• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit

Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa. Di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Risza, 2010). Dalam botani kelapa sawit sistematika kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq) dapat diklasifikasikan dibawah ini.

Klasifikasi tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) : Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Pahan , 2011).

2.1.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.

(2)

2 A. Akar

Akar terutama sekali berfungsi untuk menunjang struktur batang diatas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner (Pahan, 2011).

Sebagaimana halnya kelas Monocotyledone, maka kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Bentuknya seperti anyaman tebal. Akar primer, keluar dari dasar batang (bonggol), dalam jumlah sangat menerus selama pertumbuhan. Akar yang pertama muncul dari biji setelah berkecambah adalah radikula. Panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai sekitar 6 bulan. Dari radikula akan muncul akar lain yang bertugas mengambil air dan hara dari media tumbuh. Namun demikian, masih perlu dibantu oleh cadangan makanan yang ada pada endosperm.

Akar kelapa sawit dapat tumbuh menyamping sampai 6 meter dengan pola penyebaran yang berbeda-beda. Akar primer yang keluar dari bonggol batang, mencapai puluhan ribu banyaknya dan jika ada akar primer yang mati, akan digantikan oleh lainnya. Akar yang mati ini jalin menjalin dengan akar yang hidup dan bersama-sama membentuk perakaran yang kokoh menunjang berdirinya batang tanaman. Untuk menembus lapisan tanah, akar primer dilindungi oleh tudung akar. Disamping akar sebagai pencari makanan, akar juga berfungsi sebagai alat respirasi (pernapasan).

Sistem perakaran kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Akar primer, yaitu akar yang keluar dari bagian bawah batang (bulb), tumbuh secara vertikal (radicle) atau mendatar (adventitious roots), dan berdiameter 5-10 mm

2. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, yang arah tumbuhnya mendatar ataupun ke bawah , dan berdiameter 1-4 mm.

(3)

3

3. Akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder yang arah tumbuhnya mendatar, panjangnya mencapai 15 cm, dan berdiameter 0,5-1,5 mm.

4. Akar kuarter, yaitu akar-akar cabang dari akar tertier yang berdiameter 0,2- 0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm.

(Setyamidjaja, 2006).

B. Batang

Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh- pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, di mana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilkan daun dan infloresen bunga. Seperti umumnya tanaman monokotil, penebalan sekunder tidak terjadi pada batang (Pahan, 2011).

Batang kelapa sawit memiliki tiga lapisan yaitu, lapisan kulit luar yang dibentuk perpanjangan basis daun dan terdiri dari jaringan fibrosa padat hal ini cukup tipis dan berwarna krem. lapisan perikel ditemukan di dalam kulit dan berwarna keabu-abuan ini adalah jaringan dari mana akar dibentuk pada pangkal batang dan di dalam lubang tanam. Pusat silinder atau inti yang terdiri dari ikatan pembuluh padat terdiri dari jaringan floem dan xylem di sekitar parenkim pangkal batang tempat akar tumbuh sampai ketinggian sekitar 25 cm diatas tanah batang aslinya terlihat karena masih ditutupi oleh potongan pangkal pelepah namun seiring dijumpai pada tanaman diatas 20 tahun batang aslinya terlihat karena potongan pelepah mulai lapuk dan biasanya dibagian atas atau tengah.

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40 – 60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk

(4)

4

daun-daun dan memanjangkan batang selama empat tahun pertama, titik tumbuh membentuk daun-daun yang pelepahnya membungkus batang sehingga batang tidak terlihat. Pangkal batang umumnya membesar membentuk bonggol batang (bowl). Kecepatan tumbuh meninggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda tergantung pada tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertumbuhan (pertambahan tinggi) sekitar 25 - 40 cm per tahun. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan batang kelapa sawit adalah kondisi disekitar tanaman seperti keadaan iklim, pemeliharaan (terutama pemupukan) , kerapatan tanaman, dan umur (Setyamidjaja, 2006).

C. Daun

Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk, berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Helai daun berukuran 55 cm hingga 65 cm dan mencakup dengan lebar 2,5 cm hingga 4 cm. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang helai daun. Titik tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordia (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat tajuk dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai 2 tahun lagi. Proses inisiasi daun sampai layu (senescence) sekitar 4 tahun. Jumlah pelepah yang dihasilkan meningkat 30 – 40 batang ketika berumur 3 – 4 tahun dan menurun (declines) sampai 18 pelepah untuk tanaman tua.

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

1. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib).

2. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

3. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.

(5)

5

4. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

(Pahan, 2011).

D. Bunga

Kelapa sawit tergolong tumbuhan berumah satu (monoceous) yang berarti bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu pohon, namun tidak berada pada tandan yang sama. Walau demikian, kadang-kadang dijumpai Pada satu tandan terdapat bunga jantan dan juga bunga betina (hermafrodit). Bunga kelapa sawit merupakan bunga mejemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle/rachis) yang merupakan struktur pendukung spikelet. Umumnya dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung spikelet. Umumnya, dari pangkal rachis yang membungkus infloresen sampai dengan saat-saat menjelang terjadinya antesis. Dari rachis ini, terbentuk struktur triangular bract yang kemudian membentuk tangkai-tangkai bunga (spikelets).

Proses penyerbukan pada bunga kelapa sawit adalah penyerbukan silang, karena dalam satu pohon tidak dapat ditemukan bunga jantan dan bunga betina yang mekar dalam waktu bersamaan. Salah satu perantara efektif dalam membantu proses penyerbukan bunga adalah serangga penyerbuk (Tandon, dkk, 2001).

E. Buah

Buah sawit mempunyai warna bervariasi mulai dari hitam, ungu, hingga merah tergantung pada varietas tanamannya. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari setiap ketiak pelepah daun.

Buah kelapa sawit terdiri dari 4 bagian penting yang diantaranya adalah: a. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin

(6)

6 c. Endoskarp, cangkang pelindung inti

d. Inti sawit (kernel), sebetulnya adalah biji yang merupakan bagian dalam perbanyakan generatif tanaman.

F. Biji

Biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda tergantung dari varietas tanamannya, biji kelapa sawit tidak segera dapat berkecambah atau tumbuh setelah matang, karena adanya masa dormansi yang merupakan sifat bawaan. Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, Kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : 1. Dura, memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis dan

rendeman minyak 15-17 %.

2. Tenera, memiliki cabang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal dan rendeman minyak 21-23%

3. Pisifera, memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil, dan rendeman minyak tinggi (23-25%).

2. 2 Syarat Tumbuh

Budidaya kelapa sawit adalah salah satu yang banyak dikembangkan oleh masyarakat Indonesia, karena menguntungkan dan dapat menambah penghasilan yang diproleh. Pertumbuhan, perkembangan dan produksi kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dari tanaman itu sendiri. Terutamanya faktor lingkungan, faktor genetis dan faktor teknis agronomis. Faktor tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal diharapkan mengetahui beberapa faktor utama sebelum melakukan budidaya/menanam kelapa sawit diantaranya adalah sebagai berikut :

2.2.1 Kondisi Iklim

1. Ketinggian tempat 100-100 meter dari atas permukaan laut (mdpl). 2. Curah hujan yang dikehendaki antara 2000-2500 mm/tahun.

(7)

7

3. Penyinaran matahari optimum yang diperukan 5-7 jam/hari, dengan suhu optimum berkisar 29-300.

4. Kelembaban udara dan angin, kelembaban udara optimum bagi tanaman kelapa sawit berkisar 80%-90%, sedangkan angin normal tidak terlalu kencang.

2.2.2 Bentuk wilayah

1. Datar – berombak kemiringan 0 – 8 %.

2. Bergelombang – berbukit kemiringan 8 – 30 %.

3. Berbukit kemiringan > 30 % tidak disarankan solum tanah dangkal, erositinggi, pemupukan tidak efektif, kerusakan dalam panen pengangkutan tandan buah produktifitas rendah.

2.2.3 Tekstur tanah

Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung berliat, dan lempung liat berpasir. Kedalaman tanah efektif yang baik adalah jika >100 cm, sebaliknya andai kata kedalaman efektif <50 cm dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki maka tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit. Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada pH 5,0 - 6,0, tetapi kelapa sawit masih toleran terhadap pH <5,0, misalnya pada pH 3,5 - 4,0 (pada tanah gambut). Beberapa perkebunan kelapa sawit terdapat pada tanah yang memiliki pH tanah pH>7,0, tetapi produktivitasnya tidak optimal. Pengelolaan tingkat kemasaman tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan pH tanah seperti pupuk dolomit, kapur pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phosphate atau RP).

2. 3 Tanah Ultisol

Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan makhluk hidup, khususnya tumbuhan yang sangat berkaitan dengan unsur-unsur di dalam

(8)

8

tanah dimana karakteristik unsur-unsur dalam tanah sangat berpengaruh terhadap karakteristik unsur- unsur dalam tanaman yang tumbuh di atasnya,kandungan unsur-unsur hara, mudah tidaknya unsur-unsur hara tersebut diserapolehakar tanaman, besarnya kemampuan menahan air, dan lain-lain (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008)

Menurut Firmansyah (2014) Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki sebaran adaptasi cukup luas,dapat tumbuh pada berbagai agroekosistem dengan baik dan memberikan potensi produksi yang optimal mulai dari tanah- tanah di lahan kering (Ultisol, Inceptisol, Oxisol) hingga tanah-tanah yang berkembang di agroekosistem rawa pasang surut (Gambut, sulfat masam).

Pada umumnya tanah Ultisol mempunyai potensi yang cukup besar dalam hal sebarannya yang cukup luas di daerah Sumatera Utara. Tanah Ultisol mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan bagi perluasan lahan pertanian untuk tanaman pangan asal dibarengi dengan pengelolaan tanaman dan tanah yang tepat. penggunaan lahan kering untuk usaha tani tanaman pangan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi saat ini seluas 12,9 juta ha, sehingga bila dibandingkan dengan potensinya maka masih terbuka peluang untuk pengembangan tanaman pangan. Namun demikian, kendala yang dihadapi pada tanah ini harus tetap di perhatikan terutama pada sifat kimia tanah dan fisiknya. ( Hidayat dan Mulyani, 2005).

Ultisol merupakan tanah yang memiliki masalah keasaman tanah, bahan organik rendah dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat rendah (Fitriatin, dkk. 2014).

(9)

9 2. 4 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan langkah awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan tanaman. Hal ini juga berlaku dalam budidaya tanaman kelapa sawit, dimana tanaman kelapa sawit yang produktivitasnya tinggi selalu berasal dari bibit yang baik. Bibit yang baik hanya akan diperoleh jika benih kelapa sawit yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) atau sumber beenih lainnya ditangani dengan baik sesuai pedoman. Pembibitan bertujuan untuk menyediakan bibit yang baik dan sehat dalam jumlah yang cukup. Terdapat beberapa tahap dalam kegiatan pembibitan yang harus dilakukan, meliputi penyemaian, pengelompokan varietas, pembangunan nauangan, pemilihan polybag, pengisian media tanah, penanaman, penyiraman, pemupukan, ketepatan transplanting, pengendalian gulma-hama dan penyakit, seleksi bibit, serta pelaksanaan pengawasan dan manajemen pembibitan.

2.4.1 Tahapan pembibitan

Bibit kelapa sawit yang unggul diperoleh dari pemilihan varietas yang unggul, pembelian benih bersertifikat, penanaman, dan pemeliharaan yang baik. Ada dua jenis pembibitan yang sering dilakukan oleh perusahaan perkebunan yaitu dengan melakukan pembibitan single stage dan double stage. Pembibitan single stage adalah metode pembibitan dengan satu tahapan dimana benih langsung ditanam pada large bag berukuran 40 cm x 50 cm (tebal 0.2 mm) di lapangan. Pada awalnya jarak antar large bag diletakkan saling berdekatan dan ketika bibit berumur 3 bulan baru diletakkan berjauhan dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Double stage adalah metode pembibitan dengan tahapan Pre Nursery selama 3 bulan dan tahapan Main Nursery selama 9 bulan. Pada tahapan Pre Nursery kecambah ditanam pada baby bag berukuran 14 cm x 23 cm (tebal 0.1 mm) di bedengan dan ketika berumur 3 bulan bibit dipindahkan menuju Main Nursery dengan mengganti polybagnya dengan tipe large bag.

(10)

10 2.4.2 Persiapan Pembibitan

A. Pemilihan Lokasi Pembibitan

Penentuan lokasi harus memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut :

 Lokasi pembibitan harus dekat dengan sumber air.  Lahan pembibitan harus berareal datar.

 Lokasi pembibitan harus dekat dengan pemukiman.

 Lokasi pembibitan harus terbebas dari hama dan penyakit tanaman.

 Memiliki drainase yang baik. B. Seleksi Kecambah & Bibit

Sebelum melakukan penanaman, kecambah terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan percepatan pertumbuhannya.

Selanjutnya, kecambah diseleksi sesuai kenormalan

kecambah. Jenis kecambah yang normal adalah sebagai berikut: kecambah dengan panjang plumula-radikula 10 mm atau 25 mm, kecambah dengan bentuk membantat, kecambah dengan akar terpuntir, serta kecambah dengan akar dan pucuk terpuntir. Sedangkan jenis kecambah abnormal adalah sebagai berikut: kecambah bentuk garputala, kecambah bentuk garputala dan mata pancing, kecambah bentuk tongkat pengait, kecambah tanpa akar, dan kecambah terhambat.

Seleksi juga terdapat pada tahap Pre Nursery dan Main Nursery. Pada tahap Pre Nursery bibit diseleksi pada umur 4-6 minggu dan sebelum bibit ditransplanting menuju Main Nursery. Di tahap Main Nursery seleksi dilakukan pada bibit umur 3-4 bulan, 9 bulan, dan sebelum bibit ditransplanting menuju lahan.

(11)

11 C. Penanaman Kecambah

Kebutuhan baby polybag untuk penanaman adalah ± 200 + 2 % (untuk kebutuhan 1 ha ketika transplanting “ 200 kecambah”). Tanah yang digunakan adalah tanah top soil yang sudah diayak sebelumnya untuk memisahkan batu atau partikel besar lainnya. Tanah yang sudah diayak selanjutnya dimasukkan ke dalam baby polybag sebanyak ± 1 kg tanah + 10 gram TSP. Pengisian tanah ke baby polybag harus dalam keadaan kering agar tidak terjadi pemadatan tanah. Kegiatan pengisian tanah ke dalam baby polybag harus selesai seminggu sebelum penanaman dan setiap hari baby polybag harus disiram dengan air.

2.4.3 Pemeliharaan A. Penyiraman

Seminggu sebelum kecambah ditanam, baby polybag harus disiram dengan air setiap hari. Pada tahap Pre Nursery, bibit disiram dua kali sehari dengan jumlah 0.2-0.3 Liter/hari. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari. Sebelum bibit ditransplanting menuju Main Nursery, large polybag disiram dengan air hingga keadaan jenuh air. Pada tahap Main Nursery, bibit disiram sebanyak dua kali sehari sebanyak 2-3 liter/hari.

B. Pemupukan

Pada tahap Pre Nursery, pemupukan pertama kali dilakukan ketika memasukkan tanah pada baby polybag. Pupuk yang digunakan adalah TSP dengan dosis 10 gram/baby polybag. Selanjutnya, kecambah yang sudah ditanam di pupuk pada umur 4 minggu dengan pupuk urea. Bibit yang baru tumbuh tidak dibenarkan dipupuk dalam bentuk granula sehingga pupuk diaplikasikan dengan cara disemprot. Pupuk urea sebanyak 30 gram dilarutkan dengan 14700 ml air dan diaplikasikan pada 500

(12)

12

bibit. Pupuk tersebut selalu diberikan seminggu sekali hingga bibit berumur 10 minggu. Di minggu ke 11 dan 12 bibit dipupuk dengan 40 gram urea + 15 gram MOP. Pupuk tersebut dilarutkan dengan 14700 ml air dan diaplikasikan pada 500 bibit.

C. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma adalah upaya mengatasi investasi gulma disekitar tanaman budidaya sehingga dampak persaingan dapat dikurangi atau ditiadakan. Pengendalian gulma dilakukan saat gulma sangat menurunkan hasil akhir tanaman pertanian. Metode pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah pengendalian secara kimiawi, biologis dan nonbiologis. Aplikasi herbisida merupakan pengendalian gulma secara kimiawi. Penggunaan agen hayati untuk mengendalikan gulma termasuk dalam pengendalian gulma secara biologis. Pengendalian gulma secara nonbiologis adalah pengendalian tanpa penggunaan herbisida dan agen hayati, seperti penanaman LCC (Legume Cover Crop), pengolahan tanah, penggunaan mulsa, penggenangan, pembabatan (Moenandir, 2010).

Perencanaan teknis dan aplikasi pengendalian gulma yang tepat merupakan hal penting untuk memaksimalkan hasil pertanian. Pengendalian gulma menggunakan herbisida dengan bahan aktif yang sama secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gulma menjadi resisten atau toleran terhadap herbisida tersebut. Penggunaan herbisida sejenis dalam waktu lama menyebabkan terjadinya suksesi gulma (Purba, 2009).

(13)

13 2. 5 Kompos Kotoran Ternak

2.5.1 Karakter Kompos

Pengertian kompos adalah pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan yang dibusukkan oleh yaitu organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer dapat berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos juga berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman. Pupuk Kompos ialah salah satu pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa bahan organik (tanaman maupun hewan). Proses pengomposan bisa berlangsung secara aerobik dan anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Proses ini biasa disebut juga dekomposisi atau penguraian. Proses pembuatan kompos sebenarnya dapat meniru proses terbentuknya humus di alam.

2.5.2 Kompos Kotoran Ternak Kambing

Limbah peternakan seperti feces, urine, dan sisa pakan yang dibiarkan tanpa penanganan lebih lanjut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan pada masyarakat di sekitar peternakan. Pengolahan kotoran ternak perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Pengolahan kotoran ternak dapat dilakukan dengan cara menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk kandang. Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk kandang karena kandungan unsur haranya seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) serta unsur hara mikro diantaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, dan tembaga yang dibutuhkan tanaman dan kesuburan tanah (Hapsari, 2013). Kotoran kambing dapat digunakan sebagai bahan organik pada pembuatan pupuk kandang karena kandungan unsur haranya relatif tinggi dimana kotoran kambing bercampur dengan air seni nya (urine) yang juga mengandung unsur hara (Surya, 2013).

(14)

14

Pupuk kotoran ternak merupakan pupuk organik dari hasil pengomposan kotoran ternak seperti sapi dan ayam, adapun bahan lainya seperti sisa pakan, sekam, EM4 dan air. Adapun kandungan unsur hara pada kotoran ternak Nitrogen 1,30% dalam bentuk NH3, fosfor 1,45% dalam bentuk P2O5 , kalium 2,72% dalam bentuk K2O, kalsium 2,72% dalam bentuk Ca, Mg 0,25%, C/N 20%, PH 7,01%, dan C Organik 26,20%. Kotoran kambing memiliki struktur yang keras dam lama diuraikan oleh tanah sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan maksimal (Maulana, 2010).

2.5.3 Proses Pengomposan

Pengomposan merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme, kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman. dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda.

A. Cara membuat kompos metode aerob

Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas.

B. Cara membuat kompos metode anaerob

Cara membuat kompos dengan metode anaerob memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses

(15)

15

pengomposannya. Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme. Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan, suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-40%.

2.5.4 Manfaat Pengomposan Kotoran Kambing

Banyak sekali manfaat dan keuntungan apabila memanfaatkan kotoran kambing menjadi pupuk kompos atau pupuk kandang yaitu:

1. Mengurangi jumlah penyimpanan limbah peternakan.

2. Bau yang diakibatkan oleh tumpukan kotoran kambing bisa berkurang.

3. Menghilangkan potensi patogen yang terdapat dalam kotoran ternak

4. Biji-bijian yang bisa menjadi gulma mati atau tidak akan tumbuh. 5. Mempermudah dalam pengangkutan dan pupuk kompos dapat

memperbaiki tanah.

6. Pengomposan kotoran ternak dapat melepaskan unsur-unsur hara yang dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman.

7. Mengurangi sumber polusi dan bernilai ekonomi.

Salah satu alternatif pengolahan kotoran padat kambing adalah dengan dibuat sebagai Pupuk Organik Cair (POC). Sampai saat ini belum begitu banyak pemanfaatan kotoran padat yang diolah menjadi pupuk organik

(16)

16

cair, padahal dengan diolah menjadi pupuk organik cair kotoran padat tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lama dan lebih efesien (Setiawan, 2007).

2. 6 Pupuk

Produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pupuk yang biasa digunakan untuk kelapa sawit adalah urea (unsur N), rock phospate atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan Borat (unsur B) (Poeloengan, dkk. 2003).

Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan produktivitas tanaman. Hal tersebut karena biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang lebih 30 persen dari total biaya produksi atau 40 – 60 persen dari biaya pemeliharaan sehingga menuntut pihak praktisi perkebunan untuk secara tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya mulai dari pengadaan hingga aplikasinya di lapangan baik secara teknis maupun manajerial. Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari faktor efisiensi. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan usaha menekan biaya per satuan output serendah mungkin, tanpa mengurangi hasil maupun mutu yang dicapai. (Poeloengan dan Erningpraja, 1994).

2.6.1 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik merupakan Salah satu pupuk organik cair yang ada di pasaran adalah pupuk organik cair NASA. POC NASA, mengandung lebih dari satu unsur hara, adapun kandungan yang terdapat didalamnya antara lain unsur N, P, K, C organik, Zn, Cu, Na, B, Si, Al, NaCl, Se, Cr, Mo, V, So4, pH, Lemak, Protein, dan zat pengatur tumbuh yang berfungsi meningkatkan kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan tunas baru dan dapat mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit

(17)

17

tanaman, kosentrasi pupuk organik cair NASA yang di anjurkan untuk tanaman perkebunan 6 cc/liter (Redaksi Agromedia, 2007).

Zat pengatur tumbuh yang terkandung dalam pupuk organik cair diantaranya adalah auksin, sitokinin dan giberalin. Auksin berperan dalam proses pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan pembuluh dan inisiasi akar (Wudianto, 2004). Menurut Parnata (2010) masalah yang sering dihadapi pada saat pembibitan kelapa sawit adalah kemampuan tanah dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit yang terbatas. Keterbatasan daya dukung tanah dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Pupuk organik terdiri dari pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Proses pembuatan POC memiliki kekurangan yaitu lamanya proses pengomposan kotoran padat kambing tersebut, maka pembuatan pupuk cair organik dilakukan dengan penambahan bahan aktivator (mikroorgnaisme). Salah satu aktivator yang sering digunakan adalah

Effective Microorganism 4 (EM4) (Liu, et all 2011).

EM4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme. Ada beberapa jenis EM yaitu : EM4 yang berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomycetes. Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah, EM4 terdiri dari 80 species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.Berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5 di dalam tanah mengeluarkan antibiotik untuk menekan patogen EM4 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu ikan. Berfungsi membantu tugas EM4, Sakarida (gula) dan asam amino yang disintesiskan oleh bakteri fotosintetik, sehingga secara langsung

(18)

18

dapat diserap tanaman, EM4 terdiri dari 95% lactobacillus. Berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi, karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim, EM4 berupa pestisida organik (Rahmah, dkk. 2014).

Adapun fungsi dari EM4 yaitu: Mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanah lactobacillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino, meningkatkan jumlah klorofil pada daun (jika disemprotkan ke daun tanaman),

meningkatkan fotosintesis dan mempercepat kematangan

buah,mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan, menggemburkan tanah, meningkatkan cita rasa produksi pangan, memperpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging dan air dan banyak lainnya. 2.6.2 Pupuk Majemuk (NPK)

A. Pupuk unsur N (Nitrogen)

Pupuk Nitrogen merupakan komponen dasar dalam sintesis protein. Nitrogen terdapat dalam protoplasma sel tanaman yang diperlukan untuk semua proses pertumbuhan dan merupakan bagian dari klorofil. Klorofil bertanggung jawab dalam konversi energi matahari menjadi energi yang dapat digunakan dalam proses fotosintesis. Nitrogen mempengaruhi warna hijau pada tanaman dan berperan sangat penting pada pembentukan protoplasma. Oleh karena itu, Nitrogen merupakan komponen yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Di dalam tanaman, Nitrogen dikonversi menjadi asam amino, bahan untuk pembentukan protein. Protein kemudian digunakan untuk pembentukan protoplasma.

Pupuk Nitrogen umumnya sangat dibutuhkan dalam tanah, sehingga dalam pemupukan Nitrogen perlu memperhatikan berbagai faktor.

(19)

19

Bila pupuk Nitrogen diberikan dalam tanah, maka harus dijaga dalam aplikasinya agar tidak mudah tercuci sebelum diserap oleh tanaman. Kehilangan ini dapat diatasi atau dikurangi dengan memasukkan pupuk ke dalam tanah sekitar 5 cm dan menutupinya dengan tanah, Salah satu pupuk yang mengandung unsur hara N, yaitu pupuk Urea. Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Pupuk Urea adalah pupuk yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur Nitrogen di dalam pupuk Urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk Urea membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah, tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk Urea juga mempercepat pertumbuhan tanaman, seperti tinggi, jumlah anakan, cabang.

B. Pupuk unsur P (Phosphate)

Kebutuhan tanaman akan unsur hara Fosfor untuk tumbuh kembang tanaman sangatlah penting. Petani harus bisa mencukupi kebutuhan akan unsur ini agar tanaman budi dayanya dapat tumbuh dengan subur dan memberikan hasil yang maksimal. Unsur Fosfor diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit daripada unsur Nitrogen dan Kalium. Ini karena, Fosfor tidak mudah terlarut dalam air dan cenderung memiliki pergerakan yang lambat di dalam tanah, unsur Fosfor sangat berguna bagi tanaman karena berperan penting dalam pembentukan albumin, pembelahan sel untuk daun, buah dan biji serta untuk pembentukan bunga. Selain itu, unsur hara Fosfor juga berfungsi untuk memperkuat batang, mempercepat pematangan

(20)

20

buah, memperbaiki kualitas tanaman, perkembangan akar, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.

Untuk pemupukan tanah, Fosfor dapat langsung digunakan setelah terlebih dahulu dihaluskan (sebagai pupuk alam). Akan tetapi untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan lain-lain, pupuk alam ini tidak cocok, karena daya larutnya yang sangat kecil di dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan tersebut. Untuk itu sebagai pupuk tanaman pangan, Fosfor perlu diolah menjadi pupuk buatan. pupuk fosfor dibedakan menjadi beberapa macam, seperti pupuk superfosfat (Ca(H2PO4)2) yang sangat mudah

larut dalam air sehingga mudah diserap oleh akar tanaman, pupuk FMP (Fused Magnesium Phosphate) atau Mg3(PO4)2 yang baik

digunakan pada tanah yang banyak mengandung besi dan aluminium, pupuk aluminium fosfat (AlPO4) serta pupuk besi (III)

fosfat (FePO4). Gejala kekurangan unsur Fosfor yaitu : Warna daun

akan nampak tua dan terlihat mengkilap kemerahan,Jika tanaman berbuah, buahnya kecil, tampak jelek dan matang dini,Tepi daun bercabang,Batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning dan adapun Gejala kelebihan unsur Fosfor yaitu : Tanaman tumbuh kerdil,Warna daun berubah menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung-ujung daun.

C. Pupuk unsur K (Kalium)

Pupuk kalium pun termasuk pupuk tunggal yang banyak digunakan petani untuk memberikan zat hara K pada tanahnya. Jenis pupuk kalium yang pernah digunakan dan masih digunakan sampai saat ini yaitu kalsium sulfat, dan kalium klorida.

(21)

21 - Kalium sulfat

Dipasaran, pupuk kalsiunsulfat lebih dikenal dengan sebutan ZK (Zawvelzure Kali). Bentuknya butiran kecil warna putih, sifatnya tidak higrokopis dan reaksinya sedikit asam. Ada dua macam pupuk ZK yaitu ZK 90 yang mengandung K2O sebanyak

49 – 50% dan ZK 96 yng mengandung K2O sebanyak 52%.

Perbedaan kedua jenis pupuk ini sebenarnya tidak ada, hanya kadar P2O5 ZK 90 yang lebih rendah dari ZK 96.

- Kalium klorida

Kalium klorida dipasaran lebih dikenal dengan sebuan KCl. Pupuk KCl dikenal ada dua macam, yaitu KCl 80 yang mengandung K2O sebanyak 52 – 53% dan KCl 90 yang

mengandung K2O sebanyak 55 – 58%. Pemakaian pupuk KCl

memang lebih terbatas dibanding ZK. Ini disebabkan KCl mengandung klorida yang dapt berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak membutuhkan atau peka terhadap klorida, misalnya kentang dan wortel. Sementara karet, misalnya klorida tidak memberi pengaruh. Keracunan klorida sangat tergantung pada iklim dan kondisi tanah. Pada musim kering, tanah agak masam serta struktur tanahnya liat dan berpasir maka keracunan klorida sering terjadi.

- Kalium Magnesium sulfat

Kalium magnesium sulfat mengandung K2O sebanyak 21 – 30%

dan MgO 6 – 19,5%. Kalium magnesium sulfat lebih banyak digunakan didaerah dingin karena kandungan magnesiumnya lebih banyak. Tanah-tanah didaerah dingin biasanya banyak kekurangan zat tersebut.

(22)

22 2. 7 Serapan Hara N

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), berdasarkan jumlah yang diperlukan, unsur hara dibagi menjadi 2 golongan yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur hara mikro. Kadar N misalnya, dalam jaringan tanaman lebih besar dan kandungan hara juga berbeda – beda tergantung pada jenis hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau jenis tanah serta pengelolaan tanaman. Nitrogen adalah unsur hara yang sangat esensial bagi pertumbuhan tanaman, Nitrogen merupakan elemen pembatas pada hampir semua jenis tanah, maka pemberian pupuk N yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan, Unsur Nitrogen (N) juga merupakan unsur yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman khususnya dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian – bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar (Djajadirana, 2000).

Pembibitan merupakan rangkaian kegiatan mempersiapkan bahan tanam sebelum ke lapangan. Pemupukan pada pembibitan kelapa sawit dilakukan dengan memberikan pupuk N. Nitrogen diambil tanaman untuk proses asimilasi karena hara N yang mudah tercuci sementara di sisi lain hara N merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Selama lebih 40 tahun peningkatan penggunaan pupuk N mencapai N meningkatkan 7,4 kali lebih besar sementara peningkatan produksi hanya 2,4. Hal ini membuktikan bahwa Efisiensi Penggunaan Nitrogen (EPN) merupakan satu alternatif untuk memprediksi ketersediaan N di dalam tanah. Hasil ini mengimplikasikan bahwa EPN yang tinggi terjadi jika N yang diberikan dari proses pemupukan lebih rendah. EPN merupakan gambaran dari efisiensi absorpsi dan efisiensi penggunaan hara N. Masing – masing varietas memiliki keragaman dalam absorpsi efisiensi N maupun efisiensi penggunaan N (Hirel et al. 2007).

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Namun dari hasil wawancara dengan operator PLIK/MPLIK dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat di Kabupaten Rejang Lebong dalam implementasi PLIK dan MPLIK sangat kurang

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan hukum, khususnya di dalam Hukum Pidana, dalam rangka memberikan

Kedua proses ini akan menghasilkan biji kopi berkualitas yang terlihat dari menurunnya nilai cacat biji kopi pada saat menjual kepada konsumen (PT Nestle) yang akan

8 Disamping itu, pendekatan ini kurang memberikan tempat kepada kenyataan historis yang melatarbelakangi sehingga teks menjadi tercabut dari konteks yang

4) Nilai budaya merupakan sesuatu yang menjadi sebuah kebiasaan dilingkungan masyarakat tertentu yang dilakukan sejak dahulu kala dan masih dipertahankan hingga saat ini. Sama

menceritakan peristiwa berdasarkan urutan-urutan waktu sehingga pembaca seolah- olah merasakan kejadian tersebut. Paragraf biografi berisi mengenai kisah atau cerita

Hal ini dapat diduga dari adanya perbedaan bahan penyusun yang digunakan dalam formulasi dan proses pembuatan sabun komersial dengan sabun mandi cair yang dihasilkan dan

Mengingat bahwa di wilayah Jakarta mayoritas jenis kendaraan yang digunakan adalah sepeda motor, maka permasalahan penelitian yang hendak dijawab dalam penelitian