i
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN
PADA SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA
SKRIPSI:
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh :
Diana Budi Ratna Sari NIM. 011424014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Setiap orang ada malaikat yang di depan dan di belakangnya yang
memantaunya atas perintah Allah SWT. Sungguh, Allah SWT tidak
akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri mengubah
dirinya. Dan apabila Allah SWT menghendaki keburukan suatu
kaum, tidak ada yang mampu untuk menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka kecuali Allah SWT”.
(Ar. Ra’ad: 11)
vi
ABSTRAK
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN PADA
SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA
Diana Budi Ratna Sari. “Identifikasi miskonsepsi tentang Kemagnetan Pada Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2006.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejauh mana miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta, (2) dalam hal apa sajakah miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta.
Penelitian dilaksanakan di SMA GAMA Yogyakarta pada bulan september 2006, dengan subyek partisipan 25 siswa kelas XA.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) soal tes berupa multiple choice dengan reasoning terbuka untuk mengetahui miskonsepsi terkait kemagnetan apa saja yang terjadi, (2) keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI (Certainty of Response Indeks) untuk mengetahui tingkat keyakinan berdasarkan jawaban siswa.
vii
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF MISCONCEPTION ON MAGNETISM OF STUDENTS AT GRADE X, GAMA SENIOR HIGH SCHOOL
YOGYAKARTA
Diana Budi Ratna Sari. Identification Of Magnetism of Students at Grade X, GAMA Senior High School Yogyakarta. Physics Education Study Program, Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2006.
The purpose of the research is to know: (1) how far a misconseption related magnetism happened on students at grade X of GAMA Senior High School Yogyakarta, (2) what kinds of misconception on magnetism happened on students at grade X of GAMA Senior High School Yogyakarta.
The research was done at the GAMA Senior High School Yogyakarta in September 2006, with 25 participant subjects at grade XA.
The instruments in this research were: (1) material testing in the form of multiple choice with open reasoning to know any misconception related to what kinds of magnetism happened, (2) certainty of students in answering based on a CRI (Certainty of Response Index) to know the certainty rates based on the students answers.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmad dan hidayahNya, sehingga penelitian dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi tentang Kemagnetan Pada Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.
Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Drs. A. Atmadi, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.
2. Segenap Dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya Bapak Sunarjo dan Bapak Aloysius Sugeng yang telah mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa JPMIPA.
3. Dra. Sun Lestari selaku Kepala Sekolah SMA GAMA Yogyakarta, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
4. Dra. Parjilah selaku guru Fisika kelas X SMA GAMA Yogyakarta atas bimbingan dan masukannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
ix
6. Keluarga besar Baedi dan Wiro Suwito yang telah menyayangi dan mendoakanku.
7. M. Irkham Khaidir atas dukungan dan perhatiannya.
8. Keluarga baruku di kos ”Birds Castle”: Susana, Lia, Siska, Vita, dan Irma atas dorongan dan persaudaraannya.
9. Sahabat-sahabatku tersayang: Maria Rosalina dan Sri Mujiati yang telah memberikan banyak arti persahabatan untukku.
10. Teman-teman seangkatan P Fis 01: Bayu, Esti, Lusy, Mas Hari, Ida, Sapto, Hema, Deni, Yanti, Tyas, Desi, Grace....makasih atas kebersamaan kita selama di Sanata Dharma.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan caranya tersendiri telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan tugas akhir penulis, sehingga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK... vi
ABSTACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
DAFTAR TABEL... xv
BAB I. PENDAHULUAN... xvi
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan Masalah... 3
C. Rumusan Masalah... 3
D. Tujuan... 3
E. Manfaat... 4
BAB II. DASAR TEORI... 5
A. Hakikat Fisika... 5
B. Konsep... 6
C. Memahami Konsep... 8
D. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Kontruksivisme... 10
E. Miskonsepsi... 11
F. Identifikasi dan Remidiasi Miskonsepsi... 12
G. Konsep tentang Kemagnetan... 14
1. Magnet... 14
2. Sifat-sifat Magnet... 15
xi
4. Magnet Bumi... 17
5. Medan Magnet... 17
6. Gaya Lorentz... 18
7. Peta Konsep... 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 20
A. Jenis Penelitian... 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 20
C. Subyek Partisipan... 20
D. Metode Pengumpulan Data... 20
E. Penyusunan Instrumen... 21
F. Kualitas Instrumen... 23
G. Metode Analisis Data... 24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27
A. Hasil dan Analisis Data... B. Pembahasan... 27 33 BAB V. PENUTUP... 41
A. Kesimpulan... 41
B. Saran... 43
DAFTAR PUSTAKA... 45
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Lampiran 1 Rancangan penyusunan soal untuk mengetahui
miskonsepsi tentang kemagnetan
49
Lampiran2 Soal-soal yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi
61
Lampiran 3 Keyakinan jawaban siswa berdasarkan skala CRI 69 Lampiran 4 Lembar jawaban keyakinan siswa berdasarkan skala
CRI
70
Lampiran 5 Data dan hasil prosentase jumlah siswa berdasarkan skala CRI
71
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Konsep kemagnetan dalam soal 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa
pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak
dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997).
Karena siswa sendiri mengkonstruksi pengetahuannya, tidak mustahil terjadi
kesalahan dalam mengkonstruksi ini karena siswa belum terbiasa
mengkonstruksi konsep fisika secara tepat dan belum mempunyai kerangka
ilmiah sebagai patokan.
Siswa dapat saja memiliki pengetahuan awal sebelum mereka
mengikuti pembelajaran formal di sekolah. Terkadang konsep awal yang
sudah mereka dapatkan dari lingkungannya tidak sesuai dengan konsep
pengetahuan ilmiah. Misalnya, pada saat siswa SD ditanya mengenai manakah
yang lebih besar antara bumi dan matahari, mereka menjawab bumi karena
dalam kehidupan sehari-hari siswa tersebut melihat matahari lebih kecil,
padahal yang benar adalah bumi lebih kecil daripada matahari.
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para
pakar dalam bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan,
hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau
Menurut Jean Piaget (Thorley dan Treagust, 1988), jika proses
asimilasi dan akomodasi dalam individu terjadi tidak dalam kondisi
keseimbangan mental dapat menimbulkan kesulitan dalam pembentukan
konsep dan bahkan dapat terjadi miskonsepsi. Penyampaian informasi yang
kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam proses
belajar juga diduga sebagai penyebab terjadinya miskonsepsi, bahkan
pemilihan strategi pengajaran yang kurang tepat dapat juga mengganggu
proses berfikir siswa dan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari. Dengan demikian apabila
guru berkeinginan untuk mengatasi kesulitan siswa terutama yang mempunyai
miskonsepsi, diperlukan pendeteksian miskonsepsi yang benar.
Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti fisika, biologi,
kimia, dan astronomi (Suparno, 2005). Dalam bidang fisika miskonsepsi juga
sering terjadi. Seperti yang telah diteliti, miskonsepsi terjadi pada konsep
mekanika, listrik dan magnet, panas, optika dan sifat-sifat materi, bumi dan
antariksa, serta fisika modern.
Menurut Suparno (2005), miskonsepsi dapat dideteksi melalui
berbagai macam cara yaitu dengan peta konsep, tes pilihan ganda (multiple
choice), tes essai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan
praktikum dengan tanya jawab.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian untuk mengetahui miskonsepsi dalam bidang fisika,
terjadi sehingga dapat dijadikan bahan untuk meluruskan konsep yang belum
benar pada siswa.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya akan membatasi pada identifikasi
miskonsepsi fisika tentang kemagnetan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apakah telah terjadi miskonsepsi tentang kemagnetan pada siswa kelas
X SMA GAMA Yogyakarta ?
2. Dalam hal apa sajakah miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada
siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta ?
D. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sejauh mana miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi
pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta
2. Mengetahui miskonsepsi terkait kemagnetan apa saja yang terjadi pada
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bagi siswa dan bagi
peneliti.
1. Bagi guru
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru bahwa
miskonsepsi masih banyak terjadi, dan supaya mendapatkan perhatian
yang serius agar tidak terulang lagi dengan merancang metode pengajaran
yang tepat.
2. Bagi siswa
Diharapkan dengan hasil penelitian ini siswa dapat menyadari miskonsepsi
yang terjadi pada dirinya dan dapat memperbaikinya.
3. Bagi peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
pengajaran kelak pada saat peneliti menjadi pengajar, dan dijadikan
BAB II
DASAR TEORI
A. Hakikat Fisika
Salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) adalah Fisika.
Fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains. Conant
(sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi, 1998: 161) mendefinisikan sains
adalah bangunan antar deretan konsep dan skema konseptual (conceptual
schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan
observasi. Selanjutnya menurut Dawson (sebagaimana dikutip oleh Kartika
Budi, 1998: 161) sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia
yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keinginan
untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.
Menurut Campbell (sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi, 1998: 161), sains
adalah pengetahuan (knowledge) yang bermanfaat dan praktis serta cara atau
metode untuk memperolehnya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu
pengetahuan yang dibangun berdasarkan observasi dan hasil eksperimen
tentang alam semesta melalui suatu metode ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sains berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
Fisika juga digolongkan sebagai ilmu pengetahuan alami (natural
science) murni di mana fisika merupakan suatu ilmu yang mempelajari semua
gejala alam. Gejala alam itu sendiri tidak lain adalah sains yang di dalamnya
memuat fakta, konsep, teori dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.
Mempelajari fisika tidak akan terlepas dari metode ilmiah yang secara garis
besar memuat pengamatan atau observasi, hipotesis, ramalan dan pengujian
(Suparno, 1987: 155-156).
B. Konsep
Konsep adalah gambaran mental tentang sesuatu (Kartika Budi, 1987:
234). Gambaran mental itu diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contoh,
data-data dan peristiwa-peristiwa khusus. Dalam pembelajaran fisika konsep
dapat berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat, dan atribut
dari suatu obyek (Euwe van Den Berg, 1991: 8). Konsep sebagai gambaran
mental terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik.
Konsep sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi. Untuk membedakan
konsep yang satu dengan yang lain, konsep itu harus mengugkapkan
anggota-anggotanya.
Konsep dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dan tingkatannya
(Amien, 1979). Menurut bentuknya konsep dapat dibagi menjadi konsep
klasifikasi, konsep korelasi, dan konsep teoretis. Konsep klasifikasi adalah
konsep yang merupakan kelas tertentu yang memiliki banyak anggota,
setiap anggota dan mengabaikan hal-hal yang tidak sama. Contoh konsep
klasifikasi adalah konsep zat padat, zat cair, dan zat gas. Konsep korelasi
adalah konsep yang menyatakan hubungan antara beberapa konsep dan
terbentuk dari beberapa kejadian khusus yang saling berhubungan. Contoh
konsep korelasi adalah “bila suhu naik tekanan berubah”. Konsep teoretis
adalah konsep yang menunjuk pada teori tertentu. Konsep tersebut muncul
atau terbentuk karena keinginan para ilmuan untuk mengungkap dan
menjelaskan gejala-gejala alam yang ada lebih-lebih yang kompleks. Misalnya
konsep foton, struktur atom menurut Bohr, dan sebagainya.
Konsep menurut tingkatannya dibedakan menjadi konsep kongkret dan
konsep generalisasi. Konsep kongkret adalah konsep yang dibentuk dari
pemahaman langsung indera. Konsep ini merupakan dasar dari pembentukan
konsep-konsep yang lebih tinggi. Konsep generalisasi adalah konsep yang
merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman kongkret mengenai
konsep-konsep kongkrit misalnya kita dapat berkomunikasi dengan teman,
maka akan muncul rasa atau konsep kepuasan, kebahagiaan dan kekecewaan.
Agar konsep abstrak terbentuk harus terpenuhi kondisi-kondisi tertentu yang
lain atau tersusun dari beberapa konsep. Konsep yang demikian disebut
konsep sintesis. Sebaliknya, konsep yang merupakan komponen konsep
sintesis disebut konsep analisis.
Selain berdasarkan bentuk dan tingkatan, konsep juga dibedakan atas
konsep fisis, konsep logika matematis, dan konsep filosofis (Kartika Budi,
pada obyeknya (benda, besaran, proses dari benda atau besaran, relasi antar
besaran). Konsep logika matematis adalah konsep yang tidak berkaitan
langsung dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam
penanganan obyek. Misalnya: dadu, massa dadu, warna dadu, dan bentuk
dadu, semuanya merupakan konsep fisis dadu, sedangkan jumlah dadu baik
dihitung dari kiri maupun kanan yang menghasilkan konsep komutatif
penjumlahan, disebut konsep logika matematis. Konsep filosofis adalah
konsep yang berhubungan dengan kuantitas, misalnya baik, indah, jujur,
bijaksana dan sebagainya. Konsep filosofis pada umumnya dapat dibedakan
menurut derajatnya, misalnya konsep baik dapat dibedakan menjadi kurang
baik, lebih baik, agak baik dan sebagainya.
Dalam pembelajaran fisika yang kita hadapi adalah konsep-konsep
fisis sedangkan konsep logika matematis merupakan alat. Untuk itu perlu
disadari agar kegiatan belajar mengajar tidak bergeser menjadi kegiatan
belajar matematika. Konsep fisika yang kita hadapi dapat berupa
konsep-konsep fisis karena yang ditanamkan pada terdidik kebanyakan
besaran-besaran fisis beserta relasi dan sifat-sifatnya.
C. Memahami konsep
Proses belajar-mengajar di sekolah memiliki banyak tujuan yang salah
satunya adalah agar siswa memahami konsep yang telah dipelajari. Menurut
Kartika Budi (1992) beberapa indikator yang menunjukan pemahaman
bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna
dari konsep yang berkaitan kepada orang lain, (3) dapat menganalisis
hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) dapat menerapkan konsep
untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus (b) untuk
memecahkan masalah-masalah fisika baik secara teoretis maupun praktis (c)
memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem
bila kondisi tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang
berkaitan dengan cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan
konsep lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar
dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari
konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.
Menurut Bloom (dalam Nana Sudjana: 1990) tujuan pembelajaran
diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu: (a) aspek kognitif, (b) aspek
afektif, dan (c) aspek psikomotorik. Pemahaman termasuk aspek kognitif,
karena berhubungan dengan hasil belajar intelegensia. Hasil belajar
intelegensia dapat dikategorikan menjadi enam tingkat (menurut Bloom,
dalam Iskandar, 1997: 96) yaitu: pengetahuan tentang fakta-fakta dan
prinsip-prinsip, pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide), penerapan
(menerapkan fakta dan ide pada situasi baru), analisis (memecahkan atau
membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubungannya
satu sama lain), sintesis (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide), dan evaluasi
dikategorikan golongan berpikir tingkat rendah, sedangkan empat hasil belajar
yang lain dikategorikan golongan berpikir tingkat tinggi.
D. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme
Suparno dalam bukunya “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep
Pendidikan Fisika” memaparkan bahwa miskonsepsi pada siswa dapat
dijelaskan dengan filsafat konstruktivisme. Filsafat konstruktivisme secara
singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa
sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang
dipelajari. Oleh karena siswa sediri yang mengkonstruksikan pengetahuannya,
maka tidak mustahil terdapat kesalahan dalam mengkonstruksinya.
Penyebabnya adalah siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika
secara tepat dan konsep tersebut tidak sesuai dengan kerangka ilmiah sebagai
patokan.
Siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, sebelum
mengikuti pelajaran formal di sekolah. Mereka memiliki pengalaman yang
diambil dari lingkungannya. Ini disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa.
Misalnya sebelum siswa belajar mengenai “gerak” secara formal di sekolah
mereka mengalami peristiwa gerak dalam kehidupan mereka sendiri. Kadang
pengetahuan awal yang mereka punyai tidak sesuai dengan pengetahuan
ilmiah atau tidak sesuai dengan pengertian para pakar. Inilah yang
menyebabkan tejadinya miskonsepsi pada siswa. Pada saat siswa berhadapan
pengalaman dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Miskonsepsi dapat
diluruskan meskipun kadang sulit.
Menurut Suparno (2005) dalam pengertian konstruktivisme tampak
jelas bahwa miskonsepsi merupakan hal yang wajar dalam pembentukan
pengetahuan oleh seseorang yang sedang belajar. Adanya miskonsepsi
menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan bentukan siswa sendiri. Dengan
adanya miskonsepsi pada siswa guru dituntut untuk membantu siswa mencari
solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga miskonsepsi
dapat dikurangi.
E. Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada salah satu konsep yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para
pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005: 4). Bentuknya dapat berupa konsep
awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep, gagasan
intuitif, atau pandangan yang naif. Novak (sebagaimana dikutip oleh Suparno
2005) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep
dalam suatu pernyataan yang tidak diterima. Brown (sebagaimana dikutip oleh
Suparno 2005) menjelaskan miskonsepsi suatu pandangan yang naif dan
mendefinisikan suatu gagasan yang tidak cocok dengan pengertian ilmiah
yang sekarang diterima. Feldsine (sebagaimana dikutip oleh Suparno 2005)
menemukan miskonsepsi sebagai salah satu kesalahan dan hubungan yang
2005) menjelaskan lebih rinci mengenai arti miskonsepsi, ia memandang
miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan
konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-konsep-konsep-konsep yang tidak benar.
Menurut Clement (sebagaimana dikutip oleh suparno 2005) jenis
miskonsepsi yang banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama
proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsepsi) yang dibawa
siswa ke kelas formal. Pengetahuan awal dibentuk siswa melalui pengalaman
di lingkungannya. Sebelum mengikuti pelajaran formal di sekolah, mereka
sudah memiliki konsep mengenai konsep-konsep fisika. Misalnya siswa
beranggapan bahwa bila panas diberikan kepada air mendidih, maka suhu air
mendidih itu akan bertambah (Zarour dalam Paul Suparno, 2005). Padahal
yang benar adalah suhu air tetap sampai semuanya menjadi gas. Dengan kata
lain, dalam proses perubahan wujud, suhu tetap meski panas diberikan.
Menurut Suparno (2005) beberapa faktor yang memungkinkan adanya
miskonsepsi adalah siswa itu sendiri (konsepsi awal sebelum pelajaran,
pengalaman, kemampuan dan minat), guru yang juga punya salah pengertian
dan salah mengajar, dan buku yang digunakan. Di samping itu dapat pula
dikarenakan materi terlalu kompleks dan tidak sesuai dengan perkembangan
berfikir siswa atau materi yang dibahas sangat asing dengan pengalaman
F. Identifikasi dan Remidiasi Miskonsepsi
Menurut Kartika Budi dalam tulisannya yang berjudul Pemahaman
Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi (1992), miskonsepsi
dapat dideteksi atau diidentifikasi melalui langkah-langkah: (1) hakikat atau
makna suatu konsep dipahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, (2)
berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari
kemungkinan-kemungkinan salah konsepsi yang terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan-kemungkinan salah
konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian
singkat, maupun pilihan berganda) yang memungkinkan kesalahan dapat
dideteksi, dan (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan maupun tertulis),
hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang
sungguh terjadi.
Selain cara pengidentifikasian di atas, Suparno dalam bukunya yang
berjudul Miskonsepsi dan Perubahan Konsep yang Terjadi, menyatakan
bahwa miskonsepsi juga dapat dideteksi dengan berbagai macam cara (1) peta
konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antar konsep-konsep dan
menekankan gagasan-gagasan pokok yang disusun secara hirarkis.
Miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antar
konsep itu benar atau salah, (2) tes pilihan ganda (multiple choice) dengan
pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia
mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan
ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya, (3) tes esai tertulis, (4)
atau peneliti bebas bertanya pada siswa dan siswa pun bebas menjawab, (5)
diskusi dalam kelas, (6) praktikum dengan tanya jawab, di mana selama
praktikum guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa
menjelaskan persoalan dalam konsep tersebut.
G. Konsep Tentang Kemagnetan
1. Magnet
Kata magnet diduga berasal dari kata magnesia yaitu nama daerah di
Asia kecil. Di daerah itu, menurut dongeng kira-kira 4000 tahun yang lalu,
ditemukan suatu jenis batu yang mempunyai sifat dapat menarik besi, baja
atau campuran logam lainnya. Magnet adalah sejenis logam yang dapat
menarik benda-benda logam jenis tertentu.
Benda dapat dibedakan menjadi dua:
1. Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh
magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetik disebut juga
feromagnetik. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas, dan besi.
2. Benda nonmagnetik, yaitu benda yang ditarik dengan lemah atau tidak
dapat ditarik oleh magnet. Benda nonmagnetik dibagi menjadi dua:
a) Paramagnetik, yaitu bahan yang ditarik lemah oleh magnet.
Misalnya: aluminium, platina, dan udara.
b) Diamagnetik, yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
Berdasarkan asal usulnya, magnet dibagi menjadi dua:
a) Magnet alam adalah magnet yang ditemukan atau terbentuknya di alam
dengan sendirinya.
b) Magnet buatan adalah magnet yang sengaja dibuat manusia untuk
keperluan tertentu. Magnet buatan dibedakan menjadi dua yaitu magnet
tetap atau permanen dan magnet sementara.
Cara membuat magnet buatan:
1. Menggosok benda dengan magnet
Cara ini dilakukan dengan menggosok benda yang akan dibuat magnet,
misalnya besi atau baja, dengan magnet permanen.
2. Membuat magnet dengan cara induksi
Membuat magnet dengan cara induksi adalah dengan mendekatkan
magnet pada benda tertentu sehingga benda tersebut dapat bersifat
magnet.
3. Membuat magnet dengan arus listrik
Magnet yang terjadi karena arus listrik disebut magnet listrik atau
elektromagnetik. Kuat medan elektromagnet dipengaruhi oleh
faktor-faktor yaitu kuat arus dan banyaknya lilitan. Makin kuat arus makin kuat
medan magnet dan makin banyak lilitan makin kuat juga medan
magnetnya.
Elektromagnet digunakan dalam bel listrik, peswat telefon, dan saklar
jarak jauh atau relay.
Apabila magnet didekatkan dengan benda yang memiliki sifat
kemagnetan, magnet tersebut akan menarik benda-benda di sekitar
magnet tersebut. Gaya tarik yang paling kuat terletak pada kutub-kutub
magnet.
b) Gaya tarik magnet dapat menembus benda
Gaya tarik ini dapat terjadi apabila sebuah magnet diletakan pada kertas
dan pada sebaliknya diletakan serbuk besi. Serbuk besi tersebut akan
mengikuti arah magnet yang digerakan.
c) Magnet mempunyai dua kutub
Bagian magnet yang gayanya paling kuat disebut kutub magnet. Magnet
selalu memiliki dua kutub. Pada magnet batang, yang merupakan kutub
adalah ujung-ujungnya. Pada magnet keping, yang merupakan kutubnya
adalah kedua permukaan yang lebar. Pada magnet jarum, magnet U, dan
magnet ladam, kutub-kutubnya adalah ujung-ujungnya.
Sifat kemagnetan akan hilang apabila dipukul-pukul dengan keras.
3. Medan magnet alam
Magnet dapat menarik logam tertentu. Ini berarti magnet dapat
melakukan gaya pada logam tertentu atau magnet lain. Gaya yang dilakukan
magnet disebut gaya magnet. Bagian magnet yang memiliki gaya paling kuat
disebut kutub magnet. Magnet memiliki dua kutub. Dalam kedaan bebas
bergerak magnet batang selalu mengarah utara selatan. Yang mengarah ke
2. Sifat-sifat magnet
utara dinamakan kutub utara (U) dan yang mengarah ke selatan disebut kutub
selatan (S). Magnet batang betapapun kecilnya selalu mengarah ke kutub utara
dan selatan. Dapat ditunjukan dengan mudah bahwa antar kutub senama dua
magnet terjadi gaya saling tolak menolak sedangkan antar kutub tak senama
tarik menarik.
4. Magnet Bumi
Magnet batang yang dapat bergerak bebas selalu mengarah utara
selatan. Hal tersebut dapat terjadi karena ada magnet lain yang menariknya,
yaitu magnet bumi.
Bumi bersifat magnet karena bumi mengandung berbagai macam
logam yang bersifat magnet, sehingga secara keseluruhan bumi menjadi
magnet raksasa.
5. Medan Magnet
Sebuah magnet akan membangkitkan medan magnet dalam ruangan di
sekitar magnet tersebut.
Medan magnet adalah ruangan yang memiliki sifat membuat magnet
lain yang diletakan di setiap titik dalam ruangan tersebut mengalami gaya
magnet. Adanya medan magnet digambarkan dengan garis medan magnet.
Garis medan magnet adalah garis (lurus/lengkung) yang memiliki sifat
Tiga aturan tentang garis-garis medan magnet:
1. Garis-garis medan magnet tidak pernah berpotongan.
2. Garis-garis medan magnet selalu mengarah radikal keluar menjauhi
kutub utara dan mengarah radikal ke kutub selatan.
3. Tempat di mana garis-garis medan rapat menyatakan medan magnet
yang kuat, sebaliknya tempat di mana garis-garis medan renggang
menyatakan medan magnet yang lemah.
Berdasarkan sifat gaya interaksinya, maka arah garis medan magnet
adalah dari kutub utara menuju kutub selatan di luar magnet.
6. Gaya Lorentz
Gaya Lorentz adalah gaya yang dialami oleh kawat atau pita
berarus dalam medan magnet.
Syarat adanya gaya lorentz adalah ada kawat atau pita berarus listrik
dan kawat atau pita tersebut berada dalam medan magnet.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya gaya lorentz adalah sebagai
berikut:
a. makin kuat arus dalam kawat, makin besar gaya lorentz
b. makin kuat medan magnet di mana kawat itu berada, makin besar juga
gaya lorentznya.
c. Besarnya gaya lorentz juga dipengaruhi oleh panjang kawat yang
7. Peta Konsep
Kutub utara Kutub Selatan
M
Benda magnetik Benda bukan magnetik Dapat berupa
Dapat berupa
Bekerja pada
Dapat berupa Dapat berupa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Termasuk
penelitian kuantitatif karena data miskonsepsi yang diteliti dinyatakan dalam
persen. Deskripsi digunakan untuk memaparkan atau menjelaskan bagaimana
miskonsepsi siswa.
Dalam penelitian ini, digunakan studi kasus yaitu penelitian terhadap
suatu subyek, keadaan atau kejadian khusus. Bahan yang diteliti kecil
lingkupnya, sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa
yang diteliti saja. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan
pada keadaan di luar kasus yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : SMA GAMA Yogyakarta
Waktu : Dilaksanakan pada semester I, yaitu pada bulan september 2006
C. Subyek Partisipan
Siswa kelas X A yang berjumlah 25 siswa
D. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan soal tes yang diberikan
mana miskonsepsi yang terjadi, bukan untuk menentukan keberhasilan atau
prestasi belajar siswa.
E. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian yang dipakai terdiri dari :
1. Soal Tes
Soal tes dalam penelitian ini berupa soal multiple choice dengan
reasoningterbuka. Soal-soal disusun berdasarkan indikator yang telah disusun
penulis dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing (lampiran 1). Soal tes
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 soal, setiap soalnya
mengandung konsep-konsep kemagnetan berdasarkan peta konsep.
Tabel 1. Konsep Kemagnetan dalam soal
No Soal Konsep Kemagnetan
1 No. 1 Pengertian magnet 2 No. 2, No.3 Interaksi benda yang di
dekatkan dengan magnet 3 No. 4 Jenis-jenis benda magnetik 4 No. 5, No. 6 Cara membuat magnet
buatan 5 No. 7, No. 8, No. 9, No.
10, No. 11, No. 12, No.13, No. 14, No. 15, No.16
Sifat-sifat magnet
6 No. 17 Magnet bumi 7 No. 18 Medan magnet 8 No. 19, No. 20, No. 21 Garis gaya magnet
9 No. 22, No. 23, No.24, No. 25
Elektromagnetik
Tabel 2. Contoh soal tes untuk mengidentifikasi miskonsepsi
Konsep /prinsip Miskonsepsi yang mungkin terjadi
Alat ukur
Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetik disebut juga Feromagnetik.
Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas.
Semua jenis
1.Manakah dari benda-benda di bawah ini yang dapat ditarik kuat oleh magnet….
a. paku dan pines b. paku dan air
c. Aluminium dan paku
Alasan …..
2. Keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI
Penelitian ini juga dilengkapi dengan CRI (Certainty of Response
Indek) pada setiap item soal untuk mengetahui tingkat keyakinan jawaban
siswa. Selain itu, CRI juga digunakan untuk membedakan jawaban tes antara
siswa yang menjawab karena menerka, kekurangan pengetahuan, miskonsepsi,
dan siswa yang benar- benar mengerti konsep (Hasan, S.; Bayoko; & Kelly,
E.L.; 1999: 294 dan Masril, Asma, 2002)
Keyakinan jawaban siswa dilihat berdasarkan CRI untuk setiap item soal
sebagai berikut :
Dalam menjawab soal tersebut, saya :
b. Menerka dengan mempertimbangkan pengetahuan yang saya miliki
c. Menggunakan pengetahuan dan pikiran tetapi tidak yakin dengan
jawaban yang saya berikan
d. Menggunakan pengetahuan dan pikiran dan saya yakin dengan jawaban
yang saya berikan
e. Menggunakan pengetahuan dan pikiran dan saya sangat yakin dengan
jawaban yang saya berikan
F. Kualitas Instrumen
Kualitas instrumen dicapai melalui analisis materi dan uji coba tes
tulis. Analisis materi dilakukan oleh peneliti dan dikonsultasikan pada dosen
pembimbing. Uji coba soal tes diberikan pada siswa kelas X pada sekolah
yang berbeda dengan yang akan digunakan untuk penelitian yaitu di STM
Pembangunan Yogyakarta. Uji coba bertujuan untuk mengetahui apakah siswa
memahami soal yang diberikan dan untuk memberikan gambaran kapada
peneliti mengenai miskonsepsi yang terjadi. Uji coba soal digunakan juga
untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal.
Dari hasil uji coba soal tersebut terdapat soal yang dihapus. Soal yang
dihapus yaitu soal No. 14, No. 17, dan soal No. 18. Hal ini dilakukan karena
waktu yang disediakan tidak mencukupi untuk mengerjakan soal, sehingga
jumlah soal yang sebelumnya 28 soal dikurangi menjadi 25 soal. Dalam
menentukan soal yang dihapus peneliti mengkonsultasikan terlebih dahulu
G. Metode analisis Data
Dalam menentukan siswa yang mengalami miskonsepsi, peneliti
menggunakan keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI (Certainty of
Response Index) pada setiap item soal untuk mengetahui tingkat keyakinan
siswa akan jawabannya. Selain itu CRI juga digunakan untuk membedakan
jawaban tes antara siswa yang menjawab karena menerka, kurang
pengetahuan, miskonsepsi, dan siswa yang benar-benar mengerti konsep
(Hasan, S.; Bayoko; & Kelly, E.L.; 1999: 294 dan Masril, Asma, 2002)
Tabel 3. Skala keyakinan siswa berdasarkan CRI
Skala Keyakinan siswa
0 Jawaban sepenuhnya menerka 1 Jawaban menerka dengan
mempertimbangkan pengetahuan yang dimilikinya
2 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran tetapi tidak yakin akan kebenaran jawaban
Kekurangan pengetahuan
3 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran dan yakin akan kebenaran jawaban
4 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran dan sangat yakin dengan kebenaran jawaban
Memiliki pengetahuan
Skala 0 – 2 menunjukkan bahwa siswa menjawab soal dengan menerka, baik
pengetahuan siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Skala 3 – 4
menunjukkan bahwa siswa tidak menerka dalam menjawab soal, melainkan
menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada jawaban yang
dipilih. Jika jawaban siswa salah, menunjukkan adanya kesalahan penerapan
pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menjawab soal. Kesalahan siswa ini
mengindikasikan adanya miskonsepsi.
Tabel 4. Kriteria pengelompokan siswa berdasarkan CRI
Tipe Jawaban siswa Skala CRI Rendah
(≤ 2,5)
Skala CRI Tinggi
(> 2,5)
Jawaban Benar Kurang Pengetahuan Pengetahuan Konsep benar
Jawaban Salah Kurang Pengetahuan Miskonsepsi
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa apabila siswa menjawab
benar atau salah dengan skala CRI rendah (≤ 2,5), siswa tersebut masih
kurang memiliki pengetahuan. Apabila siswa menjawab benar dengan skala
CRI yang tinggi (> 2,5) berarti siswa tersebut memiliki konsep yang benar dan
memiliki pengetahuan, tetapi apabila siswa menjawab salah dengan skala CRI
yang tinggi menunjukkan siswa tersebut mengalami miskonsepsi.
Siswa yang mengalami miskonsepsi ditentukan dengan jawaban yang
diberikan melalui tes miskonsepsi dan tes keyakinan berdasarkan skala CRI.
Kemudian hasil tersebut dikelompokkan sehingga diperoleh prosentase siswa
Soal-soal dari tes miskonsepsi dikelompokkan berdasarkan konsep dari
miskonsepsi yang akan diteliti. Konsep-konsep tersebut seperti terlihat pada
tabel 1.
Dari pengelompokan dan tes miskonsepsi tersebut dapat ditentukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Analisis Data
1. Hasil Analisis Data Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI
Tabel 5, Prosentase jumlah siswa berdasarkan skala CRI
Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI
Lanjutan tabel 5, Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI
Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI
Jawaban benar Jawaban salah No
2. Tabel 6, konsep yang benar dan variasi miskonsepsi siswa
No Konsep yang benar Variasi miskonsepsi 1 Pengertian magnet
Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik benda-benda logam jenis tertentu (soal no. 1)
- magnet adalah besi yang dapat menarik logam jenis tertentu
- magnet adalah logam yang dapat menarik logam yang lain
2 Benda dapat dibedakan menjadi dua:
- benda magnetik, yaitu benda
yang dapat ditarik kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas, dan besi (soal no. 2). - Benda nonmagnetik yaitu
benda yang ditarik lemah atau tidak dapat ditarik oleh magnet (soal no. 3).
- paku dan pines termasuk logam, dan benda yang terbuat dari logam pasti ditarik kuat oleh magnet
- emas dan air tidak mengandung logam sehingga tidak dapat ditarik magnet
3 Feromagnetik adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet dan dapat dimagnetkan (soal no. 4)
- feromagnetik adalah benda yang ditarik lemah oleh magnet
- feromagnetik adalah jenis magnet yang tidak dapat dimagnetkan
4 Cara membuat magnet buatan: a. Menggosok benda dengan
magnet, cara ini dilakukan dengan menggosok benda yang akan dijadikan magnet, misalnya besi atau baja dengan magnet permanen (soal no. 5)
b. Membuat magnet dengan cara induksi, cara ini
dilakukan dengan mendekatkan magnet pada
benda tertentu sehingga benda tersebut dapat bersifat magnet
- semua benda bukan magnet dapat dijadikan magnet
- benda bukan magnet apabila dialiri arus listrik akan menjadi magnet
- Induksi adalah membuat magnet dengan cara digosok - Benda yang dapat ditarik
c. Membuat magnet dengan arus listrik, magnet yang terjadi karena arus listrik disebut elektromagnet
5 Sifat-sifat magnet
a. Magnet mempunyai gaya gaya tarik
apabila magnet di dekatkan dengan benda yang memiliki sifat kemagnetan, benda tersebut akan menarik benda di sekitar magnet tersebut dan gaya yang paling kuat terdapat pada kutub magnet (soal no. 7)
b. Gaya tarik magnet dapat menembus benda
gaya tarik ini terjadi apabila sebuah magnet di letakkan pada kertas dan sebaliknya diletakkan serbuk besi maka serbuk besi tersebut akan mengikuti arah magnet yang digerakkan (soal no.8. no.9) c.Magnet mempunyai dua
kutub
Magnet selalu memiliki dua kutub. Pada magnet batang, yang merupakan kutub adalah ujung-ujungnya. Pada magnet
- Semakin dekat jarak antar magnet gaya tarik magnetnya semakin lemah
- kutub magnet adalah bagian yang penampangnya lebih kecil
- magnet yang didekatkan dengan magnet batang akan banyak menempel pada salah satu ujung karena ujung yang satu menarik magnet dan yang lain menolak magnet
- gaya tarik magnet dapat menembus benda apapun
- tripleks, kertas, tembok tidak dapat ditembus oleh gaya tarik magnet karena tidak terbuat dari besi
- magnet U yang digantung ujungnya akan bergerak selatan-timur karena kutub yang di utara lebih kuat gaya tariknya
keping yang merupakan kutub adalah permukaan yang lebar (soal no.10, no. 11, dan no.12, no. 13)
paling lemah pada bagian yang berada di tengah karena kutubnya sudah terbagi-bagi sehingga dapat melemahkan gayanya
- kutub yang senama akan tolak menolak karena kutub yang senama memiliki daya yang sama dan arah tarikannya berbeda
6 Magnet bumi
Magnet batang yang bergerak bebas selalu mengarah utara selatan, ini disebabkan karena ada magnet lain yang menariknya yaitu magnet bumi (soal no.14).
- magnet jarum mengarah utara selatan karena kutub-kutub magnet berada di katulistiwa
7 Medan Magnet
Medan magnet adalah ruangan yang memiliki sifat membuat magnet lain yang diletakkan di setiap titik dalam ruangan tersebut mengalami gaya magnet (soal no.15).
- medan magnet tidak akan terjadi apabila dalam ruangan tersebut hanya ada satu magnet
8 Garis gaya magnet
Aturan tentang garis-garis medan magnet:
- Garis medan magnet tidak pernah berpotongan
- Garis medan magnet selalu
- kerapatan garis gaya magnet tidak berpengaruh terhadap medan magnet karena tidak dialiri arus listrik
mengarah radial keluar menjauhi kutub utara dan mengarah radial ke kutub selatan (soal no.16)
- Tempat dimana garis-garis medan rapat menyatakan medan magnet yang kuat, sebaliknya tempat dimana
garis-garis medan renggang menyatakan medan magnet yang lemah (soal no.17 dan no. 18)
magnet karena magnet yang tidak senama akan tarik menarik
- garis gaya magnet tidak akan terbentuk bila kutubnya sama
9 Elektromagnet
Magnet yang terjadi karena arus listrik disebut magnet listrik atau elektromagnetik. Kuat medan elektromagnet dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu kuat arus dan banyaknya lilitan. Makin kuat arus makin kuat medan magnet dan makin banyak lilitan makin kuat juga medan magnetnya (soal no.19, no. 20, no. 21, no. 22)
- elektromagnet adalah arus listrik yang ditimbulkan oleh medan magnet
- elektromagnet semakin kuat apabila menggunakan baterai lebih sedikit sehingga elektromagnet tidak terserap baterai
- penambahan baterai dalam pembuatan magnet arus listrik akan menyebabkan gaya tariknya berkurang karena dihisap oleh baterai
10 Gaya lorentz
Gaya Lorentz adalah gaya yang dialami oleh kawat atau pita berarus dalam medan magnet (soal no. 23).
- gaya lorentz adalah gaya tarik antar magnet, karena apabila magnet tarik-menarik akan menimbulkan gaya
Syarat adanya gaya lorentz adalah ada kawat atau pita berarus listrik dan kawat atau pita tersebut berada dalam medan magnet.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya gaya lorentz adalah sebagai berikut: a. makin kuat arus dalam
kawat, makin besar gaya lorentz
b. makin kuat medan magnet dimana kawat itu berada, makin besar juga gaya lorentznya.
c. Besarnya gaya lorentz juga dipengaruhi oleh panjang kawat yang berada dalam medan magnet (soal no.24)
jika arus diperkecil medannya diperkuat
- arah gaya lorentz arah arus tegak lurus dengan gayanya
B. Pembahasan
Tabel 5 merupakan tabel yang berisi tentang jumlah siswa
berdasarkan skala CRI, Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI,
tabel ini sekaligus menjawab rumusan masalah “Apakah telah Terjadi
Miskonsepsi Tentang Kemagnetan”. Dari tabel ini juga diketahui soal-soal
mana saja yang sering terjadi miskonsepsi, kurang pengetahuan dan konsep
yang benar. Soal yang paling sering terjadi miskonsepsi dapat diketahui
yaitu soal no. 11 yaitu 73,92%. Soal ini bertujuan untuk mengidentifikasi
sifat-sifat magnet. Dan soal yang mendapatkan prosentase miskonsepsi paling
rendah yaitu soal no. 22 yaitu 12 %.
Tabel 6 merupakan tabel yang berisi tentang konsep yang benar
dibandingkan dengan variasi miskonsepsi siswa. Soal nomor 1 untuk
mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam mendefinisikan
tentang pengertian magnet. Soal nomor 2, 3 untuk mengidentifikasi
miskonsepsi yang terjadi tentang interaksi benda-benda yang didekatkan
dengan magnet. Soal nomor 4 adalah soal untuk mengetahui miskonsepsi
tentang jenis-jenis benda magnetik. Soal nomor 5 dan 6 adalah soal yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi cara-cara membuat magnet. Soal nomor
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 adalah soal untuk mengidentifikasi tentang sifat-sifat
magnet. Soal nomor 14 dimaksudkan untuk mengetahui miskonsepsi siswa
tentang magnet bumi, dan 15 dimaksudkan untuk mengetahui miskonsepsi
tentang konsep medan magnet. Soal 16, 17, 18 dimaksudkan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi tentang garis gaya magnet. Soal nomor 19, 20,
21 untuk mengidentifikasi mengenai elektromagnetik. Dan soal nomor 23 dan
25 untuk mengidentifikasi miskonsepsi tentang gaya lorentz.
Tabel ini juga merupakan tabel yang menjawab rumusan masalah
“Miskonsepsi apa saja yang terjadi pada Konsep Kemagnetan” dan secara
skematis miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa dapat dirangkumkan
1. Pengertian magnet
Kemampuan siswa dalam menjawab soal nomor 1 mengenai
pengertian magnet masih terdapat miskonsepsi. Ini bisa dilihat dari prosentase
miskonsepsi yaitu sebesar 40,48%. Sebagian siswa menjawab benar dengan
alasan yang keliru siswa masih menganggap magnet adalah besi yang dapat
menarik logam, padahal konsep yang benar magnet adalah sejenis logam yang
dapat menarik logam jenis tertentu.
2. Interaksi Benda yang Di dekatkkan Dengan Magnet
Kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal mengenai konsep
interaksi benda yang didekatkan dengan magnet sangat bervariasi. Untuk soal
nomor 2 dan 3 sebagian besar siswa menjawab benar tetapi dengan alasan
yang keliru. Sebagian siswa memberikan alasan untuk jawaban nomor 2 dan 3
yaitu paku dan pines dapat ditarik kuat oleh magnet karena memiliki kadar
besi yang tinggi. Sebagian siswa juga menjawab paku dan pines termasuk
logam, dan benda yang terbuat dari logam pasti dapat ditarik magnet.
Sebagian siswa juga memberikan alasan semua benda padat dapat ditarik
magnet. Alasan yang diberikan siswa tidak sepenuhnya salah tetapi setelah
diidentifikasi ternyata siswa tersebut mengalami miskonsepsi yaitu tidak
semua logam dapat ditarik magnet.
3. Jenis-jenis Benda Magnetik
Pada soal nomor 4 siswa diberi pertanyaan mengenai jenis-jenis benda
antara feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Seperti ketika mereka
diberikan pertanyaan mengenai feromagnetik mereka memberikan alasan
feromagnetik adalah benda yang ditarik lemah dan tidak dapat dimagnetkan
padahal ini keliru, yang benar feromagnetik adalah benda yang dapat ditarik
kuat oleh magnet dan benda tersebut dapat dimagnetkan.
4. Magnet Buatan
Pada soal nomor 5 dan nomor 6, siswa diberikan pertanyaan mengenai
pembuatan magnet. Pada soal nomor 5 siswa diberikan pertanyaan mengenai
benda bukan magnet yang dapat dijadikan magnet. Sebagian besar siswa
menjawab benda yang dapat ditarik magnet karena mereka beranggapan
bahwa benda yang dapat dijadikan magnet pasti mengandung logam yang
pasti ditarik magnet. Sebagian siswa juga menjawab semua benda dapat
dijadikan magnet dengan memberikan alasan, semua benda dapat dijadikan
magnet asalkan benda tersebut berwujud padat. Dari alasan yang diberikan
siswa tersebut menunjukan adanya miskonsepsi tentang benda bukan magnet
yang dapat dijadikan magnet padahal konsep yang benar adalah benda yang
dapat ditarik kuat oleh magnet seperti benda jenis feromagnetik dapat
dijadikan magnet dengan cara menggosok-gosokkan dengan magnet
permanen. Berdasarkan pada tabel 6 miskonsepsi yang terjadi pada nomor 6
5. Sifat-sifat Magnet
Kemampuan siswa pada saat menjawab soal nomor 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13 tentang konsep sifat-sifat magnet sangat bervariasi dalam memberikan
alasan. Miskonsepsi yang terjadi dalam konsep ini yang tertinggi yaitu soal
nomor 11 sebesar 73,92 % yaitu soal untuk mengidentifikasi sifat-sifat
magnet. Pada soal nomor 8 dan 9 mengenai gaya tarik magnet yang dapat
menembus benda. Soal ini berisi tentang bahan apa saja yang dapat ditembus
oleh gaya tarik magnet dan kenapa paku dapat bergerak pada saat kertas
karton digerakan, dalam soal ini siswa banyak menjawab bahan yang tidak
dapat ditembus gaya tarik magnet adalah tembok, jawaban yang diberikan
siswa tidak salah tetapi dalam memberikan alasan, mereka menjawab tembok
tidak terbuat dari besi yang dapat ditembus magnet, padahal bahan yang tidak
terbuat dari besi dapat ditembus oleh magnet. Kedua jawaban tersebut
menunjukan adanya miskonsepsi pada soal ini.
Pada soal nomor 10 tentang kutub-kutub magnet sebagian siswa
menjawab dengan benar dengan alasan kutub magnet merupakan bagian dari
magnet yang penampangnya lebih kecil. Soal nomor 11 tentang magnet yang
didekatkan dengan magnet jarum. Sebagian siswa menjawab magnet akan
menempel pada salah satu ujung dengan alasan ujung yang lain akan menolak
magnet. Sebagian menjawab akan menempel di semua permukaan magnet
dengan alasan semua permukaan magnet karena magnet dalam bentuk apapun
disemua permukaan jarum pasti akan bisa menempel karena sifat magnet
jarum banyak menempel pada kedua ujungnya. Kedua jawaban tersebut
menunjukkan telah terjadi miskonsepsi dari soal ini, sebagian siswa menjawab
jarum akan banyak menempel pada kedua ujungnya, dengan alasan gaya tarik
magnet yang paling kuat menarik jarum yaitu pada ujung magnet (kutub
magnet), karena dikutub magnet gayanya paling kuat, jawaban ini sesuai
dengan konsep yang benar.
6. Magnet Bumi
Miskonsepsi yang terjadi pada soal nomor 14 adalah 24,48%. Soal ini
mengidentifikasi mengenai penyebab magnet jarum mengarah utara-selatan,
pada soal ini sebagian memberikan alasan kutub magnet berada di katulistiwa
sehingga ada gaya tarik bumi dengan magnet jarum, alasan yang diberikan
siswa ini jelas menimbulkan miskonsepsi. Konsep yang benar adalah magnet
jarum mengarah utara-selatan karena ada magnet lain di dekat magnet jarum
yaitu magnet bumi karena bumi mengandung logam yang bersifat magnet.
Sehingga secara keseluruhan bumi menjadi magnet raksasa.
7. Medan Magnet
Kemampuan siawa dalam menjawab soal nomor 15 menunjukkan
prosentase miskonsepsi yaitu 34,8%. Miskonsepsi yang terjadi pada konsep
ini yaitu medan magnet akan timbul apabila dalam ruangan tersebut hanya ada
satu magnet, ini jelas konsep yang keliru apabila dalam ruangan tersebut tidak
bahwa medan magnet adalah ruang disekitar magnet yang masih dipengaruhi
oleh magnet lain.
8. Garis Gaya Magnet
Soal nomor 16 terjadi miskonsepsi pada saat siswa memilih gambar
garis gaya magnet yang benar mereka memberikan alasan arah garis gaya
magnet yaitu dari utara ke selatan diluar magnet, tetapi ada sebagian besar
siswa menjawab pilihan yang salah dengan alasan arah garis gaya magnet dari
selatan ke utara diluar magnet karena magnet yang tidak senama akan tarik
menarik. Soal nomor 18 terjadi miskonsepsi yaitu siswa menganggap
kerapatan garis gaya magnet tidak berpengaruh terhadap medan magnet
karena tidak teraliri arus listrik. Konsep ini jelas salah yang benar adalah
makin rapat garis gaya magnet, akan mengakibatkan medan magnet semakin
kuat.
9. Elektromagnet
Soal nomor 19, 20, 21, 22 tentang elektromagnet. Miskonsepsi yang
terjadi yaitu tentang pengertian elektromagnet mereka menjawab
elektromagnet adalah arus listrik yang ditimbulkan oleh medan magnet
padahal elektromagnet yang benar adalah medan magnet yang ditimbulkan
arus listrik. Kemudian soal nomor 20, 21, dan 22 pertanyaannya hampir sama
mengenai cara memperkuat elektromagnet. Pada soal ini sebagian besar siswa
ketika soal diubah dalam bentuk gambar mereka menjawab gambar yang
terlihat menghasilkan kemagnetan terkuat adalah yang menggunakan baterai
lebih sedikit dengan alasan apabila menggunakan baterai yang lebih banyak
elektomagnet akan banyak diserap baterai, disini terjadi miskonsepsi. Karena
yang benar elektromagnet dapat diperkuat dengan memperbanyak lilitan
kumparan, menggunakan baterai yang lebih banyak dan menggunakan kawat
yang penampangnya lebih besar.
10. Gaya Lorentz
Soal nomor 23, 24 dan 25 dirancang untuk mengidentifikasi
miskonsepsi tentang gaya lorentz. Sebagian siswa menjawab gaya lorentz
adalah gaya tarik antar magnet karena apabila magnet tarik-menarik akan
menimbulkan gaya. Jawaban siswa tersebut jelas tidak tepat karena gaya
lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh kawat berarus dalam medan
magnet karena syarat terjadinya gaya lorentz adalah ada kawat atau pita
berarus listrik dan kawat tersebut berada dalam medan magnet. Soal
berikutnya terjadi miskonsepsi yaitu gaya lorentz akan lebih besar jika arus
diperkecil dan medan diperkuat, padahal yang benar adalah gaya lorentz akan
menimbulkan gaya yang lebih besar arus diperkuat dan medannya diperkuat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa tentang
kemagnetan adalah sebagai berikut:
1. Pengertian magnet. Miskonsepsinya adalah magnet diartikan sebagai besi
yang dapat menarik logam. Padahal jelas bahwa magnet bukanlah besi
melainkan sejenis logam yang dapat menarik logam jenis tertentu.
2. Interaksi benda yang didekatkkan dengan magnet. Miskonsepsinya adalah
semua benda padat dapat ditarik magnet. Padahal jelas bahwa konsep
tersebut keliru tidak semua benda padat dapat ditarik magnet, misalnya
benda padat yang tidak mengandung logam yang dapat ditarik magnet, tidak
bisa ditarik magnet.
3. Jenis-jenis benda magnetik. Miskonsepsinya adalah feromagnetik adalah
benda yang ditarik lemah oleh magnet, padahal konsep yang benar
feromagnetik adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet dan dapat
dimagnetkan.
4. Magnet buatan. Miskonsepsinya adalah semua benda bukan magnet dapat
dijadikan magnet, semua benda padat dapat dijadikan magnet, padahal
benda yang dapat dijadikan magnet adalah benda yang ditarik kuat oleh
dapat ditarik magnet adalah benda yang termasuk dalam golongan
feromagnetik.
5. Sifat-sifat magnet. Miskonsepsi yang terjadi pada konsep ini adalah pada
saat magnet didekatkan pada sekumpulan jarum pentul, jarum akan banyak
menempel pada semua permukaan magnet, padahal konsep yang benar
jarum pentul akan banyak menempel pada kedua ujung magnet karena ujung
magnet merupakan bagian kutub magnet yang memiliki gaya tarik paling
besar.
6. Magnet bumi. Miskonsepsinya adalah magnet jarum yang digantungkan
akan mengarah utara-selatan karena kutub magnet berada di katulistiwa
sehingga ada gaya tarik magnet bumi dengan magnet jarum, padahal konsep
yang benar magnet jarum mengarah utara-selatan karena ada magnet lain di
dekat magnet jarum yaitu magnet bumi karena bumi mengandung logam
yang bersifat magnet. Sehingga secara keseluruhan bumi menjadi magnet
raksasa.
7. Medan magnet. Miskonsepsinya adalah medan magnet tidak akan timbul
apabila dalam ruangan tersebut hanya ada satu magnet, ini jelas konsep yang
keliru apabila dalam ruangan tersebut tidak ada magnet lain tidak akan
timbul garis gaya. Dan lebih tepat didefinisikan bahwa medan magnet
adalah ruang disekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh magnet lain.
8. Garis gaya magnet. Miskonsepsinya adalah arah garis gaya magnet dari
menarik. Padahal yang benar arah garis gaya dari utara ke seklatan diluar
magnet.
9. Elektromagnetik. Miskonsepsinya adalah elektromagnet adalah arus listrik
yang ditimbulkan oleh medan magnet, padahal elektromagnet yang benar
adalah medan magnet yang ditimbulkan arus listrik.
10. Gaya lorentz. Miskonsepsinya adalah gaya lorentz adalah gaya tarik antar
magnet karena apabila magnet tarik-menarik akan menimbulkan gaya,
padahal gaya lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh kawat berarus
dalam medan magnet karena syarat terjadinya gaya lorentz adalah ada kawat
atau pita berarus listrik dan kawat tersebut berada dalam medan magnet.
B. SARAN
1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya miskonsepsi, namun kiranya belum
semua miskonsepsi terungkap dengan metode yang digunakan penulis.
Untuk mengungkap dan lebih dalam miskonsepsi yang dipunyai siswa
kiranya perlu dilengkapi metode yang lain, misalnya wawancara.
2. Dalam penelitian ini, miskonsepsi yang terungkap adalah
miskonsepsi-miskonsepsi kemagnetan secara kebutiran. Kiranya miskonsepsi-miskonsepsi tersebut
tidak saling lepas. Untuk mengungkap hal ini dapat ditempuh meminta
DAFTAR PUSTAKA
Amien (1979). Pendidikan Sains. IKIP YOGYAKARTA.
Budi, K. (1987). Konsep: Pembentukan dan Penanamannya. Marpaung, Y. &
Suparno, P. (Ed), Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika
dan Fisika (pp. 233-246). Yogyakarta, Indonesia: Universitas Sanata
Dharma.
Budi, K. (1992). Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang
terjadi. Yogyakarta: Widya Dharma. 113-130
Budi, K. (1998). Berbagai Strategi untuk Melibatkan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Fisika di SMU, Efektivitas dan Sikap Terhadap Efektivitas
tersebut. Yogyakarta: Widya Dharma. 43-69
Budi, K. (1997). Buku Teks Generasi Baru Fisika SLTP. Jakarta: Widya Utama.
Gandasari, A. (2006). Inventarisasi Kesalahan Konsepsi Siswa Tentang Gaya
Gesekan. Skripsi JPMIPA. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Giriyatno (1994). Pemahaman dan Salah Konsepsi dalam Mekanika tentang
Gerak pada Kelas I SMU BOPKRI I di Yogyakarta. Skripsi JPMIPA.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Gunawan, A. (1999). Miskonsepsi tentang Konsepsi Listrik Arus Searah Siswa
Kelas Satu Sekolah Menengah Umum di Yogyakarta. Skripsi JPMIPA.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Hasan, S., Bagayoko,D. And Kelly E.L. (1999). “Misconception and the Certainty
Kanginan, M. (1996). Fisika SMU untuk Kelas II Catur Wulan I. Jakarta:
Erlangga.
Masril, & Asma. (2002). Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Force
Concept Inventory dan Certainty of Response Index. Jurnal Fisika
Himpunan Fisika Indonesia,B5 No. 0559.
Pedoman Penulisan Skripsi, 2004. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Soedojo, Peter. (1985). Asas-asas Ilmu Fisika Jilid 2 tentang Listrik Magnet.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sudjana, N. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suparno, P (1987). Terjadinya Hipotesa, Hukum dan Teori dalam Fisika serta
Implikasinya Bagi Cara Belajar Mahasiswa. Marpaung, Y., & Suparno, P.
(Ed), Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika
(pp.155-170). Yogyakarta, Indonesia: Universitas Sanata Dharma.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dan Pendidikan. Yogyakarta,
Indonesia: Kanisius.
Suparno, P. (1998). Miskonsepsi (Konsep Alternatif) Siswa SMU dalam Bidang
Fisika. Budi, K., & Sarkim, T. (ed), Pendidikan Sains yang Humanistis (pp.
95-111). Yogyakarta, Indonesia: Kanisius.
Suparno, P. (2000). Diktat Kuliah Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Indonesia: Universitas Sanata Dharma.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep Pendidikan Fisika,
Van den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga, Indonesia:
Konsep /prinsip Miskonsepsi yang mungkin terjadi
Alat ukur Rincian Kemungkinan menjawab salah
A. Magnet
- Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik benda-benda logam jenis tertentu
- Benda dapat dibedakan menjadi dua :
1. Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetic disebut juga Feromagnetik. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas, dan besi.
2. Benda nonmagnetik yaitu benda yang ditarik dengan lemah atau tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda nonmagnetic di bagi menjadi dua :
a. Paramagnetik yaitu bahan yang ditarik lemah oleh magnet. Misalnya:
aluminium, platina, udara. b. Diamagnetik yaitu benda
yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Misalnya bismuth, seng, perak, air, tembaga,
- Semua jenis logam ditarik magnet (Twiest and Twiest dalam Paul Suparno, 2005)
- Semua benda padat ditarik kuat oleh magnet
- Semua besi dapat ditarik kuat oleh magnet
- Salah dalam
membedakan antara feromagnetik, paramagnetik
1. Magnet adalah…..
a. besi jenis tertentu yang dapat menarik logam jenis tertentu
b. besi yang dapat menarik logam terntentu c. sejenis logam yang dapat menarik benda-benda logam tertentu
Alasan……
2. Manakah dari benda-benda dibawah ini yang dapat ditarik kuat oleh magnet…. a. paku dan pines
b. paku dan air
c. Aluminium dan paku
Alasan …..
3. Manakah dari benda-benda dibawah ini yang tidak dapat ditarik oleh magnet…. a. air dan emas
b. emas dan pines c. aluminium dan emas Alasan …..
4. perhatikan uraian dibawah ini 1. ditarik kuat oleh magnet 2. ditarik lemah oleh magnet 3. dapat di magnetkan
- magnet adalah besi yang dapat menarik logam jenis tertentu - magnet adalah besi
- bismuth, seng, air, tembaga, emas, perak dapat ditarik magnet
- aluminium, platina, udara tidak dapat ditarik oleh magnet
- feromagnetik adalah benda yang tidak dapat ditarik kuat oleh magnet - paramagnetic adalah benda yang
emas.
- Berdasarkan asal usulnya,magnet dibagi menjadi dua
a. Magnet alam adalah magnet yang ditemukan atau
terbentuknya dialam dengan sendirinya
b. Magnet buatan adalah magnet yang sengaja dibuat manusia untuk keperluan tertentu. Magnet buatan dibedakan menjadi dua yaitu magnet tetap atau permanen dan magnet sementara atau remanen
- Cara membuat magnet buatan a. Menggosok benda dengan
magnet Cara ini dilakukan dengan
menggosok benda yang akan dibuat magnet, misalnya besi atau baja dengan magnet permanen
b. Membuat magnet dengan cara induksi
Membuat magnet dengan cara induksi adalah dengan
mendekatkan magnet pada
maupun diamagnetik listrik dapat dijadikan magnet
- Magnet hanya dapat dibuat dengan cara menghubungkan dengan arus listrik
- Kutub-kutub magnet terletak di semua permukaan magnet. -Semakin dekat jarak antara magnet dengan besi gaya tariknya akan
ciri-ciri feromagnetik ditunjukan pada nomor….
a. 1 dan 2 b. 1dan 3 c. 1saja
Alasan…….
5. Magnet yang dibuat dengan cara
menggosok besi dengan magnet disebut … a. aliran listrik
b. induksi c. memanaskan d. gosokan Alasan…. .
6. Benda bukan magnet yang dapat dijadikan magnet adalah ….
a. benda yang dapat ditarik magnet b. semua benda
c. benda yang menghantarkan arus listrik
Alasan ….
7. Semakin dekat jarak antara magnet dengan besi, gaya tariknya akan ….
a. semakin kuat b. semakin lemah c. tetap
d. hilang
- diamagnetic adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet
- magnet yang dibuat dengan cara menggosok besi dengan magnet disebut induksi
- magnet yang dibuat dengan cara menggosokan disebut magnet aliran listrik
- semua benda dapat dijadikan magnet - semua logam dapat dijadikan magnet - benda yang dapat ditarik magnet
dapat dijadikan magnet
- Jarak antara magnet dengan besi jika didekatkan , gaya tariknya semakin lemah
- Jarak antara magnet dengan besi jika didekatkan , gaya tariknya tetap - Jarak antara magnet dengan besi jika