• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manual Sistem Jaminan Halal Sjh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manual Sistem Jaminan Halal Sjh"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM JAMINAN HALAL 

MM.03 

 

Tanggal Pengesahan : 25 Maret 2009

(2)

I. PENGENDALIAN DOKUMEN

1.1. DAFTAR ISI

I. PENGENDALIAN DOKUMEN

1.1. Daftar Isi ... 2

1.2. Daftar Distribusi ... 4

1.3. Daftar Perubahan Dokumen ... 5

II. PENDAHULUAN 2.1. Profil Perusahaan ... 6

2.2. Filosofi Perusahaan ... 6

2.3. Tujuan Penerapan ... 6

2.4. Ruang Lingkup Penerapan ... 6

III. SISTEM JAMINAN HALAL 3.1. Kebijakan Halal ... 7

3.2. Panduan Halal ... 8

3.3. Organisasi Sistem Jaminan Halal ... 8

3.4. Standart Operating Procedures Halal ... 12

3.5. Acuan Teknis Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal ... 12

3.6. Sistem Administrasi ... 14

3.7. Sistem Dokumentasi ... 14

3.8. Sosialisasi Sistem Jaminan Halal ... 15

3.9. Pelaksanaan Pelatihan Sistem Jaminan Halal ... 15

3.10. Komunikasi Internal dan Eksternal ... 16

3.11. Audit Internal ... 16

3.12. Tindakan Perbaikan ... 19

3.13. Review Manajemen Atas Sistem Jaminan Halal ... 19

IV. LAMPIRAN DOKUMEN SISTEM JAMINAN HALAL 4.1. Panduan Halal ... 20

4.2. Diagram Alir Penetapan Titik Kritis ... 28

4.2.1. Identifikasi Titik Kritis Bahan Nabati ... 28

4.2.2. Identifikasi Titik Kritis Bahan Hewani ... 29

4.2.3. Identifikasi Titik Kritis Produk Mikrobial ... 30

4.2.4. Identifikasi TItik Kritis Bahan Lain ... 31

4.2.5. Identifikasi Titik Kritis Penyimpanan dan Lini Produksi ... 32

4.2.6. Identifikasi Titik Kritis Distribusi ... 34

4.2.7. Identifikasi Penetapan Status Bahan ... 35

4.3. Standart Operating Procedure setiap Bagian ... 37

4.4. Formulir Audit Halal Internal ... 40

4.4.1. Formulir Audit Halal Internal Pada QA/QC ... 40

4.4.2. Formulir Audit Halal Internal Pada Produksi ... 41

4.4.3. Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian PD ... 42

4.4.4. Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian Gudang ... 43

4.4.5. Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian Pembelian ... 45

4.4.6. Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian Distribusi ... 46

4.5. Format Laporan Berkala ... 47

(3)

4.7. Notulen Pertemuan Review Manajemen ... 49 4.8. Formulir Administrasi ... 50

(4)

1.2. DAFTAR DISTRIBUSI

Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) didistribusikan sebagai salinan “controlled document” atau “ uncontrolled document ” dan dinyatakan dengan “nomor copy” yang diatur sebagai berikut :

No

Copy Pihak Penerima Pemegang Lokasi

01 Plant Manager Plant Manager Ruang Plant Manager Dokumen 02 Dept. Produksi Plant 1 Kadep Produksi Plant 1 Kantor Produksi Plant 1 03 Dept. Produksi Plant 2 Kadep Produksi Plant 2 Kantor Produksi Plant 2

04 Dept. QAQC Kadep QAQC Kantor QAQC

05 Dept. Formulasi Kadep Formulasi Kantor Formulasi 06 Dept. Teknik Kadep Teknik Kantor Teknik 07 Dept. PPIC Logistik Kadep PPIC Logistik Kantor PPIC Logistik

08 Dept. HRS Kadep HRS Kantor HRS

09 Dept. PD Kadep PD Kantor PD

10 Dept. PDCA Kadep PDCA Kantor PDCA

11 Dept. FA Kadep FA Kantor FA

12 Dept. Pembelian Kadep Pembelian Kantor Pembelian 13 Pihak Luar Sesuai daftar distribusi Sesuai pemegang dokumen 14 Koordinator Sistem

Jaminan Halal

Koordinator Sistem Jaminan Halal

Ruang Koordinator Sistem Jaminan Halal 15 Head of Manufacturing HoM Kantor HoM

16 Dept. Plant 2 Plus Kadep Plant 2 Plus Kantor Produksi Plant 2 Plus

Hanya salinan terkontrol pada Manual SJH yang menjadi subyek sistem kontrol dokumen. Salinan tak terkontrol dari Manual SJH atau yang berkaitan mungkin didistribusi ke pihak yang berhubungan berdasarkan permintaan dan harus disetujui oleh Koordinator Sistem Jaminan Halal. PT. Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik tidak wajib memperbaharui pemegang salinan tak terkontrol dari setiap perubahan pada Manual SJH.

(5)

1.3. DAFTAR PERUBAHAN DOKUMEN

PERUBAHAN URAIAN

PERUBAHAN PARAF

NO TGL. REVISI NO. BAGIAN HALAMAN BAB

1 2 3 4 5 6 23-Feb-09 23-Feb- 09 23-Feb- 09 25-Feb- 09 25-Feb- 09 25-Feb- 09 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 Daftar Distribusi Acuan Teknis Sosialisasi SJH Pelatihan SJH Pelaksanaan SJH Review Manajemen 4 14 15 16 18 20 -PDQC diganti QAQC -QA diganti PD Penambahan Acuan Teknis untuk Formulasi Perubahan metode sosialisasi Penambahan bentuk-bentuk pelatihan SJH Menambah cakupan audit pelaksanaan SJH Mengubah review manajemen dari 2 kali setahun menjadi 1 kali setahun

(6)

II. PENDAHULUAN

2.1. PROFILE PERUSAHAAN

PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik beralamat di Desa Krikilan KM 28 Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik Propinsi Jawa Timur Telp. 031-8978333 Fax. 031-7507770 dioperasikan mulai tahun 1997 dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar Nomor : 041/403.56/SIUP-B/X/2003. Surat Ijin Mendirikan Bangunan Nomor : 503.648/410/HK/403.15/2000 dan Nomor : 523 tahun 2003 dan Nomor : 162 tahun 2005 dan Nomor : 503.03 / 184 /403.64 /2008.

PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik, adalah salah satu divisi Garudafood Group penghasil biskuit yang bermutu tinggi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik hingga saat ini menghasilkan produk-produk dari 5 lini produksi sesuai nama jenis produknya, yaitu Wafer Stick, Wafer Cream, Dip Stick, Cookies, dan Enrobing. Produk tersebut dipasarkan ke dalam negeri dan luar negeri antara lain ke kawasan Asia, Amerika Latin, Kanada, dan Timur Tengah. Tenaga kerja hingga saat ini melebihi 2500 personil.

2.2. FILOSOFI PERUSAHAAN

PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik memiliki filosofi perusahaan Damai dan Dinamis dengan semangat kerja Sukses itu Lahir dari Kejujuran, Keuletan, dan Ketekunan yang Diiringi Doa

2.3. TUJUAN PENERAPAN

Tujuan penerapan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik adalah menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara berkesinambungan dan konsisten sesuai dengan Syariat Islam yang telah ditetapkan berdasarkan fatwa MUI.

2.4. RUANG LINGKUP PENERAPAN

Ruang lingkup penerapan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik meliputi Pembelian, Penerimaan Bahan, Lini Produksi, Penyimpanan Bahan dan Produk, Transportasi dan Distribusi.

(7)

III. SISTEM JAMINAN HALAL

3.1. KEBIJAKAN HALAL

(8)

3.2. PANDUAN HALAL

Panduan Halal adalah pedoman PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produksi halal. Panduan Halal yang disusun PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mencakup :

1. Pengertian halal dan haram

2. Dasar Al Qur’an/ Hadits dan Fatwa MUI

3. Pohon keputusan untuk identifikasi titik kritis keharaman bahan dan proses produksi

4. Tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan hasil pencegahannya 5. Tabel hasil identifikasi titik kritis peluang kontaminasi proses produksi dari

haram/najis dan tindakan pencegahannya

3.3.ORGANISASI SISTEM JAMINAN HALAL

Organisasi SJH merupakan organisasi internal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen dalam menghasilkan produk halal. Pelaksanaannya melibatkan seluruh departemen yang terkait dengan sistem berproduksi halal, mulai dari tingkat pengambil kebijakan tertinggi sampai tingkat pelaksana teknis di lapangan.

Struktur organisasi yang terlibat merupakan perwakilan dari manajemen puncak, Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC), produksi, Product Development (PD), purchasing, formulasi dan gudang. Sistem manajemen halal dipimpin oleh seorang koordinator auditor halal internal yang melakukan koordinasi dalam menjaga kehalalan produk.

Dalam tata kerjanya auditor halal internal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus berkomunikasi dengan pihak LP POM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal.

Struktur manajemen halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dapat dilihat pada Gambar 3.

Koordinator auditor halal internal mengkoordinasikan semua bagian dalam segala hal yang berkaitan dengan produksi halal. Selain itu koordinator auditor halal internal melakukan hubungan secara langsung dengan pihak LP POM MUI untuk mengkomunikasikan pelaksanaan produksi halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya

(9)

Divisi Biskuit. Manajemen halal memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan PT. Garudafood Putra Putri Jaya-Divisi Biskuit yang berkaitan dengan produksi halal. Bila suatu saat diperlukan, manajemen halal juga berwenang menghentikan produksi suatu produk yang diduga bermasalah dari segi kehalalan.

Struktur Manajemen Halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit

Struktur manajemen halal pada prakteknya dilaksanakan oleh auditor halal internal yang diketuai oleh seorang koordinator halal internal. Persyaratan, tugas dan wewenang auditor halal internal adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan Auditor halal internal

a. Karyawan tetap PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit

b. Koordinator Tim Auditor halal internal adalah seorang muslim yang mengerti dan menjalankan syariat Islam.

c. Berada dalam lingkup Manajemen Halal.

d. Berasal dari bagian yang terlibat dalam proses produksi secara umum seperti bagian QA/QC, PD, Purchasing, Produksi, PD, Formulasi dan Gudang.

e. Memahami titik kritis keharaman produk, ditinjau dari bahan maupun proses produksi secara keseluruhan.

f. Diangkat melalui surat keputusan pimpinan PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dan diberi kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan Sistem Jaminan Halal termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP POM MUI.

Plant Manager

Koordinator Auditor Halal Internal LPPOM MUI

QA/QC Purchasing PD Produksi Gudang

(10)

2

.

Tugas Tim Auditor halal internal secara umum

a. Menyusun sistem jaminan halal di internal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem jaminan halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit.

c. Membuat laporan pelaksanaan sistem jaminan halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit.

d. Melakukan komunikasi dengan pihak LP POM MUI.

Uraian Tugas dan Wewenang Auditor halal internal berdasarkan fungsi setiap bagian yang terlibat dalam struktur manajemen halal :

a. Manajemen Puncak

1. Merumuskan kebijakan PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang berkaitan dengan kehalalan produk yang dihasilkan.

2. Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan sistem jaminan halal di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit.

3. Menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan sistem jaminan halal.

4. Memberikan wewenang kepada koordinator auditor halal internal untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem jaminan halal termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP POM MUI.

b. Product Development ( PD )

1. Menyusun sistem pembuatan produk baru berdasarkan bahan baku yang telah halal.

2. Menyusun sistem perubahan bahan baku dan atau bahan tambahan sesuai dengan ketentuan halal.

3. Mencari bahan baku dan atau bahan tambahan sesuai dengan daftar bahan yang telah jelas kehalalannya.

4. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam formulasi dan pembuatan produk baru.

(11)

c. Quality Assurance (QA) / Quality Control (QC)

1. Menyusun sistem pengendalian dan monitoring yang dapat menjamin konsistensi produksi halal.

2. Melaksanakan monitor sehari-hari terhadap setiap bahan yang masuk sesuai dengan sertifikat halal, spesifikasi dan produsennya.

3. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam setiap ditemukannya kejanggalan dan ketidakcocokan bahan dengan dokumen kehalalan.

d. Purchasing

1. Menyusun sistem pembelian yang dapat menjamin konsistensi bahan baku sesuai dengan spesifikasi, sertifikat halal dan supliernya.

2. Melaksanakan pembelian bahan yang sesuai dengan daftar bahan yang telah disetujui auditor halal internal dan disahkan oleh LP POM MUI. 3. Melakukan komunikasi dengan koordinator auditor halal internal dalam

pembelian bahan baku baru dan atau suplier baru.

e. Produksi

1. Menyusun sistem produksi yang dapat menjamin terhindar dari bahan haram dan najis.

2. Melakukan monitoring sistem produksi yang bersih dan bebas dari bahan haram dan najis.

3. Menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan matriks formulasi bahan yang telah disetujui oleh auditor halal internal dan disahkan oleh LP POM MUI.

4. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam hal proses produksi halal.

f. Gudang

1. Menyusun sistem administrasi penggudangan yang dapat menjamin kemurnian produk dan bahan yang disimpan serta menghindari terjadinya kontaminasi dari segala sesuatu yang haram dan najis.

2. Melaksanakan penyimpanan produk dan bahan sesuai dengan daftar bahan dan produk yang telah disetujui oleh auditor halal internal dan disahkan oleh LP POM MUI.

(12)

3. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam sistem keluar masuknya bahan dari dan ke dalam gudang.

g. Formulasi

1. Menyiapkan bahan baku untuk diproses produksi yang telah halal.

2. Melakukan komunikasi dengan product development dan koordinator

auditor alal internal dalam pembuatan dan perubahan formula untuk dipastikan bahan baku yang digunakan halal.

3. Menimbang dengan cara dan jumlah yang benar bahan baku yang telah

halal yang digunakan untuk proses produksi.

3.4. STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) HALAL

Standard Operating Procedures (SOP) adalah suatu perangkat instruksi yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. SOP dibuat agar PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mempunyai prosedur baku untuk mencapai tujuan penerapan SJH yang mengacu kepada kebijakan halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. SOP dibuat untuk seluruh kegiatan kunci pada proses produksi halal. Contoh kegiatan-kegiatan kunci tersebut antara lain pembelian bahan, penggunaan bahan baru, penggantian dan penambahan pemasok baru.

3.5. ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)

Pelaksanaan SJH dilakukan oleh bidang- bidang yang terkait dalam struktur manajemen halal. Dalam pelaksanaannya perlu dibuat acuan teknis yang berfungsi sebagai dokumen untuk membantu pekerjaan bidang-bidang terkait dalam melaksanakan fungsi kerjanya.

1. Acuan Teknis untuk Bagian Pembelian

a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.

b. Daftar Lembaga sertifikasi halal yang telah diakui LP POM MUI.

c. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan produk (Sertifikasi per pengiriman, wilayah berlakunya Sertifikat Halal, masa berlaku Sertifikat Halal, logo halal pada kemasan dan lain-lain). d. SOP penambahan pemasok baru.

(13)

2. Acuan Teknis untuk Bagian PD

a. Daftar nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.

b. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan produk (Sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya Sertifikat Halal,masa berlaku Sertifikat Halal, logo halal pada kemasan dan lain-lain).

c. Titik kritis bahan

d. SOP penggunaan bahan baru

3. Acuan Teknis untuk Bagian Produksi

a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.

b. Formula produk sesuai dengan matriks bahan. c. SOP produksi halal.

4. Acuan Teknis untuk Bagian QC/QA

a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.

b. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait dengan produk (sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya sertifikat halal, masa berlaku sertifikat halal,dan lain-lain).

c. SOP pemeriksaan bahan

5. Acuan Teknis untuk Bagian Pergudangan

a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.

b. Tanda pada kemasan (logo,lot number, nama dan alamat/ lokasi produksi) yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan.

c. Prosedur penyimpanan bahan/produk yang menjamin terhindarnya bahan/produk dari kontaminasi oleh barang haram dan najis.

d. SOP penerimaan dan penyimpanan bahan

5. Acuan Teknis untuk Bagian Formulasi

a. Daftar nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.

b. Titik kritis bahan

(14)

3.6. SISTEM ADMINISTRASI

PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus membuat suatu sistem administrasi yang dapat ditelusur secara accountable. Sistem administrasi yang disusun harus dapat menelusuri penggunaan bahan untuk tiap jenis produk (per jenis, per pemasok).

3.7. SISTEM DOKUMENTASI

Pelaksanaan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus didukung oleh dokumen yang informatif dan dapat mudah diakses oleh semua pihak yang terlibat dalam produksi halal termasuk LP POM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal. Sistem dokumentasi yang harus dimiliki PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mencakup:

1. Sub-sistem Dokumentasi Pembelian

2. Sub-sistem Dokumentasi Penggunaan Bahan 3. Sub-sistem Dokumentasi R & D (Formulasi) 4. Sub-sistem Dokumentasi Produksi

5. Sub-sistem Dokumentasi Pergudangan

6. Sub-sistem Dokumentasi Evaluasi dan Monitoring (laporan berkala) 7. Sub-sistem Dokumentasi Tindakan Perbaikan (jika ada)

Dokumentasi :

Dokumentasi yang diperlukan dalam perencanaan SJH adalah : 1. Panduan halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI

2. Pedoman penetapan titik kritis 3. SOP pembelian bahan

4. SOP pemeriksaan dan penerimaan bahan

5. SOP penggantian dan penambahan pemasok baru 6. SOP penggunaan bahan baru

7. SOP produksi

(15)

3.8. SOSIALISASI SISTEM JAMINAN HALAL

Sistem Jaminan Halal yang telah dibuat oleh PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus disosialisasikan ke seluruh bagian PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit termasuk kepada pihak ketiga (pemasok, makloon) agar dapat dipahami oleh seluruh pihak terkait sehingga mempermudah pelaksanaannya. Metode sosialisasi yang dilakukan dapat berupa briefing awal kerja, pemasangan poster, buletin internal dan komunikasi internal-eksternal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit.

Dalam melaksanakan komunikasi PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit perlu mendokumentasikan:

1. Prosedur komunikasi internal-eksternal 2. Spanduk

3. Rekaman harian (logbook) komunikasi internal-eksternal 4. Surat-surat keluhan, tanggapan, notulen, berita acara

3.9. PELAKSANAAN PELATIHAN SISTEM JAMINAN HALAL

PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit perlu melakukan pelatihan bagi seluruh jajaran palaksana Sistem Jaminan Halal (SJH). Untuk itu PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan. Pelatihan harus melibatkan semua personal yang pekerjaannya mempengaruhi status kehalalan produk, diserahkan kepada personal yang kompeten sesuai dengan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (dalam hal ini di bidang pekerjaan dan hukum Islam).

Tujuan dari pelatihan adalah :

1. Meningkatkan pemahaman karyawan terhadap hukum-hukum Islam tentang pentingnya kehalalan suatu produk.

2. Menjadikan karyawan peduli terhadap kebijakan kehalalan dan menerapkan di tingkat operasional.

Bentuk-bentuk pelatihan yang dapat dilakukan: 1. Pelatihan Eksternal

Pelatihan yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI

2. Pelatihan Internal

Pelatihan yang diselenggarakan oleh internal PT. Garudafood Putra-putri Jaya Divisi Biskuit

(16)

Hal-hal yang perlu didokumentasikan dalam pelaksanaan pelatihan SJH adalah :

1.Identifikasi perencanaan dan jadwal pelatihan

2.Laporan pelaksanaan pelatihan (pelaksanaan kualifikasi, kuisioner, dan evaluasi)

Dalam mendokumentasikan komunikasi PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit perlu mendokumentasikan :

1. Prosedur komunikasi internal-eksternal 2. Spanduk

3. Rekaman harian (logbook) komunikasi internal-eksternal 4. Surat-surat keluhan, tanggapan, notulen, berita acara

3.10. KOMUNIKASI INTERNAL DAN EKSTERNAL

PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dalam melaksanakan Sistem Jaminan Halal (SJH) perlu melakukan komunikasi dengan berbagai pihak yang terkait baik secara internal maupun eksternal. Untuk itu PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus membuat dan melaksanakan prosedur untuk:

1. Melakukan komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan fungsi organisasi 2. Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi dari pihak luar

termasuk dengan LPOM MUI

3.11. AUDIT INTERNAL

Pemantauan dan evaluasi Sistem Jaminan Halal (SJH) pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk audit internal yang bertujuan untuk:

1. Menentukan kesesuaian SJH PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dengan standar yang telah ditetapkan oleh LP POM MUI.

2. Menentukan kesesuaian palaksanaan SJH PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dengan perencanaannya.

(17)

3. Mendeteksi penyimpangan yang terjadi serta menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

4. Memastikan bahwa permasalahan yang ditemukan pada audit sebelumnya telah diperbaiki sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan.

5. Menyediakan informasi tentang pelaksanaan SJH kepada manajemen dan LP POM MUI.

3.11.1. RUANG LINGKUP AUDIT INTERNAL 1. Dokumentasi Sistem Jaminan Halal

Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen-dokumen pendukung kehalalan produk yang menyangkut bahan, proses maupun produk di setiap bagian yang terkait, seperti : daftar bahan, spesifikasi,sertifikat halal, formula, dokumen pembelian bahan, dokumen penggudangan, dan sebagainya. Hal-hal yang diperhatikan adalah :

Š Kelengkapan dokumen Sistem Jaminan Halal Š Kelengkapan spesifikasi bahan

Š Kelengkapan, keabsahan dan masa berlaku sertifikat halal bahan Š Kecocokan formula dengan daftar bahan halal

Š Kecocokan dokumen pembelian bahan dengan daftar bahan halal

Š Kelengkapan dan kecocokan dokumen produksi dengan daftar bahan dan formula halal

Š Kelengkapan dan kecocokan dokumen penggudangan dengan daftar bahan dan daftar produk halal

Š Uji mamputelusur (traceability) setiap bahan

2. Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal

Audit pelaksanaan Sistem Jaminan Halal dilakukan pada setiap bagian yang terkait mulai dari pembelian bahan, penyimpanan bahan, proses produksi, penyimpanan produk jadi, transportasi dan pengembangan produk baru.

Audit pelaksanaan Sistem Jaminan Halal di PT. Garudafood Putra-Putri Jaya Divisi Biskuit mencakup:

a. Organisasi Manajemen halal

b. Kelengkapan Dokumen Acuan Teknis Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal c. Implementasi Dokumen

(18)

e. Pelatihan Sistem Jaminan Halal

f. Komunikasi internal dan eksternal dalam Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal g. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal

h. Pelaporan Internal dan eksternal Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal

i. Pengambilan bukti berupa form-form atau hal-hal lain tentang pelaksanaan Sistem Jaminan Halal di PT. Garudafood Putra-Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik jika dianggap perlu

3.11.2. PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL 1. Waktu Pelaksanaan

Audit Halal internal dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap enam bulan atau pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi status kehalalan produk seperti : perubahan manajemen, kebijakan, formulasi, bahan, proses, maupun keluhan dari konsumen.

2. Metode Pelaksanaan

Audit Halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit sistem lain, akan tetapi borang audit halal internal dan pelaporannya harus dibuat terpisah dari audit sistem yang lain. Audit dapat dilakukan dengan metode :

Š Wawancara

Š Pengujian dokumen Š Observasi lapang dan fisik

3. Pelaksana (Auditor)

Audit Halal internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal yang telah ditetapkan secara resmi oleh pihak manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. Pelaksana audit internal dilakukan oleh Auditor Halal Internal dari departemen yang berbeda (cross audit)

4. Pihak yang Diaudit (Auditee)

Pihak auditee adalah seluruh bagian yang terkait dalam proses produksi halal seperti :

Š Bagian pembelian (purchasing) Š Bagian pengawasan mutu (QA/QC) Š Bagian produksi

(19)

Š Bagian formulasi Š Bagian penggudangan Š Bagian transportasi

3.11.3. PELAPORAN

Hasil audit dituangkan dalam bentuk laporan yang disampaikan kepada pihak manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. Hasil temuan audit ditindaklanjuti dalam kerangka waktu tertentu tergantung bobot permasalahan. Resume hasil audit dilaporkan kepada LP POM MUI setiap enam bulan sekali terhitung dari tanggal terbitnya sertifikat.

3.12. TINDAKAN PERBAIKAN

Tindakan perbaikan atas pelaksanaan Sistem Jaminan Halal dilakukan jika pada saat dilakukan audit halal internal ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaannya. Tindakan perbaikan harus dilakukan sesegera mungkin, jika temuan yang didapatkan berdampak langsung terhadap status kehalalan produk. Semua bentuk tindakan perbaikan dilakukan oleh PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit dengan dibuatkan berita acara serta laporannya dan terdokumentasikan dengan baik.

3.13. REVIEW MANAJEMEN ATAS SISTEM JAMINAN HALAL

Review manajemen atas Sistem Jaminan Halal secara menyeluruh dilakukan minimal 1 kali dalam setahun. Kaji ulang dilakukan karena berbagai hal, antara lain :

1. Perubahan sistem manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang mempengaruhi peran sistem jaminan halal secara menyeluruh atau sebagian, misalnya peran auditor halal internal

2. Ketidaksesuaian yang sering ditemukan dalam pelaksanaannya

Kaji ulang manajemen dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh bagian yang terlibat dalam sistem jaminan halal termasuk manajemen puncak. Pertemuan kaji ulang dilaporkan dan dibuatkan rekamannya.

(20)

IV. LAMPIRAN DOKUMEN

SISTEM JAMINAN HALAL

4.1. PANDUAN HALAL

4.1.1. PENGANTAR

Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi pangan, status bahan yang dulu difatwakan halal, setelah ditemukan adanya hal-hal meragukan maka bisa menjadi berubah fatwanya. Oleh karena itu dalam bab ini disampaikan kedudukan ketetapan hukum dalam Islam agar dapat diterima mengapa hal tersebut terjadi. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian halal haram, dalam bab ini disampaikan pula dasar hukum baik dari Qur’an serta fatwa MUI terbaru tentang status bahan.

Kedudukan ketetapan hukum dalam Islam :

1. Al-Qur’an : hukumnya bersifat tetap, dan sebagiannya masih bersifat umum, sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut.

2. Al-Hadits : penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah Qur’aniyah yang bersifat tetap, sekaligus juga penjelasan lebih lanjut terhadap kaidah-kaidah yang bersifat umum.

3. Ijma Shahabat : kesepakatan para sahabat Nabi SAW dan ulama atas permasalahan yang terjadi, karena meluasnya wilayah dawah serta perkembangan kehidupan sosial, dan tidak ada ketentuannya secara khusus di dalam AL-Qur’an dan Al-Hadits. Namun keputusan ijma’ tentu didasarkan pada pemehaman mereka terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits.

4. Qiyas : metode penentuan hukum secara analogi, yang diambil berdasarkan pada kasus yang telah ditentukan Al-Qur’an dan Al-Hadits.

5. Fatwa : keputusan hukum agama yang dibuat dengan ijtihad (ulama), atas hal-hal yang tidak terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, berdasarkan pada kaidah-kaidah pengambilan dan penentuan hukum, seperti dengan metode qiyas atau ijma’.

4.1.2. PENGERTIAN HALAL DAN HARAM

a. Halal adalah boleh. Pada kasus makanan, kebanyakan makanan termasuk halal kecuali secara khusus disebutkan dalam Al-Qur'an atau Hadits.

(21)

b. Haram adalah sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan dengan larangan yang tegas. Setiap orang yang menentangnya akan berhadapan dengan siksaan Allah di akhirat. Bahkan terkadang juga terancam sanksi syariah di dunia ini.

4.1.3. PRINSIP-PRINSIP TENTANG HUKUM HALAL DAN HARAM

a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.

b. Penghalalan dan penghargaan hanyalah wewenang Allah SWT semata.

c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk perilaku syirik terhadap Allah SWT.

d. Sesuatu diharamkan karena ia buruk dan berbahaya

e. Pada sesuatu yang halal sudah terdapat sesuatu yang dengannya tidak lagi membutuhkan yang haram

f. Sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram maka haram pula hukumnya. g. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.

h. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram

i. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh ke dalam yang haram j. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua

4.1.4. HALAL DAN HARAM BERDASARKAN AL QUR’AN

a. Al-Baqoroh 168 : ’’ Hai sekalian umat manusia makanlah dari apa yang ada di bumi ini secara halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian’’.

b. Al-Baqoroh 172 – 173 : ’’Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.’’

c. Al-Anam 145 : ’’Katakanlah, saya tidak mendapat pada apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi yang

(22)

memakannya, kecuali bangkai, darah yang tercurah, daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih dengan atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.’’

d. Al-Maidah 3 : ’’Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih dengan atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang kalian sempat menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian binatang yang disembelih di sisi berhala.’’

e. Al-Maidah 90 – 91 : ’’Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamir, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan perbencian di antara kalian lantaran meminum khamir dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan sholat, maka apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu.’’

f. Al-Maidah 96 : ’’Dihalalkan untuk kalian binatang buruan laut dan makanannya.’’

g. Al-A’raf 157 : ’’Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang kotor.’’

4.1.5. FATWA MUI UNTUK BAHAN DAN PROSES PRODUKSI 1. Khamr

a. Segala sesuatu yang memabukkan dikategorikan sebagai khamr.

b. Minuman yang mengandung minimal 1% ethanol, dikategorikan sebagai khamr.

(23)

d. Minuman yang diproduksi dari proses fermentasi yang mengandung kurang dari 1% ethanol,tidak dikategorikan khamr tetapi haram untuk dikonsumsi.

2. Ethanol

a. Ethanol yang diproduksi dari industri bukan khamr hukumnya tidak najis atau suci.

b. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang bukan berasal dari industri khamr untuk proses produksi pangan hukumnya:

1. Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak terdeteksi 2. Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih terdeteksi

3. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang berasal dari industri khamr untuk proses produksi industri hukumnya haram

3. Hasil Samping Industri Khamr

a. Fusel oil yang berasal dari hasil samping industri khamr adalah haram dan najis

b. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan suci

c. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamar hukumnya haram

d. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang berasal dari khamr dan direaksikan secara kimiawi sehingga berubah menjadi senyawa baru hukumnya halal dan suci

e. Cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya maupun melalui rekayasa hukumnya halal dan suci

f. Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah dicuci sehingga hilang rasa, bau, dan warna khamr-nya, hukumnya halal dan suci

4. Flavor Yang Menyerupai Produk Haram

Flavor yang menggunakan nama dan mempunyai profil sensori produk haram, contohnya flavor rum, flavor babi, dan lain-lain, tidak bisa disertifikasi halal serta tidak boleh dikonsumsi walaupun ingredient yang digunakan adalah halal.

5. Produk Mikrobial

a. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang suci dan halal adalah halal, dan mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang najis dan haram adalah haram

(24)

b. Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang menggunakan bahan-bahan yang haram dan najis dalam media pertumbuhannya, baik pada skala penyegaran, skala pilot plant, dan tahap produksi, hukumnya haram c. Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu proses produksi produk

lain yang langsung dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram dan najis dalam media pertumbuhannya hukumnya haram

d. Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial harus ditelusuri kehalalannya sampai pada tahap proses penyegaran mikroba

6. Penggunaan Alat Bersama

a. Alat bekas dipakai babi/anjing harus dicuci dengan cara di-sertu (dicuci dengan air 7x yang salah satunya dengan tanah/debu atau penggantinya yang memiliki daya pembersih yang sama).

b. Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara produk babi dan non-babi meskipun sudah melalui proses pencucian.

4.1.6. BEBERAPA CONTOH BAHAN KRITIS 1. Daging

Daging yang berasal dari hewan halal dapat menjadi tidak halal jika disembelih tanpa mengikuti aturan syariat Islam. Hal-hal yang menjadi titik kritis proses penyembelihan adalah sebagai berikut :

a. Penyembelih (harus seorang muslim yang taat dan melaksanakan syariat islam sehari-hari)

b. Pemingsanan (tidak menyebabkan hewa mati sebelum disembelih) c. Peralatan/pisau (harus tajam)

d. Proses pasca penyembelihan (hewan harus benar-benar mati sebelum proses selanjutnya dan darah harus keluar secara tuntas)

Untuk daging impor perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:

1. Harus dilengkapi dengan sertifikat halal dari lembaga yang diakui LP POM MUI

2. Harus dilengkapi dengan dokumen pengapalan dan dokumen lainnya (contoh: dokumen kesehatan)

3. Harus ada kecocokan antara sertifikat halal dengan dokumen lain

4. Harus ada kecocokan antara dokumen dengan fisik (kemasan, label, dan lain-lain)

(25)

5. Harus ada kecocokan nomor lot, plant number, tanggal penyembelihan, dan sebagainya

2. Bahan Turunan Hewani

Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari hewan halal yang disembelih sesuai dengan syariat Islam, bukan berasal dari darah dan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis. Berikut ini disampaikan contoh-contoh bahan turunan hewani/ mungkin berasal dari turunan hewani: a. Lemak

b. Protein c. Gelatin d. Kolagen

e. Asam lemak dan turunannya (E430-E436) f. Garam atau ester asam lemak (E470-E495) g. Gliserol/gliserin (E422)

h. Asam amino (contoh : sistein, fenilalanin, dan sebagainya) i. Edible bone phosphate (E521)

j. Di/trikalsium fosfat k. Tepung plasma darah l. Konsentrat globulin m. Fibrinogen

n. Media pertumbuhan mikroba (contoh: blood agar) o. Hormon (contoh: insulin)

p. Enzim dari pankreas babi/sapi (amilase,lipase, pepsin, tripsin) q. Taurin

r. Plasenta

s. Produk susu, turunan susu dan hasil sampingnya yang diproses menggunakan enzim (Contoh : keju, whey, laktosa, kasein/kaseinat)

t. Beberapa vitamin (contoh: vitamin A, B6, D, E) u. Arang aktif

v. Kuas

3. Bahan Nabati

Bahan nabati pada dasarnya halal, akan tetapi jika diproses menggunakan bahan tambahan dan penolong yang tidak halal, maka bahan tersebut menjadi tidak halal. Oleh karena itu perlu diketahui alur proses

(26)

produksi beserta bahan tambahan dan penolong yang digunakan dalam memproses suatu bahan nabati. Berikut ini disampaikan beberapa contoh bahan nabati yang mungkin menjadi titik kritis :

a. Tepung terigu dapat diperkaya dengan berbagai vitamin antara lain B1, B2, asam folat

b. Oleoresin (cabe, rempah-rempah dan lain-lain) dapat menggunakan emulsifier (contoh : polysorbate/tween & glyceril monooleat yang mungkin berasal dari hewan), supaya larut dalam air

c. Lesitin kedelai mungkin menggunakan enzim fosfolipase dalam proses pembuatannya untuk memperbaiki sifat fungsionalnya

d. Hydrolyzed Vegetable Protein (HVP) perlu diperhatikan jika proses hidrolisisnya menggunakan enzim

4. Produk Hasil Samping Industri Minuman Berakohol dan Turunannya

Produk/ bahan hasil samping industri minuman berakohol beserta turunannya berstatus haram jika cara memperolehnya hanya melalui pemisahan secara fisik dan produk masih memiliki sifat khamr. Akan tetapi jika bahan/produk tersebut direaksikan secara kimiawi sehingga menghasilkan senyawa baru, maka senyawa baru yang telah mengalami perubahan kimiawi statusnya menjadi halal. Beberapa contoh produk hasil samping industri minuman berakohol dan turunannya yang merupakan titik kritis :

a. Cognac Oil (merupakan hasil samping distilasi cognac/brandy)

b. Fusel Oil (merupakan hasil samping distilled beverages) dan turunannya seperti isoamil alkohol, isobutil alkohol, propil alkohol, gliserol, asetaldehid, 2,3 butanadiol, aseton dan diasetil dan sebagainya.

c. Brewer yeast (merupakan hasil samping industri bir) d. Tartaric Acid (hasil samping industri wine)

5. Produk Mikrobial

Status produk mikrobial dapat menjadi haram jika termasuk dalam kategori berikut :

1. Produk mikrobial yang jelas haram yaitu produk minuman berakohol (khamr) beserta produk samping dan turunannya

2. Produk mikrobial yang menggunakan media dari bahan yang haram pada media agar, propagasi, dan produksi. Contoh media yang haram atau diragukan kehalalannya diantaranya: darah, pepton (produk hasil hidrolisis

(27)

bahan berprotein seperti daging, kasein atau gelatin menggunakan asam atau enzim)

3. Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya melibatkan enzim dari bahan yang haram

4. Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya menggunakan bahan penolong yang haram. Contohnya adalah penggunaan anti busa dalam kultivasi mikroba yang dapat berupa minyak/lemak babi, gliserol atau bahan lainnya

5. Produk mikroba rekombinan yang menggunakan gen yang berasal dari bahan yang haram. Contohnya adalah sebagai berikut:

a. Enzim a-amilase dan protease yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisae rekombinan dengan gen dari jaringan hewan

b. Hormon insulin yang dihasilkan oleh E.Coli rekombinan dengan gen dari jaringan pankreas babi

c. Hormon pertumbuhan (human growth hormone) yang dihasilkan oleh E.Coli rekombinan

6. Bahan-bahan Lain

Selain kelompok bahan-bahan di atas, berikut ini adalah contoh bahan/kelompok bahan lain yang sering menjadi titik kritis;

1. Aspartam (terbuat dari asam amino fenilalanin dan asam aspartat) 2. Pewarna alami

3. Flavor 4. Seasoning

5. Bahan pelapis vitamin

6. Bahan pengelmusi dan penstabil 7. Anti busa, dll

(28)

4.2. DIAGRAM ALIR PENETAPAN TITIK KRITIS

4.2.1. Identifikasi Titik Kritis Bahan Nabati

Catatan :

1. TK : Titik Kritis, Non TK : Tidak Titik Kritis

3. TK dikaji lebih lanjut pada Prosedur Penetapan Status Bahan

4. Bahan nabati yang diperiksa dalam penetapan titik kritis ini adalah bahan nabati yang status awalnya halal, bukan bahan nabati yang sudah mendapat status keharaman terlebih dahulu, seperti ganja, kokain, opium,dll

Bahan Nabati

Pengolahan ?

Tidak Ya

Non TK Kultivasi Mikrobial ?

Ya Tidak

Fermentasi Khamr ? + Bahan Tambahan ?

Ya Tidak TK Haram Tidak Ya TK Non TK

(29)

4.2.2. Identifikasi Titik Kritis Bahan Hewani

Bahan Hewani

Susu, Telur, Ikan Daging dan hasil samping

(lemak, tulang, kulit,dll)

Ada pengolahan ?

Apakah daging dan hasil samping berasal dari Hewan Halal ?

Ya Tidak

TK Non TK

Tidak Ya

Haram Apakah Hewan disembelih sesuai dengan Syari’at Islam dan memiliki

SH MUI atau lembaga yang diakui LP POM MUI ?

Ya Tidak

Tidak boleh digunakan Ada pengolahan

lanjutan

Tidak Ya

(30)

4.2.3. Identifikasi Titik Kritis Produk Mikrobial

Š Semua produk mikrobial merupakan titik kritis

Š Titik kritis terletak pada media, baik media penyegaran hingga media produksi (bisa nabati atau hewani )

Produk

Mikrobial

(31)

4.2.4. Identifikasi Titik Kritis Bahan Lain-lain (Tambang, Sintetik)

Bahan Lain-lain

Bahan Tambang Sintetik Campuran

TK

Non TK Organik Non Organik

TK Apakah mengandung Bahan

Penolong ?

Tidak Ya

(32)

4.2.5. IDENTIFIKASI TITIK KRITIS PENYIMPANAN DAN LINI PRODUKSI

Apakah semua produk disertifikasi halal ?

Ya Tidak

Apakah ada peluang kontaminasi

bahan-bahan haram dan najis ?

Ya Tidak

TK 1 Non TK

Apakah produk sejenis non sertifikasi menggunakan merk yang sama ?

Ya Tidak

Tidak dapat

disertifikasi sertifikasi mengandung babi atau Apakah bahan untuk produk non hasil sampingnya ?

Tidak dapat disertifikasi Apakah lini produksi, penyimpanan bahan

dan produk untuk produk disertifikasi dgn non sertifikasi terpisah ?

Ya Tidak

Non TK

Ya Tidak

Apakah prosedur sanitasi yang dilakukan dpt menghilangkan lemak, bau, warna,rasa ?

Ya Tidak

Tidak dapat disertifikasi

Apakah ada peluang terkontaminasi bahan-bahan haram/najis ?

Ya Tidak

Non TK TK 2

(33)

Catatan :

1. LP POM MUI merekomendasikan agar PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang mengajukan sertifikat halal, mensertifikat semua produknya pada semua pabrik dan lini produksi yang dimilikinya.

2. PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus menjaga agar produk yang disertifikasinya tidak tercemar dengan barang haram atau najis.

3. Jika PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit hanya mensertifikasi sebagian produknya, maka produk yang tidak disertifikasi tidak boleh menggunakan merek yang sama dengan produk yang disertifikasi, tidak mengandung babi atau bahan turunan dari babi.

4. Lini produksi, tempat penyimpanan bahan atau produk yang disertifikasi dan yang tidak disertifikasi harus terpisah secara nyata.

5. TK 1 adalah kontaminasi dari lingkungan (hewan piaraan, burung, cicak, dll) dan karyawan (katering, makanan, minuman)

6. Untuk TK 1 perlu dilakukan pencegahan dengan cara :

a. Penutupan tempat-tempat terbuka yang memungkinkan terjadinya kontaminasi b. Karyawan dilarang untuk membawa makanan dan minuman ke ruang produksi 7. TK 2 adalah kontaminasi silang dari bahan-bahan yang tidak disertifikasi

(bahan-bahan haram atau najis selain babi)

8. Untuk TK 2 perlu dilakukan pencegahan malalui pemisahan secara fisik dan administrasi antara bahan untuk produk yang disertifikasi halal dan yang tidak.

(34)

4.2.6. IDENTIFIKASI TITIK KRITIS DISTRIBUSI

Catatan :

1. Jika distribusi dilakukan oleh pihak ketiga harus dibuat sistem distribusi yang bisa menjamin bahwa distribusi dilakukan terpisah antara produk yang disertifikasi dan non sertifikasi.

2. TK 1 adalah dimana kondisi produk dalam keadaan curah, sehingga harus menggunakan wadah yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang. 3. TK 2 dapat dicegah dengan penggunaan kemasan distribusi yang dapat

mencegah kontaminasi silang.

Apakah semua produk yang didistribusikan bersertifikat halal ?

Tidak Ya

Non TK Apakah alat distribusi berbeda ?

Ya Tidak

Non TK Apakah produk non sertifikasi halal mengandung babi dan hasil sampingnya ?

Ya Tidak

Tidak disertifikasi Ada kemasan ?

Ya Tidak

Apakah kemasan dapat

mencegah kontaminasi silang ? TK 1

Ya Tidak

(35)

4.2.7. IDENTIFIKASI PENETAPAN STATUS BAHAN

Apakah bahan merupakan Produk Impor ?

Ya Tidak

Apakah memiliki SH MUI atau Lembaga Luar Negeri yang diakui

MUI dan masih berlaku ?

Apakah memiliki SH MUI dan masih berlaku ?

Apakah ada kemungkinan mengandung bahan yang diragukan ? (biasanya bahan

hewani atau produk khamr)

Tidak Ya

Tidak Ya

Bahan tidak

dapat digunakan Bahan dapat digunakan

Kajian LP POM MUI

Bermasalah Tidak

Bermasalah

Tidak Ya

Sertifikasi Halal

(36)

Catatan :

1. Prosedur ini berlaku untuk semua produsen dan pemasok

2. Keluaran dari prosedur penetapan status bahan adalah daftar bahan yang dapat dipakai sebagai acuan untuk auditor halal internal

3. Bahan dalam kategori daftar bahan yang dapat digunakan, sebelum diimplementasikan harus disahkan terlebih dahulu oleh LP POM MUI

4. Bahan dalam kategori daftar bahan yang tidak dapat digunakan tidak boleh ada di areal pabrik

5. Bahan yang dapat digunakan harus dilengkapi dokumen pendukung berupa spesifikasi bahan, surat rekomendasi atau sertifikat halal dari LP POM MUI atau Lembaga Sertifikasi Halal luar negeri yang direkomendasi LP POM MUI

6. Bahan yang melalui proses kajian LP POM MUI dilengkapi dengan rekomendasi LP POM MUI, sedangkan bahan yang melalui sertifikasi halal dilengkapi dengan sertifikat halal MUI

(37)

4.3. STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) HALAL

4.3.1. SOP Penggunaan bahan baru untuk bagian PD

a. Bahan yang dibeli harus mengacv pada daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI

b. Pembelian harus dapat menjamin bahwa bahan yang akan dibeli sesuai dengan data yang tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama dan kode bahan, nama perusahaan, nama dan lokasi pabrik)

c. Dokumen pembelian harus terdokumentasi dengan baik dan lengkap

4.3.2. SOP Pemeriksaan dan Penerimaan Bahan

a. Nama bahan, kode bahan, produsen, nama dan lokasi pabrik diperiksa kesesuaiannya dengan daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. b. Bila ada sertifikat halal menghendaki logo khusus, logo tersebut harus

dipastikan ada pada kemasan bahan.

c. Untuk bahan yang sertifikat halalnya diterbitkan per pengapalan, perlu dipastikan bahwa lot number, kuantitas, tanggal produksi, dan tanggal kadaluarsa sesuai dengan yang tercantum pada dokumen halal.

d. Bahan yang telah diperiksa dan sesuai dengan kriteria maka diberi halal pass. e. Bahan yang disimpan di gudang adalah bahan yang sesuai dengan daftar

bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. Apabila ada bahan di luar daftar tersebut maka penempatannya harus dipisah dan dipastikan tidak terjadi kontaminasi silang.

f. Bahan yang disimpan di gudang harus terbebas dari najis dan bahan haram. g. Setiap mutasi (pemasukan dan pengeluaran) bahan dari gudang harus dicatat

serta dilengkapi dengan kartu stok, nota permintaan barang dan bukti penerimaan barang.

4.3.3. SOP Penggantian dan Penambahan Pemasok Baru

a. Jika bahan termasuk kategori kritis,maka diperiksa apakah pemasok baru telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diakui oleh LP POM MUI.

(38)

b. Bila pemasok tidak memiliki sertifikat halal maka disarankan untuk mencari pemasok lain yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang telah diketahui oleh LP POM MUI.

c. Bila tidak ditemukan alternatif pemasok baru yang telah memiliki sertifikat halal maka perlu dilakukan pemeriksaaan spesifikasi teknis yang menjelaskan asal usul bahan (source of origin) dan diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta dikonsultasikan kepada LP POM MUI melalui internal auditor. d. Harus ada jaminan bahwa bahan yang akan dibeli sesuai dengan data yang

tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal ( nama dan kode bahan, nama perusahaan, nama dan lokasi pabrik ).

e. Pemasok diperiksa apakah merupakan produsen langsung atau penyalur. Bila pemasok adalah penyalur, maka harus dibuat perjanjian tertulis dengan pihak pemasok yang menyatakan bahwa pemasok hanya memasok bahan dari produsen yang tertera pada dokumen halal.

f. Rencana penggunaan penggantian pemasok dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor.

g. Bahan dari pemasok baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LP POM MUI.

h. Data pemasok yang aktif maupun tidak harus didokumentasikan dengan baik.

4.3.4. SOP Penggunaan Bahan Baru

a. Bahan baru diperiksa apakah bahan termasuk kategori kritis dan telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diketahui oleh LP POM MUI b. Bila bahan tidak memiliki sertifikat halal disarankan untuk mencari bahan

alternatif yang sama atau sejenis yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang telah diketahui oleh LP POM MUI

c. Bila bahan alternatif yang sama tidak didapatkan, maka perlu pemeriksaan spesifikasi teknis yang menjelaskan asal usul bahan (source of origin) dan diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta dikonsultasikan kepada LP POM MUI melalui internal auditor

d. Rencana penggunaan bahan baru dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor

(39)

4.3.5. SOP Produksi Halal

a. Pembuatan kertas kerja produksi (work sheet) harus mengacu pada formula dan matriks bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI.

b. Bahan yang dapat digunakan dalam produksi halal hanya yang terdapat dalam daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI dan telah mendapatkan halal pass.

c. Bahan dipastikan terbebas dari kontaminasi najis dan bahan yang haram. d. Lini produksi dipastikan hanya digunakan untuk bahan yang halal.

e. Apabila lini produksi juga digunakan untuk bahan yang belum disertifikasi halal, maka prosedur pembersihan dipastikan dapat menghilangkan/ menghindari produk dari kontaminasi silang.

f. Bila ada produk yang tidak disertifikasi mengandung babi, alat dan lini produksi dipastikan benar-benar terpisah.

g. Harus dipastikan bahwa di area produksi tidak boleh ada bahan-bahan atau barang-barang yang tidak digunakan untuk produksi.

4.3.6. SOP Perubahan Formula dan Pengembangan Produk Baru

a. Prinsip perubahan formula dan pengembangan produk baru adalah mengutamakan pada daftar bahan yang telah diketahui LP POM MUI.

b. Perubahan formula yang menghasilkan produk baru harus diajukan dalam proses sertifikasi halal baru.

c. Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru dan tidak menggunakan bahan baru (reformulasi komposisi) tidak perlu dilaporkan kepada LP POM MUI.

d. Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru tetapi menggunakan bahan baru ( pengguna bahan alternatif ) harus mengacu kepada SOP penggunaan bahan baru.

e. Rencana pembuatan formula baru yang tidak menghasilkan produk baru dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor.

f. Formula baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh LP POM MUI.

g. Apabila formula baru tidak mendapatkan persetujuan maka formula baru tidak dapat digunakan.

(40)

4.4. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL

4.4.1. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA QA/QC

NO PERTANYAAN

HASIL AUDIT

YA TIDAK KETERANGAN

1 Apakah bagian QA memiliki daftar bahan yang telah diketahui LP POM MUI ?

2 Apakah setiap bahan datang selalu diberi tanda status kehalalannya (halal pass) ?

3 Apakah halal pass bahan atau produk, diberikan oleh QA setelah mendapatkan persetujuan dari auditor halal internal?

4 Sebelum mencantumkan halal pass, apakah QA memeriksa nama produsen, merek, jenis,/kode barang, logo halal, lot number, dan kuantitas yang tercantum pada labelkemasan sesuai dengan dokumen pengadaan dan sertifikat halal ? 5 Apakah jawaban no 5 dapat dibuktikan dengan laporan/

rekaman hasil pemeriksaan bahan ?

6 Apakah halal pass hanya diberikan pada bahan atau produk yang sertifikat halalnya masih berlaku ?

7 Apakah bagian QA menolak bahan yang tidak memperoleh halal pass ?

8 Apakah pemberian halal pass dikontrol dengan baik dan tercatat secara sistematis ?

9 Apakah QA selalu berkomunikasi dengan AHI berkaitan dengan bahan yang tidak bisa mendapatkan halal pass karena alasan tertentu (sertifikat halal kadaluwarsa, dll) ? 10 Apakah ada teguran tertulis dan/ tindakan pencegahan dari

QA jika didapati praktek yang tidak memenuhi SOP ? Catatan Khusus Auditor

Menyetujui Yang Membuat

(41)

4.4.2. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA PRODUKSI

NO PERTANYAAN

HASIL AUDIT

YA TIDAK KETERANGAN

1 Apakah bagian produksi hanya memproduksi produk yang disertifikasi halal oleh MUI ?

2 Apakah ada konsistensi penggunaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong ?

3 Apakah bahan-bahan tersebut tercantum pada daftar bahan halal yang telah diketahui LP POM MUI ?

4 Bila ada produk yang belum jelas status kehalalannya (tidak disertifikasi halal), apakah alat produksi yang digunakan berbeda dengan alat produksi untuk produk yang disertifikasi halal MUI ?

5 Apakah bahan pada produk yang tidak disertifikasi halal mungkin mengandung babi atau turunannya ?

6 Bila produk yang tidak disertifikasi halal MUI tidak mengandung babi atau turunannya, apakah prosedur sanitasi peralatan produksi sesuai dengan ketentuan MUI dan diawasi oleh AHI ?

7 Bila alat produksi antara produk yang tidak disertifikasi halal dan produk halal terpisah, apakah tempat penyiapan bahan dan tempat bahan work in process juga terpisah ?

8 Apakah di lingkungan produksi tidak ditemukan bahan haram walaupun itu milik bagian lain ataupun milik pribadi ? 9 Apakah penyelenggaraan proses produksi didukung oleh

sistem administrasi yang baik ?

10 Apakah semua bahan baku, tambahan, dan penolong tercatat secara sistematis serta mudah untuk ditelusuri? 11 Apakah proses pengolahan dilakukan sedemikian rupa

sehingga dapat menghindari terkontaminasinya produk dari bahan haram dan/ atau najis ?

12 Apakah Bagian Produksi mempunyai instruksi kerja untuk setiap tahapan proses ?

Catatan Khusus Auditor

Menyetujui Yang Membuat

(42)

4.4.3. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN PD

NO PERTANYAAN

HASIL AUDIT

YA TIDAK KETERANGAN

1 Apakah bagian PD mempunyai bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI ?

2 Apakah sampel bahan yang diterima Bagian PD selalu disertai dokumen yang mendukung status kehalalan bahan ?

3 Dalam memeriksa status kehalalan bahan yang akan digunakan, apakah bagian PD memeriksa asal-usul bahan ? ( penentuan bahan sebagai bahan yang kritis terhadap kehalalan, tidak kritis terhadap kehalalan atau haram mengikuti diagram penentuan titik kritis bahan ) 4 Apakah bagian PD secara periodik memeriksa status

kehalalan bahan yang digunakan untuk PD dan mengusahakan penggantinya jika ada bahan yang belum ada sertifikat halalnya ?

5 Apakah dalam mengembangkan formula, Bagian PD selalu menggunakan bahan-bahan yang jelas status kehalalannya ?

6 Apakah formula yang telah siap diproduksi selalu dimintakan persetujuan AHI, sebelum proses sertifikasi halal Mui ?

Catatan Khusus Auditor

Menyetujui Yang Membuat

(43)

4.4.4. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN GUDANG

NO PERTANYAAN

HASIL AUDIT

YA TIDAK KETERANGAN

1 Apakah bagian gudang didukung dengan sistem administrasi yang mudah ditelusuri ?

2 Apakah bagian gudang memegang daftar bahan yan telah diketahui oleh LP POM MUI ?

3 Apakah semua bahan di gudang merupakan bahan yang sesuai dengan daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI ?

4 Jika jawaban no 2 tidak, apakah bahan halal dan non halal disimpan secara terpisah ?

5 Apakah pemisahan (pertanyaan no 3) dengan cara menggunakan ruangan berbeda ?

6 Jika jawaban pertanyaan no 4 tidak, apakah pemisahan dilakukan dengan pemberian sekat yang jelas ?

7 Jika jawaban no 5 tidak, apakah pemisahan dilakukan dengan cara menggunakan rak yang berbeda dengan diberikan tanda-tanda yang jelas ?

8 Jika jawaban no 6 tidak, apakah pemisahannya dilakukan dengan cara pemisahan dalam palet-palet yang berbeda tetapi menggunakan rak yang sama dengan memberikan tanda-tanda yang jelas ? 9 Apakah bahan-bahan untuk produksi, bahan kemasan,

dan non produksi seperti bahan sanitasi, sampel PD, produk jadi,dll dipisahkan ?

10 Apakah pemisahan (pertanyaan no 8) dengan cara menggunakan ruangan yang berbeda ?

11 Jika jawaban pertanyaan no 9 tidak, apakah pemisahan dilakukan dengan pemberian sekat yang jelas ?

12 Jika jawaban no 10 tidak, apakah pemisahan dilakukan dengan cara menggunakan rak yang berbeda dengan diberikan tanda-tanda yang jelas ?

(44)

13 Jika jawaban no 11 tidak, apakah pemisahannya dilakukan dengan cara pemisahan dalam palet-palet yang berbeda tetapi menggunakan rak yang sama dengan memberikan tanda-tanda yang jelas ? 14 Apakah setiap penggunaan bahan dan produk untuk

keperluan produksi, PD, penjualan atau pengeluaran dari gudang untuk keperluan lain tercatat jenis dan jumlah serta peruntukannya ?

15 Apakah setiap pengeluaran bahan untuk produksi halal memperhatikan tanda halal pass ?

16 Apakah semua bahan di gudang berlabel dengan jelas? 17 Adakah produk yang tidak disertifikasi halal oleh MUI? 18 Jika jawaban no 16 ya, apakah produk yang tidak

disertifikasi halal disimpan secara terpisah dengan produk yang disertifikasi halal ?

19 Jika jawaban no 17 ya, apakah pemisahan dilakukan dengan cara menggunakan ruangan yang berbeda ? 20 Jika jawaban pertanyaan no 18 tidak, apakah

pemisahan dilakukan dengan pemberian sekat yang jelas?

21 Jika jawaban no 19 tidak, apakah pemisahan dilakukan dengan cara menggunakan rak yang berbeda dengan diberikan tanda-tanda yang jelas /

22 Jika jawaban no 20 tidak, apakah pemisahannya dilakukan dengan cara pemisahan dalam palet-pelet yang berbeda tetapi menggunakan rak yang sama dengan memberikan tanda-tanda yang jelas ? Catatan Khusus Auditor

Menyetujui Yang Membuat

(45)

4.4.5. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN PEMBELIAN

NO PERTANYAAN

HASIL AUDIT

YA TIDAK KETERANGAN

1 Apakah halal menjadi pertimbangan utama dalam pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong ?

2 Apakah bagian pengadaan memiliki daftar bahan, pemasok, dan produsen bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI ?

3 Apakah untuk perubahan pemasok atau produsen bahan baru diketahui dan diketahui oleh AHI (berdasarkan hasil konsultasi dengan LP POM MUI) ?

4 Apakah pengadaan bahan baru oleh bagian pengadaan terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari QA dan AHI (berdasarkan hasil konsultasi dengan LP POM MUI) ? 5 Adakah catatan jika terjadi perubahan bahan, pemasok

atau produsen bahan ?

6 Apakah bagian pengadaan memiliki sistem peringatan dini untuk bahan-bahan yang masa berlaku sertifikat halalnya hampir habis masa berlakunya?

7 Apakah contoh bahan dari pemasok yang diterima bagian pengadaan disertai dokumen yang berkaitan dengan status kehalalannya (sertifikat halal, deskripsi produk, spesifikasi, alur proses dan asal usul bahan) ? 8 Apakah kegiatan pengadaan didukung dengan sistem

administrasi yang baik? Seperti semua catatan pengadaan terdokumentasi dengan lengkap, sistematis, rapi dan mudah ditelusuri ?

Catatan Khusus Auditor

Menyetujui Yang Membuat

(46)

4.4.6. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN DISTRIBUSI

NO PERTANYAAN

HASIL AUDIT

YA TIDAK KETERANGAN

1 Apakah alat transportasi dan distribusi (bahan dan atau produk jadi) selalu dalam keadaan bersih dan suci dari najis ?

2 Adakah jaminan bahwa pengangkutan tidak tercampur dengan bahan atau produk lain atau titipan perusahaan/ orang lain yang tidak jelas kehalalannya ?

3 Untuk alat transportasi dan distribusi sewaan, adakah seleksi khusus dan persyaratan khusus yang dapat menjamin produk terhindar dari kemungkinan terkontaminasi bahan haram atau najis ? Catatan Khusus Auditor

Menyetujui Yang Membuat

(47)

4.5. FORMAT LAPORAN BERKALA

1. Resume Laporan Audit Halal Internal yang terdiri dari : a. Waktu pelaksanaan

b. Auditor c. Auditee d. Temuan

e. Tindakan koreksi

2. Resume perubahan-perubahan yang terjadi selama 6 bulan terakhir yang mencakup :

a. Perubahan Manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit yang mempengaruhi kebijakan halal

b. Perubahan Sistem Jaminan Halal (SOP, dokumen, personil, dsb) c. Perubahan lokasi pabrik

d. Perubahan bahan (produsen/pemasok, jenis bahan) e. Perubahan formula dan pengembanagan produk baru

3. Berita acara tindakan koreksi atas temuan pada audit halal internal

(48)

4.6. FORMAT LAPORAN KETIDAKSESUAIAN

NO URAIAN KETERANGAN

1 Temuan Ketidaksesuaian Pembuat/pelapor Sifat Ketidaksesuaian (Merubah/tidak Merubah Status Kehalalan) Tanggal Kejadian Lokasi

2 Analisis Penyebab Proses Kejadian

Penyebab Pembuat Disetujui

3 Tindakan Langsung Isi Tindakan

Tanggal Pelaksanaan Dibuat Disetujui

4 Tindakan Perbaikan Isi Tindakan

Tanggal Pencapaian Tanggal Pelaksanaan Dibuat Disetujui

5 Tindakan Pencegahan Isi Tindakan

Dibuat Disetujui

(49)

4.7. NOTULEN PERTEMUAN TINDAKAN MANAJEMEN

No Topik Rincian Diskusi Kesimpulan Tindak lanjut

Tanggal Pencapaian

(50)

4.8. FORMULIR ADMINISTRASI

Formulir administrasi merujuk pada Matriks Bahan Baku, Status Kehalalan Bahan Baku, dan Alokasi Produk yang digunakan menyesuaikan pada produk yang mendapat sertifikat halal. Contoh form:

MATRIKS BAHAN BAKU, STATUS KEHALALAN BAHAN BAKU, DAN ALOKASI PRODUK

No Nama Bahan Baku Kode Bahan Baku

Produsen Supplier Lembaga

Sertifikasi Sertifikat Nomor Halal Masa Berlaku Sertifikat Halal Alokasi Produk

Referensi

Dokumen terkait

Berikutnya adalah , langkah untuk membuat bagaimana jika terjadi transaksi maka terdapat stok barang yang berkurang dan langsung ditampilkan pada tabel. Maka perlu adanya

Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna baik isi maupun bahasanya, namun demikian saya berharap bahwa tulisan ini dapat menambah perbendaharaan bacaan tentang

Hasil yang diperoleh bahwa (1) self-efficacy kelompok tinggi dalam memberikan jawaban sudah relatif lengkap, adanya upaya memberi penjelasan secara lengkap, Sudah

Peningkatan love dapat dilakukan dengan meningkatkan ketertarikan pemimpin kepada setiap karyawan, karena indikator ini ditemukan paling rendah dibanding indikator love

Pada pertandingan perorangan jika setelah waktu berakhir tidak ada nilai yang diperoleh oleh kedua kontestan ataupun terjadi nilai seri, keputusan akan dilaksanakan dengan

Sedangkan survei sendiri dilakukan untuk mendapatkan data primer yang ada di lapangan atau daerah penelitian yang dimana data tersebut tidak dapat diperoleh dari

Setelah seluruh data dan hasil wawancara telah diperoleh maka prosedur analisis data untuk penelitian ini adalah menganalisis hasil wawancara tersebut dan

Deli Serdang Agribisnis Ternak Unggas Hotel Riyadi Tahap 6 17306055317065 Dwi Deddy Tristanto SMKN 1 PULUBALA Kota Gorontalo Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Hotel