• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ishak Hasan **) Daya Dukung Usaha, Agrobisnis, UMKM dan koperasi, ACFTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ishak Hasan **) Daya Dukung Usaha, Agrobisnis, UMKM dan koperasi, ACFTA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN

DALAM MENGHADAPI ACFTA

(Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)

Ishak Hasan **)

ABSTRACT

This study aims to analyze the Supporting Power of The Cooperative, Micro, Small and Medium Enterprises (CMSME) based on the Agro-business post Aceh Conflict and in facing ACFTA at Central of Aceh Regency. Population of this research is all CMSMEs based on agro-business that are developed under Board of Cooperative, Industry and Commerce (Diskoperindag) of Central Aceh Regency. Samples of 80 MSMEs are taken based on the board’s effort to train and to guide the MSMEs in administration, accountancy, marketing and to equip various facility including information technology. Analyze was conducted by regression of variable supporting power of CMSMEs. The study shows that variables identified in the effort progress model of CMSMEs equal to 0,66%. The influence of the efforts is relatively small, only equal to 0,44%. The small percentage is caused by the influence possibility of variables effort progress, while the indicator increases the advantage and satisfaction are trying to represent small shares of progress variable on a very macro effort. But the result of this study represents an early good step in comprehending real condition faced by CMSMEs at Central of Aceh regency. Another result is utilized the importance in planning and a better policy is needed in the future research that can cover a larger samples. This research hypothesis is not to classify a stratified random sampling as a matter of fact that every CMSMEs is different. The different aspects are: a) business scale, b) market share, c) capital, d) labor force, and e) others.

Daya Dukung Usaha, Agrobisnis, UMKM dan koperasi, ACFTA

*) Kajian yang dilakukan oleh penulis

Artikel Diterima 5 April 2010, peer review 10-30 Juni 2010, review akhir 1-30 Juli 2010 **) Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

(2)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

I. PENDAHULUAN

Selama konflik Aceh berlangsung hingga ditandatanganinya Perjanjian Damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia di Helsinki Finlandia 25 Agustus 2005 telah sangat banyak menyita perhatian dan pengorbanan sumberdaya yang tak terhingga nilainya. Pengorbanan dan kerugian yang dialami bangsa Indonesia di Aceh bukan saja terganggunya tatanan kehidupan masyarakat secara keseluruhan, akan tetapi juga rusaknya berbagai sumberdaya penghidupan masyarakat, termasuk kerusakan basis usaha lembaga-lembaga ekonomi rakyat seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Padahal sektor ini, baik pada tataran filosofi, maupun aksi seringkali dijadikan sebagai pilar penting penyangga ketahanan ekonomi bangsa. UMKM dan koperasi sering diusung sebagai sumber kekuatan perekonomian nasional baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi krisis. Banyak fakta di banyak negara menyiratkan bahwa UMKM dan koperasi telah menyelamatkan kehidupan ekonomi masyarakat yang lemah ekonominya, dan kelompok-kelompok marginal yang terdepak dari persaingan pasar. Tidak sedikit pula UMKM dan koperasi dijadikan sebagai wahana, dan cara oleh pihak eksekutif dan legislatif sebagai instrumen penting dalam mewujudkan bebagai program pemerintah di bidang kesejahteraan ekonomi dan sosial, khususnya melalui pemberdayaan sektor-sektor ekonomi di masyarakat, seperti bidang agrobisnis. Akan tetapi di sisi yang lain potret UMKM dan koperasi yang labil, marginal, dan rentan terhadap gempuran pemodal kuat, memang sering diabaikan. UMKM dan koperasi sering mendapat perlakuan yang tidak adil dalam banyak hal dibanding dengan korporasi besar, baik milik negara maupun korporasi swasta lainnya. Padahal banyak bukti menguatkan keyakinan kita bahwa UMKM dan koperasi mampu bertahan hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Cukup banyak fakta di lapangan meyakinkan kita betapa UMKM dan koperasi banyak menyelamatkan rakyat jelata dari konstelasi ekonomi yang buruk, serakah, dan menindas.

E.F. Schumacher penulis buku “Small is Beautiful” yang sudah diterjemahkan dengan judul “Kecil itu Indah” (1978) meyakini bahwa “usaha kecil akan semakin berkontribusi kuat di masa depan bagi kemakmuran suatu bangsa”. Demikian juga dengan ramalan futurolog John Naisbitt (1999), ia percaya bahwa masa depan perekonomian global berada di tangan unit usaha kecil, otonom, namun padat teknologi. Apa yang diprediksi oleh kedua pakar di atas terbukti memang usaha-usaha kecil telah ikut menstabilkan perekonomian suatu negara, apalagi ketika banyak negara diterpa oleh krisis ekonomi yang berat. Masih banyak pandangan lainnya dari berbagai kalangan dengan nada serupa bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi

(3)

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

sering menjadi simbol institusi penyelamatan terhadap marginalisasi ekonomi rakyat, orang kecil yan tertindas dan terpental dari persaingan. Khusus untuk institusi koperasi, Endress dalam Munkner (2000) menggambarkan bahwa koperasi juga berperan serupa dalam penyelamatan orang tertindas secara ekonomi: “lembaga ini terbukti mampu menolong para petani, perajin dan pedagang kecil bertahan hidup dan berusaha di masa sulit, yang diakibatkan oleh adanya reformasi, baik pertanian, industri dan politik ekonomi liberal. Koperasi menjadi alternatif yang tepat, tidak saja di masa serba kekurangan, tetapi juga di masa serba makmur”.

Kondisi yang dihadapi UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah relatif berbeda dengan dengan kondisi yang dihadapi oleh UMKM dan koperasi secara nasional. Hal ini disebabkan karena ekses dari konflik bersenjata yang lama di Aceh telah berpengaruh negatif bagi kemajuan usaha UMKM dan koperasi di wilayah ini. Banyak unit dan volume usaha UMKM dan koperasi di Aceh Tengah menurun secara drastis selama masa konflik bersenjata. Sumber-sumber pendapatan masyarakat, khususnya di sektor pertanian menjadi terbengkalai, dengan demikian basis usaha UMKM dan koperasi secara keseluruhan menjadi mandeg bahkan ada yang menutup usahanya. Data yang tersedia pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah per 1 Maret 2009 menunjukkan jumlah koperasi dalam berbagai jenisnya mencapai 376 unit, terdiri dari 182 yang aktif dan 194 unit yang tidak aktif. Jumlah yang tidak aktif ini pada umumnya merupakan akibat dampak negatif dari konflik. Sedangkan usaha mikro, kecil dan menengah di bawah pembinaan Diskopindag Kabupaten Aceh Tengah mencapai 1521 unit. Usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut bergerak dalam berbagai bidang usaha, meliputi; usaha industri kecil, kerajinan dan perdagangan. Usaha industri, kerajinan dan perdagangan tersebut berbasis pada komoditas pertanian yang dihasilkan oleh masyarakat lokal.

Dalam kenyataan di lapangan selama masa pasca konflik Aceh yang hanya baru berumur 5 tahun UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah telah mulai bergerak kembali. Walau memang belum menggembirakan, akan tetapi denyutnya sudah mulai terasa, sungguhpun kondisi kemajuannya usaha masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM dan koperasi tersebut selain faktor konflik Aceh. Oleh karena itu dirasakan sangat penting diteliti dan dipahami masalah yang dihadapi tersebut, dan dengan demikian pada gilirannya diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat dalam mengembangkan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah pada khususnya, dan UMKM dan koperasi secara nasional pada umumnya.

(4)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

Selain kondisi di atas UMKM dan koperasi di Aceh saat ini segera dihadapkan pada sebuah era baru yaitu menghadapi sebuah kawasan ekonomi dan perdagangan bebas antara negara-negara Asean dan Cina yang dikenal dengan ACFTA (Asean-China Free Trade Agreement). Fenomena yang sebenarnya telah didiskusikan panjang lebar beberapa waktu sebelumnya termasuk tentang plus-minus dampaknya terhadap perkembangan UMKM dan koperasi. Apalagi UMKM dan koperasi yang berbasis agribisnis yang memang akan memiliki tantangan sangat berat dalam era mendatang. Oleh karena itu dalam menyikapi kondisi ini UMKM dan koperasi dimanapun termasuk di Aceh memerlukan pehatian yang lebih serius agar dapat menata lebih jauh lagi tentang kinerja mereka dalam menghadapi isu global ini. Kalau tidak UMKM dan koperasi akan kalah dalam persaingan global yang semakin pesat dimasa depan.

1.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kondisi umum UMKM dan koperasi Aceh Tengah; (2) Menganalisis daya dukung UMKM dan koperasi Aceh Tengah Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA; (3) Menghasilkan strategi pemberdayaan UMKM dan koperasi Aceh Tengah yang relevan dengan pekembangan perekonomian memasuki era global.

1.2. Ruang Lingkup

Mengingat jumlah dan sebaran UMKM di Aceh Tengah relatif banyak serta ada yang menjadi pembinaan instansi lain di luar Diskopindag maka, penelitian dan pembahasan ini hanya difokuskan pada UMKM dan koperasi yang menjadi fokus pembinaan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah saja. Sedangkan UMKM di bawah instansi lain tidak menjadi perhatian dari penelitian ini. Secara umum penelitian dan pembahasan ini berkaitan tentang dinamika perkembangan UMKM dan koperasi, faktor pendukung dan penghambat perkembangannya, dan rekomendasi pemberdayaan.

1.3. Metode Penelitian

Berdasarkan karakteristik masalah penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode yang digunakan adalah metode survai. Metode survai merupakan metode yang mengambil sampel dari sebagian populasi untuk mewakili populasi secara representatif (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995).

(5)

149

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

Penelitian mengambil sampel UMKM dan koperasi aktif binaan Diskopindag periode Juli 2009 sebanyak 80 unit. Walaupun diakui jenis dan skala usaha masing-masing UMKM dan koperasi tersebut berbeda satu dengan yang lain, namun dari segi kriteria, tipikal, dan permasalahan yang dihadapi di lapangan relatif sama. Pembinaan meliputi: pelatihan manajemen, kelembagaan, kewirausahaan, akuntansi, dan infoteknologi UMKM dan koperasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan secara partisipatif. Selain itu juga dibuat pedoman wawancara dengan informan kunci, seperti unsur pimpinan Diskopindag yang membidangi UMKM dan koperasi dan pimpinan usaha dari UMKM dan koperasi yang diteliti. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Juli 2009.

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif digunakan model regresi sebagai berikut:

KJU = a + KMI + PPM + KPU + KPP + LSU + KTU + KLK + KPT + KMU + BPR + KMP + KAU + PTK + VLU + e

Variabel penelitian, indikator dan pengukurannya dapat dilihat pada matrik Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian Keterangan:

KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1) PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3) KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4) LSU = Letak Strategis Usaha (X5) KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6) KLK = Kepercayaan Lembaga Keuangan (X7) KPT = Kemampuan Penerapan Teknologi dan Informasi Usaha (X8)

KMU= Kemitraan Usaha (X9) BPR = Biaya produksi (X10)

KMP = Kemampuan Permodalan (X11) KAU = Kondisi Administrasi Usaha (X12) PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13) VLU = Volume Usaha (X14)

KJU = Kemajuan Usaha (Y)

Variabel penelitian, indikator dan pengukurannya dapat dilihat pada matrik Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Pengukuran

(1) (2) (3) (4)

1. KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1)

Kemampuan individual memimpin/ mengelola usaha (5) Sangat Mampu (4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1)Tidak Mampu 2. PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

Intensitas pembinaan pemerintah untuk UMKM (5) Sangat Sering (4) Sering (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

3. KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3)

Kondisi persaingan usaha (banyaknya usaha sejenis) (5) Sangat Banyak (4) Banyak (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 4. KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4)

Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan pada usaha UMKM dan koperasi

(5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

5. LSU = Letak Strategis Usaha (X5)

Kondisi letak strategis usaha baik dari sisi jangkauan konsumen maupun untuk akses input produksi (5) Sangat Strategis (4) Strategis (3) Sedang (2) Kurang Strategis (1) Tidak Strategis 6. KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6)

Kondisi banyaknya peralatan produksi (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha

(5) Sangat Lengkap (4) Lengkap (3) Sedang (2) Kurang Lengkap (1) Tidak Lengkap 5 Keterangan:

KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1) PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3) KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4) LSU = Letak Strategis Usaha (X5) KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6) KLK = Kepercayaan Lembaga Keuangan (X7) KPT = Kemampuan Penerapan Teknologi dan Informasi Usaha (X8)

KMU= Kemitraan Usaha (X9) BPR = Biaya produksi (X10)

KMP = Kemampuan Permodalan (X11) KAU = Kondisi Administrasi Usaha (X12) PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13) VLU = Volume Usaha (X14)

KJU = Kemajuan Usaha (Y)

Variabel penelitian, indikator dan pengukurannya dapat dilihat pada matrik Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Pengukuran

(1) (2) (3) (4)

1. KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1)

Kemampuan individual memimpin/ mengelola usaha (5) Sangat Mampu (4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1)Tidak Mampu 2. PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

Intensitas pembinaan pemerintah untuk UMKM (5) Sangat Sering (4) Sering (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

3. KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3)

Kondisi persaingan usaha (banyaknya usaha sejenis) (5) Sangat Banyak (4) Banyak (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 4. KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4)

Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan pada usaha UMKM dan koperasi

(5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

5. LSU = Letak Strategis Usaha (X5)

Kondisi letak strategis usaha baik dari sisi jangkauan konsumen maupun untuk akses input produksi (5) Sangat Strategis (4) Strategis (3) Sedang (2) Kurang Strategis (1) Tidak Strategis 6. KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6)

Kondisi banyaknya peralatan produksi (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha

(5) Sangat Lengkap (4) Lengkap (3) Sedang (2) Kurang Lengkap (1) Tidak Lengkap

(6)

150

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

5

Keterangan:

KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1) PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3) KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4) LSU = Letak Strategis Usaha (X5) KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6) KLK = Kepercayaan Lembaga Keuangan (X7) KPT = Kemampuan Penerapan Teknologi dan Informasi Usaha (X8)

KMU= Kemitraan Usaha (X9) BPR = Biaya produksi (X10)

KMP = Kemampuan Permodalan (X11) KAU = Kondisi Administrasi Usaha (X12) PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13) VLU = Volume Usaha (X14)

KJU = Kemajuan Usaha (Y)

Variabel penelitian, indikator dan pengukurannya dapat dilihat pada matrik Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Pengukuran

(1) (2) (3) (4)

1. KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1)

Kemampuan individual memimpin/ mengelola usaha (5) Sangat Mampu (4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1)Tidak Mampu 2. PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

Intensitas pembinaan pemerintah untuk UMKM (5) Sangat Sering (4) Sering (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

3. KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3)

Kondisi persaingan usaha (banyaknya usaha sejenis) (5) Sangat Banyak (4) Banyak (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 4. KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4)

Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan pada usaha UMKM dan koperasi

(5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

5. LSU = Letak Strategis Usaha (X5)

Kondisi letak strategis usaha baik dari sisi jangkauan konsumen maupun untuk akses input produksi (5) Sangat Strategis (4) Strategis (3) Sedang (2) Kurang Strategis (1) Tidak Strategis 6. KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6)

Kondisi banyaknya peralatan produksi (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha

(5) Sangat Lengkap (4) Lengkap (3) Sedang (2) Kurang Lengkap (1) Tidak Lengkap 5 Keterangan:

KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1) PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3) KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4) LSU = Letak Strategis Usaha (X5) KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6) KLK = Kepercayaan Lembaga Keuangan (X7) KPT = Kemampuan Penerapan Teknologi dan Informasi Usaha (X8)

KMU= Kemitraan Usaha (X9) BPR = Biaya produksi (X10)

KMP = Kemampuan Permodalan (X11) KAU = Kondisi Administrasi Usaha (X12) PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13) VLU = Volume Usaha (X14)

KJU = Kemajuan Usaha (Y)

Variabel penelitian, indikator dan pengukurannya dapat dilihat pada matrik Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Pengukuran

(1) (2) (3) (4)

1. KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1)

Kemampuan individual memimpin/ mengelola usaha (5) Sangat Mampu (4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1)Tidak Mampu 2. PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

Intensitas pembinaan pemerintah untuk UMKM (5) Sangat Sering (4) Sering (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

3. KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3)

Kondisi persaingan usaha (banyaknya usaha sejenis) (5) Sangat Banyak (4) Banyak (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 4. KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4)

Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan pada usaha UMKM dan koperasi

(5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

5. LSU = Letak Strategis Usaha (X5)

Kondisi letak strategis usaha baik dari sisi jangkauan konsumen maupun untuk akses input produksi (5) Sangat Strategis (4) Strategis (3) Sedang (2) Kurang Strategis (1) Tidak Strategis 6. KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6)

Kondisi banyaknya peralatan produksi (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha

(5) Sangat Lengkap (4) Lengkap (3) Sedang (2) Kurang Lengkap (1) Tidak Lengkap (1) (2) (3) (4) 7. KLK = Kepercayaan Lembaga Keuangan (X7)

Kondisi kepercayaan lembaga keuangan (bank, donor, dll) terhadap usaha yang dijalankan (5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 8. KPT = Kemampuan

Penerapan Teknologi dan Informasi Usaha (X8)

Kemampuan usaha dalam menerapkan teknologi usaha yang ada

(5) Sangat Mampu (4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1) Tidak Mampu 9. KMU = Kemitraan Usaha

(X9)

Kemampuan menjalin hubungan usaha (bermitra) dengan usaha lain (dalam pemasaran, permodalan, pengadaan input, dll) (5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 10. BPR = Biaya produksi (X10)

Kondisi biaya produksi yang menjadi beban perusahaan dalam berproduksi di bandingkan dengan biaya produksi di luar Aceh Tengah (5) Sangat Tinggi (4) Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1) Sangat Rendah 11. KMP = Kemampuan Permodalan (X11)

Kondisi kemampuan permodalan perusahaan saat ini

(5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 12. KAU = Kondisi Administrasi

Usaha (X12)

Kondisi pelaksanaan adminisitasi perusahaan saat ini

(5) Sangat Baik (4) Baik (3) Sedang (2) Kurang Baik (1) Tidak Baik 13. PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13)

Kondisi penggunaan tenaga kerja dalam menjalankan aktivitas usaha

(5) Sangat Mendukung (4) Mendukung (3) Sedang

(2) Kurang Mendukung (1) Tidak Mendukung 14. VLU = Volume Usaha (X14) Kondisi volume usaha yang dihasilkan oleh

perusahaan saat ini

(5) Sangat Besar (4) Besar (3) Sedang (2) Kecil (1) Sangat Kecil 15. MJU = Kemajuan Usaha (Y) Kondisi kemajuan dalam memperoleh

keuntungan dan kepuasaan dalam usaha

(5) Sangat Tinggi (4) Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1) Sangat Rendah

II. KONDISI UMUM UMKM DAN KOPERASI ACEH TENGAH 2.1. Potensi UMKM dan Koperasi Aceh Tengah

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah sentra produksi kopi dan holtikultura yang penting di Aceh. Sampai sejauh ini sebagian besar UMKM dan koperasi Aceh Tengah baik langsung maupun tidak langsung, di hulu maupun di hilir usahanya terkait dengan bidang perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan juga peternakan. Basis usaha di

(7)

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

6

(1) (2) (3) (4)

7. KLK = Kepercayaan Lembaga Keuangan (X7)

Kondisi kepercayaan lembaga keuangan (bank, donor, dll) terhadap usaha yang dijalankan (5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 8. KPT = Kemampuan

Penerapan Teknologi dan Informasi Usaha (X8)

Kemampuan usaha dalam menerapkan teknologi usaha yang ada

(5) Sangat Mampu (4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1) Tidak Mampu 9. KMU = Kemitraan Usaha

(X9)

Kemampuan menjalin hubungan usaha (bermitra) dengan usaha lain (dalam pemasaran, permodalan, pengadaan input, dll) (5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 10. BPR = Biaya produksi (X10)

Kondisi biaya produksi yang menjadi beban perusahaan dalam berproduksi di bandingkan dengan biaya produksi di luar Aceh Tengah (5) Sangat Tinggi (4) Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1) Sangat Rendah 11. KMP = Kemampuan Permodalan (X11)

Kondisi kemampuan permodalan perusahaan saat ini

(5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 12. KAU = Kondisi Administrasi

Usaha (X12)

Kondisi pelaksanaan adminisitasi perusahaan saat ini

(5) Sangat Baik (4) Baik (3) Sedang (2) Kurang Baik (1) Tidak Baik 13. PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13)

Kondisi penggunaan tenaga kerja dalam menjalankan aktivitas usaha

(5) Sangat Mendukung (4) Mendukung (3) Sedang

(2) Kurang Mendukung (1) Tidak Mendukung 14. VLU = Volume Usaha (X14) Kondisi volume usaha yang dihasilkan oleh

perusahaan saat ini

(5) Sangat Besar (4) Besar (3) Sedang (2) Kecil (1) Sangat Kecil 15. MJU = Kemajuan Usaha (Y) Kondisi kemajuan dalam memperoleh

keuntungan dan kepuasaan dalam usaha

(5) Sangat Tinggi (4) Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1) Sangat Rendah

II. KONDISI UMUM UMKM DAN KOPERASI ACEH TENGAH 2.1. Potensi UMKM dan Koperasi Aceh Tengah

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah sentra produksi kopi dan holtikultura yang penting di Aceh. Sampai sejauh ini sebagian besar UMKM dan koperasi Aceh Tengah baik langsung maupun tidak langsung, di hulu maupun di hilir usahanya terkait dengan bidang perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan juga peternakan. Basis usaha di

5

Keterangan:

KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1) PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3) KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4) LSU = Letak Strategis Usaha (X5) KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6) KLK = Kepercayaan Lembaga Keuangan (X7) KPT = Kemampuan Penerapan Teknologi dan Informasi Usaha (X8)

KMU= Kemitraan Usaha (X9) BPR = Biaya produksi (X10)

KMP = Kemampuan Permodalan (X11) KAU = Kondisi Administrasi Usaha (X12) PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13) VLU = Volume Usaha (X14)

KJU = Kemajuan Usaha (Y)

Variabel penelitian, indikator dan pengukurannya dapat dilihat pada matrik Tabel 1.

Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Pengukuran

(1) (2) (3) (4)

1. KMI = Kemampuan Invidual Mengelola Usaha (X1)

Kemampuan individual memimpin/ mengelola usaha (5) Sangat Mampu (4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1)Tidak Mampu 2. PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)

Intensitas pembinaan pemerintah untuk UMKM (5) Sangat Sering (4) Sering (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

3. KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3)

Kondisi persaingan usaha (banyaknya usaha sejenis) (5) Sangat Banyak (4) Banyak (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang 4. KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4)

Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan pada usaha UMKM dan koperasi

(5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang

5. LSU = Letak Strategis Usaha (X5)

Kondisi letak strategis usaha baik dari sisi jangkauan konsumen maupun untuk akses input produksi (5) Sangat Strategis (4) Strategis (3) Sedang (2) Kurang Strategis (1) Tidak Strategis 6. KTU = Kelengkapan Teknologi Usaha (X6)

Kondisi banyaknya peralatan produksi (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha

(5) Sangat Lengkap (4) Lengkap (3) Sedang (2) Kurang Lengkap (1) Tidak Lengkap

II. KONDISI UMUM UMKM DAN KOPERASI ACEH TENGAH

2.1. Potensi UMKM dan Koperasi Aceh Tengah

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah sentra produksi kopi dan holtikultura yang penting di Aceh. Sampai sejauh ini sebagian besar UMKM dan koperasi Aceh Tengah baik langsung maupun tidak langsung, di hulu maupun di hilir usahanya terkait dengan bidang perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan juga peternakan. Basis usaha di atas diperkirakan semakin penting peranannya di masa depan, mengingat permintaan terhadap komoditas tersebut cenderung meningkat, baik lokal, nasional maupun secara internasional. Walaupun memang dilaporkan dalam kurun waktu 2002-2006 kontribusi sektor pertanian pada PDRB Aceh Tengah memperlihatkan angka pertumbuhan negatif sebesar -21,12% pertahun. Hal ini di antaranya lebih disebabkan oleh konflik Aceh yang berkepanjangan (BAPPEDA Aceh Tengah, 2008). Selain faktor di atas, pesatnya alih fungsi lahan juga semakin berdampak buruk pada produksi perkebunan, pertanian tanaman pangan dan peternakan, sehingga ketersediaan produksi pertanian relatif berkurang, sementara permintaan pasar semakin meningkat. Namun, kini kondisi konflik telah berganti dengan damai, diperkirakan pertumbuhan positif kembali akan terjadi karena disamping meningkatnya permintaan terhadap berbagai komoditas perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan peternakan, juga adanya kebijakan pemberdayaan kembali lahan tidur yang terbengkalai selama konflik, serta pembukaan lahan baru yang produktif.

2.2. Kinerja UMKM dan Koperasi Aceh Tengah

2.2.1. Perkembangan Kelembagaan UMKM dan Koperasi 1). Koperasi

Berdasarkan laporan Diskopindag Aceh Tengah per 31 Maret 2009 dari jumlah koperasi sejumlah 367 unit. Yang

(8)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

aktif sebanyak 171. Koperasi yang tidak aktif umumnya tersangkut dengan dana Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kompensasi BBM sebesar Rp35 miliar yang belum mampu dilunasi kepada kreditur/donatur. Masalah lain yang dihadapi koperasi adalah karena kualitas manajemen yang rendah, serta partisipasi anggota juga rendah. Akibatnya aktivitas usaha koperasi berjalan di tempat bahkan ada yang sudah tidak menjalankan usahanya lagi.

Data dalam Tabel 2 memperlihatkan bahwa jenis koperasi yang terbanyak adalah KSU sebanyak 98 unit. Disusul jenis koperasi lainnya seperti koperasi di kalangan TNI dan Polri, koperasi siswa, koperasi syariah, koperasi baitul qiradh, koperasi angkutan, dan koperasi mahasiswa, berjumlah 85 unit.

Tabel 2. Jenis Koperasi di Kabupaten Aceh Tengah

2). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan data dari Diskopindag 2008, sektor UMKM di Aceh Tengah telah mendapat suntikan dana mencapai Rp5 milyar yang mampu membantu UMKM dalam mengembangkan usahanya.

7

atas diperkirakan semakin penting peranannya di masa depan, mengingat

permintaan terhadap komoditas tersebut cenderung meningkat, baik lokal,

nasional maupun secara internasional. Walaupun memang dilaporkan dalam

kurun waktu 2002-2006 kontribusi sektor pertanian pada PDRB Aceh

Tengah memperlihatkan angka pertumbuhan negatif sebesar -21,12%

pertahun. Hal ini di antaranya lebih disebabkan oleh konflik Aceh yang

berkepanjangan (BAPPEDA Aceh Tengah, 2008). Selain faktor di atas,

pesatnya alih fungsi lahan juga semakin berdampak buruk pada produksi

perkebunan, pertanian tanaman pangan dan peternakan, sehingga

ketersediaan produksi pertanian relatif berkurang, sementara permintaan

pasar semakin meningkat. Namun, kini kondisi konflik telah berganti dengan

damai, diperkirakan pertumbuhan positif kembali akan terjadi karena

disamping meningkatnya permintaan terhadap berbagai komoditas

perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan peternakan, juga adanya

kebijakan pemberdayaan kembali lahan tidur yang terbengkalai selama

konflik, serta pembukaan lahan baru yang produktif.

2.2. Kinerja UMKM dan Koperasi Aceh Tengah

2.2.1. Perkembangan Kelembagaan UMKM dan Koperasi

1).

Koperasi

Berdasarkan laporan Diskopindag Aceh Tengah per 31

Maret 2009 dari jumlah koperasi sejumlah 367 unit. Yang aktif

sebanyak 171. Koperasi yang tidak aktif umumnya tersangkut

dengan dana Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kompensasi BBM

Tabel 2. Jenis Koperasi di Kabupaten Aceh Tengah

No Jenis Koperasi Jumlah

1 KUD 15

2 Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) 39

3 Koperasi Karyawan (Kopkar) 8

4 Koperasi Pasar (Koppas) 1

5 Koperasi Wanita (Kopwan) 32

6 Koperasi Serba Usaha (KSU) 98

7 Koperasi industri kecil dan kerajinan rakyat (Kopinkra) 6

8 Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) 5

9 Koperasi Pertanian (Koptan) 44

10 Koperasi Peternakan (Kopnak) 12

11 Koperasi Perikanan (Kopkan) 6

12 Koperasi Kehutanan (Kophut) 1

13 Koperasi Perkebunan (Kopbun) 6

14 Koperasi Panti Asuhan (Konpanti) 1

15 Koperasi Sekunder 8

16 Koperasi Lain-lain 85

Total 367

(9)

153

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

Selama ini perkembangan UMKM di Aceh Tengah tumbuh secara alamiah dari minat dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sebagian dari UMKM tersebut merupakan warisan secara turun-temurun dari orangtua mereka. Dalam melakukan kegiatannya UMKM Aceh Tengah relatif masih tradisional, baik dari aspek manajemen usaha, maupun dari sarana produksi yang dimiliki.

Hasil penelitian pada 80 unit UMKM dan koperasi Aceh Tengah berkaitan dengan bidang usaha yang menjadi garapan dikelompokkan ke dalam lima jenis usaha, meliputi: (1) Perdagangan sebanyak 37 unit; (2) Industri kecil dan kerajinan sebanyak 21 unit; (3) Pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan) sebanyak 10 unit; (4) Jasa sebanyak 8 unit; (5) Ekstraktif (kehutanan, galian) sebanyak 4 unit.

2.2.2. Permodalan

Penelitian ini hanya memperoleh data modal lancar. Dari pengakuan sebagian besar responden data modal tetap sukar untuk dihitung, dengan beberapa alasan mereka kurang terbuka dalam hal ini. Sebagian besar modal mereka merupakan modal sendiri. Dengan demikian yang dikemukakan dalam penelitian ini hanya modal lancar saja sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 1.

Grafik 1. Rataan Modal Lancar UMKM dan Koperasi

9% 20% 19% 23% 13% 11% 5% < 5 05 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100 > Rp 100

Grafik 1. Rataan Modal Lancar UMKM dan Koperasi

2.2.3. Omzet

Besarnya omzet usaha cenderung menggambarkan besarnya

manfaat ekonomi yang diperoleh. Semakin besar omzet diperkirakan

juga semakin luas jangkauan pelayanan dan aktivitas usaha, dan

dengan demikian juga semakin besar keuntungan. Demikian juga

sebaliknya. Perkembangan rataan omzet UMKM dan koperasi Aceh

Tengah sebulan dalam jutaan rupiah dapat dtelusuri pada Grafik 2.

18% 27% 24% 13% 10% 5% 3% < 10 11 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 > Rp 65

Grafik 2. Rataan Omzet UMKM dan Koperasi

2.2.4. Laba

Perolehan laba merupakan cerminan dari besarnya omzet dari

usaha tersebut. Perolehan laba juga sangat tergantung pada skala

usaha dan efisiensi yang dilakukan. Oleh karena itu aspek tersebut

menjadi perhatian UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selama ini

perkembangan skala usaha dan efisiensi belum menjadi perhatian

yang serius dari sebagian besar pengelola UMKM dan koperasi.

(10)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

2.2.3. Omzet

Besarnya omzet usaha cenderung menggambarkan besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh. Semakin besar omzet diperkirakan juga semakin luas jangkauan pelayanan dan aktivitas usaha, dan dengan demikian juga semakin besar keuntungan. Demikian juga sebaliknya. Perkembangan rataan omzet UMKM dan koperasi Aceh Tengah sebulan dalam jutaan rupiah dapat dtelusuri pada Grafik 2.

Grafik 2. Rataan Omzet UMKM dan Koperasi

2.2.4. Laba

Perolehan laba merupakan cerminan dari besarnya omzet dari usaha tersebut. Perolehan laba juga sangat tergantung pada skala usaha dan efisiensi yang dilakukan. Oleh karena itu aspek tersebut menjadi perhatian UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selama ini perkembangan skala usaha dan efisiensi belum menjadi perhatian yang serius dari sebagian besar pengelola UMKM dan koperasi. Mereka hanya terfokus dan lebih mudah puas dengan usaha yang telah ada dan dengan berbagai keterbatasan. Padahal kalau diperkembangan dan dikelola secara profesional usaha mereka diperkiakan akan berkembang dengan baik” (Umar Burhan & Munawar Ismail, 1988). Perkembangan rataan laba UMKM dan koperasi Aceh Tengah dalam tahun 2007 dapat dilihat pada grafik berikut:

9

9% 20% 19% 23% 13% 11% 5% < 5 05 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100 > Rp 100

Grafik 1. Rataan Modal Lancar UMKM dan Koperasi

2.2.3. Omzet

Besarnya omzet usaha cenderung menggambarkan besarnya

manfaat ekonomi yang diperoleh. Semakin besar omzet diperkirakan

juga semakin luas jangkauan pelayanan dan aktivitas usaha, dan

dengan demikian juga semakin besar keuntungan. Demikian juga

sebaliknya. Perkembangan rataan omzet UMKM dan koperasi Aceh

Tengah sebulan dalam jutaan rupiah dapat dtelusuri pada Grafik 2.

18% 27% 24% 13% 10% 5% 3% < 10 11 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 > Rp 65

Grafik 2. Rataan Omzet UMKM dan Koperasi

2.2.4. Laba

Perolehan laba merupakan cerminan dari besarnya omzet dari

usaha tersebut. Perolehan laba juga sangat tergantung pada skala

usaha dan efisiensi yang dilakukan. Oleh karena itu aspek tersebut

menjadi perhatian UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selama ini

perkembangan skala usaha dan efisiensi belum menjadi perhatian

yang serius dari sebagian besar pengelola UMKM dan koperasi.

(11)

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

Grafik 3. Rataan Laba UMKM dan Koperasi 2.3. Profil Manajemen

Karakteristik Responden

Umur responden yang terbanyak (41–45 tahun) sebesar 21 orang (26,25%). Mereka termasuk dalam usia yang produktif dan dinggap sangat ideal mengelola usaha. Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 54 orang (67,50%). Perempuan hanya 26 orang (32,50%). Responden laki-laki kebanyakan mengelola usaha yang mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan responden perempuan. Usaha yang dikelola oleh perempuan lebih bersifat usaha kerajinan, perdagangan eceran dan jasa. Sedangkan laki-laki lebih kepada usaha pengolahan khususnya industri kecil, perkebunan dan pertanian.

Banyak pendapat mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pemahaman orang tersebut terhadap sesuatu yang dikerjakannya. Akan tetapi pendidikan yang dimaksud lebih bersifat pendidikan yang menyangkut tentang penguasaan keahlian tertentu dalam kehidupannya. Demikian juga dalam mengelola usaha, tingkat pendidikan biasanya sangat dominan mempengaruhinya. Tingkat pendidikan terbanyak pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah adalah tingkat SLTA sebesar 50%. Berikut disusul oleh SLTP sebesar 41,25%. Dalam pengelolaan UMKM dan koperasi maka 28,75% responden yang memiliki pengalaman usaha 11-15 tahun.

10

Mereka hanya terfokus dan lebih mudah puas dengan usaha yang

telah ada dan dengan berbagai keterbatasan. Padahal kalau

diperkembangan dan dikelola secara profesional usaha mereka

diperkiakan akan berkembang dengan baik” (Umar Burhan &

Munawar Ismail, 1988). Perkembangan rataan laba UMKM dan

koperasi Aceh Tengah dalam tahun 2007 dapat dilihat pada grafik

berikut:

15% 29% 26% 24% 5% 1% 0% < 10 11 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 56 – 65 > Rp 65

Grafik 3. Rataan Laba UMKM dan Koperasi

2.3. Profil Manajemen

Karakteristik Responden

Umur responden yang terbanyak (41–45 tahun) sebesar 21 orang

(26,25%). Mereka termasuk dalam usia yang produktif dan dinggap sangat

ideal mengelola usaha. Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak

adalah laki-laki sebanyak 54 orang (67,50%). Perempuan hanya 26 orang

(32,50%). Responden laki-laki kebanyakan mengelola usaha yang

mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan responden perempuan.

Usaha yang dikelola oleh perempuan lebih bersifat usaha kerajinan,

perdagangan eceran dan jasa. Sedangkan laki-laki lebih kepada usaha

pengolahan khususnya industri kecil, perkebunan dan pertanian.

Banyak pendapat mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin baik pemahaman orang tersebut terhadap sesuatu yang

dikerjakannya. Akan tetapi pendidikan yang dimaksud lebih bersifat

pendidikan yang menyangkut tentang penguasaan keahlian tertentu dalam

kehidupannya. Demikian juga dalam mengelola usaha, tingkat pendidikan

biasanya sangat dominan mempengaruhinya. Tingkat pendidikan terbanyak

pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah adalah tingkat SLTA sebesar

50%. Berikut disusul oleh SLTP sebesar 41,25%. Dalam pengelolaan

(12)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

Apabila diperhatikan dari sebaran besarnya pendapatan yang diperoleh oleh pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah yang terbanyak kisarannya 2,1 hingga 2,5 juta rupiah perbulan atau sebesar 57,50%. Pendapatan tersebut menurut mereka merupakan pendapatan bersih yang di bawa pulang ke rumah. Sebenarnya dalam kondisi tidak krisis keuangan global seperti saat ini atau juga tidak terjadi konflik tingkat pendapatan bisa lebih tinggi lagi. Walaupun kondisi krisis keuangan global tidak berhubungan langsung namun cukup memberikan pengaruh pada denyut UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selanjutnya beban anggota keluarga yang relatif besar biasanya sangat terasa bagi UMKM dan koperasi dalam mengembangkan usahanya. Sebab perolehan pendapatan yang relatif kecil akan menghambat UMKM dan koperasi dalam hal pembentukan modal untuk ekspansi usaha. Apalagi kalau anggota keluarga tersebut sebagai sumberdaya yang bersifat konsumtif, bukan tenaga produktif akan sangat membebani perkembangan UMKM dan koperasi. Sebaran pengelola UMKM dan koperasi yang terbanyak memiliki jumlah tanggungan keluarga dengan kisaran 6 hingga 10 orang sebesar 50%.

2.4. Pembinaan Pemerintah

2.4.1. Kemudahan Perizinan

Menyadari pentingnya memacu perkembangan UMKM dan koperasi, Pemda Aceh Tengah melalui Diskopindag telah menempuh berbagai cara, baik dengan melakukan himbauan maupun terjun ke lapangan menjemput bola agar UMKM dan koperasi dapat memperoleh izin usaha secara legal. Hal ini dimaksudkan agar UMKM dan koperasi dapat berusaha secara pasti dengan perlindungan hukum yang kuat dari pemerintah. Dengan adanya izin usaha timbul kepercayaan dari pelanggan dan mitra. Hal tersebut akan memacu UMKM dan koperasi berkembang secara kondusif serta memiliki jaringan usaha yang lebih luas.

2.4.2. Penguatan Manajemen

Sama halnya dengan kemudahan dalam pemberian izin usaha, penguatan manajemen juga sangat penting dilakukan secara terencana, terarah dan terpadu. Setiap tahun Pemda Aceh Tengah telah mengalokasikan sejumlah dana dalam rangka penguatan manajemen. Sebab dengan luasnya pengetahuan manajemen

(13)

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

dalam berbagai aspek usaha dan organisasi maka diharapkan manajemen akan profesional dalam mengelola usahanyan.

Selama ini telah diupayakan penguatan manajemen terutama dalam bidang kewirausahaan, pelatihan akuntansi usaha, kemitraan, dan aspek-aspek manajemen yang lainnya. Semua ini dimaksudkan agar UMKM dan koperasi dapat hidup dan berkembang sesuai harapan. Walaupun diakui memang belum semua UMKM dan koperasi di Aceh Tengah telah memperoleh penguatan dalam hal manajemen ini, akan tetapi Pemda Aceh Tengah akan terus-menerus berusaha untuk melakukannya agar UMKM dan koperasi dapat berkembang dengan baik.

2.4.3. Penguatan Modal

Pemerintah Kabupaten Aceh sangat peduli dalam hal penguatan permodalan bagi UMKM dan koperasi. Banyak program-program bantuan modal telah dilakukan dalam meningkatkan aktivitas UMKM dan koperasi. Modal tersebut ada yang bersumber dari APBN, APBA maupun APBK secara langsung, di samping ada dana yang besumber dari non pemerintah secara tidak langsung seperti dari bank.

2.4.4. Peralatan Produksi

Bantuan peralatan produksi sesuai dengan bidang kegiatan UMKM dan koperasi sudah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berproduksi. Walaupun peralatan tersebut relatif sederhana, namun diharapkan bermanfaat bagi UMKM dan koperasi. Sebagian UMKM dan koperasi Aceh Tengah telah mendapatkan pembinaan baik dari Diskopindag dan juga dari berbagai instansi lain berkaitan dengan peralatan produksi. Biasanya bantuan peralatan diberikan bersamaan dengan pembekalan dalam mempergunakannya.

2.4.5. Akses Informasi dan Pasar

Pemda Aceh Tengah telah berupaya untuk memperluas akses informasi dan akses pasar. Bahkan pada beberapa waktu yang lalu sudah dilaksanakan pelatihan tentang penggunaan internet dalam memasarkan produk. Demikian juga dengan upaya meningkatkan kemampuan individual dalam menjalin komunikasi dengan berbagai pihak telah diupayakan dengan

(14)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

harapan pengelola UMKM dan koperasi dapat meningkatkan pengetahuan dan sekaligus kemampuan praktiknya. Dewasa ini banyak pihak meyakini bahwa “hanya perusahaan-perusahan yang mampu mengakses berbagai informasi saja yang dapat bertahan di dalam pasar“ (Indra Ismawan, 2001). Oleh karena itu kedua variabel tersebut saling berkait erat dalam meningkatkan kemajuan UMKM dan koperasi. Apabila pengelola UMKM dan koperasi menguasai akses informasi dan jangkauan pasar yang luas maka diyakini UMKM dan koperasi Aceh Tengah dapat lebih eksis dari yang lainnya. Kedua hal tersebut harus bersinergi dalam pencapaiannya. Sehingga UMKM dan koperasi Aceh Tengah akan menjadi lebih modern dengan memiliki informasi dan pangsa pasar yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

III. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN

UMKM DAN KOPERASI KABUPATEN ACEH TENGAH

3.1. Faktor Pendukung dan Penghambat

Hasil investigasi di lapangan pada 80 unit UKMKM yang diteliti memberikan gambaran bahwa ada 14 variabel yang berhasil diinventarisir sebagai faktor pendukung dan penghambat perkembangan UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh. Keempat belas variabel ini merupakan variabel bebas yang mempengaruhi perkembangan atau kemajuan usaha UMKM dan koperasi Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan satu variabel lagi merupakan variabel terikat (variabel yang terpengaruh), yaitu variabel keuntungan dan kepuasan usaha. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Kemampuan mengelola sendiri, (2) Pembinaan pemerintah, (3) Persaingan usaha, (4) Kepercayaan pelanggan, (5) Strategis letak usaha, (6) Peralatan usaha, (7) Kepercayaan bank, donatur lain, (8) Kemampuan menggunakan teknologi, (9) Kemitraan usaha (kerjasama usaha), (10) Biaya produksi, (11) Kemampuan permodalan, (12) Administrasi dan pembukuan usaha, (13) Kemampuan tenaga kerja, (14) Jaringan pemasaran.

Dari 80 unit UMKM dan koperasi yang diteliti ditemukan bahwa 65 unit (81%) mengatakan bahwa variabel kemampuan mengelola usaha secara mandiri dirasakan mendukung perkembangan usaha mereka. Selebihnya ada 15 unit (19%) mengatakan kemampuan individual dalam mengelola usaha merupakan faktor penghambat. Variabel lainnya yang mendukung usaha mikro ada 6 variabel (bernilai diatas 50%) yaitu berturut-turut sebagai berikut: (1) Variabel kemampuan tenaga kerja

(15)

159

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

94%, (2) Pembinaan pemerintah 88%, (3) Kemampuan mengelola usaha 81%, (4) Persaingan usaha 78%, (5) Jaringan pemasaran 68%, (6) Strategis letak usaha 58%. Dengan demikian dari 15 variabel yang berhasil diinventarisir di lapangan hanya 6 variabel saja kebanyakan UMKM di Aceh Tengah merasakan dapat mendukung usaha. Selebihnya merupakan faktor penghambat.

3.2. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha UMKM dan Koperasi di Kabupaten Aceh Tengah

Hasil penelitian lapangan terhadap kondisi masing-masing variabel yang mempengaruhi perkembangan atau kemajuan usaha UMKM dan koperasi dapat dilihat pada sebagai berikut:

3.2.1. Kemampuan Pribadi (individual) Mengelola Usaha

Hasil investigasi di lapangan memberikan gambaran bahwa kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi di Aceh Tengah mampu mengelola usahanya secara mandiri (73%). Kemampuan mengelola usaha di sini dimaksudkan adalah mampu dalam hal mengambil kebijakan usaha dan menanggung risiko yang mungkin timbul. Selain itu juga mereka mampu bertanggungjawab dalam memajukan usahanya, termasuk dalam masa-masa konflik Aceh yang lalu. Mereka sebagian besar mampu bertahan hidup dan sampai asat ini masih eksis walaupun dalam berbagai keterbatasan.

Grafik 4. Kemampuan Mengelola Usaha

3.2.1. Kemampuan Pribadi (individual) Mengelola Usaha

Hasil investigasi di lapangan memberikan gambaran bahwa

kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi di Aceh Tengah mampu

mengelola usahanya secara mandiri (73%). Kemampuan mengelola

usaha di sini dimaksudkan adalah mampu dalam hal mengambil

kebijakan usaha dan menanggung risiko yang mungkin timbul.

Selain itu juga mereka mampu bertanggungjawab dalam memajukan

usahanya, termasuk dalam masa-masa konflik Aceh yang lalu.

Mereka sebagian besar mampu bertahan hidup dan sampai asat ini

masih eksis walaupun dalam berbagai keterbatasan.

3 59 3 7 8 0 10 20 30 40 50 60 70 Sangat Mampu

Mampu Sedang Kurang Mampu

Tidak Mampu

Grafik 4. Kemampuan Mengelola Usaha

3.2.2. Pembinaan Pemerintah

Pemerintah secara terus-menerus sesuai dengan kemampuannya

telah membina perkembangan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah

agar UMKM dan koperasi dapat mandiri dan maju. Sebab

pemerintah berkeyakinan bahwa perbaikan kualitas ekonomi rakyat

dalam mewujudkan kemakmuran dapat dicapai dengan memberikan

perhatian yang sungguh-sungguh kepada usaha yang dikelola oleh

rakyat. Berbagai bentuk pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah

untuk meningkatkan kinerja UMKM dan koperasi meliputi; pelatihan

keterampilan dalam berusaha (kewirausahaan), pelatihan tentang

pembukuan usaha, pelatihan pemasaran hasil, akses informasi dan

teknologi serta diikuti oleh adanya bantuan modal usaha. Setiap

tahun Pemerintah Aceh Tengah melalui dinas terkait secara

terus-menerus membina UMKM dan koperasi agar mereka dapat tumbuh

berkembang sesuai dengan perkembangan dan dinamika ekonomi

yang terjadi. Kondisi intensitas pembinaan pemerintah dapat dilihat

pada grafik berikut:

(16)

160

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

3.2.2. Pembinaan Pemerintah

Pemerintah secara terus-menerus sesuai dengan kemampuannya telah membina perkembangan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah agar UMKM dan koperasi dapat mandiri dan maju. Sebab pemerintah berkeyakinan bahwa perbaikan kualitas ekonomi rakyat dalam mewujudkan kemakmuran dapat dicapai dengan memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada usaha yang dikelola oleh rakyat. Berbagai bentuk pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kinerja UMKM dan koperasi meliputi; pelatihan keterampilan dalam berusaha (kewirausahaan), pelatihan tentang pembukuan usaha, pelatihan pemasaran hasil, akses informasi dan teknologi serta diikuti oleh adanya bantuan modal usaha. Setiap tahun Pemerintah Aceh Tengah melalui dinas terkait secara terus-menerus membina UMKM dan koperasi agar mereka dapat tumbuh berkembang sesuai dengan perkembangan dan dinamika ekonomi yang terjadi. Kondisi intensitas pembinaan pemerintah dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 5. Pembinaan Pemerintah

3.2.3. Persaingan Usaha

Hampir tidak ada usaha yang tidak ada pesaingnya oleh karena itu UMKM dan koperasi perlu memperkuat dirinya dalam segala hal agar mampu berkompetisi dengan usaha sejenis yang dimiliki pesaingnya. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 52% mengaku bahwa usaha sejenis yang mereka lakukan di sekitarnya kurang mendapat persaingan dari pihak lain. Tentu kondisi ini dapat menjadi faktor pendukung yang penting

11 53 6 4 6 0 10 20 30 40 50 60 Sangat Sering

Sering Sedang Kurang Sangat Kurang

Grafik 5. Pembinaan Pemerintah

3.2.3. Persaingan Usaha

Hampir tidak ada usaha yang tidak ada pesaingnya oleh karena

itu UMKM dan koperasi perlu memperkuat dirinya dalam segala hal

agar mampu berkompetisi dengan usaha sejenis yang dimiliki

pesaingnya. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 52%

mengaku bahwa usaha sejenis yang mereka lakukan di sekitarnya

kurang mendapat persaingan dari pihak lain. Tentu kondisi ini dapat

menjadi faktor pendukung yang penting bagi perkembangan UMKM

dan koperasi di Aceh Tengah, andai mereka mengembangkan

usahanya secara profesional di masa-masa medatang.

8 10 3 42 17 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sangat banyak

Banyak Sedang Kurang Sangat kurang

Grafik 6. Persaingan Usaha

3.2.4. Tingkat kepercayaan pelanggan terhadap usaha

Kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi mengatakan

bahwa tingkat kepercayaam pelanggan kepada usaha mereka kurang

(50%). Hal ini disebabkan oleh keterjaminan pasokan, kontinuitas

produksi, dan jaringan pemasaran yang terbatas sehingga

(17)

161

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

bagi perkembangan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah, andai mereka mengembangkan usahanya secara profesional di masa-masa medatang.

Grafik 6. Persaingan Usaha

3.2.4. Tingkat kepercayaan pelanggan terhadap usaha

Kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi mengatakan bahwa tingkat kepercayaam pelanggan kepada usaha mereka kurang (50%). Hal ini disebabkan oleh keterjaminan pasokan, kontinuitas produksi, dan jaringan pemasaran yang terbatas sehingga menyebabkan banyak pelanggan kurang percaya dengan produk dan pelayanan yang diberikan oleh UMKM dan koperasi.

Grafik 7. Kepercayaan Pelanggan

15

11 53 6 4 6 0 10 20 30 40 50 60 Sangat Sering

Sering Sedang Kurang Sangat Kurang

Grafik 5. Pembinaan Pemerintah

3.2.3. Persaingan Usaha

Hampir tidak ada usaha yang tidak ada pesaingnya oleh karena

itu UMKM dan koperasi perlu memperkuat dirinya dalam segala hal

agar mampu berkompetisi dengan usaha sejenis yang dimiliki

pesaingnya. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 52%

mengaku bahwa usaha sejenis yang mereka lakukan di sekitarnya

kurang mendapat persaingan dari pihak lain. Tentu kondisi ini dapat

menjadi faktor pendukung yang penting bagi perkembangan UMKM

dan koperasi di Aceh Tengah, andai mereka mengembangkan

usahanya secara profesional di masa-masa medatang.

8 10 3 42 17 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sangat banyak

Banyak Sedang Kurang Sangat kurang

Grafik 6. Persaingan Usaha

3.2.4. Tingkat kepercayaan pelanggan terhadap usaha

Kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi mengatakan

bahwa tingkat kepercayaam pelanggan kepada usaha mereka kurang

(50%). Hal ini disebabkan oleh keterjaminan pasokan, kontinuitas

produksi, dan jaringan pemasaran yang terbatas sehingga

menyebabkan banyak pelanggan kurang percaya dengan produk dan

pelayanan yang diberikan oleh UMKM dan koperasi. Memang diakui

oleh pengelola UMKM dan koperasi bahwa keterbatasan mereka

dalam hal pasokan, pemasaran seringkali menjadi ganjalan dalam

berusaha. Akibatnya pelanggan sering beralih kepada usaha lain.

Seperti dalam hal usaha peternakan, produk industri kecil dan

kerajinan. Kondisi kepercayaan pelanggan terhadap UMKM dan

koperasi Aceh Tengah dapat dilihat pada Grafik 7.

10 13 2 41 14 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sangat kuat

Kuat Sedang Kurang Sangat Kuang

Grafik 7. Kepercayaan Pelanggan

3.2.5. Letak Strategis Usaha dari Jangkauan Konsumen maupun

untuk Akses Input Produksi

Aspek lain yang penting dalam perkembangan dan kemajuan

usaha adalah letak usaha yang strategis. Hasil penelitian memberikan

gambaran bahwa ada 48% pengelola UMKM dan koperasi Aceh

Tengah mengatakan bahwa letak usaha mereka relatif strategis. Letak

strategis ini meliputi kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan

bahan baku, dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi.

6 39 7 20 8 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sangat Strategis

Strategis Sedang Kurang Strategis

Tidak Strategis

(18)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

Memang diakui oleh pengelola UMKM dan koperasi bahwa keterbatasan mereka dalam hal pasokan, pemasaran seringkali menjadi ganjalan dalam berusaha. Akibatnya pelanggan sering beralih kepada usaha lain. Seperti dalam hal usaha peternakan, produk industri kecil dan kerajinan. Kondisi kepercayaan pelanggan terhadap UMKM dan koperasi Aceh Tengah dapat dilihat pada Grafik 7.

3.2.5. Letak Strategis Usaha dari Jangkauan Konsumen maupun untuk Akses Input Produksi

Aspek lain yang penting dalam perkembangan dan kemajuan usaha adalah letak usaha yang strategis. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 48% pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah mengatakan bahwa letak usaha mereka relatif strategis. Letak strategis ini meliputi kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan bahan baku, dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi.

Grafik 8. Letak Strategis Usaha

3.2.6. Kelengkapan Peralatan Produksi (teknologi) yang Dimiliki Dalam Berusaha

Kelengkapan sarana termasuk tekologi produksi mulai dari hulu hinggi hilir, sangat berpengaruh dalam memajukan usaha. Di hulu diperlukan teknologi pengolahan dan peralatan pendukung lainnya. Sedangkan di hilir termasuk fasilitas pemasaran dan sarana transportasi. Semua sarana tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu kelengkapan

16

menyebabkan banyak pelanggan kurang percaya dengan produk dan

pelayanan yang diberikan oleh UMKM dan koperasi. Memang diakui

oleh pengelola UMKM dan koperasi bahwa keterbatasan mereka

dalam hal pasokan, pemasaran seringkali menjadi ganjalan dalam

berusaha. Akibatnya pelanggan sering beralih kepada usaha lain.

Seperti dalam hal usaha peternakan, produk industri kecil dan

kerajinan. Kondisi kepercayaan pelanggan terhadap UMKM dan

koperasi Aceh Tengah dapat dilihat pada Grafik 7.

10 13 2 41 14 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sangat kuat

Kuat Sedang Kurang Sangat Kuang

Grafik 7. Kepercayaan Pelanggan

3.2.5. Letak Strategis Usaha dari Jangkauan Konsumen maupun

untuk Akses Input Produksi

Aspek lain yang penting dalam perkembangan dan kemajuan

usaha adalah letak usaha yang strategis. Hasil penelitian memberikan

gambaran bahwa ada 48% pengelola UMKM dan koperasi Aceh

Tengah mengatakan bahwa letak usaha mereka relatif strategis. Letak

strategis ini meliputi kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan

bahan baku, dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi.

6 39 7 20 8 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sangat Strategis

Strategis Sedang Kurang Strategis

Tidak Strategis

(19)

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

fasilitas dalam berusaha harus menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan usaha.

Hasil penelitian memberi gambaran bahwa sebagian responden mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki saat ini kurang lengkap mencapai 41 orang dari 80 orang sampel (51,25%).

3.2.7. Kepercayaan Lembaga Keuangan (bank, donor, dll) Terhadap Usaha

Peran lembaga keuangan dalam mendukung suatu usaha seringkali juga mempengaruhi maju mundurnya usaha. Sebuah usaha memperoleh dukungan dari lembaga keuangan apabila usaha tersebut mendapat kepercayaan yang tinggi dari lembaga keuangan yang berminat membantunya. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa 32 responden dari 80 responden sampel (40%) menyatakan lembaga keuangan kurang percaya akan usaha mereka. Kepercayaan dari lembaga keuangan sangat penting untuk ditumbuh-kembangkan agar sebuah usaha dapat meningkatkan aktivitas dan keuntungannya.

Grafik 9. Kepercayaan Lembaga Keuangan

3.2.8. Kemampuan Permodalan Perusahaan Saat Ini

Kemampuan permodalan dalam menggerakkan usaha merupakan faktor yang penting yang tidak dapat diabaikan. Sebab dalam kondisi persaingan yang semakin ketat saat ini sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya tanpa didukung oleh modal yang memadai. Modal yang memadai akan membantu pengusaha dalam memperluas jangkauan atau skala

usaha. Oleh karena itu berbagai pihak yang memiliki kepedulian

17

3.2.6. Kelengkapan Peralatan Produksi (teknologi) yang Dimiliki

Dalam Berusaha

Kelengkapan sarana termasuk tekologi produksi mulai dari

hulu hinggi hilir, sangat berpengaruh dalam memajukan usaha. Di

hulu diperlukan teknologi pengolahan dan peralatan pendukung

lainnya. Sedangkan di hilir termasuk fasilitas pemasaran dan sarana

transportasi. Semua sarana tersebut saling terkait satu dengan yang

lain. Oleh karena itu kelengkapan fasilitas dalam berusaha harus

menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan usaha.

Hasil penelitian memberi gambaran bahwa sebagian responden

mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki saat ini kurang lengkap

mencapai 41 orang dari 80 orang sampel (51,25%).

3.2.7. Kepercayaan Lembaga Keuangan (bank, donor, dll) Terhadap

Usaha

Peran lembaga keuangan dalam mendukung suatu usaha

seringkali juga mempengaruhi maju mundurnya usaha. Sebuah usaha

memperoleh dukungan dari lembaga keuangan apabila usaha tersebut

mendapat kepercayaan yang tinggi dari lembaga keuangan yang

berminat membantunya. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa

32 responden dari 80 responden sampel (40%) menyatakan lembaga

keuangan kurang percaya akan usaha mereka. Kepercayaan dari

lembaga keuangan sangat penting untuk ditumbuh-kembangkan agar

sebuah usaha dapat meningkatkan aktivitas dan keuntungannya.

2 5 16 32 25 0 5 10 15 20 25 30 35 Sangat kuat

Kuat Sedang Kurang Sangat Kurang

Grafik 9. Kepercayaan Lembaga Keuangan

3.2.8. Kemampuan Permodalan Perusahaan Saat Ini

Kemampuan

permodalan

dalam

menggerakkan

usaha

merupakan faktor yang penting yang tidak dapat diabaikan. Sebab

(20)

JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174

dalam membantu UMKM dan koperasi dalam hal bantuan permodalan hendaknya secara terus-menerus dan terencana dalam membantu UMKM dan koperasi.

Grafik 10. Kemampuan Permodalan

3.2.9. Biaya produksi

Biaya produksi yang rendah sangat mendukung usaha dalam menguasai pasar. Konsumen yang rasional selalu mempertimbangkan rendahnya harga beli. Oleh karena itu pengusaha hendaknya selalu memperhatikan efisiensi dalam berusaha atau berproduksi dengan melakukan berbagai strategi, terutama strategi biaya rendah (low cost strategy). Dengan melakukan strategi tersebut maka kemampuan untuk memperoleh pelanggan semakin banyak, karena harga jual produk menjadi lebih murah.

Grafik 11. Biaya Produksi

dalam kondisi persaingan yang semakin ketat saat ini sulit bagi

perusahaan untuk mengembangkan usahanya tanpa didukung oleh

modal yang memadai. Modal yang memadai akan membantu

pengusaha dalam memperluas jangkauan atau skala usaha. Oleh

karena itu berbagai pihak yang memiliki kepedulian dalam

membantu UMKM dan koperasi dalam hal bantuan permodalan

hendaknya secara terus-menerus dan terencana dalam membantu

UMKM dan koperasi.

3 7 10 15 45 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Sangat kuat

Kuat Sedang Kurang Sangat Kurang

Grafik 10. Kemampuan Permodalan

3.2.9. Biaya produksi

Biaya produksi yang rendah sangat mendukung usaha dalam

menguasai

pasar.

Konsumen

yang

rasional

selalu

mempertimbangkan rendahnya harga beli. Oleh karena itu pengusaha

hendaknya selalu memperhatikan efisiensi dalam berusaha atau

berproduksi dengan melakukan berbagai strategi, terutama strategi

biaya rendah (low cost strategy). Dengan melakukan strategi tersebut

maka kemampuan untuk memperoleh pelanggan semakin banyak,

karena harga jual produk menjadi lebih murah.

1 4 5 61 9 0 10 20 30 40 50 60 70 Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Grafik 11. Biaya Produksi

dalam kondisi persaingan yang semakin ketat saat ini sulit bagi

perusahaan untuk mengembangkan usahanya tanpa didukung oleh

modal yang memadai. Modal yang memadai akan membantu

pengusaha dalam memperluas jangkauan atau skala usaha. Oleh

karena itu berbagai pihak yang memiliki kepedulian dalam

membantu UMKM dan koperasi dalam hal bantuan permodalan

hendaknya secara terus-menerus dan terencana dalam membantu

UMKM dan koperasi.

3 7 10 15 45 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Sangat kuat

Kuat Sedang Kurang Sangat Kurang

Grafik 10. Kemampuan Permodalan

3.2.9. Biaya produksi

Biaya produksi yang rendah sangat mendukung usaha dalam

menguasai

pasar.

Konsumen

yang

rasional

selalu

mempertimbangkan rendahnya harga beli. Oleh karena itu pengusaha

hendaknya selalu memperhatikan efisiensi dalam berusaha atau

berproduksi dengan melakukan berbagai strategi, terutama strategi

biaya rendah (low cost strategy). Dengan melakukan strategi tersebut

maka kemampuan untuk memperoleh pelanggan semakin banyak,

karena harga jual produk menjadi lebih murah.

1 4 5 61 9 0 10 20 30 40 50 60 70 Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(21)

165

Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan

Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)

3.2.10. Volume Usaha

Meningkat atau menurunnya volume usaha berpengaruh pada penerimaan tingkat laba. Volume usaha yang meningkat disebabkan oleh meningkatnya kinerja perusahaan dalam beberapa bidang, diantaranya; meningkatkan jumlah pelanggan atau pengguna produk perusahaan, baik barang maupun jasa. Selain itu juga adanya peningkatan dalam skala usaha dan pelayanan. Meningkatnya volume usaha bagi perusahaan merupakan hal yang sangat penting, sebab variabel ini juga merupakan indikator yang sangat mendukung perkembangan usaha.

Grafik 12. Volume Usaha

3.2.11. Kemampuan Menjalin Hubungan Usaha (bermitra) Dengan Usaha Lain Seperti Dalam Pemasaran Hasil, Permodalan, Pengadaan Input, dll)

Banyak pihak meyakini bahwa kemampuan menjalin hubungan usaha (bermitra) dengan usaha lain dapat meningkatkan usaha. Kemitraan dimaksud meliputi; bidang pemasaran, investasi bersama dalam bidang produksi, permodalan, pengadaan input, serta menghadapi sesuatu yang menghambat perkembangan perusahaan. Dengan bermitra maka posisi tawar mereka menjadi lebih kuat apalagi ketika menghadapi persaingan yang sangat ketat. Kondisi kemampuan menjalin kemitraan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah dapat dilihat pada grafik berikut:

3.2.10. Volume Usaha

Meningkat atau menurunnya volume usaha berpengaruh pada

penerimaan tingkat laba. Volume usaha yang meningkat disebabkan

oleh meningkatnya kinerja perusahaan dalam beberapa bidang,

diantaranya; meningkatkan jumlah pelanggan atau pengguna produk

perusahaan, baik barang maupun jasa. Selain itu juga adanya

peningkatan dalam skala usaha dan pelayanan. Meningkatnya

volume usaha bagi perusahaan merupakan hal yang sangat penting,

sebab variabel ini juga merupakan indikator yang sangat mendukung

perkembangan usaha.

2 43 9 20 6 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Sangat Besar

Besar Sedang Kecil Sangat Kecil

Grafik 12. Volume Usaha

3.2.11. Kemampuan Menjalin Hubungan Usaha (bermitra) Dengan

Usaha Lain Seperti Dalam Pemasaran Hasil, Permodalan,

Pengadaan Input, dll)

Banyak pihak meyakini bahwa kemampuan menjalin hubungan

usaha (bermitra) dengan usaha lain dapat meningkatkan usaha.

Kemitraan dimaksud meliputi; bidang pemasaran, investasi bersama

dalam bidang produksi, permodalan, pengadaan input, serta

menghadapi sesuatu yang menghambat perkembangan perusahaan.

Dengan bermitra maka posisi tawar mereka menjadi lebih kuat

apalagi ketika menghadapi persaingan yang sangat ketat. Kondisi

kemampuan menjalin kemitraan UMKM dan koperasi di Aceh

Tengah dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar

Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian
Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian
Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian
Tabel 2.  Jenis Koperasi di Kabupaten Aceh Tengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai pendidikan watak diduga telah melekat pada pembelajaran pencak silat. Memang tidak banyak ditemukan bukti empiris mengenai hal itu sehingga diperlukan pengkajian

Kelemahan oksida bismut pada tekanan separa oksigen boleh menyebabkan ketidakstabilan dan terjadi penguraian menjadi logam bismut (Zhang et al. Penguraian dan perubahan

Maka bila dilihat dari tabel 4.10 di atas pernyataan terhadap Kesadaran Merek yang terdapat pada sepeda motor Merek Mio Fino dapat dikatakan Tinggi, karena nilai

1) Peneliti tidak menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Pemberian motivasi belajar terhadap siswa masih kurang sehingga ada sebangian siswa tidak memperhatikan

(7) Bentuk dan isi slip setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Salah salah satu parameter yang dapat menggambarkan kondisi fisis geologi lokal terhadap deformasi adalah Ground Shear Strain (GSS).GSS diperoleh dari hubungan

Kedua jenis ini memiliki banyak persamaan karakter yaitu pada warna batang hijau gelap, bentuk daun yang lonjong, bentuk ujung daun membelah, bentuk bunga bintang, bentuk

Pola pikir yang masih tertanam dalam alam sadar manusia, pengalaman semu yang sebenarnya tidak dialami oleh semua orang, dan kesadaran bersama yang tercipta untuk berada dalam