Mahendra Wardhana
Nrp. 3207301003
Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch
Pembimbing 2 : Ir. Ispurwono Soemarno, M. Arch, Ph. D.
Program Doktor
Bidang Arsitektur
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
TERBENTUKNYA RUANG BERSAMA OLEH LANSIA BERDASARKAN
INTERAKSI SOSIAL DAN POLA PENGGUNAANNYA
SIDANG TERBUKA PROMOSI DOKTOR
Bab 1 Pendahuluan
1. Indonesia dan Perkembangan Jumlah Lansia
Menurut data Sensus Penduduk tahun 1990 Jumlah lansia di Indonesia adalah 6,96 Juta
Jiwa (3,88%). Diramalkan tahun 2020 akan berjumlah 28,8 Juta Jiwa atau 11,3 %.
Tempat tinggal bagi lansia di Amerika adalah 5 % Lansia tinggal di lembaga perawatan dan
20% dari lansia yang berusia di atas 85 tahun tinggal di rumah perawatan
2. Permasalahan dalam kehidupan lansia di Indonesia dan Negara Maju
Di Indonesia dan negara-negara maju, panti-panti werdha semakin dibutuhkan, sehingga perlu
mempersiapkan panti werdha-panti werdha yang mampu mensejahterakan lansia yang tinggal
di dalamnya.
Terdapat sejumlah permasalahan-permasalahan lansia di panti werdha seperti solidaritas antar
teman, ketidakcocokan, dan lain sebagainya.
3. Lanjut Usia dan Usaha Menjamin Kesejahteraannya
Terdapat Agenda Nasional (UU 13 (1998)) dan Global dalam menjamin kesejahteraan lansia
termasuk bangunan hunian untuk lansia.
4. Ruang dan Arsitektur
Terdapat diskusi mengenai ruang dan arsitektur yang mengarah ruang sebagai wadah aktivitas yang
berkaitan dengan interaksi antar pengguna (Van de Ven (1991), Lefebvre (2004), dan El-Geinedy
dkk (2006))
Bab 1 Pendahuluan
5. Permasalahan penelitian:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama melalui pola
penggunaan ruang bersama dengan kasus lansia itu?
2. Apakah yang dimaksud dengan konteks interaksi sosial pada pengertian dan teori ruang bersama itu?
3. Apakah yang dimaksud dengan pola dalam penggunaan ruang bersama melalui interaksi antar
penggunanya itu?
6. Tujuan Penelitian:
1. Menjelaskan rumusan tentang teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama melalui bukti pola
penggunaan ruang bersama dengan kasus lansia.
2. Menjelaskan rumusan tentang konteks interaksi sosial dalam pengertian dan teori ruang bersama
yang baru.
3. Menjelaskan rumusan tentang pola penggunaan ruang bersama melalui interaksi antar penggunanya.
7. Manfaat Penelitian:
1. Membuka arah dan pengembangan bahasan baru mengenai terbentuknya ruang bersama melalui
interaksi antar pengguna ruang tersebut. Arah pengembangan tersebut adalah menunjukkan arti
penting keberadaan ruang bersama bagi para penggunanya.
2. Membuka arah dan pengembangan bahasan baru mengenai hubungan aktivitas pengguna ruang bersama
terhadap elemen fisik ruang yang dipergunakannya tersebut. Arah dan pengembangan baru tersebut akan
berkaitan dengan cara pandang baru terhadap ruang bersama sebagai wadah aktivitas sosial.
Bab 2 Kajian Pustaka
1. Kerangka Pemikiran
Penelitian pada panti werdha akan difokuskan pada susunan ruang, yang merupakan kumpulan dan
rangkaian ruang-ruang yang dipergunakan manusia untuk beraktivitas secara bersama-sama pada
panti werdha.
2. Kategorisasi Lansia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyatakan usia lanjut usia (60-74 tahun), usia lanjut usia tua
(75 – 90 tahun), dan usia sangat tua (diatas 90 tahun). Sedangkan menurut UU no 13 / 1998 lanjut usia
didefinisikan sebagai usia 60 tahun (Nugroho, 2000: 19-20)
3. Kebutuhan Sosialisasi di Kalangan Lansia
Teori Aktivitas menurut Nugroho (2000) dan Stanley (2002) menyatakan bahwa jalan menuju penuaan yang
sukses adalah dengan cara tetap aktif. Teori ini mendukung hubungan positif antara mempertahankan
interaksi yang penuh arti terhadap orang lain dengan kesejahteraan fisik dan mental lansia.
4. Penggunaan Ruang oleh Lansia
Terdapat peta mental dalam menganalisa ruang yang dihubungkan dengan aktivitas yang berlangsung
di dalamnya atau juga dikenal sebagai Ruang – Aktivitas (Laurens (2005), Suharnan (2005))
Menurut Canter (1974) hubungan perilaku dan ruang dalam menikmati susunan ruang diperlukan cara
untuk mengenali dan mengerti susunan ruang dan posisi ruang tersebut.
Bab 2 Kajian Pustaka
5. Kesesuaian Ruang bagi Lansia dengan Kebutuhan dan Aktivitasnya
Lang (1987) serta Kahana (2006) menerangkan bahwa pola penggunaan ruang oleh manusia adalah
dengan saling penyesuaian antara kebutuhan manusia dan keadaan (fisik) lingkungannya. Lawson (2001)
menyatakan bahwa dalam bersosialisasi perlu dipertimbangkan pola pergerakan dari ruang satu kepada
ruang lainnya, dan aktivitas yang berlangsung.
Lawson (2001) menerangkan bahwa analisa digunakannya suatu ruangan adalah pada urutan dan
susunan penggunaan ruang, dan dirunut berdasarkan jalur sirkulasi.
Santrock (1995) menerangkan lansia perlu untuk memiliki kebebasan dalam beraktivitas berdasarkan
daya dukung ruangan yang memadai dalam mewadahi kegiatan yang berlangsung di dalamnya.
Minam dan Tanaka (1995) serta Sunstrom (2003) menyatakan adanya saling keterkaitan antara hubungan
antara pengelompokan group sosial dengan lingkungan. Lingkungan harus sesuai dengan group sosial
yang dibutuhkannya demikian pula sebaliknya.
Group sosial yang stabil akan terbentuk di ruang tertentu dan pola terbentuknya group sosial akan
mengakibatkan pola penggunaan ruang pula.
Bab 2 Kajian Pustaka
6. Ruang Bersama dan Interaksi Sosial
Menurut Newmark dan Thompson (1977) serta Hall (1973) sifat interaksi sosial yang stabil menjadi
syarat terbentuknya ruang bersama. Apabila interaksi tidak stabil maka akan ruang akan terpecah
dan sebagai konsekuensinya ruang bersama akan pecah.
7. Ruang Bersama dan Ruang Sosial
Rendel (2004) dan Lefebvre (2004) menekankan pada isi (interaksi) dari pada wadah (fisik ruangnya).
Ruang sosial bersifat temporal yang berkaitan dengan waktu.
8. Rangkuman Kajian Pustaka (Pola Penggunaan Ruang Bersama oleh Lansia):
Ruang bersama terbentuk dari faktor-faktor penting yakni;
a. Pemilihan ruang-ruang tempat interaksi sosial terjadi di kalangan lansia
b. Pola dan frekuensi penggunaan ruang bersama
c. Arah dan posisi terjadinya sosialisasi di dalam ruang (aksesibilitas)
d. Fenomena penggunaan ruang diluar dari rencana ruang yang tersedia
Bab 3 Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang dikombinasikan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa metode yang digunakan dalam menganalisa penggunaan ruang (kualitatif maupun kuantitatif)
adalah dengan memadukan beberapa metode yang telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti lain.
Judith (1986) dan Adib (2010) 1. Prosentase dari ruang yang
digunakan thdp ruang yang ada 2. Prosentase dr frekuensi ruang
yang dipilih thdp frekuensi keseluruhan yg terjadi 1. Jenis - jenis ruang dan
jumlahnya.
2. Frekuensi/ seringnya peng-gunaan suatu ruang Menghitung prosentase
penggunaan suatu jenis ruang thdp keseluruhan ruang yang dimiliki Mengetahui
kecen-derungan pengguna-an ruang
4
Uzzel dan rekan (2002), Tversky (2003), Minam dan Tanaka (1995) Sepe (2009)
Despkripsi pola penggunaan ruang yang terjadi dari sketsa yang diperoleh
1. Sketsa gerak sosialisasi penghuni
2. Sketsa pd peta letak fungsi/ kegiatan yang berlangsung 3. Digambarkan pada denah
yang ada 1. Arah gerak sosialisasi
melalui peta pergerakan
2. Arah gerak sosialisasi dan tempat yang dipilih/ digunakan 1. Mengetahui pola penggunaan ruang 2. Mengetahui kecenderungan sosialisasi pada suatu ruang 3 Percival (2002) 1. Perbandingan ruang yang
digunakan thdp ruang yang ada 2. Perbandingan pengguna ruang
thdp keseluruhan penghuni 1. juml ruang yang tersedia
2. jumlah pengguna di masing-masing ruang 1. Jumlah ruang yang
digunakan terhadap ruang yang tersedia 2. Jumlah pengguna masing-masing ruang Mengukur pengaruh ruang terhadap kegiatan pengguna ruang 2 Izuyama (2010) Memperbandingkan antar waktu
yang diperoleh 1. lama waktu penggunaan
2. waktu-waktu penggunaan 3. waktu-waktu bergerak 4. jumlah pengguna ruang 1. Lama waktu
penggunaan ruang 2. Lama waktu gerak 3. Arah gerak penggunaan ruang Mengetahui potensi digunakannya suatu ruang 1 Referensi Peneliti lain Analisa yang dilakukan
Data yang digali Observasi yang
dilakukan Tujuan penelitian
N o
Bab 3 Metode Penelitian
2. Prosedur Penelitian
Kegiatan analisa dimulai dari kajian literatur
mengenai ruang dan ruang lansia untuk
mendapatkan gambaran proses analisa yang
akan dilaksanakan pada penelitian di lapangan.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan analisa
dan kajian pada penelitian lapangan. Pada
kegiatan ini teori dan literatur mengenai ruang
dan ruang bersama lansia diuji oleh penelitian
lapangan.
Pada bagian akhir dari analisa penelitian ruang
bersama ini adalah bertujuan membedakan
pengertian, proses terbentuknya dan sifat ruang
bersama lansia dengan teori ruang dari
perspektif selain arsitektur di atas. Jenis-jenis
ruang bersama dari perspektif tersebut adalah
seperti bubble space, ruang publik, ruang
informal, semi-fixed space, dan ruang sosial.
Berbeda dg Ohmori & Harata (-), Palloni (-), Sassi &
Molteni (2007), El Geinedy & Levinson (2009), Koenig (1980), Bhat & rekan (2001) Temuan interaksi antar RB; ditekankan pada
keterkaitan antar RB bukan hanya kelancaran/ kecepatan menjangkau
9
Berbeda dg Barnes (2006) Temuan interaksi antar lansia di dalam RB
Pola pergerakan penggunaan RB Untuk memperoleh hasil kajian dg fokus pd pola pergerakan yang berbeda dg teori yg ada 8 Berbeda dg Pane (2007) Temuan interaksi tidak dipengaruhi oleh
keadaan fisik ruang 7
Berbeda dg Kahana & rekan (2003), Barnes (2006) Temuan interaksi di dlm RB
6
Berbeda dg Webb & Weber (2003)
Temuan RB & sirkulasi yg digunakan lansia dlm bersosialisasi di lingkungan panti werdha RB & Interaksi yg
terjadi di dlmnya Untuk memperoleh
hasil kajian dg fokus pd interaksi sosial yang berbeda dg teori yg ada 5
Berbeda dg Lawton & Cohen (1974), Barnes (2006), Kahana & rekan (2003)
Temuan sirkulasi sbg RBF yg kurang berkaitan langsung dg keunggulan fisik lingkungan 4
Berbeda dg Schooler (1969), Lawton & Cohen (1974) Temuan penggunaan RB yg kurang berkaitan
langsung dg keadaan fisik lansia 3
Berbeda dg Santrock (1995), Webb & Weber (2009) Temuan pola urutan penggunaan RB
2
Belum diungkap penelitian lain
Temuan pola waktu penggunaan RB
RB & pola
penggunaannya oleh lansia
Untuk memperoleh hasil kajian yang berbeda dg teori RB yg telah ada
1
Sumber Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan
Pokok Bahasan Arti Penting Pokok
Bahasan No
Bab 4 Analisa dan Pembahasan Penelitian
Diskusi di Bab 4 Konsekuensi lain
17
Diskusi di Bab 4 Konsekuensi perbedaan adalah pada; data yg
digunakan, cara analisa (pola penggunaan & NSL), Hasil yg diperoleh, perwujudan RB
Konsekuensi perbedaan teori RB yg ada dengan RB temuan penelitian Untuk mendapatkan konsekuensi dari perbedaan teori RB dg RB hasil penelitian 16 Diskusi di Bab 4 Pengertian RB, analisa, hasil, perwujudan RB dlm
arti luas tidak hanya unt lansia saja 15
Diskusi di Bab 4 Divalidasikan dg RB lain (RB mahasiswa & anak);
hasil sifat interaksi, faktor pembentuk RB terdapat pada RB Mahasiswa dan Anak
Pengertian RB Lansia menuju RB dlm arti yang luas
Untuk mendapatkan teori RB yang lebih luas
14
Diskusi di Bab 4 NSL pada panti werdha = TS Ruang + TS Sirkulasi
+ JS Ruang + JS Sirkulasi 13
Diskusi di Bab 4 NSL : Nilai perbandingan RB dengan seluruh
tempat yg dpt digunakan unt bersosialisasi dan perbandingan tempat terjadinya interaksi dg seluruh tempat yg dpt digunakan unt berinteraksi
12
Diskusi di Bab 4 NSL dipengaruhi oleh: sifat interaksi, faktor
pembentuk ruang, pola penggunaan ruang 11
Diskusi di Bab 4 Nilai sosialisasi berdasarkan interaksi sosial di RB
pd suatu lingkungan NSL Untuk merumuskan temuan kajian interaksi sosial di dlm RB pd perhitungan matematis 10 Sumber Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan
Pokok Bahasan Arti Penting Pokok
Bahasan No
Data pendukung
NSL Hargodedali
= 0,02 + 0,21 + 0,09 + 0,06 = 0,38
NSL Surya
= 0,02 + 0,25 + 0,1 + 0,08 = 0,45
NSL Cibubur
= 0,02 + 0,17 + 0,1 + 0,04 = 0,33
Bab 5 Temuan Penelitian
Hasil penelitian Konsekuensi dr perbedaan tsb adalah; pada jenis
data yg digunakan, analisa, hasil dan perwujudan RB
Konsekuensi perbedaan antara Teori RB yang ada dg RB hasil penelitian 6
Hasil penelitian Perluasan arti RB ditentukan dr sifat interaksi,
faktor pembentuk RB (stl divalidasi dg RB selain lansia)
Temuan perluasan pengertian RB 5
Hasil penelitian NSL sebagai nilai sosialisasi yg dpt menunjukkan
tingkat sosialisasi di suatu lingkungan; NSL dpt diperbandingkan antara satu lingkungan dg lingkungan lainnya
Temuan NSL 4
Hasil penelitian RB terbentuk dr jalinan interaksi antar penghuni
RB & tdk tergantung pd elemen fisik ruang Terbentuknya RB & Ruang
Mandiri berdasarkan sifat interkasi inderawi
3
Hasil penelitian Interaksi sosial tdk selalu menempati wadah yg
tepat sesuai jenis aktivitas sosialnya Interaksi sosial & elemen
pembatas fisik ruang
Untuk menegaskan pokok pikiran temuan hasil analisa Bab 4 2
Hasil penelitian berbeda dg Rendell (2004), El Geinedy & Levinson (2009) Aksesibilitas RB tdk hanya diartikan sbg
kemampuan menjangkau namun juga kemampuan memasuki interaksi orang lain di dlm RB
Aksesibilitas RB Untuk menegaskan
perbedaan pada titik masuk (awal) antara teori RB dg RB hasil
penelitian 1
Sumber Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan
Pokok Bahasan Arti Penting Pokok
Bahasan No
B B 1
A
B 2 Gambar 5.2.1. Terjadinya ruang bersama dan wilayahnya
Ruang bersama A, seorang datang dan berinteraksi dengan temannya dengan wilayah ruang yang luas. Ruang bersama B, terjadi dua ruang bersama B1 dan B2 ketika interaksi berbeda.
C D
Gambar 5.2.2. Bukan ruang bersama Bukan ruang bersama C dan D (sementara dapat disebut sebagai ruang mandiri
untuk membedakan dengan ruang bersama)
Bab 5 Temuan Penelitian
Gambar 5.4.1. Ruang mandiri yang terjadi karena tidak ada interaksi inderawi antar lansia
Keterangan : Lingkaran biru : bentuk ruang dari interaksi inderawi Kotak merah : bentuk ruang dari pembatas fisik ruang
Bab 5 Temuan Penelitian
Keterangan : Interaksi inderawi yang terjadi Lingkaran biru : bentuk ruang dari interaksi inderawi Kotak merah : bentuk ruang dari pembatas fisik ruang
Gambar 5.4.2
Terbentuknya ruang bersama melalui interaksi inderawi antar lansia
Pendukung Temuan Penelitian
Tabel 6. Beberapa Perbedaan yang Dapat Dikenali Dari Teori Terbentuknya Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan di Lapangan
Menitik beratkan bentukan ruang bersama pada ruang inderawi
Menitik beratkan bentukan ruang bersama pada keadaan fisik ruangnya (Pane (2007), Brand (2009)).
11
Membuka kesempatan terjadinya pola interaksi antar kelompok interaksi
Tidak membuka kesempatan terjadinya pola pengelompokan antar interaksi yang berbeda (karena interaksi yang berbeda akan dipisah) (Newmark & Thompson (1977), Hall (1973), Barnes (2006))
10
Posisi dan arah interaksi adalah beragam (sesuai sifat interaksinya yang beragam)
Posisi dan arah interaksi (faktor-faktor interaksi pembentuk ruang bersama) adalah seragam (sesuai sifat interaksi yang tidak diharapkan berbeda) (Carr dkk (1992), Hall (1973)
9
Pola interaksi yang stabil terjadi pada interaksi yang berbeda (antar kelompok interaksi)
Pola interaksi yang stabil terjadi pada satu interaksi yang sama saja (Carr dkk (1992), Hall (1973))
8
Kontrol interaksi untuk memudahkan menyatukan interaksi yang berbeda
Kontrol interaksi untuk proteksi dan teritori dalam mempertahankan interaksinya masing-masing (Webb & Weber (2003), Barnes (2006))
7
Sifat interaksi tahan terhadap interaksi yang berbeda dan cenderung menerima dalam satu ruang bersama
Sifat interaksi tidak tahan terhadap gangguan interaksi yang berbeda. Interaksi yang berbeda akan berada (membentuk) pada ruang yang lain (Newmark & Thompson (1977), Hall (1973), Barnes (2006))
6
Sifat semua interaksi adalah penting sehingga berpeluang berada di semua posisi
Sifat interaksi bersama yang penting berada di pusat ruang bersaama dan yang tidak penting di pinggir ruang bersama (Hall (1973), Barnes (2006))
5
Sifat interaksi yang dikehendaki beragam Sifat interaksi tidak dikehendaki berubah-ubah namun tetap (Carr dkk (1992))
4
Sifat interaksi sering berbeda (tidak sesuai) dengan fungsi yang dirancangnya
Sifat interaksi di dalam ruang bersama adalah sesuai fungsi yang dirancang (Newmark & Thompson (1977), Hall (1973), Barnes (2006))
3
Bentuk ruang ditentukan oleh interaksi yang terjadi di dalam ruang bersama
Bentuk ruang bersama di tentukan oleh elemen fisik pembatas ruangnya (Pane (2007), Brand (2009))
2
Menitik beratkan bahasan pada aktivitas yang membentuk ruang bersama
Menitik beratkan bahasan pada bentuk fisik ruang bersama (pembatas ruang) (Pane (2007), Brand (2009)).
1.
Ruang Bersama Temuan Penelitian di Lapangan Teori Ruang Bersama yang Ada
Pendukung Temuan Penelitian
Tabel 7. Konsekuensi dari Ketidaksamaan Teori Ruang Bersama yang Ada dan RB Temuan Penelitian di Lapangan
Mengangkat ruang inderawi sebagai ciri ruang dari Budaya Timur berdasarkan interaksi di dalamnya
Telah banyak dibahas ruang sebagai wadah aktivitas dari sisi fungsi
Peluang arah teori 5
Bentuk fisik Ruang bersama sebagai tempat terjadinya interaksi
Bentuk fisik Ruang bersama sebagai wadah dari aktivitas
Fungsi fisik ruang bersama
4
Dapat digunakan Karena:
JS interaksi dapat dihitung sesuai sifat interaksi yang berlangsung tanpa membedakan jenis interaksi yang berbeda
Tidak dapat digunakan Karena:
Permasalahan akan muncul pada perhitungan terjadinya interaksi (JS Interaksi) karena sifat interaksi yang terjadi dihitung dari pemisahan berdasarkan perbedaan interaksi. Hasil perhitungan akan berbeda jauh.
Rumus NSL 3
Hasil akhir bahasan adalah pada bentuk ruang inderawi yang bersifat non fisik
Hasil akhir bahasan adalah pada bentuk fisik ruang bersama
Pengertian ruang bersama
2
Interaksi berfungsi untuk mengenali kenyamanan inderawi yang ada di dalam ruang bersama
Interaksi berfungsi untuk mengenali fungsi ruang bersama serta memisahkan aktivitas yang berbeda
Fungsi interaksi pada ruang bersama
1
Ruang Bersama Temuan Penelitian di Lapangan
Rangkuman Teori Ruang Bersama yang Ada Konsekuensi
Bab 5 Temuan Penelitian
Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian
1. Posisi ruang bersama terhadap ruang lain di sekitarnya
Ruang bersama memiliki posisi di tengah-tengah
ruang lainnya.
2. Pengelompokan dan penyebaran fungsi ruang di area
hunian lansia harus mengikuti zonasi yang dirancang.
3. Ruang peralihan menjadi penting untuk memperpanjang
sosialisasi yang terjadi
4. Sirkulasi sebagai penghubung antar ruang memiliki
kedudukan penting dalam mewujudkan sosialisasi
yang terjadi.
5. Sirkulasi di dalam hunian lansia berfungsi untuk
memper-mudah lansia dalam menjangkau ruang bersama dan
ruang lain yang ada di sekitarnya.
Bab 5 Temuan Penelitian
Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian
6. Sirkulasi di dalam ruang bersama berfungsi untuk
memper-mudah lansia dalam berinteraksi dengan teman lansia lainnya.
7. Letak dan posisi tempat berinteraksi di dalam ruang bersama
harus berada dekat di samping sirkulasi.
8. Kelengkapan sarana pada ruang bersama harus diperhatikan.
9. Pembatas ruang berupa dinding masif yang tertutup harus
dihindari.
10. Posisi dan bentuk perabot di dalam ruang bersama berfungsi
untuk mempermudah lansia dalam bersosialisasi serta
Bab 5 Temuan Penelitian
Rekomendasi Desain dari Hasil Penelitian
11. Ruang untuk berkegiatan bersama bagi lansia harus memiliki
view yang terbuka dan tidak tertutup.
12. Beberapa catatan lain yang penting bagi rancangan bangunan
hunian lansia:
1. Penataan layout bangunan dengan memperhatikan:
udara, jarak, atap selasar, bangunan pendukung,
ruang terbuka hijau.
2. Perancangan bangunan hunian dengan
memper-hatikan: tidak bertingkat, tidak ada hambatan dalam
pergerakan, terjaganya privasi, terjaganya ketenangan
3. Perancangan bangunan pendukung: tersedianya
bangunan pendukung, letak bangunan pendukung
yang terpisah dari hunian, memperhatikan pengaturan
jadwal yang optimal, tersedia sarana dan prasarana
untuk bersosialisasi
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Rumusan teori ruang bersama dan pengertian ruang bersama; RB adalah wadah unt menampung interaksi sosial yang terjadi di dalamnya, berdasarkan sifat-sifat interaksi dan faktor-faktor pembentuknya.
Kesimpulan 1. Untuk menegaskan temuan dalam menjawab permasalahan & tujuan penelitian 2. Untuk memberikan penegasan kontribusi penelitian 1
Konteks interaksi dalam rumusan ruang bersama; interaksi sebagai faktor pembentuk RB
Pola dalam penggunaan ruang bersama melalui interaksi penggunannya; Pola perulangan & keberagaman interaksi yang terjadi di RB.
Temuan baru NSL; NSL adalah tinggi rendahnya nilai sosialisasi pada suatu lingkungan berdasarkan sosialisasi dan interaksi yang terjadi di dalamnya.
Interaksi & pola penggunaan RB adalah cerminan sosialisasi yg dilaksanakan oleh lansia sehingga pengembangan interaksi & pola penggunaan RB dpt
dikembangkan unt mendukung sosialisasi lansia
Saran Untuk memberikan
arahan pengembangan dan dukungan pada penelitian sejenis di masa mendatang
2 Penelitian interaksi sosial di dlm RB perlu terus dikembangkan & didukung unt memperkaya teori ruang dari berbagai perspektif
NSL perlu dikembangkan karena berkaitan dengan ruang bersama dan interaksi penggunanya
Mendukung manfaat penelitian di masa mendatang
Penegasan/ Temuan dari Pokok Bahasan Pokok Bahasan
Arti Penting Pokok Bahasan No