• Tidak ada hasil yang ditemukan

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

58

ANALISIS KESIAPAN FUNGSI PELAYANAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS) UNDATA PALU MENJADI RS TIPE B PENDIDIKAN

Musdalipah

Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM Unismuh Palu ABSTRAK

Rumah sakit Undata Palu merupakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah dengan tipe B non pendidikan. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan bermutu yang mana pelaksanaannya pada suatu Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Dalam mengembangkan pelayanannya, RSUD Undata Palu akan mengubah statusnya menjadi rumah sakit tipe B pendidikan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kesiapan IFRS Undata Palu menjadi RS tipe B pendidikan dengan melihat indikator fungsi pelayanan IFRS. Penilaian fungsi pelayanan farmasi menggunakan SK Menkes No.1197/X/2004 tentang survei akreditasi farmasi di rumah sakit. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan observasional, dengan rancangan penelitian case study. Sampel dalam penelitian ini adalah Jajaran Direktur & Wakil Direktur RSUD Undata Palu, Kepala IFRS, Apoteker, & Asisten Apoteker.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004 tentang survei akreditasi farmasi di rumah sakit tentang Fungsi Pelayanan Farmasi, meliputi pelayanan dasar farmasi & pelayanan pendukung farmasi. Analisis kesiapan pelayanan dasar farmasi meliputi asuhan kefarmasian 100%, pemantauan & pelaporan ESO (Efek Samping Obat) 60%, Pelayanan Informasi Obat 80%, konseling 80%, Ronde/visite pasien 60%, Pengkajian Penggunaan Obat 60%, Pemantauan Kadar Obat dalam Darah belum dilakukan. Analisis kesiapan pelayanan pendukung farmasi meliputi produksi dan kontrol kualitas 40%, RDU (Rational Drug Use) 60%, penanganan obat-obat cytotoxic, TPN (Total Parenteral Nutrition) dan iv-admixture & farmakoekonomi belum berjalan.

Kata Kunci : Instalasi Farmasi, pelayanan farmasi, RS Pendidikan Daftar Pustaka : 17 (2006-2011)

PENDAHULUAN

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata Propinsi Sulawesi Tengah bertugas menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah dibidang pelayanan kesehatan yang telah menjadi urusan rumah tangga daerah yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor : 02 Tahun 2003 pasal 4 ayat 1 dengan tugas pokok melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan pencegahan termasuk penanganan limbah Rumah Sakit dan melaksanakan upaya rujukan,

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Anonim, 2009).

Pada tahun 1995, RSUD Undata Palu yang merupakan Badan Tekhnis milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah telah mendapat pengakuan sebagai RSU Kelas B non Pendidikan sesuai dengan Surat KepMenkes No.93 tahun 1995 dan pada tahun berikutnya diakui sebagai pusat rujukan tertinggi di Sulawesi Tengah dengan Peraturan Daerah No.6 Tahun 1996. Dasar Pembangunan Rumah sakit kelas B pendidikan berdasarkan surat keputusan Gubernur No.445/73.79/DisKes G-ST tanggal 29 agustus 2003. Surat Keputusan Menteri

(2)

59 percepatan pembangunan kawasan

Indonesia Timur

No.046/KEP./PPTKTI/VII/2003 tanggal 7 juli 2003.Di dukung oleh surat Keputusan Rektor Universitas Tadulako N0.4022 j 28 PG/2003 yang diperuntukkan Fakultas Kedokteran UNTAD ke depan (Anonim, 2009).

Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan program pendidikan profesi dokter dan dokter spesialis. Selain mendidik profesi pendidikan dokter, rumah sakit pendidikan juga berfungsi sebagai tempat pelatihan dan pendidikan bagi profesi lainnya, seperti farmasi, apoteker, kebidanan dan keperawatan. Dalam rangka mengukur suatu rumah sakit yang telah memenuhi standar RS Pendidikan, maka diperlukan tolak ukur untuk setiap standar sesuai dengan klasifikasinya (Depkes, 2009)

Dalam upaya tersebut diperlukan alat untuk mengevaluasi mutu pelayanan rumah sakit . Salah satu strategi penting yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan pelayanan medik rumah sakit adalah melalui standarisasi (akreditasi, audit klinis, dan lain-lain). Instalasi Farmasi adalah pusat perawatan untuk pasien dan produk farmasi itu sendiri mewakili sebagian besar pengeluaran rumah sakit (Barnum, D.,T, 2009; Manik, 2009).

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor :

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat (Anonim, 2006b).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Undata adalah unit kerja didalam rumah sakit yang berperan sebagai pelaksana kegiatan yang bertanggung jawab terhadap semua perbekalan dan pelayanan farmasi dalam rangka melaksanakan fungsi rumah sakit. Ketenagaan IFRS Undata Palu hingga tahun 2010 yaitu dipimpin oleh 1 apoteker, dibantu oleh 12 apoteker dan asisten apoteker 23 orang.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), selain menjalankan fungsinya sebagai wadah pelayanan kefarmasian juga ikut berpartisipasi dalam memberi edukasi kepada semua program pendidikan farmasi termasuk pengalaman praktik mahasiswa dan profesi apoteker, berpartisipasi dalam proyek studi atau penelitian yang ditujukan untuk peningkatan pelayanan penderita dan peningkatan pelayanan administratif dan pelayanan rumah sakit lainnya. (Siregar & Amalia, 2004).

Dengan berubahnya status menjadi rumah sakit pendidikan, tentunya juga memberikan pengaruh pada IFRS menjadi pendidikan. Penelitian ini dilakukan dengan melihat bagaimana kesiapan IFRS Undata Palu menjadi RS tipe B pendidikan berdasarkan penilaian akreditasi SK Menkes No.1197/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dengan indikator fungsi pelayanan farmasi.

BAHAN & METODE Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Undata Palu, Sulawesi Tengah pada bulan Desember 2010 – Februari 2011. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dan observasional, dengan rancangan penelitian case study. Sampel Penelitian

(3)

60 Sampel dalam penelitian ini adalah Direktur RSUD Undata Palu, Wakil direktur Pelayanan medik, Ketua KFT Undata Palu, Wakil Direktur Umum dan

Keuangan, Kepala Seksi

Pengembangan dan Pemeliharaan Fasilitas Penunjang Medik, Kepala Bidang DIKLIT, Kepala Bidang Penunjang Medik, Kepala IFRS Undata Palu, Apoteker dan asisten apoteker fungsional pelayanan farmasi.

Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi sumber dengan cara menggabungkan hasil wawancara, kuesioner dan observasi

langsung. Untuk menilai kesiapan IFRS Undata menuju RS Tipe B pendidikan maka digunakan penilaian berdasarkan survei akreditasi rumah sakit untuk pelayanan farmasi dan disesuaikan dengan SK Menkes No.1197/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit

HASIL

Fungsi Pelayanan Kefarmasian sesuai SK Menkes Nomor : 1197/Menkes/SK/X/2004 dibagi atas pelayanan dasar & pelayanan pendukung farmasi, seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 1

Kesiapan Fungsi Pelayanan Dasar Farmasi IFRS Undata Palu sesuai SK Menkes No.1197/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pelayanan Dasar berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004 No Pelayanan

Kefarmasian Standar Hasil Survey

Penilaian (maks 5) 1). Asuhan Kefarmasian (Good Dispensing Practice)

Kebijakan dan Prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap proses

5 Pengkajian resep dimulai

dari seleksi persyaratan administrasi, farmasi dan klinis baik rawat jalan maupun rawat inap

Sudah dilakukan

Dispensing

Evaluasi mutu pelayanan

Meliputi validasi, interpretasi, menyiapkan dan meracik obat, labelling, penyerahan obat, dan dokumentasi.

Terakhir dilakukan pada tahun 2008. Untuk periode belum dilakukan.

Persentase penilaian asuhan kefarmasian 100%

2).

Pemantauan dan Pelaporan

ESO

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap proses

3 Proses kegiatan Jarang dilakukan

Evaluasi kegiatan Belum dilakukan

Persentase penilaian pemantauan dan pelaporan ESO 60%

3).

Pelayanan Informasi Obat

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap proses

4 Proses kegiatan Terlaksana

(4)

61 Lanjutan Tabel 1

No Pelayanan

Kefarmasian Standar Hasil Survey

Penilaian (maks 5)

Persentase penilaian Pelayanan Informasi Obat 80%

4). Konseling

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap proses

4 Proses kegiatan Terlaksana

Evaluasi kegiatan Belum dilakukan

Persentase penilaian Konseling 80%

5).

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap proses

0 Proses Kegiatan Tidak dilakukan

Evaluasi Kegiatan Belum dilakukan

Persentase penilaian Pemantauan Kadar Obat dalam Darah 0%

6).

Ronde/Visite Pasien

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap proses

3 Proses Kegiatan berupa Visite Mandiri

Evaluasi Kegiatan Belum dilakukan

Persentase penilaian Ronde/Visite pasien 60%

7).

Pengkajian Penggunaan

Obat

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap proses

3 Proses Kegiatan Terlaksana, tapi sebagian

kecil Evaluasi Kegiatan Belum ada

Persentase penilaian Pengkajian Penggunaan Obat 60%

Total Skor Pelayanan Dasar Farmasi di RSUD Undata 22

Persentase Penilaian Pelayanan Dasar Farmasi di RSUD Undata 63%  Kriteria Penilaian berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004

(5)

62 Tabel 2

Kesiapan Fungsi Pelayanan Pendukung Farmasi IFRS Undata Palu sesuai SK Menkes No.1197/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Modifikasi Pelayanan Pendukung berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004 dan APTFI No Pelayanan

Kefarmasian Standar Hasil Survey

Penilaian (maks 5)

1). Penanganan obat-obat Cytotoxic

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Belum ada, dalam tahap rencana

pengembangan 0

Proses Kegiatan Dilakukan oleh

perawat Evaluasi Kegiatan Belum ada

Persentase Penanganan obat-obat Cytotoxic 0%

2).

TPN (Total Parenteral Nutrition) dan

iv-admixture

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Belum ada, dalam tahap rencana

pengembangan 0

Proses Kegiatan Dilakukan oleh

perawat Evaluasi Kegiatan Belum ada

Pesentase TPN (Total Parenteral Nutrition) dan iv-admixture 0%

3). Produksi dan Kontrol Kualitas

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Sudah ada. Revisi SOP dalam tahap

proses 2

Proses Kegiatan Berupa pengemasan kembali

Evaluasi Kegiatan Belum ada

Persentase Produksi dan Kontrol Kualitas 40%

4).

Farmakoekonomi

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Belum ada, dalam tahap rencana

pengembangan 0

Proses Kegiatan Dilakukan atas inisiatif apoteker

Evaluasi Kegiatan Belum ada

Persentase penilaian farmakoekonomi 0%

5).

RDU (Rational Drug Use)

Kebijakan dan prosedur tertulis kegiatan

Berupa alur (sistem)

3

Proses Kegiatan Dilakukan oleh

apoteker Evaluasi Kegiatan Belum ada

Persentase penilaian RDU (Rational Drug Use) 60%

Total Skor Keseluruhan 5

Persentase kegiatan pendukung pelayanan kefarmasian 20%

 Kriteria Penilaian berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004

Skor penilaian : 1 = 20% ; 2 = 40% ; 3 = 60% ; 4 = 80% ; 5 = 100%

(6)

63 PEMBAHASAN

Berikut akan diuraikan pelayanan farmasi di IFRS RSUD Undata Palu, yaitu :

1) Asuhan Kefarmasian (Good Dispensing Practice)

Berdasarkan observasi langsung, secara keseluruhan kegiatan asuhan kefarmasian di RSUD Undata sudah berjalan. Penilaian kegiatan asuhan kefarmasian menurut SK Menkes No.1197 Tahun adalah 100%. Berdasarkan hasil kuesioner pada apoteker dan asisten apoteker pelayanan farmasi di RSUD Undata, kegiatan asuhan kefarmasian meliputi kegiatan Dispensing Cycle/Alur Dispensing yaitu penerimaan resep, peracikan & Labelling, penyerahan obat dan evaluasi pelayanan farmasi di rumah sakit.

2) Pemantauan dan Pelaporan ESO Berdasarkan observasi dokumen bahwa kebijakan dan prosedur Pemantauan dan Pelaporan ESO di RSUD Undata dituangkan dalam bentuk Standar Operasional Prosedur. Penilaian kegiatan MESO (Monitoring Efek Samping Obat) di RSUD Undata berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004 masih sekitar 60%. Penilaian akan menjadi 100% apabila sudah dilakukan evaluasi dan tindak lanjut dari setiap kegiatan.

3) Pelayanan Informasi Obat (PIO) Kebijakan pelaksanaan kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) di RSUD Undata Palu ditetapkan berdasarkan prosedur tetap yang telah disahkan oleh Direktur RSUD Undata. Salah satu kendala kegiatan PIO di rawat jalan adalah apoteker tidak melakukan dokumentasi.Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan kuesioner bahwa penilaian kegiatan PIO

berdasarkan SK Menkes

No.1197/X/2004 adalah 80%. Penilaian akan menjadi 100% apabila

dilakukan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan PIO yang telah dilaksanakan.

4) Konseling

Kegiatan Konseling di RSUD Undata dituangkan dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan kuesioner bahwa penilaian kegiatan Konseling berdasarkan SK Menkes No.1197 Tahun 2004 adalah 80%. Kekurangan 20% kegiatan ini adalah belum dilakukan dokumentasi, evaluasi dan tindak lanjut kegiatan konseling yang telah dilakukan.

5) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah

Kebijakan dan prosedur pelaksanaan pemantauan kadar obat dalam darah di RSUD Undata dituangkan dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan observasi yang dilakukan, pemantauan kadar obat dalam darah belum pernah dilakukan. Beberapa kendalanya adalah tidak adanya fasilitas penunjang kegiatan tersebut dan kurangnya pelatihan mengenai pemantauan kadar obat dalam darah.

6) Ronde/Visite Pasien

Kebijakan kegiatan Ronde/Visite pasien di RSUD Undata tertuang dalam Standar Operasional Prosedur (SOP). Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan berupa visite mandiri. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan kuesioner bahwa penilaian ronde/visite pasien

berdasarkan SK Menkes

No.1197/X/2004 masih sekitar 60%. Kekurangan 40% dari penilaian adalah belum adanya dokumentasi, evaluasi dan tindak lanjut dari kegiatan ini.

7) Pengkajian Penggunaan Obat Kebijakan dan prosedur Pengkajian Penggunaan Obat di RSUD Undata tertuang dalam

(7)

64 Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan hasil observasi, kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan bahwa penilaian kegiatan Pengkajian Penggunaan Obat

berdasarkan SK Menkes

No.1197/X/2004 masih sekitar 60%. Kekurangan 40% dari penilaian adalah belum adanya dokumentasi, evaluasi dan tindak lanjut kegiatan pengkajian obat.

8) Penanganan Obat-Obat Cytotoxic Kebijakan dan prosedur kegiatan penanganan obat-obat cytotoxic hingga saat ini belum ada di RSUD Undata. Berdasarkan hasil kuesioner pada apoteker dan asisten apoteker bahwa kegiatan kegiatan penanganan obat-obat cytotoxic dilakukan oleh perawat. Berdasarkan observasi langsung, kendala dalam penanganan obat-obat cytotoxic dirumah sakit adalah fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belum ada, sehingga pengerjaannya pun masih dilakukan diruang perawat.

9) TPN & iv-Admixture

Dokumen kebijakan dan prosedur kegiatan penanganan obat-obat TPN dan iv-admixture hingga saat ini belum ada di RSUD Undata. Akan tetapi pengerjaannya tetap dilakukan oleh perawat, ahli gizi dan dokter. Berdasarkan hasil kuesioner pada apoteker dan asisten apoteker pelayanan farmasi bahwa kegiatan pemberian nutrisi parenteral di RSUDnUndata yaitu pencampuran sediaan iv ke dalam cairan infus. Frekuensi kegiatan TPN hanya dilakukan 1 kali/bulan. 10) Produksi dan Kontrol Kualitas

Kebijakan dan prosedur kegiatan produksi di RSUD Undata tertuang dalam Standar Operasional Prosedur. Produksi dalam hal ini adalah produksi sediaan non steril yang dikemas kembali atau membuat peracikan obat yang biasa diresepkan oleh dokter.

Berdasarkan hasil kuesioner, wawancara mendalam dan observasi yang telah dilakukan bahwa penilaian kegiatan produksi berdasarkan SK Menkes No.1197/X/2004 masih sekitar 40%. Kegiatan produksi di RSUD Undata masih sebagian kecil dilakukan. 11) Farmakoekonomi

Kebijakan dan prosedur pelaksanaan farmakoekonomi di RSUD Undata belum ada. Namun, sebagian kecil kegiatan sudah dilaksanakan. Berdasarkan hasil kuesioner pada apoteker dan asisten apoteker pelayanan farmasi bahwa kegiatan farmakoekonomi yang dilakukan berupa membandingkan dua obat yang digunakan untuk indikasi yang sama tetapi biaya dan efektifitasnya sama (cost effective). Kegiatan farmakoekonomi yang telah dilakukan di rumah sakit terkait penyakit TBC, ISPA, Ulkus Peptik, Hipertensi dan Diabetes Melitus. 12) RDU (Rational Drug Use)

Kebijakan RDU di RSUD Undata sudah ditetapkan oleh Komite Farmasi Terapi (KFT) dalam bentuk sistem (alur) Rasionalisasi Pengelolaan dan Penggunaan Obat pada RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Menuju Rumah Sakit Pendidikan Kebijakan Penggunaan Obat Rasional merupakan salah satu kebijakan yang akan dikembangkan dan dilaksanakan. Dalam hal ini tentunya peran KFT sangat dibutuhkan untuk membuat kebijakan tersebut dalam hal evaluasi dan tindak lanjut kegiatan. KESIMPULAN

Berdasarkan Survei Akreditasi Pelayanan Farmasi dan SK Menkes No. 1197/MENKES/X/2004 dapat disimpulkan bahwa :

1. Kesiapan fungsi pelayanan farmasi di RSUD Undata yaitu untuk pelayanan dasar IFRS yang telah berjalan

(8)

65 adalah 63% dan untuk pelayanan pendukung RS yang sudah berjalan masih sekitar 20%.

2. Ditinjau dari fungsi RS Pendidikan yaitu pelayanan, pendidikan, & penelitian, IFRS Undata masih berorientasi pada fungsi pelayanan sedangkan fungsi pendidikan dan penelitian belum berjalan.

SARAN

1. Pimpinan Rumah Sakit

a. Membuat Visi dan Misi RS Pendidikan

b. Menyusun program pendidikan berkelanjutan dan pelatihan bagi staf Instalasi Farmasi.

c. Membuat dan

menindaklanjuti revisi organisasi KFT

2. Pimpinan IFRS

Membuat SOP mengenai kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai SK Menkes No.1197/X/2004 dan standar APTFI yang mencakup fungsi RS Pendidikan, yaitu fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian.

3. Tenaga farmasis

a. Meningkatkan peran aktif farmasis dalam Komite Farmasi Terapi (KFT) sebagai sekretaris dan anggota dalam kepanitiaan KFT.

b. Apoteker penanggung jawab harus selalu mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan farmasi dan melakukan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan pelayanan farmasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) (2008), Keputusan Majelis Asosiasi

Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) Nomor : 002/APTFI/MA/2008 tentang Standar Praktek Kerja Profesi Apoteker, Surabaya.

Anonim, (2009), Laporan Tahunan Rumah Sakit Undata Tahun 2009, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata Palu, Sulawesi Tengah.

Departemen Kesehatan RI, (2004), Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit, Direktorat

Jenderal Pelayanan

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,Jakarta

Green,E., Johnston,M., Trudeau,M., Schwartz,L., Poirier,S., Macartney,G., Milliken,D.,(2009), Safe Handling of Parenteral Cytotoxics, 5:245-249. Available from:<http://www.PubMed.com> (Diunduh tgl 5 April 2011). LeBlanc, J., M, (2007), International

Critical Care Hospital Pharmacist Activities, 34:538-542, Available from :<http://www.Springer.com> (Diunduh tgl 18 January 2011). Menik,H., Isiru,A., Sewwandi,S., (2011),

A Survey : Precept and Practice in Drug Use Indicators at Government Healthcare Facilities : A Hospital-Based Prospective Analysis, 1:165-169. Available from:<http://www.PubMed.com> (Diunduh tgl 5 April 2011). Montgomery, A,T., Sporrong, S,K.,

Henning, M., Tully, M, P., Lindblad, A, K., (2007), Implementation of a Pharmaceutical Care Service : Prescriptionist, Pharmacist and Doctors Views, 29:593-602. Available

from:<http://www.Springer.com> (Diunduh tgl 1 April 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Anda akan memberikan HP akses ke produk yang dicakup oleh dukungan; dan jika dimungkinkan, ruang kerja yang memadai dan fasilitas pada jarak sewajarnya dari produk;

Berdasarkan paparan di atas bahwa diduga adanya pengaruh antara kemampuan menulis cerpen terhadap variabel-variabel yang lain seperti penggunaan media pembelajaran dan

Pemerintah di seluruh dunia saat ini dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas layanan publik dalam hal memberikan informasi kepada masyarakat. Untuk menunjang

Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang terdiri dari subjudul: Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil, Bahasan (Hasil dan Bahasan harus ditulis

Memenuhi kebutuhan tersebut, bank juga menuntut setiap karyawan untuk dapat bekerja secara efektif dan berkualitas untuk menghadapi daya saing yang semakin ketat untuk

Kebutuhan beras dalam negeri terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, sehingga menyulitkan pencapaian swasembada beras nasional.untuk itu diperlukan

1) Menyatakan situasi atau masalah matematik atau kehidupan sehari- hari kedalam bentuk gambar, digram, bahasa atau simbol matematik, atau model matematik.. 2) Menjelaskan

Tumbuan, Fred BG, Tanggung Jawab Direksi Dan Komisaris Serta RUPS Perseroan Terbatas, Makalah kuliah S2 Fakultas Hukum universitas Indonesia Tahun Ajaran 2001 – 2002.