• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Integritas Lanskap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Integritas Lanskap"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan konsep pemeliharaan yang terarah dan terencana akan membuahkan hasil yang maksimal untuk mencapai kualitas lanskap yang baik dan berkelanjutan. Program pemeliharaan yang ada di Kota Bunga meliputi kegiatan pemeliharaan rutin yang dikenal dengan metode 7 P seperti Pemangkasan, Penyiraman, Pemupukan, Pendangiran, Proteksi tanaman, Penggantian tanaman, dan Pembersihan. Dalam pelaksaan di lapang sepenuhnya diserahkan kepada kontraktor sehingga pihak pengelola bertanggung jawab untuk mengawasi (monitoring) kinerja kontraktor dan dilakukan evaluasi setelahnya, yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil kerja, mengetahui segala permasalahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan di lapang serta menemukan solusi pemecahannya. Program pemeliharaan lainnya yaitu pemeliharaan terhadap hardscape (pengecetan pot tanaman, pembersihan saluran, kolam, tangga, dan selokan, ataupun pembersihan sekitar rumah); dan pemeliharaan kebersihan lingkungan seperti pengangkutan dan pembuangan sampah setiap hari. Untuk seluruk kegiatan-kegiatan tersebut berada di bawah naungan Landscape Department.

Prinsip-Prinsip Pemeliharaan Integritas Lanskap

Inti dari pengelolaan lanskap adalah memelihara dan menciptakan suatu tatanan lanskap agar tetap sesuai dengan tujuan dan desain semula sehingga kesatuan dan integritas lanskap di kawasan tersebut dapat dipertahankan. Integritas lanskap terdiri dari elemen mayor dan elemen minor. Elemen mayor meliputi elemen yang keberadaanya tidak dapat diubah atau kecil sekali kemungkinan untuk mengubahnya. Yang dapat dilakukan adalah beradaptasi pada keadaan alamiah tersebut (form, forces, dan fetures), sedangkan elemen minor adalah bentukan alam yang keberadaanya dapat diubah oleh perencana seperti macam-macam perlakuan terhadap bentukan bukit (preservation, destruction, alteration, dan accentuation) (Simond, 1983). Contoh-contoh dari kedua elemen tersebut yang dapat ditemui di Kota Bunga seperti bentukan alami dari gunung

(2)

dan topografi, aliran sungai, kabut di pagi hari, danau buatan, bukit-bukit, hamparan sawah, udara yang sejuk, dan lainnya.

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan oleh Kota Bunga untuk menjaga integritas lanskap di atas adalah memaksimalkan potensi-potensi keindahan alam tanpa merusak ciri khasnya, yaitu sebagai kawasan yang berada di tengah-tengah pegunungan. Udara yang sejuk semakin diperkuat dengan penanaman vegetasi peredam polusi pada jalur-jalur utama yang sering dilalui kendaraan, good view dari dua gunung utama (Gede-Pangrango) ditonjolkan sebagai sajian pemandangan utama sehingga dapat diakses dari sudut pandang manapun, pengubahan bentuk bukit dengan perlakuan alterasi yaitu membuat gradasi ketinggian (grading), sehingga pengunjung dapat melihat seluruh bangunan tanpa tertutupi oleh bangunan di depannya, contohnya pada kavling vila tipe Condo yang dibangun di atas bukit, sehingga kumpulan vila ini seolah-olah terlihat seperti rumah susun sesuai dengan konsep yang diharapkan.

Kondisi kenyataan di lapang saat ini sudah mengalami beberapa perubahan dengan masterplan yang ada. Perubahan terjadi karena adanya pembangunan vila ataupun perluasan kawasan. Orang yang berwewenang untuk mengubah desain secara keseluruhan adalah para direktur dan pemilik perusahaan melalui rapat direksi. Dengan adanya perubahan desain tentu akan berpengaruh pada konsep-konsep pengembangan yang sebelumnya telah dijelaskan pada Bab V, yang terdiri dari konsep dasar, konsep sirkulasi, konsep tata hijau, konsep bangunan, dan konsep utilitas. Contohnya pada perubahan desain di kawasan tahap V blok HH, semula berupa blok-blok vila tersusun secara linear yang kemudian berubah menjadi pola sirkulasi loop, pada persimpangan tiga jalan juga dibuat rotunda yaitu semacam traffic island berbentuk lingkaran sebagai jalur perputaran arah.

Untuk mencapai suatu tujuan terhadap tugas yang diberikan kemampuan seorang atasan sangat menentukan. Menurut Niles dalam Herujito (2001) semakin cekatan dan pandai seorang pemimpin semakin banyak orang yang dapat dikendalikan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan komunikasi yang baik dari seorang atasan kepada bawahannya, instruksi kerja akan dapat ditangkap dengan baik pula oleh bawahan. Begitu pula dengan konsep desain sebagai bentukan awal yang diinginkan oleh pemilik perusahaan akan dapat ditangkap dan kemudian

(3)

dijalankan oleh para perencana sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seperti yang telah dijelaskan di atas tidak sembarangan orang dapat mengubah konsep desain yang sudah ada. Harus dilakukan rapat terlebih dahulu antara direktur utama dan pemilik perusahaan dengan Bupati setempat.

Beberapa kendala yang ditemui terkait dalam upaya mempertahankan konsep desain yang sudah ada yaitu, seperti banjir dan erosi tanah. Banjir yang menerjang hanya terjadi pada selokan-selokan yang memiliki tiga persimpangan, hal ini juga terjadi karena bertemunya aliran-aliran air dalam debit yang cukup besar sehingga limpasan air keluar ke permukaan jalan dan menyebabkan banjir. Water inlet yang berada di sepanjang jalan pun sudah tidak dapat menahan besarnya air yang masuk sehingga menyebabkan terjadinya genangan air. Sedangkan erosi tanah terjadi pada kawasan yang memiliki tingkat kecuraman yang tinggi dan bukan pada daerah perkerasan, seperti pada daerah-daerah yang berbatasan dengan sungai ataupun bukit. Permasalahan ini sangat mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan upaya-upaya untuk menguranginya sehingga tidak akan terjadi lagi di kemudian hari. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir banjir, yaitu harus lebih memperhatikan lagi mengenai kebersihan kondisi saluran, terutama pada water inlet yang tidak jarang ditemui kondisinya telah dipenuhi oleh sampah, lumpur, ataupun tanaman liar yang dapat menghambat laju air. Dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Kota Bunga untuk mensertakan kegiatan pembersihan water inlet ke dalam salah satu kegiatan pemeliharaan, yaitu pada pembersihan lumut. Sedangkan untuk area berm dapat ditanami oleh tanaman-tanaman penutup tanah yang mempunyai daya serap air yang tinggi, seperti tanaman merambat* (Colopogonium mucunoides, Centrosema sp., Puereria sp.), jenis perdu (Crotolaria sp.), dan jenis pohon (lamtoro gung, lamtoro lokal, Gamal, Eslandia grandiflora dan jenis kacang-kacangan)

Untuk permasalahan erosi tanah di lereng yang curam dapat diatasi dengan memfungsikan sebagai area konservasi dan daerah penyangga (Arifin et al., 2008), yaitu dengan membuat lereng berjala, sabuk gunung atau dinding hijau

*

(4)

(greenwall) dengan teknik, dinding rambat (crib wall), bronjong (gabion), bronjong mini (mesh), atau teknik vertikultur. Teknik-teknik tersebut dibuat sedemikian rupa yang dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh diantara sela-sela perkerasan tersebut, sehingga dapat membantu mengurangi erosi dan meningkatkan kestabilan lereng, disamping itu tidak kalah penting teknik ini tetap mengutamakan nilai estetika, sehingga dapat menambah kesan alami di daerah ini.

Secara keseluruhan integritas lanskap dari kawasan ini sudah cukup baik, hal ini terlihat dari upaya-upaya mereka untuk menjaga kawasan agar tetap sesuai dengan desain semula. Upaya untuk mempertahankan axis dapat menjadikan kawasan ini menjadi lebih indah yaitu dengan menonjolkan pemandangan utama berupa pegunungan, dengan keindahannya view axis ini dapat mengarahkan pengunjung untuk melihat dan merasakan keindahan sesuatu, yaitu pegunungan. Sehingga dapat dikatakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan sudah mempertimbangkan kebutuhan konsumen, salah satunya dengan memberikan suguhan keindahan alam sebagai pemandangan utama.

Struktur Organisasi Divisi Lanskap

Landscape Department lebih dikenal dengan sebutan Business and Development Department karena di dalamnya meliputi sub departemen Marketing, Landscape, dan Business Development (bisdev) (Gambar 12). Business and Development Department ini dikepalai oleh seorang manager Bisdev. Peran manager Bisdev mencangkup dalam bidang pemeliharaan taman dan kebersihan (landscape), pemasaran (marketing), serta mengatur operasional pengembangan usaha-usaha di luar penjualan vila Kota Bunga (bisdev). Dalam bidang pemeliharaan manager dibantu oleh 3 orang supervisor.

(5)

Gambar 12. Struktur Organisasi Estate Business Development

Sistem Pelaksanaan Pemeliharaan

Pelaksanaan pemeliharaan lanskap semula dikelola sendiri oleh pihak Kota Bunga (in house), setelah di evaluasi ternyata pengelolaan dengan cara ini dirasa kurang efektif baik dalam hal biaya, peralatan, bahan, maupun pengadaan tenaga kerja (sumber daya). Oleh karena itu memasuki awal tahun 2004 sistem pelaksanaan pemeliharaan akhirnya diubah dengan menggunakan sistem kontrak dimana pelaksanaan pemeliharaan di lapang seluruhnya diserahkan kepada kontraktor. Namun secara keseluruhan pihak Kota Bunga menilai perbedaan dari kedua sistem ini tidak jauh berbeda jika dilihat dari segi kualitas dan hasil, sedangkan dalam hal biaya, alat, bahan, dan pengadaan tenaga kerja ternyata dengan sistem ini pihak Kota Bunga merasa diuntungkan karena tidak perlu lagi memikirkan hal-hal tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Parker dan Bryan (1989) salah satu keuntungan dari sistem kontrak adalah efisinsi terhadap penyediaan alat, bahan, dan tenaga kerja.

Kota Bunga tidak hanya menerapkan sistem outsourcing pada pemeliharaan taman juga meliputi kontraktor kebersihan. Di bagian pemeliharaan mempunyai 3 orang supervisor (2 orang supervisor pemeliharaan dan 1 orang supervisor kebersihan) yang bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan pemeliharaan dan kinerja dari mandor, sedangkan tugas dari mandor adalah menjalankan pekerjaannya seperti yang telah tertera dalam program kerja pemeliharaan, mengawasi dan mengkoordinasikan bawahannya (tenaga kerja harian), serta bertanggung jawab untuk menangani komplain konsumen di lapangan yang diinformasikan oleh customer service melalui telepon. Pengawasan

(6)

terhadap keseluruhan kegiatan pemeliharaan (quality control) terhadap keseluruhan kondisi lapang adalah tugas seorang manager.

Pembagian Kawasan Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan yang diterapkan oleh pihak Kota Bunga secara keseluruhan pelaksanaannya dilakukan oleh 5 kontraktor taman, dimana masing-masing kontraktor memegang wilayah pemeliharaannya masing-masing-masing-masing. Berdasarkan alur pemberi tugas, instruksi kerja yang telah dibuat oleh manager yang selanjutnya diberikan kepada supervisor masing-masing divisi. Setelah tugas diberikan kepada supervisor, kerjasama serta improvisasi antara supervisor dengan mandor lapangan harus terjalin dengan baik agar para pekerja mampu memahami konsep dengan baik sehingga dapat mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Konsep awal perencanaan Kota Bunga yang tertera dalam gambar teknis, dijadikan acuan atau pedoman dalam bekerja. Namun karena bersifat kontinyu dan dilakukan setiap hari akhirnya acuan ini pun sudah tidak diperlukan lagi. Setiap pekerja dianggap telah mengetahui tugasnya masing-masing.

Luasan Kota Bunga yang mencapai + 161 ha terbagi menjadi 8 zona tahapan pemeliharaan dengan menggunakan jasa 5 kontraktor taman sebagai pelaksana pemeliharaan lanskap. Setiap kontraktor bertanggung jawab atas wilayah pemeliharaan serta tenaga kerjanya sehingga jumlah tenaga kerja harian (TKH) disesuaikan dengan luasan areal pemeliharaannya. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 13 digunakan perbedaan warna pada masing-masing kawasan yang didasarkan pada kontraktor sebagai wilayah pemeliharaannya.Warna biru untuk wilayah Tahap I dan III A yang dipegang oleh kontraktor A, warna hijau untuk wilayah Tahap II dan VI dengan kontraktor B, warna oranye untuk wilayah Tahap III B dengan kontraktor C, warna merah untuk wilayah Tahap IV A dan V dengan kontraktor D, dan warna merah muda untuk wilayah Tahap IV B dengan kontraktor E.

(7)
(8)

Terbaginya zona tahapan pemeliharaan menjadi 8 zona ini tentu masing-masing kawasan memiliki penekanan (emphasis) terhadap suatu karakter lanskap baik yang alami maupun buatan, dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan pemeliharaan yang berlangsung di dalamnya. Dapat dilihat pada bentukan topografi kawasan dan kondisi masing-masing tapak yang berbeda. Pada tapak dengan kemiringan lereng yang relatif datar banyak dimanfaatkan untuk sarana rekreasi seperti zona Tahap III dan IV, sehingga akan banyak menggunakan elemen-elemen taman seperti tanaman berwarna cerah ataupun lampu-lampu taman, dimana kegiatan pemeliharaan yang dilakukan akan lebih intensif dibandingkan dengan kawasan berupa ruang terbuka hijau yang bersifat pasif. Penutupan vegetasi pada suatu kawasan juga dapat mempengaruhi kondisi tapak, misalnya pada zona Tahap III memiliki kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan zona Tahap VI, sehingga kecepatan pertumbuhan gulma di daerah Tahap III akan jauh lebih cepat dibandingkan pada daerah Tahap VI. Hal ini akan mempengaruhi pada intensitas kegiatan pemeliharaan. Wilayah Tahap I dan II memiliki bentukan kontur landai hingga datar. Wilayah Tahap I dijadikan sebagai welcome area, yaitu sebagai gerbang utama untuk memasuki kawasan Kota Bunga sehingga pada kawasan ini banyak dimanfaatkan untuk fasilitas umum. Wilayah Tahap III dan sebagian di Tahap IV dapat dikatakan sebagai daerah peralihan menuju kawasan dengan tingkat kecuraman cukup tinggi (30-42%) yaitu berada di sebagian daerah Tahap IV dan V. Pada wilayah Tahap III bangunan didominasi oleh gaya dari negara-negara di Asia seperti Jepang, dan Thailand. Untuk bangunan di wilayah Tahap IV mengadopsi bangunan khas Eropa Wilayah Tahap VI merupakan wilayah yang baru dikembangkan sehingga jenis vegetasi yang ditanam umumnya masih muda, sedangkan untuk konsep bangunannya mengadopsi dari sebagian benua Amerika dan benua Eropa. Para penghuni yang berasal dari golongan warga negara asing (WNA) dalam memilih vila cenderung mengutamakan kemegahan bangunan serta keunikan dari desain bangunan tersebut. Letak atau posisi bangunan vila, yakni menurut ajaran Feng Shui ataupun yang dapat mengakses langsung keindahan alam turut menjadi pertimbangan dalam pemilihan vila.

(9)

Pembagian zona berdasarkan tingkat pemeliharaan, kawasan Kota Bunga terbagi menjadi tiga zona yaitu, zona intensif yang memiliki intensitas serta kerumitan desain yang cukup tinggi, zona semi-intensif, dan zona ekstensif. Zona intensif membutuhkan kegitan pemeliharaan yang lebih dibandingkan dengan zona lainnya, karena keberadaan zona ini memiliki intensitas pengunjung yang cukup tinggi dengan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Kawasan-kawasan yang pada zona ini diharapkan dapat menjadi titik perhatian (point of interest) pengunjung sehingga dalam penataannya harus benar-benar diperhatikan. Contoh kawasan pada zona ini seperti taman kavling vila, welcome area, main road, kantor pemasaran, median di jalur utama, taman rotunda, dan area bermain. Zona semi-intensif tingkat pemeliharaannya tidak terlalu intensif namun cukup diperhatikan, seperti pada kawasan taman-taman lingkungan (jogging track), sedangkan untuk zona ekstensif memiliki tingkat pemeliharaan yang minim, karena jarang digunakan dan keberadaannya tidak terlalu diperhitungkan. Contoh dari zona kawasan ini adalah area di sekitar sempadan sungai dan kavling kosong.

Pembagian zona berdasarkan penggunaanya terbagi menjadi zona penerimaan (welcome area), zona publik, zona pelayanan, dan zona konservasi. Zona penerimaan berada di area terdepan untuk menyambut pengunjung yang datang, karena memiliki dua buah pintu maka zona penerimaan juga berada di area tersebut. Zona penerimaan ini berupa pos satpam, main road, dan kantor pemasaran. Zona publik sebagai pusat pergerakan pengunjung dimana banyak aktivitas yang dilakukan serta melibatkan interaksi banyak orang, seperti jalur jalan yang biasa dinikmati oleh pengunjung, arena bermain, fasilitas olah raga, dan taman-taman lingkungan. Zona pelayanan berupa fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk menunjang kenyamanan pengunjung seperti sarana ibadah, tempat parkir, dan tempat perbelanjaan.

Pengawasan lapangan diawasi langsung oleh dua orang supervisor, terbagi berikut: zona Tahap I, II, III, dan VI (kontraktor A, B, dan C) berada di bawah pengawasan Supervisor A, sedangkan zona Tahap IV dan V (kontrakor D dan E) berada di bawah pengawasan Supervisor B. Kelima kontraktor tersebut berdasarkan pembagian wilayah area atau tahapan dapat dilihat pada Tabel 3.

(10)

Tabel 3. Pembagian Tahapan Pemeliharaan Berdasarkan Kontraktor

Luasan Area Tenaga Kerja (Orang) No Kontraktor Tahapan Pemeliharaan Softscape (m2) Hardscape (m2) Jumlah Kavling

(buah) Wanita Pria

1. Tahap I 117.934,47 62.495,38 346 34 11 2. Kontraktor A Tahap III A 96.586,79 24.163,91 326 30 13 3. Tahap II 80.949 48.267,02 314 26 14 4. Kontraktor B Tahap VI 82.857,33 52.721,86 187 14 13 5. Kontraktor C Tahap III B 84.218,37 29.726,18 332 31 10 6. Tahap IV A 177.705,19 56.123,49 488 38 27 7. Kontraktor D Tahap V 85.202 35.116,54 304 16 13 8. Kontraktor E Tahap IV B 92.511 28.206 276 22 9 TOTAL 817.964 336.614 2.573 211 110 Sumber : Surat Perjanjian Kontrak Seluruh Tahapan Kota Bunga

Areal hardscape (29,2%) secara umum terdiri dari area aktif, seperti: jalan (jalur utama dan jalur pejalan kaki), fasilitas umum (sarana rekreasi, mini market), kavling bangunan, taman lingkungan, tempat parkir, saluran, kolam air, patung. Areal softscape (70,8%) terdiri dari pohon, semak, perdu dan rumput, pada: taman villa, taman lingkungan, berm dan median, kavling belum terbangun (kosong). Dapat Dilihat dari setiap tahap memiliki luasan softscape maupun hardscape yang berbeda, tentu hal ini akan berpengaruh terhadap kegiatan pemeliharaan nantinya. Dengan jumlah luasan softscape yang lebih besar dibandingkan luasan hardscape maka dampak yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pemeliharaan yang berlangsung secara intensif yang akan berpengaruh pada jumlah sampah yang di hasilkan setiap harinya (+45m3/hari);

2. Jumlah tenaga kerja wanita yang dipekerjakan lebih banyak dari tenaga kerja laki-laki. Karena semakin banyaknya area penghijauan semakin banyak pula jumlah rumput liar, yaitu sebagai permasalahan utama dalam kegiatan pemeliharaan di Kota Bunga.

(11)

Program Pemeliharaan

Pemeliharaan didefinisikan sebaga kegiatan yang rutin dilakukan, menjaga kawasan agar tetap sesuai dengan kondisi awal, serta bertujuan menjaga kawasan yang dipelihara agar senantiasa bersih dan terawat. Alat yang dapat membantu terwujudnya kondisi-kondisi tersebut dibutuhkan suatu program atau rencana, dengan adanya program pemeliharaan yang terencana dengan baik, dapat mengatasi dan meminimalkan permasalahan yang akan terjadi.

Dalam Sternloff dan Warren (1984) dijelaskan mengenai aspek-aspek yang tercantum dalam sebuah rencana pemeliharaan, yakni: standar pemeliharaan, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, metode pelaksanaan, frekuensi, tenaga kerja yang dibutuhkan, bahan dan alat, serta perhitungan waktu. Rencana pemeliharaan pada Tabel 4 berikut dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk membuat sebuah rencana pemeliharaan Kota Bunga selanjutnya.

(12)

Tabel 4. Usulan Rencana Pemeliharaan di Kota Bunga

Nama Elemen

Standar Pemeliharaan

Kegiatan Metode Pelaksanaan Frekuensi/Tahun Bahan/Tahun Alat

SOFTSCAPE

Pemangkasan pemangkasan dengan teknik

double cut

insidental, jika terdapat

percabangan/kondisi yang mengganggu, dan terserang hama

--- Gergaji tangan dan Golok

pemupukan sebelum pemupukan dilakukan penggemburan tanah

disekeliling pohon lalu dibuat alur pupuk melingkari pohon

2 kali pupuk NPK

15:15:15 25-50gram/phn

ember/wadah

penyiraman memperhatikan musim, menggunakan mobil tangki penyiraman

365 kali 206850 liter air mobil tangki air 5000 liter, dan selang 25 m Pohon Rimbun, sehat,

berwarna hijau, berbunga serempak, tinggi tanaman yang teratur

Menunjukkan ciri fisik yang baik

bebas hama dan penyakit

pengendalian hama penyakit

penyemprotan pestisida, memangkas bagian yang terkena hama insidental, jika terserang hama 96 botol pestisida (@ 50-100 ml) sprayer gendong, masker

pemangkasan teknik penjarangan, memangkas pucuk tanaman, memotong bagian tubuh tanaman yang sudah rusak, tua, atau mati

16 kali --- gunting stek, gunting pangkas, babadot

Semak Sifat fisik baik, berbunga, bebas dari hama penyakit, membentuk tanaman pagar yang kompak (rapat), sesuai dengan desain awal

pemupukan membuat alur pupuk di sekitar semak

4-6 kali NPK 15:15:15 25 gr/m2

wadah/ember

penyiraman menggunakan mobil tangki 365 kali 53167.5 liter air mobil tangki air 5000 liter, dan selang 25 m

(13)

Nama Elemen

Standar Pemeliharaan

Kegiatan Metode Pelaksanaan Frekuensi/Tahun Bahan/Tahun Alat

pengendalian hama penyakit

penyemprotan pestisida, memangkas bagian yang terkena penyakit

insidental saat terjadi serangan hama 12 botol pestisida (@50-100 ml) sprayer gendong, gunting pangkas, masker

pemangkasan menggunakan mesin pangkas gendong, setelah pemupukan dilanjutkan dengan penyapuan

24 kali 4800 liter bensin dan 240 liter oli

mesin pangkas gendong

pemupukan menaburkan pupuk di atas rumput (disebar), dilanjutkan dengan penyiraman

24 kali urea 32719 karung (@50 kg)

wadah/ember Rumput tinggi rumput max 5

cm, subur, warna hijau yang merata

hasil penyiraman yang merata(yang ternaungi dan di areal terbuka), bebas dari hama dan gulma, tanaman tidak menyentuh perbatasan kanstin,

mempertahankan tali air (edging), tidak terlalu banyak tanah yang terbuang, dan bebas dari gulma

penyiraman penyiraman yang merata hingga dibagian belakang

365 kali 3271856 liter air mobil tangki air 5000 liter, dan selang 25 m

pengendalian

hama

melakukan renovasi taman dan membuang hama tanah secara manual, menaburkan garam.

insidental saat terjadi serangan hama

Kebutuhan garam yang disesuaikan dengan keperluan

wadah/ember

penyetikan memotong tanaman atau rumput yang menyentuh perbatasan

(14)

Nama Elemen

Standar Pemeliharaan

Kegiatan Metode Pelaksanaan Frekuensi/Tahun Bahan/Tahun Alat

pendangiran mencabut gulma dari rumput dengan alat bantu atau manual dengan tangan

48 kali --- kape, gunting stick, sarung tangan

HARDSCAPE

dengan cara manual 12 kali --- pencungkil, sarung tangan

Paving Block

celah paving tidak ditumbuhi gulma dan lumut

Pengendalian gulma

dengan menggunakan herbisida 24 kali 48-96 botol (100 ml) sprayer gendong, pakaian khusus lengkap Saluran air, water inlet, tangga, kolam, stepping stone

Tidak licin, tidak tersumbat, bebas lumut

pembersihan dari lumut

mengangkat lumutdan lumpur dengan menggunakan alat bantu

insidental sesuai kebutuhan terutama di musim hujan

--- kored, sliber, sikat gagang, sikat

kawat

Rumah/vila kondisi rumah yang bersih, tidak berdebu dan berkerak, bebas dari sarang laba-laba

pembersihan sekitar rumah

meliputi kegitan menyapu dan mengepel lantai, membersihkan debu dan sarang laba-laba

48 kali --- ember, lap pel, sapu ijuk, dan sapu galah

(15)

Jadwal Pemeliharaan dan Waktu Kerja

Jadwal pemeliharaan dapat menentukan kapan dan dimana pekerjaan harus dilaksanakan. Pengaturan dan pengalokasian tenaga kerja yang tepat juga dapat membantu tercapainya target pemeliharaan. Jadwal pemeliharaan telah ditetapkan oleh pihak pengelola yang tertera dalam SOP pemeliharaan (Lampiran 9), yang menjelaskan rincian mengenai pekerjaan pemeliharaan, seperti ketentuan dosis pemupukan, jadwal penyiraman, dan lain-lain. Namun dalam pelaksanaan di lapang ketentuan-ketentuan dalam SOP pemeliharaan ini tidak semuanya dapat diterapkan, dikerenakan tidak sesuai dengan kondisi saat itu, seperti perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi ketidaktepatan jadwal. Penyusunan jadwal pemeliharaan menurut Arifin dan Arifin (2005) adalah sebuah keputusan mengenai kapan dan apa yang harus dilakukan sehingga kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan taman dapat berjalan baik. Sehingga masing-masing mandor lapang hendaknya membuat jadwal pemeliharaan sendiri yang disesuaikan dengan kondisi dan disetiap minggunya laporan tersebut diberikan kepada masing-masing supervisor. Tidak hanya mengandalkan pada laporan dari kontraktor saja, supervisor juga harus melakukan pengecekan terhadap pekerjaan pemeliharaan tersebut, sehingga dapat mengetahui kesesuaian antara jadwal dengan kondisi saat itu, disamping itu diperlukan pula ketegasan dari para supervisor agar laporan yang diberikan tepat waktu. Pembuatan jadwal ini dirasa penting mengingat dengan adanya jadwal tertulis pekerja dapat bekerja lebih disiplin dan terarah, jadwal pemeliharaan ini juga dapat dilengkapi dengan petunjuk mengenai pengerjaan kegiatan. Dengan adanya jadwal dan petunjuk kerja dapat membantu mengenai pemahaman konsep oleh para pekerja, karena pada dasarnya pekerja akan memahami konsep apabila mandornya dapat mengkomunikasikan serta memberikan petunjuk atau arahan yang baik.

Dalam penyusunan jadwal pemeiharaan ini harus didasarkan pada kebijakan dan prioritas yang benar, dan penetapan prioritas pekerjaan di lapang dapat dilakukan dengan baik apabila pemantauan masalah dilakukan cukup intensif (Utami, 2007). Pengawasan lapang memegang peranan penting agar segera mengetahui segala permasalahan yang terjadi di lapang dan penyelesaian dapat dilakukan saat itu juga (seperti kerusakan pada klep mobil tangki air hingga

(16)

permasalahan kecil seperti patahnya alat pencungkil gulma). Hal penting yang harus diperhatikan mengenai terlambatnya jadwal pekerjaan pemeliharaan dengan alasan menyesuaikan kondisi lapang. Disinilah pentingnya pengawasan supervisor untuk mengawasi, mengarahkan dan melakukan improvisasi bersama-sama dengan inspektor setempat agar jadwal pemeliharaan dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan jadwal yang telah tercantum dalam SPK maupun berdasarkan kondisi di lapang. Jadwal kegiatan pemeliharaan (Tabel 5) terdiri dari kegiatan harian seperti penyapuan, penyiraman, dan pengangkutan sampah. Kegiatan mingguan pada pembersihan sekitar rumah, serta kegiatan bulanan seperti pendangiran dan penyetikan, pemangkasan, pemupukan, pembersihan, dan pengendalian gulma pada perkerasan. Jadwal pemeliharaan yang bersifat insidentil seperti pembersihan lumut (kondisi hujan tinggi), penyulaman, proteksi hama penyakit dan pengecetan pot tanaman. Untuk pelaksanaan pemeliharaan khusus hari jum’at adalah pembersihan di sekitar rumah (pembersihan sarang laba-laba, pengepelan lantai, pembersihan jendela dari debu) dan pada sabtu-minggu seluruh TKH dialihkan pada pembersihan luar kavling (taman-taman lingkungan).

(17)

No Kegiatan Pemeliharaan Harian Mingguan 2 Mingguan 3 Mingguan Bulanan 3 Bulanan Insidental

1. Penyapuan v

2. Penyiraman v

3. Pengangkutan sampah v

4. Pembersihan sekitar rumah v

5. Pendangiran dan penyetikan v

6. Pemangkasan rumput v

7. Pemangkasan semak perdu v

8. Pembersihan saluran/selokan v

9. Pengendalian gulma pada perkerasan

v

10. Pemupukan & penggemburan tanah

v

11. Pembersihan lumut v

12. penyulaman v

13. Pemangkasan pohon v

14. Proteksi hama & penyakit v

15. Pengecatan pot taman v

16. Renovasi taman v

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Kota Bunga

(18)

Waktu Kerja bagi tenaga kerja harian (TKH) dari masing-masing kontraktor umumnya berlaku mulai pukul 08.00-12.00 WIB istirahat pukul 12.00-13.00 WIB dilanjutkan kembali pada pukul 12.00-13.00-16.00 WIB, dan setengah hari kerja dari pukul 08.00-13.00 WIB. Hari kerja yang berlaku untuk TKH ditentukan berdasarkan kebijakan masing-masing mandor lapangan yang diatur dengan sistem shift atau pergantian waktu (untuk mengantisipasi komplain konsumen yang mungkin terjadi sewaktu-waktu serta kejadian insidental seperti banjir ataupun longsor).

Hari kerja tenaga wanita berkisar antara 4-5 hari dan tenaga kerja laki-laki antara 5-7 hari. Absensi TKH dilakukan secara manual oleh masing-masing kontraktor dengan sistem pencatatan di lapang sambil mengawasi pekerjaan (lampiran 10). Jam kerja bagi mandor adalah datang sebelum TKH bekerja dan pulang setelah semua TKH selesai bekerja. Pembanding yang digunakan, yaitu pada Perumahan Graha Raya, Serpong Tangerang, TKH bekerja selama 7 jam/hari kecuali di hari minggu yaitu 5 jam/hari. Untuk hari senin sampai sabtu di bagi menjadi 2 sesi yaitu dari jam 07.00-11.00 dan dilanjutkan ke sesi yang kedua dari jam 13.00-16.00 WIB, untuk hari minggu dari jam 07.30-13.30 WIB. Berdasarkan perbandingan di atas, hari kerja TKH Kota Bunga, yaitu berkisar antara 4-7 hari kerja maka perhitungannya menjadi 28–47 jam/minggu, dan pembanding bekerja dengan 47 jam/minggu.

Dapat dilihat perbedaan hari kerja yang didapat, bahwa pihak Kota Bunga dengan kontraktor yang menggunakan hari kerja yang kurang, yaitu 4-5 hari kerja agar lebih diperhatikan lagi karena hal ini akan berdampak terhadap efektivitas yang akan dicapai. Hari libur bagi mandor diatur dan disesuaikan oleh mandor itu sendiri, jika mandor tersebut sedang dalam masa off (libur), maka untuk pengawasan di lapang biasanya digandakan oleh pengawas dari zona tahap lain yang masih dalam satu kontraktor, karena di Kota Bunga ini masing-masing kontraktor memegang dua zona pemeliharaan, kecuali pada zona Tahap III B dan zona Tahap IV B yang hanya memiliki satu kawasan pemeliharaan, dan untuk mengatasinya mereka mempunyai dua orang pengawas yang bekerja bergantian atau pemiliknya turun langsung menggantikan pengawasan di lapang.

(19)

Waktu kerja bagi supervisor adalah 5 ½ hari, dengan pergantian hari libur pada hari rabu dan minggu. Pergantian ini berlaku untuk kedua supervisor pemeliharan maupun supervisor kebersihan, dan hari libur ini digilir sehingga pada hari libur minimal harus ada dua orang supervisor yang harus masuk. Dalam pengamatan di lapang apabila supervisor dari tahap yang bersangkutan mendapat komplain dari konsumen, maka keberadaannya dapat langsung diambil alih oleh supervisor lain yang sedang bertugas, disinilah dibutuhkan tanggung jawab dan kerjasama antar supervisor.

Kota Bunga juga memiliki satu unit kontraktor kebersihan, dimana kontraktor ini juga merangkap sebagai kontraktor taman tahap III B (kontraktor C). TKH kebersihan berjumlah 11 orang dengan 6 hari kerja, dimana setiap harinya waktu libur digilir dengan 2 orang setiap harinya. Waktu kerja yang berlaku bagi petugas kebersihan ini adalah 06.30-12.00 dan dilanjutkan pukul 13.00-15.30. Berdasarkan pengamatan untuk kondisi normal (bukan hari libur) jumlah tenaga kerja kebersihan dirasa mencukupi atau sesuai dengan luasan, karena kontraktor kebersihan ini memiliki 2 buah truk angkle bermuatan 9 m3 dan 1 buah mobil pick-up bermuatan 6 m3. Untuk hari libur dengan intensitas pengunjung yang tinggi, tidak jarang tenaga kerja kebersihan ini harus bekerja lembur hingga malam hari untuk mencapai target pekerjaannya.

Alat dan Bahan

Setelah beralih menggunakan sistem kontrak, seluruh pelaksanaan kegiatan pemeliharaan di lapang termasuk dalam penyediaan alat dan bahan diserahkan kepada kontraktor. Gudang berfungsi untuk menyimpan seluruh alat-alat pemeliharaan (Tabel 6) seperti golok, mesin pangkas rumput, babadot, garpu tanah, sprayer gendong, gunting pangkas dan bahan-bahan seperti pupuk, pestisida, dan herbisida. Pada awalnya terdapat gudang utama untuk menyimpan peralatan pemeliharaan, namun karena sudah dialihkan kepada kontraktor maka alat dan bahan pemeliharaan disimpan pada masing-masing gudang kecil yang berada dibawah tanggung jawab mandor masing-masing wilayah tahapan. Alat-alat seperti kape dan pencungkil biasanya setelah digunakan langsung dibawa pulang oleh TKH dan hal ini atas persetujuan mandor terlebih dahulu.

(20)

Tabel 6. Jumlah Alat-alat Pemeliharaan Seluruh Kontraktor

Zona Pemeliharaan No. Alat Pemeliharaan

I II III A III B IV A IV B V VI Total

1 Sprayer Gendong 2 2 1 2 2 1 1 3 14 2 Mesin Pangkas Rumput 2 3 2 2 5 3 2 3 1 1 1 1 2 1 1 1 8 aret 1 1 1 1 1 1 1 1 1 gaji 4 1 2 2 3 2 1 2 1 2 4 3 1 3 2 1 2 22 3. Gunting stek 2 2 3 2 5 2 2 3 21 4. Mobil Tangki Penyiraman 9 5. Gunting Pangkas 4 5 5 6 4 4 2 3 33 6. Gunting Stick 36 23 27 34 38 27 16 20 221 7. Selang 25m 25m 25m 25m 25m 15m 25m 25m 190m . Slaber K 8 9. Sapu Lidi 36 26 38 34 53 27 22 17 253 10. Pengki Plastik 32 23 27 35 53 27 20 12 229 11. Cangkul 5 4 2 2 5 5 2 3 28 12. Garpu tanah 2 2 2 1 2 1 1 2 13 13. Pencungkil 35 23 38 35 53 27 20 20 251 14. Kape 37 23 38 35 53 27 20 21 254 15 Golok 3 1 2 2 2 2 2 1 15 6 Ger 17 17. Parang Arit 2 3 3 2 3 2 2 1 18 8. 18 19. Tangga 1 1 1 1 1 -- 1 1 7 20. Sapu Galah 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Sumber : Wawancara

(21)

Di gudang ini juga disediakan kamar mandi serta tempat untuk mencuci peralatan. Seperti pada Gambar 14 di bawah ini adalah proses pencucian sprayer gendong setelah selesai digunakan. Agar lebih bersih dan tidak terkontaminasi dengan bahan lain (bahan yang sebelumnya digunakan) baik itu pestisida maupun herbisida maka harus menggunakan sabun.

Mengalirkan air Menambahkan detergen Memompa cairan keluar

Gambar 14. Proses Pencucian Alat (Sprayer) Setelah Pemakaian

Berdasarkan pengamatan setelah alat-alat tersebut digunakan dilakukan pembersihan setelahnya. Sesuai dengan pernyataan Arifin dan Arifin (2005) Setelah pemakaian alat-alat pemeliharaan hendaknya dicuci, dibersihkan, dan dilap atau dikeringkan, kemudian disimpan rapi dalam gudang peralatan. Pembersihan alat-alat setelah digunakan juga dapat mempengaruhi terhadap keaweten atau umur pemakaian dari peralatan tersebut terutama mesin pangkas yang mempunyai peran vital dalam pemeliharaan, sehingga apabila terdapat kerusakan pada mesin dapat cepat terditeksi. Hal ini semakin dipermudah dengan adanya tenaga teknisi mesin dari kontraktor D yang masih berperan sebagai mandor, sehingga dari kontraktor yang lain apabila terdapat kerusakan mesin langsung segera diperbaiki oleh teknisi tersebut.

Penyediaan bahan-bahan pemeliharaan seperti pupuk, oli, bensin, solar, pestisida, dan herbisida pengadaanya hanya dilakukan ketika dibutuhkan, hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi pekerjaan pemeliharaan karena tidak jarang

(22)

ditemui, waktu pekerjaan yang terhambat akibat ketidaktersediaan dan keterlambatan bahan. Karena bahan-bahan ini bersifat sekali pakai dalam arti pembelian pupuk, herbisida maupun pestisida akan dan harus habis saat itu juga. Penting bagi mandor untuk menyediakan berbagai alat keperluan sebelum pekerjaan pemeliharaan di mulai. Hal ini juga harus menjadi perhatian bagi supervisor untuk mengontrol kinerja mandor di bagian wilayah pemeliharaannya masing-masing.

Sumber Dana dan Anggaran Biaya Pemeliharaan

Dalam pengelolaan suatu kawasan wisata pada khususnya sumber dana yang diperoleh memegang peranan penting untuk membiayai sarana dan prasarana serta agar dapat memberikan suatu pelayanan yang memuaskan. Sumber-sumber dana pemasukan bagi Kota Bunga antara lain berasal dari penjualan dan penyewaan vila, pembayaran PPL (Penggantian Pemeliharaan Lingkungan), fasilitas-fasilitas rekreasi, dan penyewaan tempat (stand, bazaar, life music, foto hunting, dan shooting). Berdasarkan seluruh pemasukan di Kota Bunga, pembayaran PPL memiliki bobot persentase terbesar, dapat dilihat dalam Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Persentase Sumber Dana Kota Bunga

No Sumber Dana Bobot Persentase (%)

1 Penjualan dan penyewaan vila 25

2 Pembayaran PPL 50

3 Fasilitas-fasilitas rekreasi 10

4 Penyewaan tempat 10

5 Rombongan 5

Sumber: Wawancara

a. Penggantian Pengelolaan Lingkungan (PPL)

Besarnya bobot persentase pembayaran PPL dikarenakan pembiayaan ini dilakukan setiap bulan yang dibebankan kepada pemilik vila, besarnya biaya PPL

(23)

disesuaikan dengan luasan lahan vila per meter persegi (m2). Kategori biaya PPL berdasarkan luas tanah disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Kategori Biaya PPL per Bulan Berdasarkan Luas Tanah Kelas Luas Tanah (m2) Tarif Tahun 2009 (Rp) Vila Biasa A 65 s/d 125 210.000 B 126 s/d 200 265.000 C 201 s/d 250 320.000 D 251 s/d 300 390.000 E 310 s/d 350 415.000 F 351 s/d 400 440.000 G 401 s/d 450 465.000 H 451 s/d 500 490.000 I 501 s/d 1300, up 520.000 Vila Danau A .... s/d 1000 600.000 B 1001 s/d ... 800.000 Kavling A 300.000

Kelas Luas Bangunan (m2) Tarif Tahun 2009 (Rp) Atlantis

A 50 s/d 100 140.000

B 101 s/d 150 180.000

C 151 s/d 200 215.000

Sumber : Customer Service, Kota Bunga

b. Penjualan dan Penyewaan Vila

Penjualan vila Kota Bunga sampai bulan September 2009 masih terdapat + 200 vila yang belum terjual, sedangkan untuk penyewaan vila besarnya tergantung pada banyaknya kamar dalam satu vila dan fasilitas yang disediakan. Penentuan

(24)

harga sewa vila dilakukan oleh pemilik dan perusahaan hanya berfungsi sebagai perantara saja. Kisaran nominal penyewaan vila periode tahun 2009 untuk week day dan week end adalah Rp 400.000 - 800.000, sedangkan pada hari libur atau event-event tertentu (lebaran dan tahun baru) adalah Rp 1.000.000 dan berlaku untuk pemakaian minimal 2 hari.

c. Fasilitas Rekreasi

Kota Bunga memiliki sarana-sarana rekreasi yang dapat dijadikan sumber dana pemasukan bagi perusahaan, sarana rekreasi tersebut antara lain

1. Swimming pool area (SPA) merupakan sarana berolahraga (kolam renang dan lapangan tenis) dilengkapi dengan restoran (cafe Flaminggo)

2. Pasadena yang dilengkapi dengan kolam pancing dan petting zoo

3. Culture village berupa area rekreasi yang menyediakan informasi mengenai kebudayaan setempat dilengkapi dengan jajanan tradisional dan mini market

4. Factory outlet adalah sarana pembelanjaan pakaian jadi.

Fasilitas permainan anak-anak seperti danau Little Venice dan Arena Fantasi serta Pasadena (kolam pancing dan petting zoo) pengelolaannya dilakukan secara outsourcing kepada pihak Funworld yang pelaksanaan pembayarannya dilakukan setiap tahun (sewa per tahun), dan untuk pengelolaan maintenance dilakukan oleh pihak kontraktor Kota Bunga di tahap tersebut. Beberapa area permainan tersebut luasannya mencapai + 10% dari luas total Kota Bunga.

d. Penyewaan Tempat

Di bagian depan kantor pemasaran terdapat beberapa kios stand yang disewakan, penyewaannya dilakukan per 3 bulan, sedangkan untuk penyewaan tempat yang sifatnya insidental seperti bazaar buku atau makanan, life music, foto hunting, dan shooting penyewaannya dihitung per session (+ 8 jam).

Dari seluruh sumber dana pemasukan (income) bagi Kota Bunga besarnya anggaran biaya untuk kegiatan pemeliharaan dari 5 kontraktor taman untuk periode satu tahun mencapai + Rp 1.800.000.000. Contoh besarnya biaya anggaran pemeliharaan pada zona Tahap VI (Lampiran 11) yang dinilai

(25)

berdasarkan harga softscape dan harga hardscape dan disesuaikan dengan luasan zona pemeliharaannya. Dengan biaya seperti dirasa sudah cukup memadai, namun sebaiknya perencanaan mengenai anggaran biaya harus benar-benar diperhitungkan, disamping itu harus diimbangi pula dengan penyesuaian terhadap penggunaannya untuk menunjang keberlangsungan dari kawasan ini.

Proses Pemilihan Kontraktor (Tender)

Sistem pelaksanaan pemeliharaan yang sepenuhnya telah diserahkan kepada kontraktor dilakukan melalui proses tender. Kegiatan awal dalam tahapan proses ini meliputi perencanaan berupa gambar rancangan dan penentuan acuan harga standar oleh estimator. Sebelum membuat undangan tender untuk para kontraktor, pihak developer membuat suatu klarifikasi penawaran yang harus direncanakan secara matang karena hasil dari klarifikasi penawaran ini akan menentukan terhadap kegiatan selanjutnya (kegiatan konversi akan dilakukan apabila pelaksanaan persiapannya kurang matang). Publikasi penawaran tersebut dilakukan melalui media elektronik (telepon dan internet) atau pun dari perkenalan (hubungan relasi).

Para kontraktor yang mendaftar mengajukan surat penawaran harga yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Berdasarkan proses negosiasi yang dilakukan oleh tim purchasing dan estimator pemenang tender dapat ditentukan, yaitu bagi kontraktor yang mengajukan harga terendah namun memiliki kualitas spesifikasi yang baik, lalu dibuatlah SP3 (Surat Permohonan Persetujuan Pekerjaan) (Lampiran 12). Besarnya nominal yang tercantum dalam SP3 mempengaruhi terhadap orang yang berhak menyetujui pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

(26)

Tabel 9. Persetujuan Penandatangan Berdasarkan Nominal Pengajuan Harga No Nominal Pengajuan Harga (Rp) Persetujuan Penandatanganan 1. < 500.000 Manager 2. < 1.000.000 dibuat SPK < 10.000.000 General Manager 3. 10.000.000 – 30.000.000 Director 4. 30.000.000 – 200.000.000 Senior Director 5. > 200.000.000 Owner

Kontraktor pemenang dapat segera memulai pekerjaan di lapang berdasarkan Instruksi Kerja (IK) sambil menunggu penerbitan Surat Perintah Kerja (SPK) + 1 minggu setelah penandatanganan persetujuan.

Pembayaran terhadap kontraktor dilakukan dengan dua tahap yaitu pada tahap pertama pihak owner (perusahaan) akan membayar 90% dari keseluruhan biaya apabila pekerjaan pemeliharaan sudah dilakukan dengan baik dan dilakukan opname hasil kerja setelahnya. Pembayaran tahap dua akan diberikan setelah masa perawatan (retensi) selama 3 bulan sebesar 10%. Lamanya waktu pembayaran + 1-2 bulan setelah pekerjaan selesai dan diberikan dalam bentuk giro.

Seluruh kontraktor taman yang ada di Kota Bunga bisa dikatakan sudah cukup berpengalaman, dapat dilihat dari hasil pekerjaan dan lamanya kontraktor bekerja rata-rata sudah mencapai + 7 tahun. Oleh karena itu proses pemilihan untuk kontraktor baru tidak pernah dilakukan lagi, umumnya proses yang terjadi hanya perpanjangan masa kontrak kerja. Dalam perpanjangan masa kontrak kerja dikenal beberapa kegiatan seperti pengadaan tanaman, pekerjaan tambah kurang (Lampiran 13).

(27)

Pengelolaan Tenaga Kerja Pemeliharaan

Perekrutan Tenaga Kerja Pemeliharaan

Untuk perekrutan karyawan Kota Bunga dilakukan oleh HRD kantor pusat PT. Duta Pertiwi yang berlokasi di Mangga Dua Raya, Jakarta, yaitu untuk level Manager, Supevisor, dan Staff kantor, sedangkan untuk pemilihan kontraktor ditentukan oleh manajer lanskap berdasarkan pemenang tender dan penawaran. Untuk level mandor direkrut oleh masing-masing manajer kontraktor dan tenaga kerja harian umumnya diambil dari masyarakat yang tinggal disekitar Kota Bunga. Selain karena pertimbangan jarak yang dekat dengan tempat kerja serta merupakan salah satu cara untuk memberi pekerjaan pada masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi kesenjangan (gap) dan kecemburuan sosial.

Perekrutan tenaga kerja staf (lampiran kenaikan pangkat) untuk level staf kantor atau karyawan apabila ingin naik jabatan, tidak hanya harus menunjukan kenaikan prestasi tetapi juga harus mengikuti seleksi tes khusus kenaikan jabatan yang penyelenggaraannya dilakukan di kantor pusat yang berlokasi di Jakarta. Setelah memenuhi seluruh kriteria yang diharapkan, maka orang tersebut dikatakan lulus seleksi dan jabatannya pun akan naik. Sedangkan untuk menyeleksi mandor adalah wewenang penuh dari pihak kontraktor. Berdasarkan wawancara tidak ada kriteria ataupun persyaratan khusus, akan tetapi orang tersebut setidaknya dianggap mengerti mengenai pekerjaan dan mampu untuk mengkoordinir para pekerja. Tingkat pendidikan terakhir para mandor bergam yaitu untuk tamatan tingkat SD 10%, tingkat SMP 50%, dan tingkat SMA atau SPMA 40% dari total jumlah mandor, namun ada juga mandor yang hanya mengenyam sampai tingkatan SD dan pada kenyataan di lapang pengalamanlah yang membuatnya terlatih.

Pembagian tenaga kerja didasarkan pada pembagian zona tahapan yang masing-masing zona tahapan tersebut dipegang oleh kontraktor yang berbeda. Kontraktor membawahi tenaga kerja harian. Dari seluruh zona tahapan berada dibawah 2 orang pengawas dimana masing-masing pengawas tersebut (supervisor) diharapkan dapat menjalin kerja sama yang baik dengan mandor lapangan dalam menghadapi segala permasalahan.

(28)

Untuk membedakan antara pekerja di masing-masing zona tahapan, para kontraktor berinisiatif untuk membuat stelan seragam kaos lengan panjang dan celana panjang dengan warna yang berbeda-beda. Untuk Tahap I berwarna oranye, Tahap II dan VI berwarna hijau, Tahap IIIA berwarna biru, Tahap IIIB berwarna kuning, Tahap IVA dan V berwarna merah. Karena setiap orang hanya mendapat 1 stel seragam, maka tidak setiap hari TKH mengenakan seragam sedangkan untuk inspektor tidak mengenakan pakaian pengenal sehingga sedikit sulit untuk dikenali. Jenis alat komunikasi yang digunakan adalah telepon seluler, penyediaan telepon seluler untuk setiap mandor dilakukan sendiri oleh masing-masing kontraktor. Hal ini tentu akan memudahkan untuk untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi di lapang baik antar mandor maupun antara mandor dengan supervisor. Bahkan dalam memberi instruksi mendadak (ketika terjadi komplain) mandor lapang dapat mengkoordinasikan TKH-nya melalui telepon seluler. Disamping alat komunikasi pihak Kota Bunga menyediakan kendaraan bermotor untuk memudahkan mobilisasi karyawan dalam mengontrol kondisi lapangan, kendaraan ini disediakan untuk masing-masing divisi yang jumlahnya disesuaikan dengan kegiatan di lapang, seperti divisi Landscape (3 buah motor dengan kode LS), General Affair (12 buah motor dengan kode PATROLI), After Sales Service (3 buah motor dengan kode Teknik), Finance and Accounting (1 buah motor dengan kode FA), Bussiness and Development (1 buah motor dengan kode RESTO). Disamping kendaraan bermotor disediakan pula mobil pick-up yang secara teknis milik lanskap namun penggunaannya di lapang berbagi dengan divisi teknik.

Kegiatan Pemeliharaan Pemeliharaan Ideal

Merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula serta terdapat evaluasi. Pemeliharaan ideal yang dilakukan oleh pihak Kota Bunga adalah dengan mempertahankan konsep desain ’Kota Sejuta Aroma’ yang diikuti dengan menjaga seluruh elemen lanskap yang terdapat di dalam kawasan dengan melakukan pemeliharaan fisik agar kebersihan, kerapihan, dan keamanan tetap terjaga sehingga dapat menjamin kenyamanan dan kepuasan bagi pemilik maupun

(29)

penyewa villa. Pemeliharaan ideal merupakan salah satu tujuan pengelolaan lanskap untuk memelihara suatu karakter dari integritas lanskap yang ada yang meliputi form, forces, dan features (Simond, 1983). Pemeliharaan ideal juga dilakukan untuk mempertahankan keindahan utama (good view) yang dimiliki oleh kawasan ini berupa pemandangan gunung Gede-Pangrango. Nuansa alam pegunungan dengan kualitas udara yang masih jernih, suasana pedesaan serta ditunjang dengan topografi yang berbukit-bukit. Jenis tanah di kawasan ini tergolong baik sehingga berbagai jenis vegetasi masih dapat tumbuh dengan baik disini, kecuali pada areal-areal yang telah mengalami pengurugan dan penimbunan (cut and fill). Mengingat kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan wisata di akhir pekan, maka penataan lanskapnya disesuaikan dengan kondisi tersebut, yakni pemilihan tanaman berwarna dan berbunga cerah, sehingga diharapkan dapat menimbulkan kesan ceria dan semarak layaknya suatu wahana wisata. Merujuk kembali pada konsep utama Kota Bunga sebagai Kota Sejuta Aroma, maka penggunaan tanaman beraroma dirasa sangat penting untuk digunakan sebagai identitas dari kawasan ini. Pada pengamatan di lapang masih ditemui tanaman beraroma namun karena jumlahnya yang terbatas sehingga harum semerbak dari bunga tersebut kurang terasa, dan jenis tanaman ini hanya dapat ditemui pada taman vila dimana tidak setiap orang dapat merasakannya.

Merujuk pada hal-hal di atas, kegiatan pemeliharaan ideal yang dilakukan oleh Kota Bunga seperti penyeragaman ketinggian maksimum suatu bangunan, terutama bangunan vila. Hal ini dilakukan agar tidak merusak pemandangan serta diupayakan agar tidak mendirikan bangunan yang dapat menghalangi pemandangan dari pegunungan sebagai good view utama. Memberikan tanaman perendam kebisingan dan polusi di jalur utama kendaraan, karena meskipun laju kendaraan rata-rata sedang, kendaraan tersebut tetap menghasilkan gas polutan. Jenis vegetasi yang dapat menyaring polutan memiliki ciri-ciri: percabangan yang mudah bergerak dan bergetar untuk dapat menyerap dan menyelubungi udara, daun-daun yang berbulu dapat menjebak dan menahan butir-butir debu. Contoh tanaman tersebut seperti pohon beringin (Ficus benjamina), mahoni (Swietenia mahogani), kenari (Canarium commune), salam (Syzygnium polyanthum), dan anting-anting (Elaeocarpus grandiforus). Sementara itu, jenis tanaman perdu yang

(30)

baik untuk mengurangi polusi udara adalah puring (Codiaeum variegiatum), Acalypha wilkesiana, nusa indah (Mussaenda sp.), soka (Ixora javanica), dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis).

Pihak Kota Bunga juga melaksanakan pemeliharaan ideal dengan pemberlakuan beberapa aturan bagi penghuni kawasan yang akan merenovasi vila harus mengikuti style arsitektural bangunan terhadap tema tersebut. Dalam aspek lanskapnya juga diatur mengenai penempatan jenis-jenis tanaman pada berm dan median yang tidak boleh dirubah oleh pengguna kawasan sebelum meminta ijin kepada pihak kantor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa implementasi konsep Kota Bunga secara umum dilakukan pada fasilitas yang menunjang konsep awal perencanaan kawasan Kota Bunga. Dengan ikut menjaga kelestarian serta berperan aktif dalam menciptakan suatu lanskap yang utuh termasuk salah satu cara untuk menjaga integritas standar suatu lanskap.

Pemeliharaan Fisik

Pemeliharaan fisik berhubungan dengan kualitas elemen taman dengan berpedoman pada pemeliharaan ideal. Pemeliharaan fisik diterapkan pada elemen keras maupun elemen lunak (tanaman). Kegiatan pemeliharaan fisik pada elemen keras, misalnya Pembersihan dari lumut, pembersihan sekitar rumah, pengendalian gulma pada perkerasan, serta pengangkutan dan pembuangan sampah. Pemeliharaan fisik pada tanaman meliputi pemupukan dan penggemburan, penyiraman, pemangkasan, pendangiran dan penyetikan, pengendalian hama penyakit, dan penggantian tanaman

Tabel 10. Kegiatan Pemeliharaan Fisik

No. Jenis Pemeliharaan Kegiatan Pemeliharaan 1. Pemeliharaan Sofscape Pemupukan dan penggemburan

Penyiraman

Pemangkasan

Pendangiran dan penyetikan

Pengendalian hama penyakit

Penggantian tanaman

2. Pemeliharaan Hardscape Penyapuan

Pembersihan dari lumut

Pembersihan sekitar rumah

Pengendalian gulma pada perkerasan 3. Pemeliharaan Kebersihan Pengangkutan dan pembuangan sampah

(31)

Pemeliharaan Softscape

Tanaman memiliki fungsi sebagai unsur pelunak, yaitu dapat memberikan kesan ’lunak’ apabila berdekatan dengan unsur taman yang sifatnya keras (hardscape) seperti elemen taman dan bangunan. Misalnya kesan kaku tiang pergola diperlunak dengan tanaman perambat atau tanaman-tanaman yang berada disepanjang jalur bagikan karpet alami. Kesan lunak yang dimunculkan oleh tanaman dapat berasal dari bentuk dan tekstur yang menarik, warna daun dan bunga, batang, ataupun buah. Kesan lunak inilah yang menjadikan tanaman sebagai unsur penting dalam suatu taman. Berbagai bentuk tajuk yang dimiliki oleh tanaman berbagai pula fungsi yang dihasilkan. Seperti tajuk yang melebar (kanopi) berfungsi sebagai peneduh, pada tajuk piramidal dapat digunakan sebagai pengarah, atau bentuk kolumnar yeng memberikan kesan alami dan organik. Agar tanaman dapat tumbuh sesuai dengan harapan, maka harus diperhatikan syarat hidup dan kesesuaian dengan lingkungannya, maka diperlukan serangkaian kegiatan pemeliharaan tanaman.

Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu kegiatan pemeliharaan rutin yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara demi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman agar tumbuh secara optimal. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan mengganggu terhadap kualitas visual dari tanaman, tanaman yang kurang akan unsur hara akan menunjukkan gejala-gejala buruk seperti kekeringan, layu, daun menguning, atau bahkan mati. Oleh karena itu kebutuhan akan pupuk ini harus benar-benar diperhitungkan karena akan turut berpengaruh terhadap nilai estetika yang akan muncul, dengan penampilan tanaman yang sehat dan subur, kualitas visual yang dihasilkan juga akan menarik sehingga dapat menambah kesan hidup di kawasan tersebut.

Kota Bunga menggunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia (anorganik). Penggunaan pupuk kandang (organik) hanya diaplikasikan pada saat-saat tertentu saja, seperti saat kondisi tanah sudah terlihat mengeras atau sebelum penanaman (renovasi taman) terutama pada rumput.

(32)

Pemberian pupuk kandang ini hanya dilakukan diawal yaitu saat pengolahan tanah.

Jenis pupuk yang biasa digunakan oleh seluruh kontraktor Kota Bunga adalah jenis pupuk yang berasal dari bahan mineral atau senyawa kimia yang telah diubah melalui proses produksi, sehingga berbentuk senyawa kimia yang dapat diserap tanaman yang dikenal juga dengan pupuk kimia (anorganik). Pupuk kimia yang dipakai berbentuk butiran sehingga perlakuannya dengan cara ditebar (Gambar 15) . Dalam perlakuannya untuk rumput cukup langsung ditebar di atas permukaannya sedangkan pada semak, perdu, dan pohon diberikan dengan cara melingkar di sekitar batangnya, jika jarak penanamannya sangat rapat maka setelah ditebar bagian daun semak digoyang-goyangkan agar pupuk yang diberikan tidak terperangkap diantara daun-daun yang nantinya akan menyebabkan terbakarnya permukaan daun. Sebelum pemupukan terlebih dahulu dilakukan penggemburan tanah disekeliling tanaman atau pohon yang dimaksudkan untuk memberi sirkulasi udara tanah dan mempertahankan kadar air pada daerah perakaran yang menjadi padat akibat pemupukan dan penyiraman secara terus menerus.

Anonim (2007) pemberian pupuk berbentuk butiran akan lebih efektif jika dilakukan dengan cara tugal dibandingkan dengan cara tebar, karena sifat pupuk kimia mudah hilang baik menguap maupun tercuci oleh air hujan. Namun cara ini dirasa kurang tepat bila diterapkan pada Kota Bunga terutama dari segi efisiensi waktu, karena luasan yang ada tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja serta membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya.

(33)

Berdasarkan pengamatan di lapang kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh kontraktor Kota Bunga adalah dua bulan sekali atau secara insidentil (kondisi tanaman yang terlihat layu atau menguning). Sedangkan yang tercantum dalam SOP Pemeliharaan Taman untuk kegiatan pemupukan dilakukan sebulan sekali (untuk jenis urea dan NPK 15:15:15) dengan dosis minimum 0,5 g/m2 untuk urea dan 10,25 g/m2 untuk NPK. Menurut Sulityantara (2006) frekuensi pemupukan yang baik adalah tiga bulan sekali untuk rumput, semak, dan pohon. Pembanding lainnya, menurut Anwar (2001) pemupukan untuk semak dan perdu dilakukan sebulan dua kali, yaitu pada minggu kedua dan minggu keempat, sedangkan untuk pohon dilakukan 6 bulan sekali. Dalam Oktaviarni (2008) pemupukan dilakukan secara selektif dengan mengutamakan tanaman yang baru disulam serta tanaman dengan ciri-ciri kurang pemupukan (daun menguning, layu, dan tidak berbunga). Untuk mengetahui jadwal pemupukan yang ideal dapat diketahui dengan jumlah pupuk yang diberikan dengan kebutuhan pupuk terhadap tanaman itu sendiri.

Pemberian pupuk pada tanaman terlebih dahulu harus mengetahui fase tanaman tersebut, seperti pada fase vegetatif, yaitu tanaman berada pada kondisi pertumbuhan yang membutuhkan unsur N (nitrogen) untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya seperti cabang, batang, dan daun. Salah satu contoh pupuk yang memiliki unsur N dengan kadar tinggi adalah pupuk urea. Pada Tabel 10 dijelaskan mengenai kebutuhan tanaman terhadap kedua pupuk ini.

Pupuk Urea Disebar Penyiraman setelah Pemupukan

Gambar 15. Cara Pemupukan Rumput dengan Urea

(34)

No. Wilayah Pemeliharaan Luas Sofscape (m2) Kebutuhan Urea/Tahun (Karung) Kebutuhan NPK/Tahun (Karung) Dosis Urea (Kg/Ha) Dosis NPK (Kg/Ha) 1. Tahap I 117.934,47 48 32 50-100 100-200 2. Tahap II 80.949 32 20 50-100 100-200 3. Tahap III A 96.586,79 28 16 50-100 100-200 4 Tahap III B 84.218,37 24 8 50-100 100-200 5. Tahap IV A 177.705,19 56 20 50-100 100-200 6. Tahap IV B 92.511 28 12 50-100 100-200 7. Tahap V 85.202 28 12 50-100 100-200 8. Tahap VI 82.857,33 40 24 50-100 100-200

Tabel 11. Kebutuhan Pupuk Urea dan NPK per Tahun.

(35)

Dalam rangka pemenuhan unsur hara yang tidak tersedia dalam tanah maka penambahan unsur hara tersebut penting dilakukan sesuai dengan dosis yang tepat. Berikut adalah contoh penggunaan dosis pupuk urea yang dilakukan oleh kontraktor di Kota Bunga disajikan dalam Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Perbandingan Penggunaan Dosis Pupuk Urea/NPK

Perbandingan Dosis Pupuk (g/m2) Lokasi Luasan

(m2) Dosis Yang Digunakan Dosis Standar* Tahap IIIB Kavling vila 5.501 9,08 10 Tahap IV A T. Lingkungan 5.187 9,63 10 Sumber: * Sulistyantara (2006) Pengamatan Lapang

Contoh Perhitungan Tahap III B :

1. Dosis standar pemupukan : 10 g/m2 urea/NPK 2. Jumlah pupuk yang digunakan : 50 kg

3. Luasan yang didapat : 5.501 m2

4. Maka dosis pupuk/m2 : 50.000 g = 9,088 g/m2 5.501 m2

Acuan penggunaan pupuk juga dapat dihitung berdasarkan hasil luasan yang didapat, luasan yang didapat selama pemupukan berlangsung dapat dilihat dalam Tabel 13.

Tabel 13. Kapasitas Kerja Kebutuhan Pupuk Berdasarkan Luasan

Kapasitas Kerja (m2/jam/org) Lokasi Waktu Tenaga

Kerja (orang) Luasan ( m2) Pengamatan Pustaka* Tahap IIIB Kavling vila 09.00-11.45 13.30-15.15 3 5.000 370 200 Tahap IV A T. Lingkungan 08.50-11.30 13.00-15.15 3 5.200 354 200

Sumber: * Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Lapang

(36)

Contoh Perhitungan Tahap IVA:

1. Luasan yang didapat : 5.200 m2 2. Waktu yang diperlukan : 4,9 jam 3. Jumlah tenaga kerja : 3 orang

4. Maka kapasitas kerja (m2/ jam/org) : 5.200 m2 = 1.061,22 m2/ jam 4,9 jam 3org

= 354 m2/jam/org

Dari kedua perhitungan pupuk di atas yaitu kebutuhan pupuk berdasarkan dosis dan luasan menunjukan hasil yang berbeda, dimana jika dilihat dari penggunaan dosis, kontraktor Kota Bunga berada di bawah standar yang ditetapkan, sedangkan jika dilihat dari hasil luasan yang didapat kontraktor Kota Bunga justru berada di atas rata-rata. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan kontraktor untuk meminimalkan pengeluaran berdampak pada jadwal pemupukan yang dilakukan berbeda dengan jadwal yang telah ditentukan, serta tidak memperhitungkan dosis yang digunakan. Hal ini akan berdampak pada luasan yang didapat (melebihi standar) namun asupan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berkurang (dibawah standar dosis), sehingga apabila terakumulasi lebih lanjut tanaman tersebut kekeringan dan akhirnya mati. Perlu adanya pengontrolan dan ketegasan dari supervisor terhadap jadwal pemupukan yang dilakukan kontraktor, misalnya saat membuat laporan pemupukan, harus disertai dengan pengecekan di lapang.

Penyiraman

Air merupakan elemen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, tidak terkecuali oleh tanaman unsur ini memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidupnya. Tanaman-tanaman yang kekurangan air langsung menunjukkan kondisi buruk seperti kekeringan atau daun menguning. Hal ini tentu akan sangat mengganggu dari kualitas visual yang diharapkan. Untuk menghasilkan warna tanaman yang tumbuh hijau dan segar layaknya karpet alami, tentu kegiatan penyiraman harus benar-benar diperhatikan sehingga daya tarik dari tanaman itu sendiri akan menjadikannya sebagai pusat perhatian (point of

(37)

Kegiatan penyiraman yang dilakukan oleh pihak Kota Bunga adalah penyiraman terhadap softmaterial atau tanaman saja. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang memiliki bobot persentase terbesar dibandingkan kegiatan pemeliharaan lainnya seperti yang tertera dalam Surat Penawaran Harga. Disamping karena kegiatan ini dilakukan setiap hari, penyiraman juga membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pengadaan kendaraan penyiraman (mobil tanki) dan bahan bakarnya (solar). Berdasarkan ketentuan dalam SPK, progress penyiraman ditentukan dari berita acara yang dibuat oleh kontraktor. Misalnya saja saat penyiraman, terjadi hujan deras yang mengakibatkan kegiatan penyiraman benar-benar terhenti, sehinga kontraktor wajib membuat berita acara cuaca yang diketahui oleh pihak owner (Kota Bunga).

Kegiatan penyiraman rutin dilakukan setiap hari oleh kontraktor taman baik dalam kondisi normal maupun hujan. Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam SPK, penyiraman dalam kondisi normal dilakukan 2 kali sehari untuk setiap rumah, sedangkan di waktu hujan penyiraman tetap dilakukan namun hanya pada bagian-bagian yang ternaungi (overstek) sehingga volume penyiraman berkurang, konsekuensi dari kekurangan tersebut maka pada kondisi panas terik dimana penguapan tanaman sangat tinggi volume penyiraman lebih ditingkatkan lagi dengan sistem penambahan alat penyiraman (seperti alcon) dan waktu penyiraman (over time). Berdasarkan wawancara di lapang untuk mengejar target penyiraman saat musim kemarau, dimana pada siang hari (12.00-15.00) kegiatan penyiraman dihentikan hingga menunggu cuaca kembali normal, sehingga tidak jarang mereka harus kerja lembur hingga malam hari. Karena menurut Arifin dan Arifin (2005) penyiraman pada siang hari dapat menyebabkan daun menjadi luka bakar (gosong). Waktu penyiraman yang tepat adalah pagi hari pukul 06.00-10.00 dan sore hari pukul 15.00-18.00. Jadwal penyiraman yang diterapkan oleh masing-masing kontraktor taman umumnya mengikuti jam kerja tenaga harian yaitu pada pagi hari pukul 08.00-11.30 dan dilanjutkan siang hari pukul 13.00-15.30. Selama periode magang yaitu bulan Maret-Juni masih berlangsung musim hujan dengan intensitas hujan sedang hingga cukup tinggi. Sehingga jadwal penyiraman pun disesuaikan dengan kondisi cuaca saat itu. Dalam pengamatan kegiatan penyiraman yang dilakukan oleh kontraktor Kota Bunga sudah benar.

(38)

Sumber air yang digunakan berasal dari aliran sungai Cimacan, sungai Cikundul, dan sungai Cinengah yang melintas masuk ke dalam kawasan Kota Bunga (zona Tahap I, II, IIIA, VIB), dari danau buatan Little Venice (zona Tahap IVA & V), serta saluran-saluran air yang ada (untuk area yang jauh dari sumber-sumber air, seperti Tahap IIIB). Kondisi dari air sungai ini masih terlihat baik dan jernih, namun belum tentu terbebas dari bahan pencemar yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, seperti mengandung bahan-bahan kima atau bahan-bahan organik yang membawa benih gulma. Mobil tangki melakukan pengisian air di tempat yang berbeda-beda. Umumnya setiap kawasan hampir memiliki sumber air sendiri, jarak rata-rata sumber air dengan lokasi penyiraman berkisar 20-40 meter. Setiap kontraktor mempertimbangkan jarak antara tempat pengisian dengan lokasi penyiraman, karena hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan solar yang digunakan serta waktu pengisian dan penyedotan oleh mobil tangki tersebut. Berdasarkan pengamatan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian tangki (ditambah dengan waktu perjalanan), dan penyiraman adalah + 50 menit, sehingga dapat diketahui rata-rata kegiatan penyiraman setiap harinya 500 m/jam.

Penyiraman dilakukan oleh pihak kontraktor menggunakan mobil tangki air yang dikendalikan oleh 2 orang (1 orang supir dan 1 orang kenek). Masing-masing kontraktor hanya memiliki 1 mobil tangki air berkapasitas 5000 liter dengan ritase rata-rata 6–8 rit/hari. Perbedaan jumlah ritase tersebut disesuaikan dengan luasan serta banyaknya areal yang harus disiram. Berdasarkan perhitungan 5000 liter setara dengan + 500 m2/ritase. Dalam 1 hari masing-masing tahapan secara umum penyiraman dapat menjangkau 3750 m2/hari.

Tanaman membutuhkan air untuk memudahkan perakarannya dalam menyerap larutan hara dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Namun harus diketahui terlebih dahulu seberapa banyak jumlah air yang dibutuhkan oleh setiap jenis tanaman. Beradasarkan Arifin dan Arifin (2005) diasumsikan kebutuhan air penyiraman untuk rumput dan semak adalah 5 liter/m2 dan untuk pohon 10 liter/pohon. Sehingga dapat dihitung kebutuhan air yang diperlukan untuk penyiraman di masing-masing zona tahapan (Tabel 13). Sedangkan untuk perhitungan kebutuhan air penyiraman terhadap masing-masing jenis tanaman (semak dan pohon) dapat dilihat pada Tabel 14.

(39)

Tabel 14. Kapasitas Kerja Penyiraman Berdasarkan Luasan

Kapasitas Kerja (m2/jam) Lokasi Waktu TenagaKerja

(orang) Luasan (m2) Pengamatan Pustaka* Tahap IV A Median Jalur 13.40-15.45 2 2.000 952 700 Tahap I Kavling Vila 08.10-11.30 13.05-15.10 2 4.100 759 700

Sumber: * Arifin dan Arifin (2005) Pengamatan Lapang

Contoh Perhitungan Tahap IVA

1. Luasan yang didapat : 2000 m2 2. Waktu yang diperlukan : 2,1 jam

3. Maka kapasitas kerja (m2/ jam) : 2000 m2 = 952 m2/jam 2,1 jam

Waktu penyiraman diatas meliputi waktu penyedotan, waktu perjalanan dari sumber air ke lokasi penyiraman, dan lamanya penyiraman. Dari hasil perhitungan diatas berdasarkan luasan yang didapat maka nilai yang diperoleh berada di atas standar.

Selama mahasiswa magang, yaitu Maret-Juni, masih berlangsung musim penghujan dengan curah hujan sedang hingga cukup tinggi, hal ini sangat berpengaruh pada efektifitas penyiraman. Disaat musim hujan kondisi tanah yang masih lembab dan basah (kapasitas infiltrasinya sudah jenuh) dan kegiatan penyiraman tetap dilakukan maka dapat menyebabkan terjadinya aliran permukaan (run-off). Apabila hal ini ditunjang dengan jenis tanah yang memiliki pori halus (liat) kemungkinan untuk terjadinya run off akan semakin besar pula. Bila hujan turun deras dalam waktu yang lama akan menyebabkan erosi terutama pada lahan miring (Gambar 16).

(40)

Lahan Miring yang Terkena Erosi Tanah Penanaman Rumput Gajah

Gambar 16. Penanaman Rumput Gajah Pada Tanah yang Tererosi

Contoh lahan yang terkena erosi di atas terjadi pada Blok CC1-4. Jenis tanah pada lahan miring di atas tergolong liat dan berada pada kemiringan yang sangat curam, saat terjadinya run off aliran ini membawa partikel tanah hingga menyebabkab erosi. Untuk menanggulanginya dapat dilakukan perbaikan struktur tanah agar membentuk agregat tanah yang masif (tekstur lebih kasar), sehingga perlu dilakukan: penambah bahan organik, membuat bangunan konservasi atau greenwall. Tanaman sereh (Andropogon nardus) yang masih termasuk famili Graminae adalah jenis tanaman penutup tanah yang akarnya memiliki daya ikat yang kuat terhadap tanah. Hal ini juga dapat dilakukan sebagai pilihan alternatif untuk menanggulangi erosi pada lahan miring.

Posisi berdiri dari tenaga harian saat melakukan penyiraman akan berpengaruh terhadap semprotan air yang dihasilkan sehingga air yang jatuh tidak terlalu keras dan tidak merusak tanaman yang baru disulam. Pada Gambar 17 adalah posisi yang tepat saat melakukan penyiraman. Pada kondisi lahan berbukit, sebaiknya posisi penyiram berada di bagian bukit (atas) agar tanaman mendapatkan siraman yang merata serta untuk mengurangi air yang berlebihan yang mengalir ke permukaan paling bawah (agar tidak menggenang). Pada penyiraman vila yang mempunyai area taman yang luas di bagian belakang dapat dijangkau dengan mengatur lubang selang penyiraman dengan cara menekan ujung selang dengan tangan atau menggunakan alat bantu dan di arahkan ke atas sehingga dapat meminimalkan jangkauan area yang tidak tersiram tanpa menggunakan selang tambahan.

(41)

Posisi Penyiraman di Lahan Berbukit Penyiraman pada Vila

Mengatur Lubang Selang Penyiraman

Gambar 17. Kegiatan Penyiraman

Pemangkasan

Suatu lanskap dengan pepohonan yang tinggi, dan rimbun lebat akan terlihat lebih indah jika disuguhkan dengan bentuk yang menarik. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan pemangkasan. Dari kegiatan pemangkasan yang dilakukan, banyak manfaat yang dapat dirasakan seperti menghindari tumbangnya pohon akibat terpangan angin kencang, menciptakan kesan yang diinginkan seperti membentuk tajuk pohon peneduh, pengarah, atau screen. Dari kegiatan pemangkasan dapat menghasilkan suatu kualitas visual lanskap yang indah dan menarik untuk dilihat.

Pemangkasan berdasarkan jadwal di Kota Bunga terbagi menjadi dua, yaitu pemangkasan rutin dan pemangkasan insidentil (pada tanaman air). Pemangkasan rutin yang diterapkan oleh pihak Kota Bunga adalah setiap minggu (untuk rumput), tiga minggu sekali (untuk semak dan perdu), dan setiap bulan (untuk pohon dilihat kondisi lapangan). Namun pada pelaksanaannya di lapang umumnya kontraktor lebih mementingkan standar penampilan (kondisi lapang) daripada

Gambar

Gambar 13. Pembagian Zonasi Wilayah Pemeliharaan
Tabel 3. Pembagian Tahapan Pemeliharaan Berdasarkan Kontraktor
Tabel 4. Usulan Rencana Pemeliharaan di Kota Bunga  Nama
Tabel 5. Jadwal Kegiatan Pemeliharaan Kota Bunga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) Melalui analisis deskripsi dapat menghasilkan aspek struktural novel yaitu tema, penokohan, perwatakan dan konflik pada kumpulan

Lampiran Surat

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jalan Teuku Umar No... KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Kepala UPT Keluarga Berencana Kecamatan Kedungkandang Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Malang Eselon : IV.a 82 Drs.. I

Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh peneliti didapatkan tiga item pertanyaan yang mendapatkan nilai mean yang tinggi yaitu “dosen saya memberi penilaian secara adil”

1) Prinsip transparansi, yaitu adanya keterbukaan dimana prinsip ditekankan bahwa terbukanya dalam mengelola suatu kegiatan. Pengelolaan dana BOS harus dilakukan secara terbuka agar

Oleh karena itu, penelitian ini akan menfokuskan pada hasil belajar siswa menggunakan lembar kerja peserta didik yang berbasis Adobe Flash CS8 untuk hasil

Perpustakaan dengan koleksinya yang lengkap merupakan sumber utama dalam pelayanan informasi. Sebagai sumber informasi, koleksi perpustakaan tidak hanya dalam bentuk tercetak