantaranya, Undang-undang

Materi ajar pantun dalam buku siswa Bahasa Indonesia ada 12 materi. Materi cerpen yang relevan dengan KI-1 sikap spiritual ada 12 materi karena materi ajar tersebut

Rencana program tersebut akan terus berlanjut dan diprioritaskan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tangerang serta sesuai dengan

0angsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap kehamilan kembar yang berasal dari  telur. 4uga obat klomid dan hormone gonadotropin yang

Selain itu, hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gardner (2001) di Ghana, yang menyatakan bahwa densitas energi memiliki hubungan