*~nM? .-•: $i •-•:••
BUPATI LIMA PULUH KOTA
PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA
NOMOR \0 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
^ DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang
Mengingat
BUPATI LIMA PULUH KOTA,
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan, monitoring, evaluasi, pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota agar terwujudnya tertib administrasi, tepat sasaran, efektif, efisien serta taat peraturan perundang-undangan agar program dan kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan rencana dan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan, maka perlu adanya pedoman pelaksanaan program dan kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota;
b. bahwa untuk memenuhi maksud Peraturan Pemerintah
Nomor 58 tahun 2005 pasal 5 angka 2, dimana Pemegang
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD) mempunyai kewenangan untuk menetapkan kebijaksanaan tentang pelaksanaan APBD perlu disusun pedoman pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati Lima Puluh Kota;
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
/fpy
diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4503;);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4693);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran
12. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang
V Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah dua kali diubah terahir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Penatausahan dan Penyusunan Laporan
Pertanggugjawaban Bendahara Serta Penyampaiannya;
m\ 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014; 20. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengadaan Tanah;
21. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2008 Nomor 1);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 5
Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2008 Nomor 5), Sebagaimana Telah Dua Kali Diubah Terakhir Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2014 Nomor 1);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2008 Nomor 6), Sebagaimana Telah Dua Kali Diubah Terakhir Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 6
Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014 Nomor 2);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Teknis Lainnya, (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2008 Nomor 7), Sebagaimana Telah Dua Kali Diubah Terakhir Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Teknis Lainnya
(Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014 Nomor 3);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah Tahun
2011 Nomor 5), Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah Tahun 2014 Nomor 4)
26. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota (Lembaran Daerah Tahun 2011
Nomor 7);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005 -2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2005 Nomor 6);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota
(Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2011
Nomor 17);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun Anggaran Tahun 2014 (Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014 Nomor 5);
30. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 8 Tahun 2007
Tentang Pedoman Penatausahaan Keuangan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota (Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007 Nomor 8);
31. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 8 Tahun 2009
Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 149 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;
32. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 15 Tahun 2009
Tentang Analisa Standar Biaya (Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009 Nomor 15);
33. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 39 Tahun 2009
Tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009
Nomor 39);
34. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009 Nomor 44);
35. Peraturan Bupati Nomor 241 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Bupati Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota;
36. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 368 Tahun 2012 Tentang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Lima Puluh Kota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 43 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 368 Tahun 2012 Tentang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Lima Puluh Kota (Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2013 Nomor 40);
37. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 40 Tahun 2013
Tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2014 (Berita Daerah
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2013 Nomor 40);
38. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 41 Tahun 2013 Tentang Perjalanan Dinas Dalam Daerah dan Luar Daerah Tahun Anggaran 2014 (Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2013 Nomor 41);
39. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun Anggaran 2014
(Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2014
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAAN PROGRAM DAN KEGIATAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN
ANGGARAN 2014.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lima Puluh Kota.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota. 3. Bupati adalah Bupati Lima Puluh Kota.
4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Lima Puluh Kota.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota.
6. Tim Pegendalian Program dan Kegiatan APBD adalah tim yang bertugas memberikan bimbingan, pedoman serta arahan tentang pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan, melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi untuk memberikan masukan kepada Bupati guna pengambilan kebijakan
selanjutnya.
7. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi
satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
8. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (keluaran) dalam bentuk barang/jasa.
9. Pelaksanaan adalah proses, cara dan perbuatan melaksanakan semua rencana
dan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala
kebutuhan.
10. Pengendalian adalah proses yang dirancang untuk pemantauan dan sarana informasi bagi Kepala Daerah/Bupati dalam meningkatkan kinerja transparansi pengelolaan keuangan daerah serta pencapaian tujuan pemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan fisik dan keuangan, efisiensi dan efektifltas pelaksanaan Program dan Kegiatan serta dipatuhinya
peraturan perundang-undangan.
11. Pelaporan adalah proses kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan program dan kegiatan pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
12. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar program dan kegiatan berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Monitoring adalah proses pengendalian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan.
14. Sekretariat Tim
Monitoring
dan
Pengendalian
Operasional
Pelaksanaan
Program dan Kegiatan APBD adalah Bagian Administrasi Pembangunan pada
Sekretariat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota.
15. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati.
16. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu Sekretaris Daerah yang
berperan dan berfungsi dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.17. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah atau SKPKD dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau DPPKAD Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu perangkat daerah pada Pemerintah Daerah yang melaksanakan fungsi pengelolaan keuangan daerah.
18. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
19. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang dan jasa.
20. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
21. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah atau selanjutnya disebut PPK SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.
22. Unit pelaksana teknis daerah yang selanjutnya disebut UPTD adalah lembaga
pelaksana teknis dinas yang dibentuk dengan peraturan kepala daerah dan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas SKPD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala SKPD.
23. Bendahara Pengeluaran adalah Pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD.
24. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah petugas yang ditunjuk oleh PPKD untuk membantu bendahara pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka pelaksanaan anggaran SKPD.
25. Pembantu Bendahara Pengeluaran adalah petugas yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk membantu Bendahara Pengeluaran sebagai kasir, pembuat dokumen pengeluaran dari satu atau
beberapa kegiatan SKPD.
26. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD
yang dipimpinnya.
27. Pengguna Barang/Jasa adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang/Jasa jasa milik Negara/Daerah.
28. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan sebagian Program dan Kegiatan.
29. Pejabat Pembuat Komitmen atau selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.30. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah
pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan
31. Pembantu
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
atau selanjutnya disebut
Pembantu PPTK adalah pegawai yang ditunjuk untuk membantu PPTK dalampengendalian pelaksanaan kegiatan, baik fisik maupun administrasi kegiatan
dan tugas lainnya yang diberikan oleh PPTK.
32. Pejabat Pengadaan adalah satu orang personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
33. Unit Layanan Pengadaan selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen, melekat pada Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. 34. Panitia/Pejabat Peneliti Kontrak adalah Tim yang membantu PPK (PejabatPembuat Komitmen) melakukan penelitian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perjanjian/kontrak serta perubahannya.
35. Tim Asistensi adalah Tim Yang membantu PPK untuk memeriksa hasil
perencanaan yang sedang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konsultansi.
36. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah Panitia/Pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
J** 37. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau Pengawas intern yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit,
review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD.
38. Pengawas Lapangan adalah petugas teknis yang membantu PPK untuk melakukan pengawasan teknis dan administrasi terhadap pelaksanaan
kegiatan konstruksi/perencanaan oleh penyedia barang/jasa.
39. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
40. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah
dan tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam pengadaan
barang/jasa.
41. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
p^
42. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
v pengurangan nilai kekayaan bersih.43. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah Dokumen yang memuat Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.
44. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperolehBarang/Jasa.
45. Barang adalah setiap benda baik yang berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
46. Pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
47. Jasa konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware).
48. Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyedia jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan Barang.
49. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh SKPD sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
50. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan ULP/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
51. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah
perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana
Swakelola.
52. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.
53. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi
untuk Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
54. Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
55. Pemilihan langsung adalah metode pemilihan penyedia konstruksi untuk
pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 56. Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk Jasa
Konsultansi yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi syarat.
57. Seleksi Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
58. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan gagasan orisinal, kreativitas, dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
59. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan
Barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
60. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
61. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan /Seleksi /Penunjukan
Langsung.
62. Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Panitia Pengadaan Barang/Jasa untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa.
63. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah).
64. Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan
65. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE adalah unit kerja pemerintah daerah yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem
pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
66. E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan
secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan
1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.
67. Portal Pengadaan Nasional adalah pintu gerbang sistem informasi elektronik yang terkait dengan informasi Pengadaan Barang/Jasa secara nasional yang
dikelola oleh LKPP.
68. Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah tanda bukti
pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa.
69. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disingkat LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
0* 70. Instansi Pemerintah Lain adalah intansi yang berada diluar instansi
Penanggung Jawab Anggaran.
71. Unit Kerja adalah Bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
program.
72. Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksanan tugas teknis pada dinas dan badan yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa Program dan Kegiatan.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
Pasal2
(1) Maksud dari pedoman ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan Program dan Kegiatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota yang dananya berasal dari sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBD.
v (2) Tujuan dari pedoman ini adalah:
a. Pelaksanaan Program dan Kegiatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilakukan secara tertib administrasi, tepat sasaran, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif, ekonomis, transparan, akuntabel dengan memperhatikan asas berkeadilan, kepatutan
dan manfaat untuk masyarakat;
b. Keseluruhan Program dan Kegiatan yang dilaksanakan secara kuantitas dan kualitas keluaran sesuai dengan rencana dan tolok ukur kinerja yang
telah ditetapkan.
(3) Sasaran yang diharapkan adalah:
a. Terlaksananya kegiatan secara terencana dan baik.
b. Tersedianya petunjuk
dalam
pelaksanaan
penyelenggaraan kegiatan
pembangunan di Kabupaten Lima Puluh Kota.BAB III
SISTEMATIKA
Pasal 3
(1)
Pedoman Pelaksanaan Program dan Kegiatan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kotasebagaimana tercantum pada lampiran yang merupakan satu kesatuan yang
utuh dengan Peraturan Bupati ini.
(2)
Lampiran
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
disusun
dengan
sistematika sebagai berikut:
I. II. III. IV. V. VI.
STRUKTUR PELAKSANA PROGRAM DAN KEGIATAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN PROGRAM
KEGIATAN P E L A K S A N A A N P R O G R A M D A N KEGIATAN DAN DAN DAN P E N G E N D A L I A N K E G I A T A N PENGAWASAN KEGIATAN PENUTUP PELAKSANAAN PROGRAM PELAKSANAAN PROGRAM BAB IV PENUTUP Pasal 4
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 5
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota.
Ditetapkan di Sarilamak
Pada tanggal 7
f/\^et
2014
iPlUMDANQKAN Dl:$A**UM*fc
PADA TANGGAL 1.1..S2***. £?.'.!
SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN .LIMA PWLUH KOTA
oA-DRI TO1
161050
MAS. SE, MM
198503 1 017
BERITA DAERAH KA&Up\tEN LIMA PULUH KOTA
TAWUN: 5W.4..-XV^MORj
W-L BUPAlfi W-LIMA PUW-LUH KOTA,
\
ALIS MARAJO '• - J .. :'. •. *\K
to)1)
1 .C. TINDAKLANJUT PENGAWASAN
1. Wakil Bupati dibantu oleh tim tindak lanjut bertanggungjawab atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan eksternal dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan hasil gelar pengawasan
internal:
2.
3.
4.
5.
PA wajib melaksanakan tindak lanjut hasil pengawasan;
Pelaksanaan pemutakhiran data tindak lanjut hasil pengawasan atas
penyelenggaraan Pemeintah Daerah dikoordinasikan oleh Wakil Bupati;
Pelaksanaan pemutahiran data hasil tindak lanjut pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 3) dapat dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun;
Pihak yang ternyata terbukti melanggar ketentuan dan prosedur pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan, maka :
Dikenakan sanksi administrasi;
a . b.
c .
Dituntut ganti rugi/digugat secara perdata; Dilaporkan untuk diproses secara pidana.
VI. PENUTUP
1. Peraturan bupati ini dibuat sebagai pedoman bagi SKPD dalam melaksanakan program dan kegiatan.
2. Hal/ketentuan yang belum diatur dalam peraturan bupati ini, dapat merujuk dan menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PADA TANGGAL :.JL!*££T ™H
SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN U.IMA PUjLUH KOTA
BERITA DAERAH
TAHUN: fa/A EN UV!A FULUH KOTA- I: (0
Ditetapkan di Sarilamak Pada tanggal ? t****T
K
ALISMARAJDv
TELAH DITELITI
\
201 !3UPATI LIMA PULUH KOTA,
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI LIMA PULUH KOTA NOMOR TANGGAL TENTANG 10 TAHUN 2014 7 MA££T 2014
PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN
KEGIATAN ANGGARAN DAN PENDAPATAN
BELANJA DAERAH DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH
KOTA TAHUN 2014
I. STRUKTUR PELAKSANA PROGRAM DAN KEGIATAN
Organisasi pelaksana program dan kegiatan terdiri dari :
I. P E M E G A N G KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN D A E R A H
(PKPKD)
1. Bupati selaku Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pemegang kekuasaan keuangan daerah mempunyai kewenangan:
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah; c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna
barang;
d. Menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah;
f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah; dan
h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
2. Bupati selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, kepada:
a. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah;
b. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah selaku PPKD; dan
c. Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.
II. KOORDINATOR PENGELOLAAN KEUANGAN D A E R A H
1. Sekretaris Daerah selaku koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu
Bupati menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah termasuk urusan pengelolaan keuangan daerah. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas koordinasi di bidang:
a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
b. Penyusunan dan Pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang
daerah;
c. Penyusunan Rancangan APBD dan Rancangan Perubahan APBD;
d. Penyusunan Ranperda APBD dan Rancangan Perubahan APBD; e. Tugas-tugas Pejabat Perencana Daerah, Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah; dan
f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
2. Tugas Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah dalam hal
Penyusunan dan Pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah adalah sebagai berikut:
a. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik
daerah;
b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah;
c. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan BMD yang telah disetujui oleh Bupati ; d. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang
milik daerah dan melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.
3. Koordinator Pengelola Keuangan Daerah juga mempunyai tugas: a. Memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah;
b. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
c. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;
d. Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
dan
e. Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
Bupati.
4. Sekretaris Daerah selaku Koordinator pengelolaan keuangan
daerah dan Pengelola Barang Milik Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.
III. PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (PPKD)
1. Kepala DPPKAD selaku PPKD mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan
daerah;
b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
d. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD);
e. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan
f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati.
2. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang: a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD; b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan
dan pengeluaran kas daerah; e. menetapkan SPD;
f. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman
atas nama Pemerintah Daerah;
g. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
daerah;
h. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
i. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah.
PPKD selaku BUD dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana
dimaksud angka 1 hruf d menunjuk pejabat di lingkungan
DPPKAD selaku Kuasa BUD. Penunjukan Kuasa BUD ditetapkan
dengan Keputusan Bupati;
a. Kuasa BUD seagaimana maksud angka 3 mempunyai tugas : 1) menyiapkan anggaran kas;
2) menyiapkan SPD; 3) menerbitkan SP2D;
4) menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;
5) memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
6) mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBD;
7) menyimpan uang daerah;
8) melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola
menatausahakan investasi;
9) melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah; 10) melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah
daerah;
11) melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan 12) melakukan penagihan piutang daerah.
b. Kuasa BUD bertanggungjawab kepada BUD.
PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan DPPKAD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
c. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah;
d. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
e. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
f. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.
PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
JP*»
0P\
IV. PENGGUNA ANGGARAN (PA)
1. Bupati menetapkan Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran yang
mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun RKA-SKPD;
b. Menyusun DPA-SKPD;
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
h. Menandatangani SPM;
i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggungjawab
SKPD yang dipimpinnya;
j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
k. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang di pimpinnya; 1. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati; dan
m. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
2. Pengguna Anggaran menetapkan personil pengelola kegiatan untuk membantu pelaksanaan Program dan Kegiatan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran sesuai dengan kewenangannya untuk mengangkat:
a. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa;
b. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK SKPD);
d. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK);
e. Pembantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (Pembantu PPTK); f. Pengawas Teknis Lapangan; dan
g. Pembantu Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (Pembantu
PPK SKPD).
3. Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas-tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang ditetapkan oleh
Bupati atas usulan kepala SKPD.
4. Tugas dan kewenangan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sesuai dengan pelimpahan yang diberikan oleh Pengguna Anggaran.
5. Pelimpahan kewenangan berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya;
6. Pertimbangan sebagaimana dimaksud angka 5 dapat dilakukan
apabila Kepala SKPD yang dipimpin oleh pejabat Eselon II
dan/atau SKPD yang mempunyai kantor unit pelaksana teknis
7.
Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana angka 5, meliputi:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;
f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
dan
g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna
anggaran.
8. Pelaksanaan tugas-tugas KPA lainnya sebagaimana dimaksud dengan angka 7 huruf g adalah sebagai akibat kuasa yang dilimpahkan dari bupati kepada PA seperti yang tertuang pada
angka 1 huruf 1.
9. UPT yang ditunjuk sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada badan/dinas, harus disertai dengan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Unit yang merupakan bagian dari DPA SKPD induk
10. Setiap 1 (satu) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat ditetapkan 1 (satu) Bendaharawan Pengeluaran pembantu kecuali di lingkungan
Sekretariat Daerah dapat ditetapkan sesuai dengan Bagian yang ada;
11. Pengusulan pelimpahan kewenangan mempertimbangkan ketersediaan biaya honorarirum pada DPA SKPD.
12. Dalam hal PA dan/atau KPA tidak dapat melaksanakan tugas, antara lain karena sedang melakukan kunjungan ke daerah lain
atau ke luar negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus,
menunaikan ibadah haji, sakit, cuti, atau alasan lainnya, selama:
a. 7 (tujuh) hari sampai dengan 1 (satu) bulan maka harus
menunjuk pejabat struktural sebagai pelaksana harian;
b. diatas satu bulan sampai dengan tiga bulan harus menunjuk pejabat sementara sebagai PA dan/atau KPA dan sebelumnya
didahului dengan berita acara serah terima;
c. lebih dari tiga bulan atau berhalangan tetap, maka PA dan/atau KPA dianggap telah mengundurkan diri dan selanjutnya ditunjuk pejabat pengganti;
d. Khusus untuk ketentuan huruf a dan b, jika PA berhalangan
maka dijabat oleh KPA dan jika KPA yang berhalangan, maka dijabat oleh PA SKPD yang bersangkutan.
13. Dalam hal Kepala SKPD defmitif berhalangan tetap, maka ditunjuk
pelaksana tugas selaku PA.
V. PENGGUNA BARANG (PB)
1. Bupati menunjuk kepala SKPD selaku Pengguna Barang (PB) yang
memiliki tugas sebagai berikut:
a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpinnya kepada Bupati melalui Pengelola ;
b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban
APBD dan perolehan lainnya yang syah kepada Bupati melalui
pengelola;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;
d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingannya penyelenggaraan tupoksi SKPD yang dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang dalam penguasaannya;
f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan atau bangunan yang tidak memerlukan
persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan
atau bangunan kepada Bupati melalui pengelola;
g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tupoksi SKPD yang dipimpinnya kepada Bupati melalui pengelola;
h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan
i. menyusun dan menyampaikan laporan barang penggunan
semesteran (LBPS) dan laporan barang pengguna tahunan
(LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola. j. Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset
lainnya kepada Bupati cq. Sekretaris Daerah dengan Berita
Acara Penyerahan;
k. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
2. Kepala unit pelaksana teknis daerah bertindak selaku Kuasa Pengguna Barang (KPB).
3. Tugas dan kewenangan Kuasa Pengguna Barang (KPB) adalah: a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit
kerja yang dipimpinnya kepada Kepala SKPD yang
bersangkutan ;
b. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah
yang berada dalam penguasaannya;
c. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tupoksi
unit kerja yang dipimpinnya;
d. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang
berada dalam penguasaannya;
e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya
f. menyusun dan menyampaikan laporan barang kuasa pengguna semesteran (LBKPS) dan laporan barang kuasa pengguna tahunan (LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bersangkutan.
4. Dalam hal PB dan/atau KPB tidak dapat melaksanakan tugas, antara lain karena sedang melakukan kunjungan ke daerah lain atau ke luar negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus, menunaikan ibadah haji, sakit, cuti, atau alasan lainnya, selama:
a. 7 (tujuh) hari sampai dengan 1 (satu) bulan maka harus membuat surat kuasa mutlak sebagai PB dan/atau KPB sesuai
peraturan yang berlaku;
b. diatas satu bulan sampai dengan tiga bulan harus menunjuk
pejabat sementara sebagai PB dan/atau KPB dan sebelumnya
didahului dengan berita acara serah terima;
c. lebih dari tiga bulan atau berhalangan tetap, maka PB dan/atau KPB dianggap telah mengundurkan diri dan selanjutnya ditunjuk pejabat pengganti;
d. Khusus untuk ketentuan huruf a dan b, jika PB berhalangan maka dijabat oleh KPB dan jika KPB yang berhalangan, maka dijabat oleh PB SKPD yang bersangkutan.
VI. PEJABAT PENATAUSAHAAN KEUANGAN (PPK SKPD)
1. Dalam rangka pelaksanaan fungsi pengujian atas suatu tagihan
serta melaksanakan anggaran yang dimuat dalam
DPA/DPPA/DPA-L SKPD, PA menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai
PPK SKPD;
2. PPK SKPD adalah pejabat eselon IV pada Sekretariat SKPD;
3. PPK SKPD sebagaimana dimaksud pada angka 1 mempunyai
tugas:
a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang
disampaikan oleh bendahara pengeluaran dengan diketahui
oleh PPTK dan disetujui oleh PPK;
b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji
dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan
oleh bendahara pengeluaran; c. melakukan verifikasi SPP; d. menyiapkan SPM;
e. melakukan verifikasi harian ata penerimaan; f. melaksanakan akuntansi SKPD;
g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.
4. PPK SKPD dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada PA;
5. PPK SKPD dilarang merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah, bendahara dan/atau
PPTK;
6. Dalam melaksanakan tugasnya, PPK SKPD dapat dibantu staf
sebagai Pembantu PPK SKPD;
7. Staf yang ditunjuk sebagai Pembantu PPK SKPD, harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
a. berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil;
b. memiliki kompetensi yang cukup di bidang penatausahaan
keuangan daerah;
c. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas.
8. Dalam hal PPK SKPD berhalangan, maka:
a.
apabila melebihi 7 (tujuh) hari sampai selama-lamanya 1 (satu)
bulan, PPK SKPD tersebut wajib memberikan surat kuasakepada orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan kewenangan PPK SKPD dengan diketahui oleh PA;
b. lebih dari 1 (satu) bulan, harus ditunjuk PPK SKPD pengganti dan diadakan berita acara serah terima.
VII. BENDAHARA
1. PA/KPA mengusulkan Bendahara Pengeluaran kepada Kepala DPPKAD selaku PPKD dalam rangka pelaksanaan Anggaran SKPD;
2. Bupati atas usul PPKD menetapkan Bendahara Pengeluaran untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran SKPD yang merupakan pejabat fungsional.
3. Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud angka 2 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil;
b. Memiliki kompetensi yang cukup di bidang penatausahaan keuangan daerah yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan
kebendaharaan daerah;
c. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
4. Jika tidak ada personil yang memenuhi peryaratan sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b, maka Bendahara Pengeluaran dapat diangkat dari unsur PNS yang dianggap mampu;
5. Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada angka 2 secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan/pemborongan dan penjualan jasa
atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/
penjualan, serta membuka rekening atau menyimpan uang pada suatu bank atas nama pribadi;
6. Bendahara Pengeluaran secara fungsional bertanggungjawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD sedangkan secara
operasional bertanggung jawab kepada Pengguna
Anggaran /Pengguna Barang.
7. Bendahara Pengeluaran tidak boleh merangkap sebagai personil pengelola kegiatan yang lain.
8. Bendahara pengeluaran SKPD bertugas untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
9. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud angka 8
bendahara pengeluaran SKPD berwenang:
a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan uang persediaan;
c. melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya;
d. menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang
f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap.
10. Dalam hal Pengguna Anggaran melimpahkan sebagian kewenangan kepada Kuasa Pengguna Anggaran, Bupati menetapkan Bendahara Pengeluaran pembantu pada SKPD yang bersangkutan;
11. Bendahara Pengeluaran Pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban tugas, lokasi, kompensasi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan obyektif lainnya;
12. PA/KPA mengusulkan Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada Kepala SKPKD selaku PPKD dalam rangka pelaksanaan anggaran SKPD;
13. Bupati atas usul PPKD menetapkan Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran SKPD;
14. Bendahara Pengeluaran Pembantu sebagaimana dimaksud pada angka 12 secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan/pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas
kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening atau menyimpan uang pada suatu bank atas nama pribadi;
15. Untuk melaksanakan sebagian tugas sebagaimana dimaksud pada
angka 13 bendahara pengeluaran pembantu SKPD berwewenang: a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP-TU
dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan uang persediaan yang berasal dari Tambahan Uang dan/atau pelimpahan UP dari bendahara
pengeluaran;
c. melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya;
d. menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna Anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang
diberikan oleh PPTK;
f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat
dan/atau tidak lengkap.
16. Bendahara Pengeluaran pembantu dalam melakukan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada poin3) menggunakan
bukti pengeluaran yang sah.
17. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat fungsional dan dalam pelaksanaan tugasnya secara fungsional bertanggung jawab kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku BUD, sedangkan secara operasional bertanggung jawab kepada
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.
18. Bendahara Pengeluaran Pembantu tidak diperbolehkan merangkap sebagai personil pengelola kegiatan yang lain.
19. Untuk mendukung kelancaran tugas perbendaharaan, Bendahara Pengeluaran dapat dibantu oleh Pembantu Bendahara Pengeluaran yang ditetapkan dengan Keputusan Pengguna Anggaran dan
20. Pembantu Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud angka 19 mempunyai tugas membantu Bendahara Pengeluaran sebagai kasir, pembuat dokumen pengeluaran uang dari satu atau beberapa kegiatan SKPD, pembuat SPP gaji.
21. Dalam hal Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran
Pembantu berhalangan, maka:
a. apabila melebihi 7 (tujuh) hari sampai selama-lamanya 1 (satu)
bulan, Bendahara Pengeluaran atau Bendahara Pengeluaran Pembantu tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pembayaran dan tugas-tugas bendahara pengeluaran atas tanggung jawab
bendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui
kepala SKPD;
b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus ditunjuk pejabat bendahara pengeluaran atau Bendahara Pengeluaran Pembantu dan diadakan berita acara serah terima;
c. apabila Bendahara Pengeluaran atau Bendahara Pengeluaran
Pembantu sesudah 3 (tiga ) bulan belum juga dapat
f^
melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah
mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.
VIII. PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN (PPTK)
1. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), yang memiliki tugas sebagai berikut:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c. menyiapkan dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
2. Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud angkat (1) berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran
kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan obyektif lainnya;
3. Pejabat yang ditunjuk sebagaimana angka 2 di atas minimal eselon
IV pada SKPD yang bersangkutan.
4. PPTK dalam melaksanakan program dan kegiatan menyusun
petunjuk operasional yang ditetapkan oleh PA dan disampaikan ke Bagian Administrasi Pembangunan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota paling lambat 1 (satu) bulan setelah DPA-SKPD ditetapkan dengan tembusan disampaikan kepada
DPPKAD dan Bappeda;
5. PPTK bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas-tugasnya kepada
PA/KPA;
6. PPTK ditunjuk dengan ketentuan :
a. PPTK tidak boleh merangkap menjadi Pejabat Pengadaan/ Pokja ULP, Pejabat/Penerima Penerima Hasil Pekerjaan pada kegiatan
yang dikelolanya, dan sebagai bendaharawan pengeluaran dan
penerimaan;
b. PPTK bertanggungjawab baik dari segi keuangan maupun keluaran (output;)
c. Pelaksanaan kegiatan harus sesuai dengan DPA-SKPD dan bertanggungjawab atas kelancaran dan penyelesaian kegiatan
tepat pada waktunya.
7. PPTK yang sedang melakukan perjalanan dinas, cuti, sakit atau
karena alasan lain sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya, maka:
a. Bila melebihi tujuh hari sampai 1 (satu) bulan, PPTK yang bersangkutan wajib menguasakan kepada pejabat sementara
pada SKPDnya atau unit SKPDnya diketahui oleh PA/PB untuk melaksanakan tugas-tugas PPTK namun tanggung jawab tetap berada pada PPTK pemberi kuasa;
b. Surat Kuasa sebagaimana dimaksud angka 7 huruf a ditandatangani oleh kedua belah pihak;
c. Surat kuasa sebagaimana dimaksud angka 7 huruf a meliputi pengendalian dan pelaporan pelaksanaan kegiatan;
d. bila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga)
bulan, PA/KPA menunjuk Pejabat sementara PPTK dan PPTK yang bersangkutan membuat Berita Acara Serah Terima keadaan realisasi fisik dan keuangan dengan diketahui Kepala SKPD selaku PA;
e. berita acara serah terima dimaksud angka 7 huruf c meliputi penyerahan pelimpahan kewenangan sebagai PPTK;
f. bila melebihi 3 (tiga) bulan belum dapat melaksanakan tugas,
maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri/berhenti dari jabatan sebagai PPTK dan oleh karena itu
Kepala SKPD/Unit Kerja harus segera menetapkan
penggantinya;
g. dalam hal pelaksanaan kegiatan terdapat perikatan dengan
penyedia barang/jasa maka harus dilakukan
perubahan/ amandemen kontrak.
8. PPTK yang pada tahun anggaran bersangkutan dimutasi keluar
dari SKPD/Unit kerja, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
Kepala SKPD/Unit kerja harus menetapkan penggantinya dan diadakan Berita Acara Serah Terima keadaan fisik dan keuangan yang ditandatangani kedua belah pihak dengan diketahui Kepala SKPD/Unit kerja;
9. Penggantian PPTK karena mengundurkan diri/berhenti dari jabatan/dimutasi keluar dari SKPD/unit kerja, diikuti dengan
perubahan Keputusan PA.
10. Dengan mempertimbangkan kompetensi jabatan, anggaran
kegiatan, beban kerja, lokasi dan atau rentang kendali serta
pertimbangan obyektif lainnya PA mengangkat Pembantu PPTK dengan Keputusan PA;
11. Pembantu PPTK adalah pejabat eseon IV di bidang kegiatan yang bersangkutan, yang memiliki tugas membantu PPTK dalam hal:
a. Dalam proses pelaksanaan dan administrasi kegiatan;
b. Mempersiapkan bahan laporan perkembangan pelaksanaan
c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.
12. Dalam hal kepala unit kerja mendapat pelimpahan kewenangan sebagai KPA, maka pembantu PPTK dapat ditunjuk dari unsur staf yang dianggap mampu.
13. Dalam melaksanakan tugasnya, Pembantu PPTK bertanggung
jawab kepada PPTK.
Khusus untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang mengandung pengadaan barang/jasa, diperlukan struktur organisasinya sebagai
berikut:
A. PENGGUNA ANGGARAN (PA)
1. Pengguna Anggaran, mempunyai tugas : a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan;
b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website Pemerintah Kabupaten /SKPD;
c. Menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
d. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan; f. Menetapkan:
1) Pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada
Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas
Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); dan
2) Pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
g. Mengawasi pelaksanaan anggaran;
h. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan
ULP/Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan
j. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa.
2. Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada angka
1, dalam hal diperlukan, PA dapat: a. Menetapkan tim teknis; dan/atau
b. Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan
melalui Sayembara/Kontes.
3. Atas dasar pertimbangan besaran beban pekerjaan atau rentang kendali organisasi PA dapat mengusulkan 1 (satu) atau beberapa orang KPA kepada Bupati untuk ditetapkan.
4. Kewenangan PA yang tidak dapat dilimpahkan kepada KPA adalah: a. Mengawasi pelaksanaan anggaran sebagaimana tercantum dalam
pasal 8 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.
b. Menetapkan Pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
c. Menetapkan Pemenang pada Seleksi atau penyedia pada
Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
5. Kewenangan PA yang tidak dapat dilimpahkan kepada KPA yang bertindak sebagai PPK atau Kepala ULP adalah :
a. Menyelesaikan perselisihan antara Pejabat Pembuat komitmen (PPK) dengan Kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan/Pejabat
Pengadaan atau Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana tercantum dalam pasal 8 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.
b. Memberikan sanksi pencantuman dalam daftar hitam pada Paket kegiatan terkait sebagaimana tercantum dalam pasal 118 ayat 4
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.
c. Menyatakan pelelangan/seleksi/pemilihan langsung gagal
sebagaimana tercantum dalam pasal 83 ayat 3 Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.
d. Menyetujui penggunaan metode penunjukan langsung, dalam hal
pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang gagal sebagaimana
tercantum dalam pasal 84 ayat 6 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.
B. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
1. Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna Anggaran bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sesuai peraturan
perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2. Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku Kuasa Pengguna Anggaran.
3. Kuasa Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka 2, sekaligus bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen.
4. PPK memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. menyusun dan menetapkan perencanaan pelaksanaan pekerjaan, termasuk pengadaan barang/jasa dan dapat berkoordinasi dengan Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unity yang meliputi:
1) Spesifikasi teknis barang/jasa; 2) Harga Perkiraan sendiri (HPS); 3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan; 4) Rancangan Kontrak.
b. mengusulkan paket-paket pekerjaan dan/atau perubahannya
kepada PA untuk ditetapkan;
c. mendampingi Unit Layanan Pengadaan pada saat melaksanakan penjelasan pekerjaan dengan penyedia barang/jasa;
e. menandatangani kontrak;
f. melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa;
g. mengendalikan pelaksanaan kontrak;
h. menyetujui bukti pembelian atau menandatangani kuitansi/surat perintah kerja/surat perjanjian;
i. melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA termasuk penyerapan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA setiap triwulan;
j. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa
kepada PA/KPA;
k. menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada PA dengan berita acara penyerahan;
1. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai;
m. menyimpan dan menjaga keutuhan rekaman dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
5. Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada angka
4, dalam hal diperlukan, PPK dapat:
a. Mengusulkan kepada PA dalam hal : 1) Perubahan paket pekerjaan; dan/atau 2) Perubahan jadwal kegiatan pengadaan. b. Menetapkan Tim Pendukung;
c. Menetapkan tim atau ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan
d. Menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepada
Penyedia Barang/Jasa apabila diperlukan.
C. POKJA ULP/PEJABAT PENGADAAN
1. Unit Layanan Pengadaan (ULP), melaksanakan :
a. Pengadaan barang/jasa untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai di atas Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
b. Pengadaan barang/jasa untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai di atas Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); c. Jika tidak tersedia personil yang memiliki sertifikat keahlian
Pengadaan Barang/Jasa untuk ditunjuk sebagai Pejabat Pengadaan yang melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan nilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dan dengan nilai paling tinggi Rp. 50.000.000 (lima puluh juta) untuk pekerjaan jasa
konsultansi, maka:
1) ULP melaksanakan proses pemilihan penyedia barang/jasa
dimaksud melalui Pokja ULP; atau
2) Kepala SKPD mengajukan permohonan kepada kepala ULP agar menunjuk salah seorang anggota Pokja ULP untuk ditunjuk sebagai
Pejabat Pengadaan pada SKPD/unit kerja.
2. Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) melalui Kelompok Kerja
melaksanakan :
a. Pelelangan Umum, yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti
oleh semua Penyedia Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memenuhi syarat.
b. Pelelangan Terbatas, yaitu metode pemilihan Penyedia Barang Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. c. Pelelangan Sederhana, yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
d. Pemilihan Langsung, yaitu metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
e. Seleksi Umum, yaitu metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa
Konsultansi yang memenuhi syarat.
f. Seleksi Sederhana, yaitu metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
g. Sayembara, yaitu metode pemilihan Penyedia Jasa yang
memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga
Satuan.
h. Kontes, yaitu metode pemilihan Penyedia Barang yang
memperlombakan barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
i. Penunjukan Langsung, yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
j. Pengadaan Langsung, yaitu Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung.
3. Pejabat pengadaan melaksanakan :
a. Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan
b. Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
4. Pejabat Pengadaan berasal dari pegawai Negeri Sipil dari SKPD sendiri
maupun dari Anggota Pokja ULP;
5. Pejabat pengadaan sebagaimana dimaksud pada angka 1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;
c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas pejabat
pengadaan yang bersangkutan;
d. memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan;
e. memiliki sertifikat nasional keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah yang masih berlaku;
f. menandatangani Pakta Integritas.
6. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pejabat pengadaan sebagai
berikut:
a. menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa melalui metode
>^*s
b. menetapkan dokumen pengadaan;
c. membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari 2 (dua) sumber informasi yang berbeda;
d. menilai kualifikasi penyedia barang/jasa;
e. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap
penawaran yang masuk;
f. melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga untuk mendapatkan harga yang wajar serta dapat dipertanggungjawabkan; g. menetapkan pemenang/penyedia barang/jasa;
h. menyampaikan hasil pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PPK;
i. menyerahkan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa kepada
PA/KPA;
j. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada
PA/KPA;
k. dapat mengusulkan perubahan HPS dan/atau spesifikasi teknis
pekerjaan kepada PPK.
7. Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang dan wajib memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar SKPD yang bersangkutan.
8. Penetapan pejabat pengadaan pada SKPD diatur dengan ketentuan,
sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang pada setiap SKPD untuk melaksanakan seluruh proses pemilihan penyedia barang/jasa lainnya yang ada pada SKPD dengan bukti perjanjian berupa bukti pembelian atau kuitansi;
b. Untuk paket pekerjaan pengadaan barang/jasa lainnya yang menggunakan bukti perjanjian berupa SPK/surat perjanjian ditetapkan berdasarkan paket pekerjaan;
9. Pejabat pengadaan dilarang merangkap sebagai:
a. PA/KPA; b. PPTK;
c. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
d. PPK SKPD; e. Bendahara;
f. Pegawai pada Inspektorat dan Perbendaharaan, kecuali untuk lingkungan SKPD sendiri.
10. Larangan sebagaimana dimaksud pada angka 9 huruf a s/d e tidak berlaku pada paket pekerjaan yang bukan merupakan objek tanggung jawabnya.
D. PANITIA/PEJABAT PENERIMA HASIL PEKERJAAN (PPHP)
1. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan berasal dari Pegawai Negeri
Sipil, baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya;
2. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada angka (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas;
b. memahami jenis dan spesifikasi pekerjaan yang menjadi tugas Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang bersangkutan;