• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN LITERATUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN LITERATUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

i BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan

tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tinggi. Yang dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas, institute, sekolah tinggi, akademik, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat. Adapun tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi, mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberi layanan, serta melaksanakan administrasi perpustakaan. Kelima tugas tersebut dilaksanakan dengan sistem administrasi dan organisasi yang berlaku bagi penyelanggaraan sebuah perpustakaaan di perguruan tinggi.

2.2. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan 2.2.1. Fungsi Perpustakaan

Perpustakaan Perguruan Tinggi secara umum berfungsi sebagai sarana

pemenuhan informasi yang terdapat dalam bahan pustaka untuk keperluan studi, penelitian dan bahan bacaan umum, namun secara rinci fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi yaitu:

Fungsi Edukasi

Perpustkaan merupakan sumber belajar para sivitas akademik, oleh karena

itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh

pencari dan pengguna informasi.

(2)

i

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang

paling muktahir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan pergruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan penbangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk

membangun dan mengembangkan kreatifitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

Fungsi Publikasi

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya yang dihasilkan

oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf non-akademik. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai

tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimillikinya untuk melakukan pengguna dalam melakukan dharmanya.

2.2.2. Tujuan Perpustakaan

Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan, menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.

2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

3. Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga indusri lokal.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan daripada perpustakaan perguruan tinggi adalah mendukung kinerja dari perguruan tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan menyediakan

(3)

i

sumber-sumber informasi ilmiah di perpustakaan tersebut dan selalu melayani pengguna (mahasiswa) selama menjalankan pendidikan di perguruan tinggi yang bersangkutan. Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik.

2.3. Tata Ruang Perpustakaan

2.3.1. Pengertian Tata Ruang Perpustakaan

Perencanaan tata ruang hendaknya didasarkan pada hubungan antar ruang

dan dipandang dari segi efisiensi dan alur kerja, mutu pelayanan, serta pengawasan. Hubungan antar ruang perpustakaan dapat dilihat pada’matriks hubungan antar ruang alasannya’. Didalam matriks tersebut ditunjukan ruang apa yang harus didekatkan, boleh diletakkan jauh, dan harus diletakkan jauh terhadapruang lain. Dalam skema, hubungan ruang dapat dilihat pada’ Gambar diagram hubungan ruang antar ruang’. Skema tersebut dapat memberikan gambaran secara jelas urutan dan hubungan ruang tersebut serta sifat hubungan kerja tiap-tiap ruang.

Sebagian besar luas lantai bangunan perpustakaan dipergunakan sebagai

ruang koleksiyang berisi rak buku dan meja baca. Oleh karena itu, untuk mencapai efisiensi hendaknya perancangan (terutama perancangan modul struktur) didasari cara penataan rak buku dan meja-kursi baca. Ukuran penataan rak buku disesuaikan dengan kebutuhan dan sifat penggunannya.

2.3.2. Ruangan Perpustakaan

Perpustakaan memiliki tempat yang terdiri dari sejumlah ruangan yang

tiap-tiap ruangan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (2000:17) ruang perpustakaan merupakan :

“Tempat yang disediakan untuk perpustakaan,harus terpisah dari aktivitas lain. Selain itu pembagian ruangan harus disesuaikan juga dengan sifat kegiatan, sistem kegiatan, jumlah pengguna, jumlah staf dan keamanan tata kerja, sehingga kelancaran kegiatan dalam perpustakaan tersebut berjalan efektif”.

Agar kelancaran kegiatan dalam perpustakaan dapat berjalan dengan efektif, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan ruangan perpustakaan antara lain :

(4)

i

1. Jumlah koleksi dan perkembangan di masa yang akan datang 2. Jumlah pemakai atau masyarakat yang dilayani oleh perpustakaan 3. Jumlah bentuk layanan perpustakaan yang disajikan

4. Jumlah petugas atau karyawan yang menggunakan ruangan (Perpustakaan Nasional,1992:5)

Pada dasarnya setiap perpustakaan harus memiliki sejumlah ruangan yang mempunyai fungsi yang berlainan dengan kata lain suatu perpustakaan harus memiliki minimum ruang perokok. Adapun ruangan yang minimal harus dimiliki sebuah perpustakaan adalah sebagai berikut:

1.Ruang Koleksi

Ruang Koleksi adalah tempat penyimpanan koleksi perpustakaan,luas ruangan ini tergantung pada jenis dan jumlah bahan pustaka yang dimilki serta besar kecilnya luas bangunan perpustakaan. Ruangan koleksi dapat terdiri dari suatu ruangan atau beberapa ruang, misalnya ruang koleksi masalah, ruang koleksi referensi, ruang audio visual dan lain-lain.

2.Ruang Baca

Ruang baca adlah ruang dipergunakn untuk membaca bahan pustaka. Luas ruangan ini tergantung pada jumlah pembaca, pemakai jasa perpustakaan.

3.Ruang pelayanan

Ruang pelayanan adalah tempat penyimpanan dan pengembalian buku, meminta keterangan pada petugas, menitipkan barang atau tas, mencari informasi dan buku yang diperlukan melalui katalog.

4. Ruang Kerja Teknis Administrasi

Ruang Kerja Teknis Administrasi adalah ruangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sebagi berikut:

(5)

i

a. Pemerosesan bahan pustaka mulai dari pengadaan sampai bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan kepada pemakai perpustakaan.

b. Ruang tata usaha untuk kepala perpustakaan dan stafnya c. Ruang untuk memperbaiki bahab pustaka yang rusak

5.Ruang khusus

Ruang khusus adalah ruang yang terdiri dari kamar kecil, ruang diskusi/ pertemuan, ruang bercerita untuk anak-anak dan ruang lain untuk anak-anak dan ruang lain untuk kantin. (Perpustakaan Nasional, 1992: 5).

2.4. Perabot dan Perlengkapan

Perpustakaan perlu dan harusnya memberikan fasilitas perpustakaan seperti perabot dan perlengkapan demi kelancaran kegiatan perpustakaan. Penambahan beberapa jenis perabot dan perlengkapan ditujukan untuk layanan agar pengunjung dan pemakai jasa perpustakaan dapat menemukan semua informasi yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat.

Dalam buku perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman ( 1994: 129) dinyatakan bahwa “Perabot adalah barang yang diperlukan didalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsinya”.

Dalam buku Pepustakaan Tinggi : Buku Pedoman (2004:18) dinyatakan bahwa: “Perabot adalah perlengkapan fisik yang diperlukan fisik yang diperlukan didalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku, dan lain-lain.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004: 141) dinyatakan bahwa: ” Perlengkapan adalah perangkat atau benda yang digunakan sebagai

daya dukung pekerjaan administrasi dan pelayanan seperti Mesin fotokopi, Komputer, LCD proyektor, VCD player, Pesawat telepon dan faksimili, Pengaman bahan pustaka, Mesin Potong dan lain-lain”

2.5. Tata Letak Perabot Perpustakaan

Perabot yang telah dipersiapkan untuk setiap ruangan perpustakaan harus ditata sedemikian rupa sehingga:

(6)

i

1. Tidak terjadi hambatan arus lalu lintas pemakai dan pelaksanaan kerja disetiap ruangan dan antar ruang.

2. Terlihat suatu gambaran yang wajar dan menarik.

3. Terdapat keleluasaan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan maupun pelaksanaan kerja.

4. Adapun efisiensi pemakaian ruangan. (Perpustakaan Nasional, 1992:175)

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan sangat membutuhkan seorang desain interior yang diharapkan dapat menata ruang- ruang di perpustakaan, sehingga tata letak perabot dalam ruangan dapat dimanfaatkan secara efektif oleh penggunanya.

2.6. Pengaturan Suhu Ruangan

Bangunan perpustakaan mempunyai sistem ventilasi yang berbeda-beda namun pada umumnya perpustakaan di Indonesia menggunakan sistem ventilasi yang dapat dibagi menjadi dua bagian antara lain:

a.Ventilasi pasif

Bangunan perpustakaan yang direncanakan dengan pemanfaatan ventilasi pasif (alam), haruslah didirikan dengan pertimbangan kondisi angin tempat bangunan perpustakaaan tersebut akan dibangun. Arah angin, kecepatan angin, area yang terbuka dan jenis vegetasi di sekeliling bangunan dan tinggi bangunan akan sangat mempengaruhi ventilasi didalam bangunan.

Konsep perencanaan dengan ventilasi pasif yang terbaik adalah dengan sistem ventilasi silang. Beberapa hal yang diperhatikan untuk perancangan perpustakaan dengan ventilasi pasif adalah sebagai berikut:

1.Menempatkan lubang ventilasi jendela / lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan.

2.Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angin.

3.Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang.

Persyaratan dan fasilitas ruang dengan luas ruang, sekurang-kurangnya 10% dari luas ruang yang bersangkutan.

(7)

i

Penentuan letak lubang ventilasi perlu diperhatikan agar kondisi ruang mempunyai tingkat kelembaban (relative humidity) yang rendah sehingga keamanan koleksi buku dan pustaka yang lain dapat terjamin. (Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman(1994:130).

b.Ventilasi Aktif

Walaupun ventilasi pasif mungkin dianggap telah mencukupi, namun sebaiknya bangunan perpustakaan dapat direncanakan dengan menggunakan sistem ventilasi aktif atau sistem penghawaan buatan (air conditioning). Dasar pemikiran sistem ventilasi aktif ini adalah untuk menjaga agar kondisi temperature dan kelembaban ruang perpustakaan stabil sehingga koleksi perpustakaan terjamin keawetannya. Jika pemasangan penghawaaan buatan tidak dapat menjangkau keseluruhan ruang. Ruang yang perlu dijaga kondisinya adalah sebagai berikut:

1. Area penyimpanan-pengguna multimedia 2. Area koleksi buku langka

3. Area koleksi buku 4. Ruang baca

5. Ruang kerja pustakawan.

Perencanaan ruang yang temperatur dan kelembabanya harus selalu terjaga haruslah memperhatikan hal berikut:

1.Efisiensi volume ruang sehingga penggunaan energi dapat dihemat

2.Pemilihan sistem pengkondisian yang bertujuan agar diperoleh beban pendingin minimal.

Tingkat pengkondisian ruang yang diinginkan ialah sebagai berikut:

Temperatur 22-24 (untuk ruang koleksi buku,ruang baca,dan ruang kerja) 20 (untuk ruang komputer)

Kelembaban 45-55%

2.7. Sistem Penerangan

Pada perpustakaan, pustakawan seharusnya memperhatikan aspek penerangan. Mulai dari lampu yang digunakan, ketahanan lampu, efek penerangan bagi penglihatan dan cahaya yang dihasilkan lampu apakah menyilaukan atau tidak.

(8)

i

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, (1994:121) ditetapkan daftar intensitas cahaya untuk tiap-tiap ruangan dalam sebuah perpustakaan adalah sebagai berikut:

a.Areal baca (majalah da surat kabar) b.Meja baca (ruang baca umum) c.Meja baca (ruang baca perujukan) d.Areal sirkulasi

e.Areal pengolahan f.Areal akses tertutup g.Areal koleksi tertutup h.Areal kerja

i.Areal pandang dengar

Penerangan sebaiknya tidak menyebabkan terjadinya penurunan gairah membaca serta tidak membuat silau. Usaha ini dapat ditempuh dengan cara:

a.Menghindari sinar matahari langsung

b.memilih jenis lampu yang memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat. Misalnya, lampu pijar akan memberikan cahaya yang bersifat setempat, lampu TL akan memberikan cahaya yag merata, sedangkan lampu sorot akan memberikan cahaya yang berfokus pada objek tertentu. (Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman,1994:122)

Memilih warna dinding dan perabot yang mendominasi ruang yang dapat memantulkan atau menyerap sinar yang datang juga perlu diperhatikan, agar ruang perpustakaan semakin efisien dalam penerangannya, sehingga pengguna perpustakaan menjadi nyaman dan aman di perpustakaan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

No Ka NIK NAMA TGL LAHIR VERIVIKASI

Menurut Bader (1980), agar seorang siswa dapat memiliki kemampuan memahami bacaan yang baik, maka 6 aspek pemahaman bacaan harus dipahami oleh siswa diantaranya:

(4) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, yang menyebabkan perusakan dan pencemaran lingkungan serta kerugian pihak lain, dikenakan

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh psychological capital pada work engagement pada dosen di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang digambarkan dengan persamaan Y

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

Pengertian Wi-Fi adalah koneksi tanpa kabel yang menghubungkan jaringan komputer , seperti ponsel yang mempergunakan teknologi radio sehingga pengguna

pendidikan dapat digunakan sebagai salah satu hal yang mempengaruhi dan membentuk perilaku disiplin individu sehingga peneliti mengangkat masalah ini untuk dijadikan