• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KONDISI BAHAN TAMBAL GLASS IONOMER YANG DILAPIS DENGAN VARNISH, COCOA BUTTER, DAN TANPA PELAPIS PADA GIGI SUSU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN KONDISI BAHAN TAMBAL GLASS IONOMER YANG DILAPIS DENGAN VARNISH, COCOA BUTTER, DAN TANPA PELAPIS PADA GIGI SUSU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KONDISI

BAHAN TAMBAL GLASS IONOMER YANG DILAPIS DENGAN VARNISH, COCOA BUTTER, DAN TANPA PELAPIS PADA GIGI SUSU

A COMPARISON OF THE CONDITION

GLASS IONOMER FILLING MATERIAL WITH VARNISH, COCOA BUTTER LAMINATION, AND WITHOUT LAMINATION OF THE DECIDUOS TEETH

Kosterman*, Eriska Riyanti**, Renny Febrida*

*Bagian Ilmu dan Teknologi Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran **Bagian Pedodontik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Atraumatik Restorative Treatment (ART) dengan mengunakan bahan tambal glass ionomer saat ini sering diterapkan di Indonesia, bahan tambal ini akan

terganggu proses pengerasannya apabila berkontak dengan lingkungan mulut pada saat proses tersebut berlangsung. Untuk mengatasinya Glass Ionomer harus dilindungi pada saat proses pengerasan, salah satu caranya dengan melapisnya mengunakan Varnish atau Cocoa Butter. Penelitiaan ini akan membandingkan kondisi bahan tambal dengan pelapis varnish, cocoa butter, dan tanpa pelapis setelah 3 bulan aplikasi. Sampel berjumlah 20 gigi untuk tiap perlakuan yang diambil dari pasien anak yang datang ke Instalasi Pedodontik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. Analisis Chi-Square menunjukan ada perbedaan nyata dari kondisi bahan tambal dengan perlakuan pelapisan yang berbeda, uji lanjutan dengan Odd Ratio menyimpulkan perlakuan pelapisan yang berpeluang menghasilkan kondisi bahan tambal paling baik adalah pelapisan dengan varnish.

Kata kunci : glass ionomer – varnish – cocoa butter

ABSTRACT

Atraumatic Restorative Treatment (ART) using glass ionomer filling material is currently frequently applied in Indonesia. The hardening process of this filling material will be impeded when it comes in contact with the oral environment at the time the hardening process is in progress. To overcome this condition, the glass ionomer should be protected during the hardening process. One way of overcoming this is by laminating, using varnish or cocoa butter. This research will compare the conditon of filling material using varnish, cocoa butter, and without the use of laminating material after a three-month application time. The sample consists of 20 teeth for every treatment taken from child patients who visited the Pedodontic Installation of the Faculty of Dentistry Padjadjaran University Dental Hospital. Chi-square analysis indicates a significant difference between the filling material condition with different laminating treatment. A further test using Odd Ratio concludes that the laminating treatment that has a chance to result in the best filling material condition is varnish laminating.

(2)

PENDAHULUAN

Bahan tambal Glass Ionomer pada saat ini sangat sering digunakan di Indonesia terutama di Puskesmas-Puskesmas, hal ini terjadi seiring dengan makin populernya teknik penambalan Atraumatik Restorative Treatment (ART) yang pemakaiannya dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada saat Peringatan Hari Kesehatan Nasional 19971.

ART merupakan teknik penambalan yang direkomendasikan oleh WHO untuk diterapkan di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, teknik ini tidak membutuhkan dental unit maupun alat bor sehingga memungkinkan dilakukan di tempat yang tidak memiliki alat kesehatan gigi standar. ART adalah prosedur pembuangan jaringan karies gigi dengan hanya mengunakan instrumen tangan dan menambal kavitasnya mengunakan bahan tambal adesif2.

Bahan tambal yang dipilih untuk digunakan dalam teknik ART adalah Glass Ionomer, bahan yang pertama kali di perkenalkan di Inggris pada tahun 1970 oleh Wilson & Kent ini dipilih karena memiliki beberapa sifat yang cocok untuk diaplikasikan dalam teknik ART yaitu memiliki daya rekat yang baik pada gigi, warna cukup estetis, sederhana cara pengaplikasiannya, serta mengandung fluor yang dapat menghambat laju perjalanan karies1. Untuk mendukung pemasyarakatan penggunaan ART di Puskesmas-Puskesmas, salah satu BUMN farmasi telah memproduksi bahan tambal ini yang produksi pertamanya diluncurkan secara simbolis oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 29 Juli 20003.

Bahan tambal Glass Ionomer terdiri dari dua bagian yaitu bubuk dan cairan yang harus dicampur dan diaduk dengan rasio 3,6 : 1 bila akan

(3)

diaplikasikan, komposisi bubuk Glass Ionomer terdiri dari Silika oksida (SiO2), Alumunium Oxida (Al2O3), dan Kalsium fluorida (CaF2) sementara cairannya berisi Asam Polialkenoat3.

Campuran kedua material ini akan menyebabkan lepasnya Ion Hidrogen dan Ion Karbosilat yang ada dalam cairan, Ion Hidrogen akan menembus partikel bubuk sehingga menyebabkan terlepasnya Ion Ca+2dan Al +3 ke dalam cairan, dan ion F- bebas. Ion Ca+2 bereaksi denagn Asam Polialkenoat (cairan) menghasilkan Kalsium Polialkenoat, sementara itu Ion Al+3 bereaksi dengan AsamPolialkeolat menghasilkan Alumunium Poliakenoat, terbentuklah rantai matriks yang mengikat dan mengelilingi gelas hingga tumpatan menjadi keras. Ion F- yang dilepaskan oleh partikel gelas berfungsi sebagai fusi gelas, proses pelepasan fluor berlangsung terus-menerus; sebuah penelitian pada usia tambalan 8 tahun secara invitro menunjukan proses ini masih terus berlangsung3.

Apabila terjadi kontak dini dengan lingkungan mulut reaksi kimia pengerasan akan terganggu, ini terjadi bila kelembaban lebih dari 80 % sehingga air akan masuk ke dalam struktur tambalan, air liur atau cairan lain yang masuk akan menyebabkan Ion Kalsium dan Alumunium terlepas sehingga proses pengerasan tidak sempurna4.

Untuk mengatasi masalah ini Glass Ionomer harus dilindungi agar tidak berkontak dengan air liur, caranya dengan memasang Cotton Roll, Saliva Suction, atau Rubber Dam; tetapi cara ini sangat sulit diterapkan pada pasien anak karena pasien dituntut untuk tidak banyak bergerak. Cara lain yang direkomendasikan adalah dengan melapis tambalan Glass Ionomer dengan mengunakan Varnish4, atau Cocoa Butter3; penelitian ini

(4)

akan membandingkan keefektifan kedua bahan pelapis tersebut dalam menjaga keutuhan tambalan Glass Ionomer.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang langsung dilakukan pada pasien anak, pengambilan sampel dilakukan secara purposive terhadap pasien anak yang datang ke RS Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Unpad. Sampel yang akan diambil adalah 20 gigi untuk tiap kelompok perlakuan, sehingga jumlah total sampel adalah 60 gigi; pasien calon sampel diseleksi dengan kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki gigi berlubang yang mengindikasikan penambalan dengan

Teknik ART berbahan tambal Glass Ionomer.

2. Gigi sampel belum waktunya tanggal dan diperkirakan tidak akan tanggal sampai dengan saat penelitian selesai.

3. Pasien kooperatif dan mempunyai alamat yang jelas untuk mempermudah pemangilan kembali.

Untuk tiap kelompok sampel (masing-masing 20 gigi) dilakukan penambalan sesuai dengan prosedur baku penambalan ART yang ditetapkan oleh WHO6, bahan yang digunakan adalah Glass Ionomer ART produksi PT Indofarma; setelah penambalan kemudian dilakukan pelapisan sebagai berikut :

Kelompok I : Dilapis dengan Varnish Kelompok II : Dilapis dengan Cocoa Butter Kelompok III : Tidak dilapis

(5)

Varnish yang dipakai adalah Varnish produksi GC Corporation, sedangkan Cocoa Butter-nya produksi PT Indofarma.

Pelapisan dilakukan segera setelah gigi ditambal, setelah itu pasien diintruksikan untuk menutup mulut, seluruh proses harus selesai selambat-lambatnya 4 menit dari sejak bahan tambal diaduk karena Katsuyama, dkk (1993)4 menyatakan bahwa sensitivitas tertinggi Glass Ionomer terhadap saliva berlangsung sampai menit ke-5 dari awal pengadukan.

Setelah tiga bulan pasien diminta datang kembali dan diperiksa kondisi bahan tambalnya berpedoman pada sistem penilaian standar WHO yaitu Guidelines for Protocols Clinical Studies of The ART Tehnique and Materials7, dengan kriteria seperti dipaparkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1 : Penilaian Kondisi Tambalan ART (Pilot, 1995)

Skor Kondisi

0 Ada dan utuh

1 Ada dan sedikit cacat pada batas dan/atau permukaan tambalan kurang dari 0,5 mm, tidak perlu perbaikan

2 Ada dan cacat pada batas dan/atau permukaan antara 0,5-1,0 mm, perlu perbaikan

3 Ada dan cacat besar pada batas dan/atau permukaan lebih dari 1,0 mm, perlu perbaikan

4 Tidak ada, tambalan hampir sama sekali hilang, perlu tambalan baru 5 Tidak ada, karena pada gigi dilakukan perawatan lain

6 Tidak ada, karena alasan lain 9 Tidak terdiagnosa

* alat ukur yang digunakan adalah probe standar WHO

Hasil evaluasi mengunakan kriteria diatas kemudian disimpulkan ke dalam tiga katagori penilaian yang lebih sederhana yaitu8:

Tabel 2 : Penilaian Kondisi Tambalan ART (Agtini, 2000)

Skor Penilaian

0 – 1 Baik (berhasil)

2 – 3 Perlu perbaikan

(6)

Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Analisis Chi-square untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar kelompok perlakuan, hipotesa uji yang dipakai adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan yang nyata dari kondisi bahan tambal Glass Ionomer dengan perlakuan pelapisan yang berbeda

H1 : Ada perbedaan nyata dari kondisi bahan tambal glass ionomer dengan perlakukan pelapisan yang berbeda.

Persamaan Analisis Chi-square :

ij ij ij k j r i E E O 2 1 1 2  

 

Oij : Banyaknya kasus yang diobservasi yang dikategorikan dalam baris ke-i

pada kolom ke-j

Eij : Banyaknya kasus yang diharapkan yang dikategorikan dalam baris ke-i

pada kolom ke-j dimana Eij =

n C

Ri j

Kriteria Uji :

Ho ditolak (ada perbedaan yang nyata) jika

2hitung

tabel2 .

tabel2 diperoleh dari tabel Chi-Square dengan db = (k-1)(r-1) dan taraf kepercayaan 95%.

Analisis statistik tahap kedua dilakukan dengan Odds Ratio untuk mencari perlakuan mana yang paling baik pengaruhnya terhadap kondisi bahan tambal, persamaannya :

2 1 Odds Odds

dimana i i i Odds

  1

i : Peluang terjadinya kejadian A pada perlakuan ke-i

(7)

HASIL

Hasil penelitian pada Kelompok Perlakuan I yaitu tambalan Glass Ionomer yang dilapis dengan Varnish menunjukan dari 20 buah sampel, setelah 3 bulan ternyata 19 buah tambalan (95 %) masih masuk dalam katagori baik, 1 tambalan (5 %) masuk katagori perlu perbaikan dan tidak ada tambalan yang masuk katagori gagal.

Evaluasi pada Kelompok Perlakuan II yaitu tambalan Glass Ionomer yang dilapis Coccoa Butter menunjukan 18 sampel (90 %) masuk katagori baik, dua sampel (10 %) masuk katagori perlu perbaikan, dan tidak satupun yang masuk katagori gagal.

Kelompok Perlakuan III yang tidak menggunakan lapisan apapun, pada bulan ke-3 memperlihatkan kondisi, 7 sampel masuk katagori gagal (35 %), 11 sampel masuk katagori perlu perbaikan (55 %), dan hanya 2 sampel yang dinyatakan baik (10 %).

Tabel 3 : Hasil Penelitian

Perlakuan Skor Jumlah Penilaian %

0 13 1 6 Baik (Berhasil) 95 2 1 3 0 Perlu Perbaikan 5 Kelompok I (Dilapis Varnish)

4 0 Gagal 0 0 11 1 7 Baik (Berhasil) 90 2 1 3 1 Perlu Perbaikan 10 Kelompok II (Dilapis Coccoa

Butter) 4 0 Gagal 0 0 0 1 2 Baik (Berhasil) 10 2 3 3 8 Perlu Perbaikan 55 Kelompok III (Tidak dilapis)

4 7 Gagal 35

PEMBAHASAN

Metode penelitian pada Kelompok Perlakuan II sama dengan prosedur baku penambalan ART yang ditetapkan oleh WHO6, hasilnya 95% tambalan dinyatakan masih dalam kondisi baik. Hasil penelitian ini

(8)

tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI8 pada beberapa penelitiannya di berbagai daerah. Penelitian Badan ini di Bekasi pada tahun 1996 menunjukan 98,7 % tambalan masih dalam kondisi baik setelah 12-18 bulan, penelitian tahun 1998 dengan waktu evaluasi setelah 12-15 bulan di Cianjur menunjukan 99,4 % tambalan dalam katagori baik, di Karawang 81,1 %, dan di Serang 92,4 %.

Penelitian serupa dengan waktu evaluasi yang lebih lama (3 tahun) dilakukan di Zimbabwe dan Thailand, hasilnya menunjukan penurunan jumlah tambalan yang masih dalam katagori baik. Frencken (1999)9 yang meneliti di Zimbabwe mendapatkan hasil 82,5% untuk tambalan dalam katagori baik, sementara itu Phantumvanit (1996)10 dalam penelitiannya di Thailand menghasilkan angka 71 % untuk tambalan katagori tersebut.

Untuk keperluan Analisis Chi-Square yang akan menguji ada tidaknya perbedaan nyata antar kelompok perlakuan, tabel hasil penelitian disajikan dalam bentuk sebagai berikut:

Tabel 4 : Hasil Penelitian untuk Uji Chi-Square Kondisi Perlakuan 0 1 2 3 4 Total Oij 13 6 1 0 0 Kelompok I Eij 8 5 1.67 3 2.33 20 Oij 11 7 1 1 0 Kelompok II Eij 8 5 1.67 3 2.33 20 Oij 0 2 3 8 7 Kelompok III Eij 8 5 1.67 3 2.33 20 Total 24 15 5 9 7 60

(9)

Maka :

               5 5 7 8 8 11 33 , 2 33 , 2 0 3 3 0 67 , 1 67 , 1 1 5 5 6 8 8 13 2 2 2 2 2 2 2 2

3 3 8 67 , 1 67 , 1 3 5 5 2 8 8 0 33 , 2 33 , 2 0 3 3 1 67 , 1 67 , 1 1 2 2 2 2 2 2  2             +

33 , 2 33 , 2 7 2 = 43,32

Dari tabel Chi-Square dengan db = (5-1)(3-1) = 8 dan taraf kepercayaan 95%, nilai

2tabel adalah 17,53

Karena

2hitung

2

tabel maka Ho ditolak, artinya bahwa dengan taraf

kepercayaan sebesar 95% ada perbedaan nyata dari kondisi bahan tambal dengan perlakuan pelapisan yang berbeda.

Untuk mencari perlakuan mana yang memberikan pengaruh paling baik terhadap bahan tambal dilakukan perhitungan Odds Ratio, sebelumnya kondisi bahan tambal dikatagorikan menjadi dua kategori yaitu baik atau berhasil (kondisi 0 dan kondisi 1) serta perlu perbaikan atau gagal (kondisi 2, kondisi 3 dan kondisi 4)8, seperti tersaji pada tabel di bawah ini:

Tabel 5 : Hasil Penelitian untuk Perhitungan Odds Ratio Kondisi

Perlakuan

Berhasil Tidak Berhasil Total

f 19 1 20 Kelompok I Peluang 0.95 0.05 1 f 18 2 20 Kelompok II Peluang 0.9 0.1 1 f 2 18 20 Kelompok III Peluang 0.1 0.9 1 Total 39 21 60

(10)

Odds Berhasil Kelompok I = 95 , 0 1 95 , 0  = 19

Odds Berhasil Kelompok II =

90 , 0 1 90 , 0  = 9

Odds Berhasil Kelompok III =

1 , 0 1 1 , 0  = 0,11 Kelompok I : Kelompok II : 9 19 = 2,11

Berarti peluang berhasil kelompok I (Dilapis dengan Varnish) lebih besar 2,11 kali dari kelompok II (Dilapis dengan Cocoa Butter), maka jika kita membandingkan antara kelompok I dan kelompok II maka kelompok I lebih baik pengaruhnya terhadap kondisi bahan tambal.

Kelompok I : Kelompok III :

11 , 0

19

= 171

Berarti peluang berhasil kelompok I (Dilapis dengan Varnish) lebih besar 171 kali dari kelompok III (Tidak dilapis), maka jika kita membandingkan antara kelompok I dan kelompok III maka kelompok I lebih baik pengaruhnya terhadap kondisi bahan tambal.

Kelompok II : Kelompok III :

11 , 0

9

= 81

Berarti peluang berhasil kelompok II (Dilapis dengan Cocoa Butter) lebih besar 81 kali dari kelompok III (Tidak dilapis), maka jika kita membandingkan antara kelompok I dan kelompok III maka kelompok II lebih baik pengaruhnya terhadap kondisi bahan tambal.

(11)

Berdasarkan perhitungan Odds Ratio maka urutan perlakuan pelapisan yang berpeluang untuk menghasilkan kondisi bahan tambal baik adalah pelapisan dengan Varnish, Cocoa Butter, kemudian tanpa pelapis.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kondisi tambalan Glass Ionomer pada gigi anak-anak yang dilapis dengan Varnish, setelah tiga bulan pasca penambalan keadaannya lebih baik daripada tambalan yang dilapis dengan Cocoa Butter; sedangkan tambalan yang tidak dilapis sama sekali kondisinya lebih buruk daripada tambalan yang dilapis oleh Varnish maupun Cocoa Butter; oleh karena itu disarankan untuk menggunakan bahan pelapis Varnish pada setiap penambalan gigi anak dengan bahan Glass Ionomer.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, yang telah memberikan dukungan dana penelitian DIKS.

2. PT Indofarma (Persero), yang telah memberikan bahan Glass Ionomer ART dan Cocoa Butter.

3. Kepala beserta staf Instalasi Pedodontik RSGM FKG Unpad, yang telah menyediakan fasilitas penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riyanti, E. Perawatan Restoratif Atraumatik. Dentamedia. 1999; No 4 Vol 3 : 5-7.

2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Gigi. Petunjuk Praktis Pengunaan Glass Ionomer pada Teknik Penambalan Gigi Tanpa Bur. Jakarta : Direktorat Kesehatan Gigi RI. 2000. p. 1.

(12)

3. Sutrisna, D. Glass Ionomer ART Sebagai Bahan Tumpatan. Makalah Seminar & Workshop ART Terobosan Baru Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi. Bandung 23 Agustus 2000.p.1-4.

4. Katsuyama, S. et. Al. Glass Ionomer Dental Cement The Material and Their Clinical Use. St Louis : Ishiyaku Euro America Inc. 1993. 5. Indofarma. Terobosan di Milenium Baru. Bekasi : PT Indofarma.

2000.p.4.

6. Frenchen, J., et.al. Manual for The Atraumatic Restorative Treatment Approach to Control Dental Caries. Groningen : WHO Collaborating Centre for Oral Health Services Research. 1997. p. 52-74.

7. Pilot. T. Guidelines for Protocols Clinical Studies of The ART Tehnique and Materials. Groningen : WHO Collaborating Centre for Oral Health Services Research. 1995.

8. Agtini, M. Keberhasilan Penelitian Pelaksanaan ART di Jawa Barat. Makalah Seminar & Workshop ART Terobosan Baru Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi. Bandung 23 Agustus 2000.p.1-4. 9. Frenchen, J., et.al. How Effective is ART in The Management of Dental

Caries? Community Dental Oral Epidemiology. 1999. No 27. 10. Phatumvanit, P. ART : A Three Years Community Field Tryal in

Thailand Survival of One-surface Restorative in Permanet Dentition. Journal of Public Health Dentistry. 1996. No 3. Vol 56.

Gambar

Tabel 1 : Penilaian Kondisi Tambalan ART (Pilot, 1995)
Tabel 3 : Hasil Penelitian
Tabel 4 : Hasil Penelitian untuk Uji Chi-Square
Tabel 5 : Hasil Penelitian untuk Perhitungan Odds Ratio

Referensi

Dokumen terkait