• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK JALANAN MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER ANAK JALANAN MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA."

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KA PENDIDIK

Di

guna

PROGRA JURU

KARAKTER ANAK JALANAN MELALUI IKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH SINGG

AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan una Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Adhi Afwan Mubarok NIM 07102241017

RAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOL RUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UI PROGRAM GGAH

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

1. Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubahnya. (Ar-Ro’dhu;11)

2. Hidup adalah proses belajar, belajar bersyukur meski tak mencukupi, belajar ikhlas meski tak rela dan belajar sabar walau terbebani.

(HR. Muslim)

(6)

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah Subhanahuwata’alla Karya ini akan saya persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibuku tercinta yang tidak pernah lupa dan tak pernah lekang menyisipkan do’a- do’a mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini. Terimakasih atas dukungan moral dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.

(7)

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK JALANAN MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RUMAH SINGGAH

AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Oleh :

Adhi Afwan Mubarok NIM 07102241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan (2) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pembina, anak jalanan, dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian dengan dibantu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi penulis lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

4. Dr. Sujarwo M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Entoh Tohani M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan membimbing.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

6. Seluruh pengurus (pengelola) Rumah Singgah Ahmad Dahlan atas ijin dan bantuan untuk penelitian.

7. Ibu, Bapak, dan Kakak serta adik-ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.

8. AMS Nurhidayah atas bantuan do’a, motivasi, dan kasih sayangnya. 9. Teman-teman “Combot” (Nanang, Rizal, Bayu, Roni, Uun, Puri, Adit)

(9)

10. Teman-teman PLS angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010, atas motivasi, dukungan, dan bantuannya.

11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama pendidikan luar sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, Juni 2012

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... .. 12

1. Kajian tentang Anak Jalanan ... 12

a. Pengertian Anak Jalanan ... 12

b. Ciri-Ciri Anak Jalanan ... 13

c. Faktor - Faktor Keberadaan Anak Jalanan ... 14

(11)

b. Indikator - Indikator Karakter ... 16

c. Pendidikan Karakter ... 19

d. Model Pendidikan Karakter ... 20

3. Kajian tentang Pendidikan Agama Islam ... 24

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 24

b. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 25

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 27

4. Kajian tentang Rumah Singgah ... 28

a. Pengertian Rumah Singgah ... 28

b. Tujuan Rumah Singgah ... 29

c. Sistem Pelayanan Rumah Singgah ... 31

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Pertanyaan Penelitian ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

C. Sumber Data Penelitian ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 45

G. Keabsahan Data ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 48

a. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 48

b. Lokasi dan Keadaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 49

(12)

f. Sumber Dana ... 52

g.Tenaga Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 52

2. Data Hasil Penelitian ... 53

a.Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 53

1) Perencanaan ... 54

2) Pelaksanaan ... 60

3) Evaluasi ... 67

4) Hasil ... ... 69

5) Tindak lanjut ... 70

b.Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 71

c.Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 74

B. Pembahasan ... 76

1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 76

2. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... .. 79

3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 80

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 81

B. Saran ... 82

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 86

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 87

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 88

Lampiran 4. Catatan Lapangan ...101

Lampiran 5.Display, Reduksi, dan Kesimpulan Hasil Wawancara ...113

Lampiran 6. Hasil Dokumentasi ...116

Lampiran 7. Daftar Anak Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta ...119

Lampiran 8 Daftar Tenaga Pendidik Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta ...123

Lampiran 9. Struktur Kepengurusan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ...124

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sosial, budaya, politik, ekonomi, teknologi serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi tatanan sistem nilai dan budaya suatu bangsa. Arus perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus dan menjadi kebanggaan suatu negara. Kenyataan sebenarnya telah terjadi kesenjangan yang sangat mencolok. Pada satu pihak telah terwujud bangunan-bangunan mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.Namun di pihak lain, tidak jauh dari area tersebut tumbuh perkampungan kumuh yang sangat menyedihkan dan perlu mendapat perhatian khusus. Dalam perkampungan kumuh di Indonesia hampir dua pertiga jumlah penduduknya adalah anak-anak, mereka pada umumnya tergolong anak-anak yang rentan permasalahan sosial dan perlu mendapat perlindungan khusus untuk menyelamatkannya.

(17)

daerah-daerah kumuh atau bahkan sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal tetap, perangainya yang sering melakukan kejahatan dan kekhasan lain anak jalanan, menyebabkan pandangan masyarakat terhadapnya sangat rendah. Ironisnya lagi, masyarakat bahkan tidak menganggap anak jalanan sebagai manusia lazimnya. Sebab dalam anggapan masyarakat, anak jalanan adalah anak-anak yang tidak lagi mempunyai masa depan, tidak bisa diharapkan sebagai generasi penerus pembangunan dan tidak mempunyai manfaat bagi masyarakat. Statusnya sebagai anak jalanan, menyebabkan anak-anak itu harus rela dengan berbagai hinaan, cacian, makian, kekejaman, kekerasan dan pandangan-pandangan buruk masyarakat. Permasalahan sosial dapat menimpa keluarga dan dirinya, dengan sendirinya anak jalanan akan mengalami penghilangan hak sebagai manusia dan hak sebagai anak oleh masyarakat.

(18)

Data terakhir (2010) jumlah anak jalanan yang menjadi binaan Departemen Sosial sebanyak empat persen dari 5,4 jumlah anak terlantar atau sekitar 160.000 anak jalanan. Menurut Menteri Sosial RI, anak terlantar di Indonesia yang usianya di bawah 18 tahun terus bertambah dan kini jumlahnya telah mencapai 5,4 juta. Dari 5,4 juta anak terlantar itu, sebanyak 232.894 anak di antaranya merupakan anak jalanan yang terbagi atas tiga kelompok yakni kelompok anak-anak yang seluruh hidupnya di jalan, kelompok anak yang 4-5 jam di jalanan, dan kelompok anak yang mendekati jalanan. Jumlah anak jalanan yang hidup dijalanan di kota Yogyakarta semakin meningkat.Peningkatan tersebut sangat terasa pada setiap tahunnya (Tribunnews.com 2010).

(19)

Salah satu faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan yaitu keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, atau orang lain yang lebih dewasa. Menurut M. Ishaq (1998 : 20), ada tiga kategori kegiatan anak jalanan, yakni : (1) mencari kepuasan (2) mengais nafkah dan (3) tindakan asusila. Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya dengan tempat mereka tinggal sehari-hari, yakni di alun-alun, bioskop, jalan raya, simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.

Anak jalanan pada hakikatnya adalah "anak", sama dengan anak-anak lainnya yang bukan anak-anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka karena anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa. Masyarakat tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan. Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa cinta menjadi kering tak menarik.

(20)

meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini upaya pembinaan anak jalanan telah ditempuh dengan pengadaan program-program tertentu,salah satunya yaitu program pendidikan agama Islam yang sering ada pada lembaga sosial terkait sebagai upaya pendidikankarakter terhadap anak jalanan.Realita yang dapat dilihat dilapangan masih banyak anak jalanan yanghidup dijalanan. Kompleksitas permasalahananak jalanan yang terus meningkat serta program yang belum dilaksanakan secara efektif menyebabkan hasil penanganan anak jalanan belum optimal.

Secara bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Oleh karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.

(21)

Menurut Shintawati (2010: 9-10), bahwa nilai-nilai Islam menjadi inspirasidan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga dengan adanya pendidikan Islamakan mampu:

1. Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip nilai keilahiyahan. Dengan aqidah yang benar, seorang muslim akan mampu menunjukkan sikapnya yang tegar, tsabat, istiqomah dan selalu berfihak dan membela Al Haq.

2. Memompa semangat keilmuan dan karya. Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu berfikir dan berkarya. Doktrin Islam adalah: ”sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling memberi manfaat bagi orang lain”. 3. Membangun karakter/pribadi yang saleh:selalu menegakkan nilai-nilai dan

praktek ibadah. Pendidikan Agama Islam mendidik dan mendisiplinkan pemeluknya untuk selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Dengan perilaku ibadah yang bersih, niscaya akan terbentuk karakter muttaqien, selalu menjauhi perilaku negatif dan destruktif.

4. Membangun sikap peduli: Islam selalu mengajarkan sikap peduli kepada orang lain, hewan dan lingkungan. Sikap peduli akan melahirkan sikap yang selalu membangun dan memecahkan segala permasalahan sosial.

5. Membentuk pandangan yang visioner, berfikir, bekerja dan bertindak untuk kepentingan masa depan.

(22)

yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah Rumah Singgah.

Rumah Singgah sebagai salah satu metode pendekatan terhadap anak jalanan menjalankan berbagai macam program pelayanan untuk anak jalanan. Setiap program yang dilaksanakan haruslah mendatangkan manfaat dan kebutuhan anak jalanan itu sendiri. Rumah Singgah yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Rumah Singgah Ahmad Dahlan, yang merupakan salah satu dari beberapa lembaga sosial yang ada di kota Yogyakarta. Rumah Singgah Ahmad Dahlan sebagai lembaga sosial non pemerintahan yang bergerak melakukan pembinaan terhadap anak jalanan serta memonitoring perkembangan dan hambatan-hambatan yang dialami mereka. Selanjutnya Rumah Singgah Ahmad Dahlan juga memiliki program-program antara lain program keterampilan, beasiswa dan pendidikan agama Islam sebagai pendidikan karakter untuk anak-anak jalanan.

(23)

kurang disiplin waktu pada saat pelaksanaannya.Kedua permasalahan tersebut dapat mengakibatkan proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan menjadi kurang efektif.

Keberhasilan suatu Rumah Singgah dapat dilihat dari keberhasilan program-program yang dilaksanakan. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui pelayanan suatu Rumah Singgah dalam melaksanakan programnya terhadap pendidikan karakter individu anak jalanan. Maka untuk mengetahui sejauh mana pelayanan program di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dalam menangani anak jalanan ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad DahlanYogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Jumlah anak jalanan yang hidup di jalanan di Yogyakarta semakin meningkat.

2. Rendahnya tingkat pendidikan anak-anak jalanan yang turun ke jalan.

3. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang. 4. Keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan.

(24)

6. Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan masih belum efektif.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti hanya dibatasi pada pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 2. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak

jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

(25)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan dan uraian di atas, maka peneliti menetapkan beberapa tujuan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan pendidikan karakter anak jalanan melalui pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam. 3. Dapat mengaplikasikan pendidikan karakter anak jalanan melalui program

pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. F. Manfaat Penelitian

Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

a. Membantu peneliti untuk mengetahui dan memahami pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta.

b. Memperoleh pengalaman nyata dan mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapannya.

c. Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di bangku perkuliahan. 2. Bagi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

(26)

b. Memberikan masukan terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

c. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

3. Bagi Praktisi Pendidikan dan Akademisi

a. Dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut mengenai pendidikan karakter anak jalanan.

b. Memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pendidikan luar sekolah khususnya pendidikan karakter bagi anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Kajian tentang Anak Jalanan a. Pengertian Anak Jalanan

Menurut Abu Huraerah (2006: 53) anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga.Pendapat yang berbeda mengenai anak jalanan ini salah satunya ialah Departemen Sosial RI. Menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Pengertian anak jalanan menurut Dinas Sosial Propinsi DIY adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya di jalan, sampai dengan umur 18 tahun. Menurut Bagong Suyanto (2010: 206), anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat.

(28)

tahun atau dalam usia relatif dini yang sebagian besar waktunya dilewatkan, dihabiskan, dan dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-harinya di jalanan bahkan di lingkungan kota yang keras, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga.

b. Ciri - Ciri Anak Jalanan

Anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang baru dalam masyarakat, sehingga orang-orang langsung akan dapat membedakan anak jalanan dengan yang bukan anak jalanan. Ciri-ciri umum anak jalanan menurut Departemen Sosial (1997: 2-3), meliputi:

1) Bersifat fisik, meliputi warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan, biasanya berbadan kurus, pakaian kumal.

2) Bersifat psikis, meliputi mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, kreatif, semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko, serta mandiri.

Kehidupan anak jalanan dengan ciri seperti itu, dapat dilihat ditempat-tempat seperti pasar, terminal, stasiun kereta api, pusat perbelanjaan dan perempatan jalan atau jalan raya.Selain ciri-ciri tersebut indikator yang dapat digunakan untuk mengenali anak jalanan yaitu:

1) Usia berkisar antara 16-18 tahun

2) Waktu yang dihabiskan dijalanan lebih dari 4 jam setiap hari.

(29)

1) Ciri-ciri fisik: warna kulit kusam, rambut berwarna kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus, pakaian tidak terurus.

2) Ciri-ciri psikis: mobilitas tinggi, bersikap acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, kreatif, memiliki semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko, mandiri.

Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak jalanan biasanya berpakaian kumal, kusam, dan sering menggunakan fasilitas umum sebagai ruang hidup mereka serta berada pada satu kelompok sosial yang memiliki aturan-aturan berdasarkan pada kesepakatan bersama. c. Faktor- Faktor Keberadaan Anak Jalanan

Menurut Bagong Suyanto (2010: 196-197), sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, sepertikesulitan keuangan dalam keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi faktor ini sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang kala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalanan.

Menurut Sri Sanituti (1999: 5), penyebab pokok mengapa seorang anak menjadi anak jalanan adalah:

(30)

2) Ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara bapak dan ibu, maupun orang tua dan anak.

3) Suasana lingkungan yang kurang mendukung untuk anak-anak menikmati kehidupan masa kanak-kanaknya termasuk suasana perselingkuhan yang kadang-kadang mereka anggap sangat monoton dan membelenggu hidupnya.

4) Rayuan kenikmatan, kebebasan untuk mengatur hidup sendiri dan menikmati kehidupan lainnya yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan.

2. Kajian tentang Karakter a. Pengertian Karakter

Karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi kodratinya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya terus menerus. Kebebasan manusialah yang membuat struktur antropologis itu tidak determinan, melainkan menjadi faktor yang membantu pengembangan manusia secara integral. Karakter sekaligus berupa hasil dan proses dalam diri manusia yang sifatnya stabil dan dinamis untuk senantiasa berkembang maju mengatasi kekurangan dan kelemahan dirinya (Doni Koesoema, 2007: 104).

(31)

negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.Lebih lanjut Suyanto mengungkapkan bahwa terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: 1) karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, 2) kemandirian dan tanggung jawab, 3) kejujuran/amanah, diplomatis, 4) hormat dan santun, 5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, 6) percaya diri dan pekerja keras, 7) kepemimpinan dan keadilan, 8) baik dan rendah hati, dan 9) karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan (Darmiyati Zuhdi, 2011: 29-30).

Dilihat dari sudut pengertian di atas, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.

b. Indikator - Indikator Karakter

(32)

1) Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur : perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3) Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4) Disiplin : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif : berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.

7) Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis : cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

(33)

10) Semangat kebangsaan : cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11) Cinta tanah air : cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

12) Menghargai prestasi : sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat atau komunikatif : tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14) Cinta damai : sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.

15) Gemar membaca : kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan baginya.

16) Peduli lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17) Peduli sosial : sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(34)

c. Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 3) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Doni Koesoema (2007: 81)adalah sebuah peluang bagi penyempurnaan diri manusia dengan usaha untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berkeutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya. Frye (Darmiyati Zuhdi, 2011: 471), menegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang disengaja untuk membantu seseorang memahami, menjaga, dan berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter mulia.

Abdul Majid dan Dian Andayani (2012: 109), merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut : 1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter.

(35)

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik.

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah atau lembaga sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama.

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11) Mengevaluasi karakter sekolah atau lembaga, fungsi staf sekolah atau lembaga sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

d. Model Pendidikan Karakter

(36)

1) Model sebagai mata pelajaran tersendiri(monolitik)

Dalam model pendekatan ini, pendidikan karakter dianggap sebagai mata pelajaran tersendiri. Karena itu, pendidikan karakter memiliki kedudukan yang sama dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain.Dalam hal ini, guru bidang studi pendidikan karakter harus mempersiapkan dan mengembangkan kurikulum, metodologi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Konsekuensinya pendidikan karakter harus dirancangkan dalam jadwal pelajaran secara terstruktur.Kelebihan dari pendekatan ini antara lain materi yang disampaikan menjadi lebih terencana matang/terfokus, materi yang telah disampaikan lebih terukur. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah sangat tergantung pada tuntutan kurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai tersebut seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab satu orang guru semata, demikian pula dampak yang muncul pendidikan karakter hanya menyentuh aspek kognitif, tidak menyentuh internalisasi nilai tersebut.

2) Model terintegrasi dalam semua bidang studi

(37)

bertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahaman akan nilai-nilai pendidikan karakter cenderung tidak bersifat informatif-kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada setiap bidang studi. Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah diterapkan dalam berbagai setting.Sisi kelemahannya adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semuaguru. Namun,menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal yang tidak mudah, hal ini mengingat latar belakang setiap guru yang berbeda-beda. Di samping itu, jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai di antara guru sendiri akan menjadikan siswa justru bingung.

3) Model di luar pengajaran

(38)

4) Model gabungan

Model gabungan adalah menggabungkan antara model terintegrasi dan model di luarpelajaran secara bersama. Model ini dapat dilaksanakan dalam kerja sama dengan tim baik oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah. Kelebihan model ini adalah semua guru terlibat, guru dapat belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa menerima informasi tentang nilai-nilai sekaligus juga diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik. Mengingat pendidikan karakter merupakan salah satu fungsi dari pendidikan nasional, maka sepatutnya pendidikan karakter ada pada setiap materi pelajaran.

(39)

Berdasarkan empat model pendekatan pendidikan karakter tersebut di atas, yang paling ideal adalah model gabungan yaitu pendidikan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran namun di luar pelajaran pun dilaksanakan, namun bagaimana guru dapat memiliki pemahaman dan keterampilan pendidikan karakter itu terintegrasi apabila tidak diberikan secara khusus bagaimana model/metode pembelajaran pendidikan karakter tersebut, melainkan, mereka harus dapat menghayati dan mempraktikkan serta membiasakan sikapdan perilaku berkarakter dalam kesehariannya. Atas pertimbangan tersebut, maka implementasi pendidikan karakter memerlukan waktu yang bukanhanya lama dan kontinyu, tetapi juga harus dirancang dan perlu dilakukan secara berulang-ulang.

3. Kajian tentang Pendidikan Agama Islam c. Pengertian Pendidikan Agama Islam

(40)

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2004: 19), pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semuaajaran Islam. Anak diharapkan menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat luas dengan jalan dibina, diarahkan jasmani dan rohaninya menurut ajaran agama Islam sehingga memiliki kepribadian utama. Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia saja melainkan juga mencari kebahagiaan hidup diakhirat.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha untuk mengembangkan fitrah keagamaan yang dibawa sejak lahir yaitu berupa bimbingan jasmani dan rohani serta akal anak sesuai dengan ajaran Islam, diharapkan anak mampu memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga bermanfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat serta membawa kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

d. Dasar Pendidikan Agama Islam

(41)

yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah Al qur’an dan Hadits (Achmadi, 1992: 20).

Ahmad Taufiq (2010: 3-4) menyatakan bahwa yang menjadi kerangka dasar agama Islam yaitu :

1) Aqidah

Aqidah Islam adalah dasar - dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh seorang muslim sebagai sumber kayakinan yang mengikat. Aqidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam, karena merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Aqidah merupakan fundamen ajaran Islam yang bersumber dan berpijak kepada Al-qur’an dan As-sunah karena dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan yang dimiliki manusia.

2) Syariat

(42)

peraturan kehidupan manusia secara pribadi, keluarga, dan dalam bermasyarakat, serta yang menyangkut akhlak.

3) Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat didalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, yaitu :

a) Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu hanya dilakukan sekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak.

b) Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang, tidak disebut akhlak.

e. Tujuan Pendidikan Agama Islam

(43)

akhirnya dapat mendorong manusia untuk menaati, mencintai, tunduk pada perintah dan bermunajat kepada Allah melalui beribadah kepada-Nya.

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan agama Islam, baik secara makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak. Berdasarkan batas-batas tersebut tidak ada perbedaan secara prinsip, yang semuanya bertitik tolak pada terbentuknya manusia yang berpribadi muslim dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

4. Kajian tentang Rumah Singgah a. Pengertian Rumah Singgah

(44)

menjadi tempat persinggahan bagi anak yang tergolong miskin maupun terlantar. Menurut Departemen Sosial (1997: 32) Rumah Singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat. b. Tujuan Rumah Singgah

Rumah Singgah memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari Rumah Singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Tujuan khusus dari Rumah Singgah adalah:

1) Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

2) Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi warga masyarakat yang produktif.

3) Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan (Departemen Sosial, 1997: 34).

(45)

Peran dan fungsi Rumah Singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi Rumah Singgah adalah:

1) Sebagai tempat pertemuan (meeting point) pekerja sosial dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.

2) Pusat diagnosis dan rujukan. Dalam hal ini Rumah Singgah berfungsi sebagai tempat melakukan diagnosis terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan pelayanan sosial bagi anak jalanan.

3) Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya.

4) Perlindungan. Rumah Singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk kekerasan yang sering menimpa anak jalanan dari kekerasan dan perilaku penyimpangan seksual ataupun bentuk kekerasan lainnya.

5) Pusat informasi tentang anak jalanan.

6) Kuratif dan rehabilitatif, yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak.

7) Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial.

(46)

mengarah pada pengakuan, tanggung jawab, dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan (Departemen Sosial, 1997: 33-34).

c. Sistem Pelayanan Rumah Singgah

Dalam sistem pelayanan anak jalanan ini setiap lembaga penyelenggara boleh menentukan sendiri batas usia anak jalanan yang akan dibinanya, termasuk karakteristiknya seperti tinggal atau tidak dengan orang tuanya, bersekolah atau tidak, dan memiliki pekerjaan yang tetap atau tidak. Jumlah anak jalanan penerima layanan terserah pada kemampuan lembaga, namun secara efektif biasanya mencapai 70 anak jalanan dalam setahun dengan umur yang berkisar 18 tahun ke bawah. Rumah Singgah Ahmad Dahlan, tahap pelayanan yang diberikan melalui beberapa tahap pelayanan, yaitu:

1) Outreach dan assessment, yaitu penjangkauan anak-anak jalanan sekaligus mengetahui tempat yang menjadi aktivitas anak, kemudian dilakukan suatu pendekatan yang dapat dikerjakan melalui pendekatan Rumah Singgah. Hal ini karena Rumah Singgah mempunyai fungsi memperkenalkan nilai dan norma sosial pada anak jalanan serta diharapkan pendamping mampu mengembalikan pola hidup normatif kepada anak.

(47)

didukung dengan adanya show room atau galeri yang berfungsi mempromosikan dan memasarkan produk-produk karya hasil kerja anak jalanan yang dibina.

3) Terminasi, merupakan tahap pelayanan terakhir yang meliputi pencarian rujukan dan referensi lembaga ekonomi yang berorientasi profit, sebagai contoh bengkel, pertukangan pabrik, perusahaan jasa dan produksi. Pada tahap terminasi ini juga dilakukan monitoring, di mana anak sudah siap kembali ke dalam keluarganya. Proses pemantauan dan pembinaan untuk mencegah anak kembali ke jalanan harus tetap dilakukan.

Dalam penelitian ini Rumah Singgah diartikan sebagai tempat untuk mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak jalanan.Selain itu Rumah Singgah dapat diartikan juga sebagai wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sekian banyak penelitian yang dilakukan mengenai anak jalanan, pendidikan karakter dan pendidikan agama Islam, berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah anak jalanan, pendidikan karakter dan pendidikan agama Islam diantaranya adalah :

(48)

jalan, menjalin relasi dengan anak jalanan, melaksanakan pendampingan belajar, dan mengadakan tindak lanjut dengan mengembalikan anak jalanan ke sekolah, mengembalikan ke orang tuanya bagi yang terpisah, dan memfasilitasi pelatihan keterampilan bagi anak jalanan yang memiliki minat tinggi untuk mandiri (bekerja).

2. Hasil penelitian HeniZuhriyah, (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih), mengungkapkan bahwa maksud dan tujuan pendidikan karakter dan pendidikan akhlak semakna dan sejalan, yakni suatu usaha sadar untuk membantu individu mempunyai kehendak untuk berbuat sesuai dengan nilai dan norma (baik dalam agama maupun di masyarakat) serta membiasakan perbuatan tersebut dalam kehidupannya. Pendidikan karakter menurut Doni Koesoema merupakan struktur antropologis yang terarah pada proses pengembangan dalam diri manusia secara terus menerus untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang mempunyai keutamaan yakni dengan mengaktualisasikan nilai-nilai keutamaan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati, dan semisalnya.

C. Kerangka Berpikir

(49)

keluarga. Orang tua kurang berperan maksimal dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang berkarakter baik di dalam keluarga maupun masyarakat.Konflik psiko-sosial orang tua menyebabkan anak tidak mendapatkan hak akan pendidikan, sehingga menyebabkan mereka menghabiskan waktunya di jalan untuk mencari nafkah membantu perekonomian keluarganya, dan akhirnya membuat mereka hidup di jalanan, mereka ini kemudian disebut dengan anak jalanan.

Menghadapi permasalahan anak jalanan yang tidak ada ujung pangkalnya, maka diperlukan partisipasi berbagai pihak, salah satunya seperti yang telah dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dengan berusaha membantu memberdayakan anak jalanan untuk mengembangkan potensi diri anak jalanan, melalui berbagai program, pemberian program keterampilan, pemberian beasiswa bagi yang masih bersekolah, memberikan program pendidikan kejar paket yang setara dengan pendidikan formal, dan lain sebagainya.Program yang diadakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan, salah satu diantaranya adalah pendidikan agama Islam yangmempunyai tujuan untuk menjadikan anak jalanan yang memiliki karakter positif yang sesuai dengan tuntunan agama Islam.

(50)

jalanan melalui program pendidikan agama Islam, yang orientasi akhirnya pada pendidikan anak jalanan yang mempunyai kompetensi dalam bidang agama Islam. Lebih jelasnya mengenai kerangka berpikir di atas dapat dilihat pada gambar kerangka berpikir sebagai berikut:

Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Pendidikan Karakter Anak Jalanan Melalui Program Pendidikan Agama

Islam

Pelaksanaan Program/pembelajaran

Hasil yang dicapai dari pendidikan karakter anak jalanan

melalui program pendidikan agama Islam (sesuai dengan

tujuan) Masalah

sosial anak jalanan

Evaluasi

Persiapan Proses Faktor pendukung

[image:50.595.135.537.197.767.2]
(51)

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian dan agar dapat memperoleh hasil yang optimal, maka perlu dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses perencanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama IslamdiRumah Singgah Ahmad Dahlan?

2. Bagaimana kurikulum pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

3. Bagaimana proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan? 4. Bagaimana sistem evaluasi yang diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan

karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

5. Bagaimanakah hasil yang dicapai dari pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

6. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan?

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan yang informasinya atau data yang terkumpul, terbentuk dari kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalau ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang (Sudarwan Danim, 2002: 51).

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang pendidikan karakter anak jalanan melalui pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai pendidikan karakter anak jalanan melalui pendidikan agama Islam ini bertempat di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang berada di Jalan Sidobali Umbul Harjo II No. 396 Yogyakarta 55615. Alasan peneliti memilih tempat penelitian di Rumah Singgah tersebut karena:

1. Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan salah satu Rumah Singgah yang masih berjalan di kota Yogyakarta.

2. Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan Rumah Singgah yang memiliki kepedulian dan perhatian khusus terhadap nasib anak jalanan yang ada di Yogyakarta.

(53)

4. Pihak Rumah Singgah yang welcome sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi atau data penelitian.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Tahap pengumpulan data awal yaitu melakukan observasi awal untuk mengetahui suasana tempatpelaksanaan, dan wawancara formal pada obyek penelitian.

2. Tahap penyusunan proposal. Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dari data-data yang telah dikumpulkan melalui tahap penyusunan data awal. 3. Tahap perijinan. Pada tahap ini dilakukan pengurusan ijin untuk penelitian

keRumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta

4. Tahap pengumpulan data dan analisis data. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan terhadap data-data yang sudah didapat dan dilakukan analisis data untuk pengorganisasian data,interpretasi data, dan penyimpulan data. 5. Tahap penyusunan laporan. Tahapan ini dilakukan untuk menyusun seluruh

data dari hasil penelitian yang didapat dan selanjutnya disusun sebagai laporan pelaksanaan penelitian.

C. Sumber Data Penelitian

(54)

Adapun kriteria subyek dalam penelitian ini, meliputi:

1. Subjek penelitian sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

2. Subjek terlibat secara penuh dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

3. Subjek mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang diselenggarakan oleh Rumah Singgah.

Subjek dalam penelitian ini adalah pembina, anak jalanan,dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Maksud dari pemilihan subjek ini adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif, peneliti menggunakan pengamatan kejadian apa adanya instrumen utama adalah peneliti sendiri, dengan alasan bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti baik masalah, prosedur penelitian data yang akan dikumpulkan, bahkan hasil yang diharapkan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

(55)

Dahlan Yogyakarta. Metode yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap, lebih mendalam dan terperinci, maka dalam melakukan pengamatan dilaksanakan melalui observasi non partisipasi terutama pada saat berlangsung kegiatan program. Data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan selanjutnya dituangkan dalam suatu tulisan. Setiap observasi peneliti menggunakan buku catatan. Teknik observasi ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan proses studi deskripsi tentang pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang meliputi kelembagaan, pelaksanaan program, dan faktor pendukung serta faktor penghambat.

Beberapa alasan mengapa dilakukannya pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu:

a. Dapat memungkinkan melihat dan mengamati sendiri secara langsung sehingga dapat mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana terjadi. b. Peneliti dapat mencatat perilaku dan situasi yang berkaitan dengan

proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data. c. Mencegah terjadinya bias dilapangan.

(56)

2. Wawancara

Menurut Lexy J. Moleong (2005: 186) percakapan dilakukan oleh dua orang pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan melakukan tanya jawab langsung kepada subyek penelitian.

Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara dengan model pertanyaan terbuka, tidak kaku, fleksibel, dan disampaikan secara informal. Pedoman wawancara tersebut (terlampir), disusun dan digunakan sebagai arah agar wawancara terfokus pada beberapa persoalan, yaitu 1) kelembagaan yang meliputi visi misi, tenaga pengajar, fasilitas dan struktur pengurus; 2)pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang meliputi pendidik, peserta didik, kegiatan yang diberikan, materi kegiatan, hasil dari kegiatan, manfaat kegiatan dan tindak lanjut; 3) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program meliputi faktor internal dan eksternal.

(57)

pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

3. Dokumentasi

Menurut Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong (2005: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto.

(58)
[image:58.595.106.505.116.684.2]

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data No . Aspek Informan/Sumber Data Teknik 1. 2. 3. Kelembagaan a. Visi dan misi b. Tenaga pengajar c. Fasilitas

d. Struktur pengurus

Pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam a. Pendidik

b. Peserta didik

c. Kegiatan yang diberikan d. Materi kegiatan

e. Hasil dari kegiatan f. Manfaat kegiatan g. Tindak lanjut

Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam a. Internal b. Eksternal Pembina dan pengelola Pembina, anak

jalanan, dan pengelola

(59)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian atau alat penelitian. Instrumen ini perlu karena peneliti dituntut untuk dapat menemukan data dari fenomena, peristiwa, dokumen tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Pedoman observasi digunakan sebagai alat bantu pengumpul data yang dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga data yang didapatkan sebagaimana adanya.

Pencatatan data wawancara juga aspek utama yang sangat penting dalam wawancara karena kalau pencatatan itu tidak dilakukan dengan semestinya, maka sebagian dari data akan hilang dan usaha wawancara akan sia-sia. Pedoman dokumentasi digunakan untuk menggali data atau informasi subyek yang tercatat sebelumnya, yang dapat diperoleh melalui catatan tertulis. Menurut Lexy Moleong (2005: 216) bahwa ada dua bentuk dokumen yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Penggunaan pedoman ini bertujuan agar dalam observasi dan wawancara tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti.

(60)

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data utama dan data pendukung. Data utama diperoleh melalui subjek penelitian, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan sebagai fokus penelitian. Sedangkan data pendukung bersumber dari dokumen-dokumen berupa catatan, rekaman, gambar, atau foto serta bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dengan metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data sesuai dengan tema, pengumpulan data ini yaitu data mengenai pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.Data tersebut diambil dari data pembina, pengelola dan anak jalanan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

(61)

tambahan, kemudian peneliti melakukan abstraksi kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan.

3. Penyajian data, pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi dari data pembina, pengelola dan anak jalanan. Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan melalui bentuk naratif agar diperoleh penyajian data yang lengkap dari hasil pengumpulan data yang dilakukan. Dalam tahap ini peneliti membuat teks naratif mengenai informasi yang diberikan informan. 4. Tahap kesimpulan, pada tahap ini peneliti melakukan uji kebenaran setiap

makna yang muncul dari data yang diperoleh informan satu ke informan lain dengan cara melibatkan pembina, pengelola dan anak jalanan Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan pada pemahaman terhadap data yang telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan menguji pada pokok permasalahan yang diteliti.

G. Keabsahan Data

(62)

Agar data yang diperoleh dapat lebih dipercaya maka informasi atau data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan pengecekan lagi melalui pengamatan. Sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan juga dilakukan pengecekan lagi melalui wawancara atau menanyakan kepada responden.Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dan mengecek informasi data hasil yang diperoleh dari:

1. Wawancara dengan hasil observasi, demikian pula sebaliknya.

2. Membandingkan apa yang dikatakan pembina,anak jalanan, dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

3. Membandingkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

4. Melakukan pengecekan data dengan pembina,anak jalanan, dan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

a. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Pondok Pesantren Muhammadiyah (Rumah Singgah) Ahmad Dahlan berdiri pada tanggal 14 Maret 2000. Tuntutan pendirian ini berdasarkan keinginan para pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk tidak sekedar membantu mengentaskan anak-anak jalanan secara insidentil dan parsial atau hanya membantu sekolah, permakanan, pakaian dan uang jajan. Akan tetapi lebih dari itu ingin melakukan kerja pendampingan secara terencana, terorganisir, terprogram, dan dilakukan secara berkelanjutan (kontinyu). Perjalanan Rumah Singgah Ahmad Dahlan telah mendampingi anak-anak jalanan di Yogyakarta kurang lebih empat tahun.

(64)

yang berorientasi kepada anak terlantar (keluarga miskin yang rentan menjadi anak jalanan).

Kedua persoalan ini cukup penting dan segera diberikan alternatif dan solusi-solusi, karena eksistensi Rumah Singgah ide dasar pembentukannya tidaklah diperuntukkan untuk menyelesaikan permasalahan anak jalanan secara menyeluruh (detail). Tidak heran apabila Rumah Singgah berkesan hanya pendampingan yang bersifat antara bagi anak jalanan dari dunia jalanan menuju komunitas yang wajar (normatif dan berkeadaban). Maka Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang sekaligus merupakan yayasan paling muda dalam penanganan anak jalanan, ingin membangun rumusan pendampingan yang alternatif yaitu dengan kerangka pendampingan yang berbasis mental spiritual, bakat, minat dan kemauan, psikologis sesuai dengan permasalahan anak.

b. Lokasi dan Keadaan Rumah Singgah

Rumah Singgah Ahmad Dahlan terletak di Jalan SidobaliUmbul Harjo II No. 396, Yogyakarta. Bangunan Rumah Singgah Ahmad Dahlan terbuat dari betonisasi yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 ruang kantor dan administrasi, 1 mushola, 1 kamar tidur untuk anak binaan, 1 kamar mandi dan WC, dan juga tersedia ruang dapur untuk memasak sehari-hari.

(65)
[image:65.595.127.515.330.495.2]

Rumah Singgah Ahmad Dahlan, selain memberikan pelayanan tempat tinggal untuk anak-anak jalanan juga memiliki program pendampingan yang telah dilakukan adalah menormalkan tradisi hidup berkeluarga, sosialisasi dengan masyarakat normal, membina hubungan baik dengan anak jalanan, menciptakan peri kehidupan yang harmonis di Rumah Singgah, dan juga memberikan pembelajaran kepada anak jalanan. Untuk mendukung program pendampingan tersebut Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait dan masyarakat.

Tabel 2. Fasilitas Rumah Singgah Ahmad Dahlan

No Fasilitas Jumlah Kondisi

1. Rumah 1 Baik

2. Ruang tamu dan ruang membaca 1 Baik

3. Ruang kantor dan administrasi 3 Baik

4. Kamar tidur 1 Baik

5. Ruang memasak (dapur) 1 Baik

6. Kamar mandi dan WC 1 Kurang baik

7. Mushola (peralatan sholat) 1 Baik

8. Papan informasi 1 Baik

9. Studio musik 1 Kurang baik

10. Taman bacaan “Sampoerna” 1 Baik

Sumber: Data Primer Rumah Singgah Ahmad Dahlan, 2011

c. Visi dan Misi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

(66)

yaitu membentuk insan (anak) mandiri yang berakhlak mulia,mendirikan sentra-sentra pendidikan (pelatihan) untuk anak jalanan, melakukan pendampingan dan advokasi kepada anak jalanan, bergabung bersama masyarakat untuk kampanye peduli anak jalanan, memperjuangkan taraf hidup anak secara hukum,politik, ekonomi, dansosial.

d. Anak Jalanan Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan sejak didirikan pada tahun 2000 sampai saat ini memiliki anak binaan sebanyak 59 anak, akan tetapi tidak semua anak tinggal di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.Hal ini dikarenakan Rumah Singgah Ahmad Dahlan mengkhususkan pada pelayanan sosial bagi anak jalanan yang berjenis kelamin laki-laki. Ada beberapa alasan mengapa mengkhususkan pelayanan sosial pada anak jalanan laki-laki yaitu karena jumlah anak jalanan laki-laki lebih banyak daripada anak jalanan perempuan, serta kematangan psikologis anak jalanan. Kematangan psikologis tersebut menyebabkan anak jalanan laki-laki dan anak jalanan perempuan tidak dicampur dengan alasan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya hubungan badan antar anak jalanan.

(67)

jalanan dan disaat lain sepi. Tingkat usia anak jalanan yang ada di Rumah Singgah Ahmad Dahlan sebagian besar berusia antara 7–17 tahun, dilihat dari usianya tersebut mereka masih berada dalam usia yang labil. Mereka sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara mental, jasmani, rokhani, maupun sosial. e. Badan Hukum

Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang berdiri pada tanggal 14 Maret2000 telah memiliki legalitas lembaga pemerintah provinsi DIY yang telah dilaksanakan pengesahan oleh Akte Notaris: Daliso Rudianto, SH. Nomor. 05. Tahun 2001.SK Dinkeskessos DIY No. 31/KPTS/XI/2001.SK Depag DIY no. A 05198 Tahun 2005.

f. Sumber Dana

Selama ini mulai dari tahun 2001, Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan pendampingan secara mandiri. Pendanaan hanya dibantu oleh masyarakat sebagai donatur, baik yang berupa barang maupun uang yang tidak terikat dan mengikat. Untuk melakukan kegiatan selanjutnya membutuhkan dermawan-dermawan yang bermurah hati. Rumah Singgah Ahmad Dahlan berusaha mengakses ke beberapa instansi pemerintah maupun swasta diantaranya dinas sosial, pemerintah kota Yogyakarta, dinas pendidikan, dinas tenaga kerja dan departemen agama.

g. Tenaga Rumah Singgah Ahmad Dahlan

(68)

Dahlan. Pelaksanaan kegiatan Rumah Singgah Ahmad Dahlan dipimpin oleh Bapak Suyadi, yang dibantu oleh 3 orang pendamping,sekretaris, bendahara, dan koordinator anak jalanan.

2. Data Hasil Penelitian

a. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Anak Jalanan melalui Program Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk anak jalanan yang tinggal ataupun menjadi binaan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Proses pembelajaran dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari Jum’at jam16.00-19.00WIB yang bertempat di aula Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Adapun materi pelaksanaan pembelajaran berupa penjelasan mengenai karakter yang baik dalam kehidupan di masyarakat serta diajarkan dalam hal keagamaan seperti sholat dan mengaji bersama.

(69)

konsepnya, seorang pendidik harus mempersiapkan untuk proses pelaksanaan pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil, dan mengadakan tindak lanjut dari hasil pelaksanaan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, berikut deskripsi mengenai pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan :

1) Perencanaaan

Perencanaan yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan aktivitas yang menyangkut pembuatan keputusan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana cara melaksanakan, kapan pelaksanaannya, dan siapa yang bertanggungjawab atas pelaksanannya. Perencanaan yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan merupakan langkah yang mendasari dan mendahului fungsi-fungsi manajemen yang lain.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa proses perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melibatkan berbagai aspek yaitu pendidik, sasaran peserta pendidik, fasilitas, kurikulum. Seperti yang diungkapkan pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan “Ik” (21) mengungkapkan :

“Perencanaan yang kami lakukan meliputi beberapa faktor yaitu pendidik, sasaran warga belajar, fasilitas dan kurikulum”.

Hal serupa diungkapkan “Syd” (34) selaku pengelola sekaligus pembina Rumah Singgah Ahmad Dahlan, bahwa:

(70)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melibatkan berbagai aspek yaitu pendidik, sasaran peserta pendidik, fasilitas, kurikulum. Selain itu, dalam proses perencanaan,dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan juga menekankan kepada semua pengelola maupun anak jalanan sebagai peserta didik untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap program-program yang akan dilaksanakan khususnya pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam.

Adapun penjelasan terkait proses perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam di Rumah Singgah Ahmad Dahlan yaitu :

a) Pendidik

Proses pembelajaran harus ada pendidik yang diharapkan dapat memberikan bimbingan ataupun pengajaran kepada peserta didik agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi lebih baik. Rumah Singgah Ahmad Dahlan memiliki beberapa pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan melalui program pendidikan agama Islam, akan tetapi pendidik tersebut masih kurang karena ada kesibukan juga di luar mengajar.Maka dari itu, pihak pengelola menambah pendidik yang mampu memberikan pembelajaran yang maksimal bagi peserta didiknya.

(71)

pendidik harus mampu menggantikan peran orang tua di rumah. Maka dari itu, dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan merasa senang dan terbantu dengan kehadiran pendidik volunter dari mahasiswa yang ikhlas untuk mengajar anak jalanan, karena volunter yang berasal dari mahasiswa lebih mengerti karakter anak jalanan dan diharapkan dapat berperan sebagai orangtua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan baik. Seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan Ik (21) mengungkapkan :

“ Kriteria pendidik disini harus mampu menggantikan peran orangtua dirumah, sehingga pendidik diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada anak jalanan layaknya membimbing anaknya sendiri ”.

Hal serupa diungkapkan Syd selaku pembina sekaligus pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, bahwa:

“ Dalam pelaksanaan program ini kami dari pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan merasa berterimakasih sekali atas bantuan volunter dari mahasiswa yang secara ikhlas untuk mendidik anak jalanan.”

(72)

peserta didik yang dapat memberikan bimbingan positif kepada anak jalanan seperti layaknya membimbing anaknya sendiri.

b) Sasaran peserta didik

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan jumlah anak jalanan yang mengikuti setiap kegiatan tidak tentu. Hal ini disebabkan adanya motivasi belajar setiap anak jalanan untuk mengikuti kegiatan berbeda-beda dan mobilitas yang tinggi dari anak jalanan yang sering berpindah-pindah tempat. Ada yang mengikuti kegiatan secara aktif dan selalu hadir, ada yang tidak tentu hadir. Jumlah anak jalanan yang mengikuti kegiatan rata-rata berjumlah 7-10 anak. Seperti yang diungkapkan oleh mbak “Ik” selaku pengelola anak jalanan bahwa:

“Kegiatan ini belum efektif karena tidak semua anak jalanan dapat mengikutinya dan jumlah anak jalanan yang mengikuti kegiatan tidak tentu soalnya kan motivasi mereka berbeda dan kadang ada yang malas juga.”

Hal ini diperkuat “Dm” yang menjadi anak jalanan juga mengatakan bahwa:

“Aku selalu berusaha mengikuti kegiatan ini secara rutin soalnya aku dapat menjadi lebih baik dibandingkan dengan yang dulu setelah mengikuti kegiatan ini. Aku bisa belajar disini sama teman-teman dan banyak pengalaman. Tapi kalau aku lagi datang malasnya malah tidak jadi ikut.”

(73)

jalanan dapat mengikutinya, sehingga jumlah anak jalanan yang mengikuti kegiatan rata-rata berjumlah 7-10 anak. Hal ini disebabkan karena motivasi yang dimiliki oleh setiap anak jalanan berbeda-beda. c) Fasilitas belajar

Proses pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan memiliki fasilitas atau media belajar sangat mendukung dalam mencapai tujuan kegiatan yang diinginkan. Media belajar yang ada harus sesuai dengan kebutuhan materi belajar. Media atau fasilitas yang ada dalam kegiatan pendidikan karakter anak jalanan ini adalah alat-alat ibadah seperti sarung yang setiap anak jalanan sudah memiliki sendiri-sendiri dan dapat digunakan untuk sholat lima waktu, sajadah yang masih baik dan bisa digunakan untuk alas dalam melaksanakan sholat, Al-qur’an dalam kondisi masih baik sehingga dapat digunakan untuk kegiatan mengaji setiap hari dan bagi anak jalanan yang belum bisa membaca Al-qur’an dari pihak pengelola Rumah Singgah sudah menyediakan iqra’ sebagai tahap awal agar dapat membaca Al-qur’an, serta alat tulis yang mendukung proses belajar. Fasilitas atau media belajar dipersiapkan secara optimal oleh pengelola sebelum memulai kegiatan agar dalam proses pelaksanaanya dapat berjalan dengan lancar. Seperti yang diungkapkan oleh pak “Syd” selaku pengelola sekaligus pembina anak jalanan bahwa:

(74)

Pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan dalam menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan telah digunakan secara efektif dan masih dalam kondisi yang baik.

d) Kurikulum

Kurikulum di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dilaksanakan dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensinya baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama.Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola rumah singgah tersebut, menunjukkan bahwakurikulum yang digunakan dalam setiap program yang dilaksanakan Rumah Singgah Ahmad Dahlan (dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter anak jalanan) bersifat fluktuatif artinya kurikulum yang digunakan tidak baku dan tidak mengacu pada kurikulum yang digunakan oleh pendidikan formal di sekolah, akan tetapi kurikulum yang digunakan dibuat berdasarkan kesepakatan dari pihak Rumah Singgah sendiri. Meskipun kurikulum yang digunakan tidak dibuat secara baku, tetapi kurikulum tersebut dibuat dengan mengacu pada modul metode pembelajaran di pesantren sekaligus menyesuaikan pada kondisi setiap anak jalanan yang berada di rumah singgah tersebut.

(75)

Kurikulum yang digunakan dibuat sendiri oleh pihak Rumah Singgah Ahmad Dahlan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan watak setiap individu pada anak jalanan. Seperti yang telah diungkapkan oleh pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Syd (34) bahwa:

“Kalau untuk kurikulum kami lebih bersifat fluktuatif mas, jadi tidak mengacu pada pendidikan formal karena lebih bisa menyesuaikan dengan watak anak jalanannya”

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
Tabel 2. Fasilitas Rumah Singgah Ahmad Dahlan
Gambar peserta didik dan pendidik dalam pelaksanaan pendidikan karakter yangdilaksanakan dengan mengaji bersama.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian infus daun sukun selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 3 (54 g/kgBB) terlihat mampu melindungi hati akibat paparan karbon tetraklorida karena kadar peroksida lipid

Sehubungan dengan pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan Penilaian Tanah, berdasarkan Penetapan pemenang seleksi Nomor. Graha Kebonsari Elveka, Jl. 88.300.000,-. Apabila

26.1 [Untuk pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan pada bagian harga satuan, apabila terdapat perbedaan

Pongkapadang kepada Londo Lura dengan

Juragan Somad marah mengetahui si Kabayan tidak di rumah, tetapi sedikit terhibur mendengar keterangan Nyi Iteung, istri Kabayan yang mengatakan bahwa suaminya untuk sementara

 Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang pengetahuan mengidentifikasi peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta sikap menerima

20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Unit Organisasi : 1. LUDIS, M.Si

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka penulis menggunakan teori lima hukum retorika yang di kemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Retorika