• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAIQ NURHIDAYAH Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) BERBASIS METODE RESITASI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT PADA MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAIQ NURHIDAYAH

Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Abstrak : Hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan di SMPN 1 Praya Barat menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika di kelas VIII metode yang digunakan adalah metode ceramah, latihan dan demonstrasi metode ini sedikit memberi peluang kepada siswa untuk berperan aktif karena proses pembelajarannya hanya berjalan satu arah atau monoton, sehingga tidak ada timbal balik antara siswa maupun guru. Selain itu rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan karena beberapa permasalahan diantaranya masih banyak siswa yang belum memahami materi yang telah diajarkan oleh guru karena disebabkan siswa tidak ada yang bertanya, kemungkinan hal ini dikarenakan siswa malu dan tidak berani untuk bertanya kepada gurunya, sehingga pada saat diberi latihan soal siswa kesulitan dan tidak bisa mengerjakan. Disamping itu, masih sedikitnya siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran dan mau mengerjakan tugas. Hal ini ditunjukkan dengan hanya beberapa orang siswa saja yang berani mengerjakan soal di depan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat dengan menerapkan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi pada materi pokok kubus dan balok. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki proses belajar dan pembelajaran sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Dimana setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata belajar siswa pada siklus I sebesar 78,75 dengan ketuntasan klasikal 62,50%. Karena pada siklus I belum memenuhi ketuntasan belajar klasikal yang diisyaratkan yaitu 85%, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. Hasil yang diperoleh pada siklus II, nilai rata-rata siswa sebesar 81,25 dengan ketuntasan klasikal mencapai 87,50% yang artinya ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai dan prestasi belajar mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan dengan penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada materi pokok kubus dan balok Tahun pelajaran 2012/2013.

Kata kunci: Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI), Metode Resitasi, Peningkatan Aktivitas dan prestasi belajar, Kubus dan Balok

1. PENDAHULUAN

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha dasar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (Sardiman, 2007: 25). Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan dipandang merupakan kegiatan manusia untuk memanusiakan sendiri, yaitu manusia berbudaya. Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan saat ini adalah masih rendahnya prestasi siswa dalam belajar matematika, faktor penyebabnya antara lain metode pengajaran yang kurang menarik (Rianto, 2009: 117 ).

Upaya untuk memecahkan permasalahan di atas adalah membutuhkan kreativitas dan inovasi dari pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran. Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada dasarnya memiliki teknik, cara atau metode pendekatan. Pelaksanaan suatu kegiatan pembelajaran yang didahului dengan pengertian akan pemahaman teori dan konsep biasanya akan berjalan dengan lancar, sistematis, efektif, dan efesien.

Karena salah satu tujuan departemen pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya salah satunya adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan, lewat pembaruan-pembaruan pembelajaran. Model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang lebih efektif dan sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat saat ini (Depdiknas, 2004).

Kurikulum mata pelajaran matematika yang dikembangkan oleh departemen Pendidikan Nasional sekarang ini, dapat disesuaikan berdasarkan keanekaragaman kondisi dan kebutuhan yang berkaitan dengan potensi siswa maupun potensi lingkungan. Hal ini memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan inovasi terhadap pendekatan, model, metode maupun teknik dalam mengajar. Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan tersebut harus dapat membangkitkan semangat belajar, dan motivasi belajar

(2)

siswa, selain itu juga harus mampu membuat siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara serta pengalaman selama mengikuti kegitan praktek pengalaman lapangan (PPL) di SMPN 1 Praya Barat , metode yang digunakan guru dalam proses mengajar yang dominan diterapkan adalah metode ceramah, latihan dan demontrasi, guru menerapkan metode ini karena menganggap cocok untuk diterapkan , sementara metode ini sedikit memberi peluang kepada siswa untuk berperan aktif karena proses pembelajarannya hanya berjalan satu arah atau monoton yaitu aktivitas yang dilakukan siswa hanya duduk, mendengar, mengerjakan soal, dan menulis apa yang dijelaskan oleh guru sehingga tidak ada timbal balik antara guru dan siswa, hal ini berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar siswa. Seperti yang terlihat dalam nilai rata-rata mid semester mata pelajaran matematika siswa kelas VIII semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Daftar nilai rata-rata mid semester kelas VIII SMP Negeri 1 Praya Barat tahun pelajaran 2012/2013. No Kelas Rata-rata KK KKM 1 VIII.1 62,18 65,62% 65 2 VIII.2 65,62 68,75% 3 VIII.3 65,75 60,60% 4 VIII. 4 70,96 77,4 %

(sumber data : Arsip guru matematika SMPN 1 Praya Barat 2012/2013)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal kelas VIII.1 terletak pada posisi yang rendah dibandingkan dengan kelas VIII.2, VIII.3 dan VIII.4. Dengan demikian kelas VIII.1 dijadikan subyek dalam penelitian ini.

Secara umum rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan karena beberapa permasalahan diantaranya masih banyak siswa yang belum memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Padahal setiap kali guru selesai mengajarkan materi, selalu bertanya kepada siswa mengenai kejelasan materi yang telah disampaikan tetapi tidak ada siswa yang bertanya, kemungkinan hal ini dikarenakan siswa malu dan tidak berani bertanya kepada gurunya, sehingga pada saat diberi latihan soal siswa kesulitan dan tidak bisa mengerjakan.

Disamping itu, masih sedikitnya siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran dan mau mengerjakan tugas. Hal ini ditunjukkan dengan hanya beberapa orang siswa saja yang berani mengerjakan soal di depan kelas.

Berikut ini dicantumkan tentang perolehan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran matematika

materi pokok lingkaran, kubus dan balok kelas VIII.1 semester II tahun pelajaran 2011/2012.

Tabel 1.2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII.1 pada masing-masing materi semester II SMP Negeri 1 Praya Barat tahun pelajaran 2011/2012.

No . Materi Kelas KKM VIII.1 Rata KK 1 Lingkaran 76,62 92,5% 65 2 Garis Singgung Lingkaran 72,87 90,00% 3 Kubus dan Balok 60,00 50,00% 4 Prisma dan Limas 75,25 87,5%

(Sumber data : Arsip guru matematika SMPN 1 Praya Barat 20011/2012)

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa, nilai rata-rata kelas VIII.1 pada materi pokok kubus dan balok tergolong rendah dari semua materi pokok. Dilihat dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa siswa kelas VIII.1 kurang memahami materi pokok kubus dan balok sehingga prestasi belajar siswa masih rendah.

Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas VIII.1 tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor siswa yang mengalami masalah secara parsial dalam matematika, hal ini dipengaruhi oleh faktor internal siswa seperti kesiapan siswa, motivasi, perhatian, minat, dan bakat, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor dari keluarga, faktor sekolah, dan faktor yang berasal dari masyarakat tempat tinggal siswa.

Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba menerapkan suatu metode lain untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas yang mengajak siswa untuk berperan aktif dalam berdiskusi dan bertanya kepada teman sejawatnya dalam proses belajar mengajar, dikarenakan siswa akan lebih nyaman dan cepat mengerti apabila bertanya kepada teman sejawatnya.

Untuk dapat menyajikan data dan menyampaikan materi pengetahuan atau bidang studi dengan tepat, guru dituntut menguasai strategi atau metode mengajar yang baik, dapat memilih dan menggunakan model-model interaksi belajar mengajar yang tepat, mengelola kelas, dan membimbing perkembangan siswa dengan tepat pula.

Metode pengajaran sangat menentukan prestasi belajar siswa, dengan kata lain prestasi belajar sangat tergantung kepada metode pengajaran yang digunakan oleh guru pada saat menyampaikan atau memberikan materi.Jadi,dalam penggunaan metode pembeljaran hendaknya dikuasai oleh guru yang akan mengajar. Tanpa penguasaan materi yang baik maka aktivitas belajar mengajar akan kurang berhasil.

(3)

Upaya untuk memecahkan permasalahan di atas, dapat dicarikan suatu solusi untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada materi pokok kubus dan balok, dengan menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode Resitasi yaitu model pembelajaran kelompok yang di sertai dengan pemberian tugas secara bertahap yang bisa meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini didasarkan pada karakteristik materi kubus dan balok yang kajiannya bersifat abstrak namun banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diajarkan dengan menggunakan Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis Metode Resitasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction ( ATI ) Berbasis Metode Resitasi Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada Materi Pokok Kubus dan Balok Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis Metode Resitasi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII.1 pada materi pokok kubus dan balok SMPN 1 Praya Barat tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Anonim, 2003:25). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru/peneliti di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat (Wardhani, 2007:14). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi pada materi pokok kubus dan balok.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi diakhir tindakan.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah:

1. Data Hasil Belajar Siswa

Data Hasil belajar siswa diperoleh dengan pemberian tes kemampuan siswa dalam bentuk soal evaluasi.

2. Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa diperolah dengan menggunakan lembar observasi. Penilaian

terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan pada seluruh siswa dengan menggunakan lembar observasi berupa activity check list yaitu daftar yang berisi butir-butir pertanyaan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung yang dijawab oleh pengamat (observer).

3. Data Aktivitas Guru

Penilaian terhadap aktivitas guru dilakukan dengan menggunakan lembar observer berupa activity check list yang dijawab pengamat (observer).

Data aktivitas siswa dianalisis dengan cara berikut: a. Menentukan skor deskriptor aktivitas belajar siswa

Data tentang aktivitas belajar siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Indikator tentang aktivitas siswa yang diamati adalah sebanyak 7 indikator setiap indikator memiliki 3 deskriptor. Skor tertinggi setiap indicator adalah 4 dan skor terendah setiap indikator adalah 1. Pemberian skor untuk masing-masing deskriptor mengikuti aturan berikut:

1. Skor 4 diberikan jika banyaknya siswa yang memenuhi descriptor aktivitas siswa sebanyak ≥ 75% dari jumlah siswa yang hadir

2. Skor 3 diberikan jika banyakanya siswa yang memenuhi descriptor aktivitas siswa sebnayak ≥ 50% dan < 75% dari jumlah siswa yang hadir .

3. Skor 2 diberikan jika banyaknya siswa yang memenuhi descriptor aktivitas siswa sebanyak ≥ 25% dan < 50% dari jumlah siswa yang hadir.

4. Skor 1 diberikan jika banyaknya siswa yang memenuhi descriptor aktivitas siswa sebnayak < 25% dari jumlah siswa yang hadir.

b. Menentukan skor indikator aktivitas belajar siswa Dalam menentukan skoe indikator aktivitas belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

In =

i

x

Keterangan:

In = skor indikator aktivitas belajar siswa ∑x = jumlah skor deskriptor aktivitas siswa i = banyaknya indikator

c. Menentukan skor aktivitas belajar siswa Skor aktivitas belajar siswa dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

As = ∑ In

(4)

As = skor aktivitas belajar siswa

∑ In = Total skor indikator aktivitas belajar siswa d. Menentukan kategori aktivitas belajar siswa Dalam menentukan kategori aktivitas belajar siswa dapat menggunakan rumus berikut:

MI = ½ x (skor tertinggi + skor terendah) = ½ x (4 + 1)

= 2,5 SDI = x MI

= x 2,5 = 0,83

Tabel 2.1 Kriteria Untuk Menentukan Aktivitas Belajar Siswa Bedasarkan Skor Standar

Interval Kategori

AS ≥ MI + 1,5 SDI Sangat Aktif MI + 0,5 SDI ≤ AS<MI+1,5 SDI Aktif MI – 0,5 SDI ≤ AS < MI + 0,5 SDI Cukup Aktif MI – 1,5 SDI ≤ AS < MI – 0,5 SDI Kurang Aktif AS< MI – 1,5 SDI Sangat kurang

Aktif Keterangan: As = Skor aktivitas belajar siswa

Untuk aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila skor aktivitas belajar siswa minimal berkategori Aktif. Data aktivitas guru

Pengisian lembar observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Ya : Diberikan jika aktivitas

deskriptor dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran.

Tidak : Diberikan jika aktivitas

deskriptor tidak dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran.

Penilaian aktivitas guru dianalisis secara deskriptif kualitatif. Indikator tentang aktivitas guru yang diamati adalah sebanyak 6 indikator setiap indikator terdiri dari 3 deskriptor. Skor tertinggi setiap indicator adalah 4 dan skor terendah setiap indikator adalah 1. Skor untuk setiap indikator prilaku guru pada penelitian ini mengikuti aturan sebagai berikut:

a. Skor 4 diberikan jika semua deskriptor nampak b. Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor nampak c. Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor nampak d. Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor nampak Untuk mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran, maka data hasil observasi yang berupa skor diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

AG =

i

x

Keterangan:

AG = skor rata-rata aktivitas guru ∑x = jumlah skor aktivitas guru i = banyaknya indikator

Untuk menilai kategori aktivitas guru, maka ditentukan terlebih dahulu mean ideal (MI) dan standar deviasi (SDI) dengan menggunakann rumus sebagai berikut:

MI = ½ x (skor tertinggi + skor terendah) = ½ x (4 + 1)

= 2,5 SDI = x MI

= x 2,5 = 0,83

abel 2.2 Kriteria Untuk Menentukan Aktivitas Guru Berdasarkan Skor Standar

Interval Kategori

AG ≥ MI + 1,5 SDI Sangat Aktif MI + 0,5 SDI ≤ AG<MI+1,5 SDI Aktif MI – 0,5 SDI ≤ AG < MI + 0,5 SDI Cukup Aktif MI – 1,5 SDI ≤ AG < MI – 0,5 SDI Kurang Aktif AG< MI – 1,5 SDI Sangat kurang

Aktif Keterangan : AG = Aktivitas guru

Untuk data aktivitas guru dikatakan berhasil apabila skor aktivitas guru minimal berkategori Aktif.

Data Prestasi Belajar Siswa

Setelah memperoleh data hasil belajar siswa, maka data tersebut dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan kriteria ketuntasan sebagai berikut :

1. Rata-rata Skor Prestasi Belajar Siswa

Rata-rata skor prestasi belajar siswa dirumuskan sebagai berikut : M =

n

X

N i i

1 Keterangan : M = Mean ( rata-rata) i

X

= Skor yang diperoleh masing-masing siswa n = Banyaknya siswa

2. Ketuntasan Individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dinyatakan tuntas secara individu, apabila siswa tersebut mampu memperoleh nilai ≥ 65 sebagai ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah tempat peneliti melakukan penelitian.

3. Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dirumuskan sebagai berikut :

100

x

N

n

KB

% Keterangan : KB = Ketuntasan Belajar

N = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes

n = Jumlah seluruh siswa yang memperoleh nilai minimal ≥65.

(5)

Siswa dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi yang telah disajikan, jika minimal 85% dari jumlah siswa yang memperolah nilai ≥ 65.

Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan ketuntasan sebagai berikut :

1.

Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila aktivitas belajar siswa secara klasikal minimal berkategori tinggi/sangat aktif

2.

Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila persentase ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 85%

3.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII.1 SMPN 1 PRAYA BARAT yang berjumlah 32 orang. Pada penelitian ini, data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif berupa data tentang prestasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes evaluasi yang dilaksanakan tiap akhir siklus, sedangkan data kualitatif berupa data tentang aktivitas guru dan siswa yang diperoleh dari hasil observasi. Adapun hasil penelitian tiap siklus adalah sebagai berikut:

Siklus 1

1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer diperoleh aktivitas siswa dalam belajar pada siklus I pertemuan I dan II adalah cukup aktif dengan rata-rata 2,37 dan 2,38,

2. Hasil Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada akhir tiap siklus. Data hasil evaluais siklus I, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Data Hasil Evaluasi Siklus I

No Keterangan Nilai

1. Nilai Tertinggi 100

2. Nilai Terendah 45

3. Total Nilai 2490

4. Nilai Rata-rata 78,75

5. Jumlah Siswa yang mengikuti evaluasi

32 6. Jumlah siswa yang tidak

mengikuti evaluasi

0 7. Jumlah siswa yang tuntas 20 8. Jumlah siswa yang tidak tuntas 12 9. Persentase ketuntasan 62,50

%

Data diatas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal pada siklus I belum mencapai karena belum memenuhi indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu

85% (Nurkencana,1990 dalam

Yuni) siswa harus mendapatkan nilai

65, Sesuai dengan ketetapan di SMPN 1 Praya Barat.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, guru harus lebih intensif dalam membimbing siswa yang nilainya berada dibawah 65 dengan tidak lupa memberikan bimbingan kepada siswa yang lainnya. Untuk itu, diperlukkan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus II

a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Kegiatan siswa dalam setiap indikator pada siklus II sudah tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, diperoleh kategori aktivitas siswa tergolong aktif dengan rata-rata 3,18 pada pertemuan I dan pada pertemuan II sebesar 3,31

b. Hasil observasi aktivitas guru

Dalam proses pembelajaran, guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Kategori aktivitas guru pada siklus II pertemuan I dan II adalah sangat aktif dengan rata-rata 4.

c. Hasil Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan pada akhir tiap siklus. Data hasil evaluasi pada siklus II dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.2 Data Hasil Evaluasi Siklus II

No Keterangan Nilai

1. Nilai Tertinggi 100

2. Nilai Terendah 50

3. Total Nilai 2600

4. Nilai Rata-rata 81,25

5. Jumlah Siswa yang mengikuti evaluasi

32 6. Jumlah siswa yang tidak

mengikuti evaluasi

0 7. Jumlah siswa yang tuntas 28 8. Jumlah siswa yang tidak tuntas 4 9 Persentase ketuntasan 87,50% Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa indikator kerja sudah tercapai. Hal ini terlihat dari aktivitas belajar siswa pada siklus II berkategori aktif. Begitu juga dengan hasil evaluasi siswa pada siklus II yang telah memenuhi ketuntasan belajar klasikal yaitu banyaknya siswa yang tuntas

85%. Dengan demikian, model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi dapat dikatakan berhasil dan efektif digunakan pada proses belajar mengajar pada materi pokok kubus dan balok.

Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika pada materi pokok kubus dan balok melalui penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi.

(6)

Berdasarkan hasil analisis data pada tiap-tiap siklus, terlihat bahwa hasil dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis data siklus I, diperoleh aktivitas siswa dengan kategori cukup aktif dengan presentase ketuntasan belajar 62,50%. Ini berarti keaktifan dan ketuntasan belajar klasikal siswa belum tercapai, karena siswa dikatakan tuntas secara klasikal jika mencapai nilai

85% (Nurkencana, 1990 dalam Yuni)

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan yaitu dalam hal kesiapan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran masih terjadi kendala, terutama dalam penguasaan materi yang didiskusikan, salah satu penyebabnya guru terlalu cepat menunjukkan bukti-bukti ilmiah dan kurang menjelaskan secara detail konsep-konsep awal sehingga siswa tidak terlalu menguasai materi-materi yang diberikan, penyebab lainnya guru tidak menarik kesimpulan pada akhir kegiatan sehingga siswa tidak memiliki kesepahaman yang sama terhadap materi yang diajarkan hal ini dikarenakan guru kurang mengalokasikan waktu yang tersedia. Selanjutnya, pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran maupun saat pelaksanaan kuis, masih didominasi oleh siswa yang pintar, sedangkan yang lain masih malu dan takut salah dalam menjawab soal yang diberikan guru maupun temannya, hal ini disebabkan karena guru kurang mengontrol dan memberikan motivasi kepada siswa.

Hasil refleksi siklus I mengisyaratkan perbaikan tindakan selanjutnya antara lain bahwa peranan guru dalam mengorganisasikan aktivitas-aktivitas belajar siswa perlu dioptimalkan, guru harus berupaya meningkatkan keterlibatan siswa dengan melakukan bimbingan-bimbingan secara individual maupun berkelompok serta membangkitkan respon siswa dalam proses pembelajaran. Guru menghimbau dan memotivasi siswa agar tidak malu untuk merespon pertanyaan kepada guru menngenai hal-hal yang belum dimengerti. Guru memberikan arahan kepada siswa agar siswa tidak malu untuk mempresentasikan hasil jawabannya. Guru menarik kesimpulan bersama-sama siswa dengan mengaktifkan siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dibahas dengan cara menunjuk beberapa siswa untuk menyimpulkan dan meminta siswa untuk memperbaiki jika ada yang masih kurang.\

Setelah dilakukan perbaikan berdasarkan pengalaman dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I maka dilakukan tindakan atau perbaikan pada siklus II, dalam usaha dan pencapaian proses belajar mengajar yang lebih baik. Pemahaman belajar siswa meningkat yaitu rata-rata kelas dari 78,75 meningkat menjadi 81,25 dan ketuntasan klasikal meningkat dari 62,5% menjadi 87,5%, ini menunjukkan bahwa indikator ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurkencana,1990 yang

menyatakan ketuntasan belajar klasikal tercapai jika

85% siswa memperoleh nilai ketuntasan yang telah ditetapkan sekolah yakni sebesar

65 yang akan terlihat pada hasil evaluai tiap-tiap siklus. Selain prestasi belajar yang meningkat terdapat aktivitas siswa dan gurupun meningkat, hal ini terlihat dari aktivitas siswa dengan rata-rata 2,37 dan 2,38 dengan kategori cukup aktif pada siklus I terjadi peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 3,18 dan 3,31 dengan kategori aktif. Selain itu, pada aktivitas guru juga terjadi peningkatan dengan rata-rata 3,5 dengan kategori aktif pada siklus I meningkat pada siklus II dengan rata-rata 4 dengan kategori sangat aktif .

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi ini terjadi perubahan-perubahan pada siswa saat pembelajaran berlangsung. Perubahan yang terjadi pada siswa adalah siswa lebih aktif dalam belajar, siswa dapat memecahkan konsep-konsep yang dianggap sulit, siswa lebih termotivasi dan antusias sehingga perestasi belajar siswa ikut meningkat, hal ini sesuai dengan pendapat para ahli pendidikan ( dalam Ningsih,2011:27) menyatakan bahwa Aptitude Treatment Interaction (ATI) berasumsi bahwa optimalisai prestasi akademik akan tercipta bilamana perlakuan- perlakuan ( Treament) dalam pembelajran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan ( Aptitude) siswa,Pendapat ini diperkuat lagi dengan pendapat dari roestiyah,1991:113 yang manyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya dan juga siswa akan lebih paham dengan materi yang diajarkan jika diberikan tugas secara bertahap. Dengan demikian, model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi dapat diterapkan pada materi pokok Kubus dan Balok. Dalam penelitian ini peneliti bersama observer tidak menemukan kendala yang berarti, semua kendala dapat diatasi berkat kerjasama peneliti, observer dan siswa. Akhirnya peneliti berkesimpulan penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada materi pokok kubus dan balok Tahun Pelajaran 2012/2013.

(7)

4. PENUTUP a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data akan pembahasan hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.1 SMPN 1 Praya Barat pada materi pokok kubus dan balok Tahun Pelajaran 2012/2013, hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yang berkategori cukup aktif dengan rata-rata sebesar 2,37 pada pertemuan I dan 2,38 pada pertemuan II, mengalami peningkatan pada siklus II yang berkategori aktif dengan rata-rata pada pertemuan I sebesar 3,18 dan pada pertemuan II sebesar 3,31.

2. penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII.1, hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata kelas hasil tes evaluasi pada siklus I sebesar 78,75 dengan ketuntasan klasikal sebesar 62,5% meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,25 dan ketuntasan klasikal 87,5%.

b. Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah:

1. Dalam mengatasi kesulitan belajar matematika, terutama dalam mengerjakan materi yang sulit dipahami siswa, sebaiknnya guru memilih metode yang dapat meningkatkan aktifitas dan kreativitas berpikir anak, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi . 2. Khusus kepada siswa yang masih lemah tingkat

pemahaman dan pengetahuannya agar guru melakukan pendekatan dan memperhatikannya pada saat kegiatan pembelajaran, supaya ada motivasi anak tersebut untuk belajar.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian tentang model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) berbasis metode resitasi diharapkan agar dapat menerapkan metode pembelajaran ini pada pokok bahasan lain atau materi pelajaran lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Asrori, Muhammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima.

Suroso. 2010. Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman Memori. Surabaya: SIC

Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Institut Ilmu Keguruan dan Pendidikan Malang.

Irzani. 2009. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Yogyakarta: Media Grafindo Pers.

IKIP, 2010. Pedoman Penulisan Skripsi. Mataram: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram. Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan

Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Negoro dan Harahap. 2005. “Matematika SMP Kelas VIII”. Surabaya:SIC

Rasyid dan Mansur. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima.

Riyanto, Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Salamah, Umi. 2005. Membangun Kompetensi Matematika. Solo: PT. Wangsa Jatra Lestari. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung:

Alfabeta, cv.

Sukidin, dkk. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendikia.

Sulhan, Najib. 2010. Pembangunan Karakter pada Anak. Surabaya: Surabaya Intelektual Club. Susilana dan Riyana. 2009. Media Pembelajaran.

Gambar

Tabel 1.1. Daftar nilai rata-rata mid semester kelas VIII SMP Negeri 1 Praya Barat tahun pelajaran 2012/2013
Tabel 2.1 Kriteria Untuk Menentukan Aktivitas Belajar Siswa Bedasarkan Skor Standar

Referensi

Dokumen terkait

Penangkapan tersangka tindak pidana terorisme oleh Densus 88 Anti teror pada. prinsipnya telah memiliki landasan hukum (legalitas) selain itu

Kesimpulan dalam skripsi ini menyatakan bahwa penjatuhan pidana penjara yang diberikan oleh hakim terhadap terdakwa Eka Satya Graha yang masih dalam kategori anak

[r]

[r]

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan yang dilaku- kan, dapat disimpulkan sebagai berikut, 1) Product, place, promotion, dan process tidak berpengaruh sig- nifikan pada

Berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor: 18-28/PPBJ-konsultansi/IX/BLUD RS HB/2011 tanggal 27 September 2011, Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi BLUD RS H

Pengurangan kebebasan hubungan antara penasihat hukum dan tersangka atau terdakwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan Pasal 105 dilarang setelah

• Bank card adalah “ kartu plastik”atau yang biasa kita sebut dengan ATM, yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan kepada nasabahnya untuk dipergunakan sebagai alat pembayaran