• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Problem Based Learning dengan Metode Seven Jumps terhadap Daya Pikir Kritis Mahasiswa dalam Perancangan Alat Penilaian Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Problem Based Learning dengan Metode Seven Jumps terhadap Daya Pikir Kritis Mahasiswa dalam Perancangan Alat Penilaian Matematika"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Ita Chairun Nissa

Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram Email: chairunnissaita@yahoo.co.id

Abstract: This research is motivated by the problems of the poor quality of the mathematics assessment tool

that can be produced by a student who is working on a final project for a scientific paper, although that has been conducting Field Experience, where most of the problem lies in the inaccuracy tool assessment is designed with aspects of mathematics assessment to be measured, so this affects the validity of the results obtained by the student assessment. Therefore, the students of the fifth semester who are taking courses of mathematics learning evaluation will be given treatment through the implementation of Problem Based Learning with Seven Jumps method that aims to improve students' critical thinking in designing the mathematics assessment tool. This research is experimental research with research subjects are students of the fifth semester of Teachers' Training College majoring in mathematics education Mataram. The data in this study were obtained by testing techniques, portfolio, and interview. Test data and portfolio assessment tool produced by the students, were analyzed quantitatively, while the interview data were analyzed qualitatively. The results showed that students in the experimental class were given treatment by the method of Problem Based Learning Seven Jumps demonstrate critical thinking higher than students in the control class that uses conventional learning.

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kualitas alat penilaian matematika yang

mampu dihasilkan oleh mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir karya ilmiah untuk jenjang strata-1 (skripsi) walaupun yang telah melaksanakan kegiatan Pengalaman Praktek Lapangan (PPL), dimana sebagian besar permasalahan terletak pada ketidaktepatan alat penilaian yang dirancang dengan aspek penilaian matematika yang akan diukur, sehingga hal ini berdampak pada kevalidan hasil penilaian yang diperoleh mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, pada mahasiswa semester V (lima) yang sedang menempuh mata kuliah evaluasi pembelajaran matematika akan diberikan perlakuan melalui penerapan Problem Based Learning dengan metode Seven Jumps yang bertujuan untuk meningkatkan daya pikir kritis mahasiswa dalam melakukan perancangan alat penilaian matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan subjek penelitian adalah mahasiswa semester V (lima) jurusan pendidikan matematika IKIP Mataram. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik tes, portofolio, dan wawancara. Data tes dan portofolio alat penilaian yang dihasilkan oleh mahasiswa, dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data wawancara dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada kelas eksperimen yang diberikan perlakuan Problem Based Learning dengan metode Seven Jumps menunjukkan daya pikir kritis yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Kata kunci : daya pikir kritis, problem based learning, alat penilaian

Pendahuluan

Penilaian merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kegiatan pembelajaran matematika. Banyak hal yang harus dilakukan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat penguasaan matematika siswa, seperti memberikan tes, memberikan tugas, mengajukan pertanyaan, mengobservasi aktivitas dan partisipasi siswa, dan membuat portofolio. Semua itu

dilakukan pada dasarnya untuk mening-katkan kualitas pembelajaran, bukan sekedar hanya untuk menentukan nilai (Herman, 2001). Penilaian didefinisikan sebagai suatu strategi dalam proses pemecahan masalah pembelajaran melalui berbagai cara pengumpulan dan penganalisisan informasi untuk pengambilan keputusan berkaitan dengan semua aspek pembelajaran (Gardner ,1992 dalam Herman 2001). Terdapat lima

(2)

prinsip utama yang melandasi penilaian dalam pembelajaran matematika, kelima prinsip tersebut adalah (1) penilaian harus ditujukan untuk meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran, (2) metode penilaian harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa mampu menunjukkan apa yang mereka ketahui bukan mengungkap apa yang tidak diketahui, (3) penilaian harus bersifat operasional untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, (4) kualitas alat penilaian tidak ditentukan oleh mudahnya pemberian skor secara objektif, dan (5) alat penilaian hendaknya bersifat praktis (Lange, 1997 dalam Herman, 2001).

Seiring dengan perubahan konsepsi kurikulum, teori belajar dan kebutuhan ekonomi global mengenai apa yang penting dibutuhkan dari penguasaan matematika, maka pandangan mengenai penilaian matematika juga mengalami perkembangan. Suatu program tiga-tahunan yang diseleng-garakan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) yaitu PISA (Programme for International Student Assessment) telah mengkonsepsi mengenai penilaian matematika yang dibutuhkan oleh masyarakat ekonomi global yang disebut dengan literasi matematika yaitu kemampuan siswa untuk melakukan analisis, penalaran dan komunikasi secara efektif pada saat mereka mengajukan, memecahkan dan menafsirkan masalah matematika dalam berbagai situasi. Data PISA tahun 2012, menyebutkan bahwa Indonesia berada pada ranking 64 dari 65 negara, dan kenyataan inilah yang menjadi salah satu alasan harus diimplementasikan-nya kurikulum 2013 yang bermuatan

pendidikan karakter dan pemecahan masalah untuk memberikan kecakapan hidup bagi siswa dalam menghadapi tantangan masa depan.

Sesuai dengan tuntutan kebutuhan kompetensi matematika di masyarakat global, maka seyogyanya mahasiswa calon guru matematika juga harus memiliki kesadaran dan membuka pikiran terhadap perkembangan penilaian matematika baik dalam aspek konsep, teknik menilai, bentuk alat penilaian, maupun cara melakukan penilaiannya. Untuk dapat mengikuti tuntutan tersebut, maka mahasiswa harus memiliki pola pikir yang terbuka dan kritis sehingga mampu melakukan penalaran dalam merancang alat penilaian matematika yang tepat dan sesuai untuk menilai proses dan hasil belajar matematika siswa. Berpikir kritis merupakan proses berpikir secara tepat, terarah, beralasan, dan reflektif dalam pengambilan keputusan yang dapat dipercaya. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, Robert H. Ennis (2000) menyebutkan bahwa pemikir kritis idealnya mempunyai 12 kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir kritis, antara lain:

Tabel 1. Indikator Daya Pikir Kritis Aspek berpikir kritis Deskripsi 1. Elementary clarification (memberikan penjelasan dasar)

a. Fokus pada pertanyaan (dapat mengidentifikasi pertanyaan/masalah, dapat mengidentifikasi jawaban yang mungkin, dan apa yang dipikirkan tidak keluar dari masalah itu.

b. Menganalisis pendapat (dapat mengidentifikasi

(3)

kesimpulan dari masalah itu, dapat

mengidentifikasi alasan, dapat menangani hal-hal yang tidak relevan dengan masalah itu) c. Berusaha

mengklarifikasi suatu penjelasan melalui tanya-jawab. 2. The basis for

the decision (menentukan dasar pengambilan keputusan) a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. b. Mengamati dan

mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. 3. Inference (menarik kesimpulan) a. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. b. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi. c. Membuat dan menentukan pertimbangan nilai. 4. Advanced clarification (memberikan penjelasan lanjut) a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi tersebut. b. Mengidentifikasi asumsi. 5. Supposition and integration (memperkiraka n dan menggabungka n) a. Mempertimbangkan alasan atau asumsi-asumsi yang diragukan tanpa menyertakannya dalam anggapan pemikiran kita. b. Menggabungkan

kemampuan dan

karakter yang lain dalam penentuan keputusan. Penggunaan konteks matematika memegang peranan penting dalam penilaian, sehingga aspek tersebut tidak mungkin terlewatkan. Hal ini tampaknya sangat sederhana, akan tetapi jika kita lihat volume kerja yang harus dilakukan maka kesederhanaan tersebut berubah jadi sesuatu

yang berat. Untuk itu diperlukan suatu strategi agar calon guru tidak kehabisan stok permasalahan kontekstual yang sesuai. Apabila kumpulan permasalahan konteks-tual telah tersedia, masalah selanjutnya muncul adalah bagaimana cara mendesain suatu masalah yang dapat digunakan secara fair dan berimbang untuk semua siswa. Selain itu bagaimana pula caranya memberikan penilaian (grading) kepada siswa sebagai hasil belajar mereka. Dengan demikian, secara umum terdapat tiga permasalahan utama menyangkut asesmen hasil pembelajaran yaitu: (1) bagaimana memperoleh situasi kontekstual orisinil sebagai bahan utama untuk melaksanakan asesmen? (2) bagaimana cara mendesain alat asesmen yang mampu merefleksikan hasil belajar siswa? dan (3) Bagaimana mengases hasil pekerjaan siswa? (Herman, 2001)

Berpikir kritis menjadi perhatian utama problem based learning yang menggunakan masalah konstekstual bagi mahasiswa untuk belajar berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang penting dari materi perkuliahan. Problem based learning menuntut aktivitas mental mahasiswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal perkuliahan (Rusman, 2012). Dalam perkuliahan ini mahasiswa menafsirkan masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengidentifikasi solusi yang mungkin, mengevaluasi pilihan-pilihan, dan membuat kesimpulan. Mahasiswa akan membangun konsep atau prinsip melalui kemampuannya sendiri dengan menginteg-rasikan pengetahuan dan keterampilan yang

(4)

baru dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah diperoleh sebelumnya. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi pelajaran yang diformulasikan dalam masalah, penguasaan sikap positif, dan

keterampilan secara bertahap dan ber-kesinambungan (Roh, 2003). Proses peran-cangan alat penilaian matematika yang akan dilaksanakan dalam desain problem based learning dengan metode seven jumps diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Langkah Problem Based Learning Dengan Metode Seven Jumps Tahapan Problem Based

Learning Metode Seven Jumps

Tahap 1 :

Orientasi siswa pada masalah

(1) Clarifying Terms and Concepts

Mahasiswa dikenalkan dengan beberapa istilah dan konsep yang terkait dengan penilaian matematika, antara lain : a. Teknik penilaian : tes (uraian, pilihan ganda) dan non-tes

(angket, observasi, wawancara, catatan harian, portofolio, b. Aspek penilaian matematika : menilai pemahaman konsep

matematika/ pengetahuan konseptual, menilai

keterampilan matematika/pengetahuan prosedural, menilai pemecahan masalah matematika/problem solving, dan menilai sikap siswa terhadap matematika

c. Jenis rubrik penilaian : rubrik holistik dan rubrik analitik (2) Defining the Problem

Mahasiswa merumuskan masalah yang akan dipecahkan melalui kerja perancangan alat penilaian matematika, antara lain :

a. Apa yang menjadi indikator aspek penilaian terhadap pemahaman konsep, keterampilan matematika, pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap matematika ?

b. Jenis alat penilaian apa yang tepat digunakan untuk menilai pemahaman konsep, keterampilan matematika, pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap matematika ?

c. Bagaimana cara merancang alat penilaian yang sesuai dengan indikator ?

d. Bagaimana cara merancang rubrik penilaian yang sesuai dengan indikator ?

e. Bagaimana cara menjamin bahwa alat penilaian yang telah dirancang memang tepat untuk mengukur aspek penilaian yang diinginkan ?

(3) Analyzing the problem/Brainstorming

Dari semua rumusan masalah di atas, kemudian melalui kegiatan tanya jawab dosen menganalisis menurut prior

knowledge (pengetahuan yang sudah dimiliki) oleh

mahasiswa, apakah mahasiswa telah mengetahui semua hal di atas? hanya mengetahui beberapa hal saja? atau bahkan sama sekali tidak mengetahui ?

(5)

Tahap 2 :

Mengorganisasi siswa belajar memecahkan masalah

(4) Categorizing

Mahasiswa mengklasifikasikan apa saja hal-hal yang sudah maupun belum jelas mereka pahami

Mengenal saja Belum memahami Sudah memahami ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. Tahap 3 : Membimbing pemecahan masalah secara individu maupun kelompok

(5) Formulating Learning Issues

Dosen membantu mahasiswa membuat daftar (list) apa saja pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjawab beberapa hal terkait penilaian yang masih belum jelas

Aspek belum jelas

Hal yang harus dicari Referensi pendukung ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. ………. (6) Self Study

Mahasiswa mempelajari buku-buku, mencari sumber di internet, jurnal penelitian, maupun berkonsultasi dengan narasumber/ahli mengenai ketepatan alat penilaian matematika yang sedang mereka rancang

Tahap 4 : Menyajikan hasil pemecahan masalah

Mahasiswa menyajikan alat penilaian matematika yang telah dirancang

Tahap 5: Mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah

(7) Discussion of newly acquired knowledge

Dosen dan mahasiswa melakukan refleksi terhadap alat penilaian matematika yang telah dirancang, mengevaluasi proses perancangan, melakukan cross check dengan indikator, memeriksa kebenaran rubrik penilaian, dan sejauh mana alat tersebut dapat mengukur hasil belajar matematika. Melalui diskusi ini, mahasiswa dapat mengetahui sejauhmana mereka sudah belajar, sedalam apa, seluas apa dibanding dengan teman-temannya. Mahasiswa dapat saling melengkapi pengetahuan yang diperoleh, dan mereka merasa puas karena telah memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan sasaran belajarnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan kuasi eksperimen dengan desain randomized pretest-posttest control group design. Model rancangan penelitian menggunakan randomized pretest-posttest

control group design ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rancangan Penelitian Kelompok Pretes Perlakuan Posttes

Eksperimen O1 X1 O2

(6)

Keterangan

X1 : problem based learning dengan metode

seven jumps

X2 : pembelajaran konvensional

O1 : tes awal sebelum problem based learning

dengan metode seven jumps

O2 : tes akhir setelah problem based learning

dengan metode seven jumps

O3 : tes awal sebelum pembelajaran

konvensional

O4 : tes akhir setelah pembelajaran konvensional

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H0: XEXK (rata-rata nilai kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol) Ha: XEXK (rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol)

dimana t tabel = t (1- ) ( db ), dengan kriteria pengujiannya adalah :

tolak H0 jika t hitung > t tabel , dalam hal lain Ha diterima (Subana, 2005)

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik tes, portofolio, dan wawancara. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes uraian dengan soal terbuka yang menyajikan kasus-kasus dalam pembelajaran matematika dan mahasiswa diminta untuk menentukan teknik, alat, dan rubrik penilaian yang tepat sesuai konteks masalah yang diberikan, data tes kemudian dianalisis secara kuantitatif dalam bentuk rata-rata nilai kelas.

Hasil kerja mahasiswa dalam tugas perancangan alat penilaian matematika selama proses pembelajaran berlangsung didokumentasikan dalam bentuk portofolio yang kemudian dianalisis secara kualitatif untuk mendeskripsikan sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai konsep-konsep dalam penilaian, keluwesan berpikir

dalam memandang permasalahan yang diberikan, kelancaran berpikir yang berkaitan dengan solusi variatif yang diberikan, serta ketepatan alat penilaian dengan indikatornya. Data wawancara juga dianalisis secara kualitatif sebagai teknik pemeriksanaan keabsahan data, agar data yang diperoleh dalam penelitian adalah valid dan benar-benar mencerminkan jawaban mahasiswa yang sebenarnya. Subjek wawancara dipilih secara purposive random sampling dengan pertimbangan nilai tes yang diperoleh dan pemilihan subjek yang komunikatif.

Hasil dan Pembahasan 1. Pengujian hipotesis

Data rata-rata nilai tes dari kedua kelas eskperimen dan kelas kontrol dapat ditampilkan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Data pretes-posttes Statistik Ekperimen Kontrol

Pretes 37,28 37,44 Prottes 77,44 58,40 Beda 40,16 20,96

Sebelum pengujian hipotesis, dilakukan pengujian normalitas data. Hasil pengujian normalitas data ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji normalitas data Kelompok 2hitung 2  tabel Keterangan Eksperimen 1,833885 9,488 0,05 Berdistibusi normal Kontrol 2,209399 9,488 0,05 Berdistibusi normal Selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan uji-t dan didapati nilai thitung adalah 4,975525507 proses analisa data dilakukan dengan membandingkan nilai

(7)

hitung

t dan nilai ttabel (derajat kebebasan 48 dan taraf signifikan 5%), dimana nilai ttabel yang didapat adalah 1,684. Jika nilai thitung >

tabel

t maka Ha diterima dan H0 ditolak.

Berdasarkan data yang diperoleh didapati nilai thitung > ttabel yakni 4,975525507 >1,684 dimana hal ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak

2. Deskripsi berpikir kritis

Berdasarkan data tes, portofolio, dan wawancara maka dapat dideskripsikan daya pikir kritis mahasiswa dalam perancangan alat penilaian matematika sebagaimana yang dijelaskan berikut ini:

a. Elementary clarification (memberikan penjelasan dasar)

Pada awal perkuliahan, dosen menyampaikan permasalahan pembelajaran matematika terkini yang sedang menjadi perhatian utama dalam bidang pendidikan. Permasalahan disampaikan dalam bentuk kasus-kasus yang disajikan melalui demon-strasi, pemutaran video, maupun pengguna-an model dari suatu permasalahpengguna-an. Maha-siswa diharuskan menuliskan sebanyak-banyaknya berbagai istilah maupun konsep dalam penilaian matematika dan menjelaskannya melalui kajian berbagai pustaka dan belajar mandiri. Portofolio mahasiswa menunjukkan mahasiswa mampu mendaftar banyak istilah maupun konsep dan memberikan penjelasannya seperti yang dikutip dari pustaka yang dirujuk. Perbedaan pendapat kemudian muncul, pada saat dosen mengklarifikasi apa yang telah diperoleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan, banyak istilah maupun konsep yang dirumuskan dan

didefinisikan menggunakan bahasa pen-didikan tingkat tinggi, sehingga menim-bulkan banyak persepsi dan perbedaan dalam memahami dan memberi makna terhadap istilah maupun konsep tersebut.

Perbedaan pandangan banyak terjadi pada saat diskusi mengenai : apa itu konsep matematika? Apa saja yang merupakan konsep dan bukan konsep dalam materi matematika? Bagaimana cara membedakan suatu objek pembicaraan dalam matematika merupakan konsep atau bukan? Bagaimana cara mengetahui siswa telah memahami konsep atau tidak? Bagaimana kriteria suatu soal yang dapat mengukur pemahaman konsep atau tidak? Bagaimana cara membedakan antara pemahaman konsep dengan pengetahuan prosedural? Bukankah pada saat siswa melakukan matematika secara prosedural, maka ia juga harus memiliki pemahaman konsep? Bagaimana cara melihat perbedaan diantara keduanya secara jelas? Hal ini juga menjadi tidak begitu jelas apabila kita ingin menilai problem solving karena pada saat siswa melakukan problem solving, maka ia harus memahami konsep, mampu melakukan matematika secara prosedural dan kemampuan matematika lainnya? Bagai-mana cara kita menilai semua hal itu? Apakah harus menilai setiap aspek tersebut satu persatu secara terpisah atau menilai semua aspek dalam satu alat penilaian? b. The basis for the decision (menentukan

dasar pengambilan keputusan)

Melakukan kajian pustaka baik melalui belajar mandiri maupun bimbingan dosen, mahasiswa melakukan klarifikasi kembali apakah mereka telah benar-benar memahami apa yang telah mereka pelajari.

(8)

Mahasiswa harus mampu menjustifikasi dengan membandingkan antara pustaka yang satu dengan yang lainnya agar mendapatkan pemahaman mendalam mengenai berbagai istilah dan konsep yang berkaitan dengan penilaian matematika. Portofolio mahasiswa menunjukkan mereka mampu mengkritisi berbagai sumber pustaka dan pada akhirnya membuat kesimpulan yang nantinya akan menjadi dasar dalam merancang suatu indikator dari aspek penilaian matematika. c. Inference (menarik kesimpulan)

Portofolio mahasiswa menunjukkan mahasiswa mampu mendefisinikan istilah atau konsep dalam penilaian matematika dan mampu merancang indikator penilaiannya secara operasional.

d. Advanced clarification (memberikan penjelasan lanjut)

Portofolio mahasiswa menunjukkan mahasiswa mampu memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai : jenis alat penilaian apa yang sesuai dengan aspek yang akan diukur? Bagaimana cara membuat rubrik penilaiannya? Pada saat kapan penilaian tersebut sebaiknya dilakukan? Bagaimana melibatkan siswa dalam penilaian matematika? Bagaimana cara melakukan penilaian dalam kelas besar?

e. Supposition and integration (memper-kirakan dan menggabungkan)

Berdasarkan semua kajian dari berbagai permasalahan, mahasiswa meng-gabungkan berbagai informasi untuk membuat rancangan alat penilaian mate-matika. Portofolio mahasiswa menunjuk-kan mereka telah mampu merancang alat penilaian matematika baik tes maupun non-tes yang sesuai dengan indikator dan aspek

yang akan diukur. Mahasiswa juga mampu merancang bagaimana caranya untuk menganalisis data hasil penilaian tersebut untuk membuat keputusan mengenai kemampuan matematika siswa dan merumuskan tindakan tindak lanjut yang mungkin dilakukan dalam pembelajaran.

Simpulan

Berdasarkan analisis statistik terhadap data hasil penelitian diperoleh bahwa thitung >

tabel

t (4,975525507 > 1,684) atau dengan kata lain Ha (rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol) diterima dan H0 (rata-rata nilai kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol) ditolak. Oleh karena itu, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa penerapan problem based learning dengan metode seven jumps memiliki pengaruh terhadap terhadap daya pikir kritis mahasiswa dalam perancangan alat penilaian matematika.

Saran

Kemampuan mahasiswa dalam memahami sumber pustaka harus lebih ditingkatkan, karena hal ini sangat diperlukan untuk menyusun indikator yang jelas dan operasional yang akan menuntun mahasiswa dalam merancang alat penilaian matematika yang tepat. Oleh karena itu, perlu untuk dimaksimalkan pada tahap orientasi masalah untuk memastikan bahwa mahasiswa telah benar-benar memahami istilah atau konsep yang sedang dibicarakan.

(9)

Daftar Pustaka

Ennis, R. H. 2000. “An Outline of Goals for a Critical Thinking Curriculum and Its Assessment”. This is a revised version of a presentation at the Sixth International Conference on Thinking at MIT, Cambridge, MA, July,1994,

(online),(http://www.criticalthinking. net), diakses 10 November 2014. Herman, Tatang. 2001. Asesmen Portofolio

dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 14 Juli 2001.

Roh, Kyeong Ha. 2003. Problem Based Learning in Mathematics. Educational Resources Information Center, (Online), (http://ericse.org), diakses 14 Oktober 2012

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Subana. 2005. Statistik Pendidikan.

Gambar

Tabel 3. Rancangan Penelitian  Kelompok  Pretes  Perlakuan  Posttes

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji kualitatif enzim selulolitik meng- gunakan metode pewarnaan iodin 1%, dari 22 isolat tersebut diperoleh tujuh isolat yang positif meng- hasilkan zona bening,

36/SEOJK.03/2017 tanggal 11 Juli 2017 tentang Tata Cara Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan, maka Komite Audit wajib

Berdasarkan data tersebut kelembaban di Desa Pandu Senjaya untuk tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam kelas sangat sesuai atau S1 dimana lahan tidak memiliki pembatas

nasabah beranggapan ini biasa saja sama seperti pada koperasi umunya yaitu ada bunganya tanpa ada bagi hasil, maka BMT El Kedawung akan meningkatkan kualitas pelayanan yang

Hasil yang didapat dari mengimplementasikan algoritma lebah untuk pencarian jalur terpendek dengan mempertimbangkan heuristik adalah rute jalur optimum yang bisa dilalui

Hasil penelitian didapatkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan dengan kejadian stunting, terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat

Setelah penyampaian materi, akan dilakukan pengisian kuisioner yang kedua (sebagai post test) yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi- materi yang sudah