• Tidak ada hasil yang ditemukan

zoning pada tapak, sumber kebisingan bersumber dari :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "zoning pada tapak, sumber kebisingan bersumber dari :"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

IV.2.2.6. Analisa Kebisingan

Faktor kebisingan merupakan salah satu faktor yang harus di perhatikan dalam perancangan, karena dapat memperngaruhi peletakkan massa bangunan dan zoning pada tapak, sumber kebisingan bersumber dari :

Gambar 4.5. Analisa Bising

Arahan perencanaan :

• Meletakkan vegetasi di sekitar tapak yang langsung berhubungan dengan sumber bising, diharapkan dapat memfilter suara bising dari jalan raya. • Memberikan bidang-bidang masif pada bagian yang yang menghadap

sumber bising, supaya bising yang masuk area privat dapat di minimalkan • Menggunakan ruang- ruang penyangga pada daerah sumber bising seperti

ruang publik atau service yang tidak memerlukan ketenangan. Jl. Kebon Jeuk raya,

Tingkat kebisingan tinggi karena merupakan jalan utama dan sering

mengalami kemacetan pada jam tertentu

Perempatan jalan sekunder, karean terdapat daerah pemukiman penduduk, sehingga pada waktu tertentu akan terjadi macet karena kendaraan masuk keluar

Jalan sekunder, sering terjadi kemacetan karena merupakan jalan kecil dengan tingkat kepadatan yang tinggi

(2)

Gambar 4.6. Analisa Bising

IV.2.2.7. Analisa Pergerakan Matahari

Peletakkan massa bangunan dibuat memanjang ke arah Timur dan barat, dikarenakan agar panas matahari yang terserap oleh bangunan dapat di minimalkan, sedangkan untuk bukaan private di buat pada arah utara dan selatan dan bagian barat dan timur digunakan untuk bukaan service.

Orientasi massa bangunan menghadap pada sisi utara dan selatan, karena pada daerah tersebut merupakan daerah yang tidak terlalu panas, dan untuk bagian utara karena matahari condong di utara maka bukaan agak sedikit kecil atau dapat disiasati dengan balkon sebagai penghalang. Dan untuk sisi selatan diusahakan bukaan semaksimal mungkin.

(3)

Gambar 4.7. Analisa Pergerakkan matahari

IV.2.2.8. Analisa Zoning

Penentuan zoning berdasarkan kepada :

• Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan • Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan

• Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi Arahan perencanaan :

Penentuan zoning memisahkan kegiatan-kegiatan yang bersifat pribadi, bersama dan service.

(4)

Penzoningan pada tapak

Sifat Kegiatan Letak Pada Tapak Keterangan

Publik Bagian Timur, Jl.

Kebon Jeruk raya

Berhadapan dengan jalan utama, dan merupakan pintu masuk utama Private Bagian Utara- Selatan Terletak di tengah-tengah tapak Semi Publik Bagian Selatan Terletak di tengah Ruang private,

yang berfungsi sebagai plaza

Service Bagian Barat Tidak terlihat secara umum, dan dekat dengan pintu masuk service

Tabel 4.9. Tabel Penzoningan

IV.2.3. Analisa Bangunan

IV.2.3.1. Analisa Besaran Massa Bangunan

• Luas tapak Keseluruhan adalah 14.000 m²

• Luas area yang dapat dibangun, sesuai dengan kondisi KDB 60%, yaitu 60% x 14.000 m² = 8.400 m²

• Luas area untuk ruang terbuka 14.000 m² – 8.400 m² = 5600 m²

• Ketinggian bangunan yang diijinkan adalah 8 lantai, Direncanakan untuk asrama ini ketinggian bangunan sekitar 7 lantai untuk fasilitas hunian. • Luas total maksmal bangunan yang dapat dibangun sesuai kondisi KLB

(5)

IV.2.3.2. Analisa Jenis Massa Bangunan

Penerapan jenis massa bangunan dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Massa Tunggal

• Luas lahan yang dimanfaatkan pada tapak tidak terlalu besar

• Terjadi pengabungan kegiatan pada setiap ruang dalam satu bangunan, seperti ruang yang kegiatannya mengganggu akan mengusik ruang yang tenang.

• Sirkulasi yang dihasilkan kurang dinamis • Sifat bangunan terpusat

• Pencapaian menjadi lebih mudah dan dinamis

Gambar 4.8. Massa Tunggal

2. Massa Majemuk

• Luas lahan yang dimanfaatkan pada tapak relatif besar

• Terjadi pemisahan ruang, sehingga dapat dibagi antara kelompok ruang yang sifatnya menggaggu dengan ruang private tidak terdapat dalam 1 bangunan. • Sirkulasi yang dihasilkan dinamis

(6)

• Sifat bangunan menyebar dan terpusat pada suatu titik aktivitas

Gambar 4.9. Massa Majemuk

Arahan perencanaan :

Perancangan asrama mahasiswa Bina Nusantara ini memilih jenis massa bangunan majemuk, hal ini di karenakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu : • Adanya pengelompokkan aktivitas

• Bentuk massa lebih terorganisir • Sirkulasi pencapaian

• Lahan yang luas

• Akan tercipta ruang terbuka untuk penghijauan.

IV.2.3.3. Analisa Sirkulasi dalam Bangunan

(7)

1. Sirkulasi horisontal, dapat berupa selasar atau koridor. Sirkulasi horisontal ini terdiri dari beberapa jenis antara lain :

a. Sistem linier, yaitu jalan lurus yang memanjang dan dapat menjadi unsur pengorganisir yang utama untuk 1 deretan ruang-ruang.

Sifat dari sirkulasi ini jelas dan terarah, berkesan merupakan urutan kegiatan.

Gambar 4.10. Sistem linier menerus

Gambar 4.11. Sistem linier bertekuk

Gambar 4.12. Sistem linier bercabang

b. Sistem radial, yaitu memiliki jalan yang berkembang atau berhenti pada satu pusat.

Sifat dari sirkulasi ini adalah arah lebih bebas, kegiatan bersifat terpusat, kegiatan lebih berkembang

(8)

Gambar 4.13. Sistem radial

c. Sistem grid, terdiri dari 2 jalan-jalan sejaajr yang saling berpotongan pada jarak yang sama sehingga menciptakan kawasan yang segi empat.

Sifat dari sirkulasi ini adalah arah tidak jelas, membingungkan, sifat ruang tidak flekibel.

Gambar 4.14. Sistem grid

Arahan perencanaan :

Untuk asrama mahasiswa untuk sirkulasi horisontal lebih mengacu pada sistem linier dengan prinsip single loaded, diman akan terjadi bukaan di area koridor sehingga pencahayaan dan pengudaraan alami akan terjadi dan akan masuk ke dalam kamar.

(9)

Gambar 4.15. Sistem single loaded

Gambar 4.16. Sistem Single loaded

2. Sirkulasi vertikal

Untuk sirkulasi vertikal direncanakan menggunakan tangga da lift sebagai sirkulasi utama. Karena bangunan asrama ini di rencanakan sekitar 7 lantai.

IV.2.3.4. Analisa Penampilan Bangunan

Untuk penampilan bangunan pada asrama mahasiswa harus memperhatikan hal–hal sebagai berikut :

1. Fungsional

Sesuai dengan proyek yang akan dikerjakan yaitu asrama mahasiswa maka efisiensi menjadi salah satu petimbangan dalam rancangan bangunan. Yang akan terlihat dari bentu bangunan secara keseluruhan.

(10)

Tercermin dari adanya keteraturan dari modul dan struktur bangunan, serta keteraturan dari bukaan yang ada.

3. Penyesesuaian iklim

Penampilan bangunan harus memperhatikan iklim tropis lembab, serta pemilihan bahan bangunan yang disesuaikan juga dengan kondisi iklim. Sehingga bangunan tersebut harus mencerminkan arsitektur tropis.

Arahan perencanaan :

Untuk penampilan bangunan asrama mahasiswa yang mencerminkan arsitektur tropis harus menampilkan karakter dari arsitektur tropis yaitu seperti pemakaian bahan bangunan mulai dari dinding, atap juga dapat dengan permainan bayangan pada fasadenya, serta pemanfaatan teritisan yang dapat mengurangi panas matahari, serta air hujan.

IV.2.3.5. Analisa Orientasi Bangunan

Dalam Asrama mahasiswa ini orientasi bangunan terdiri dari 2 yaitu :

(11)

1. Orientasi kedalam, dengan arahan perencanaan :

• Diarahakan agar tercipta sebuah ruang pengikat yang berfungsi sebagai temapat interaksi atau komunikasi, seperti adanya plaza terbuka dan sebgainya.

2. Orientasi keluar, dengan arahan perencanaan :

• Membentuk ruang-ruang lingkungan, dengan memanfaatkan elemen-elemen bangunan, membuat lansekap dan sebagainya sehingga akan terbentuk ruang antara bnagunan dalam tapak dengan bangunan di sekitar luar tapak.

Gambar 4.18. Orientasi kedalam Gambar 4.19. Orientasi keluar

IV.2.3.6. Analisa Modul Bangunan

Penentuan modul bangunan dipertimabnagkan terhadap modul gerak dari si pemakai, perabot (furniture), Modul dari struktur yang dipakai, serta dari bahan bangunan.

Arah perencanaan : Orientasi kedalam

(12)

Pada bangunan asarama ini kita mengambil modul dari kamar tidur yaitu luasan kamar yang akhirnya akan menjadi modul dari struktur, selain itu karena adanya fasilitas parkir basement maka harus diperhatikan besaran dari ruang parkir tersebut, untuk dipertimbangkan dalam penentuan modul.

Berdasarkan Sustisna Sutarki – Lina Purnama, Modul dalam arsitektur, Perpustakaan Teknik Untar, 1983. Beberapa pertimbangan pemilihan modul antara lain :

1. Kebutuhan ruang dan perabotan, umumnya kelipatan 30 cm 2. Bahan kontruksi baja kelipatan 6 – 12 m

3. Bahan konstruksi beton kelipatan 5 -9 m

4. Ruang gerak manusia dan sirkulasi, umunya kelipatan 60 cm.

Untuk modul dari unit di dapat dengan pertimbangan dari penataan perabot (furniture) dalam kamar

(13)

Gambar 4.21. Alternatif modul ruang tidur double

IV.2.3.7. Analisa Pola Gubahan Massa

Bangunan asrama mahasiswa ini terdiri dari beberapa buah massa yang dikelompokkan sesuai dengan zoning kegiatannya dan memanfaatkan ruang terbuka seperti plaza terbuka sebagai pengikatnya.

Alternatif 1 Hunian putra

Hunian putri Penunjang Inner court

(14)

Gambar 4.22. Alternatif Gubahan Massa

Arahan perencanaan :

Massa-massa bangunan diletakkan dengan mengelilingi ruang terbuka sehingga akan tercipta suatu inner court yang akan menjadi pusat, serta disesuaikan dengan bentuk tapak. Lebih mengarah pada alternatif 1 karena ruang luar yang tercipta akan lebih besar dan dapat dinikmati secara maksimal baik untuk publik maupun untuk penghuni.

IV.2.3.8. Analisa Sistem Struktur

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan struktur khusunya pada bangunan asrama mahaiswa ini adalah :

a. Pertimbangan fungsi

Struktur dapat menyalurkan semua macam beban ke tanah dan juga dapat melindungi suatu ruang.

b. Pertimbangan ekspresi bentuk arsitektur Alternatif 2

(15)

Struktur yang secara visual ditampakkan akan memberikan ekspresi pada bentuk dan penampilan dari bangunan

c. Pertimbangan faktor fisik bangunan

Tututan fisik bangunan meliputi daya tahan terhadap beban vertikal berupa beban bangunan dan gravitasi dan horisontal berupa beban angin, gempa. Struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 yakni :

1. Struktur bawah

Merupakan struktur bagian bawah yang berfungsi untuk menyalurkan beban-bean yang berasal dari atas ke bawah. Struktur bawah yang dimaksud khusunya adalah pondasi, selain itu juga terdapat sloff, plat.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan struktur bawah adalah :

d. Jenis tanah, kedalaman, dan daya dukung tanah, karena beban dari atas harus disalurkan merata menuju tanah

e. Pertimbangan biaya pelaksanaan, bahan bangunan yang tersedia dan yang digunakan.

f. Beban yang dipikul dan jumlah lantai yang direncanakan

Beberapa alternatif pondasi, yaitu :

Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan

Pondasi tiang pancang ƒ Dapat menahan beban yang besar (> 4 lantai)

ƒ Kedalamannya 10-15 m

ƒ Membutuhkan tambahan biaya

(16)

ƒ Prinsip kerjanya adalah menyalurkan beban langsung ke tanag keras di bawahnya

ƒ Kualitas terjaga karena dibuat di pabrik

saat pemancangan

ƒ Memungkinkan tanah di sekitar area pemancangan akan naik

Pondasi Tiang Bor (Bore Pile)

ƒ Dapat menahan beban yang cukup besar

ƒ Kedalamannya 30-40 m ƒ Tidak perlunya sambungan

antar tiang

ƒ Biaya yang dikeluarkan akan besar

ƒ Memakan banyak material bangunan khusunya cor-an beton

Tabel 4.10. Alternatif Pondasi

2. Struktur atas (upper Structure)

Merupakan struktur utama yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari atas berupa beban hidup (manusia) maupun beban mati (bangunan) ke pondasi baik secara vertikal maupun horisontal.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan struktur atas adalah :

a. Penyaluran beban horisontal dan vertikal ke pondasi membentuk hubungan kaku

b. Mempunyai kekuatan dan kestabilan yang kuat untuk memberikan bentuk permanent dan mampu mendukung kontruksi atapnya.

c. Dapat memberikan bentuk yang artistic d. Memberikan kenyamanan pada penghuni

(17)

Beberapa alternatif struktur atas adalah :

Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan

Struktur rangka kaku (rigid Frame)

ƒ Titik hubung yang menghubungkan balok dan kolom cukup kaku, sehingga memungkinkan kemampuan untuk memikul beban lateral (beban gempa, beban angin)

ƒ Struktur rangka kaku dapat memikul beban vertikal (gravitasi)

ƒ Rangka kaku dapat diterapkan pada gedung bertingkat rendah maupun gedung bertingkat rendah

ƒ Waktu pengerjaan yang realatif cukup lama

Struktur dinding Pemikul (bearing Walls)

ƒ Ruangan yang dihasilkan babas kolom

ƒ Kekakuan cukup tinggi

ƒ Bukaan yang dihasilkan relatif kecil

ƒ Penggunaan material yang cukup banyak

Tabel 4.11. Alternatif struktur

Bangunan asrama mahasiswa ini memakai alternatif bahan konstruksi bangunan berupa :

(18)

• Konstruksi beton bertulang, dengan pertimbangan :

o Merupakan bahan yang tahan api, tidak rusak oleh panas dan hujan o Rangka beton lebih mudah dalam menghasilkan bentuk yang fleksibel o Kerangka bangunan dapat menahan beban yang cukup besar

• Kontruksi baja, dengan pertimbangan : o Waktu pengerjaan yang relatif singkat

o Kerangka bangunan dapat menahan beban yang cukup besar o Mampu menahan beban kantilever yang cukup panjang

IV.2.3.9. Analisa sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang dipakai dalam asrama mahasiswa ini dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Pencahayaan alami

Dengan memanfaatkan semaksimal mungkin cahaya matahari masuk pada bangunan di siang hari untuk menhemat energi listrik, cahaya matahari didapat dari bukaan pada jendela. Cahaya matahari yang masuk harus merata ke seluruh ruangan dan tidak terlalu silau. Sehingga tanpa cahay buatan kita dapat melihat dengan jelas

(19)

Sistem pencahayaan dengan memanfaatkan energi buatan dari listrik seperti lampu. Digunakan pada malam hari ataupun ruangan yang memerlukan pencahayaan tambahan supaya manusia merasa nyaman pada penglihatannya.

IV.2.3.10. Analisa Sistem Pengudaraan

Sistem pengudaraan yang dipakai dalam asrama mahasiswa ini dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Pengudaraan alami

Dengan memasukkan udara luar yang bersih kedalam bangunan dengan menerapkan sistem cross ventilation (ventilasi silang). Dengan membuat adanya bukaan pada sisi-sisi ruangan yang berlawanan, supaya udara dapat mengalir

Gambar 4.23. Cross ventilation

2. Pengudaraan buatan

(20)

melihat kondisi sekitar tidak mendukung. Dengan memakai bantuan alat yaitu AC (Air Conditioner), AC yang dipakai adalah AC central dan AC split.

IV.2.3.11. Analisa Penyediaan Air Bersih

Sumber air bersih pada asrama mahasiswa ini diperoleh dari PAM yang kemudian di tarik oleh pompa dan ditampung ke resevoir atas selanjutnay didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Dan distribusinya memakai sistem down feed (gravitasi) sehingga jika sewaktu-waktu aliran listrik terputus, distribusi air tetap berlangsung.

Instalasi air bersih ini digunakan untuk : 1. Intalasi untuk toilet, kamar mandi dan dapur

2. Intalasi untuk keamanan kebakaran, sepeerti : splinker, hydrant.

PAM Meteran Reservoir atas Pompa Jet pump Alat-alat sanitair Pompa Reservoir bawah

Deep well pompa Reservoir kebakaran

Alat-alat pemadam

(21)

IV.2.3.12. Analisa Pembuangan Air Kotor

Air kotor terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Air kotor padat, Melalui kloset diteruskan menuju shaft air kotor padat di salurkan ke STP (Sewage Treatment Plant). Lalu di proses secara kimia sehingga dapat dimanfaatkan untuk air yang tidak dikonsumsi oleh manusia, seperti untuk menyiram tanaman.

Skema 4.7. Skema sistem pembuanagnair kotor padat

2. Air kotor cair dan air hujan, Melalui shaft yang ternanam di dinding di slurkan ke riol bagian bawah dan dilanjutkan ke riol kota, dan tiap jarak tertentu mempunyai bak kontrol

Skema 4.9. Skema sistem pembuangan air hujan

Kotoran padat STP Wastafel Floor drain Sink dapur Bak Penampung

Bak kontrol Riol kota

Air hujan Talang Bak kontrol

Sumur resapan

Riol kota

(22)

IV.2.3.13. Analisa Sistem Pembuangan Sampah

Sistem pembuangan samaph pada asrama mahasiswa ini dengam membuang sampah dari tiap kamar melalui shaft sampah selanjutnya dikumpulkan pada tempat penampungan sementara dan kemudian diangkut ke bak penampungan utama, dan diangkut oleh dinas kebersihan ke tempat pembuangan akhir.

Skema 4.10. Skema sistem pembuangan sampah

IV.2.3.14. Analisa Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran di asrama mahasiswa ini terdidri dari :

1. Memakai alat deteksi berupa alarm yang dipasang dengan jarak pelayanan 75 m yang terdiri dari :

a. Heat Detector : Untuk mendeteksi panas b. Smoke detector : Untuk mendeteksi asap c. Flame detector : Untuk mendeteksi lidah api

2. lampu darurat, lampu yang akan menyala ketika alaram aktif

3. Sistem komunikasi darurat, sistem ini akan mematikan sarana (fasilitas) secara otomatif saat terjadi kebakaran

4. Alat pemadam kebakaran, diantaranya : Tempat sampah Pembuangan

sementara

Pembuangan akhir

(23)

a. Sprinkler : memadamkan api dengan menyemprotkan air atau zat lain secara otomatis pada ruang yang terbakar, bekerja efektif dengan daya jangkau 25 m²/unit

b. Hydrant kebakaran, terdapat di dalam dan luar bangunan, dan di letakkan pada posisi yang mudah untuk dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran. Dengan radius pelayanan 30 m²/unit

c. Fire extinguisher : pemadam ringan berupa tabung-tabung yang diletakkan setiap jarak 20 m dengan luas pelayanan 200 m².

5. Alat bantu evakuasi berupa tangga darurat yang dilengkapi dengan blower dan pintu serta dinding yang tahan api.

Skema 4.11. Skema sistem pencegahan kebakaran

IV.2.3.15. Analisa Sistem Instalasi Listrik

Instalasi listrik sangat diperlukan pada bangunan asrama mahasiswa ini karena akan menunjang segala kegiatan di dalam bangunan. Sumber listrik

Detector Alarm

Ruang kontrol

Splinkler

Hydran

Deep well Pompa Resevoir kebakaran

Pompa Area kebakaran

(24)

utama berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama, dan kemudian di salurkan ke ruang-ruang. Dan untuk tenaga cadangan digunakan generator (genset) yang dapat mensuplai 75% dari total kapasitas keseluruhan listrik dalam bangunan.

Peletakkan ruang genset diusahakan sejauh mungkin dengan ruang private untuk dapat menjaga kenyamanan dan ketenangan ruang tersebut.

Skema 4.12. Skema sistem instalasi listrik

IV.2.3.16. Analisa Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir merupakan salah satu sistem yang dipakai untuk menangkal petir yang menyambar pada bangunan dan menyalurkan aliran petir tersebut ke dalam tanah. Sistem penangkal petir terdiri dari :

1. Sistem faraday : pembentukkan daerah bujur sangkar dengan tiang baja penangkar pada atap bangunan yang berhubungan dengan sekeliling bangunan sekitar, sehingga aliran petir langsung dialirkan ke tanah dengan kawat tembaga

2. Sistem franklin : Memberikan perlindungan dengan membentuk sudut 45 dari tanah, sehingga petir akan terhantar melalui antena penghubung menuju tanah.

PLN Meteran Gardu listrik Gardu distribusi

(25)

IV.2.3.17. Analisa sistem Komunikasi

Sistem komunikasi yang digunakan dalam asrama mahasiswa ini adalah : 1. Sistem PABX (Private Automatic Branch Exchange) = Komunikasi dari luar

dan dalam melalui operator

Gambar

Gambar 4.5. Analisa Bising
Gambar 4.6. Analisa Bising
Gambar 4.7. Analisa Pergerakkan matahari
Tabel 4.9. Tabel Penzoningan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk me- ngetahui kondisi populasi meliputi: kelompok ukuran, pertumbuhan pokea pada berbagai tipe kegiatan yang berbeda di Sungai Pohara (bekas

(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan

Terlihat pada gambar dibawah ini bahwa kondisi tapak memiliki 3 Jalan, sehingga sirkulasi kendaraan untuk memasuki area perancangan disediakan 3 jalur untuk

Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa individu yang mengkonsumsi air minum kurang dari 1500 ml memiliki risiko mengalami batu ginjal 2,266 kali lebih

9 Dengan dibangunnya embung di bagian hulu sungai maka kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan dapat dikurangi dan pada musim kemarau air yang tertampung tersebut

Adapun pengaruh dari implikasi penggunaan media audio digital dalam pembelajaran gamelan degung I di Departemen Pendidikan Musik Fakultas Seni dan Desain

Dan untuk pendugaan kadar asam lemak bebas biji nyamplung metode kalibrasi yang terbaik adalah metode PLS, data reflektan, dan perlakuan data kombinasi dari

Salah satu yang menimbulkan masalah pengelolaan persampahan dalam upaya penangan sampah adalah besarnya jumlah timbulan sampah yang dihasilkan perharinya tidak