• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penghindaran pajak oleh perusahaan adalah penggunaan utang. Keputusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penghindaran pajak oleh perusahaan adalah penggunaan utang. Keputusan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Penghindaran pajak (tax avoidence) perlu diperhatikan oleh pemerintah. Konsekuensi dan penghindaran pajak adalah meningkat atn turunnya penerimaan negara dari sektor perpajakan. Salah satu alat penghindaran pajak oleh perusahaan adalah penggunaan utang. Keputusan pemilihan utang atau modalsebagai sumber pendanaan merupakan hal yang penting dan berpengaruh terhadap nilai suatu perusahaan. Menurut Modigliani dan Miller (1963) perusahaan yang menggunakan utang memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berutang, akibat dari tax shield (pengurang pajak).

Penggunaan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mempertimbangkan kemungkinan fiancial distress (penurunan kondisi keuagan). Struktur modal yang optimal akan mempertimbangkan keuntungan dari tax sheild dan kerugian karena potensi finacial distress.

Faktor pajak merupakan hal yang perlu dipertimbangkan perusahaan, sebab pajak merupakanbeban yang signifikan dalam perusahaan. Sesuai tujuan perusahaan untuk mengoptimalkan laba, maka

perusahaan akan berusahameminimalkan beban pajak dengan

(2)

mendorong manajemen untuk melakukan tindakan pajak agresif guna mengurangi beban pajak yang muncul (Chener sl 2010).

Pengelolaan pajak perusahaan dengan tujuan optimal laba dapat dilakukan dengan meminimalkan pajak terutang yang dibayarkan. Pengurangan pembayaran pajak dapat dilakukan secara legal (tax avoidance) maupun ilegal (tax evasion). Tax avoidance adalah manipulasi penghasilan secara legal yang masih sesuai dengan ketentuan perundag-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak terutang.

Strategi penghindaaaran pajak (tax avoidance) ini merupakan cara yang diperkenankan undang-undang namun strategi yang diterapkan perusahaan ini tetap merugikan Negara (Shopar dalam Yenni : 2013). Terkait dengan penghindaran pajak ini di Indonesia pada tahun 2010 terdapat 750 perusahaan Penanaman Modal Asing yang ditenggarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi dalam 5 tahun berturut-turut tidak membayar pajak (Bapenas, 2013).

Fenomena penghindaran pajak lain nya yang terjadi di Indonesia adalah dimuat di berita online (http://www.merdeka.com) pada tanggal 27 Agustus 2013. Mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelum melapas masa jabaatannya mengatakan. Ada ribuan perusahaan multinasional yang tidak menjalankan kewajibannya kepaada Negara. Agus Marto menyebut hamper 4.000 perusahaan tidak membayar pajak selama tujuh tahun, Di Indonesia, peningkatan pembayaran Royalti ke

(3)

perusahaan induk (parent company) berpotensi mengurangi PPh badan yang harus dibayaar perusahaan, dari laporan keuangan di BEI, sebuah perusahaan consumer goods harus membayaaaar royalti kepada holding company di belanda, dari 3,5 persen peningkatan ke-5 sampai 8 persen mulai tahun 2013-2015. Asumsi omset tahun 2013-2015, consumer goods tersebut stagnan di angka Rp. 27 triliun, dengan kenaikan royalty sebesar 4,5 persen dikalikan Rp. 227 triliun atau sekitar Rp. 1.215 triliun dikalikan 25 persen atau sebesaar Rp. 303 milyar.

Hal ini menurut aturan adalah legal namun kurang adil jika dilihat dari sisi pajak bagi Negara sumber penghasilan, karena 8 persen dari harga produk di bayar rakyat Indonesia lari ke royalti holding company. Kejadian ini sangatlah mungkin terjaadinya penghindaran paja (tax avoidance) dan merupakan masalah yang utama bagi pemerintah, karena pajak perusahan kontribusi utama dan terbesar bagi pendapatan pemerintah

Penghindaran pajak (Tax Avoidance) yang dilakukan oleh perusahan biasanya melalui kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan bukanlah tanpa sengaja (Budiman dan Setiono, 2012). Hal ini sesuai dengan Khurana dan Moser (2009) dalam Annisa (2012) yang menyatakan bahwa aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan dalam upaya semata- mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak perusahaan.

(4)

Menurut Bhoraj dan Sengupta (2010) biaya utang dari suatu perusahaan ditentukan oleh karakteristik perusahaan penerbit utang karena mempengaruhi risiko kebangkrutan, agency cost dan masalah asimetri informasi. Graham dan Ticker (2011), dan Lim (2013) menunjukan bahwa manajemen pajak seperti tax shelters dan tax avoidance sebagai upaya meminimalkan pajak adalah pengganti dan penggunaan utang. Perusahaan yang mengelola pajak baik akan mengurangi penggunaan utang, sehingga akan menurunkan rasio utang.

Menurut Shleifer dan Vishny (2011) tingkat kepemilikan institusional dapat mempengaruhi pada hubungan antara tax avoidance dan biaya utang, karena pemegang saham institusional memilikiperan yang lebih besar untuk memantau kinerja perusahaann sesuai dengan tingkat kepemilikan sahamnya. Hal ini, secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap rasio leverage suatu perusahaan. Selain itu, masalah keagenan antara manager dean pemegang saham dapat turun dengan meningkat kepemilikan institusional (Chung et al, 2002). Namun demikian besarnya proposi kepemilikan institusional berkaitan erat dengan rendahnya nilai pada penerbitan obligasi baru (Bhojraj dan Sengupta, 2013).

(5)

Pemberian paket kompensasi dapat digunakan untukmengatasi masalah moral hazard manajemen. Rego dan Wilson (2009) menemukan hubungan yang positif anatara level kompensasi dan tindakan pajak agresif perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Desai dan Dharmappala (2010) meneliti pengaruh Coerporate Govermence terhadap kebijakan tindakan penghindaran pajak yang berpihak kepada pemegang saham perusahaan. Mereka menemukan bahwa paket kompensasi atas manajemen menjadi faktor penentu signifikan atas tindakan penghindaran pajak perusahaan.

Lebih spesifik kepada manajemen pajak, Minnick dan Noga (2010) menemukan hubungan negatif antara peningkatan kompensasi dengan pembayaran pajak perusahaan. Dengan memberikan kompensasi yang tinggi terhadap manajemen melalui kontrak kompensasi yang memotivasi manajemen untuk memperkecil pajak jangka panjang juga akan meningkatkan kinerja perusahaan dalam meningkatkan laba perusahaan.

Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang. Dalam melaksanakan pembangunan, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam penerimaan Indonesia yang digunakan pemerintah dalam membiayai pengeluaran negara baik rutin maupun untuk pembangunan. Pajak merupakan sumber pendanaan bagi negara, tetapi bagi perusahaan, pajak akan dihitung sebagai beban yang dapat mengurangi laba bersih suatu perusahaan. Kepentingan fiskus yang menginginkan penerimaan pajak yang besar dan

(6)

rutin akan bertolak belakang dengan kepentingan perusahaan yang menginginkan pembayaran pajak seminimum mungkin.

Dalam meminimumkan jumlah pajak yang harus dibayarkan, perusahaan melakukan manajemen pajak. Manajemen pajak adalah sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Lumbantoruan, 1996 dalam Suandy, 2011).

Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya (Suandy. 2011). Salah satu bentuk manajemen pajak yang dilakukan adalah perencanaan pajak (tax planning). Tax planning adalah langkah awal dalam manajemen pajak yang pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan (Suandy, 2011).

Dengan demikian, tax planning adalah upaya wajib pajak dalam meminimumkan pajak terutangnya guna menghemat jumlah kas yang keluar. Selain itu, pelaksanaan tax planning di dalam perusahaan dapat digunakan untuk mengatur aliran kas. Dengan melakukan tax planning secara matang, manajemen dapat memperkirakan besarnya kebutuhan kas perusahaan sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

(7)

Banyak strategi yang dapat dilakukan dalam tax planning, salah satunya adalah penghindaran pajak (tax avoidance). Tax avoidance adalah suatu tindakan dengan tujuan memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Tax avoidance merupakan cara untuk mengurangi pajak yang bersifat legal, karena tidak melanggar peraturan yang ada melainkan dengan memanfaatkan celah-celah hukum perpajakan yang ada, sedangkan tax evasion merupakan pengurangan pajak yang bersifat ilegal atau lebih dikenal dengan penggelapan pajak.

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Dalam konteks perusahaan, tax avoidance sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan sekalian meningkatkan cash flow perusahaan.

Dalam konteks pendapatan negara, tax avoidance telah membuat negara kehilangan potensi pendapatan pajak yang seharusnya dapat digunakan untuk mengurangi beban defisit atas anggaran negara (Budiman dan Setiyono, 2012). Perusahaan dapat memperkecil pajaknya dengan memanfaatkan deductible expense atau dengan kata lain biaya yang dapat dikurangkan. Salah satu deductible expense yaitu dengan menggunakan cost of debt. Cost of debt adalah tingkat pengembalian sebelum pajak yang harus dibayar oleh perusahaan ketika melakukan pinjaman.

(8)

Cost of debt dihitung sebesar beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan dalam periode satu tahun dibagi jumlah rata-rata pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang berbunga selama tahun tersebut (Pittman dan Fortin, 2004 dalam Masri dan Martani, 2012).

Graham dan Tucker (2010), dan Lim (2012) menunjukan bahwa tax avoidance seperti tax shelters dan tax avoidance sebagai upaya meminimalkan pajak adalah pengganti dari penggunaan utang. Perusahaan yang mengelola pajak baik akan mengurangi penggunaan untang, sehingga akan menurunkan ratio llikuiditasnya. Desai dan Dharmapala (2010) meneliti pengaruh Corporate Goverment terhadap kebijakan tindakan penghindaran pajak yang berpihak kepada pemegang saham perusahaan. Mereka menemukan bahwa paket kompensasi atas manajemen menjadi faktor penentu signifikan atas tindakan penghindaran pajak perusahaan.

Menurut Sheifer dan Visbny (2011) tingakat kepemilikan institusional dapat memperngaruhi pada hubungan antara tax avoidance dan biaya utang, karena pemegang saham institusional memiliki peran yang lebih besar untuk memantau kinerja perusahaan sesuai dengan tingkat kepemilikan sahamnya. Hal ini, secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap rasio leverage suatu perusahaan.

Berdasarkan fenomena yang ada, karena hasil penelitian sebelumnya tidak konsisten maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen pajak terhadap rasio utang.

(9)

Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul “ Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Debt to Equity Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 – 2013.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas, maka rumusan masaalah dalam penelitian ini termuat pada beberapa pertanyaan berikut :

1. Apakah Tax Avoidance memiliki pengaruh terhadap Debt to Equity Ratio?

2. Apakah Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh terhadap Debt to Equity Ratio?

3. Apakah Tingkat Kompensasi Direksi dan Komisaris memiliki pengaruh terhadap Debt to Equity Ratio?

4. Apakah Ukuran Perusahan memiliki pengaruh terhadap Debt to Equity Ratio?

5. Apakah Rasio Utang atas Aset memiliki pengaaruh terhadap Debt to Equity Ratio?

6. Apakah Kinerja Perusahaan memiliki pengaruh terhadap Debt to Equit Ratio?

(10)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai perumusan masalah sebelumnya, maka tujuan penelitian iniuntuk memberikan bukti mengenai :

1. Untuk menguji secara empiris adanya Pengaruh Tax Avoidance terhadap Debt to equity ratio.

2. Untuk menguji secara empiris adanya pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Debt to Equity Ratio.

3. Untuk menguji secara empiris adanya pengaruh Tingkat Kompensasi Direksi dan Komisaris terhadap Debt to Equity Ratio.

4. Untuk menguji secara empiris adanya pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Debt to Equity Ratio.

5. Untuk menguji secara empiris adanya pengaruh Rasio Utang atas asset terhadap Debt to Equity Ratio.

6. Untuk Menguji secara empiris adanya pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Debt to Equity Ratio.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat diantaranya:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu manambah pengetahuan dan wawasan dalam memahami pengaruh tax avoidance terhadap debt to

Referensi

Dokumen terkait

Hasil survey lapangan yang berupa data titik-titik posisi koordinat digunakan untuk menggambar area objek dalam bentuk shapefile pada aplikasi ArcMap dan kemudian

Turbin angin sumbu horisontal memilki sudu yang berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propelle r (baling-baling) pesawat terbang. Turbin angin biasanya

Data beban kendaraan yang diperlukan adalah berat sumbu kendaraan menurutA. jenis kendaraan dan

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar

Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar di

As this The Art Of Distilling Whiskey, Moonshine, And Other Spirits From Crestline Books, you can discover it as your reading publication, even your preferred reading book. So,

Dalam menerapkan strategi untuk menghadapi persaingan dengan tayangan berita sejenis di stasiun televisi lain, dimulai dari pemilihan liputan yang telah di agendakan dalam

Beberapa konsep yang digunakan pada desain tas gadget ini yaitu; Modular; dengan artian Pendekatan yang membagi sistem menjadi bagian-bagian kecil (modul) yang berdiri sendiri