• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI BAB II KONDISI DAN KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH 11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI BAB II KONDISI DAN KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH 11"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Halaman

NOTA KEUANGAN ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Umum ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Nota Keuangan ... 7

1.3. Landasan Hukum Penyusunan Nota Keuangan ... 8

1.4. Sistematika Penulisan Nota Keuangan ... 10

BAB II KONDISI DAN KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH 11

2.1. Kondisi Umum Pendapatan Daerah ... 11

2.2. Permasalahan Utama Pendapatan Daerah ... 13

2.3. Estimasi Pendapatan Daerah ... 14

2.4. Kebijakan Umum Pendapatan Daerah ... 17

BAB III KONDISI DAN KEBIJAKAN ANGGARAN BELANJA DAERAH ... 20

3.1. Kondisi Umum Belanja Daerah ... 20

3.2. Permasalahan Utama Belanja Dearah ... 28

3.3. Kebijakan Umum Belanja Daerah ... 29

3.4. Prioritas dan Plafon Anggaran Belanja Daerah……….. ... 30

BAB IV KONDISI DAN KEBIJAKAN ANGGARAN PEMBIAYAAN... 32

(3)

4.2. Permasalahan Utama Pembiayaan ... 33

4.3. Kebijakan Umum Pembiayaan ... 34

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN ... 35

(4)

WALIKOTA PAREPARE

NOTA KEUANGAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PAREPARE TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Parepare tahun anggaran 2014 pada tingkat Pemerintah Daerah telah dilakukan melalui proses dan mekanisme berdasarkan ketentuan yang ada yaitu mulai perencanaan sampai pada tingkat penganggaran. Namun demikian, kami menyadari bahwa dari berbagai tahapan perencanaan yang dilakukan senantiasa mengalami berbagai hambatan teknis, sehingga masih terjadi keterlambatan bila dibandingkan dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Penyusunan APBD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 meskipun sudah memasuki tahun keempat, tetapi dalam penerapannya senantiasa tetap dilakukan perbaikan dan penyempurnaan setiap tahunnya berdasarkan hasil evaluasi dari Pemerintah maupun Pemerintah Provinsi.

Pengalaman yang kita dapatkan melalui rapat-rapat koordinasi maupun pada saat konsultasi atau evaluasi anggaran pada tingkat pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun rekomendasi yang disampaikan pada saat pemeriksaan pelaksanaan APBD oleh Inspektorat dan BPK merupakan masukan yang akan menjadi bahan rujukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah. Penyempurnaan yang dilakukan selama ini

(5)

menyangkut penggunaan dan pengisian format, penyesuaian kode rekening pendapatan, belanja dan pembiayaan, serta berbagai hal teknis lainnya.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan berkualitas dalam penyusunan anggaran memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit, karena perubahan-perubahan yang terjadi begitu kompleks, banyak peraturan yang dalam implementasi masih harus disesuaikan dengan peraturan lainnya, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pertentangan antara satu aturan dengan aturan yang lainnya. Kondisi ini dapat dilihat dalam peraturan pengelolaan keuangan negara / daerah yang bergitu banyak dan saling terkait seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Peraturan tersebut telah membawa perubahan yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya dibidang pengelolaan keuangan. Perubahan pada aspek pengelolaan keuangan daerah yang diatur didalam undang-undang tersebut pada dasarnya bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Selanjutnya dalam menindaklanjuti undang-undang tersebut, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini bersifat omnibus regulation, yang merupakan satu kesatuan pengaturan yang mengakomodir sekaligus mensinkronkan seluruh pengaturan yang menyentuh aspek pengelolaan keuangan daerah yang diamanatkan dalam undang-undang sebagaimana telah disebutkan diatas.

Mengingat prinsip dan norma pengelolaan keuangan daerah yang diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 masih bersifat umum, maka untuk dapat diaplikasikan secara mudah sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 155, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang sifatnya lebih operasional yang telah direvisi yang kedua kalinya dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. Selanjutnya terkait dengan teknis

(6)

penyusunan APBD tahun anggaran 2014 termasuk perubahannya, Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 dimana beberapa kebijakan dan ketentuan yang bersifat teknis sudah ditindaklanjuti sebagaimana yang diamanatkan.

Kemudian dalam penyusunan anggaran pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Walikota Parepare telah menerbitkan Surat Edaran Nomor : 900/958/KEU tanggal 25 Nopember 2013 perihal Pedoman Penyusunan RKA-SKPD/RKA-PPKD Tahun Anggaran 2014. Surat Edaran tersebut memuat beberapa kebijakan dan standar yang dipandang perlu untuk menjadi pedoman, sehingga tidak menimbulkan perbedaan penafsiran dalam melakukan pengalokasian anggaran belanja pada setiap kegiatan termasuk penggunaan kode rekening pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Sebagaimana telah dipahami bahwa APBD Kota/Kabupaten adalah merupakan bagian integral dari APBD Propinsi dan APBN, sehingga berbagai Agenda Nasional dan Program Propinsi ikut pula menjadi rujukan dalam penyusunan Program-Program Daerah. Untuk itu, sejalan dengan maksud Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013, maka Pemerintah Daerah tentu akan senantiasa mencermati berbagai agenda nasional tersebut sesuai kondisi dan prioritas pembangunan di Kota Parepare.

Prioritas pembangunan nasional sesuai RPJMN tahun 2010-2014 terdiri dari 11 (sebelas) Prioritas Nasional dan 3 (tiga) Prioritas Lainnya, yaitu:

1. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 2. Pendidikan;

3. Kesehatan;

4. Penanggulangan kemiskinan; 5. Ketahanan pangan;

6. Infrastruktur;

7. Iklim investasi dan usaha; 8. Energi;

9. Lingkungan hidup dan bencana;

10.Daerah tertinggal, terdepan, terluas, dan pasca konflik; 11.Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi, dan

(7)

12.3 (tiga) prioritas lainnya yaitu (1) bidang politik, hokum, da keamanan; (2) bidang perekonomian dan; (3) bidang kesejahteraan rakyat, sebagaimana telah tertuang didalam RPJMN 2010-2014.

Prioritas Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas pelayanan dasar;

2. Penguatan ekonomi kewilayahan yang didukung oleh peningkatan produksi pertanian berbasis masyarakat;

3. Peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat;

4. Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; 5. Perluasan kesempatan kerja.

Prioritas Pembangunan dengan Program/Kegiatan SKPD yaitu sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas kehidupan beragama;

2. Peningkatan akses layanan kesehatan bagi semua lapisan masyarakat; 3. Peningkatan akses layanan pendidikan bagi semua anak usia sekolah;

4. Peningkatan infrastruktur daerah dalam menunjang kualitas pelayanan jasa dan niaga;

5. Peningkatan iklim ketenagakerjaan; 6. Perbaikan kualitas lingkungan hidup;

7. Peningkatan perekonomian daerah melalui pemberdayaan UMKM dan

Koperasi.

Kebijakan Umum Pembangunan Kota Parepare yang tertuang dalam RPJMD Kota Parepare Tahun 2008-2013 yang terdiri dari enam pokok kebijakan yang saling terkait dan bersinergi satu sama lain yaitu :

1. Peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat; 2. Pengembangan kualitas manusia;

3. Pemenuhan saran dan prasarana perkotaan; 4. Pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan;

5. Pengembangan kehidupan beragama dan penguatan kelembagaan masyarakat;

(8)

Penyusunan APBD Kota Parepare Tahun Anggaran 2014 sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 menetapkan bahwa tema pembangunan nasional adalah ”Memantapkan Perekonomian Nasional untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan” dengan sasaran utama yang harus dicapai pada akhir tahun 2014 antara lain yaitu:

1. Pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 sampai dengan 7,2 persen. 2. Penurunan angka pengangguran menjadi 5,0 sampai dengan 6,0 persen;

3. Penurunan angka kemiskinan menjadi 8,0 sampai dengan 10,0 persen; dan 4. Laju inflasi 4,5 persen dan bertambah atau berkurang 1,0 persen

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mencapai sasaran prioritas dari masing-masing program pembangunan nasional tahun 2014, diperlukan adanya sinkronisasi perencanaan dan penganggaran antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah yang diwujudkan melalui integrasi program dan kegiatan Pemerintah Kota Parepare yang diformulasikan dalam Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang penetapannya dilakukan secara bersama antara Walikota Parepare dengan DPRD. Berdasarkan dokumen tersebut, maka SKPD dan PPKD menyusun RKA sebagai dasar dalam penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang APBD TA 2014.

Melalui program-program prioritas pemerintah daerah diharapkan permasalahan-permasalahan tersebut secara bertahap dapat diatasi paling tidak dapat diminimalisir. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya penyelesaian permasalahan sangat tergantung pada upaya dan strategi yang dilakukan, baik oleh Pemerintah Daerah maupun Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran yang bertanggungjawab dalam mengurusi urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan sesuai ketentuan yang berlaku. Kita berharap bahwa mudah-mudahan permasalahan - permasalahan sosial yang kemungkinan akan terjadi pada tahun 2014 dapat diantisipasi dan teratasi dengan sebaik-baiknya melalui dukungan program dan kegiatan yang direncanakan melalui APBD ini.

Melalui Nota Kesepakatan antara Pemerintah Daerah Kota Parepare dengan Pimpinan DPRD tentang Kebijakan Umum APBD Tahun 2014 sebagaimana tertuang dalam Nota Kesepakatan Nomor : 180.4/37/HKM dan Nomor : 170.1/14/DPRD tanggal 22 Nopember 2013 dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Nomor : 180.4/38/HKM dan Nomor : 170.1/15/DPRD tanggal 22 Nopember 2013 telah disepakati beberapa program-program prioritas yang akan menjadi acuan dalam penyusunan kegiatan. Penyusunan program dan

(9)

kegiatan dilakukan dengan tetap memprioritaskan program dan kegiatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Parepare, serta usulan SKPD yang dihimpun melalui hasil musrembang.

Perubahan ini pada intinya merupakan penyempurnaan terhadap berbagai program dan kegiatan yang sedang berjalan, baik terkait dengan input maupun outputnya.

1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Nota Keuangan Maksud

Nota Keuangan ini merupakan catatan tertulis yang berisikan penjelasan mengenai hal-hal yang bersifat makro maupun bersifat teknis, baik menyangkut kebijakan maupun prioritas APBD serta estimasi penganggaran yang direncanakan pada tahun anggaran 2014.

Dengan kata lain Nota Keuangan ini pada intinya menggambarkan kondisi APBD, termasuk hal-hal yang bersifat teknis. Secara prinsip maksud penyusunan Nota Keuangan adalah :

a. Untuk memberikan informasi secara umum terkait dengan penyusunan rancangan APBD TA 2014;

b. Untuk memberikan gambaran tentang target pendapatan pada setiap objek pendapatan daerah dan jumlah anggaran belanja yang dialokasikan kedalam berbagai program dan kegiatan pada setiap urusan pemerintahan, baik urusan wajib maupun urusan pilihan;

c. Memberikan penjelasan menyangkut kebijakan dan prioritas dalam penyusunan APBD tahun anggaran 2014;

Tujuan

Tujuan penyusunan Nota Keuangan APBD adalah :

1. Untuk memberikan kemudahan dalam memahami subtansi dalam

penyusunan APBD tahun anggaran 2014, baik menyangkut kemajuan maupun kendala-kendala yang dialami;

2. Agar setiap pihak lebih mudah membaca dan memahami strategi dan prioritas program dan kegiatan yang dijabarkan dalam APBD;

3. Memberikan gambaran tentang kondisi umum penyusunan APBD tahun anggaran 2014.

(10)

1.3. Landasan Hukum Penyusunan Nota Keuangan

Adapun landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Nota Keungan antara lain :

a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

d. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan

Kepala Daerah;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007.

i. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2011 tentang Standar Akuntnasi Pemerintahan;

j. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;

k. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; l. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi

Keungan Daerah;

m. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah; n. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2008.

p. Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Tahun 2002 – 2011;

q. Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok

(11)

r. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014.

s. Surat Edaran Walikota Parepare Nomor : 900/958/Keu tanggal 25 Nopember

2013 perihal Pedoman Penyusunan RKA-SKPD/RKA-PPKD TA 2014.

1.4. Sistematika Penulisan Nota Keuangan

Susunan dan sistematika penulisan Nota Keuangan APBD Tahun Anggaran 2014 mengacu pada format sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang merupakan petunjuk teknis pengelolaan keuangan daerah dengan susunan sebagai berikut :

NOTA KEUANGAN

Bab I Pendahuluan

1. Umum

2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Nota Keuangan

3. Landasan Hukum Penyusunan Nota Keuangan

4. Sistematika Penulisan Nota Keuangan

Bab II Kondisi dan Kebijakan Perubahan Anggaran Pendapatan Daerah

1. Kondisi Umum Perubahan Pendapatan Daerah

2. Permasalahan Utama Perubahan Pendapatan Daerah

3. Estimasi Perubahan Pendapatan Daerah

4. Kebijakan Umum Perubahan Pendapatan Daerah

Bab III Kondisi dan Kebijakan Perubahan Anggaran Belanja Daerah

1. Kondisi Umum Perubahan Belanja Daerah

2. Permasalahan Utama Perubahan Belanja Daerah

3. Kebijakan Umum Perubahan Belanja Daerah

4. Prioritas dan Plafon Perubahan Belanja Daerah

(12)

1. Kondisi Umum Perubahan Pembiayaan

2. Permasalahan Utama Perubahan Pembiayaan

3. Kebijakan Umum Perubahan Pembiayaan

Bab V Program dan Kegiatan

(13)

BAB II

KONDISI DAN KEBIJAKAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH

2.1. Kondisi Umum Pendapatan Daerah

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam lampiran-lampiran Rancangan APBD Pokok tahun anggaran 2014, baik lampiran anggaran per SKPD maupun dalam rekapitulasi telah tergambar bahwa secara keseluruhan komponen pendapatan daerah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan estimasi tahun anggaran sebelumnya. Dan hampir semua sektor-sektor pendapatan diupayakan ada kecenderungan untuk ditingkatkan, meskipun dalam jumlah yang kecil. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memotivasi para pengelola PAD untuk lebih bekerja secara optimal karena sesungguhnya potensi objek pendapatan masih cukup besar, apalagi kondisi ekonomi daerah mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang semakin baik.

Didalam penyusunan APBD pokok tahun anggaran 2014 ini memang seharusnya acuan Pemerintah Daerah dalam melakukan estimasi pendapatan mengacu pada APBD pokok tahun sebelumnya, namun apabila kami mencermati realisasi pendapatan sampai akhir tahun anggaran 2013, sehingga ada beberapa pos pendapatan sudah bisa ditingkatkan. Oleh karena itu, dalam penyusunan APBD ini Pemerintah Daerah melakukan estimasi berdasarkan target dan realisasi penerimaan pendapatan tahun sebelumnya serta mencermati potensi-potensi pendapatan yang ada.

Didalam penyusunan pendapatan pada APBD memang seharusnya mengacu pada realisasi pendapatan yang ada dan proyeksi realisasi selama sisa waktu pelaksanaan anggaran kedepan. Namun mengingat kondisi APBD Kota Parepare yang mengalami defisit cukup besar, maka perlu dilakukan optimalisasi

(14)

sumber pendapatan, baik PAD, Dana Perimbangan maupun dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Permasalahan terjadi pos pendapatan bagi hasil, baik bagi hasil dari Pemerintah maupun Pemerintah Propinsi yang sulit diestimasi karena realisasi pos pendapatan ini terkait dengan besaran realisasi pendapatan dari pos bagi hasil secara nasional maupun secara regional dalam propinsi Sulawesi Selatan. Kita berharap mudah-mudahan realisasi pos ini akan semakin besar pada akhir tahun anggaran sehingga beban pembelanjaan daerah akan teratasi.

2.2. Permasalahan Utama Pendapatan Daerah

Permasalahan yang dialami atau dihadapi Pemerintah Daerah dalam pengelolaan pendapatan daerah adalah hampir sama dengan yang disampaikan pada penyusunan APBD pada tahun-tahun sebelumnya yang meliputi :

Kemudian secara umum permasalahan pada bidang pendapatan yang terjadi dalam APBD tahun anggaran 2014 ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kesadaran dan partisipasi wajib pajak / retribusi dalam memenuhi kewajibannya masih perlu terus tingkatkan;

b. Penetapan target beberapa objek PAD yang terlalu besar pada APBD pokok, sehingga dapat berpotensi tidak dapat direalisasikan sesuai target hingga akhir tahun anggaran;

c. Masih adanya subyek pajak/retribusi daerah melakukan pelanggaran atau penyimpangan terhadap ketentuan yang terkait dengan pembayaran pajak atau retribusi daerah, sehingga pengendalian dan pengawasan masih perlu terus ditingkatkan;

d. Langkah-langkah intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah masih perlu terus dioptimalkan, khususnya terkait dengan PAD;

e. Pertumbuhan dan pengembangan usaha sektor riil pada tahun 2014 ini kemungkinan masih akan terkendala oleh pengaruh atau dampak ekonomi global, sehingga tentu akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi, baik secara nasional maupun lokal.

(15)

Mudah-mudahan permasalahan tersebut dapat diantisipasi sehingga tidak terlalu besar pengaruhnya dalam merealisasikan target pendapatan yang telah ditetapkan dalam APBD pokok. Kita berharap alokasi anggaran untuk beberapa kegiatan yang berkenaan dengan upaya peningkatan pendapatan daerah dapat lebih dimaksimalkan.

2.3. Estimasi Pendapatan Daerah

Proyeksi pendapatan daerah yang diusulkan dalam APBD tahun anggaran 2014 dengan melakukan perbandingan antara target pendapatan daerah pada APBD pokok tahun anggaran 2013 dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Estimasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014

Dibandingkan dengan Estimasi Pendapatan pada APBD Pokok TA 2013

No Uraian Anggaran 2013 Anggaran 2014 Persen

I Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp 84.978.625.000 Rp 82.924.832.000 -2,42%

1 Pajak Daerah Rp 13.000.000.000 Rp 19.865.072.000 52,81% 2 Retribusi Daerah Rp 9.612.625.000 Rp 9.707.660.000 0,99% 3 Hasil Pengelolaan kekayaan yang

dipisahkan Rp 3.000.000.000 Rp 3.000.000.000 0,00% 4 Lain-lain PAD Yang Sah Rp 59.366.000.000 Rp 50.352.100.000 -15,18%

II Dana Perimbangan Rp 458.223.831.900 Rp 468.107.409.559 2,16%

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Rp 28.329.538.900 Rp 9.216.104.559 -67,47%

1 Bagi Hasil Pajak Rp 27.178.552.684 Rp 5.791.265.026 -78,69% 2 Bagi Hasil Bukan Pajak Rp 1.150.986.216 Rp 3.424.839.533 197,56%

III Dana Alokasi Umum Rp 384.096.063.000 Rp 426.405.955.000 11,02%

IV Dana Alokasi Khusus Rp 45.798.230.000 Rp 32.485.350.000 -29,07%

V Lain-lain Pendapatan Yang Sah Rp 94.217.856.416 Rp 94.821.189.786 0,64%

1 Hibah Rp - Rp - 0,00% 2 Dana Darurat Rp - Rp

-3 Bagi hasil pajak dari provinsi Rp 30.000.000.000 Rp 22.390.000.000 -25,37% 4 Dana Penyesuaian Rp 53.824.361.536 Rp 61.898.015.766 15,00% 5 Bantuan Keuangan dari propinsi Rp 10.393.494.880 Rp 10.533.174.020 1,34%

Total Rp 637.420.313.316 Rp 645.853.431.345 1,32%

Berdasarkan uraian pada tabel tersebut diatas, dimana secara kumulatif Pendapatan Daerah mengalami penurunan sebesar Rp.8.433.118.029,- atau 1,32%. Peningkatan ini terkait karena secara akumulasi kenaikan sumber pendapatan yang merupakan dana transfer dari Pemerintah, khususnya dana alokasi umum yang mengalami kenaikan cukup signifikan. Berikut ini kami

(16)

jelaskan komponen-komponen perubahan pendapatan daerah, khususnya yang mengalami kenaikan atau penurunan :

a. Bagian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah Kota Parepare pada APBD tahun anggaran 2014 ditargetkan menjadi sebesar Rp.82.924.832.000,- dan jika dibandingkan dengan anggaran pokok tahun anggaran 2013 sebesar Rp.84.978.625.000,-, maka target PAD mengalami penurunan sebesar Rp.2.053.793.000,- atau sebesar 2,42%. b. Dana Perimbangan

Estimasi anggaran pendapatan dari Dana Perimbangan pada APBD pokok tahun anggaran 2014 yang diharapkan diterima dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus adalah sebesar

Rp.468.107.409.559,00,- Sedangkan pada Anggaran APBD 2013 direncanakan sebesar Rp.458.223.831.900,-, atau terdapat kenaikan sebesar

Rp.9.883.577.659,00,-atau sebesar2,16%. Kenaikan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil bukan pajak pada anggaran tahun anggaran 2014 ini ditargetkan hanya sebesar Rp.9.216.104.559,- atau mengalami penurunan sebesar Rp.18.445.961.241,- atau sebesar 32.54 % dari target anggaran pokok tahun 2013 yaitu sebesar Rp.28.329.538.900,-. Penurunan ini terkait dengan adanya perubahan regulasi, dimana Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dialihkan menjadi Pajak Daerah yang berlaku efektif mulai tahun 2014.

- Dana Alokasi Umum untuk Pemerintah Kota Parepare pada anggaran tahun anggaran 2014 ini ditargetkan menjadi sebesar Rp.426.405.955.000,- atau mengalami kenaikan sebesar Rp.42.309.892.000,00 atau sebesar 11,02% bila dibandingkan dengan DAU pada tahun anggran 2013 yaitu sebesar Rp.384.096.063.000;

- Dana Alokasi Khusus pada APBD tahun anggaran 2014 ini pada anggaran tahun anggaran 2014 ini ditargetkan menjadi sebesar Rp.32.485.350.000,- atau mengalami penurunan sebesar Rp.13.312.880.000,00 atau sebesar 29,07% bila dibandingkan dengan DAK pada tahun anggran 2013 yaitu sebesar Rp.45.798.230.000;

c. Lain –lain Pendapatan Yang Sah

Target Pendapatan yang bersumber dari Kelompok Lain-Lain Pendapatan yang Sah pada anggaran pokok 2013 yaitu sebesar Rp.94.217.856.416,-, sedangkan pada APBD tahun anggaran 2014 direncanakan sebesar Rp.94.821.189.786,- dengan demikian terjadi kenaikan sebesar Rp.603.333.370,- atau sebesar 0,64%.

(17)

Berdasarkan gambaran tersebut di atas, maka secara komulatif Total Pendapatan Daerah yang ditargetkan pada APBD tahun anggaran 2014 adalah

menjadi sebesar Rp.645.853.431.345,- atau mengalami kenaikan sebesar

Rp.8.433.118.029,- atau 1,32%bila dibandingkan target Pendapatan Daerah pada APBD Pokok 2013 sebesar Rp.637.420.313.316,-

2.4. Kebijakan Umum Pendapatan Daerah

Untuk meningkatkan PAD, Pemerintah Daerah mengalami situasi yang bersifat dilematis, karena keinginan Pemerintah Daerah untuk menargetkan pendapatan asli daerah setiap tahun kecenderungannya mengalami peningkatan, namun disisi lain Pemerintah Daerah juga berupaya melakukan pemungutan pajak atau retribusi dengan tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan juga berupaya untuk tidak terlalu membebani masyarakat sebagai objek pajak atau retribusi, khususnya bagi masyarkat golongan ekonomi lemah. Itulah sebabnya dalam menetapkan target PAD harus dikaji lebih cermat, yang dilakukan secara bersama-sama antara Pemerintah Daerah, Pengelola PAD maupun pihak legislatif.

Namun demikian, upaya Pemerintah Daerah tidak hanya berfokus pada intensifikasi dan ekstensifikasi PAD yaitu mengoptimalkan pos-pos pendapatan yang ada, termasuk membuat regulasi dasar hukum pengenaan pajak atau retribusi daerah dan lain sebagainya, tetapi juga berupaya untuk mencari sumber-sumber pendanaan dari luar komponen PAD, khususnya dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi seperti dana bagi hasil, dana dekonsentrasi, dana urusan bersama, dana tugas pembantuan dan bantuan keuangan. Upaya-upaya pemerintah daerah biasa nanti akan tergambar dalam perubahan APBD, kalau memang hal tersebut memungkinkan adanya dana-dana tambahan dari pemerintah pusat maupun propinsi.

Kemudian kami ungkapkan kembali mengenai beberapa kebijakan dan program Pemerintah Daerah yang dijalankan selama ini sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah yaitu :

a. Mendorong terciptanya iklim berusaha yang kondusif bagi para pelaku ekonomi, khususnya bagi usaha mikro, kecil dan menengah.

(18)

b. Melakukan penataan dan penyempurnaan perangkat regulasi, menyangkut perda-perda yang sudah tidak sesuai dengan kondisi riel pertumbuhan ekonomi daerah dan tingkat pendapatan perkapita masyarakat.

c. Secara kontinyu pemerintah daerah melakukan pembinaan serta mengoptimalkan pengawasan, pendataan dan penagihan pada objek-objek pendapatan daerah, khususnya objek pajak daerah dan retribusi daerah.

e. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya / sarana perkotaan yang

didukung oleh peningkatan investasi swasta secara berkesinambungan.

f. Meningkatkan profesionalisme aparat pengelola sumber – sumber

pendapatan daerah, berupaya untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan

serta cara-cara pemungutan yang tidak sesuai dengan ketentuan.

g. Mewujudkan efesiensi dan efektifitas pengelolaan sumber – sumber penerimaan daerah.

Kita berharap bahwa kebijakan tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada peningkatan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kewajiban selaku pembayar pajak dan retribusi.

Komponen pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD tahun anggaran 2014 meliputi komponen sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi pendapatan yang berasal dari potensi daerah yang meliputi 4 (empat) komponen yaitu Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-Lain PAD yang Sah. Keempat komponen ini memang kita mengalami kesulitan untuk dapat meningkatkan tergetnya, sebab potensinya memang sangat terbatas, namun pada tahun 2014 salah satu sumber PAD yang perlu dioptimalkan adalah pajak bumi dan bangunan.

b. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Dana

Perimbangan), adalah merupakan sumber pendapatan daerah yang paling besar, yang mana Dana Perimbangan ini meliputi DAU, DAK, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan pasal 25/29 Orang Pribadi, , termasuk dana yang bersumber dari bagi hasil sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas

(19)

alam, pertambangan umum dan perikanan yang dibagi hasilkan kepada daerah.

c. Lain-lain Pendapatan yang Sah adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang berasal dari bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari Pemerintah Propinsi, dan Dana Bagi Bukan Pajak.

(20)

BAB III

KONDISI DAN KEBIJAKAN ANGGARAN BELANJA DAERAH

3.1. Kondisi Umum Belanja Daerah

Sebagaimana telah dipahami bahwa proses perencanaan dan penganggaran antara pemerintah dengan pemerintah daerah diwujudkan melalui integrasi program dan kegiatan pembangunan dalam menghadapi permasalahan dan tantangan global dan nasional yang disesuaikan dengan dinamika kebutuhan dan karakteristik masing-masing daerah, sehingga implementasi pembangunan nasional dan daerah dapat berjalan secara optimal, terpadu dan berkesinambungan.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program-program pemerintahan dan pembangunan, maka pembelanjaan yang dianggarkan dalam APBD diharapkan agar mengacu pada hal-hal sebagai berikut :

Pertama, Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kota Parepare yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Kedua, Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial,

Ketiga, Belanja Daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

Keempat, Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung-jawabnya. Peningkatan alokasi

(21)

anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan penigkatan kesejahteraan masyarakat.

Kemudian terkait dengan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran 2014 yang secara umum mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan perubahannya yaitu Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan perubahan kedua yaitu Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Dimana dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 mengalami beberapa perubahan seperti perubahan urusan pemeritahan, kode rekening belanja, dan hal-hal teknis lainnya, namun terkait dengan format dan struktur belanja tidak mengalami perubahan.

Sebagaimana kita pahami bahwa APBD merupakan perencanaan keuangan, dimana didalamnya masih merupakan asumsi atau estimasi yang masih memungkinkan terjadinya perubahan dalam pelaksanaannya. Meskipun masih bersifat asumsi tetapi harapan pemerintah daerah adalah tentunya semua program dan kegiatan yang direncanakan dapat berjalan secara baik dan tepat sasaran.

Untuk itulah sebagaimana dalam penyusunan program dan kegiatan SKPD pada tahun-tahun sebelumnya, SKPD harus senantiasa memperhatikan data-data rujukan yang dapat dijadikan pendukung dalam penyusunan anggaran yang antara lain meliputi:

a. Data Strategis

Kebijakan pemerintah daerah yang disusun melalui dokumen perencanaan merupakan elemen penting yang tidak boleh diabaikan dalam penyusunan anggaran. Kebijakan yang dijabarkan dalam program dan kegiatan yang bersifat strategi dan prioritas harus senantiasa mengacu pada Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Tugas Pokok dan Fungsi sebagaimana tercantum pada rencana strategi daerah.

Disamping itu sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk mengatasi permasalah-permasalahan sebagaimana yang telah diprioritaskan pemerintah pusat tetap menjadi bahan rujukan dan perhatian dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan dimaksud pemerintah telah menetapkan landasan, arah dan kebijakan yang dituangkan dalam RPJM 2013-2018. Didalam RPJM tersebut

(22)

pemerintah menfokuskan pada pencapaian agenda pembangunan nasional yaitu mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, mewujudkan Indonesia yang adil dan demikratis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agenda yang tertuang dalam RPJM tesebut akan disesuaikan dengan kondisi dan agenda Pemerintah Kota Parepare khsusnya pada tahun anggaran 2014 ini. b. Data Historis

Data-data histories juga tetap menjadi bahan rujukan dan pertimbangan

dalam penyusunan anggaran belanja daerah, baik anggaran untuk belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Data ini berfungsi sebagai bahan perbandingan yang dapat dimanfaatkan untuk menilai kinerja, kewajaran maupun tingkat efisiensi dan efektivitas atas usulan anggaran belanja daerah. Meskipun disadari bahwa data-data tersebut belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kinerja atas program dan kegiatan yang diusulkan, mengingat pada masa transisi ini aturan-aturan penyusunan anggaran belum konsisten dan cenderung setiap saat dapat mengalami perubahan.

c. Data Operasional

Program dan kegiatan merupakan data operasional, baik yang bersumber dari dokumen perencanaan, usulam masyarakat melalui musrembang maupun usulan para SKPD selaku pengguna anggaran yang berkaitan dengan urusan, tugas dan fungsi SKPD yang berkenaan. Data-data tersebut merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan rujukan dalam penyusunan APBD. Selain itu, juga ada kegiatan-kegiatan dari pemerintah daerah yang dianggap strategi dan mendesak pelaksanaannya sesuai dengan kondisi yang terjadi atau diperkirakan akan terjadi, maka hal ini tentu akan

menjadi prioritas untuk diakomodir dalam APBD ini. Data-data ini

penting dalam upaya untuk melakukan evaluasi dan penilaian kinerja SKPD yang berkenaan. Oleh karena itu program-program yang direncanakan harus betul-betul sesuai dengan kondisi yang diharapkan, baik dari pihak pemerintah daerah maupun dari masyarakat.

(23)

d. Data Anggaran

Data anggaran tahun-tahun sebelumnya merupakan salah satu elemen penting dalam penyusunan program dan kegiatan serta anggaran daerah, karena menyangkut kapasitas pendanaan. Data ini memberikan gambaran secara historis mengenai sumber dan alokasi anggaran pada tahun-tahun sebelumnya yang dapat menjadi bahan pertimbangan pada penyusunan anggaran berikutnya. Sumber data dapat berasal dari dokumen perencanaan, perhitungan APBD, data capaian kinerja dan sumber-sumber lainnya yang ada relevansinya dengan penganggaran.

Pengalaman selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kondisi APBD Kota Parepare yang mengalami defisit cukup besar ternyata membawa pengaruh negatif terhadap pengelolaan anggaran secara keseluruhan. Hal ini ditandai dengan hasil audit BPK yang memberikan penilaian (opini) Disklaimer selama 2 (dua) tahun terakhir. Kondisi tersebut tentu menjadi pembelajaran bagi kita dalam penyusunan APBD tahun anggaran 2014 untuk tidak terlalu memaksakan mengakomodir anggaran belanja melebih dari kapasitas pendapatan daerah.

Sebagai gambaran mengenai kondisi umum anggaran belanja daerah diuraikan menurut Kelompok dan Jenis Belanja yang dikutip dari Lampiran I rancangan APBD tahun anggaran 2014 sebagai berikut :

Tabel 1

URAIAN JENIS BELANJA PADA APBD TA 2014

No Uraian APBD TA. 2013 APBD TA 2014 Persen

2 BELANJA DAERAH Rp 639.019.944.582,00 Rp 642.128.356.345,00 0,49%

2,1 Belanja Tidak Langsung Rp 355.089.548.292,00 Rp 388.894.580.672,00 9,52%

2.1.1 Belanja pegawai Rp 335.812.583.280,00 Rp 372.879.580.672,00 11,04% 2.1.2 Belanja bunga Rp 4.500.000.000,00 Rp 4.500.000.000,00 0,00% 2.1.4 Belanja hibah Rp 12.874.000.000,00 Rp 8.000.000.000,00 -37,86% 2.1.5 Belanja bantuan sosial Rp 38.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00 2531,58% 2.1.7 Belanja Bantuan Keuagan Rp 514.965.012,00 Rp 515.000.000,00 0,01% 2.1.8 Belanja Tidak Terduga Rp 1.350.000.000,00 Rp 2.000.000.000,00 48,15%

2,2 Belanja Langsung Rp 283.930.396.290,00 Rp 253.233.775.673,00 -10,81%

2.2.1 Belanja pegawai Rp 21.254.458.125,00 Rp 17.661.129.250,00 -16,91% 2.2.2 Belanja barang dan jasa Rp 130.674.693.759,00 Rp 145.883.286.123,00 11,64%

(24)

Bila mencermati uraian belanja tersebut diatas dengan membandingkan antara anggaran belanja pada Perubahan APBD tahun 2013 dengan anggaran pokok 2014, maka komponen belanja daerah mengalami kenaikan.

Setelah diakumulasi dari anggaran belanja tersebut diatas, maka jumlah anggaran belanja daerah pada APBD tahun 2014 adalah sebesar Rp.642.128.356.345,- atau mengalami kenaikan sebesar Rp.3.108.411.763,- atau sebesar 0,49% bila dibandingkan dengan APBD pokok tahun 2013 yaitu sebesar Rp.639.019.944.582,-.

Jumlah anggaran yang teralokasi kepada belanja tidak langsung atau belanja yang tidak terkait langsung dengan program dan kegiatan seperti belanja pegawai (gaji PNS dan tunjangan/tambahan penghasilan, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga) adalah sebesar Rp.388.894.580.672,- atau sebesar 60,57 % dari total belanjda daerah, sedangkan jumlah anggaran belanja langsung atau belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan pemerintahan dan pembangunan adalah sebesar Rp.253.233.775.673,- atau sebesar 39,43 % dari total belanja daerah.

Mengenai perkembangan anggaran belanja daerah dapat kami jelaskan berdasarkan Jenis Belanja sebagai berikut :

1. Belanja Pegawai

Komponen belanja pegawai ada 2 (dua) yaitu Belanja Pegawai pada Belanja Tidak Langsung dan Belanja Pegawai pada Belanja Langsung. Belanja Pegawai pada Belanja Tidak Langsung yang jumlahnya sebesar Rp.372.879.580.672,- diperuntukkan untuk pembayaran gaji dan tunjangan PNS, pembayaran Biaya operasional Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan DPRD, tambahan penghasilan bagi Guru PNSD dan Tunjangan Profesi bagi Guru PNSD serta upah pungut pajak/retribusi daerah dan PBB dan lain-lain. Dari total anggaran gaji dan tunjangan pegawai tersebut sudah termasuk prediksi kenaikan gaji sebagaimana yang diprogramkan pemerintah. Sedangkan anggaran belanja pegawai non gaji seperti honorarium, uang lembur yang teralokasi kedalam belanja langsung adalah sebesar Rp.17.661.129.250,- bila dibandingkan pada APBD pokok tahun 2013 sebesar Rp.21.254.458.125,- berarti mengalami penurunan sebesar Rp.3.593.328.875,- atau sebesar 16,91%.

(25)

2. Belanja Bunga

Belanja Bunga adalah belanja yang dialokasikan untuk pembayaran bunga pinjaman, denda bunga dan biaya administrasi pinjaman. Jumlah anggaran untuk belanja bunga pada tahun anggaran 2014 diproyeksi sebesar Rp.4.500.000.000,-. Anggaran tersebut termasuk perhitungan biaya bunga dan adaministrasi pinjaman pembangunan Pasar Lakessi dan pinjaman daerah lainnya.

3. Belanja Hibah

Pada APBD tahun anggaran 2014 dialokasikan anggaran hibah sebesar Rp.8.000.000.000,- yang diperuntukkan bagi pengembangan keolahragaan, dan kepramukaan serta organisasi kemasyarakatan.

4. Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bantuan Sosial diperuntukkan untuk pembinaan dan bantuan kepada organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, kelompok masyarakat maupun bersifat perorangan yang melakukan kegiatan dalam rangka mendukung program-program pemerintahan dan pembangunan,

Jumlah anggaran yang teralokasi dalam Pos Bantuan Sosial adalah sebesar Rp.1.000.000.000,- atau mengalami kenaikan anggaran sebesar Rp.962.000.000,- bila dibandingkan dengan anggaran tahun 2013 yaitu hanya sebesar Rp.38.000.000,- Kenaikan ini disebabkan karena adanya beberapa rencana bantuan sosial yang sudah jelas peruntukannya.

5. Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga adalah anggaran belanja yang disediakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pembiayaan yang tidak tersedia anggarannya pada kelompok belanja lainnya, seperti bencana alam, bencana sosial dan lain sebagainya yang penanganannya merupakan kewenangan Pemerintah Daerah. Jumlah Anggaran Belanja Tidak Terduga pada APBD Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar Rp.2.000.000.000,- mengalami kenaikan sebesar Rp.650.000.000,- bila dibandingkan dengan anggaran tahun 2013 yaitu sebesar Rp.1.350.000.000,-.

6. Belanja Barang dan Jasa

Belanja Barang dan Jasa termasuk didalamnya belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dan belanja-belanja pakai habis lainnya serta belanja

(26)

jasa-jasa yang dibebankan melalui APBD. Belanja ini menyerap anggaran sebesar Rp.145.883.286.123,- pada APBD tahun anggaran 2014 atau mengalami kenaikan sebesar Rp.15.208.592.364,- atau sebesar 11,64% bila dibandingkan dengan anggaran pokok tahun 2013 yaitu hanya sebesar Rp. 130.674.693.759,-. Kenaikan yang signifikan pada pos ini adalah anggaran operasional Rumah Sakit A. Makkasau sekaitan dengan kenaikan target pendapatannya, terutama pengadaan obat dan jasa.

7. Belanja Modal

Belanja Modal adalah belanja yang dialokasikan untuk membiayai pengadaan barang atau aset tetap yang pemanfaatannya melebihi satu tahun seperti pengadaan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan dan aset tetap lainnya.

Total anggaran belanja modal pada rancangan APBD tahun 2014 ini adalah sebesar Rp.89.689.360.300,- bila dibandingkan dengan anggaran pada APBD pokok tahun 2013 yaitu sebesar Rp.132.001.244.406,- hal ini menunjukkan terjadinya penurunan anggaran sebesar Rp.42.311.884.106,- atau sebesar 32,06%. Kondisi ini terjadi karena salah satu kebijakan untuk mengurangi defisit APBD pada tahun anggaran 2014 ini adalah salah satunya mengurangi anggaran belanja untuk pembangunan fisik. Kegiatan pembangunan fisik betul-betul diprioritaskan pada program stategis walikota dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

3.2. Permasalahan Utama Belanja Daerah

Permasalahan yang paling mendasar adalah banyaknya kegiatan yang diusulkan, baik yang bersumber dari musyawarah perencanaan pembangunan maupun yang diusulkan oleh masing-masing SKPD yang belum dapat diakomodir dalam rancangan APBD ini. Hal ini terkait dengan terbatasnya sumber pendanaan, disisi lain masing-masing SKPD menganggap bahwa usulan yang mereka ajukan memiliki tingkat kemendesakan dan prioritas berdasarkan perencanaan yang ada.

Oleh karena itu, dalam pembahasan pada tingkat Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), tim agaknya mengalami kendala untuk menentukan prioritas anggaran, karena terlalu besarnya perbedaan antara kapasitas sumber pendanaan dengan kebutuhan pembelanjaan. Hal ini terjadi karena kenaikan Dana

(27)

Alokasi Umum sebagai andalan pendapatan daerah tidak seimbang dengan rencana kenaikan gaji bagi pegawai negeri sipil (PNS) . Dengan demikian kenaikan anggaran pendapatan pada tahun ini diarahkan untuk membiayai rencana kenaikan gaji, bahkan kenaikan tersebut tidak mencukupi untuk menutupi rencana kenaikan gaji. Untuk itu porsi anggaran untuk pembangunan mengalami penurunan yang cukup besar.

Permasalahan lain yang sering dialami oleh pemeritah daerah dalam pengalokasian anggaran belanja, adalah terkait dengan program-program pembangunan yang kadang kala tidak sinergis dengan program atau pembangunan yang bersumber dari dana dekonsentrasi dan tugas pembangunan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya informasi lebih awal terkait dengan kucuran dana-dana dari pemerintah pusat atau provinsi pada saat penyusunan anggaran. Kondisi ini berpeluang terjadinya duplikasi program dan kegiatan pada satuan kerja sektoral dengan anggaran daerah.

3.3. Kebijakan Umum Belanja Daerah

Sejalan dengan kewenangan yang cukup besar diberikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi, sehingga pemerintah daerah dituntut pula untuk terus melakukan inprovisasi untuk mendorong kemampuan daerah dalam mengelola kewenangan tersebut termasuk dalam hal kebijakan pengelolaan keuangan daerah. Dana perimbangan, khususnya dana alokasi umum (DAU) yang dialokasikan oleh Pemerintah diserahkan sepenuhnya kepada daerah untuk dimanfaatkan secara optimal terhadap program dan kegiatan yang lebih sesuai dengan kondisi daerah dan kebutuhan daerah.

Oleh karena itu dalam penyusunan APBD, pemerintah daerah bersama DPRD membuat Nota Kesepakatan yang berisikan kebijakan umum APBD yang selanjutnya akan dijabarkan dalam bentuk perencanaan program dan kegiatan. Kesepakatan ini tertuang dalam bentuk Nota Kesepakatan Nomor : 180.4/37/HKM dan Nomor : 170.1/14/DPRD tanggal 22 Nopember 2013 tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2014. Kebijakan ini sebenarnya merupakan arahan, sehingga program dan kegiatan yang direncanakan betul-betul akan berdampak pada peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

(28)

Dalam hubungannya dengan kebijakan belanja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan APBD tahun anggaran 2014 antara lain :

- Perlu menyikapi kebijakan pemerintah terhadap rencana kenaikan gaji bagi PNS/CPNS pada tahun 2014 dan pengangkatan K2 menjadi CPNS sehingga akan berdampak pada peningkatan anggaran belanja gaji dan tunjangan pegawai pada tahun 2014 ini.

- Menyikapi penyesuaian harga bahan material/bahan bangunan yang

diprediksi pada tahun 2014 ada kecenderungan mengalami kenaikan, sebagai dampak atas resesi keuangan global sehingga akan berdampak pada peningkatan anggaran belanja barang dan jasa serta belanja modal.

- Mendukung program-program pemerintah terhadap antisipasi kemungkinan adanya gejolak ekonomi nasional maupun daerah yang akan berdampak pada penurunan pendapatan perkapita serta pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja.

- Mengantisipasi pemenuhan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat. 3.4. Prioritas dan Plafon Anggaran Belanja Daerah

Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagaimana tertuang dalam Nota Kesepakatan antara Walikota Parepare Parepare dengan Pimpinan DPRD Nomor : 180.4/38/HKM dan Nomor : 170.1/15/DPRD tanggal 22 Nopember 2013 telah memuat proyeksi pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah termasuk program dan kegiatan yang direncanakan dan diprioritaskan pada setiap urusan pemerintahan, baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara untuk pembangunan daerah Kota Parepare tahun 2014 tetap memperhatikan kebijakan yang tertera dalam dokumen perencanaan, termasuk mengkafer usulan dari masyarakat dan SKPD serta program-program Walikota sebagaimana yang disampaikan pada kampanye pemilihan Walikota yang lalu.

Prioritas dan plafon anggaran sementara memuat anggaran terhadap program dan kegiatan yang diusulkan, meskipun masih bersifat pagu indikatif sehingga masih memungkin terjadinya perubahan pada saat pembahasan rancangan APBD. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara disusun berdasarkan urusan pemerintahan, baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang dilaksanakan oleh setiap satu atau beberapa SKPD. PPAS ini telah dibahas secara bersama-sama antara Badan Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Namun karena program dan kegiatan yang diusulkan

(29)

tersebut masih bersifat global sehingga perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan RKA-SKPD yang sudah menguraikan rincian belanja.

Berdasarkan hasil asistensi RKA-SKPD yang dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah menyebabkan terjadinya perubahan pagu anggaran yang sudah tidak sesuai lagi dengan PPAS. Atas dasar RKA-SKPD tersebut, maka diakumulasi dan dijabarkan dalam bentuk rancangan APBD yang dibahas di Badan Anggaran, Komisi dan Gabungan Komisi DPRD Kota Parepare. Hasil Pembahasan tersebut menjadi dasar penyempurnaan Rancangan APBD, dan selanjutnya dievaluasi pada Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan. Rancangan APBD yang telah dievaluasi dan ditindaklanjuti maka ditetapkan Perda tentang APBD.

(30)

BAB IV

KONDISI DAN KEBIJAKAN ANGGARAN PEMBIAYAAN

4.1. Kondisi Umum Pembiayaan

Sebagaimana diketahui bahwa pembiayaan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pembiayaan ini terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan daerah dalam konteks sistem penganggaran adalah setiap transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surflus anggaran. Maknanya adalah untuk memisahkan antara komponen pendapatan dengan komponen penerimaan dan atau komponen belanja dengan komponen pengeluaran yang selama ini pengertiannya dianggap sama, disamping itu juga dimaksudkan untuk menghindari dobel pencatatan dalam pembukuan pendapatan maupun belanja daerah.

Ada beberapa jenis transaksi yang dikategorikan dalam komponen pembiayaan antara lain pada sisi penerimaan meliputi :

a. Sisa Lebih Perhitungan Tahun Lalu b. Pencairan Dana Cadangan

c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d. Penerimaan Pinjaman Daerah

e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman f. Penerimaan Piutang Daerah

Sedangkan yang termasuk jenis pengeluaran pembiayaan meliputi transaksi sebagai berikut:

a. Pembentukan Dana Cadangan

b. Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah c. Pembayaran Pokok Hutang

d. Pemberian Pinjaman Daerah

Pada penyusunan APBD tahun anggaran 2014 ini direncanakan kondisi

(31)

a. Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun anggaran sebelumnya diestimasikan masih sebesar Rp. 1.000.000.000,-. SilPA tersebut diharapkan dari sisa anggaran pada tahun 2013 yang dapat berasal dari sisa anggaran gaji dan tunjangan pegawai, penghematan anggaran, kegiatan lanjutan atau utang belanja yang belum dapat dibayarkan pada tahun 2013.

b. Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah diperkirakan sebesar Rp.250.000.000,-

b. Pengeluaran pembiayaan yang meliputi penyertaan modal pada Bank Sulselbar sebesar Rp.1.000.000.000,-, dan rencana pembayaran pokok hutang sebesar Rp.3.725.075.000,- dan pemberian pinjaman daerah sebesar Rp.250.000.000,-

4.2. Permasalahan Utama Pembiayaan

Permasalahan pembiayaan tahun anggaran 2014 ini sebenarnya sudah agak lebih bagus dibandingkan dengan dua tahun terakhir. Kondisi ini terjadi karena alokasi anggaran belanja sudah dapat ditekan sehingga defisit APBD tidak lagi terlalu besar seperti tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, juga masih terdapat hutang pokok yang seharus menjadi prioritas dalam penganggaran tahun 2014 ini meskipun tidak sebesar seperti tahun-tahun sebelumnya seperti pembayaran hutang pokok atas pinjaman daerah untuk pembangunan Pasar Lakessi. Apabila kita membandingkan antara total penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan, maka penerimaan masih kecil dari pada rencana pengeluaran. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan netto APBD tahun anggaran 2014 masih dalam kondisi negatif artinya pengeluaran pembiayaan sebagian didanai dari pendapatan daerah bukan penerimaan pembiayaan.

4.3. Kebijakan Umum Pembiayaan

Program Pemerintah Daerah terkait dengan pembiayaan daerah adalah masih diarahkan untuk pembayaran hutang pokok tahun-tahun sebelumnya, termasuk pembayaran hutang dan bunga untuk pinjaman daerah dalam rangka pembangunan Pasar Lakessi. Dan dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah sebagaimana tahun sebelumnya Pemerintah Daerah tetap mengalokasikan anggaran untuk Penyertaan Modal pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan dan Barat, dimana pada tahun ini direncanakan sebesar Rp.1.000.000.000,-. Begitu pula Pemerintah Kota Parepare akan berupaya untuk

(32)

menyelesaikan pembayaran hutang pokok sesuai tahapan dan jadwal yang telah disepakati dengan pemerintah.

(33)

BAB V

PROGRAM DAN KEGIATAN

Program dan kegiatan menurut Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang terdiri dari Urusan Wajib dan Urusan Pilihan telah tercantum dalam Lampiran A.VII Peraturan Menteri Dalam Nomor 13 Tahun 2006. Urusan-urusan tersebut dilaksanakan oleh satu atau lebih Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan organisasi perangkat daerah yang ditetapkan. Program dan kegiatan yang diatur dalam Permendagri tersebut disamping ada program dan kegiatan yang sifatnya seragam yang berlaku pada setiap SKPD (program dan kegitan operasional/rutin) juga ada program dan kegiatan berdasarkan urusan pemerintahan.

Menyangkut penyusunan APBD tahun anggaran 2014, pemilihan program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan sebagaimana yang tertuang dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, sebenarnya memberikan kemudahan bagi SKPD memilih program dan kegiatan sesuai urusan SKPD yang berkenaan. Namun dengan ditetapkannya nomenklatur program dan kegiatan secara baku terkesan bersifat kaku, karena terkadang antara nama kegiatan dengan indikator dan target kinerja tidak menunjukkan sinkronisasi yang tepat.

Oleh karena itu, dengan terbitnya Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, daerah telah diberikan kewenangan dalam membuat program dan kegiatan, namun tetap harus dijaga konsistensi nama program dan kegiatan pada suatu urusan pemerintahan, sehingga tidak terkesan adanya pencantuman progran dan kegiatan yang bersifat asal-asalan.

Kemudian dalam penyusunan APBD tahun 2014 ini, program dan kegiatan yang seragam dan ada pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah

(34)

program dan kegiatan yang bersifat rutin yang meliputi ; i) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, iii)

Program Peningkatan Disiplin Aparatur, iv) Program fasilitas pindah / purna tugas PNS (tidak semua SKPD, khusus Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah), v) Program

Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur dan vi) Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.

Berikut ini kami menguraikan jumlah anggaran yang teralokasi kedalam program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD dan program dan kegiatan berdasarkan urusan pemerintahan (Urusan Wajib dan Urusan Pilihan). Sedangkan untuk mengetahui jumlah anggaran yang teralokasi kedalam program dan kegiatan yang terakomodir dalam APBD tahun anggaran 2012 ini, baik menurut urusan pemerintahan maupun menurut organisasi pelaksana program dan kegiatan yang bersangkutan, secara detail dapat dilihat pada LAMPIRAN IV Perda APBD ini.

A. URUSAN WAJIB 1. Urusan Pendidikan

Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan hanya melaksanakan 1 (satu) urusan pemerintahan, yaitu urusan pendidikan, dimana total anggaran belanja untuk Dinas Pendidikan yang teralokasi kedalam Belanja Langsung untuk membiayai berbagai program dan kegiatan, baik kegiatan rutin setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi tupoksi Dinas Pendidikan tersebut adalah sebesar Rp.29.644.900.000,- atau sebesar 11,71% dari belanja langsung, yang terdiri atas :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD yang dikelola Dinas Pendidikan menyerap anggaran sebesar Rp.1691.300.000,- yang teralokasi kedalam 4 program dan 23 kegiatan;

(35)

anggaran sebesar Rp.27.953.600.000,- yang teralokasi kedalam 6 program dan 43 kegiatan.

2. Urusan Kesehatan.

Jumlah anggaran belanja langsung yang terserap kedalam urusan kesehatan yang dikelola oleh 2 (dua) Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu Dinas Kesehatan dan Badan Pelayanan Kesehatan RSU A. Makkasau dengan anggaran sebesar Rp.70.783.315.100,- atau sebesar 16,92% dari total anggaran belanja langsung, yang teralokasi kedalam SKPD yaitu :

1) Dinas Kesehatan

Total anggaran belanja langsung yang terserap untuk Dinas Kesehatan yang teralokasi untuk membiayai berbagai program dan kegiatan, baik kegiatan seragam setiap SKPD maupun kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi tupoksi Dinas Kesehatan tersebut adalah sebesar Rp.14.693.723.100,-

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD (kegiatan rutin) yang dikelola Dinas Kesehatan, dari 4 program dan 24 kegiatan adalah sebesar Rp.1.436.700.000,-

b. Program dan kegiatan berdasarkan urusan pemerintahan, dari 6 program dan 46 kegiatan, menyerap anggaran sebesar Rp.13.257.023.100,-.

2) Badan Pelayanan Kesehatan R.S.U. Andi Makkasau.

Jumlah anggaran yang diperuntukan untuk membiayai program dan kegiatan Badan Pelayanan Kesehatan R.S.U. Andi Makkasau adalah sebesar Rp.56.089.592.000.-

Badan Pelayanan Kesehatan RSU.Anadi Makkasau telah menjadi Badan Layanan Umum daerah dimana hanya terdapat 3 program dan 4 kegiatan.

(36)

3. Urusan Pekerjaan Umum

Jumlah anggaran belanja langsung yang terserap kedalam urusan pekerjaan umum yang dikelola oleh 2 (dua) Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu Dinas Pekerjaan umum dan Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan dengan anggaran sebesar Rp.47.333.223.000,- yang teralokasi kedalam SKPD yaitu :

1) Dinas Pekerjaan Umum

Jumlah anggaran yang diperuntukan untuk membiayai program dan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum adalah sebesar Rp. 45.822.462.100,-

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum Wilayah, dimana dari 5 program menyerap anggaran sebesar Rp.14.612.885.500,-.

b. Program dan kegiatan untuk urusan Pekerjaan Umum, dari 9 program menyerap anggaran sebesar Rp.31.209.576.600,-

2) Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan

Jumlah anggaran belanja langsung yang diperuntukan untuk membiayai urusan pekerjan umum pada Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan adalah sebesar Rp.1.510.761.000,- yang dialokasikan untuk 1 program.

4. Urusan Perumahan

Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan

Jumlah anggaran yang terserap kedalam urusan perumahan yang dikelola oleh satu Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan dengan anggaran sebesar Rp.351.642.000,- yang dialokasikan untuk membiayai 2 program.

(37)

5. Urusan Penataan Ruang

Jumlah anggaran yang terserap kedalam urusan penataan ruang yang dikelola oleh dua Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan anggaran sebesar Rp.12.290.747.150,-

1) Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan

Jumlah anggaran yang diperuntukan untuk membiayai program dan kegiatan Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan adalah sebesar Rp.12.105.668.200,- a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD yang dikelola Dinas

Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan, dimana dari 4 program menyerap anggaran sebesar Rp.10.897.574.0400,-.

b. Program dan kegiatan untuk urusan penataan ruang pada Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan, dari 5 program menyerap anggaran sebesar Rp.1.208.094.200,-

2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Jumlah anggaran yang diperuntukan untuk membiayai urusan penataan ruang pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah sebesar Rp.185.078.950,- yang dialokasikan untuk 1 program.

6. Urusan Perencanaan Pembangunan dan Urusan Statistik Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Parepare melaksanakan 3 (tiga) urusan pemerintahan yaitu urusan perencanaan pembangunan, urusan penataan ruang, dan urusan statistik,. Jumlah anggaran yang teralokasi untuk membiayai seluruh program dan kegiatan pada urusan perencanaan pembangunan dan urusan statistik adalah sebesar Rp.3.008.286.800,- dengan uraian sebagai berikut:

(38)

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD dari empat program menyerap anggaran sebesar Rp.739.220.5000,-

b. Program dan kegiatan untuk urusan perencanaan pembangunan dan statistik dari 6 program menyerap anggaran sebesar Rp.2.269.066.300,-.

7. Urusan Perhubungan

Dinas Perhubungan

Jumlah anggaran yang teralokasi untuk membiayai seluruh progran dan kegiatan yang dikelola oleh Dinas Perhubungan sebesar Rp.2.648.367.500,- dengan rincian sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD menjadi sebesar sebesar Rp.762.000.000,-

b. Program dan kegiatan untuk urusan perhubungan adalah sebesar Rp.1.886.367.500,-

8. Urusan Lingkungan Hidup

Urusan lingkungan hidup sebenarnya dilaksanakan oleh 2 (dua) SKPD yaitu Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menyerap anggaran sebesar Rp.9.148.903.336,- pada anggaran pokok ini dengan komposisi anggaran sebagai berikut :

1) Badan Lingkungan Hidup Daerah

(39)

untuk membiayai seluruh program dan kegiatan yang direncanakan pada APBD Pokok tahun anggaran 2014.

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD (kegiatan rutin) yang dikelola Badan Lingkungan Hidup Daerah, dari 4 program menyerap anggaran sebesar Rp.544.000.000,-

b. Jumlah anggaran untuk membiayai program dan kegiatan berdasarkan urusan lingkungan hidup, dari 7 program pada urusan ini menyerap anggaran sebesar Rp.2.185.409.100,-.

2) Dinas Kebersihan, Keindahan dan Pertamanan

Dinas Kebersihan dan Pertamanan menyerap anggaran sebesar

Rp.6.419.494.236,- pada anggaran pokok APBD tahun anggaran 2014 ini dengan proporsi sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD, dimana dari 4 program menyerap anggaran sebesar Rp.2.747.244.236,-

b. Jumlah anggaran untuk membiayai program dan kegiatan berdasarkan urusan pemerintahan sebesar sebesar Rp.3.672.250.000,- dengan 2 program. 9. Urusan Pertanahan

Bagian Tata Pemerintahan

Urusan pertanahan yang melekat pada Sekretariat Daerah yang secara teknis dikelola oleh Bagian Pemerintahan mengelola anggaran sebesar Rp.3.200.000.000,-

10. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil yang dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menyerap anggaran untuk membiayai program dan kegiatan sebesar Rp.975.783.650,- dengan komposisi sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD menyerap anggaran sebesar Rp.580.282.250,- untuk membiayai 4 program.

(40)

pelaksanaan urusan sosial adalah sebesar Rp.395.501.400,-.

11. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera dan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dinas Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

Kedua urusan tersebut hanya dilaksanakan oleh 1 (satu) SKPD yaitu Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Jumlah anggaran yang teralokasi untuk membiayai seluruh progran dan kegiatan yang dikelola oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, baik program dan kegiatan rutin maupun program dan kegiatan berdasarkan urusan pemerintahan adalah sebesar Rp.2.380.496.800,- dengan komposisi sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD menyerap anggaran sebesar Rp.585.940.000,- untuk membiayai 4 program.

b. Sedangkan jumlah anggaran yang terserap untuk program dan kegiatan urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera menyerap anggaran sebesar Rp.2.217.144.000,-

c. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebesar

Rp.422.588.000,-

12.Urusan Sosial Dinas Sosial

Urusan Sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyerap anggaran untuk membiayai program dan kegiatan sebesar Rp.1.574.745.250,- dengan komposisi sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD menyerap anggaran sebesar Rp.523.155.750,-.

b. Jumlah anggaran yang terserap untuk program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan urusan sosial adalah sebesar Rp.1.051.589.500,-.

(41)

Dinas Tenaga Kerja

Urusan ketenagakerjaan dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dengan jumlah anggaran sebesar Rp.1.233.600.000,- dengan uraian sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD menyerap anggaran sebesar Rp.560.500.000,- untuk membiayai sebanyak 4 program;

b. Jumlah anggaran untuk melaksanakan urusan ketenagakerjaan adalah sebesar Rp.673.100.000,- untuk membiayai 4 program;

13. Pemuda dan Olahraga dan Urusan Pariwisata Dinas Olahraga, Pemuda dan Pariwisata

Dinas Olahraga, Pemuda dan Pariwisata melaksanakan 3 (tiga) urusan pemerintahan yaitu urusan pariwisata (urusan pilihan), urusan kepemudaan dan olahraga serta urusan kebudayaan (urusan wajib). Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk membiayai tiga urusan tersebut adalah sebesar Rp.1.417.062.000,- dengan proporsi sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD yaitu sebesar Rp.422.062.000,- yang teralokasi kedalam 4 program;

b. Anggaran urusan kepemudaan dan olahraga adalah sebesar Rp.535.000.000- dengan 2 program.

c. Urusan pariwisata sebesar Rp.460.000.000,-

14.Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri dilaksanakan oleh 2 (dua) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dan Satuan Polisi Pamong Praja dengan jumlah anggaran sebesar Rp.2.237.359.350,-

1) Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dalam melaksanakan urusan tersebut menyerap anggaran sebesar Rp.1.075.750.350,- untuk membiayai

(42)

seluruh program dan kegiatan yang direncanakan pada APBD tahun anggaran 2014 dengan proporsi sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD (kegiatan rutin/operasional) adalah sebesar Rp.543.726.750,- yang teralokasi untuk membiayai 4 program;

b. Sedangkan jumlah anggaran untuk membiayai pelaksanaan urusan pemerintahan adalah sebesar Rp.532.023.600,- yang diperuntukkan untuk membiayai sebanyak 4 program.

2) Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja dalam rangka melaksanakan urusan tersebut menyerap anggaran sebesar Rp.1.161.609.000,- untuk membiayai seluruh program dan kegiatan yang direncanakan pada APBD tahun anggaran 2014 dengan proporsi sebagai berikut :

a. Program dan kegiatan yang seragam pada setiap SKPD adalah sebesar Rp.770.559.000,- untuk melaksanakan 5 program;

b. Jumlah anggaran untuk membiayai program dan kegiatan berdasarkan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri menyerap anggaran sebesar Rp.391.050.000,- yang teralokasi kedalam 3 program.

15. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian serta Urusan Pertanahan

Urusan tersebut dilaksanakan oleh 11 (sebelas) SKPD yaitu Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Pendapatan Daerah, Inspektorat Daerah, Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah, Sekretariat Korpri, Kecamatan Bacukiki, Kecamatan Bacukiki Barat, Kecamatan Soreang, Kecamatan Ujung dan Kantor Pelayanan Perizinan dengan jumlah anggaran pada APBD adalah sebesar Rp.47.643.782.337,- dengan komposisi anggaran sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran Nomor : BA.01/BOR.076.LPSE/ULP_POKJA III/LMD/VI/2014 tanggal 15 Juni 2014 untuk Pekerjaan Pemagaran dan

Gambar 4., menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk dari beberapa perlakuan dengan beberapa taraf konsentrasi 2,4-D dan TDZ menggambarkan kalus tersebut memiliki

Kegiatan ini bertujuan untuk: Menyediakan data berbagai karakteristik dari perusahaan industri besar/sedang yang akurat dan tepat waktu perencanaan pembangunan sektor

Retno Kurniasih, dkk (2011) Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderasi Independen:

Tujuan pendidikan Islam bukan hanya difokuskan untuk membentuk pribadi kader Islam, namun masyarakat Madinah pada saat itu juga dibekali dengan pendidikan tauhid,

Data kuantitatif yang diperoleh berupa hubungan skor test akhir ( posttest ) antara metode pembelajaran Project Based Learning berbasis GRASPS berbantu modul

Definisi kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya (Robin dan Judge, 2008, p.107). 54)

Berbicara tentang pengelolaan lingkungan hidup hidup tentu tidak bisa dilepaskan dari masalah aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam hal pengelolaan lingkungan hidup ini,