• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program PKR A3 & B3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program PKR A3 & B3"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI BIDANG PEMANFAATAN RADIOGRAFI INDUSTRI

IRIDIUM-192

PKR 027 002/DL 01 /STTN.9

TEKNOKIMIA NUKLIR 2014 1. ANISA NOVITA SARI 2. ARBI WIDIYANTORO 3. CLAUDYA ASTRID L W 4. ELZA JAMAYANTI 5. GEA FITRIA

(2)

Lembar Pengesahan | i

Lembar Pengesahan

Uraian Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Disiapkan 1. Elza Jamayanti 2. Hezekiel K P

PPR TTD 18 Maret

2016

Diperiksa Gea Fitria Operational

Manager

TTD 18 Maret

2016

Disyahkan Annisa Novita Sari Pemegang

Ijin

TTD 18 Maret

(3)

Daftar Isi | ii

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ... i Daftar Isi ... ii BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan... 1

I.3. Definisi ... 2

BAB II : PENYELENGGARA PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI ... 4

II.1. Struktur Penyelenggara Proteksi dan Keselamatan Radiasi ... 4

II.2. Tugas dan Tanggung Jawab ... 6

II.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Pemegang Izin ... 6

II.2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Pekerja Proteksi Radiasi ... 7

II.2.3. Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Radiografer (AR) ... 9

II.2.4. Tugas dan Tanggung Jawab Operator Radiografer (OR) ... 10

II.3.Personil yang Bekerja di Fasilitas atau Instalasi Termasuk Program Pendidikan dan Pelatihan Mengenai Proteksi dan Keselamatan Radiasi ... 11

II.4. Kualifikasi untuk Personil yang Bekerja di Bidang Proteksi Radiasi ... 12

II.5. Dosis Maksimal ... 14

II.6. Peralatan Proteksi Radiasi yang digunakan pekerja di Bidang Proteksi Radiasi ... 17

(4)

Daftar Isi | iii

BAB III. DESKRIPSI FASILITAS ... 17

III.1. Deskripsi Fasilitas ... 17

III.2. Deskripsi Pembagian Daerah Kerja ... 20

III.2.1. Daerah Pengendalian ... 24

III.2.1. Daerah Supervisi ... 25

III.3. Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi ... 25

BAB IV. PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI ... 24

IV.1. Penentuan Pembatas Dosis... 24

IV.2. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Operasi ... 24

IV.2.1. Prosedur Pengoperasian peralatan ... 24

IV.2.2.Pembatasan akses pada daerah kerja ... 25

IV.2.3. Pemantauan Paparan Radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di daerah kerja ... 26

IV.2.4. Pemantauan radioaktivitas lingkungan di luar fasilitas atau instalasi ... 28

IV.2.5. Pemantauan dosis yang diterima Pekerja Radiasi ... 28

IV.2.6. Pemantauan kesehatan bagi Pekerja Radiasi ... 29

IV.3. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat ... 30

(5)

Bab 1 : Pendahuluan | 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Program proteksi radiasi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin pemanfaatan zat radioaktif dari BAPETEN, maka agar pelaksanaan kegiatan radiografi tersebut dapat berjalan secara legal, aman, selamat dan sehat, baik bagi pekerja, daerah kerja maupun lingkungan, pihak manajemen PT INDO Tbk. membuat dokumen program proteksi radiasi sesuai yang ditetapkan dalam pasal 14 Peraturan Pemeriintah No. 29 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion Dan Bahan Nuklir.

I.2. Tujuan

Program proteksi radiasi ini dibuat sesuai aturan ditetapkan dalam pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion Dan Bahan Nuklir yang dipakai sebagai pedoman bagi mereka yang akan melakukan pekerjaan radiografi agar pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan aman, selamat dan sehat, baik bagi para pekerja itu sendiri, bagi daerah kerja maupun bagi lingkungan sekitar.

(6)

Bab 1 : Pendahuluan | 2 I.3. Definisi

Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir nomor 8 tahun 2014 yang dimaksud dengan:

I.3.1 Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disebut BAPETEN adalah instansi yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir.

I.3.2 Keselamatan Radiasi Pengion yang selanjutnya disebut Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.

I.3.3 Keamanan Sumber Radioaktif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah akses tidak sah atau perusakan, dan kehilangan, pencurian, atau pemindahan tidak sah sumber radioaktif.

I.3.4 Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.

I.3.5 Peralatan Radiografi Industri yang selanjutnya disebut Peralatan Radiografi adalah peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan struktur dan/atau kualitas bahan dengan metode uji tak rusak dengan zat radioaktif dan/atau Pembangkit Radiasi Pengion. I.3.6 Pembangkit Radiasi Pengion adalah sumber radiasi dalam bentuk pesawat dengan

energi di bawah 1 (satu) MeV dan pesawat energi tinggi dengan energi sama atau di atas 1 (satu) MeV.

(7)

Bab 1 : Pendahuluan | 3 I.3.7 Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat

diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.

I.3.8 Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan Proteksi Radiasi.

I.3.9 Kecelakaan Radiasi adalah kejadian yang tidak direncanakan termasuk kesalahan operasi, kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat, atau kejadian lain yang menimbulkan akibat atau potensi akibat yang tidak dapat diabaikan dari aspek Proteksi atau Keselamatan Radiasi.

I.3.10 Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir.

I.3.11 Pemegang Izin adalah orang atau badan yang telah menerima izin pemanfaatan tenaga nuklir dari BAPETEN.

I.3.12 Ahli Radiografi yang selanjutnya disebut Radiografer Tingkat II adalah orang yang berwenang melakukan pekerjaan radiografi dengan menggunakan zat radioaktif dan/atau Pembangkit Radiasi Pengion, yang memiliki paling kurang sertifikat keahlian uji tak rusak Tingkat II, dan bertanggung jawab kepada Pemegang Izin.

I.3.13 Operator Radiografi yang selanjutnya disebut Radiografer Tingkat I adalah orang yang berwenang melakukan persiapan pekerjaan radiografi dengan menggunakan zat

(8)

Bab 1 : Pendahuluan | 4 radioaktif dan/atau Pembangkit Radiasi Pengion, yang memiliki sertifikat keahlian paling kurang uji tak rusak Tingkat I, dan bekerja di bawah pengawasan Radiografer Tingkat II.

I.3.14 Asisten Radiografer adalah orang yang membantu dan bekerja di bawah pengawasan Radiografer Tingkat I untuk melakukan persiapan pekerjaan radiografi dengan menggunakan zat radioaktif dan/atau Pembangkit Radiasi Pengion.

I.3.15 Fasilitas Terbuka adalah tempat kegiatan radiografi industri dengan Peralatan Radiografi tidak terpasang secara tetap di mana zat radioaktif dan/atau Pembangkit Radiasi Pengion dapat dicapai dari berbagai akses.

I.3.16 Fasilitas Tertutup adalah tempat kegiatan radiografi industri dengan Peralatan Radiografi terpasang tetap di mana zat radioaktif dan/atau Pembangkit Radiasi Pengion hanya dapat dicapai melalui suatu akses berupa pintu.

I.3.17 Kawasan adalah tempat dimana kegiatan Radiografi Industri dilakukan dengan kondisi yang mudah dicapai menggunakan moda transportasi darat, dalam radius maksimal 10 km (sepuluh kilometer).

I.3.18 Paparan Darurat adalah paparan yang diakibatkan terjadinya kondisi darurat nuklir atau radiologik.

I.3.19 Intervensi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau menghindari paparan atau kemungkinan terjadinya paparan kronik dan Paparan Darurat.

(9)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 4

BAB II

PENYELENGGARA PROTEKSI DAN KESELAMATAN

RADIASI

II.1. Struktur Penyelenggara Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Selaku pemegang izin yang diberikan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir, maka sebagai wujud pertanggungjawaban dalam rangka merealisasikan adanya jaminan keamanan, keselamatan dan kesehatan, pihak manajemen perusahaan membentuk susunan organisasi proteksi radiasi untuk diterapkan di lingkungan perusahaan.

Penyelenggaraan proteksi dan keselamatan radiasi terdiri dari perwakilan setiap personil yang ada di fasilitas atau instansi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion yang bertugas untuk membantu pemegang izindalam melaksanakan tanggung jawabnya.

Susunan organisasi proteksi yang berlaku di lingkungan PT Utama Inspeksi Teknologi terdiri dari :

1. Pemegang Izin. 2. Operational Manager. 3. Penanggungjawab Instansi. 4. Petugas Proteksi Radiasi. 5. Pekerja Radiasi.

(10)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 5 Bagan struktur organisasi proteksi radiasi secara lengkap adalah sebagai berikut:

PETUGAS PROTEKSI RADIASI PEMEGANG IZIN

OPERATIONAL MANAGER

PENANGGUNG JAWAB INSTALASI

PEKERJA RADIASI PEKERJA RADIASI

(11)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 6 II.2. Tugas dan Tanggung Jawab

II.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Pemegang Izin

Sesuai dengan ketentuan yang tertuang pada Pasal 4 Nomor 4 Tahun 2013, maka Pemegang Izin mempunyai kewajiban dan tanggungjawab sebagai berikut: 1. Pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a

bertanggung jawab atas Proteksi dan Keselamatan Radiasi di fasilitas atau instalasinya yang meliputi:

a. mewujudkan tujuan Keselamatan Radiasi;

b. menyusun, mengembangkan, melaksanakan, dan mendokumentasikan program proteksi dan keselamatan radiasi, yang dibuat berdasarkan sifat dan risiko untuk setiap pelaksanaan Pemanfaatan Tenaga Nuklir;

c. membentuk dan menetapkan Penyelenggara Keselamatan Radiasi di dalam fasilitas atau instalasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya;

d. menentukan tindakan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan memastikan bahwa sumber daya tersebut memadai dan tindakan yang diambil dapat dilaksanakan dengan benar;

e. meninjau ulang setiap tindakan dan sumber daya secara berkala dan berkesinambungan untuk memastikan terwujudnya tujuan Keselamatan Radiasi;

(12)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 7 f. mengidentifikasi setiap kegagalan dan kelemahan dalam tindakan dan

sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan Keselamatan Radiasi, serta mengambil langkah perbaikan dan pencegahan terhadap terulangnya keadaan tersebut;

g. membuat prosedur untuk memudahkan konsultasi dan kerjasama antar semua pihak yang terkait dengan Keselamatan Radiasi; dan

h. membuat dan memelihara Rekaman yang terkait dengan Keselamatan Radiasi.

2. Pemegang Izin, dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mendelegasikan kepada personil yang terkait dengan pelaksanaan Pemanfaatan Tenaga Nuklir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).

3. Pendelegasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak membebaskan Pemegang Izin dari pertanggungjawaban hukum jika terjadi situasi yang dapat membahayakan keselamatan Pekerja Radiasi, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup.

II.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pekerja Proteksi Radiasi

Sesuai dengan ketentuan yang tertuang pada Pasal 7 Nomor 4 Tahun 2013, maka Pekerja Proteksi Radiasi mempunyai kewajiban dan tanggungjawab sebagai berikut:

(13)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 8 a. mengawasi pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi;

b. mengkaji ulang efektivitas penerapan program proteksi dan keselamatan radiasi;

c. memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan atau tertulis kepada Pekerja Radiasi tentang pelaksanaan program Proteksi dan Keselamatan Radiasi;

d. mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan;

e. memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi dan memantau pemakaiannya;

f. membuat dan memelihara rekaman dosis yang diterima oleh Pekerja Radiasi;

g. melaporkan kepada Pemegang Izin jika Pekerja Radiasi menerima dosis melebihi Pembatas Dosis;

h. memberitahukan kepada Pekerja Radiasi mengenai hasil evaluasi pemantauan dosis;

i. membuat dokumen yang berhubungan dengan Proteksi Radiasi; j. melakukan kendali akses di Daerah Pengendalian.

k. melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian fakta dalam hal kedaruratan.

l. memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Instalasinya.

(14)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 9

II.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Radiografer (AR)

Sesuai dengan ketentuan yang tertuang pada Pasal 19 Nomor 7 Tahun 2009, maka Pekerja Proteksi Radiasi mempunyai kewajiban dan tanggungjawab sebagai berikut :

a. memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala BAPETEN

b. menggunakan perlengkapan Proteksi Radiasi sesuai prosedur;

c. melaporkan setiap kejadian kecelakaan kepada Petugas Proteksi Radiasi; d. melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga akibat

bekerja dengan radiasi kepada Pemegang Izin melalui Petugas Proteksi Radiasi;

e. mempelajari ketentuan pengoperasian Peralatan Radiografi dari referensi untuk diterapkan ke dalam prosedur pemeriksaan Peralatan Radiografi dan peralatan penunjang;

f. menyiapkan dan memverifikasi kesiapan Peralatan Radiografi; g. melaksanakan dan memantau pengujian radiografi;

h. menyiapkan instruksi kerja berdasarkan prosedur pengoperasian; i. memantau pekerjaan OR;

j. melatih atau membimbing OR; dan k. mengelola hasil pengujian radiografi.

(15)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 10

II.2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Operator Radiografer (OR)

Sesuai dengan ketentuan yang tertuang pada Pasal 20 Nomor 7 Tahun 2009, maka Pekerja Proteksi Radiasi mempunyai kewajiban dan tanggungjawab sebagai berikut :

a. memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala BAPETEN ini;

b. menggunakan perlengkapan Proteksi Radiasi sesuai prosedur;

c. melaporkan setiap kejadian kecelakaan kepada Petugas Proteksi Radiasi; d. melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga akibat

bekerja dengan radiasi kepada Pemegang Izin melalui Petugas Proteksi Radiasi;

e. melakukan pengujian sesuai instruksi kerja berdasarkan prosedur pengoperasian; dan

(16)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 11 II.3. Personil yang Bekerja di Fasilitas atau Instalasi Termasuk Program

Pendidikan dan Pelatihan Mengenai Proteksi dan Keselamatan Radiasi

No Nama Jabatan Pendidikan/Pelatihan Bukti

1. Elza Jamayanti Petugas Proteksi Radiasi

S-1 Teknik Nuklir Pelatihan PPR bidang industri oleh PUSDIKLAT-BATAN dan rekualifikasi PPR yang diselenggarakan oleh BAPETEN SIB PPR dan License dari BAPETEN

2. Gea Fitria Pekerja Radiasi

S-1 Teknik Nuklir SIB PPR

3. Claudya Astrid Lianna Wijaya

Pekerja Radiasi

S-1 Teknik Nuklir SIB PPR

4. Hezekiel Putra S PPR S-1 Teknik Nuklir Pelatihan PPR bidang oleh

SIB PPR dan License dari BAPETEN serta

(17)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 12 PUSDIKLAT-BATAN dan rekualifikasi PPR yang diselenggarakan oleh BAPETEN Pelatihan PKSR SIB PKSR

5 Arbi Widiyantoro Pekerja Radiasi

S-1 Teknik Nuklir SIB PPR

II.4. Kualifikasi untuk Personil yang Bekerja di Bidang Proteksi Radiasi II.4.1 Petugas Proteksi Radiasi (PPR)

Berdasarkan Perka Bapeten nomor 15 Tahun 2008, persyaratan untuk mendapatkan Surat Izin Bekerja antara lain :

1. Setiap orang untuk dapat menjadi Petugas Proteksi Radiasi dan petugas keahlian memiliki Surat Izin Bekerja. (Pasal 8)

2. Setiap orang untuk dapat menjadi Petugas Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 wajib lulus ujian untuk memperoleh SIB yang diselenggarakan oleh Kepala BAPETEN. (Pasal 9)

(18)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 13 3. Ujian untuk memperoleh Surat Izin Bekerja Petugas Proteksi Radiasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi ujian: Lisan dan Tertulis

4. Persyaratan mengikuti ujian untuk memperoleh Surat Izin Bekerja Petugas Proteksi Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi:

a. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun yang dibuktikan dengan fotokopi KTP;

b. berijazah serendah-rendahnya D-III jurusan eksakta atau teknik yang dibuktikan dengan fotokopi ijazah ;

c. berbadan sehat yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter yang memiliki kompetensi, dan disetujui instansi berwenang di bidang ketenagakerjaan yang ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium; dan d. lulus pelatihan Proteksi Radiasi yang dibuktikan dengan sertifikat telah

mengikuti pelatihan Proteksi Radiasi.

Pelatihan atau training yang didapat adalah pelatihan PPR bidang industri yang diselenggarakan oleh PUSDIKLAT BATAN dan rekualifikasi PPR yang diselenggarakan oleh BAPETEN.

II.4.2 Operator atau Pekerja Radiasi

Pelatihan atau training yang didapat operator atau pekerja radiasi diselenggarakan secara in House training oleh pemegang izin atau pihak lain.

(19)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 14 Sebagaimana yang tertulis pada Perka Bapeten No 4 Tahun 2013 Bab II Pasal 9 Pendidikan dan Pelatihan mengenai Proteksi dan Keselamatan Radiasi yang diikuti oleh PPR dan Pekerja Radiasi antara lain :

a. peraturan perundang-undangan di bidang ketenaganukliran; b. Sumber yang digunakan dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir; c. efek biologi radiasi;

d. besaran dan satuan dosis radiasi;

e. prinsip Proteksi dan Keselamatan Radiasi; f. pemantauan Paparan Radiasi; dan

g. tindakan dalam keadaan darurat.

II.5. Dosis Maksimal

Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.

Berdasarkan Perka Bapeten No. 4 tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri, dosis maksimal yang diizinkan diterima oleh personil dan anggota masyrakat adalah sebagai berikut:

II.5.1. Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi

(20)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 15 a. Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun

dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam 5 (lima) tahun tidak boleh melebihi 100 mSv (seratus milisievert);

b. Dosis Efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;

c. Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;

d. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun; dan

e. Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun.

II.5.2. Nilai Batas Dosis pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang berumur 16 (enambelas) tahun sampai dengan 18 (delapanbelas) tahun

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b ditetapkan dengan ketentuan:

a. Dosis Efektif sebesar 6 mSv (enam milisievert) per tahun;

b. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) pertahun;

(21)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 16 c. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 150 mSv (seratus limapuluh

milisievert) pertahun; dan

d. Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 150 mSv (seratus limapuluh milisievert) pertahun.

CATATAN : Dalam hal pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang berumur di atas 18 (delapanbelas) tahun, diberlakukan Nilai Batas Dosis sama dengan Nilai Batas Dosis yang ditetapkan untuk Pekerja Radiasi.

II.5.3. Nilai Batas Dosis untuk Anggota Masyarakat

a. Dosis Efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) pertahun;

b. Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (seratus limapuluh milisievert) pertahun; dan

c. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) pertahun.

Pemegang Izin, untuk memastikan Nilai Batas Dosis tidak terlampaui, wajib melakukan:

a. pembagian daerah kerja;

b. pemantauan Paparan Radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di daerah kerja;

(22)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 17 d. pemantauan dosis yang diterima Pekerja Radiasi.

II.6. Peralatan Proteksi Radiasi yang digunakan pekerja di Bidang Proteksi Radiasi

Berdasarkan Perka Bapeten Nomor 4 Tahun 2013, peralatan proteksi radiasi yang digunakan ketika bekerja di daerah kerja yaitu alat ukur dosis atau laju dosis; alat ukur kontaminasi permukaan; dan/atau alat ukur kontaminasi udara.

Peralatan pemantauan dosis yang digunakan antara lain film badge, thermoluminisensi dosimeter (TLD) badge, atau radiofotoluminisensi dosimeter badge; dan dosimeter pembacaan langsung.

Peralatan protektif yang digunakan yaitu pakaian Proteksi Radiasi yang paling kurang terdiri atas: apron; jas laboratorium. Peralatan protektif perlindungan pernafasan; sarung tangan; pelindung organ; dan/atau glove box.

II.7. Program Jaminan Mutu Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan misi PT. INDO,Tbk, diperlukan usaha peningkatan dan pemantapan program-program PT. INDO,Tbkdengan cara meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta sumber daya manusia yang memnuhi persyaratan. Untuk mewujudkannya maka seluruh kegiatan dan program PT. INDO,Tbk perlu di arahkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas agar mempunyai daya saing dalam bidang radiografi industri dengan sumber Ir-131. Salah satu alat pendorong

(23)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 18 untuk menciptakan keunggulan kompetitif dari produk dan/atau jasa Iptek Nuklir adalah peningkatan mutu dan efisiensi kegiatan/program PT. INDO. Tbk dengan mengimplentasikan kegiatan

Standardisasi, meliputi, metrologi, standar, pengujian dan penilaian mutu dalam rangka meningkatkan dan menjamin mutu. Pengembangan kegiatan Standardisasi ini diusahakan agar pemanfaatan sumber Ir-131 memenuhi syarat yang ditetapkan oleh bapeten PP No. 29 tahun 2008.

1. Prosedur pengoperasian peralatan kamera gamma dengan sumber Ir-131

Jelaskan prosedur pengoperasian peralatan dan/atau sumber radiasi secara rinci dan berurutan (sebelum, selama dan sesudah pengoperasian), agar ditambahkan penjelasan pada saat sebelum, selama dan sesudah pengoperasian alat, personil yang mengoperasikan peralatan harus dilengkapi dengan perlengkapan proteksi radiasi.

2. Prosedur Pengangkutan Zat Radioaktif

Uraikan prosedur dan tata cara pelaksanaan kegiatan pengangkutan zat radioaktif secara rinci dan berurutan misalnya Labelling, Marking, hingga barang kiriman telah siap untuk diberangkatkan. Perlu diingat bahwa setiap pelaksanaan kegiatan pengangkutan zat radioaktif harus mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2002 tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif berikut ketentuan derivatifnya yang diatur dalam Perka Kepala

(24)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 19 BAPETEN No. 04/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan untuk Pengangkutan Zat Radioaktif dan No. 05-P/KaBAPETEN/VII-00 tentang Pedoman Persyaratan untuk Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif. Untuk menjamin pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi maka dibuat program jaminan mutu.

3. Prosedur Perawatan dan Perbaikan

Uraikan tata cara pemeliharaan dan perawatan peralatan/komponen peralatan gauging, termasuk uji kebocoran, mengacu kepada Pasal 40 s/d 43 Peraturan Kepala BAPETEN No. 06/2009. Pada penjelasan agar ditambahkan bahwa saatmelakukan perawatan, petugas perawatan harus didampingi oleh PPR. Uraikan tata cara pemeliharaan dan perawatan alat ukur radiasi.

4. Prosedur Penggantian Zat Radioaktif / tabung pesawat

Uraikan prosedur dan tata cara pelaksanaan Penggantian Zat Radioaktif / Tabung Pesawat . Jika terjadi penggantian Zat Radioaktif / Tabung Pesawat , maka harus dilakukan oleh tenaga ahli atau petugas yang memiliki sertifikat kompetensi dari pabrikan.

5. Prosedur proteksi dan keselamatan radiasi untuk personil

Uraikan prosedur penggunaan TLD badge, pemantauan paparan radiasi di daerah kerja dan pemantauan kesehatan pekerja radiasi.Untuk data dosis personil yang berasal dari dosimeter saku baca langsung, hal ini dilakukan setiap selesai

(25)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 20 pekerjaan radiografi. Sedangkan untuk data dosis personil yang berasal dari film / TLD badge, hal ini dilakukan setiap setelah hasil evaluasi dosis diterima.

6. Prosedur penyimpanan zat radioaktif

Uraikan tata cara penyimpanan zat radioaktif jika dilakukan perawatan dan perbaikan peralatan kamera gamma atau terjadi penggantian zat radioaktif.

7. Prosedur pengelolaan limbah radioaktif

Uraikan tata cara pengelolaan limbah radioaktif, termasuk sebelum direekspor atau dilimbahkan ke PTLR-BATAN.

8. Prosedur rencana penanggulangan keadaan darurat

Justifikasi pemanfaatan kamera gamma yang merupakan salah satu teknologi uji tak rusak (UTR) di bidang industri sejak dahulu hingga saat ini sudah terbukti bahwa manfaat jauh lebih besar daripada mudarat. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan risiko penggunaan kamera radiografi masih saja terjadi yang dapat berakibat kecelakaan radiasi baik terhadap pekerja maupun anggota masyarakat. Kejadiannya, antara lain berupa sumber macet pada kabel penghubung pada saat operasional hingga sumber lepas dari kamera bahkan sumber radioaktifnya.

(26)

Bab 2 : Penyelenggaraan Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 21 Uraikan prosedur intervensi terhadap paparan darurat yang dapat timbul akibat pengunaan peralatan kamera gamma berdasarkan prosedur rencana penanggulangan keadaan darurat.

(27)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 17

BAB III

DESKRIPSI FASILITAS

III.1. Deskripsi Fasilitas

Pemegang Izin wajib melaksanakan pemantauan paparan radiasi di daerah kerja secara terus menerus. Pada bab ini, uraikan spesifikasi peralatan pemantauan paparan radiasi yang digunakan untuk keperluan tersebut dengan mengacu pada ketentuan Pasal 27 Peraturan Kepala BAPETEN nomor 7/2009.

Pada bab ini uraikan juga mengenai pemantauan paparan radiasi sebagai berikut :

1. Fasilitas tertutup :

a. Di sekitar dinding dan pintu fasilitas tertutup pada berbagai kondisi pengoperasian, untuk memastikan kecukupan penahan radiasi yang digunakan.

b. Di pintu masuk fasilitas tertutup setelah setiap penyinaran radiografi, untuk memastikan bahwa sumber gamma telah kembali ke kamera dengan sempurna berhenti.

c. Di sekitar tempat penyimpanan sumber gamma, untuk memastikan bahwa penahan radiasi yang digunakan sudah mencukupi.

2. Fasilitas terbuka :

(28)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 18 penyinaran pertama sesuai keadaan) untuk memastikan bahwa peletakan batas daerah pengendalian sudah sesuai.

b. Di posisi operator ketika mendorong sumber gamma dengan kabel crank untuk memastikan bahwa laju dosis radiasi masih dalam rentang yang dapat diterima sesuai dengan program proteksi.

c. Di sekitar batas daerah pengendalian selama penyinaran rutin, untuk memastikan bahwa laju dosis masih berada di bawah nilai yang ditentukan dalam program proteksi.

d. Di posisi operator ketika menarik sumber gamma dengan kabel crank.

e. Di sekitar kamera radiografi setelah tiap penyinaran, untuk memastikan bahwa sumber gamma telah kembali ke posisi aman dengan sempurna.

f. Di sekitar tempat penyimpanan sementara zat radioaktif di lokasi proyek, untuk memastikan kecukupan penahan radiasi yang digunakan.

g. Di sekitar lokasi pekerjaan pada saat pekerjaan radiografi telah selesai, untuk memastikan tidak ada sumber gamma yang tertinggal di lokasi.

h. Di sekitar kendaraan pengangkut yang digunakan untuk mengangkut sumber gamma, sebelum pengangkutan dari dan ke lokasi kerja.

3. Denah Fasilitas

(29)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 19

Gambar 1. Spesifikasi Ruang Fasilitas Kamera Gamma PT. INDO Tbk

Data ruang radiologi Keterangan

Nama ruangan : Gamma Camera Room

Ukuran ruang : 3 m x 3 m x 5 m

Nomor izin pemanfaatan :

Data Sumber Radiasi dan Karakteristiknya

Zat Radioaktif : Iridium-192

Aktivitas/Tanggal : 108,6 Ci / 14 Juli 2015

Type/No. Seri : Terbungkus

(30)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 20

Waktu Paroh : 74 Hari

Peralatan Radiografi Industri

Dalam pengoperasian/ pekerjaan Radiografi Industri diperlukan beberapa peralatan, selain kamera Radiografi itu sendiri, yaitu:

1. Camera Projector

Model Type : Sentinel 880 Delta Kapasitas Max : 150 Ci

Camera projector berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sumber radioaktif atau sebagai container sumber radioaktif.

2. Krank Cable dan Guide Tube

Krank kabel berfungsi untuk menggerakan sumber radioaktif keluar dan masuk ke dalam kamera pada saat pengoperasian. Guide Tube disambungkan dengan kamera bagian depan untuk mengeluarkan isotop.

(31)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 21 Crank Cable

Guide Tube

3. Dosimeter Saku

Dosimeter saku ini berfungsi untuk memonitor jumlah dosis yang diterima oleh pekerja secara langsung tanpa memerlukan peralatan tambahan untuk membaca. Pembacaan jumlah dosis dengan mengurangi nilai penunjukan jarum awal sebelum dosimeter tersebut dipakai. Penunjukan awal jarum penunjuk dapat dikembalikan pada posisi nol dengan mereset dosimeter tersebut.

(32)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 22

4. TLD Badge

TLD Badge berfungsi untuk mengetahui jumlah dosis yang telah diterima selama 1 periode (3 bulan), namun tidak bisa dibaca secara langsung tetapi harus dievaluasi terleebih dahulu.

5. Surveymeter

Surveymeter berfungsi untuk mengukur radiasi gamma selama proses radioaktif.

6. Tanda Bahaya Radiasi

Tanda bahaya radiasi dipasang sekeliling tempat pengoperasian sumber radioaktif pada jarak aman, agar orang lain tahu bahwa sedang ada proses radiografi, sehingga mereka tidak masuk ke tempat tersebut. Tanda bahaya tersebut antara lain : tali kuning, lampu, benddera radiasi, sticker radiasi, pluit.

(33)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 23

7. Kolimator

Kolimator berfungsi untuk lebih memfokuskan penyinaran terhadap objek benda yang akan diperiksa sehingga hamburan paparan radiasi lebih kecil.

8. Plat Timah Hitam (Pb)

Plat timah hitam digunakan sebagai penahan untuk mengurangi laju paparan radiasi saat pengoperasian, transportasi ataupun dalam keadaan darurat.

9. Go-No-Go Gauge

Go – No – Go gaugge berfungsi untuk memeriksa kondisi kepala kabel konektor dengan konektor sumber radiasi apakah masih bagus atau tidak.

10. Box Camera

Box Camera berfungsi untuk menempatkan camera pada saat camera akan dibawa/ dipindah ke lokasi lain untuk dipergunakan.

(34)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 24 III.2. Deskripsi Pembagian Daerah Kerja

Pembagian daerah kerja pada “PT. INDO Tbk.” terbagi atas Daerah Pengendalian dan/atau Daerah Supervisi. Manajemen “PT. INDO Tbk.” berupaya melindungi masyarakat dengan mencegah akses masyarakat ke Daerah Pengendalian. Proteksi radiasi di Daerah Pengendalian dilakukan dengan cara menempelkan tanda peringatan bahaya radiasi yang jelas, mudah terlihat, dan mencolok di setiap pintu akses ke Daerah Pengendalian. Ruang radiologi juga dilengkapi dengan lampu tanda radiasi di luar pintu masuk yang menyala saat ruang radiologi digunakan. Manajemen

“PT. INDO Tbk.” memastikan bahwa seluruh tanda bahaya radiasi ini berfungsi. 1. Daerah Pengendalian

Di daerah pengendalian PT. INDO Tbk. Melakukan tindakan proteksi dan keselamatan radiasi dengan:

a. menandai dan membatasi Daerah Pengendalian yang ditetapkan dengan tanda fisik yang jelas atau tanda lainnya;

b. memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam Daerah Pengendalian;

(35)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 25 c. memastikan akses ke Daerah Pengendalian hanya untuk Pekerja Radiasi; dan

pengunjung yang masuk ke Daerah Pengendalian didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi;

d. menyediakan peralatan pemantauan dan peralatan protektif radiasi.

Daerah pengendalian dalam PT. INDO Tbk. Adalah ruang radiologi yang terdapat pemanfaatan pesawat di dalamnya, yaitu ruang radiologi 1 dan ruang radiologi 2.

2. Daerah Supervisi

Di daerah PT. INDO Tbk. Menetapkan daerah supervisi dengan mempertimbangkan criteria potensi peneimaan paparan radiasi individu lebih dari NBD anggota masyarakt dan kurang dari 3/10 (tiga per sepuluh) NBD pekerja radiasi bebas kontaminasi, selain itu PT. INDO Tbk.:

a. Menandai dan membatasi Daerah Supervisi yang ditetakan dengan tanda yang jelas; dan

b. Memasang tanda di titik akses masuk Daerah Supervisi.

III.3. Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi

Untuk memastikan proteksi pekerja dan masyarakat terpenuhi, “PT. INDO Tbk.” menyediakan perlengkapan proteksi. Petugas Proteksi Radiasi akan memastikan bahwa perlengkapan ini berfungsi baik dan digunakan sebagaimana mestinya. Saat ini “PT.

(36)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 26

Nama Peralatan Jumlah

TLD/film badge 15

Apron 10

Sarung tangan 10 Packs

Dosimeter saku 10

Pelindung tiroid 10

Pelindung gonad/ovarium 15

(37)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 24

BAB IV

PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

IV.1. Penentuan Pembatas Dosis

Batasan dosis menurut Perka Bapeten nomor 4 tahun 2013 yaitu, laju dosis pada daerah pengendalian sebesar melebihi 3/10 dari nilai NBD dan memiliki resiko kontaminasi (Pasal 27 ayat 1). Sedangkan batasan dosis untuk daerah supervisi sebesar kurang dari 3/10 dari nilai NBD dan tidak memiliki resiko kontaminasi (Pasal 29 ayat 1).

IV.2. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Operasi IV.2.1. Prosedur Pengoperasian peralatan

1. Sambungan antara crank cable dengan pigtail dicek menggunakan no go gauge

2. Jika dalam kondisi baik, maka crank cable di pasangkan dengan pig tail 3. Guide tube dipasang pada kamera gamma

4. Kolimator dipasang pada guide tube

5. Kolimator dan guide tube diatur sesuai dengan target 6. Kamera gamma diset pada posisi operate

(38)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 25 8. Putar pengontrol pada crank cable kea rah exposure sehingga sumber

keluar menuju kolimator

9. Pada waktu tertentu, sumber ditarik kembali kedalam kamera gamma

10. Di periksa kembali paparan disekitar tempat pengoperasian kamera gamma, disekitar kolimator, disekitar kamera gamma, dan juga disekitar guide tube, apakah sumber sudah benar-benar masuk kedalam kamera gamma atau belum

11. Gate kamera gamma ditutup

12. Guide tube, kolimator, serta cranck cable dilepas dari kamera gamma.

IV.2.2. Pembatasan akses pada daerah kerja

Menurut Perka Bapeten nomor 4 tahun 2013, untuk membatasi akses pada daerah pengendalian dilakukan dengan cara (Pasal 28):

1. menandai dan membatasi Daerah Pengendalian yang ditetapkan dengan tanda fisik yang jelas atau tanda lainnya;

2. memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam Daerah Pengendalian;

3. memastikan akses ke Daerah Pengendalian: a) hanya untuk Pekerja Radiasi; dan

b) pengunjung yang masuk ke Daerah Pengendalian didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi;

(39)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 26 Untuk membatasi akses pada daerah supervise dapat dilakukan dengan cara berikut (Pasal 29 ayat 2) :

1. menandai dan membatasi Daerah Supervisi yang ditetapkan dengan tanda yang jelas; dan

2. memasang tanda di titik akses masuk Daerah Supervisi.

IV.2.3. Pemantauan Paparan Radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di daerah kerja 1. Fasilitas tertutup :

a) Di sekitar dinding dan pintu fasilitas tertutup pada berbagai kondisi pengoperasian, untuk memastikan kecukupan penahan radiasi yang digunakan.

b) Di pintu masuk fasilitas tertutup setelah setiap penyinaran radiografi, untuk memastikan bahwa sumber gamma telah kembali ke kamera dengan sempurna atau penyinaran sudah berhenti.

c) Di sekitar tempat penyimpanan sumber gamma, untuk memastikan bahwa penahan radiasi yang digunakan sudah mencukupi.

2. Fasilitas terbuka :

a) Di sekitar batas daerah pengendalian pada saat uji penyinaran (atau penyinaran pertama sesuai keadaan) untuk memastikan bahwa peletakan batas daerah pengendalian sudah sesuai.

(40)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 27 b) Di posisi operator ketika mendorong sumber gamma dengan kabel crank atau

ketika menyalakan pesawat , untuk memastikan bahwa laju dosis radiasi masih dalam rentang yang dapat diterima sesuai dengan program proteksi. c) Di sekitar batas daerah pengendalian selama penyinaran rutin, untuk

memastikan bahwa laju dosis masih berada di bawah nilai yang ditentukan dalam program proteksi.

d) Di posisi operator ketika menarik sumber gamma dengan kabel crank atau ketika menghentikan penyinaran pesawat .

e) Di sekitar kamera radiografi setelah tiap penyinaran, untuk memastikan bahwa sumber gamma telah kembali ke posisi aman dengan sempurna.

f) Di sekitar tempat penyimpanan sementara zat radioaktif di lokasi proyek, untuk memastikan kecukupan penahan radiasi yang digunakan.

g) Di sekitar lokasi pekerjaan pada saat pekerjaan radiografi telah selesai, untuk memastikan tidak ada sumber gamma yang tertinggal di lokasi.

h) Di sekitar kendaraan pengangkut yang digunakan untuk mengangkut sumber gamma, sebelum pengangkutan dari dan ke lokasi kerja.

Untuk jenis alat ukur yang dipakai, dalam perka Bapeten nomor 4 tahun 2013 pasal 37 ayat 1 dijelaskan bahwa peralatan pemantauan tingkat radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di daerah kerja meliputi:

1. alat ukur dosis atau laju dosis;

(41)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 28 3. alat ukur kontaminasi udara

IV.2.4. Pemantauan radioaktivitas lingkungan di luar fasilitas atau instalasi

Menurut Perka Bapeten nomor 4 tahun 2013 pasal 33 ayat 2, pemantauan radioaktivitas lingkungan di luar fasilitas atau instalasi paling sedikit meliputi

1. udara; 2. air;

3. tanah; dan 4. biota.

Alat ukur yang dapat digunakan adalah 1. alat ukur dosis atau laju dosis;

2. alat ukur kontaminasi permukaan; dan/atau 3. alat ukur kontaminasi udara.

IV.2.5. Pemantauan dosis yang diterima Pekerja Radiasi

Berdasarkan dari perka Bapeten nomor 4 tahun 2010 pasal 34 ayat 2, pemantauan dosis yang dilaksanakan untuk Paparan Radiasi eksterna harus dilakukan oleh Pemegang Izin paling sedikit:

1. 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan, apabila menggunakan peralatan pemantauan dosis perorangan jenis film badge;

2. 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, apabila menggunakan peralatan pemantauan dosis perorangan jenis thermoluminisence dosimeter (TLD) badge;

(42)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 29 3. 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, apabila menggunakan peralatan pemantauan dosis

perorangan jenis radiophotoluminisence dosimeter badge.

Pemegang Izin harus melakukan pemantauan dosis secara terpisah terhadap Pekerja Radiasi pada saat:

1. komisioning;

2. pengujian setelah dilakukan modifikasi fasilitas atau instalasi dan perubahan prosedur operasi;

3. dekomisioning atau penutupan; dan/atau 4. penanggulangan terhadap Kondisi Abnormal.

IV.2.6. Pemantauan kesehatan bagi Pekerja Radiasi

Menurut Perka Bapeten nomor 6 tahun 2010 pasal 6 hasil Pemeriksaan Kesehatan berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal Pemeriksaan Kesehatan terakhir dilakukan. Pemantauan kesehatan meliputi (pasal 4):

1. Pemeriksaan Kesehatan; 2. Konseling; dan/atau

3. penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih.

Pemeriksaan Kesehatan :

1. Pemeriksaan Kesehatan umum

Pemeriksaan Kesehatan umum sebagaimana dimaksud dilaksanakan pada saat sebelum bekerja, selama bekerja, dan pada saat akan memutuskan hubungan kerja (pasal 7 ayat 1). 2. Pemeriksaan Kesehatan khusus.

(43)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 30 Pemeriksaan Kesehatan khusus dilaksanakan pada saat Pekerja Radiasi mengalami atau diduga mengalami gejala sakit akibat radiasi; dan penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih (Pasal 9)

Setidaknya pemeriksaan kesehatan umum meliputi: 1. Anamnesis;

2. riwayat penyakit dan keluarga; 3. pemeriksaan fisik; dan

4. pemeriksaan laboratorium (mengacu pada lampiran 1 Perka Bapeten nomor 6 tahun 2010) Untuk pemeriksaan khusus, sebagaimana yang tertera pada pasal 10 ayat 1 meliputi:

1. pemeriksaan darah lengkap; 2. pemeriksaan sperma; dan/atau

3. pemeriksaan aberasi kromosom (mengacu pada 2 Perka Bapeten nomor 6 tahun 2010)

IV.3. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat 4.3.1 Strategi Penanggulangan

Strategi penanggulangan merupakan prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan dan dilaksanakan Ketua Tanggap Darurat untuk melaksanakan fungsi tindakan penanggulangan yang menyeluruh dan terintegrasi sesuai prosedur yang tertuang dalam dokumen ini. Setelah terdeteksi dan dipastikan adanya kecelakaan radiasi, segera:

(44)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 31 1. Melaporkan dan memberikan informasi kepada seluruh pihak terkait yang

berkepentingan: BAPETEN, Tim Tanggap Darurat terdekat, masyarakat sekitar dan instansi terkait lainnya

2. Mengklasifikasikan tingkat kecelakaan dan kedaruratan yang terjadi dan melakukan kajian cepat (rapid assessment) sebagai dasar pengambilan putusan tindakan perlindungan lebih lanjut

3. Mengendalikan operasi tanggap darurat dalam satu komando pengendalian lapangan tanggap darurat . Dalam melaksanakan tanggap darurat tersebut diatas maka penyelamatan jiwa dan proteksi pekerja kedaruratan harus diprioritaskan.

4.3.2 Tindakan Penanggulangan

Ketua Tanggap Darurat memimpin dan menerapkan strategi penanggulangan dengan melaksanakan rangkaian tindakan segera :

1. Memprioritaskan penyelamatan jiwa dengan tetap memperhatikan proteksi radiasi. 2. Menetapkan perimeter keselamatan (safety perimeter) di tempat kejadian perkara

(TKP).

3. Mengamankan area dalam perimeter keselamatan sesuai konsep proteksi radiasi dan kendalikan akses keluar masuk area dalam perimeter keselamatan .

4. Menetapkan perimeter keamanan (security perimeter/police line) dengan radius lebih jauh dari perimeter keselamatan yang telah ditetapkan.

(45)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 32 5. Melaksanakan tindakan penanggulangan kedaruratan lebih lanjut berdasarkan

pengkajian dan rekomendasi tim pengkaji radiologik (radiological assessor), antara lain:

a. Melakukan pengendalian kontaminasi dan upaya dekontaminasi personil, peralatan, publik dan lingkungan.

b. Mengendalikan dan isolasikan zona kedaruratan sesuai hasil monitoring.

c. Melakukan monitoring medis segera terhadap personil dan publik dan monitoring jangka panjang berkelanjutan.

d. Melakukan monitoring lingkungan berkelanjutan

e. Rangkaian tindakan tersebut di atas merupakan tindakan operasi yang harus dikerjakan secara paralel dan sinergis dan bukan merupakan rangkaian kerja berurutan.

4.3.3 Tanggap Darurat Radiologi 1. Umum

Ketua Tanggap Darurat harus menilai secepatnya situasi radiologi dan non-radiologi berdasarkan informasi dari inisiator tanggap dan pengendali lapangan. Berdasarkan pengkajian ini, tindakan tanggap awal untuk memitigasi dampak harus diimplematasikan dan diambil tindakan proteksi yang sesuai. Ketua Tanggap Darurat harus sadar bahwa komunikasi dengan media dan publik merupakan bagian yang perlu dari tanggap darurat.

(46)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 33 Untuk menyediakan panduan tindakan dasar yang harus dilakukan oleh Ketua Tanggap Darurat jika terjadi kedaruratan radiologi.

3. Input

Laporan atau informasi adanya ancaman atau kedaruratan radiologi.

4. Output

a. Pengkajian kedaruratan

b. Keputusan mengenai tindakan tanggap c. Pengumuman informasi public

5. Tahap Kedaruratan

a. Mintalah keterangan ringkas dari inisiator tanggap (lembar kerja A1) dan personil lain yang ada yang sudah terlibat dalam manajemen kedaruratan (contohnya pengendali lapangan, pengkaji radiologi atau staf fasilitas jika sudah berada di lokasi kejadian). Siapkan/aktifkan satuan tanggap lainnya yang dibutuhkan.

b. Perintahkan personil untuk merekam tindakan tindakan dan keputusan penting yang dibuat selama kedaruratan, mencakup :

i. Waktu aktivasi

ii. Orang-orang yang dipanggil dan waktu pemanggilan

iii. Unit-unit tanggap darurat di TKP, waktu dipanggil, dan waktu dating

iv. Keputusan mengenai tindakan proteksi, mencakup perubahan dari keputusan sebelumnya

(47)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 34 vi. Perubahan-perubahan besar terhadap situasi dan waktu.

CATATAN :

1. Pencatatan (bank data) tentang kecelakaan sangat penting. Tindakan tanggap radiologik dan nonradiologik yang yang diambil harus tercatat dan tersimpan secara memadai. Informasi ini dapat nantinya digunakan untuk pembelajaran atau untuk argumentasi legal.

2. Dengan memperhatikan keadaan di setiap kecelakaan, perlu untuk membentuk fasilitas-fasilitas komando dan pengawasan seperti : pos komando, wilayah penerimaan untuk petugas tanggap, area parkir kendaraan, wilayah penerimaan media, dll. Perintah operasional dari semua petugas lapangan akan dikoordinasikan dari sebuah pos komando, yang akan menyediakan fasilitas untuk pengendali kejadian untuk mengerahkan sumber daya di TKP. Pos komando akan menjadi titik pusat pemanggilan untuk semua satuan tanggap (agen-agen) yang dikerahkan.

(48)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 35 Berdasarkan informasi dasar identifikasikan jenis kedaruratan, perintahkan untuk melaksanakan tindakan utama.

(49)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 36

(50)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 37

(51)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 38

(52)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 39

4.3.4 Kedaruratan pada Kamera Gamma 1. Pencegahan

a. Persiapan dengan menyiapkan data sumber yang akurat, persiapan peralatan, persiapan dokumen, dan SDM.

b. Pengoperasionalan dengan melakukan prosedur yang benar.

c. Selesai pengoperasian dengan memastikan sumber masuk dengan survey lingkungan, pengepakan peralatan sesuai prosedur, dan pembacaan dosimeter perorangan.

2. Penanganan Kecelakaan

a. Periksa keadaan sumber terlepas apa macet

b. Buat prosedur kerja dan lakukan penanganan dengan mempertimbangkan aktivitas, paparan, daerah bekerja, waktu paparan yang diijinkan.

c. Penyimpanan sumber dalam kamera gamma kembali jika memungkinkan.

3. Persiapan

a. Data sumber akurat: meliputi nomer seri, aktivitas saat digunakan (biasanya dilakukan perhitungan aktivitas harian karena radiografi umumnya membutuhkan waktu beberapa hari)

b. Persiapan Peralatan meliputi gamma kamera, guide cube, crank, personal dosimeter, survey meter, long tang, tele survey meter, Pb. (guide cube pastikan tidak bengkok, yang dapat mengakibatkan sumber mancet. Konektornya diperiksa dengan no go gauge.)

(53)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 40 c. Persiapan Dokumen: seperti dokumen jalan, dokumen kondisi normal, dan

lain-lain (dokumen ini memudahkan penanganan apabila terjadi kecelakaan saat pengakutan/ pemindahan sumber. Sehingga petugas luar terbantu untuk mudah mengetahui kondisi sumber yang saat terjadi di lokasi kecelakaan)

d. Persiapan SDM: Dimana pada umumnya di Indonesia, radiografi dilakukan dalam tim kecil terdiri dari 3 orang. Yakni 1 PPR, 1 AR dan 1 Helper.

Dalam menghitung Aktivitas sumber, biasanya dilakukan perhitungan lain seperti paparan pada jarak sepanjang kabel crank, daerah kerja (pekerja radiasi, non radiasi dan masyarakat umum), paparan untuk kondisi darurat (sepanjang tele surveimeter, sepanjang longtang, sepanjang guide tube, sepanjang lengan sepanjang 0,5 m) dengan disertai waktu paparan yang diijinkan dan pertimbangan dose contrain* (yakni dosis yang diperbolehkan diputuskan oleh pemegang ijin, dimana tidak lebih dari nilai NBD sesuai dengan PERKA BAPETEN)

4. Sumber Macet

Pada kecelakaan Radiografidengan Kamera Gamma, umumnya yang dijumpai adalah kondisi macet. Apabila kemancetan terjadi saat akan mendorong sumber, sehingga sumber belum sampai pada kolimator. Cukup tarik kembali sumber dan bawa kamera gamma ke

(54)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 41 pabrik untuk diperbaiki. Apabila kemancetan terjadi saat akan menarik sumber kekamera gamma. Coba lakukan pengeluaran dengan mendorong dan melepas guide cube dari sumber (secepatnya dan usahakan serendah-rendahnya paparan yang diterima pekerja).

Apabila sumber lepas, usahakan merancang penanganan mempertimbangkan dosis penerima sekecil mungkin. Yakni penggunaan long tang dengan terampil. Untuk lebih baiknya gunakan gamma kemera sebagai shielding dengan mendekatkan. Kemudian memasukkan sumber kedalam gamma kamera (posisi terbalik, sumber didahulukan). Dan dapat menggunakan kaki untuk mendorong pig tail yang masih diluar. Untuk selanjutnya dibawa ke pabrik untuk penanganan sumber yang lebih baik.

Usahakan sumber tidak tercecer, karena itu akan sangat menyulitkan dalam penanganan. Karena sumber terdiri dari beberapa lempeng tipis 2mm, dengan jumlah kira-kira 12 lempeng. (kondisi sumber tercecer pernah terjadi di Indonesia). Sehingga penting sekali menjalankan prosedur secara benar, agar apabila terjadi proses hukum. Bukan personal yang akan dikenai sangsi, melainkan prosedur kerja perlu perubahan yang memadai.Radiografi menyumbang kecelakaan kerja paling sering dalam pekerjaan yang menyangkut radiasi.

(55)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 42 Langkah-langkah Menangani Sumber Macet :

a. Melepas kolimator (paparan yang diterima saat melepas kolimator dianggap pada jarak 0,5m dari sumber. Diilustrasikan sepanjang jarak lengan. Sehingga waktu pekerjaan harus dilakukan secepat mungkin).

b. Mengeluarkan sumber sampai kelihatan, dimana sambungan kolimator terlihat diluar guide tube.

c. Menutup Pb, melepas konektor yang terhubung dengan sumber kemudian menarik kabel masuk (paparan yang diterima dianggap pada jarak 0,5m dari sumber. Diilustrasikan sepanjang lengan. Sehingga batas waktu sama dengan nomer 1.

d. Melepas guide tube dari gamma kamera.

e. Ada 2 pilihan prosedur selanjutnya yang dapat dilakukan. Pertama mengelurkan kabel crank mendekati sumber. Hal ini dapat dilakukan apabila kondisi memungkinkan, tetapi apabila banyak penghalang antara kamera gamma dan sumber, dapat dipilih cara kedua. Yakni mendekatkan gamma kamera kesumber.

f. Menyambungkan kabel crank yang tidak terselubung guilde tube terhadap sumber. Kemudian menarik sumber kedalam hingga berbunyi Klik.

g. Memastikan letak sumber dengan survey meter disekitar gamma kamera.

Catatan penting dalam menjalankan prosedur penanganan diatas, antara lain:

(56)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 43 2. Menutup Pb harus secepat mungkin sehingga tidak perlu mempertimbangkan untuk

kolimator terlihat. Karena kabel bisa ditarik. Pemasangan sumber ke kolimator jangan sampai menarik keluar dari Pb.

3. Posisi saat melepas sambungan atau menyambung seharusnya dibelakang Pb bukan disamping maupun depan.

(57)

Bab IV : Proteksi dan Keselamatan Radiasi | 44 5. Usahakan dalam meletakkan kamera gamma tidak menutup sumber. Sehingga

memudahkan pekerja melihat kabel yang akan di keluarkan sudah pada posisi mudah disambung apa tidak.

6. Kecepatan lari merupakan point penting dalam memperkecil dosis yang diterima. Sehingga pentingnya petugas pengawas memastikan melihat waktu.

(58)

Bab V : Rekaman dan Laporan | 45

BAB.V

REKAMAN DAN LAPORAN

V.1. Rekaman

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun 2009 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri mengatakan bahwa Pemegang Izin harus membuat, memelihara, dan menyimpan Rekaman yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Rekaman sebagaimana dimaksud meliputi: a. data inventarisasi Peralatan Radiografi; b. dosis yang diterima personil;

c. hasil pemantauan laju paparan radiasi di tempat penyimpanan, pengangkutan, tempat kerja, dan lingkungan;

d. hasil pemeriksaan Peralatan Radiografi dan peralatan penunjang; e. kalibrasi alat ukur radiasi;

f. pencarian keterangan akibat Kecelakaan Radiasi; g. pelatihan yang paling kurang memuat informasi:

i. nama personil;

ii. tanggal dan jangka waktu pelatihan; iii. topik yang diberikan; dan

(59)

Bab V : Rekaman dan Laporan | 46 h. hasil pemantauan kesehatan personil;

i. pengangkutan zat radioaktif; dan j. pengelolaan limbah radioaktif.

Rekaman sebagaimana tersebut di atas harus diperbaharui pada saat terjadi perubahan rekaman.

Inventarisasi Peralatan Radiografi meliputi:

a. data zat radioaktif dan/atau tabung , meliputi: i. penggantian zat radioaktif; dan/atau ii. tabung .

b. data spesifikasi teknik Peralatan Radiografi;

c. keluar masuknya zat radioaktif dari dan ke tempat penyimpanan dan personil pelaksana, dicatat di dalam logbook.

V.2. Laporan

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun 2009 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri mengatakan bahwa

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. laporan pelaksanaan program Proteksi dan Keselamatan Radiasi, dan verifikasi keselamatan yang meliputi :

(60)

Bab V : Rekaman dan Laporan | 47

i. Peralatan Radiografi dengan zat radioaktif:

1. data zat radioaktif;

2. hasil pemantauan paparan radiasi; 3. hasil pengujian kebocoran zat radioaktif; 4. data penggantian zat radioaktif; dan

5. hasil perawatan Peralatan Radiografi yang terkait dengan Keselamatan Radiasi.

ii. Peralatan Radiografi dengan Pembangkit Radiasi Pengion:

1. hasil pemantauan paparan radiasi; 2. penggantian tabung ; dan

3. hasil perawatan Peralatan Radiografi yang terkait dengan Keselamatan Radiasi

Referensi

Dokumen terkait