• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Tipe Pola Asuh Authoritatif dengan Empati pada Siswa Kelas X SMK N 3 Salatiga Tahun 2012/2013 T1 132008018 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Tipe Pola Asuh Authoritatif dengan Empati pada Siswa Kelas X SMK N 3 Salatiga Tahun 2012/2013 T1 132008018 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam buku psikologi untuk keluarga, Gunarsa (2003) menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam diri seseorang anak ditambah dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu bertumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Dalam proses menjadi dewasa, orangtua mengharapkan anak menjadi orang yang mandiri, sukses dan dapat memperoleh apa yang dicita-citakan, orangtua perlu memberikan pendidikan dan pola asuh yang tepat bagi anak.

(2)

2

Setiap orangtua mempunyai pola asuh tersendiri yang diterapkan pada anak-anaknya. Ada yang menerapkan pola asuh authorian, pola asuh permisive dan ada pula yang menerapkan pola asuh authoritative . Weiten dan Lioyd dalam Yusuf (2002) menyatakan ciri dari masing-masing pola asuh, pertama pola asuh authorian, orangtua menunjukkan sikap kaku, acccaptance rendah namun kontrol tinggi mengkomando, suka dan

menghukum secara fisik. Berikutnya Pola asuh permisive orangtua menunjukkan sikap acceptance namun kontrol rendah, memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan keinginannya. Terakhir pola asuh authoritative, orangtua menunjukkan sikap acceptance dan kontrol tinggi, responsif terhadap kebutuhan anak, dan memberikan penjelasan atas perlakuan anak.

Baumrind dalam Yusuf (2002) juga mengemukakan empat pola asuh orangtua. Pertama pola asuh authoritatif menunjukkan sikap orangtua yang bisa diandalkan, menyeimbangkan kasih sayang. Kedua pola asuh Authoritarian, menunjukkan sikap orangtua yang menuntut kepatuhan,

menekankan batasan antara orangtua dan anak. Ketiga pola asuh permisif, orangtua menunjukkan sikap membebaskan, tidak memberi batasan yang tepat bagi anak dan terkesan lepas tangan. Terahkir pola asuh neglactful atau ditolak.

(3)

3

menyebabkan pola sikap anak dan perilakunya dikemudian hari. Lebih lanjut Hurlock (1990) menyatakan produk dari pola asuh masing-masing orangtua menunjukkan kepekaan perasaan yang berbeda. Pola asuh yang lebih menunjukkan kasih sayang kepada anak, secara langsung melatih anak untuk peka terhadap perasaan orang lain. Sejalan dengan Hurlock, Lawrance (1997) juga menyatakan empati tumbuh melalui cara membesarkan anak dengan kepedulian dan kasih sayang.

Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang (Goleman, 1998). Lebih lanjut Goleman mengemukakan bahwa, kegagalan untuk mendata perasaan orang lain merupakan kekurangan utama dalam kecerdasan emosional, dan menyedihkan sebagai seorang manusia. Setiap hubungan yang memikirkan kepedulian, berasal dari penyesuaian emosional dari kemampuan untuk berempati. Individu yang yang memiliki kemampuan empati akan mudah untuk memasuki ke dalam lingkup pergaulan atau mengenali dan merespon dengan tepat akan perasaan serta keprihatinan orang lain. Dengan kata lain empati merupakan suatu seni dalam menjalin hubungan sosial.

(4)

4

pengaruh pada empati anak. Orangtua yang hangat dan mendukung anaknya, serta yang menunjukkan tingkah laku yang peka dan empati pada anaknya akan memiliki anak yang lebih cepat bereaksi dengan cara prihatin pada kondisi sulit yang dialami orang lain. Orangtua yang menggunakan hukuman keras sebagai bagian dari disiplin dalam mendidik, membuat anak akan merasa tertekan dengan hukuman-hukuman yang diberikan oleh orangtuanya, hal ini yang menyebabkan anak tidak merasa nyaman dalam keluarga sehingga membuat hubungan yang kurang baik antara orangtua dengan anak. Empati anak bermula dari kedua orangtuanya, terutama perlakuan ibu terhadap anaknya semenjak bayi. Ketika ibu menunjukan emosinya dalam bentuk vokal atau ekspresi wajah anak dapat menilai bahwa sesuatu itu menyenangkan atau tidak (Eisenberg 2002).

Berdasarkan penelitian Hudiyah (2010), tentang hubungan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak,diketemukan koefisien korelasi (r) sebesar 0,510 dengan p = 0,000 (p<0,01), yang artinya terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada anak.

(5)

5

hasil P-value = 0,815 lebih besar dari P > 0,05 dan analisis korelasi spearman rho yaitu rs = 0,028. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati anak di sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang bertolak belakang dari Hudiyah (2010) dan Lestari (2011), maka perlu dilakukan penelitian ulang tentang ada tidaknya hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati.

Mencermati perbedaan hasil penelitian diatas peneliti ingin melakukan penelitian kembali tentang hubungan tipe pola asuh authoritatif dengan empati di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Salatiga, karena di SMK N 3 Salatiga nampak ada signifikansi antara pola asuh orangtua dengan empati siswa disekolah, hal ini didukung oleh wawancara dengan salah satu guru di SMK N 3 Salatiga, siswa khususnya kelas X kurang menunjukkan empatinya dalam membantu kegiatan bakti sosial untuk menolong orang-orang yang tidak mampu atau sedang mengalami kesusahan.

(6)

6

Tabel 1.1 Tabel Frequensi Pola Asuh Orangtua Tipe Tipe Pola Asuh Orangtua Frequency Percent

Otoriter 4 13.3

Authoritatif 22 73.3

Permisif 4 13.3

Total 30 100.0

Dari tabel 1.1 tipe pola asuh orangtua yang paling dominan adalah tipe pola asuh authoritatif yaitu 22 siswa (73.3%).

Selanjutnya tipe pola asuh authoritatif di ordinalkan, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori, antara lain 1 untuk kategori sangat rendah, 2 untuk kategori rendah, 3 untuk kategori sedang, 4 untuk kategori tinggi, dan 5 untuk kategori sangat tinggi. Seperti pada tabel 1.2 berikut

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh Authoritatif Kategori authoritatif Frequency Percent

sangat rendah 3 13.6 Rendah

sedang

3 0

13.6 0.0 Tinggi

Sangat tinggi

5 11

22.7 50.1

Total 22 100

(7)

7

authoritatif tinggi terdapat 5 siswa (22,7%). pada dan kategori tipe pola asuh authoritatif sangat tinggi terdapat 11 siswa (50,1%) Jadi pada kategori tipe pola asuh authoritatif paling banyak pada kategori sangat tinggi.

Tabel 1.3 Tabel Frequensi Empati Kategori empati Frequency Percent

sangat rendah 12 30.0

Rendah 5 16.7

Sedang 9 30.0

Tinggi 4 13.3

sangat tinggi 3 10.0

Total 30 100.0

Dari tabel 1.3 empati siswa sebagian besar pada kategori sangat rendah yaitu 12 siswa (30.0%).

Analisis hubungan antara pola asuh dengan empati mengunakan Kendall’s tau_b dilaporkan pada tabel 1.4.

Tabel 1.4

Korelasi antara Tipe pola asuh authoritatif dengan Empati Percentile

Group of empati

Percentile Group of authoritaitf Kendall's tau_b Percentile Group of

Empati

Correlation Coefficient 1.000 .458*

Sig. (2-tailed) . .011

N 22 22

Percentile Group of authoritatif

Correlation Coefficient .458* 1.000

Sig. (2-tailed) .011 .

N 22 22

(8)

8

Selanjutnya pada pengujian hubungan dengan menggunakan analisis Kendall's tau_b pada tabel Dari hasil uji Kendall’s tau_b, pada tabel 4.5 diperoleh taraf signifikansi yang diperoleh sebesar 0,01 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati. Maka terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga.

Dari hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas X WE SMK N 3 Salatiga, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali tentang pola asuh authoritaitf dengan empati pada seluruh siswa kelas X SMK N 3 Salatiga. Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah yang timbul adalah adakah hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu adakah hubungan yang signifikan antara tipe pola asuh authoritatif dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga?.

1.3 Tujuan Penelitian

(9)

9 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1.4.1 Manfaat Teoritik adalah :

Secara akademik jika penelitian ini menemukan adanya hubungan yang signifikan maka penelitian ini sejalan dengan teori Hurlock (1997) sedangkan bila hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan maka sejalan dengan teori Eisenberg (2002). Dukungan hasil penelitian ini masuk dalam kajian Bimbingan dan Konseling pribadi sosial. 1.4.2 Manfaat Praktis adalah :

a. Bagi Sekolah

Diperoleh kepastian hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan empati pada siswa kelas X SMK N 3 Salatiga, dapat membantu sekolah untuk memperhatikan pembelajaran pendidikan karakter dan budi pekerti pada anak-anak, terutama kemampuan empati terhadap sesama teman ataupun dalam lingkungan kehidupannya, sehingga anak dapat terbiasa untuk berempati.

b. Bagi Orangtua

(10)

10 c. Bagi Siswa

Hasil Penelitian dapat menjadi referensi bagi siswa dalam upaya dapat meningkatkan empati siswa dengan adanya dukungan dari sekolah dan orangtua.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II menguraikan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang meliputi pola asuh orangtua dan empati. Bab III menguraikan metode penelitian yang meliputi jenis

penelitian, variabel penelitian, definisi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV menguraikan analisis dan pembahasan yang meliputi analisis diskriptif, uji hipotesis dan pembahasan.

Gambar

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Tipe Pola Asuh Authoritatif
Tabel 1.4 Korelasi antara Tipe pola asuh authoritatif dengan Empati
tabel 4.5 diperoleh taraf signifikansi yang diperoleh sebesar 0,01 (<0,05)

Referensi

Dokumen terkait

Kampus I berada di jalan Bandung No.1, dipakai untuk perkuliahan program Pasca Sarjana yang terdiri dari Program Studi Magister Managemen,

Sesuai Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 10.2/1.DIHUBKOMINFO/4.POKJA/APBD/2013 tanggal 12 Mei 2013 Pekerjaan Pengadaan Konsultan Perencanaan Pembangunan Dermaga Ponton Di

[r]

Program peternakan komunal ini merupakan gagasan dari Bank Indonesia (BI) yang mengucurkan dana untuk para peternak kambing/domba dengan system bergilir.. Artinya, nantinya

Untuk Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi, terhadap 3 (tiga) penawaran terendah yang memenuhi persyaratan evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga dilakukan

DAFTAR RENCANA UUM PENGADAAN (RUP} SKPD PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN SUMBER DANA APBD PERUBAHAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN. SEKRETARIAT DAERAH BAGIAN HUMAS

Untuk mengidentifikasi atau mengetahui adanya serangan penyakit pada ternak ayam yang sedang dipelihara, maka kewasdapadaan dan pengamatan yang cermat dan teliti secara rutin

Sehubungan dengan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dilingkungan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2012 bersama ini kami mengundang