• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Persediaan Barang Dagang Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (Studi Kasus Pada Toko Primaguna Bangunan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Persediaan Barang Dagang Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (Studi Kasus Pada Toko Primaguna Bangunan)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Persediaan Barang Dagang Dengan Menggunakan

Metode

Economic Order Quantity

(Studi Kasus Pada Toko Primaguna Bangunan)

Richie Chrissen 1, Meliza Putriyanti Zifi2

1, 2 Program Studi Akuntansi, Politeknik Caltex Riau

Abstrak

Manajemen persediaan dapat digunakan untuk menghindari masalah kelebihan dan kekurangan persediaan barang dagang dengan menentukan kuantitas pemesanan ekonomis (economic order quantity), titik pemesanan kembali (reorder point), dan jumlah persediaan antisipasi (safety stock) barang dagang. Salah satu perusahaan yang mengalami masalah kelebihan dan kekurangan persediaan barang dagang adalah Toko Primaguna Bangunan. Toko Primaguna Bangunan merupakan perusahaan dagang yang memiliki usaha dalam bidang penyediaan bahan bangunan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kuantitas pemesanan ekonomis, titik pemesanan kembali, dan jumlah persediaan antisipasi barang dagang untuk periode Oktober 2014 s/d September 2015. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu data penjualan Oktober 2012 s/d September 2014 serta data biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kehabisan barang dagang untuk Oktober 2013 s/d September 2014. Hasil penelitian menunjukkan selisih antara biaya simpan menggunakan EOQ dengan biaya simpan tanpa menggunakan EOQ. Untuk total biaya simpan tanpa EOQ sebesar Rp.7.447 dan yang menggunakan EOQ sebesar Rp7.150, terjadi selisih Rp 317. Untuk total biaya pesan tanpa EOQ sebesar Rp 6.727.425 dan menggunakan EOQ sebesar Rp 3.516.693, terjadi selisih Rp 3.210.732. Terlihat bahwa biaya pesan memiliki selisih yang lebih besar dari biaya simpan. Meskipun selisih biayanya tidak besar, namun tujuan untuk melihat berapa pemesanan yang paling ekonomis (EOQ) dapat dihitung. Selain itu perusahaan telah mengetahui berapa safety stock yang harus ada di toko dan kapan harus memesan barang dagang kembali (ROP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada selisih total biaya persediaan barang dagang antara metode stokastik dengan metode perusahaan ini, yaitu Rp49.095.697 (33,64%). Angka ini merupakan penghematan total biaya persediaan barang dagang bagi perusahaan ini untuk Oktober 2014 s/d September 2015. Oleh karena itu, metode stokastik lebih efisien dari metode perusahaan ini dalam hal total biaya persediaan barang dagang.

Kata Kunci: EOQ (Economic Order Quantity), ROP (Reorder Point), SS (Safety Stock), & Persediaan Barang Dagang

Abstract

Inventory management can be used to avoid the excess and shortage problem of merchandise inventory with determine the economic order quantity, the reorder point, and the safety stock of merchandise inventory. One company that is experiencing the problem of excess and shortage of merchandise inventory was Primaguna Bangunan Store. Primaguna Bangunan Store is a trading company that has a business in the supply of building materials. The purpose of this study was to determine the economic order quantity, reorder point, and the safety stock of merchandise inventory for the period October 2014 up to September 2015. The data required in this study, is sales data in October 2012 up to September 2014 and cost data for ordering, storage costs, and the cost of running out of merchandise to October 2013 up to September

(2)

2014. The results showed the difference between the cost savings using the EOQ with the cost savings without using the EOQ. For a total cost savings without EOQ is Rp 7.447 and the total cost savings with EOQ is Rp 7.150, there is difference of Rp 317. For a total cost of order without EOQ is Rp 6.727.425 and total cost of order with EOQ is Rp 3.516.693, there is difference in Rp 3.210.732. It is seen that the cost of ordering has a greater difference than the cost savings. Although the cost difference is not large, but in purpose to see how the econimic order quantity can be calculated. In addition, the company has to know how much safety stock that must exist in store and when to ordered back a merchandise (ROP). The results of this study indicate that there is a difference in the total cost of inventory of merchandise between stochastic method with the method of this company, is Rp 49.095.697 (33,64%). This figure represents the total cost savings of merchandise inventory for this company for October 2014 up to September 2015. Therefore, the stochastic method is more efficient than the method of this company in terms of total cost of inventory of merchandise.

Keywords: EOQ (Economic Order Quantity), ROP (Reorder Point), SS (Safety Stock), & Merchandise Inventory

1 Pendahuluan

Primaguna Bangunan merupakan salah satu perusahaan yang melakukan transaksi jual beli bahan bangunan, yaitu besi, semen, batu krikil , pasir, batu bata dan bahan bangunan Dengan banyaknya jenis barang dagang yang disediakan Toko Primaguna Bangunan , maka tidak mudah untuk mengontrol persediaan tersebut. Dari kenyataan yang Toko Primaguna Banguan belum menggunakan manajemen persediaan dalam operasionalnya. Selama ini Toko Primaguna Bangunan melihat persediaan barang dagangnya hanya dengan kasat mata. Cara ini kurang efektif karena bisa saja barang dagang yang habis terlihat, rupanya masih ada karena terselip atau tercampur dengan barang dagang yang lain, yang akan berdampak pada penumpukan. Hal lain yang terjadi di Toko Primaguna Bangunan ini adalah perusahaan akan memesan barang kepada Supplier jika barang telah habis. Hal ini terjadi karena pihak perusahaan kadangkala menyadari barang dagang habis ketika pembeli menanyakan salah satu barang. Dengan tidak pastinya jumlah permintaan barang dagang setiap saat maka masalah lain yang muncul adalah ketidaktahuan kapan perusahaan harus membeli kembali barang dagang menyebabkan pemesanan barang yang tidak efisien sehingga perusahaan harus memesan berulang-ulang saat barang sudah habis. Permasalahan tersebut dialami oleh semua barang dagang yang ada di Toko Primaguna Bangunan kecuali pasir dan krikil yang bisa dikirim langsung dari supplier ke konsumen ketika persediaan di toko mengalami kekurangan.

Salah satu metode yang sering digunakan perusahaan dalam menghindari masalah kelebihan dan kekurangan barang dagang disebut dengan metode Economic Order Quantity

(EOQ), yang sering digunakan untuk pengontrolan item persediaan. EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dalam penerapannya, model EOQ ini mempertimbangkan baik biaya-biaya operasional maupun biaya-biaya finansial serta menentukan kuantitas pemesana yang akan meminimumkan biaya-biaya persediaan secara keseluruhan. Perusahan juga perlu menentukan waktu pemesanan kembali barang dagang yang akan digunakan atau Reorder Point (ROP),agar pembelian barang dagang yang telah ditetapkan dalam EOQ tidak menggangu kelancaran kegiatan perusahaan serta jumlah persediaan minimun yang harus ada dalam perusahaan atau Safety Stock [16]

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa kuantitas pemesanan ekonomis untuk persediaan barang dagang pada Toko Primaguna Bangunan?

(3)

2. Berapa unit persediaan barang dagang minimum yang harus disediakan perusahaan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan?

3. Kapan titik pemesanan kembali untuk persediaan barang dagang pada Toko Primaguna Bangunan?

Penulis memfokuskan batasan masalah mengenai berapa banyak persediaan barang dagang yang harus ditetapkan yaitu bahan bangunan berupa semen, batu bata, besi dan cat tembok. Dan kapan pemesanan kembali barang dagang dengan menggunakan metode EOQ, ROP, dan Safety Stock

2 Tinjauan Pustaka

Pada peneliti terdahulu oleh Sampealo dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Pada UD. Bintang Furniture Sangasanga”. 8]. Peneliti ini mengolah data dari usaha UD. Bintang Furniture Sangasanga.T ujuan Penelitian ini adalah untuk Mengetahui pemesanan atas pembelian furniture (lemari pakaian) UD. Bintang Furniture sudah memperoleh biaya minimum, serta persediaan minimum yang harus ada di gudang agar tercipta suatu pengendalian. Hasil Pembahasan dari penelitian ini menunjukan bahwa; Kebijakan pemesanan atas pembelian furniture (lemari pakaian) pada UD. Bintang Furniture sangasanga belum memperoleh biaya yang minimum. Karena pembelian yang memperoleh biaya minimum untuk furniture tahun 2010 sebesar 60 unit dengan menggunakan rumus Economic Order Quantity (EOQ) terjadi pada frekuensi pemesanan 9 kali pesanan dengan jumlah pemesanan 7 unit furniture karena dengan frekuensi tersebut maka dapat menekan biaya persediaan, dan dengan adanya persediaan minimum (safety stock) furniture (lemari pakaian) yang disediakan UD. Bintang Furniture Sangasanga sebesar 2 unit, maka titik Reorder Point yang merupakan batas diadakannya pemesanan kembali furniture selama masa tenggang (lead time) adalah 2 unit. [12] Pada peneliti selanjutnya oleh Anggoro (2013) dengan judul “Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan bahan baku Pada Bobo Bakery”. Penelitian itu memiliki maksud untuk memberikan saran alternatif pada perusahaan untuk melakukan manajemen persediaan bahan baku agar perusahaan dapat memaksimalkan laba dan meminimalkan biaya. Manajemen persediaan pada penelitian itu dilakukan pada bahan baku utama tepung terigu untuk tahun 2013. Hasil dari penelitian itu adalah pembelian yang memperoleh biaya minimum untuk tepung terigu tahun 2013 sebesar 3.960 karung dengan menggunakan rumus Economic Order Quantity (EOQ) terjadi pada frekuensi pemesanan 12 kali pesanan dengan jumlah pemesanan 330 karung tepung terigu karena dengan frekuensi tersebut maka dapat menekan biaya persediaan, dan dengan adanya persediaan minimum (safety stock) tepung terigu yang disediakan Bobo Bakery sebesar 21 karung, maka titik Reorder Point yang merupakan batas diadakannya pemesanan kembali tepung terigu selama masa tenggang (lead time) adalah 56 karung. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada selisih total biaya persediaan tepung terigu antara metode stokastik dengan metode perusahaan ini, yaitu Rp 78.134.066. Angka ini merupakan penghematan total biaya persediaan tepung terigu bagi perusahaan ini untuk tahun 2013. Oleh karena itu, metode stokastik lebih efisien dari metode perusahaan ini dalam hal total biaya persediaan barang dagang. [5]

3 Pembahasan

Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data penjualan barang dagang untuk Oktober 2012 sampai September 2014.Penelitian ini juga membutuhkan data biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kehabisan barang dagang untuk Oktober 2013 sampai September 2014.Semua data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari Toko Primaguna Bangunan.

Selanjutnya, perusahaan ini perlu melakukan perhitungan biaya persediaan barang dagang Oktober 2014 s/d September 2015 menurut metode yang digunakan oleh perusahaan

(4)

untuk dapat dibandingan dengan biaya persediaan barang dagang Oktober 2014 s/d September 2015 menurut metode stokastik. Berikut ini merupakan perhitungan biaya pemesanan barang dagang untuk Oktober 2014 s/d September 2015. Perhitungan ini juga dibutuhkan dalam melakukan perhitungan economic order quantity, reorder point, dan safety stock dalam metode stokastik.

Tabel 1 Hasil Perhitungan Biaya Pesan

No Barang Dagang

Biaya Pesan (Rp)

Frekuensi Biaya Pesan/ Tahun (Rp) 1 Semen 206.675 16 3.306.800 2 Batu Bata 28.000 9 252.000 3 Besi 101.675 22 2.236.850 4 Cat Tembok 71.675 13 931.775 Total 6.727.425

Tabel di atas menunjukkan bahwa kolom ke-2 merupakan biaya pemesanan untuk satu kali pesan. Kolom ke-3 merupakan jumlah frekuensi pemesanan barang dagang yang dilakukan oleh perusahaan ini pada Oktober 2014 s/d September 2015, yaitu 16 kali untuk barang dagang semen. Angka ini didapatkan dari hasil bagi antara jumlah persediaan barang dagang Oktober 2014 s/d September 2015 dengan kuantitas pemesanan ekonomis menurut perusahaan (16.= 4.053/250). Sedangkan kolom ke-4 adalah hasil kali antara biaya pemesanan barang dagang untuk satu kali pesan dengan frekuensi pemesanan barang dagang yang dilakukan oleh perusahaan ini pada Oktober 2014 s/d September 2015. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa total biaya pemesanan barang dagang yang dikeluarkan oleh perusahaan ini, yaitu Rp, 6.727.425.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perusahaan ini, biaya penyimpanan untuk Oktober 2014 s/d September 2015 diperkirakan tetap atau sama dengan biaya penyimpanan barang dagang pada Oktober 2013 s/d September2014, kecuali untuk biaya kerusakan barang dagang, dan biaya pengelolaan gudang per unit per tahun. Berikut ini merupakan perhitungan biaya penyimpanan barang dagang untuk Oktober 2014 s/d September 2015.

Tabel 2 Hasil Perhitungan Biaya Penyimpanan

Jenis Biaya Biaya/Tahun Persediaan Biaya/Unit/Tahun

Biaya Listrik Rp 6.237.840 18.524 Rp 337

Biaya Depresiasi Gedung 62.500.000 18.524 3374

Biaya Asuransi Gudang 37.916.400 18.524 2046

Biaya Kerusakan Barang 12.000.000 18.524 648

Biaya Pengelolahan Gudang 13.800.000 18.524 745

Total Rp 132.454.240 Rp 7.150

Dalam kegiatan dagang maupun manufaktur dibutuhkan persediaan baik persediaan barang jadi maupun persediaan bahan baku. Untuk menghitung persediaan tersebut dikenal

(5)

dengan manajemen persediaan. Di dalam manajemen persediaan dikenal beberapa macam perhitungan diantaranya EOQ (Economic Order Quantity) dimana teknik ini meminimalkan biaya total dari pemesanan.

Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan economic order quantity barang dagang untuk Oktober 2014 s/d September 2015:

Tabel 3 Hasil perhitungan EOQ

No Jenis Barang Dagang Jumlah Persediaan (Λ) Biaya Pemesanan (O) Biaya Penyimpanan (H) Biaya Kehabisan (P) Probabilitas Jumlah Kehabisan (M) EOQ= 1 Semen 4.053 206.675 7.150 10.000 0,05 485 2 Batu Bata 2.656 28.000 7.150 10.000 0,05 146 3 Besi 2.151 101.675 7.150 10.000 0,05 248 4 Cat Tembok 628 71.675 7.150 10.000 0,05 113

Tabel di atas menunjukkan bahwa economic order quantity semen, yaitu 485 sak. Angka ini lebih besar dari pada angka yang ditetapkan oleh Toko Primaguna Bangunan. Kuantitas pemesanan semen tiap satu kali pesan yang ditetapkan oleh Toko Primaguna Bangunan, yaitu 250 sak.

Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan untuk mengetahui Safety Stock dan reorder point barang dagang pada Oktober 2014 s/d September 2015

Tabel 4 Hasil Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point

No Barang Dagang Penjualan Rata-Rata Penjualan/ Hari (1) Penjualan Masksimum (2) Safety Stock (3)=(2)-(1).(4) Lead Time (4) ROP (5)= ((4).(1))+(3) 1 Semen 4075 10 30 60 3 90 2 Batu Bata 2704 7 50 43 1 50 3 Besi 2163 6 30 72 3 90 4 Cat Tembok 638 2 10 24 3 30

Tabel atas menunjukkan bahwa safety stock yang harus ada di toko untuk barang dagang semen sebesar 60 sak. Barulah setelah mendapatkan hasil safety stock dicari reorder point (ROP). Untuk barang dagang semen ROP sebanyak 90 sak.

Sebelum membuat perbandingan total biaya persediaan, kita perlu mencari terlebih dahulu total biaya persediaan menurut metode stokastik. Berikut ini merupakan tabel perhitungan biaya pemesanan barang dagang menurut metode stokastik:

Tabel 5 Hasil Perhitungan Biaya Pesan Metode Stokastik

No Barang Dagang λ (Unit) O (Rp) EOQ Biaya Pesan (Rp) ((λ/EOQ)xO) 1 Semen 4.053 206.675 485 1.727.121

(6)

2 Batu Bata 2.656 28.000 146 509.370

3 Besi 2.151 101.675 248 881.867

4 Cat Tembok 628 71.675 113 398.335

Total 3.516.693

Tabel atas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ini dalam hal pemesanan barang dagang, yaitu Rp, 3.516.693.

Selanjutnya kita perlu mencari terlebih dahulu biaya penyimpanan menurut metode stokastik Berikut ini merupakan perhitungan biaya penyimpanan menurut metode stokastik

:

Tabel 6 Hasil Perhitungan Biaya Penyimpanan Metode Stokastik

No Barang Dagang λ (Unit) H EOQ ROP Safety Stock

Biaya Simpan (Rp)

(H*(( λ/2)+EOQ+ROP+SS)

1 Total Keseluruhan 18.524 7.150 2.229 816 682 93.364.700 Tabel atas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ini dalam hal

penyimpanan barang dagang, yaitu Rp, 93.363.700

Berdasarkan tabel 6 dan tabel 7 di atas, maka perusahaan ini dapat membandingkan total biaya persediaan barang dagang antara hasil dari perusahaan dengan hasil dari metode stokastik. Berikut ini merupakan tabel perbandingan total biaya persediaan barang dagang antara hasil dari perusahaan dengan hasil dari metode stokasik untuk Oktober 2014 s/d September2015:

Tabel 7 Hasil Perbandingan Total Biaya Persediaan Barang Dagang Antara Metode Perusahaan & Metode Stokastik

Jenis Biaya

Perusahaan

Metode Stokastik

Biaya Pemesanan

Rp 6.727.425 Rp 3.516.693

Biaya Penyimpanan

132.454.240

93.364.700

Total

Rp 145.909.090

Rp 96.813.393

Berdasarkan tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa total biaya persediaan barang dagang menurut perusahaan ini lebih besar dari pada total biaya persediaan barang dagang menurut metode stokastik. Total biaya persediaan barang dagang menurut perusahaan ini, yaitu Rp 145.909.090. Sedangkan, total biaya persediaan barang dagang menurut metode stokastik, yaitu Rp, 96.813.393. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode stokastik dapat melakukan penghematan yang besar, yaitu Rp 49.095.697 (33,64%). Oleh karena itu, metode stokastik merupakan metode yang lebih efisien dalam hal total biaya persediaan barang dagang daripada metode yang digunakan oleh perusahaan ini.

4 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta data yang diperoleh dari Toko Primaguna Bangunan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah masing-masing barang dagang dihitung terlihatlah berapa jumlah pemesanan barang dagang yang optimal dalam sekali pesan pada Toko Primaguna Bangunan. Untuk

Economic Order Quantity (EOQ) untuk setiap barang dagang berbeda-beda.Contohnya pada barang dagang semen EOQ yang didapat sebesar 485 sak.

(7)

2. Sebelumnya Toko Primaguna Bangunan tidak memiliki safety stock selama berjualan. Namun pihak toko hanya melihat jumlah barang dagang. Contohnya pada barang dagang semen safety stock yang didapatsebesar 60 sak.

3. Setelah safety stock diketahui maka dapat dicari ROP. ROP ini berguna untuk melihat kapan keputusan mengisi kembali persediaan. Contohnya pada barang dagang semen ROP yang didapat sebesar 90 sak

4. Dari perhitungan-perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan dengan menggunakan metode yang digunakan oleh perusahaan pada Oktober 2014 s/d September 2015 untuk biaya pemesanan barang dagang, yaitu sebesar Rp6.727.425 dan biaya penyimpanan barang dagang, yaitu sebesar Rp.132.454.240, dengan total kedua biaya sebesar Rp. 145.909.090. Sedangkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode stokastik pada Oktober 2014 s/d September 2015 untuk biaya pemesanan barang dagang, yaitu sebesar Rp. 3.516.693 dan biaya penyimpanan barang dagang, yaitu sebesar Rp, 93.363.700 dengan total biaya sebesar Rp 96.813.393. Dari total biaya tersebut, terdapat selisih sebesar 49.095.697, yang merupakan penghematan biaya persediaan barang dagang sebesar 33,64% bagi perusahaan jika perusahaan menggunakan metode stokastik pada Oktober 2014 s/d September 2015.

Saran:

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran kepada perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.

1. Perusahaan sebaiknya meninjau kembali kebijakan persediaan bahan bakuyang selama ini telah dilakukan perusahaan yaitu dengan menerapkanperhitungan EOQ untuk pemesanan yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat meminimalisir biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan batang dagang.

2. Perusahaan sebaiknya juga menentukan besarnya persediaan pengaman (SafetyStock), titik pemesanan kembali (Reorder Point) untuk menghindari resiko kehabisan barang dagang dan juga kelebihan barang dagang sehingga dapat meminimalisasi biaya persediaan barang dagang bagi perusahaan. Perhitungan EOQ dengan menggunakan metode stokastik, dapat memenuhi jumlah persediaan yang dibutuhkan perusahaan.Dengan terpenuhinya semua persediaan barang dagang di perusahaan maka kepercayaan konsumen tidak akan berkurang, karena semua permintaan terpenuhi.

5 Daftar Pustaka

[1]

Anggoro, Arie Prasetyo. (2013). AnalisisPerencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Bobo Bakery. Pekanbaru. Politeknik Caltex Riau.

[2]

Arrow-P. (2009). Arrow Project from IS Department. Diambil 25 Februari 2010 dari

http://jurnal.its.ac.id/grandzkyisitsacid/dodod/

[3]

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (2009). Akuntansi Managerial . Buku I Edisi 8, Jakarta: Salemba Empat

[4]

Haruman, T., & Rahayu, S. (2007). Penyusunan Anggaran Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[5]

Herjanto, Eddy. (2007). Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.

[6]

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar dan Gerge Foster. (2008). Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial Jilid 2. Jakarta: PT Indeks.

[7]

Kieso, D,E., Weygant, J.J dan Warfield, (2009), Intermediate Accounting, Jakarta: Salemba Empat

[8]

Nafarin, M. (2013). Penganggaran Perusahaan.Jakarta: Salemba Empat.

[9]

Nasution, Arman H., & Prasetyawan, Yudha. (2008). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(8)

[10]

Ristono, Agus. (2009). Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[11]

Sampeallo, Yulius Gessong. (2010). Analisi Pengendalian Persediaan Pada UD. Furniture Sangasanga. Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.

[12]

Spiegel dan Stephens. (2007). Schaum’s Outline Teori dan Soal-Soal Statistik, Edisi Tiga, Jakarta, Erlangga.

[13]

Stice dan Skousen. (2009). Akuntansi Intermediate, Edisi Keenam Belas, Buku 1, Jakarta, Salemba Empat.

[14]

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

[15]

Syamsuddin, Lukman. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel 2 Hasil Perhitungan Biaya Penyimpanan
Tabel 4 Hasil Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point
Tabel atas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ini dalam hal  penyimpanan barang dagang, yaitu Rp, 93.363.700

Referensi

Dokumen terkait

Pengaplikasian dari Material Komposit PANI/ZnO sebagai kandidat sensor gas komposit membuat sifat konduktivitas listrik menjadi sifat yang penting untuk dimiliki

Pada penelitian ini diagnosis dilakukan dengan mengaplikasikan metode Naïve Bayes terhadap data tes darah yang dilakukan di Coimbra, Portugal untuk membuat

Berdasarkan uraian di atas, penulis pada penelitian ini akan meneliti sejauh mana Pengaruh Ekstrakurikuler Siswa Pecinta Alam (SISPALA) Terhadap Prestasi Siswa Dalam Mata

Dari hasil analisis keselamatan termohidrolika dapat disimpulkan bahwa iradiasi pelat EBU U-7Mo/Al dan U-6Zr/Al yang dilaksanakan secara bersamaan di dalam stringer

Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus

masyarakat informasi; (2) etika, yaitu standar tindakan yang dipandang baik untuk membimbing ketrampilan wartawan. Pada titik ini, etika menjadi bagian yang tidak

Kotamadya Tegal terletak diantara pusat-pusat pertumbuhan yang sangat potensial di kawasan pantai Utara Jawa (Pantura). Dengan rencana pembangunan akses langsung pada

Alat-alat musik hanya dimainkan secara sederhana untuk mengiringi nyanyian dan menggarisbawahi ciri tobat, kecuali hari Minggu Prapaskah ke-4 dan hari raya serta pesta yang