• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah, dan penggunaan lahan (Arsyad, 1989; Wang et al., 2016). Tiap-tiap komponen saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain membentuk suatu sistem (Asdak, 2014). Interaksi antar komponen-komponen alami tersebut berpengaruh pada keseimbangan ekosistem suatu DAS (Suripin, 2004a; Kodoatie, 2008; Asdak, 2014).

Keseimbangan ekosistem DAS sangat dipengaruhi oleh perencanaan pengelolaan khususnya perencanaan tata ruang yang dilakukan oleh manusia (Maryono, 2005; Asdak, 2014; Taufik et al., 2015). Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan DAS harus dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan dan mempertimbangkan sinergi antar sektor karena batas DAS selalu tidak selaras dengan batas administrasi (Kodoatie, 2008; Asdak, 2014; Wang et al., 2016).

Dilihat dari jumlah DAS yang termasuk dalam kategori kritis, perencanaan pengelolaan DAS yang telah dilakukan di Indonesia hingga saat ini belum menunjukan hasil yang optimal (Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No:328/Kpts-II/2009). DAS yang termasuk dalam kategori kritis memiliki beragam permasalahan lingkungan dengan frekuensi dan kecenderungan yang semakin meningkat. Banjir luapan sungai merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sering terjadi di beberapa DAS di Indonesia (Marfai et al., 2008). Banjir luapan sungai sebagian besar melanda DAS Comal hilir.

Banjir akan disebut sebagai bahaya apabila sudah mengganggu aktivitas manusia dan bahaya banjir bukan hanya fenomena fisik, tetapi juga merupakan fenomena sosial-ekonomi (Yusuf, 2005; Leimona et al., 2015). Banjir pada dasarnya disebabkan oleh faktor hujan, faktor hancurnya retensi DAS, faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan

(2)

faktor kesalahan tata wilayah serta pembangunan sarana prasarana (Maryono, 2005; Tingsanchali, 2011; Kusumastuti et al., 2015).

Tata ruang yang kurang tidak sesuai dengan fungsi kawasan akan menganggu fungsi DASdan berpengaruh pada kuantitas serta kualitas tata air DAS (Suripin, 2004a; Asdak, 2014; Butt et al., 2015; Leimona et al., 2015). Persepsi umum yang berkembang pada saat ini adalah konversi hutan menjadi lahan pertanian dan penggunaan lahan terbangun mengakibatkan penurunan keseimbangan DAS dan menyebabkan bencana terjadi (Marfai et al., 2008; Tarigan, 2016).

DAS Comal merupakan salah satu DAS di Provinsi Jawa Tengah yang secara administratif meliputi sebagian wilayah Kabupaten Pemalang dan sebagian wilayah Kabupaten Pekalongan. DAS Comal termasuk dalam kategori DAS kritis yang menjadi prioritas penanganan (Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No:059/Kpts-II/1970; No:124/Kpts-II/1984; No:284/Kpts-II/1999; No:328/Kpts-II/2009). Hasil evaluasi tersebut dapat diidentifikasi dari kejadian kekeringan, banjir, tanah longsor, tingginya erosi, limpasan permukaan dan peningkatan debit Sungai Comal setiap tahun. Kejadian banjir, tanah longsor dan kekeringan disajikan pada Gambar 1.1.

(3)

3

Gambar 1. 1. Kumpulan berita kejadian bencana alam di DAS Comal (Sumber: http://www.indosiar.com/fokus; http://www.jatengtime.com/2013;

http://news.liputan6.com; http://www.pemalangkab.go.id/humas/)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh BP DAS Pemali Jratun menunjukan limpasan permukaan di DAS Comal hulu tergolong dalam kelas sangat tinggi dan ekstrim. Tingginya limpasan permukaan pada suatu DAS memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap peningkatan debit sungai (Suripin, 2004a; Kodoatie, 2008; Triatmodjo, 2010; Asdak, 2014). Sebaran kelas limpasan di DAS Comal disajikan pada Gambar 1.2. dan Gambar 1.3.

(4)

Gambar 1. 2. Peta Pemodelan Banjir Limpasan DAS Comal (http://www.bpdas-pemalijratun.net)

(5)

5

Gambar 1. 3. Grafik Kelas Limpasan DAS Comal pada Setiap Sub DAS Tahun 2013 (Sumber:http://www.bpdaspemalijratun.net/)

Tingginya kelas limpasan di DAS Comal hulu juga mengindikasikan menurunnya retensi DAS dan tingginya erosi (Maryono, 2005). Kelas erosi tinggi menghasilkan material sedimentasi yang besar dan jika material tersebut terdeposisi di Sungai Comal akan menyebabkan pendangkalan dan berkurangnya kapasitas tampung sungai (Suripin, 2004a; Kodoatie, 2013; Asdak, 2014; Boudaghpour et al., 2014). Berkurangnya kapasitas tampung sungai dihadapkan dengan meningkatnya debit setiap tahun akan mengakibatkan banjir luapan sungai (Boudaghpour et al., 2014).

Dalam jangka waktu 21 tahun terakhir debit rata-rata bulanan Sungai Comal memiliki tren yang terus meningkat (Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Pemalang, 2014). Debit Sungai Comal yang meningkat setiap tahun meningkatkan risiko banjir luapan Sungai Comal hilir. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BP DAS Pemali Jratun menunjukan wilayah dengan tingkat kerawanan genangan sangat rawan dan rawan sebagian besar merupakan wilayah DAS Comal hilir yang meliputi 59 kelurahan/desa dari lima kecamatan di Kabupaten Pemalang. Data luas dan distribusi tingkat kerawanan banjir di DAS Comal disajikan pada Tabel 1.4. dan Gambar 1.5.

(6)

Gambar 1. 4. Peta hasil Pemodelan Banjir Genangan di DAS Comal Tahun 2013 (Sumber : (http://www.bpdas-pemalijratun.net/)

(7)

7

Gambar 1. 5. Grafik hasil Pemodelan Banjir Genangan di DAS Comal Tahun 2013 (Sumber:http://www.bpdaspemalijratun.net)

Bencana banjir luapan Sungai Comal hilir merupakan fenomena alam yang terjadi hampir setiap tahun pada saat musim hujan tiba dan dapat dikategorikan sebagai bencana yang cukup serius karena telah menyebabkan banyak korban serta kerugian setiap tahunnya. Salah satu bencana banjir yang terparah dalam kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi pada Bulan Januari hingga Februari Tahun 2014. Berdasarkan data yang dicatat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (DINSOSNAKERTRANS) Kabupaten Pemalang, banjir pada Tahun 2014 mengakibatkan ribuan penduduk mengungsi, puluhan hektar lahan pertanian terendam, ribuan rumah terendam 53 di antaranya rusak berat dengan rata-rata estimasi kerugian tiap rumah Rp 35.000.000,00 serta tiga jembatan di Desa Longkeyang putus. Data jumlah rumah dan penduduk terdampak banjir luapan Sungai Comal hilir Tahun 2014 disajikan pada Tabel 1.1.

(8)

Tabel 1. 1. Jumlah Rumah dan Penduduk Terdampak Banjir Luapan Sungai Comal Hilir Tahun 2014

No. Kelurahan/Desa Kecamatan Jumlah

Rumah Jumlah Kepala Keluarga (Jiwa) Jumlah Penduduk (jiwa) 1 Samong Ulujami 197 139 589 2 Tasikrejo 926 1015 4060 3 Pesantren 1945 3982 9961 4 Mojo 2690 3636 12054 5 Limbangan 2898 2992 10748 6 Temuireng Petarukan 2 3 15 7 Longkeyang Bodeh 6 9 38 8 Muncang 4 6 28 9 Cibiyuk Ampelgading 91 137 548 10 Losari 439 584 1850 11 Ujunggede 402 490 1703 12 Jatirejo 250 300 550 13 Kebagusan 570 580 1740 14 Sidokare 550 689 2067 15 Blimbing 311 315 945 16 Purwoharjo Comal 442 446 1728 17 Tumbal 215 215 754 18 Purwosari 552 552 2156 19 Sikayu 132 132 610 20 Kauman 615 615 2460 21 Susukan 569 569 2276 22 Kebojongan 796 796 3491 23 Klegen 758 758 2817 24 Wonokromo 221 221 910 25 Gintung 304 304 1216 26 Sarwodadi 374 374 1496 Total 16259 19859 66810

Sumber : - BPBD Kabupaten Pemalang Tahun 2015

- DINSOSNAKERTRANS Kabupaten Pemalang Tahun 2015

Data-data tersebut menunjukan bahwa DAS Comal hilir secara sosial dan fisik sangat rentan terhadap bencana banjir luapan Sungai Comal hilir, sehingga wilayah tersebut juga berisiko terhadap banjir. Analisa risiko banjir luapan Sungai Comal hilir belum pernah dilakukan sehingga data tentang kejadian banjir luapan Sungai Comal hilir belum tersedia secara lengkap. Peta tingkat kerawanan banjir di DAS Comal hasil penelitian BPDAS Pemali-Jratun dalam skala kecil, sedangkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pemalang disajikan sesuai wilayah administratif yaitu per kelurahan/desa, belum disajikan secara spasial dan spesifik pada area terdampak banjir. Wilayah terdampak banjir di DAS Comal berdasarkan data BPBD Kabupaten Pemalang disajikan pada Gambar 1.6.

(9)

9

Gambar 1. 6. Wilayah Terdampak Banjir Genangan di DAS Comal Tahun 2014 dan Tahun 2015

(Sumber: diolah dari data kejadian bencana di Kabupaten Pemalang, BPBD Kabupaten Pemalang)

Hasil penelitian BPDAS Pemali-Jratun dan data bencana banjir dari BPBD Kabupaten Pemalang belum mencakup tahap analisis risiko yang rinci. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan data tingkat bahaya banjir, tingkat kerentanan banjir, tingkat risiko banjir yang rinci, serta menentukan arahan penataan ruang berbasis risiko banjir luapan Sungai Comal hilir. Peta yang dihasilkan merupakan peta distribusi tingkat bahaya banjir, tingkat kerentanan, tingkat risiko banjir serta peta arahan penataan ruang berbasis risiko banjir luapan Sungai Comal hilir dengan skala yang lebih besar dengan informasi yang lebih rinci.

Informasi-informasi tersebut membutuhkan data-data yang cukup banyak dan memerlukan pengukuran dalam waktu yang relatif lama. Kesulitan yang dihadapi selain masalah waktu adalah ketersediaan data, belum tentu semua data yang dibutuhkan tersedia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka digunakan model Hydrologic Engineering Center-River Analysis Sistem

(10)

(HEC-RAS) dengan didukung ArcGIS 10.1 berekstensi HEC-GeoRAS untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Perumusan Masalah

Aktivitas manusia khususnya dalam perencanaan tata ruang dan implementasinya yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan menyebabkan keseimbangan ekosistem DAS terganggu. Dampak dari terganggunya keseimbangan DAS Comal adalah terjadinya bencana alam. DAS Comal hilir termasuk wilayah Kabupaten Pemalang yang memiliki nilai strategis namun hampir setiap tahun mengalami kejadian banjir.

DAS Comal hilir merupakan dataran aluvial yang subur dengan topografi yang relatif datar sehingga berkembang menjadi pusat pertumbuhan, pusat perdagangan, pertanian, budidaya perikanan tambak, permukiman serta merupakan jalur utama pantai utara. Banjir luapan Sungai Comal hilir selain menyebabkan kerugian fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan juga menyebabkan arus transportasi serta distribusi barang antar provinsi terganggu. Oleh karena itu, pengendalian banjir secara terintegrasi antar sektoral dan antar wilayah sangat diperlukan. Dalam penanganan banjir secara terintegrasi diperlukan berbagai macam data dan informasi pendukung. Informasi tersebut di antaranya karakteristik banjir yang selanjutnya digunakan sebagai dasar analisis tingkat bahaya banjir (flood hazards), tingkat kerentanan (flood vulnerability), tingkat risiko banjir (flood risk) dan arahan penataan ruang berbasis risiko banjir.

Semua pertimbangan yang terdapat dalam latar belakang dan rumusan masalah mendasari rencana penelitian ini dengan judul ‘Penataan Ruang Berbasis Risiko Bencana Banjir Luapan Sungai Comal Hilir di Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah’. Pertanyaan ilmiah yang diajukan yaitu :

1) bagaimana distribusi bahaya banjir luapan Sungai Comal Hilir?

2) bagaimana tingkat kerentanan terhadap banjir luapan Sungai Comal hilir? 3) bagaimana tingkat risiko banjir luapan Sungai Comal hilir?

4) bagaimana arahan penataan ruang berbasis tingkat risiko banjir luapan Sungai Comal hilir?

(11)

11

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang berjudul Penataan Ruang Berbasis Risiko Bencana Banjir Luapan Sungai Comal Hilir di Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah antara lain:

1) Memetakan tingkat bahaya banjir luapan Sungai Comal Hilir

2) Mengkaji tingkat kerentanan terhadap banjir luapan Sungai Comal Hilir 3) Mengkaji tingkat risiko banjir banjir luapan Sungai Comal Hilir

4) Menentukan arahan penataan ruang berbasis tingkat risiko banjir luapan Sungai Comal Hilir

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terkait pengembangan keilmuan antara lain :

1) Menyajikan informasi terkait dengan tingkat bahaya banjir, tingkat kerentanan, tingkat risiko banjir dan arahan penataan ruang berbasis risiko banjir banjir luapan Sungai Comal hilir, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.

2) Memberikan referensi pada bidang ilmu geografi terutama dalam aspek kebencanaan.

3) Memberikan rekomendasi kepada instansi terkait dalam pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan terkait dengan kawasan rawan bencana banjir luapan sungai.

Gambar

Gambar 1. 1. Kumpulan berita kejadian bencana alam di DAS Comal   (Sumber: http://www.indosiar.com/fokus ; http://www.jatengtime.com/2013 ;
Gambar 1. 2. Peta Pemodelan Banjir Limpasan DAS Comal  (http://www.bpdas-pemalijratun.net)
Gambar 1. 3. Grafik Kelas Limpasan DAS Comal pada Setiap Sub DAS Tahun 2013  (Sumber:http://www.bpdaspemalijratun.net/)
Gambar 1. 4. Peta hasil Pemodelan Banjir Genangan di DAS Comal Tahun 2013  (Sumber : (http://www.bpdas-pemalijratun.net/)
+4

Referensi

Dokumen terkait

NDONESIA memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat dari banyaknya kerajaan pernah berdiri bahkan berkuasa di Indonesia yang silih berganti

menunjukkan bahwa motivasi perawat dalam pelaporan Insiden Keselamatan Pasien penting untuk diteliti dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat beberapa

Maka dari itu, penulis terinspirasi untuk membuat produk tekstil berupa produk ready to wear yang berfokus pada pembuatan outer dan eksplorasi motif yang

Dalam rangka memenuhi penerapan fungsi Audit Ekstern sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 48/POJK.03/2017 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan

Nilai signifikan variabel motivasi kerja yaitu 0,010 < 0,05 dengan diperoleh nilai t hitung sebesar 2,325 > 1,684 yang berarti motivasi kerja secara parsial berpengaruh

Berdasarkan output di atas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 3,467 dan Ftabel sebesar 3.33, artinya Ha diterima maka terdapat pengaruh yang signifikan

Untuk Periode Sembilan Bulan Yang Berakhir Pada Tanggal 30 September 2020 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain). PT OPTIMA PRIMA METAL SINERGI Tbk INTERIM STATEMENT

DATA USULAN PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2010 DI DANAI TAHUN 2010 DATA USULAN PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2010 DI DANAI TAHUN 2010 DATA USULAN PROPOSAL PENELITIAN TAHUN 2010 DI DANAI