• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA OLEH LANSIA BERDASARKAN INTERAKSI SOSIAL DAN POLA PENGGUNAANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA OLEH LANSIA BERDASARKAN INTERAKSI SOSIAL DAN POLA PENGGUNAANNYA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Mahendra Wardhana

Nrp. 3207301003

Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch

Pembimbing 2 : Ir. Ispurwono Soemarno, M. Arch, Ph. D.

Program Doktor

Bidang Arsitektur

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA OLEH LANSIA BERDASARKAN

INTERAKSI SOSIAL DAN POLA PENGGUNAANNYA

SIDANG TERBUKA PROMOSI DOKTOR

(2)

Bab 1 Pendahuluan

1. Indonesia dan Perkembangan Jumlah Lansia

Menurut data Sensus Penduduk tahun 1990 Jumlah lansia di Indonesia adalah 6,96 Juta

Jiwa (3,88%). Diramalkan tahun 2020 akan berjumlah 28,8 Juta Jiwa atau 11,3 %.

Tempat tinggal bagi lansia di Amerika adalah 5 % Lansia tinggal di lembaga perawatan dan

20% dari lansia yang berusia di atas 85 tahun tinggal di rumah perawatan

2. Permasalahan dalam kehidupan lansia di Indonesia dan Negara Maju

Di Indonesia dan negara-negara maju, panti-panti werdha semakin dibutuhkan, sehingga perlu

mempersiapkan panti werdha-panti werdha yang mampu mensejahterakan lansia yang tinggal

di dalamnya.

Terdapat sejumlah permasalahan-permasalahan lansia di panti werdha seperti solidaritas antar

teman, ketidakcocokan, dan lain sebagainya.

3. Lanjut Usia dan Usaha Menjamin Kesejahteraannya

Terdapat Agenda Nasional (UU 13 (1998)) dan Global dalam menjamin kesejahteraan lansia

termasuk bangunan hunian untuk lansia.

4. Ruang dan Arsitektur

Terdapat diskusi mengenai ruang dan arsitektur yang mengarah ruang sebagai wadah aktivitas yang

berkaitan dengan interaksi antar pengguna (Van de Ven (1991), Lefebvre (2004), dan El-Geinedy

dkk (2006))

(3)

Bab 1 Pendahuluan

5. Permasalahan penelitian:

1. Apakah yang dimaksud dengan teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama melalui pola

penggunaan ruang bersama dengan kasus lansia itu?

2. Apakah yang dimaksud dengan konteks interaksi sosial pada pengertian dan teori ruang bersama itu?

3. Apakah yang dimaksud dengan pola dalam penggunaan ruang bersama melalui interaksi antar

penggunanya itu?

6. Tujuan Penelitian:

1. Menjelaskan rumusan tentang teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama melalui bukti pola

penggunaan ruang bersama dengan kasus lansia.

2. Menjelaskan rumusan tentang konteks interaksi sosial dalam pengertian dan teori ruang bersama

yang baru.

3. Menjelaskan rumusan tentang pola penggunaan ruang bersama melalui interaksi antar penggunanya.

7. Manfaat Penelitian:

1. Membuka arah dan pengembangan bahasan baru mengenai terbentuknya ruang bersama melalui

interaksi antar pengguna ruang tersebut. Arah pengembangan tersebut adalah menunjukkan arti

penting keberadaan ruang bersama bagi para penggunanya.

2. Membuka arah dan pengembangan bahasan baru mengenai hubungan aktivitas pengguna ruang bersama

terhadap elemen fisik ruang yang dipergunakannya tersebut. Arah dan pengembangan baru tersebut akan

berkaitan dengan cara pandang baru terhadap ruang bersama sebagai wadah aktivitas sosial.

(4)

Bab 2 Kajian Pustaka

1. Kerangka Pemikiran

Penelitian pada panti werdha akan difokuskan pada susunan ruang, yang merupakan kumpulan dan

rangkaian ruang-ruang yang dipergunakan manusia untuk beraktivitas secara bersama-sama pada

panti werdha.

2. Kategorisasi Lansia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyatakan usia lanjut usia (60-74 tahun), usia lanjut usia tua

(75 – 90 tahun), dan usia sangat tua (diatas 90 tahun). Sedangkan menurut UU no 13 / 1998 lanjut usia

didefinisikan sebagai usia 60 tahun (Nugroho, 2000: 19-20)

3. Kebutuhan Sosialisasi di Kalangan Lansia

Teori Aktivitas menurut Nugroho (2000) dan Stanley (2002) menyatakan bahwa jalan menuju penuaan yang

sukses adalah dengan cara tetap aktif. Teori ini mendukung hubungan positif antara mempertahankan

interaksi yang penuh arti terhadap orang lain dengan kesejahteraan fisik dan mental lansia.

4. Penggunaan Ruang oleh Lansia

Terdapat peta mental dalam menganalisa ruang yang dihubungkan dengan aktivitas yang berlangsung

di dalamnya atau juga dikenal sebagai Ruang – Aktivitas (Laurens (2005), Suharnan (2005))

Menurut Canter (1974) hubungan perilaku dan ruang dalam menikmati susunan ruang diperlukan cara

untuk mengenali dan mengerti susunan ruang dan posisi ruang tersebut.

(5)

Bab 2 Kajian Pustaka

5. Kesesuaian Ruang bagi Lansia dengan Kebutuhan dan Aktivitasnya

Lang (1987) serta Kahana (2006) menerangkan bahwa pola penggunaan ruang oleh manusia adalah

dengan saling penyesuaian antara kebutuhan manusia dan keadaan (fisik) lingkungannya. Lawson (2001)

menyatakan bahwa dalam bersosialisasi perlu dipertimbangkan pola pergerakan dari ruang satu kepada

ruang lainnya, dan aktivitas yang berlangsung.

Lawson (2001) menerangkan bahwa analisa digunakannya suatu ruangan adalah pada urutan dan

susunan penggunaan ruang, dan dirunut berdasarkan jalur sirkulasi.

Santrock (1995) menerangkan lansia perlu untuk memiliki kebebasan dalam beraktivitas berdasarkan

daya dukung ruangan yang memadai dalam mewadahi kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

Minam dan Tanaka (1995) serta Sunstrom (2003) menyatakan adanya saling keterkaitan antara hubungan

antara pengelompokan group sosial dengan lingkungan. Lingkungan harus sesuai dengan group sosial

yang dibutuhkannya demikian pula sebaliknya.

Group sosial yang stabil akan terbentuk di ruang tertentu dan pola terbentuknya group sosial akan

mengakibatkan pola penggunaan ruang pula.

(6)

Bab 2 Kajian Pustaka

6. Ruang Bersama dan Interaksi Sosial

Menurut Newmark dan Thompson (1977) serta Hall (1973) sifat interaksi sosial yang stabil menjadi

syarat terbentuknya ruang bersama. Apabila interaksi tidak stabil maka akan ruang akan terpecah

dan sebagai konsekuensinya ruang bersama akan pecah.

7. Ruang Bersama dan Ruang Sosial

Rendel (2004) dan Lefebvre (2004) menekankan pada isi (interaksi) dari pada wadah (fisik ruangnya).

Ruang sosial bersifat temporal yang berkaitan dengan waktu.

8. Rangkuman Kajian Pustaka (Pola Penggunaan Ruang Bersama oleh Lansia):

Ruang bersama terbentuk dari faktor-faktor penting yakni;

a. Pemilihan ruang-ruang tempat interaksi sosial terjadi di kalangan lansia

b. Pola dan frekuensi penggunaan ruang bersama

c. Arah dan posisi terjadinya sosialisasi di dalam ruang (aksesibilitas)

d. Fenomena penggunaan ruang diluar dari rencana ruang yang tersedia

(7)

Bab 3 Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang dikombinasikan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif.

Beberapa metode yang digunakan dalam menganalisa penggunaan ruang (kualitatif maupun kuantitatif)

adalah dengan memadukan beberapa metode yang telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti lain.

Judith (1986) dan Adib (2010) 1. Prosentase dari ruang yang

digunakan thdp ruang yang ada 2. Prosentase dr frekuensi ruang

yang dipilih thdp frekuensi keseluruhan yg terjadi 1. Jenis - jenis ruang dan

jumlahnya.

2. Frekuensi/ seringnya peng-gunaan suatu ruang Menghitung prosentase

penggunaan suatu jenis ruang thdp keseluruhan ruang yang dimiliki Mengetahui

kecen-derungan pengguna-an ruang

4

Uzzel dan rekan (2002), Tversky (2003), Minam dan Tanaka (1995) Sepe (2009)

Despkripsi pola penggunaan ruang yang terjadi dari sketsa yang diperoleh

1. Sketsa gerak sosialisasi penghuni

2. Sketsa pd peta letak fungsi/ kegiatan yang berlangsung 3. Digambarkan pada denah

yang ada 1. Arah gerak sosialisasi

melalui peta pergerakan

2. Arah gerak sosialisasi dan tempat yang dipilih/ digunakan 1. Mengetahui pola penggunaan ruang 2. Mengetahui kecenderungan sosialisasi pada suatu ruang 3 Percival (2002) 1. Perbandingan ruang yang

digunakan thdp ruang yang ada 2. Perbandingan pengguna ruang

thdp keseluruhan penghuni 1. juml ruang yang tersedia

2. jumlah pengguna di masing-masing ruang 1. Jumlah ruang yang

digunakan terhadap ruang yang tersedia 2. Jumlah pengguna masing-masing ruang Mengukur pengaruh ruang terhadap kegiatan pengguna ruang 2 Izuyama (2010) Memperbandingkan antar waktu

yang diperoleh 1. lama waktu penggunaan

2. waktu-waktu penggunaan 3. waktu-waktu bergerak 4. jumlah pengguna ruang 1. Lama waktu

penggunaan ruang 2. Lama waktu gerak 3. Arah gerak penggunaan ruang Mengetahui potensi digunakannya suatu ruang 1 Referensi Peneliti lain Analisa yang dilakukan

Data yang digali Observasi yang

dilakukan Tujuan penelitian

N o

(8)

Bab 3 Metode Penelitian

2. Prosedur Penelitian

Kegiatan analisa dimulai dari kajian literatur

mengenai ruang dan ruang lansia untuk

mendapatkan gambaran proses analisa yang

akan dilaksanakan pada penelitian di lapangan.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan analisa

dan kajian pada penelitian lapangan. Pada

kegiatan ini teori dan literatur mengenai ruang

dan ruang bersama lansia diuji oleh penelitian

lapangan.

Pada bagian akhir dari analisa penelitian ruang

bersama ini adalah bertujuan membedakan

pengertian, proses terbentuknya dan sifat ruang

bersama lansia dengan teori ruang dari

perspektif selain arsitektur di atas. Jenis-jenis

ruang bersama dari perspektif tersebut adalah

seperti bubble space, ruang publik, ruang

informal, semi-fixed space, dan ruang sosial.

(9)

Berbeda dg Ohmori & Harata (-), Palloni (-), Sassi &

Molteni (2007), El Geinedy & Levinson (2009), Koenig (1980), Bhat & rekan (2001) Temuan interaksi antar RB; ditekankan pada

keterkaitan antar RB bukan hanya kelancaran/ kecepatan menjangkau

9

Berbeda dg Barnes (2006) Temuan interaksi antar lansia di dalam RB

Pola pergerakan penggunaan RB Untuk memperoleh hasil kajian dg fokus pd pola pergerakan yang berbeda dg teori yg ada 8 Berbeda dg Pane (2007) Temuan interaksi tidak dipengaruhi oleh

keadaan fisik ruang 7

Berbeda dg Kahana & rekan (2003), Barnes (2006) Temuan interaksi di dlm RB

6

Berbeda dg Webb & Weber (2003)

Temuan RB & sirkulasi yg digunakan lansia dlm bersosialisasi di lingkungan panti werdha RB & Interaksi yg

terjadi di dlmnya Untuk memperoleh

hasil kajian dg fokus pd interaksi sosial yang berbeda dg teori yg ada 5

Berbeda dg Lawton & Cohen (1974), Barnes (2006), Kahana & rekan (2003)

Temuan sirkulasi sbg RBF yg kurang berkaitan langsung dg keunggulan fisik lingkungan 4

Berbeda dg Schooler (1969), Lawton & Cohen (1974) Temuan penggunaan RB yg kurang berkaitan

langsung dg keadaan fisik lansia 3

Berbeda dg Santrock (1995), Webb & Weber (2009) Temuan pola urutan penggunaan RB

2

Belum diungkap penelitian lain

Temuan pola waktu penggunaan RB

RB & pola

penggunaannya oleh lansia

Untuk memperoleh hasil kajian yang berbeda dg teori RB yg telah ada

1

Sumber Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan

Pokok Bahasan Arti Penting Pokok

Bahasan No

Bab 4 Analisa dan Pembahasan Penelitian

(10)

Diskusi di Bab 4 Konsekuensi lain

17

Diskusi di Bab 4 Konsekuensi perbedaan adalah pada; data yg

digunakan, cara analisa (pola penggunaan & NSL), Hasil yg diperoleh, perwujudan RB

Konsekuensi perbedaan teori RB yg ada dengan RB temuan penelitian Untuk mendapatkan konsekuensi dari perbedaan teori RB dg RB hasil penelitian 16 Diskusi di Bab 4 Pengertian RB, analisa, hasil, perwujudan RB dlm

arti luas tidak hanya unt lansia saja 15

Diskusi di Bab 4 Divalidasikan dg RB lain (RB mahasiswa & anak);

hasil sifat interaksi, faktor pembentuk RB terdapat pada RB Mahasiswa dan Anak

Pengertian RB Lansia menuju RB dlm arti yang luas

Untuk mendapatkan teori RB yang lebih luas

14

Diskusi di Bab 4 NSL pada panti werdha = TS Ruang + TS Sirkulasi

+ JS Ruang + JS Sirkulasi 13

Diskusi di Bab 4 NSL : Nilai perbandingan RB dengan seluruh

tempat yg dpt digunakan unt bersosialisasi dan perbandingan tempat terjadinya interaksi dg seluruh tempat yg dpt digunakan unt berinteraksi

12

Diskusi di Bab 4 NSL dipengaruhi oleh: sifat interaksi, faktor

pembentuk ruang, pola penggunaan ruang 11

Diskusi di Bab 4 Nilai sosialisasi berdasarkan interaksi sosial di RB

pd suatu lingkungan NSL Untuk merumuskan temuan kajian interaksi sosial di dlm RB pd perhitungan matematis 10 Sumber Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan

Pokok Bahasan Arti Penting Pokok

Bahasan No

(11)

Data pendukung

NSL Hargodedali

= 0,02 + 0,21 + 0,09 + 0,06 = 0,38

NSL Surya

= 0,02 + 0,25 + 0,1 + 0,08 = 0,45

NSL Cibubur

= 0,02 + 0,17 + 0,1 + 0,04 = 0,33

(12)

Bab 5 Temuan Penelitian

Hasil penelitian Konsekuensi dr perbedaan tsb adalah; pada jenis

data yg digunakan, analisa, hasil dan perwujudan RB

Konsekuensi perbedaan antara Teori RB yang ada dg RB hasil penelitian 6

Hasil penelitian Perluasan arti RB ditentukan dr sifat interaksi,

faktor pembentuk RB (stl divalidasi dg RB selain lansia)

Temuan perluasan pengertian RB 5

Hasil penelitian NSL sebagai nilai sosialisasi yg dpt menunjukkan

tingkat sosialisasi di suatu lingkungan; NSL dpt diperbandingkan antara satu lingkungan dg lingkungan lainnya

Temuan NSL 4

Hasil penelitian RB terbentuk dr jalinan interaksi antar penghuni

RB & tdk tergantung pd elemen fisik ruang Terbentuknya RB & Ruang

Mandiri berdasarkan sifat interkasi inderawi

3

Hasil penelitian Interaksi sosial tdk selalu menempati wadah yg

tepat sesuai jenis aktivitas sosialnya Interaksi sosial & elemen

pembatas fisik ruang

Untuk menegaskan pokok pikiran temuan hasil analisa Bab 4 2

Hasil penelitian berbeda dg Rendell (2004), El Geinedy & Levinson (2009) Aksesibilitas RB tdk hanya diartikan sbg

kemampuan menjangkau namun juga kemampuan memasuki interaksi orang lain di dlm RB

Aksesibilitas RB Untuk menegaskan

perbedaan pada titik masuk (awal) antara teori RB dg RB hasil

penelitian 1

Sumber Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan

Pokok Bahasan Arti Penting Pokok

Bahasan No

(13)

B B 1

A

B 2 Gambar 5.2.1. Terjadinya ruang bersama dan wilayahnya

Ruang bersama A, seorang datang dan berinteraksi dengan temannya dengan wilayah ruang yang luas. Ruang bersama B, terjadi dua ruang bersama B1 dan B2 ketika interaksi berbeda.

C D

Gambar 5.2.2. Bukan ruang bersama Bukan ruang bersama C dan D (sementara dapat disebut sebagai ruang mandiri

untuk membedakan dengan ruang bersama)

(14)

Bab 5 Temuan Penelitian

Gambar 5.4.1. Ruang mandiri yang terjadi karena tidak ada interaksi inderawi antar lansia

Keterangan : Lingkaran biru : bentuk ruang dari interaksi inderawi Kotak merah : bentuk ruang dari pembatas fisik ruang

(15)

Bab 5 Temuan Penelitian

Keterangan : Interaksi inderawi yang terjadi Lingkaran biru : bentuk ruang dari interaksi inderawi Kotak merah : bentuk ruang dari pembatas fisik ruang

Gambar 5.4.2

Terbentuknya ruang bersama melalui interaksi inderawi antar lansia

(16)

Pendukung Temuan Penelitian

Tabel 6. Beberapa Perbedaan yang Dapat Dikenali Dari Teori Terbentuknya Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan di Lapangan

Menitik beratkan bentukan ruang bersama pada ruang inderawi

Menitik beratkan bentukan ruang bersama pada keadaan fisik ruangnya (Pane (2007), Brand (2009)).

11

Membuka kesempatan terjadinya pola interaksi antar kelompok interaksi

Tidak membuka kesempatan terjadinya pola pengelompokan antar interaksi yang berbeda (karena interaksi yang berbeda akan dipisah) (Newmark & Thompson (1977), Hall (1973), Barnes (2006))

10

Posisi dan arah interaksi adalah beragam (sesuai sifat interaksinya yang beragam)

Posisi dan arah interaksi (faktor-faktor interaksi pembentuk ruang bersama) adalah seragam (sesuai sifat interaksi yang tidak diharapkan berbeda) (Carr dkk (1992), Hall (1973)

9

Pola interaksi yang stabil terjadi pada interaksi yang berbeda (antar kelompok interaksi)

Pola interaksi yang stabil terjadi pada satu interaksi yang sama saja (Carr dkk (1992), Hall (1973))

8

Kontrol interaksi untuk memudahkan menyatukan interaksi yang berbeda

Kontrol interaksi untuk proteksi dan teritori dalam mempertahankan interaksinya masing-masing (Webb & Weber (2003), Barnes (2006))

7

Sifat interaksi tahan terhadap interaksi yang berbeda dan cenderung menerima dalam satu ruang bersama

Sifat interaksi tidak tahan terhadap gangguan interaksi yang berbeda. Interaksi yang berbeda akan berada (membentuk) pada ruang yang lain (Newmark & Thompson (1977), Hall (1973), Barnes (2006))

6

Sifat semua interaksi adalah penting sehingga berpeluang berada di semua posisi

Sifat interaksi bersama yang penting berada di pusat ruang bersaama dan yang tidak penting di pinggir ruang bersama (Hall (1973), Barnes (2006))

5

Sifat interaksi yang dikehendaki beragam Sifat interaksi tidak dikehendaki berubah-ubah namun tetap (Carr dkk (1992))

4

Sifat interaksi sering berbeda (tidak sesuai) dengan fungsi yang dirancangnya

Sifat interaksi di dalam ruang bersama adalah sesuai fungsi yang dirancang (Newmark & Thompson (1977), Hall (1973), Barnes (2006))

3

Bentuk ruang ditentukan oleh interaksi yang terjadi di dalam ruang bersama

Bentuk ruang bersama di tentukan oleh elemen fisik pembatas ruangnya (Pane (2007), Brand (2009))

2

Menitik beratkan bahasan pada aktivitas yang membentuk ruang bersama

Menitik beratkan bahasan pada bentuk fisik ruang bersama (pembatas ruang) (Pane (2007), Brand (2009)).

1.

Ruang Bersama Temuan Penelitian di Lapangan Teori Ruang Bersama yang Ada

(17)

Pendukung Temuan Penelitian

Tabel 7. Konsekuensi dari Ketidaksamaan Teori Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan Penelitian di Lapangan

Mengangkat ruang inderawi sebagai ciri ruang dari Budaya Timur berdasarkan interaksi di dalamnya

Telah banyak dibahas ruang sebagai wadah aktivitas dari sisi fungsi

Peluang arah teori 5

Bentuk fisik Ruang bersama sebagai tempat terjadinya interaksi

Bentuk fisik Ruang bersama sebagai wadah dari aktivitas

Fungsi fisik ruang bersama

4

Dapat digunakan Karena:

JS interaksi dapat dihitung sesuai sifat interaksi yang berlangsung tanpa membedakan jenis interaksi yang berbeda

Tidak dapat digunakan Karena:

Permasalahan akan muncul pada perhitungan terjadinya interaksi (JS Interaksi) karena sifat interaksi yang terjadi dihitung dari pemisahan berdasarkan perbedaan interaksi. Hasil perhitungan akan berbeda jauh.

Rumus NSL 3

Hasil akhir bahasan adalah pada bentuk ruang inderawi yang bersifat non fisik

Hasil akhir bahasan adalah pada bentuk fisik ruang bersama

Pengertian ruang bersama

2

Interaksi berfungsi untuk mengenali kenyamanan inderawi yang ada di dalam ruang bersama

Interaksi berfungsi untuk mengenali fungsi ruang bersama serta memisahkan aktivitas yang berbeda

Fungsi interaksi pada ruang bersama

1

Ruang Bersama Temuan Penelitian di Lapangan

Rangkuman Teori Ruang Bersama yang Ada Konsekuensi

(18)

Bab 5 Temuan Penelitian

Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian

1. Posisi ruang bersama terhadap ruang lain di sekitarnya

Ruang bersama memiliki posisi di tengah-tengah

ruang lainnya.

2. Pengelompokan dan penyebaran fungsi ruang di area

hunian lansia harus mengikuti zonasi yang dirancang.

3. Ruang peralihan menjadi penting untuk memperpanjang

sosialisasi yang terjadi

4. Sirkulasi sebagai penghubung antar ruang memiliki

kedudukan penting dalam mewujudkan sosialisasi

yang terjadi.

5. Sirkulasi di dalam hunian lansia berfungsi untuk

memper-mudah lansia dalam menjangkau ruang bersama dan

ruang lain yang ada di sekitarnya.

(19)

Bab 5 Temuan Penelitian

Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian

6. Sirkulasi di dalam ruang bersama berfungsi untuk

memper-mudah lansia dalam berinteraksi dengan teman lansia lainnya.

7. Letak dan posisi tempat berinteraksi di dalam ruang bersama

harus berada dekat di samping sirkulasi.

8. Kelengkapan sarana pada ruang bersama harus diperhatikan.

9. Pembatas ruang berupa dinding masif yang tertutup harus

dihindari.

10. Posisi dan bentuk perabot di dalam ruang bersama berfungsi

untuk mempermudah lansia dalam bersosialisasi serta

(20)

Bab 5 Temuan Penelitian

Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian

11. Ruang untuk berkegiatan bersama bagi lansia harus memiliki

view yang terbuka dan tidak tertutup.

12. Beberapa catatan lain yang penting bagi rancangan bangunan

hunian lansia:

1. Penataan layout bangunan dengan memperhatikan:

udara, jarak, atap selasar, bangunan pendukung,

ruang terbuka hijau.

2. Perancangan bangunan hunian dengan

memper-hatikan: tidak bertingkat, tidak ada hambatan dalam

pergerakan, terjaganya privasi, terjaganya ketenangan

3. Perancangan bangunan pendukung: tersedianya

bangunan pendukung, letak bangunan pendukung

yang terpisah dari hunian, memperhatikan pengaturan

jadwal yang optimal, tersedia sarana dan prasarana

untuk bersosialisasi

(21)

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

Rumusan teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama; RB adalah wadah unt menampung interaksi sosial yang terjadi di dalamnya, berdasarkan sifat-sifat interaksi dan faktor-faktor pembentuknya.

Kesimpulan 1. Untuk menegaskan temuan dalam menjawab permasalahan & tujuan penelitian 2. Untuk memberikan penegasan kontribusi penelitian 1

Konteks interaksi dalam rumusan ruang bersama; interaksi sebagai faktor pembentuk RB

Pola dalam penggunaan ruang bersama melalui interaksi penggunannya; Pola perulangan & keberagaman interaksi yang terjadi di RB.

Temuan baru NSL; NSL adalah tinggi rendahnya nilai sosialisasi pada suatu lingkungan berdasarkan sosialisasi dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

Interaksi & pola penggunaan RB adalah cerminan sosialisasi yg dilaksanakan oleh lansia sehingga pengembangan interaksi & pola penggunaan RB dpt

dikembangkan unt mendukung sosialisasi lansia

Saran Untuk memberikan

arahan pengembangan dan dukungan pada penelitian sejenis di masa mendatang

2 Penelitian interaksi sosial di dlm RB perlu terus dikembangkan & didukung unt memperkaya teori ruang dari berbagai perspektif

NSL perlu dikembangkan karena berkaitan dengan ruang bersama dan interaksi penggunanya

Mendukung manfaat penelitian di masa mendatang

Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan Pokok Bahasan

Arti Penting Pokok Bahasan No

(22)

Gambar

Gambar 5.2.2. Bukan ruang bersama Bukan ruang bersama C dan D  (sementara dapat disebut sebagai  ruang mandiri
Gambar 5.4.1. Ruang mandiri yang terjadi karena tidak ada interaksi  inderawi antar lansia
Tabel 6. Beberapa Perbedaan yang Dapat Dikenali Dari Teori Terbentuknya Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan di Lapangan
Tabel 7. Konsekuensi dari Ketidaksamaan Teori Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan Penelitian di Lapangan

Referensi

Dokumen terkait