• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana. fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana. fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996)."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Penghijauan Kota

Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara atau bentuk penghijauan kota, diantaranya ialah pembangunan hutan kota, jalur hijau, taman dipermukiman, penghijauan daerah aliran sungai, penghijauan dengan tanaman pot. Penghijauan kota menjadi suatu bentuk lingkungan biologi dengan beragam fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002 tentang dana reboisasi, penghijauan dapat didefenisikan sebagai upaya pemulihan lahan kritis di luar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk mengembalikan fungsi lahan. Sedangkan menurut Setiawan (2000), penghijauan adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan penanaman tanaman keras, rerumputan, serta pembuatan teras dan bangunan pencegah erosi lainnya diareal yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal lain yang berdasarkan rencana tata guna lahan diperuntukkan sebagai hutan.

Menurut Undang-Undang No 26 Pasal 29 Tahun 2007 Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera utara, kawasan Ruang Terbuka Hijau Medan tinggal 2,2 persen saja kini. Hal ini sangat jauh dari kebutuhan RTH yang

(2)

ruang serta peraturan daerah No 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah yang mengharuskan menyediakan RTH sebesar 30 persen.

Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini disesuaikan dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Oleh karena itu ada beberapa bentuk penghijauan kota yaitu diantaranya :

1. Hutan Kota

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002 tentang hutan kota, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun pada tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 hektar.

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran, dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air, lingkungan alami, serta perlindungan flora dan fauna di perkotaan. Hutan kota dapat dibuat berbentuk jalur, mengelompok, dan menyebar.

2. Taman Umum

Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum untuk aneka keperluan, diantaranya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca dan sebagainya. Lokasi taman umum biasanya digelar di lokasi strategis yang banyak dilalui orang, seperti di pusat kota, dekat perkantoran atau bahkan ditengah pemukiman penduduk. Jenis tanaman yang dapat ditanam di taman umum dapat berupa

(3)

pepohonan dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya.

3. Taman Halaman Perkantoran

Perkantoran di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki halaman yang cukup luas. Bila di atas dengan baik, halaman tersebut dapat dijadikan taman yang indah. Taman perkantoran umumnya lebih mengutamakan keindahan fisiknya dan didominasi oleh tanaman perdu dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya.

4. Penghijauan Pemukiman Penduduk

Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka hijau yang cocok untuk dilakukan penghijauan. Lokasi ini sesuai apabila ruang terbuka tersebut memadai untuk dilakukan penanaman pepohonan atau tanaman hias. Pemukiman penduduk yang padat dan sarat tanpa ada halaman atau pekarangan dapat melakukan penghijauan dengan cara melakukan penanaman tanaman di dalam pot.

5. Jalur Hijau Di Jalan Umum

Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tengah jalan untuk jalan raya maupun di kanan kiri jalan. Jalan protokol umumnya lebar dan terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun, sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh. Jenis tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias kecil.

(4)

6. Penghijauan Daerah Aliran Sungai

Penghijauan daerah aliran sungai dilakukan pada tepian sungai. Penghijauan ini bermanfaat dalam penguat tebing sungai dan penanaman pepohonan akan terlihat lebi rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi (Nazaruddin, 1996).

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan (mengedit, memanipulasi, menyetarakan format, dan lain sebagainya) (Kartasasmita, 2001). Definisi lain yang dikemukakan oleh Jaya (2002) menjelaskan SIG sebagai sebuah sistem yang berbasis komputer, terdiri dari perangkat keras berupa komputer (hardware), perangkat lunak (software), data geografis dan sumber daya manusia (brainware), yang mampu merekam, menyimpan, memperbaharui, dan menganalisis dan menampilkan informasi yang berreferensi geografis. Bagja (2000) menyatakan SIG sebagai suatu sistem yang mampu mendeskripsikan obyek-obyek di permukaan bumi dalam tiga hal yaitu: data spasial yang berkaitan dengan koordinat geografi.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi geografis. Dengan kemampuannya memanipulasi data, komputer dengan sistem informasi geografisnya dapat menghasilkan suatu informasi berharga yang diperoleh dari hasil analisis yang diprogramkan kepadanya. Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) data spasial dari suatu wilayah dan data

(5)

pendukung lainnya dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dan disimpan dalam komputer (Riswan, 2001).

Keuntungan GIS adalah kemampuan untuk menyertakan data dari sumber berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan sumber data dengan perbedaan akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi perubahan. Lo dan Shipman (1990) dalam Sitorus dkk (2006) menggunakan pendekatan GIS untuk menghitung dampak pengembangan kota baru di Hong Kong, melalui integrasi data multi-temporal foto udara pada land use dan menemukan bahwa overlay citra dengan teknik masking biner bermanfaat dalam menyatakan secara kuantitatif dinamika perubahan pada masing-masing kategori land use.

Kelemahan pemanfaatan SIG terletak pada terciptanya kesalahan- kesalahan yang dapat berupa kesalahan pada saat memasukkan data, kesalahan dalam penyimpanan data, kesalahan pada analisis data dan kesalahan pada sumber data. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan perbaikan metoda pengumpulan data, sistematika kegiatan yang terarah, analisis dan modelling yang sesuai dengan masalah dan kalibrasi alat (Riswan, 2001).

SIG tidak terlepas dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem komputerisasinya. Banyak perangkat lunak yang telah digunakan untuk mendukung kemudahan pengolahan data seperti ER Mapper, Map Info, Arc Info ERDAS, Arc View dan Arc GIS. Arc View merupakan sebuah perangkat lunak pengolah data spasial yang memiliki berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Arc View memiliki kelebihan pada fasilitas pengolah data spasial seperti penajaman, penghalusan, penyaringan dan klasifikasi. Selain itu perangkat lunak ini sangat berperan dalam editing data

(6)

digital berformat vektor, yang berkemampuan mengolah data digital dan editing serta layout hasil olahan data digital tersebut (Budiyanto, 2002).

Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data berupa informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi dibidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan dan bidang-bidang lainnya (Wolf, 1993).

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Tujuan utama penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data sumberdaya alam dan lingkungan. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Lo, 1995).

Penginderaan jauh mempunyai keunggulan dibanding dengan survai terrestrial secara langsung. Dari penginderaan jauh dapat dihemat baik biaya, tenaga maupun waktu karena beberapa parameter dari data dapat disadap secara langsung dari citra. Dari penginderaan jauh didapat pula kemudahan pengambilan sampel di lapangan untuk data-data yang belum dapat disadap oleh citra, yaitu dengan cara melihat gambaran wilayah secara umum daerah cakupan citra dan membuat zona-zona tertentu yang mempunyai karakteristik yang sama. Teknologi penginderaan jauh mempunyai peranan yang penting dalam hal ini. Pada

(7)

dasarnya, teknologi berbasis satelit ini menyajikan informasi awal kondisi wilayah. Keunggulan utamanya adalah menyajikan informasi aktual dan akurat tanpa adanya kontak langsung dengan obyek. Data satelit punya keunggulan dibandingkan peta atau foto udara, karena bisa menyajikan informasi tentang karakteristik spektral obyek di permukaan bumi yang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang (Nasda, 2000).

Tujuan penginderaan jauh ialah untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan pengamat melalui energi elektomagnetik yang merupakan pembawa informasi dan sebagai penghubung komunikasi. Oleh karena itu menganggap bahwa data penginderaan jauh pada dasaranya merupakan informasi intensitas panjang gelombang yang perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh. Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang sangat sesuai dengan pengetahuan kita mengenai sifat-sifat radiasi elektromagnetik (Wolf, 1993).

Penginderaan jauh menggunakan data berupa citra dan non citra dengan keluaran terbaru untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Laju perubahan permukaan bumi yang setiap saat semakin cepat, mengharuskan adanya data yang lebih baru lagi sehingga satelit melakukan perekaman kembali pada daerah yang dibutuhkan. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya yang relatif besar, sehingga masih banyak data lama yang digunakan oleh para pengguna dalam perolehan informasi. Selain itu, kegiatan perekaman yang dilakukan oleh satelit sangat dipengaruhi oleh alam, seperti keberadaan awan, hujan yang dapat menyebabkan citra yang dihasilkan rusak atau cacat, sehingga tidak dapat digunakan dalam

(8)

kegiatan interpretasi. Kesalahan juga dapat terjadi pada manusia sebagai pengguna ketika sedang melakukan interpretasi dengan menggunakan konsep penginderaan jauh (Riswan, 2001).

Aplikasi data-data Penginderaan jauh lebih banyak dilakukan untuk identifikasi, deteksi, inventarisasi dan atau pemantauan sumber daya alam dan lingkungan tetapi aspek ketelitian geometris sebagai akibat proses koreksi geometris dan resampling jarang disinggung. Demikian juga untuk citra Landsat TM dan citra Radarsat. Untuk melakukan koreksi geometris citra diperlukan adanya titik-titik kontrol tanah yang dapat diidentifikasi pada citra. Tetapi jumlah titik kontrol tanah yang dibutuhkan untuk koreksi geometris agar menghasilkan ketelitian yang tinggi belum diketahui, demikian juga dengan metode transformasi yang dapat menghasilkan kesalahan yang minimal belum diketahui. Peta merupakan sumber data yang banyak digunakan untuk berbagai kepentingan. Pemerintah membutuhkan peta sebagai data dasar dalam pembuatan rencana kerja mereka berkaitan dengan kebijakan yang menyangkut wilayah mereka.

(Rusdi, 2005).

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Wijaya (2005) penginderaan jauh meliputi dua proses utama yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen proses pengumpulan data meliputi : a) sumber energi, b) perjalanan energi melalui atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d) sensor wahana pesawat terbang dan/atau satelit, e) hasil pembentukan data dalam bentuk piktoral dan/atau bentuk numerik. Singkatnya, kita menggunakan sensor untuk merekam berbagai variasi pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh kenampakan di muka bumi. Proses analisis data meliputi pengujian data dengan

(9)

menggunakan alat interpretasi dan alat pengamamatan untuk menganalisis data piktoral, dan komputer untuk menganalisis data sensor numerik dengan dibantu oleh data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari.

Aplikasi Penginderaan Jauh

Penggunaan data penginderaan jauh semakin populer dalam berbagai aplikasinya. Ada enam alasan yang dikemukakan oleh Sutanto dalam Pratondo (2001) mengapa penginderaan jauh semakin populer yaitu:

1. Citra menggambarkan obyek dan daerah yang mirip ujudnya dengan yang ada di permukaan bumi

2. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi

3. Karakteristik obyek yang tampak oleh mata dapat diwujudkan dalam bentuk citra

4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit di jelajahi secara terestrial

5. Citra merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana

6. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek sehingga memungkinkan untuk pemantauan suatu daerah

Salah satu bentuk aplikasi penginderaan jauh adalah untuk menentukan bentuk - bentuk penutupan lahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tertentu. Salah satu teknik dalam menentukan bentuk penutupan lahan adalah dengan menggunakan cara klasifikasi citra. Klasifikasi citra merupakan serangkaian tugas untuk merubah data digital menjadi kelas tertentu yang khasdan dapat memberikan informasi.

(10)

Keterkaitan Sistem Informasi Geografis ( SIG ) dan Penginderaan Jauh Howard (1996) menyatakan keterkaitan SIG dan penginderaan jauh adalah sebagai berikut, informasi yang diturunkan dari analisis citra penginderaan jauh dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG. Tujuan utama integrasi penginderaan jauh dan SIG berasal dari ahli penginderaan jauh. Keinginan ini ditunjukkan dalam pertumbuhan jumlah sistem analisis citra digital berkapasitas kecil dengan kemampuan SIG. Biasanya masukkan dari data penginderaan jauh (data rekaman) pada sistem SIG harus dilengkapi dengan intervensi manusia padaanalisisnya. Dalam klasifikasi dan ketepatan letak, analisis data penginderaan jauh lebih kasar dibandingkan klasifikasi yang dibutuhkan oleh para pengguna SIG. Hal ini disebabkan ukuran piksel dari data penginderaan jauh lebih kasar dari yang dibutuhkan di dalam sistem informasi geografis. Meskipun pengenalan pola dengan komputer memenuhi persyaratan beberapa kategori tematik, masalah dasar untuk sistem integrasi otomatis terletak pada perbedaan-perbedaan yang ada antara konteks spasial citra yang diperlukan interpretasi visual. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam perkembangan integrasi penginderaan jauh dan SIG adalah estimasi bahwa aliran data memiliki arah (dari sistem analisis penginderaan jauh ke sistem informasi geografis) yang sama. Aliran yang sebaliknya tidak diinginkan, tetapi juga realistis diperlukan dalam analisis penginderaan jauh. Hambatan utama terhadap pendekatan ini adalah biaya untuk membuat basis data digital SIG.

(11)

Sistem Satelit Ikonos

Ikonos adalah satelit milik space imaging (USA) yang diluncurkan bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000. Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi 1 x 1 m. dengan kedetilan atau resolusi yang cukup tinggi ini membuat satelit ini akan menyaingi pembuatan foto udara. Satelit berada pada 681 km di atas permukaan bumi waktu revolusinya 98 menit dan resolusi temporalnya sekitar 3 hari. Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m hitam-putih (Badan Geologi Jawa Timur, 2007).

Keberadaan satelit IKONOS tidak terlepas dari karakteristik resolusinya. Resolusi dapat diartikan sebagai kerincian info dari data penginderaan jauh. Dalam konsep penginderaan jauh dikenal beberapa resolusi dari suatu satelit yaitu resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal. 1. Resolusi Spasial

Resolusi spasial adalah unit terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan berdasarkan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa diukur. Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film (jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Grain film yang halus memberikan detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang lebih tinggi.

(12)

2. Resolusi Spektral

Resolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada spektrum elektromagnetik yang direkam oleh sensor, dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor. Semakin sempit lebar interval spektrum elektromagnetik maka resolusi spektral semakin tinggi. Resolusi spektral berbanding terbalik dengan resolusi spasial. Semakin tinggi nilai resolusi spektral, maka nilai resolusi spasialnya akan semakin kecil dan sebaliknya.

3. Resolusi Radiometrik

Resolusi radiometrik merupakan jumlah nilai data yang dimungkinkan pada tiap band, ukuran sensitivitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek pada permukaan bumi.

4. Resolusi Temporal

Resolusi temporal merupakan frekwensi suatu sistem sensor dalam merekam suatu areal yang sama, dengan kata lain resolusi temporal merupakan lamanya suatu sistem sensor untuk merekam kembali bagian daerah yang sama (Jaya,1997).

Interpretasi Citra Satelit

Interpretasi citra merupakan pembuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan

(13)

menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1999).

Dalam mengidentifikasi obyek dalam penginderaan jauh secara visual perlu dibantu dengan unsur-unsur intepretasi yang terdiri dari rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. Dalam analisis citra dikenal 8 macam unsur interpretasi citra, yaitu:

1. Warna dan Rona

Warna dan rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek. Kontras warna dan sinar yang tegas dalam foto udara penting untuk identifikasinya dan tanpa kontras unsur-unsur pengenal lainan lain yaitu ukuran, bentuk, tekstur dan pola tidak bermanfaat.

2. Ukuran

Objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto, sebab apabila skala citra berbeda maka ukuran sesuatu objek yang sama akan menjadi berbeda. suatu objek dapat dibedakan dengan objek yang lain berdasarkan ukurannya, sebab pada dasarnya ukuran setiap objek yang terdapat di permukaan bumi adalah berbeda.

3. Bentuk

Merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka sesuatu objek, sehingga bentuk dan ukuran sering berasosiasi sangat erat. Bentuk suatu objek ssangat dipengaruhi juga oleh skala potret udara yang dipergunakan. Semakin kecil skala potret maka akan semakin sukar mengenali suatu objek demikian juga sebaliknya.

(14)

4. Bayangan

Bayangan terjadi karena adanya sinar, bayangan yang terjadi sedikit banyak akan mengikuti bentuk objeknya. Jadi bayangan dapat digunakan untuk membedakan jenis suatu objek.

5. Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona dalam citra foto atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan, sehingga sering dinyatakan dalam halus dan kasar. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual.

6. Pola

Merupakan sebuah karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsi tata ruang pada citra, termasuk di dalamnya pengulangan penampakan-penampakan alami. Pola sering diasosiasikan dengan topografi, tanah, iklim dan komunitas tanaman.

7. Lokasi / Situs

Setiap objek umumnya berlokasi atau di tempatkan pada lokasi yang sesuai. Oleh karena itu ada hubungan antara lokasi dengan sesuatu jenis objek tertentu. Contohnya semua bangunan yang melintas di atas sungai akan dinamakan jembatan.

8. Asosiasi

Keterkaitan antara objek yang satu dengan yang lain dan adanya suatu objek merupakan petunjuk adanya objek yang lain. Sering bentuk, rona, pola, tekstur diasosiasikan dengan satu kelas objek yang tidak terekam atau kurang jelas tergambar pada citra (Hardjoprajitno dan Saleh, 1995).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan Madrasah Mu‟allimin Mu‟allimat Bahrul Ulum Tambakberas Jombang juga sesuai dengan konsep Imam Al-Ghozali sebagaimana berikut: 1 materi yang diberikan peserta

Kecamatan Ciawi mengalami perubahan sebesar 2.577,79 ha yang didominasi oleh perubahan dari ladang ke pemukiman (301,59 ha). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari

STAIN Sorong mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan agama Islam, sesuai

Komunikasi pemasaran merupakan sarana perusahaan untuk memberikan informasi, membujuk, dan mengingatkan kembali kepada konsumen secara tidak langsung maupun

Tujuan dari penelitian yakni menjelaskan pengaruh persepsi dukungan organisasi dan budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) melalui

128–496 MB dari memori yang tersedia di Raspberry Pi adalah dua kali minimum 64 MB yang diperlukan untuk menjalankan Slackware Linux pada sistem ARM atau i386..

Dividen Wajib Pajak Badan Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima atau memperoleh penghasilan berupa dividen, maka atas penghasilan dividen