• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utama dan penyimpangan pengembangan paragraf pada tajuk rencana di harian Kompas Juni 2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pola pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utama dan penyimpangan pengembangan paragraf pada tajuk rencana di harian Kompas Juni 2009 - USD Repository"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN PARAGRAF

PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:

Yustinus Anang Krismiyanto NIM: 041224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

i

POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN PARAGRAF

PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:

Yustinus Anang Krismiyanto NIM: 041224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

DA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

iii

Yogyakarta, 11 Juli 2011

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan secara khusus untuk kedua orang tuaku Tc. Poniman dan Fr. Patmiyasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)

v MOTO

Hal apapun yang kita kerjakan dengan niat baik dan semampu kita yakinlah hasilnya tidak akan mengecewakan.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang disebutkan didalam daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Juni 2011 Penulis

Yustinus Anang Krismiyanto

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yustinus Anang Krismiyanto

Nomor Mahasiswa : 041224029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMA DAN PENYIMPANGAN PENGEMBANGAN

PARAGRAF PADA TAJUK RENCANA DI HARIAN KOMPAS JUNI 2009

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 7 Juni 2011

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

Krismiyanto, Yustinus Anang. 2011. Pola Pengembangan Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama Dan Penyimpangan Pengembangan Paragraf Pada Tajuk Rencana Di Harian Kompas Juni 2009. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini memiliki dua masalah, yaitu: (1) pola pengembangan paragraf apa sajakah yang terdapat pada wacana tajuk rencana dalam harian Kompas Juni 2009 dan (2) penyimpangan pengembangan paragraf yang terdapat pada wacana tajuk rencana dalam harian Kompas Juni 2009.

Data dalam penelitian ini berupa paragraf-paragraf dalam tajuk rencana yang ada di dalam surat kabar, yaitu pada kolom tajuk rencana Kompas periode Juni 2009.

Langkah-langkah pengumpulan data penelitian ini adalah (1) mengumpulkan tajuk rencana dari Kompas Juni 2009, (2) memberi kode (pengkodean) pada setiap paragraf dalam tajuk rencana tersebut berdasarkan urutan tanggal, (3) mengidentifikasi pola pengembagan paragraf dan penyimpangannya. Dalam penelitian ini Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah (1) menganalisis pola pengembangan paragraf, (2) menganalisis penyimpangan paragraf, (3) hasil analisis yang berupa data dicek keabsahannya oleh triangulator.

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, pola pengembangan paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar ada enam jenis, yakni pola pengembangan paragraf umum-khusus, pola pengembangan paragraf klasifikasi, pola pengembangan paragraf contoh, pola pengembangan paragraf pertanyaan, pola pengembangan paragraf perbandingan dan pertentangan, dan pola pengembangan paragraf sebab-akibat. Kedua , penyimpangan pengembangan paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana surat kabar ada tiga jenis, yakni penyimpangan kelengkapan, penyimpangan kepaduan, dan penyimpangan kesatuan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas Implikasi penelitian ini adalah penulisan tajuk rencana cenderung mengutamakan isi dari tajuk rencana, berita yang disampaikan singkat, jelas, lugas dan menarik, serta mudah dipahami, tetapi tidak memperhatikan pola pengembangan paragraf dan syarat pengembangan paragraf. Penulisan tajuk rencana harus lebih memahami tentang teknik menulis tajuk rencana yang tidak hanya mementingkan isi dan mudah dipahami saja, tetapi juga menerapkan pola pengembangan paragraf dan syarat pengembangan paragraf. Saran dari penelitian ini adalah untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang sejenis tetapi membahas aspek dari ilmu linguistik selain yang sudah dibahas dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

ix ABSTRACT

Krismiyanto, Yustinus Anang. 2011. The Paragraph Development Patterns Based on the Position of the Main Ideas And the Paragraph Development Irrelevancy in “Tajuk Rencana” on Kompas Daily Newspaper June 2009. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research is a descriptive qualitative research. This research has two problems, they are: (1) what paragraph development patterns are there in tajuk rencana on Kompas June 2009 and (2) the irrelevancy of paragraph development in tajuk rencana on Kompas June 2009.

The data in this research were in the form of paragraphs in tajuk rencana written in the newspaper. They were in tajuk rencana columns June 2009.

The steps to collect data used in this research were (1) the researcher collected tajuk rencana from Kompas June 2009, (2) the researcher gave codes to every paragraph in those tajuk rencana based on the dates, (3) the researcher identified the paragraph development patterns and the irrelevancy. In this researh, the data analysis done in 3 steps: (1) analysing the paragraph development patterns, (2) analysing the paragraph irrelevancy, (3) checking the reliability of the data, done by a triangulator.

The results of this research were as follow. First, there were six kinds of patterns in paragraph development. They were general-specific paragraph development pattern, classification paragraph development pattern, example paragraph development pattern, question paragraph development pattern, comparison and contrast paragraph development pattern, and cause-effect paragraph development pattern. Second, there were three kinds of paragraph development irrelevancy in the newspaper’s tajuk rencana. They were completion irrelevancy, harmony irrelevancy, and unity irrelevancy.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan di dalam penulisan berita di media massa. Bahasa jurnalistik kerap disebut bahasa pers dan juga memiliki karakter yang berbeda, sesuai dengan jenis berita yang akan diberitakan (Setiati, 2005:85). Kini bahasa jurnalistik mulai beragam digunakan untuk menulis berita ekonomi, politik ataupun tajuk rencana, disesuaikan dengan angle tulisan, sumber berita dan keterbatasan media massa, baik cetak atau elektronik (Setiati, 2005:87).

Badudu (Setiati, 2005:87) mengemukakan bahwa bahasa jurnalistik memiliki sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas dan menarik serta tetap berpedoman pada kaidah bahasa Indonesia baku. Bahasa jurnalistik harus benar-benar informatif dan komunikatif. Bahasa yang demikian juga tidak mudah menimbulkan salah paham, tidak mudah menimbulkan tafsir ganda, dan sifatnya tidak ambigu.

Dengan begitu sangatlah diharapkan, bahwa paragraf-paragraf jurnalistik yang disusun, dalam setiap karya kejurnalistikan, memenuhi kualifikasi sebagai paragraf jurnalistik yang berdimensi linguistik, yang berkarakter kebahasaan, sehingga ketajaman dan keapikan dari penyampaian informasi, benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Di dalam tulisan ini, penulis mencoba mengungkapkan gagasannya berdasarkan hasil penelitian terhadap pola pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya dan penyimpangan pengembangan paragraf pada wacana tajuk rencana. Penulis menyadari bahwa upaya meneliti dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

xi

menuliskan kembali hasil penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik karena berkat penyertaan dan kasih Tuhan Yesus Kristus yang tak pernah putus kepada penulis. Di samping itu ada banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. B Widharyanto, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa,

Sastra Indonesia, dan Daerah;

3. Dosen PBSID, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan;

4. FX. Sudadi, yang sudah membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang sifatnya administratif;

5. Universitas Sanata Dharma, yang telah menciptakan kondisi serta menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung penulis dalam studi dan penyelesaian skripsi ini.

6. Tc. Poniman dan Fr. Patmiyasih, mereka adalah orang tuaku yang luar biasa. Semangat perjuangan mereka yang selalu memberi motivasi kepada penulis.

7. Bernadus Harry Kurniawan, adikku yang selalu menghibur penulis.

8. Kety Virginia Margaretha, S.Pd., temanku yang selalu memberi semangat dan membantu penulis.

(13)

xii

10. Teman-teman kontrakan Brotoseno, Teguh Wiyono, S.T., Harsono, Bowo, Wahyu, Lutfiana dan Ratna Intani Dwi Putri, S.T., yang selalu membantu dan menghibur penulis.

11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Walaupun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

MOTO………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………... vii

ABSTRAK………... Viii ABSTRACT………. ix

KATA PENGANTAR……… Xii DAFTAR ISI………. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah………... 3

1.3 Tujuan Penelitian………..……….... 3

1.4 Manfaat Penelitian……….... 3

1.5 Batasan Istilah……….……….. 4

1.6 Ruang Lingkup Penelitian………..………... 5

1.7 Sistematika Penyajian……….………….. 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan……….... 6

(15)

   

xiv

2.3 Komponen Dasar Pembentuk Paragraf ……… 9

2.3.1 Kalimat Topik ……….……….. 9

2.3.2 Kalimat Penjelas ……….……….. 10

2.4 Syarat Pengembangan Paragraf ……… 11

2.4.1 Kelengkapan Paragraf ………... 12

2.4.2 Kesatuan Paragraf ………... 13

2.4.3 Kepaduan Paragraf ……… 14

2.5 Penyimpangan Pengembangan paragraf ………... 18

2.5.1 Penyimpangan Kelengkapan Paragraf …………...…………. …………. 19

2.5.2 Penyimpangan Kesatuan Paragraf ……… 19

2.5.3 Penyimpangan Kepaduan Paragraf ………... 20

2.6 Pola Pengembangan Paragraf ……….. 20

2.6.1 Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan dan Pertentangan ….….….. 21

2.6.2 Pola Pengembangan Paragraf Contoh….. ………... 22

2.6.3 Pola Pengembangan Paragraf sebab-akibat …………... 2.6.4 Pola Pengembangan Paragraf Umum-Khusus ……….. 2.6.5 Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi………. 2.6.6 Pola Pengembangan Paragraf Pertanyaan………. 23 24 25 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………. 28

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ……… 28

3.3 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ……… 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

xv

3.4 Analisis data ……...………. 30

3.5 Triangulasi ………... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ………. 32

4.2 Hasil Penelitian ……… 32

4.2.1 Pola Pengembangan Paragraf………. 32

4.2.2 Penyimpangan Pengembangan Paragraf ………... 33

4.3 Pembahasan ………. 33

4.3.1 Pola Pengembangan Paragraf……….... 33

4.3.1.1 Pola Pengembangan Paragraf Umum-Khusus ………... 34

4.3.1.2 Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi ………. 36

4.3.1.3 Pola Pengembangan Paragraf Contoh ……… 37

4.3.1.4 Pola Pengembangan Paragraf Pertanyaan ……….. 38

4.3.1.5 Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan dan Pertentangan ………. 38

4.3.1.6 Pola Pengembangan Paragraf Sebab-akibat ……….. 40

4.3.2. Penyimpangan Pengembangan Paragraf ……….. 41

4.3.2.1 Penyimpangan Kelengkapan ……….. 41

4.3.2.2 Penyimpangan Kepaduan ………... 42

4.3.2.3 Penyimpangan Kesatuan ……… 43

(17)

   

xvi

5.2 Implementasi ………..……….. 46 5.3 Saran ………...……… 47 DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN... BIODATA PENULIS

49 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

1    BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang

digunakan di dalam penulisan berita di media massa. Bahasa jurnalistik kerap

disebut bahasa pers dan juga memiliki karakter yang berbeda, sesuai dengan jenis

berita yang akan diberitakan (Badudu, 2005:85). Kini bahasa jurnalistik mulai

beragam digunakan untuk menulis berita ekonomi, politik ataupun tajuk rencana,

disesuaikan dengan angle tulisan, sumber berita dan keterbatasan media massa, baik cetak atau elektronik (badudu, 2005:87).

bahasa jurnalistik memiliki sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana,

jelas, lugas dan menarik serta tetap berpedoman pada kaidah bahasa Indonesia

baku. Bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang

membacanya. Bahasa jurnalistik bahkan harus bisa dipahami oleh tingkat

masyarakat berintelektual rendah. Jadi sosok bahasa dalam jurnalistik itu harus

lugas, harus bersifat sederhana, harus tegas, benar-benar tepat dan akurat dalam

diksi atau pemilihan katanya (Rahardi, 2006:12).

Orwell (Setiati, 2005:89) mengemukakan bahwa bahasa jurnalistik bukan

sekadar alat komunikasi. Bahasa jurnalistik juga merupakan bagian dari kegiatan

sosial yang terstruktur dan terikat pada kondisi riil, terkait dengan isi pemberitaan.

Bahasa jurnalistik juga memiliki kekuatan dalam membentuk perilaku pembaca.

(19)

2  

   

upaya menarik perhatian khayalak pada masalah tertentu. Bahasa setidaknya dapat

membatasi persepsi dan membantu pembaca memikirkan sesuatu yang

diyakininya.

Bahasa dalam jurnalistik itu harus berciri sederhana, tidak berbelit-belit,

tidak boleh berbunga-bunga, dan harus apa adanya, harus sesuai dengan data atau

faktanya, dan sajiannya harus langsung menuju sasaran atau pokok

permasalahannya (straight to the point). Bahasa jurnalistik harus benar-benar informatif dan komunikatif. Bahasa yang demikian juga tidak mudah

menimbulkan salah paham, tidak mudah menimbulkan tafsir ganda, dan sifatnya

tidak ambigu.

Bagaimanapun juga, tugas pokok media massa adalah menyampaikan

informasi, menyampaikan pesan – entah sosok informasi atau pesan yang

wujudnya berita, fakta, dan lain-lain −, yang dikemas dalam kolom atau rubrik

media yang ada. Untuk itu, harus benar-benar memperhatikan ciri-ciri bahasa

dalam ragam jurnalistik dengan baik. Dengan begitu sangatlah diharapkan, bahwa

paragraf-paragraf jurnalistik yang disusun, dalam setiap karya kejurnalistikan,

memenuhi kualifikasi sebagai paragraf jurnalistik yang berdimensi linguistik,

yang berkarakter kebahasaan, sehingga ketajaman dan keapikan dari penyampaian

informasi, benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

    1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pola pengembangan paragraf apa sajakah yang terdapat pada wacana Tajuk

Rencana dalam harian Kompas Juni 2009 berdasarkan letak kalimat utamanya?

2. Penyimpangan pengembangan paragraf apa sajakah yang terdapat pada

wacana Tajuk Rencana dalam harian Kompas Juni 2009 berdasarkan letak kalimat utamanya?

1.3Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pola pengembangan paragraf yang terdapat pada wacana

Tajuk Rencana dalam harian Kompas Juni 2009?

2. Mendeskripsikan penyimpangan pengembangan paragraf yang terdapat pada

wacana Tajuk Rencana dalam harian Kompas Juni 2009?

1.4Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan tersendiri bagi penelitian analisis wacana, khususnya

mengenai pola pengembangan tajuk rencana dalam surat kabar.

2. Berbagai landasan teori yang dipakai di dalam penelitian ini dapat menambah

wawasan pembaca tentang pola pengembangan paragraf dalam tajuk rencana

(21)

4  

   

3. Menambah wawasan pembaca mengenai pola pengembangan paragraf dalam

tajuk rencana dalam surat kabar.

4. Menambah pengetahuan pembaca mengenai penyimpangan paragraf yang

terdapat pada wacana Tajuk Rencana dalam surat kabar.

1.5Batasan Istilah 1. Tajuk rencana

Tajuk rencana adalah tulisan kolom yang dibuat oleh redaksi penerbit pers. Ia

dimuat di halaman khusus bagi tulisan- tulisan opini tentang suatu masalah

atau peristiwa (Romli 2005 : 88).

2. Paragraf

Paragraf adalah seperangkat alat tersusun logis-sistematis relevan dan

mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan

(Tarigan1981 : 10).

3. Wacana

Menyatakan bahwa wacana tulis atau writen discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, meliputi media tulis (Tarigan 1987 : 52). Hal

serupa diungkapkan oleh Hayon (2003 : 26) yang menyatakan bahwa wacana

tulis terutama pada media yang menggunakan bahasa tulis.

4. Penyimpangan

Penyimpangan adalah sesuatu yang menyimpang atau diluar kaidah yang

berlaku. Dalam hal ini kaidah tentang pengembangan paragraf yang baik

(KBBI 2007 : 1067).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

    5. Pola

Pola adalah bentuk (struktur yang tetap) (KBBI 2007 : 885).

6. Kalimat

Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, perasaan

atau pikiran yang relatif lengkap (Mustakim 1999:65).

1.6Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sebagai suatu

penelitian deskripsi kualitatif, penelitian ini hanya dibatasi pada upaya

mendeskripsikan pola pengembangan paragraf tajuk rencana di dalam surat kabar.

Adapun surat kabar yang diteliti adalah Kompas Juni 2009.

1.7Sistematika Penyajian

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pada

bab I akan diuraikan tentang pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, definisi istilah, ruang

lingkup penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori, yang

terdiri dari penelitian sejenis dan landasan teori. Bab III berisi metodologi

penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen,

analisis data, teknik pengumpulan data. Bab IV berisi pembahasan hasil

(23)

6  

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dengan judul Penyimpangan Pengembangan Paragraf dalam Wacana Tajuk Rencana Harian Kompas Tahun 1997. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis penyimpangan paragraf dalam wacana tajuk rencana harian Kompas. Hasil penelitiannya yakni, ditemukan dua jenis penyimpangan pengembangan paragraf pada wacana Tajuk Rencana harian Kompas tahun 1997. Pertama, gagasan pokok pada paragraf satu dilanjutkan pada paragraf berikutnya. Kedua, adanya penggunaan kata penghubung yang tidak tepat dalam pengembangan paragraf. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Febiyanto dengan judul Aspek Gramatikal Dan Leksikal Pada Wacana ”Tajuk Rencana” Surat Kabar Kompas. Salah satu tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan aspek gramatikal pada wacana “Tajuk Rencana” surat kabar Kompas. Hasil penelitiannya yakni, aspek gramatikal terdiri atas pengacuan referensi, penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), perangkaian (konjungsi).

Kedua penelitian di atas merupakan penelitian terdahulu yang relevan karena sesuai dengan penelitian ini. Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni adalah sama-sama meneliti tentang penyimpangan pengembangan paragraf dalam wacana tajuk rencana harian Kompas. Sedangkan relevansi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

penelitian yang dilakukan Febiyanto adalah sama-sama meneliti tentang tajuk rencana harian Kompas.

2.2 Hakikat Paragraf

Menurut Akhadiah (1989: 144) paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

Hal di atas sejalan dengan pendapat Arifin (1987: 131) yang menyatakan bahwa paragraf adalah satuan bahasa yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Satuan bahasa itu terdiri atas seperangkat kalimat. Paragraf merupakan perpaduan kalimat yang memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.

(25)

8  

paragraf. Menurut Keraf (1980: 62) alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alenia, gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran secara jelas.

Pakar lain menggunakan istilah untuk merujuk konsep yang sama dengan paragraf adalah The Liang Gie (1992:73). Menurut beliau alinea adalah bagian dari karangan yang biasanya terdiri dari beberapa kalimat, yang merupakan kesatuan pembicaraan. Sebuah alinea menurut isinya memuat satu ide utama atau satu kalimat utama kalau ditinjau dari kalimat yang membangun alinea itu. Ide-ide atau kalimat lain yang menjadi kelanjutnya harus bersumber pada ide utama itu sebagai pembantunya, penegasnya, atau pengembangnya.

Dari berbagai pendapat mengenai paragraf yang diberikan oleh beberapa pakar di atas, maka dapat dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat paragraf, yakni (1) sebuah paragraf hanya mengandung satu gagasan atau ide pokok, (2) gagasan atau ide pokok dalam sebuah paragraf dituangkan dalam satu kalimat utama, (3) kalimat utama dikembangkan oleh beberapa kalimat penjelas, (4) kalimat-kalimat penjelas tidak boleh ada yang menyimpang dari kalimat utama, (5) paragraf adalah himpunan kalimat yang saling berhubungan membentuk sebuah gagasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

2.3 Komponen Dasar Pembentuk Paragraf

Pada dasarnya, paragraf terbentuk dari dua komponen dasar, yakni kalimat topik dan kalimat penjelas. Kalimat topik merupakan dasar pengembangan suatu paragraf, sedangkan kalimat penjelas merupakan pernyataan-pernyataan yang mendukung kalimat topik sehingga terbentuk suatu kesatuan gagasan yang menjadikan paragraf menjadi utuh. Di bawah ini akan dipaparan teori-teori yang berkaitan dengan komponen-komponen dasar pembentuk paragraf, yakni kalimat topik dan kalimat penjelas.

2.3.1 Kalimat Topik

Menurut Mustakim (1994: 116) sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu pikiran atau gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan penunjang. Oleh karena itu, kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan satu masalah. Jika dalam satu paragraf terdapat dua gagasan atau lebih, tiap-tiap gagasan utama itu seharusnya dituangkan dalam paragraf yang berbeda. Sebaliknya, jika dua paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, kedua paragraf seharusnya digabungkan menjadi satu. Dengan demikian paragraf yang dihasilkan memiliki kesatuan pikiran.

Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak (Tarigan, 1987:18). Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut kalimat topik. Istilah-istilah itu sebenarnya mengacu pada konsep yang sama dengan kalimat topik. Istilah itu misalnya kalimat utama, kalimat pokok, kalimat inti, atau kalimat program.

(27)

10  

itu dituangkan dalam salah satu kalimat di antara kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah paragraf. Kalimat yang mengandung pokok pikiran paragraf disebut kalimat utama atau kalimat topik.

Isi kalimat utama masih bersifat umum karena belum mengungkapkan pokok pikiran penulis secara rinci. Bagi pembaca, kalimat utama belum memberi informasi yang lengkap. Karena itu, dalam sebuah paragraf, selain terdapat kalimat utama, juga terdapat kalimat-kalimat penjelas.

2.3.2 Kalimat Penjelas

Seperti halnya kalimat topik, kalimat penjelas pun disebut dengan istilah yang berbeda-beda. Tarigan (1987: 19) menyebutnya sebagai kalimat pengembang sedangkan Akhadiah (1989: 156) menyebutnya dengan kalimat penunjang. Meskipun istilah yang digunakan berbeda, pada dasarnya merujuk pada konsep yang sama dengan kalimat penjelas.

Menurut Akahdiah (1989: 156) menulis paragraf memerlukan penyusunan dan pengekspresian gagasan-gagasan penunjang. Gagasan pokok dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan gagasan-gagasan penunjang. Dengan kata lain, kalimat penjelas atau kalimat penunjang berfungsi memperjelas gagasan pokok yang ada dalam sebuah paragraf. Setiap gagasan penunjang dapat dituangkan ke dalam satu kalimat penunjang atau lebih. Ada juga kemungkinan beberapa gagasan penunjang dituangkan ke dalam satu kalimat penunjang. Tetapi sebaliknya satu gagasan penunjang dijadikan satu kalimat penunjang.

Sebagian besar kalimat dalam paragraf termasuk kategori kalimat pengembang. Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok (Tarigan, 1987:19).

Pada dasarnya, kalimat penjelas berfungsi untuk menjelaskan kalimat topik, sehingga tercapai kelengkapan dan kesatuan gagasan. Dengan adanya kalimat penjelas, menjadikan kalimat topik dalam paragraf semakin jelas dan isi paragraf lebih mudah dipahami oleh pembaca.

2.4 Syarat Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf adalah penyusunan sebuah paragraf berdasarkan sebuah kalimat topik. Menurut Keraf (1980: 84) pengembangan paragraf mencakup dua hal utama. Yang pertama kemampuan memperinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan bawahan. Yang kedua kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam urutan yang teratur.

Willis (1980: 59) menyatakan bahwa paragraf harus memenuhi tiga syarat dalam pengembangannya: (1) kelengkapan, (2) kesatuan, (3) koherensi. Kelengkapan dimaksudkan sebagai terurainya kalimat topik dengan kalimat-kalimat penjelas yang relevan. Apabila penulis gagal mengembangkan ide utama secara utuh maka paragraf menjadi tidak lengkap.

Kesatuan diartikan sebagai kesatuan gagasan paragraf. Sebuah paragraf merupakan satu unit komposisi karena dalam paragraf hanya dikembangkan satu ide pokok. Kesatuan terbukti bila masing-masing kalimatnya menyinggung satu ide pokok yang terdapat dalam paragraf.

(29)

12  

menunjukkan kerja sama yang erat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Koherensi paragraf dapat terjadi lewat penggunaan kata atau frasa transisi, pengulangan kata kunci, dan lewat perujukan kata ganti (ibid, 100-103)

Menurut Gorys Keraf (1980: 67) alinea yang baik dan efektif harus memenuhi tiga syarat, yakni (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) perkembangan alinea. Kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. Koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu. Perkembangan alinea adalah penyusunan atau perincian gagasan-gagasan yang membina alinea itu.

Tarigan (1987: 36) menjelaskan ada enam kriteria kualitas paragraf, yakni (1) isi paragraf berpusat pada satu hal saja, (2) isi paragraf relevan dengan isi karangan, (3) paragraf harus koheren dan unity, (4) kalimat topik harus dikembangkan dengan jelas dan sempurna, (5) struktur paragraf harus bervariasi sesuai dengan: (a) latar belakang pembaca, (b) sifat media tempat paragraf (karangan) diterbitkan, (c) sifat dan tuntutan kalimat topik, (6) paragraf tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pendapat tentang syarat pengembangan paragraf yang telah dijelaskan di atas sangat bervariasi. Tetapi, pada dasarnya syarat pengembangan paragraf menyangkut tiga hal, yakni kelengkapan, kesatuan, dan kepaduan paragraf. Ketiga hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

2.4.1 Kelengkapan Paragraf

Menurut Akhadiah (1989: 152) suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

2.4.2 Kesatuan Paragraf

Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Jika ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak padu, tidak utuh (Arifin, 1987: 132).

Sependapat dengan Arifin, Akhadiah (1989: 148) menjelaskan bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.

Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.

(31)

14  

sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang ahrus dibina oleh alinea itu, yakni setiap kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.

Kesatuan dalam paragraf tidak tercapai disebabkan juga oleh tiga hal lain yang lazim disebut diferinsiasi berlebihan, kurang diferensiasi , dan degresi. Sebuah paragraf disebut dalam keadaan diferensiasi berlebihan, bila rentangan pikiran yang ada dipecah beberapa kali sehingga kelihatan paragrafnya berlabih, dan menimbulkan kesan seolah-olah dasar pembagian paragraf diletakkan dengan sekehendak hati, atau sekurang-kurangnya tidak logis.

Sebuah tulisan disebut kurang berdiferensiasi, bila tulisan tersebut mempunyai hanya sedikit atau tidak ada paragraf. Tulisan yang kurang berdiferensiasi biasa ditemukan dalam ensiklopedia atau tulisan yang bersifat renungan, seperti filsafat atau tulisan tanpa perencanaan. Kesatuan dalam paragraf dapat juga terganggu oleh apa yang disebut digresi, yakni adanya satu pokok pikiran baru yang diselipkan di tengah-tengah sebuah rentang pikiran, tanpa ada hubungan langsung baik dengan peristiwa yang mendahuluinya maupun yang menyusulnya (Enre, 1988:52-57).

2.4.3 Kepaduan Paragraf

Menurut Akhadiah (1989: 150) satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena tidak ada loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

dititkberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat dalam paragraf. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperlihatkan dua hal, yakni (1) unsur kebahasaan yang digambarkan dengan (a) repetisi atau pengulangan kata kunci, (b) kata ganti, (c) kata transisi atau ungkapan penghubung, dan (d) paralisme, (2) pemerincian dan urutan isi paragraf. Yang dimaksud dengan pemerincian dan urutan isi paragraf adalah cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas. Perincian ini dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab akibat, akibat sebab, khusus umum, umum khusus), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses, dan sebagainya.

Kepaduan terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina alinea itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Jika sebuah alinea tidak memiliki kepaduan, maka tampaknya pembaca hanya menghadapi sekelompok kalimat yang masing-masing berdiri sendiri, dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral. Alinea yang tidak memiliki kepaduan akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur atau pengembangan gagasan yang tidak berorientasi pada pokok pikiran utama (Keraf, 1980: 75).

(33)

16  

kebahasaan yang turut mempengaruhi kepaduan sebuah alinea adalah repetisi, kata ganti, dan kata-kata transisi. Repitisi adalah pengulangan kata kunci, yakni kata yang dianggap penting dalam sebuah alinea. Kata kunci ini mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kehadiran kata kunci berulang-ulang berfungsi untuk memelihara koherensi atau kepaduan semua kalimat dalam alinea itu.

Kepaduan melalui kata ganti adalah kepaduan yang yang diciptakan dengan cara mengganti unsur-unsur tertentu dengan menggunakan kata ganti. Pengunaan kata ganti dimaksudkan untuk menghindari pengulangan kata dalam kalimat-kalimat berikutnya. Dengan demikian, kata ganti berfungsi untuk menjaga kepaduan yang baik dan teratur antarkalimat pembentuk alinea. Dalam hal ini, penulis dapat menunjukkan kepaduan melalui penggunaan kata ganti seperti kata ganti orang.

kata transisi juga dapat turut memelihara kepaduan dalam alinea. Kata-kata transisi fungsinya terletak antara Kata-kata ganti dan repitisi. Bila repetisi menghendaki pengulangan kata-kata kunci, serta kata ganti tidak menghendaki pengulangan sebuah kata benda, maka dalam kata transisi ditempuh jalan tengah.

Seringkali terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit dirumuskan. Sebab itu diperlukan bantuan kata-kata atau frasa-frasa transisi sebagai penghubung atau katalisator antara gagasan dengan gagasan lainnya, atau antara satu kalimat dengan kalimat. Bahkan, dapat terjadi pula hubungan antara alinea dengan alinea.

Kata atau frasa transisi yang digunakan dalam tulisan-tulisan ada

bermacam-PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(34)

macam. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa kata atau frasa sesuai dengan jenis hubungannya. Kata atau transisi itu adalah sebagai berikut.

a. Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya. Bentuk transisi yang digunakan biasanya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, dan demikian juga. b. Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebut

sebelumnya, digunakan: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.

c. Hubungan yang menyatakan perbandingan, menggunakan: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.

d. Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, dengan kata transisi: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.

e. Hubungan yang menyatakan tujuan, dengan kata penghubung: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, dan supaya.

f. Hubungan yang menyatakan singkatan, menggunakan: pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya.

g. Hubungan yang menyatakan waktu, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian.

h. Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan.

(35)

18  

alinea. Yang dimaksud dengan perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi. Penulis dapat menjamin kepaduan dengan mengemukakan perincian isi berdasarkan urutan ruang, dinilai dari sudut tertentu dan berangsur-angsur bergerak ke sudut yang berlawanan. Ia dapat juga mempergunakan urutan waktu atau urutan kronologis atau mempergunakan urutan-urutan logis: sebab-akibat, umum-khusus, klimaks, proses, dan sebagainya. 2.5 Penyimpangan Pengembangan Paragraf.

Pengembangan paragraf yang baik harus memenuhi tiga syarat yakni, (1) kelengkapan, (2) kesatuan, dan (3) kepaduan (Willis, 1980: 59). Apabila sebuah paragraf tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, maka telah terjadi penyimpangan pengembangan paragraf. Penyimpangan pengembangan paragraf juga dapat terjadi jika salah satu syarat pengembangan paragraf tidak terpenuhi.

2.5.1 Penyimpangan Kelengkapan Paragraf

Kelengkapan paragraf adalah paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama (Akhadiah, 1989: 152). Jika dalam sebuah paragraf tidak berisi kalimat-kalimat penjelas yang menunjang kalimat utama, maka paragraf tersebut mengalami penyimpangan kelengkapan paragraf. Penyimpangan kelengkapan paragraf juga dapat terjadi jika hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan. Berikut ini adalah contoh paragraf yang mengalami penyimpangan kelengkapan paragraf.

Mendeteksi penyakit TBC pada anak memang sulit. Lebih mudah mendeteksi penyakit maag misalnya. Obatnya pun sudah ditemukan. TBC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

adalah penyakit yang sangat menular tetapi belum dapat ditangani secara cepat.

Paragraf tersebut mengalami penyimpangan kelengkapan paragraf karena kalimat penjelasnya tidak menunjuang kejelasan kalimat utama (kalimat pertama). Kalimat utamanya berisi tentang sulitnya mendetksi panyakit TBC pada anak. Tetapi, kalimat penjelasnya berisi tentang penyakit maag yang mudah dideteksi. Kalimat terakhir juga tidak mendukung kalimat utama karena berisi tentang TBC yang sangat menular. Jadi, kalimat penjelasnya tidak menunjang kejelasan kalimat utama.

2.5.2 Penyimpangan Kesatuan Paragraf

Kesatuan paragraf adalah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tidak boleh ada satu pun yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu (Arifin, 1987: 132). Jika ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, maka paragraf tersebut mengalami penyimpangan kesatuan paragraf. Penyimpangan kesatuan paragraf juga dapat terjadi jika dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu pokok pikiran. Berikut ini adalah contoh paragraf yang mengalami penyimpangan kesatuan paragraf.

Secara umum saat ini setiap tahun ditemukan sekitar setengah juta kasus baru TB. Separuh diantaranya adalah TB menular. Sekitar 70 persen penderita TB adalah usia produktif. Penderita TB anak akan sembuh dalam kurun waktu 6 bulan dengan syarat tidak kontak dengan penderita TB dewasa. Pengobatan harus dilakukan secara terus menerus karena jika terputus akan menimbulkan resistensi obat. Artinya penderita akan kebal terhadap obat tersebut.

(37)

20  

Seharusnya sebuah paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran saja. 2.5.3 Penyimpangan Kepaduan Paragraf

Kepaduan paragraf adalah paragraf yang kalimat-kalimatnya saling berhubungan. Paragraf bukanlah kumpulan atau kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik (Akhadiah, 1989: 150). Jika dalam sebuah paragraf berisi kalimat-kalimat yang tidak saling berhubungan, maka paragraf tersebut telah mengalami penyimpangan kepaduan paragraf. Penyimpangan kepaduan paragraf terjadi juga karena adanya loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur atau pengembangan gagasan yang tidak berorientasi pada pokok pikiran utama (Keraf, 1980: 75). Berikut ini adalah contoh paragraf yang mengalami penyimpangan kepaduan paragraf.

Tuberculosis (sering dikenal sebagai “TB”) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sangat menular. TB sulit dideteksi. Bakteri tersebut, umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya.

Paragraf tersebut mengalami penyimpangan kepaduan paragraf karena tidak ada kalimat-kalimat penjelas yang saling berhubungan. Selain itu, juga terjadi loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.

2.6 Pola Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni pertama, kemampuan memperinci secara maksimal kalimat topik paragraf ke dalam kalimat penjelas dan kedua, kemampuan mengurutkan kalimat penjelas ke dalam suatu urutan yang teratur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

Untuk mengembangkan suatu paragraf, baik untuk memperinci kalimat topik, maupun untuk mengurutkan kalimat penjelas dengan teratur, dikembangkan bermacam-macam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai tergantung dari sifat paragraf itu.

Dasar pengembangan paragraf dapat terjadi karena adanya hubungan alamiah, hubungan logis serta ilustrasi-ilustrasi. Hubungan alamiah didasarkan pada keadaan yang nyata di alam, sedangkan hubungan logis didasarkan pada tanggapan penulis atas relasi dari perincian-perincian gagasan utama.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa pola pengembangan paragraf menurut Keraf (1980: 88-98).

2.6.1 Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan dan Pertentangan

Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan berdasarkan pada segi-segi tertentu.

(39)

22  

perbandingan-perbandingan itu diarahkan kepada gagasan sentral, yakni bagaimana rasa humor mereka menjadi senjata politis, serta bagaimana mereka menghadapi lawan-lawan mereka, sehingga tidak merugikan sahabat-sahabat dan sekutu-sekutu mereka. Berikut ini adalah contoh paragraf perbandingan dan pertentangan.

(1) Keuntungan seorang pedagang berkaitan erat dengan modal yang digunakan. (2) Hal ini dapat disamakan dengan nelayan yang memancing di laut. (3) Jika pedagang memerlukan modal, nelayan memerlukan umpan. (4) Ikan yang dapat ditangkap nelayan sangat tergantung pada umpan yang digunakan. (5) Jika umpannya hanya udang kecil, ikan yang ditangkap juga akan kecil seperti ikan tongkol. (5) Nah, kalau yang digunakan sebagai umpan ikan tongkol, ada kemungkinan sang nelayan akan mendapat ikan besar semacam ikan kakap. (6) Demikian pula seorang pedagang. (7) Jika modalnya sedikit, keuntungan yang diraih juga sedikit. (8) Sebaliknya, bila mengingingkan keuntungan besar, modal yang digunakan harus banyak.

Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1). Kalimat-kalimat penjelasnya adalah kalimat (2) sampai dengan kalimat (8). Kalimat (2) sampai dengan kalimat (8) berisi perbandingan antara seorang pedagang dengan seorang nelayan. Dijelaskan bahwa seorang pedagang membutuhkan modal, hal ini dibandingan dengan seorang nelayan yang membutuhkan umpan.

2.6.2 Pola Pengembangan Paragraf Contoh

Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya atau generalisasi-generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu maka sering digunakan contoh-contoh yang konkret. Tetapi sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai hanya sekadar untuk menjelaskan maksud penulis. Berikut ini adalah contoh paragraf contoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(40)

(1 )Sejak dulu sudah kita ketahui bahwa penyebaran penduduk Indonesia tidak merata. (2) Sebagai contoh, Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya 6,7% dari luas Indonesia, saat ini dihuni oleh 60% penduduk Indonesia. (3) Kepadatan penduduk di Jawa kurang lebih 900 orang per kilometer persegi. (4) Kepadatan penduduk itu sangat luar biasa bedanya dengan wilayah Indonesia lain. (5) Di Papua Barat kepadatannya hanya empat orang per kilometer persegi. (6) Bahkan di kabupaten Merauke yang luas daerahnya hampi sama dengan Pulau Jawa dan hanya dihuni 270.000 orang itu, kepadatannya hanya dua orang per kilo meter persegi.

Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1). Kalimat-kalimat penjelasnya adalah kalimat (2) sampai dengan kalimat (6). Kalimat (2) sampai dengan kalimat (6) berisi contoh-contoh mengenai penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Dengan demikian jelaslah bahwa contoh-contoh dalam paragraf di atas digunakan untuk memperjelas kalimat utama.

2.6.3 Pola Pengembangan Paragraf Sebab-Akibat

Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan menggunakan sebab-akibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab dapat bertindak sebagai kalimat topik, sedangkan akibat sebagai kalimat penjelasnya. Sebaliknya, akibat sebagai kalimat topik, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai kalimat penjelasnya. Dalam mengemukakan hubungan sebab-akibat tersebut penulis harus menggarap persoalannya berdasarkan kepentingan relatifnya, berdasarkan kesederhanaan atau kekompleksannya, kelangsungan atau ketidaklangsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok utamanya.

(41)

24  

tersebut. Ia harus memilih di antara sebab-sebab yang paling mungkin: karena mengendarai motor malam-malam, tidak menyelimuti badan dengan baik waktu tidur, terlalu lama brjemur di panas, terlalu kedinginan, atau karena terjangkit oleh orang lain yang jga menderita flu. Beberapa dari sebab-sebab itu mungkin merupakan sebab yang langsung, bila dibandingkan dengan sebab-sebab lainnya. Dengan memisahkan sebab langsung dan sebab tidak langsung, maka dapat diambil tindakan pencegahannya pada waktu mendatang. Berikut ini adalah contoh paragraf sebab-akibat.

(1) Sepuluh tahun yang lalu hutan bakau dibabat habis-habisan. (2) Lahan bekas hutan bakau itu disulap menjadi tambak-tambak udang windu. (3) Memang, pada waktu itu pengusaha udang windu memperoleh keuntungan besar karena harganya sangat mahal di luar negeri. (4) Akan tetapi, setelah barang dagangan itu tidak laku di pasaran internasional, para pengusaha kembali ke kota, meninggalkan kerusakan lingkungan. (5) Laut tercemar karena hutan bakau yang menyaring limbah yang masuk ke laut tidak ada lagi. (6) Sekarang, puluhan ribu nelayan sulit menghidupi keluarganya karena tak ada ikan yang dapat ditangkap di tepi pantai.

Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1) yang bertindak sebagai sebab. Kalimat-kalimat penjelasnya adalah kalimat (2) sampai dengan kalimat (6) yang bertindak sebagai akibat. Dituliskan dalam paragraf di atas bahwa penebangan hutan yang tidak bertanggung jawab menimbulkan beberapa akibat yang dijelaskan dalam kalimat (2) sampai dengan kalimat (6).

2.6.4 Pola Pengembangan Paragraf Umum-Khusus

Pola pengembangan paragraf umum-khusus dan khusus-umum, merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagsan dalam paragraf secara teratur. Dalam pola pengembangan umum-khusus, kalimat topik ditempatkan pada awal paragraf, serta pengkhususan atau kalimat penjelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(42)

terdapat pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya, dalam pola pengembangan khusus-umum, mula-mula dikemukakan kalimat-kalimat penjelasnya kemudian pada akhir alinea generalisasinya atau kalimat topiknya. Jadi, pola pengembangan umum-khusus bersifat deduktif, sedangkan pola pengembangan khusus-umum bersifat induktif. Variasi dalam kedua pola pengembangan alinea itu adalah semacam penggabungan, yakni pada awal paragraf terdapat kalimat topik (jadi bersifat deduktif), tetapi pada akhir paragraf kalimat topik tadi diulang sekali lagi (jadi bersifat induktif). Berikut ini adalah contoh paragraf umum-khusus.

(1) Keadaan pengungsi amat memprihatinkan. Mereka tinggal berdesak-desakan di tempat penampungan yang sederhana.(2) Bahan makanan memang cukup, tetapi alat memasak kurang memadai sehingga jadwal makan mereka tidak menentu. (3) Air bersih yang menjadi kebutuhan paling pokok harus dihemat karena diambil dari tempat yang jauh. (4) Soal pakaian, agaknya mereka tak terlalu memikirkan. (5) Yang sangat mereka risaukan adalah masalah kesehatan. (6) Setiap hari jumlah yang sakit selalu bertambah.

Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1). Kalimat (1) berupa pernyataan umum. Pernyataan khususnya terdapat dalam kalimat (2) sampai dengan kalimat (6). Dengan demikian kalimat (2) sampai dengan kalimat (6) merupakan kalimat-kalimat penjelasnya.

2.6.5 Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi

(43)

26  

perbandingan maupun dengan umum-khusus.

Persamaannya dengan pertentangan dan perbandingan adalah bahwa keduanya bertolak dari penetapan ciri-ciri yang sama dan penetapan perbedaan-perbedaan tertentu, tetapi dalam klasifikasi prosesnya masih berjalan terus untuk menentukan pengelompokan. Di pihak lain klisifikasi mempunyai persamaan dengan umum-khusus dan umum-khusus-umum, karena proses klasifikasi itu untuk membuat perincian-perincian tentang sesuatu yang umum, tetapi perincian-perincian itu untuk memperoleh kelas-kelasnya atau kelompok-kelompoknya. Berikut ini adalah contoh paragraf klasifikasi.

(1) Pidato dapat menarik kalau pembicara menggunakan pendekatan yang tepat. (2) Ada tiga pendekatan yang dapat dipilih, yaitu pendekatan intelektual, pendekatan moral, dan pendekatan emosional. (3) Pendekatan intelektual dipilih kalau pendengar umumnya adalah kalangan terpelajar. (4) Pendekatan moral digunakan kalau pendengar kebanyakan bergerak dalam kegiatan moral, terutama moral keagamaan. (5) Jika pendengar sebagian besar kurang berpendidikan, pembicara sebaiknya menggunakan pendekatan emosional.

Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat (1). Pengklasifikasiannya terdapat dalam kalimat (2) sampai dengan kalimat (5). Dituliskan dalam kalimat (1) bahwa pidato memerlukan pendekatan yang tepat. Kemudian pengklasifikasian jenis-jenis pendekatan dalam pidato dijelaskan dalam kalimat-kalimat selanjutnya.

Asul Wiyanto (2004: 69-74) menambahkan pola pengembangan paragraf, yakni pola pengembangan paragraf pertanyaan yang akan diuraikan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(44)

2.6.6 Pola Pengembangan Paragraf Pertanyaan

Cara mengembangkan paragraf ini agak unik. Kalimat pertama berupa pertanyaan untuk memancing perhatian pembaca. Kemudian, jawabannya disusulkan dalam kalimat berikutnya. Berikut ini adalah contoh paragraf pertanyaan.

(1) Apa yang salah dengan Pancasila dari pengalaman sebelum 1998? (2) Bukan nilai-nilai Pancasila yang salah, bukan indoktrinasinya. (3) Yang salah cara dan tidak adanya pelaksanaan.(4) Akibatnya begitu Soeharto lengser, yang serba berbau Soeharto ditinggalkan, beringsut pula Pancasila sebagai dasar negara dilupakan, tinggal sayup-sayup.

(45)

28  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang: (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan data, (3) metode pengumpulan data , (4) instrumen penelitian, dan (5) analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan fakta-fakta data pada suatu latar alamiah terlebih dahulu. Fakta-fakta tersebut adalah paragraf-paragraf dalam tajuk rencana. Setelah itu barulah penelitian merumuskan kesimpulan umum (teori) berdasarkan fakta-fakta yang ada.

3.2Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah tajuk rencana yang ada dalam surat kabar Kompas periode Juni 2009.Data dalam penelitian ini adalah data paragraf-paragraf dalam tajuk rencana yang ada di dalam surat kabar.

3.3Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik membaca dan teknik mencatat. Jadi dalam teknik membaca dan mencatat ini, peneliti mencari, menemukan, mengumpulkan paragraf-paragraf dalam tajuk rencana yang ada dalam surat kabar Kompas Juni 2009.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(46)

Teknik catat adalah teknik dengan mencatat hasil dari data pada tabel atau kartu data. Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat dalam kartu data dan diidentifikasi pola pengembangan paragrafnya dan penyimpangannya.

Menurut Moleong (2008: 37) instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu peneliti membuat langkah-langkah penelitian sebagai berikut.

1. Peneliti mengumpulkan tajuk rencana dari Kompas Juni 2009.

2. Peneliti memberi kode (pengkodean) pada setiap paragraf dalam tajuk rencana tersebut berdasarkan urutan tanggal. Pengkodean atau koding adalah untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga untuk menguraikan implikasi dan rincian dari kategorinya (Moleong 2007: 27). Kode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kode untuk tanggal 1 = untuk tanggal satu 2 = untuk tanggal dua

3 = untuk tanggal tiga, dan seterusnya sampai tanggal 30 2. Kode untuk tajuk rencana

A = untuk paragraf tanjuk rencana A B = untuk paragraf tajuk rencana B 3. Kode untuk paragraf

(47)

30   

IV = untuk paragraf empat

V = untuk paragraf lima, dan seterusnya

3. Peneliti mengidentifikasi pola pengembagan paragraf dan penyimpanganya 3.4Analisis Data

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti menemukan fakta-fakta terlebih dahulu. Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep dan pembangunan suatu teori yang baru (Sarwono, 2006:261). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pola pengembangan dan penyimpangan pengembangan paragraf. Oleh karena itu, langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis data pola pengembangan paragraf.

Peneliti mengidentifikasi pola pengembangan paragraf dalam setiap paragraf pada kolom tajuk rencana dan memberikan tanda cek untuk paragraf yang sesuai pola pengembangan.

2. Menganalisis data penyimpangan pengembanagan paragraf.

Peneliti mengidentifikasi penyimpangan paragraf dari setiap paragraf yang ada pada kolom tajuk rencana. Dan memberikan tanda cek pada kolom apabila terjadi penyimpangan paragraf.

3. Hasil analisis dicek keabsahannya atau kredibilitasnya oleh triangulator. 4. Hasil analisis dicek ulang oleh pakar, yakni pembimbing penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(48)

3.5Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001: 178). Agar temuan tentang pola pengembangan paragraf dan penyimpangan pengembangan paragraf pada wacana tajuk rencana di harian kompas juni 2009 yang diperoleh itu benar, maka dilakukan pemeriksaan keabsahan data dengan cara meng-konfirmasikan hasil analisis data dengan beberapa teori yang terkait. Hal ini dimaksudkan agar memperolah pengukuhan akan kredibilitas temuan penelitian.

(49)

32  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Data penelitian ini berjumlah 432 paragraf yang diambil dari 52 tajuk rencana dalam surat kabar Kompas periode Juni 2009. Surat kabar Kompas setiap harinya memuat dua tajuk rencana. Kedua tajuk rencana tersebut diambil secara keseluruhan sebagai data penelitian. Tajuk rencana pertama diberi kode A dan tajuk rencana kedua diberi kode B. Setiap paragraf dalam tajuk rencana diberi nomor urut dengan kode angka romawi untuk memudahkan penghitungan dan analisis data.

4.2. Hasil Penelitian

Penelitian ini menemukan enam pola pengembangan paragraf. Di samping itu, penelitian ini juga menemukan tiga penyimpangan pengembangan paragraf dalam tajuk rencana di surat kabar. Rinciannya adalah sebagai berikut.

4.2.1 Pola Pengembangan Paragraf

Enam pola pengembangan paragraf yang ditemukan dalam penelitian ini, yakni pola pengembangan paragraf umum-khusus, pola pengembangan paragraf klasifikasi, pola pengembangan paragraf contoh, pola pengembangan paragraf pertanyaan, pola pengembangan paragraf perbandingan dan pertentangan, dan pola pengembangan paragraf sebab-akibat. Pola pengembangan paragraf yang paling banyak ditemukan dalam tajuk rencana pada surat kabar Kompas adalah pola pengembangan paragraf umum-khusus. Sedangkan yang paling sedikit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(50)

ditemukan adalah pola pengembangan klasifikasi. 4.2.2 Penyimpangan Pengembangan Paragraf

Penyimpangan pengembangan paragraf yang ditemukan, yakni penyimpangan kelengkapan, penyimpangan kesatuan, dan penyimpangan kepaduan. Ketiga penyimpangan pengembangan paragraf tersebut saling berkaitan. Ketiga penyimpangan pengembangan paragraf tersebut tidak dapat dipisahkan secara mutlak, karena baik penyimpangan kelengkapan maupun penyimpangan kepaduan pada akhirnya mengacu kepada penyimpangan kesatuan. 4.3. Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas hasil temuan pola pengembangan paragraf dan penyimpangan pengembangan paragraf dalam tajuk rencana pada surat kabar Kompas. Pola pengembangan paragraf dalam tajuk rencana pada surat kabar Kompas yang ditemukan adalah pola pengembangan paragraf umum-khusus, pola pengembangan paragraf klasifikasi, pola pengembangan paragraf contoh, pola pengembangan paragraf pertanyaan, pola pengembangan paragraf perbandingan dan pertentangan, dan pola pengembangan paragraf sebab-akibat. Dan penyimpangan pengembangan paragraf yang ditemukan, yakni penyimpangan kelengkapan, penyimpangan kesatuan, dan penyimpangan kepaduan. Hasil analisis akan dijabarkan sebagai berikut.

4.3.1 Pola Pengembangan Paragraf

(51)

34  

bermacam-macam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai tergantung dari sifat paragraf itu. Dasar pengembangan paragraf dapat terjadi karena adanya hubungan alamiah, hubungan logis serta ilustrasi-ilustrasi. Hubungan alamiah didasarkan pada keadaan yang nyata di alam, sedangkan hubungan logis didasarkan pada tanggapan penulis atas relasi dari perincian-perincian gagasan utama.

Hasil analisis yang dilakukan terhadap pola pengembangan paragraf dalam surat kabar itu ditemukan enam pola pengembangan paragraf. Keenam pola pengembangan itu, yakni pola pengembangan paragraf umum-khusus, pola pengembangan paragraf klasifikasi, pola pengembangan paragraf contoh, pola pengembangan paragraf pertanyaan, pola pengembangan paragraf perbandingan dan pertentangan, dan pola pengembangan paragraf sebab akibat.

4.3.1.1 Pola Pengembangan Paragraf Umum-Khusus

Pola pengembangan paragraf umum-khusus dan khusus-umum, merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagsan dalam paragraf secara teratur. Dalam pola pengembangan umum-khusus, kalimat topik ditempatkan pada awal paragraf, serta pengkhususan atau kalimat penjelas terdapat pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya, dalam pola pengembangan khusus-umum, mula-mula dikemukakan kalimat-kalimat penjelasnya kemudian pada akhir alinea generalisasinya atau kalimat topiknya. Perhatikan contoh berikut!

(29.A.IV) Seperti kita saksikan dalam pemilu presiden dan wakil presiden dewasa ini, situasi damai dan tertib tercipta juga karena pandangan, sikap, dan perilaku para capres-cawapres. Adakalanya muncul berbagai hal, termasuk selebaran yang mudah berkembang sebagai bahan provokasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(52)

Karena para capres tidak menanggapi, keadaan tidak bereskalasi. Dari perilaku para capres-cawapres itu, sekurang-kurangnya kita memperoleh kesan, bahwa dapat menyimpulkan, watak, sifat, dan perilaku pada capres-cawapres menjadi contoh dan merupakan salah satu sebab penting, mengapa proses pilpres berlangsung damai.

(30.B.VII) Pada titik ini nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi diterjang. Kekuatan militer digunakan untuk menyingkirkan presiden yang terpilih secara demokratis. Nafsu akan kekuasaan membutakan orang akan adanya aturan main. Yang legal belum tentu bermoral. Referendum untuk mengubah undang-undang demi kepentingan pribadi, tentu tidak bisa dibenarkan. Kudeta militer untuk menyelesaikan persoalan juga tidak bisa dibenarkan.

Paragraf (29.A.IV) adalah contoh dari paragraf dengan pola pengembangan paragraf umum khusus. Pada paragraf ini kalimat utamanya berupa pernyataan umum yang kemudian diterangkan dengan sejumlah kalimat sehingga pembaca memperoleh informasi yang lengkap. Kalimat utama pada paragraf ini adalah Seperti kita saksikan dalam pemilu presiden dan wakil presiden dewasa ini, situasi damai dan tertib tercipta juga karena pandangan, sikap, dan perilaku para capres-cawapres. Kemudian kalimat-kalimat selanjutnya berupa kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama. Dituliskan dalam kalimat penjelas bahwa capres-cawapres tidak terprovokasi dengan keadaan yang sengaja dibuat panas, sehingga situasi pilpres tetap berjalan damai dan tertib. Dengan demikian jelaslah bahwa paragraf (29.A.IV) dikembangkan menggunakan pola pengembangan paragraf umum-khusus.

(53)

36  

sehingga pembaca memperoleh informasi yang lengkap. Kalimat utama pada paragraf ini adalah Pada titik ini nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi diterjang. Kemudian kalimat-kalimat selanjutnya berupa kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama. Pada kalimat-kalimat penjelas lebih dijelaskan lagi keadaan yang menggambarkan bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi diterjang. Dituliskan dalam kalimat penjelas/ pernyataan khusus bahwa kekuatan militer, kekuasaan, dan referendum disalahgunakan demi tercapinya kepentingan tertentu. Bahkan kudeta militer pun juga ikut ambil bagian. Dalam paragraf ini pernyataan umum dijelaskan melalui beberapa pernyataan khusus, sehingga informasi dalam paragraf ini menjadi lengkap.

4.3.1.2 Pola Pengembangan Paragraf Klasifikasi

Pola pengembangan paragraf yang lain adalah pola pengembangan paragraf klasifikasi. Pola pengembangan ini tidak banyak ditemukan pada tajuk rencana di dalam surat kabar. Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Oleh sebab itu, klasifikasi bekerja kedua arah yang berlawanan, yakni pertama, mempersatukan hal-hal ke dalam suatu kelompok, dan kedua, memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain. Perhatikan contoh berikut!

(3.A.II) Pemilu presiden yang diikuti tiga calon presiden dan calon wapres berlangsung 8 Juli. Masa kampanye berlangsung 32 hari, dari 2 Juni hingga 4 Juli. Namun, kampanye dalam bentuk rapat umum berupa pengerahan massa baru dilangsungkan 12 Juni-4 Juli.

Paragraf (3.A.II) merupakan contoh paragraf klasifikasi karena pengembangan paragrafnya dilakukan dengan cara merinci kalimat utamanya/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(54)

mengelompokkan hal tertentu. Pada paragraf ini kalimat utamanya adalah Pemilu presiden yang diikuti tiga calon presiden dan calon wapres berlangsung 8 Juli, sedangkan kalimat perinciannya adalah Masa kampanye berlangsung 32 hari, dari 2 Juni hingga 4 Juli. Namun, kampanye dalam bentuk rapat umum berupa pengerahan massa baru dilangsungkan 12 Juni-4 Juli. Dengan mengelompokkan dua hal, yakni masa kampanye dan kampanye rapat umum maka informasi dalam paragraf ini menjadi semakin jelas.

4.3.1.3 Pola Pengembangan Paragraf Contoh

Pola pengembangan selanjutnya yang juga tidak banyak ditemukan pada tajuk rencana di dalam surat kabar adalah pola pengembangan paragraf dengan menggunakan contoh. Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya atau generalisasi-generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu maka sering digunakan contoh-contoh yang konkret. Perhatikan contoh berikut!

(2.B.VI) Yang mengecewakan masyarakat bukan hasil akhir, tetapi proses lepasnya, baik Sipadan, Ligitan maupun Timor Timur yang terlalu mudah. Sebagai contoh. Kita kehilangan Sipadan dan Ligitan karena alasan “sepele”, yakni alasan kehadiran terus menerus, penduduk efektif, dan jaminan pelestarian alam atas suatu pulau perbatasan.

(55)

38  

pengembangan paragraf contoh.

4.3.1.4 Pola Pengembangan Paragraf Pertanyaan

Pola pengembangan paragraf dengan menggunakan pertanyaan juga tidak banyak ditemukan pada tajuk rencana di dalam surat kabar adalah pola pengembangan paragraf pertanyaan. Cara mengembangkan paragraf ini agak unik. Kalimat pertama berupa pertanyaan untuk memancing perhatian pembaca. Kemudian, jawabannya disusulkan dalam kalimat berikutnya. Perhatikan contoh berikut!

(2.A.VI) Apa yang salah dengan Pancasila dari pengalaman sebelum 1998? Bukan nilai-nilai Pancasila yang salah, bukan indoktrinasinya. Yang salah cara dan tidak adanya pelaksanaan. Akibatnya begitu Soeharto lengser, yang serba berbau Soeharto ditinggalkan, beringsut pula Pancasila sebagai dasar negara dilupakan, tinggal sayup-sayup.

Paragraf (2.B.VI) menggunakan pola pengembangan paragraf pertanyaan karena kalimat utamanya berupa pertanyaan. Kemudian jawabannya disusul dalam kalimat berikutnya. Kalimat utamanya adalah Apa yang salah dengan Pancasila dari pengalaman sebelum 1998? Kemudian, kalimat-kalimat penjelasnya berupa jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan demikian informasi dalam paragraf tersebut menjadi lengkap.

4.3.1.5 Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan Dan Pertentangan

Pola pengembangan paragraf selanjutnya adalah pola pengembangan paragraf perbandingan dan pertentangan. Pola pengembangan perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara di mana pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan berdasarkan pada segi-segi tertentu. Perhatikan data berikut!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Referensi

Dokumen terkait

Membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang khas berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang mungkin membutuhkan produk atau bauran

Keciua Aias Peraturan Menteri Dalarn ltegeri Namor 13 Tahun 2aa6 tentang Pedoman pengel*laan Keuangan

Tesis ini telah disetujui dan disahkan oleh Komisi Penguji Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Indonesia pada tanggal 30 Januari 2009 dan telah

 bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak ( galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya diambil) mineral berharganya secara secara ekonomis, dan bijih

) Dokumen Seleksi Sederhana, disusun oleh Panitia Pengadaan Barang dan Jasa pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang dengan mengaju pada ketentuan sepefti pada

Saya bingung mengenai hal-hal yang terkait dengan munculnya ketertarikan terhadap lawan jenis pada praremaja.. 7 Saya enggan memberikan penjelasan mengenai hal-hal

mengikuti kegiatan-kegiatan, khususnya ibadah dan persiapan. Oleh karena itu, disiplin menjadi hal yang kontroversi karena membagi dua kubuh yaitu pro dan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara klinikopatologik proliferasi sel (Ki-67) dan tipe stroma peritumoral berperan untuk membe- dakan varian KSB, di mana