• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN PADA SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN PADA SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

i

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN

PADA SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

SKRIPSI:

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh :

Diana Budi Ratna Sari NIM. 011424014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Setiap orang ada malaikat yang di depan dan di belakangnya yang

memantaunya atas perintah Allah SWT. Sungguh, Allah SWT tidak

akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri mengubah

dirinya. Dan apabila Allah SWT menghendaki keburukan suatu

kaum, tidak ada yang mampu untuk menolaknya dan tidak ada

pelindung bagi mereka kecuali Allah SWT”.

(Ar. Ra’ad: 11)

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI TENTANG KEMAGNETAN PADA

SISWA KELAS X SMA GAMA YOGYAKARTA

Diana Budi Ratna Sari.Identifikasi miskonsepsi tentang Kemagnetan Pada Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2006.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejauh mana miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta, (2) dalam hal apa sajakah miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta.

Penelitian dilaksanakan di SMA GAMA Yogyakarta pada bulan september 2006, dengan subyek partisipan 25 siswa kelas XA.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) soal tes berupa multiple choice dengan reasoning terbuka untuk mengetahui miskonsepsi terkait kemagnetan apa saja yang terjadi, (2) keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI (Certainty of Response Indeks) untuk mengetahui tingkat keyakinan berdasarkan jawaban siswa.

(7)

vii

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF MISCONCEPTION ON MAGNETISM OF STUDENTS AT GRADE X, GAMA SENIOR HIGH SCHOOL

YOGYAKARTA

Diana Budi Ratna Sari. Identification Of Magnetism of Students at Grade X, GAMA Senior High School Yogyakarta. Physics Education Study Program, Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta. 2006.

The purpose of the research is to know: (1) how far a misconseption related magnetism happened on students at grade X of GAMA Senior High School Yogyakarta, (2) what kinds of misconception on magnetism happened on students at grade X of GAMA Senior High School Yogyakarta.

The research was done at the GAMA Senior High School Yogyakarta in September 2006, with 25 participant subjects at grade XA.

The instruments in this research were: (1) material testing in the form of multiple choice with open reasoning to know any misconception related to what kinds of magnetism happened, (2) certainty of students in answering based on a CRI (Certainty of Response Index) to know the certainty rates based on the students answers.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmad dan hidayahNya, sehingga penelitian dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi tentang Kemagnetan Pada Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Drs. A. Atmadi, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

2. Segenap Dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya Bapak Sunarjo dan Bapak Aloysius Sugeng yang telah mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa JPMIPA.

3. Dra. Sun Lestari selaku Kepala Sekolah SMA GAMA Yogyakarta, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

4. Dra. Parjilah selaku guru Fisika kelas X SMA GAMA Yogyakarta atas bimbingan dan masukannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

(9)

ix

6. Keluarga besar Baedi dan Wiro Suwito yang telah menyayangi dan mendoakanku.

7. M. Irkham Khaidir atas dukungan dan perhatiannya.

8. Keluarga baruku di kos ”Birds Castle”: Susana, Lia, Siska, Vita, dan Irma atas dorongan dan persaudaraannya.

9. Sahabat-sahabatku tersayang: Maria Rosalina dan Sri Mujiati yang telah memberikan banyak arti persahabatan untukku.

10. Teman-teman seangkatan P Fis 01: Bayu, Esti, Lusy, Mas Hari, Ida, Sapto, Hema, Deni, Yanti, Tyas, Desi, Grace....makasih atas kebersamaan kita selama di Sanata Dharma.

11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan caranya tersendiri telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan tugas akhir penulis, sehingga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR TABEL... xv

BAB I. PENDAHULUAN... xvi

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah... 3

C. Rumusan Masalah... 3

D. Tujuan... 3

E. Manfaat... 4

BAB II. DASAR TEORI... 5

A. Hakikat Fisika... 5

B. Konsep... 6

C. Memahami Konsep... 8

D. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Kontruksivisme... 10

E. Miskonsepsi... 11

F. Identifikasi dan Remidiasi Miskonsepsi... 12

G. Konsep tentang Kemagnetan... 14

1. Magnet... 14

2. Sifat-sifat Magnet... 15

(11)

xi

4. Magnet Bumi... 17

5. Medan Magnet... 17

6. Gaya Lorentz... 18

7. Peta Konsep... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 20

A. Jenis Penelitian... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 20

C. Subyek Partisipan... 20

D. Metode Pengumpulan Data... 20

E. Penyusunan Instrumen... 21

F. Kualitas Instrumen... 23

G. Metode Analisis Data... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

A. Hasil dan Analisis Data... B. Pembahasan... 27 33 BAB V. PENUTUP... 41

A. Kesimpulan... 41

B. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 45

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1 Rancangan penyusunan soal untuk mengetahui

miskonsepsi tentang kemagnetan

49

Lampiran2 Soal-soal yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi

61

Lampiran 3 Keyakinan jawaban siswa berdasarkan skala CRI 69 Lampiran 4 Lembar jawaban keyakinan siswa berdasarkan skala

CRI

70

Lampiran 5 Data dan hasil prosentase jumlah siswa berdasarkan skala CRI

71

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Konsep kemagnetan dalam soal 21

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa

pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak

dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997).

Karena siswa sendiri mengkonstruksi pengetahuannya, tidak mustahil terjadi

kesalahan dalam mengkonstruksi ini karena siswa belum terbiasa

mengkonstruksi konsep fisika secara tepat dan belum mempunyai kerangka

ilmiah sebagai patokan.

Siswa dapat saja memiliki pengetahuan awal sebelum mereka

mengikuti pembelajaran formal di sekolah. Terkadang konsep awal yang

sudah mereka dapatkan dari lingkungannya tidak sesuai dengan konsep

pengetahuan ilmiah. Misalnya, pada saat siswa SD ditanya mengenai manakah

yang lebih besar antara bumi dan matahari, mereka menjawab bumi karena

dalam kehidupan sehari-hari siswa tersebut melihat matahari lebih kecil,

padahal yang benar adalah bumi lebih kecil daripada matahari.

Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang

tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para

pakar dalam bidang itu. Bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan,

hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau

(15)

Menurut Jean Piaget (Thorley dan Treagust, 1988), jika proses

asimilasi dan akomodasi dalam individu terjadi tidak dalam kondisi

keseimbangan mental dapat menimbulkan kesulitan dalam pembentukan

konsep dan bahkan dapat terjadi miskonsepsi. Penyampaian informasi yang

kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam proses

belajar juga diduga sebagai penyebab terjadinya miskonsepsi, bahkan

pemilihan strategi pengajaran yang kurang tepat dapat juga mengganggu

proses berfikir siswa dan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam

memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari. Dengan demikian apabila

guru berkeinginan untuk mengatasi kesulitan siswa terutama yang mempunyai

miskonsepsi, diperlukan pendeteksian miskonsepsi yang benar.

Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti fisika, biologi,

kimia, dan astronomi (Suparno, 2005). Dalam bidang fisika miskonsepsi juga

sering terjadi. Seperti yang telah diteliti, miskonsepsi terjadi pada konsep

mekanika, listrik dan magnet, panas, optika dan sifat-sifat materi, bumi dan

antariksa, serta fisika modern.

Menurut Suparno (2005), miskonsepsi dapat dideteksi melalui

berbagai macam cara yaitu dengan peta konsep, tes pilihan ganda (multiple

choice), tes essai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan

praktikum dengan tanya jawab.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian untuk mengetahui miskonsepsi dalam bidang fisika,

(16)

terjadi sehingga dapat dijadikan bahan untuk meluruskan konsep yang belum

benar pada siswa.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya akan membatasi pada identifikasi

miskonsepsi fisika tentang kemagnetan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Apakah telah terjadi miskonsepsi tentang kemagnetan pada siswa kelas

X SMA GAMA Yogyakarta ?

2. Dalam hal apa sajakah miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi pada

siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta ?

D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sejauh mana miskonsepsi terkait kemagnetan yang terjadi

pada siswa kelas X SMA GAMA Yogyakarta

2. Mengetahui miskonsepsi terkait kemagnetan apa saja yang terjadi pada

(17)

E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bagi siswa dan bagi

peneliti.

1. Bagi guru

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru bahwa

miskonsepsi masih banyak terjadi, dan supaya mendapatkan perhatian

yang serius agar tidak terulang lagi dengan merancang metode pengajaran

yang tepat.

2. Bagi siswa

Diharapkan dengan hasil penelitian ini siswa dapat menyadari miskonsepsi

yang terjadi pada dirinya dan dapat memperbaikinya.

3. Bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

pengajaran kelak pada saat peneliti menjadi pengajar, dan dijadikan

(18)

BAB II

DASAR TEORI

A. Hakikat Fisika

Salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) adalah Fisika.

Fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakikat sains. Conant

(sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi, 1998: 161) mendefinisikan sains

adalah bangunan antar deretan konsep dan skema konseptual (conceptual

schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan

observasi. Selanjutnya menurut Dawson (sebagaimana dikutip oleh Kartika

Budi, 1998: 161) sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia

yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya dan keinginan

untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.

Menurut Campbell (sebagaimana dikutip oleh Kartika Budi, 1998: 161), sains

adalah pengetahuan (knowledge) yang bermanfaat dan praktis serta cara atau

metode untuk memperolehnya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu

pengetahuan yang dibangun berdasarkan observasi dan hasil eksperimen

tentang alam semesta melalui suatu metode ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sains berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

(19)

Fisika juga digolongkan sebagai ilmu pengetahuan alami (natural

science) murni di mana fisika merupakan suatu ilmu yang mempelajari semua

gejala alam. Gejala alam itu sendiri tidak lain adalah sains yang di dalamnya

memuat fakta, konsep, teori dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.

Mempelajari fisika tidak akan terlepas dari metode ilmiah yang secara garis

besar memuat pengamatan atau observasi, hipotesis, ramalan dan pengujian

(Suparno, 1987: 155-156).

B. Konsep

Konsep adalah gambaran mental tentang sesuatu (Kartika Budi, 1987:

234). Gambaran mental itu diperoleh melalui generalisasi dari contoh-contoh,

data-data dan peristiwa-peristiwa khusus. Dalam pembelajaran fisika konsep

dapat berupa obyek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat, dan atribut

dari suatu obyek (Euwe van Den Berg, 1991: 8). Konsep sebagai gambaran

mental terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental maupun fisik.

Konsep sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi. Untuk membedakan

konsep yang satu dengan yang lain, konsep itu harus mengugkapkan

anggota-anggotanya.

Konsep dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dan tingkatannya

(Amien, 1979). Menurut bentuknya konsep dapat dibagi menjadi konsep

klasifikasi, konsep korelasi, dan konsep teoretis. Konsep klasifikasi adalah

konsep yang merupakan kelas tertentu yang memiliki banyak anggota,

(20)

setiap anggota dan mengabaikan hal-hal yang tidak sama. Contoh konsep

klasifikasi adalah konsep zat padat, zat cair, dan zat gas. Konsep korelasi

adalah konsep yang menyatakan hubungan antara beberapa konsep dan

terbentuk dari beberapa kejadian khusus yang saling berhubungan. Contoh

konsep korelasi adalah “bila suhu naik tekanan berubah”. Konsep teoretis

adalah konsep yang menunjuk pada teori tertentu. Konsep tersebut muncul

atau terbentuk karena keinginan para ilmuan untuk mengungkap dan

menjelaskan gejala-gejala alam yang ada lebih-lebih yang kompleks. Misalnya

konsep foton, struktur atom menurut Bohr, dan sebagainya.

Konsep menurut tingkatannya dibedakan menjadi konsep kongkret dan

konsep generalisasi. Konsep kongkret adalah konsep yang dibentuk dari

pemahaman langsung indera. Konsep ini merupakan dasar dari pembentukan

konsep-konsep yang lebih tinggi. Konsep generalisasi adalah konsep yang

merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman kongkret mengenai

konsep-konsep kongkrit misalnya kita dapat berkomunikasi dengan teman,

maka akan muncul rasa atau konsep kepuasan, kebahagiaan dan kekecewaan.

Agar konsep abstrak terbentuk harus terpenuhi kondisi-kondisi tertentu yang

lain atau tersusun dari beberapa konsep. Konsep yang demikian disebut

konsep sintesis. Sebaliknya, konsep yang merupakan komponen konsep

sintesis disebut konsep analisis.

Selain berdasarkan bentuk dan tingkatan, konsep juga dibedakan atas

konsep fisis, konsep logika matematis, dan konsep filosofis (Kartika Budi,

(21)

pada obyeknya (benda, besaran, proses dari benda atau besaran, relasi antar

besaran). Konsep logika matematis adalah konsep yang tidak berkaitan

langsung dengan obyeknya, namun mengacu pada perilaku dan operasi dalam

penanganan obyek. Misalnya: dadu, massa dadu, warna dadu, dan bentuk

dadu, semuanya merupakan konsep fisis dadu, sedangkan jumlah dadu baik

dihitung dari kiri maupun kanan yang menghasilkan konsep komutatif

penjumlahan, disebut konsep logika matematis. Konsep filosofis adalah

konsep yang berhubungan dengan kuantitas, misalnya baik, indah, jujur,

bijaksana dan sebagainya. Konsep filosofis pada umumnya dapat dibedakan

menurut derajatnya, misalnya konsep baik dapat dibedakan menjadi kurang

baik, lebih baik, agak baik dan sebagainya.

Dalam pembelajaran fisika yang kita hadapi adalah konsep-konsep

fisis sedangkan konsep logika matematis merupakan alat. Untuk itu perlu

disadari agar kegiatan belajar mengajar tidak bergeser menjadi kegiatan

belajar matematika. Konsep fisika yang kita hadapi dapat berupa

konsep-konsep fisis karena yang ditanamkan pada terdidik kebanyakan

besaran-besaran fisis beserta relasi dan sifat-sifatnya.

C. Memahami konsep

Proses belajar-mengajar di sekolah memiliki banyak tujuan yang salah

satunya adalah agar siswa memahami konsep yang telah dipelajari. Menurut

Kartika Budi (1992) beberapa indikator yang menunjukan pemahaman

(22)

bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna

dari konsep yang berkaitan kepada orang lain, (3) dapat menganalisis

hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) dapat menerapkan konsep

untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus (b) untuk

memecahkan masalah-masalah fisika baik secara teoretis maupun praktis (c)

memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem

bila kondisi tertentu dipenuhi, (5) dapat mempelajari konsep lain yang

berkaitan dengan cepat, (6) dapat membedakan konsep yang satu dengan

konsep lain yang saling berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar

dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari

konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

Menurut Bloom (dalam Nana Sudjana: 1990) tujuan pembelajaran

diklasifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu: (a) aspek kognitif, (b) aspek

afektif, dan (c) aspek psikomotorik. Pemahaman termasuk aspek kognitif,

karena berhubungan dengan hasil belajar intelegensia. Hasil belajar

intelegensia dapat dikategorikan menjadi enam tingkat (menurut Bloom,

dalam Iskandar, 1997: 96) yaitu: pengetahuan tentang fakta-fakta dan

prinsip-prinsip, pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide), penerapan

(menerapkan fakta dan ide pada situasi baru), analisis (memecahkan atau

membagi konsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubungannya

satu sama lain), sintesis (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide), dan evaluasi

(23)

dikategorikan golongan berpikir tingkat rendah, sedangkan empat hasil belajar

yang lain dikategorikan golongan berpikir tingkat tinggi.

D. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme

Suparno dalam bukunya “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep

Pendidikan Fisika” memaparkan bahwa miskonsepsi pada siswa dapat

dijelaskan dengan filsafat konstruktivisme. Filsafat konstruktivisme secara

singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa

sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan, dan bahan yang

dipelajari. Oleh karena siswa sediri yang mengkonstruksikan pengetahuannya,

maka tidak mustahil terdapat kesalahan dalam mengkonstruksinya.

Penyebabnya adalah siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika

secara tepat dan konsep tersebut tidak sesuai dengan kerangka ilmiah sebagai

patokan.

Siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, sebelum

mengikuti pelajaran formal di sekolah. Mereka memiliki pengalaman yang

diambil dari lingkungannya. Ini disebut prakonsepsi atau konsep awal siswa.

Misalnya sebelum siswa belajar mengenai “gerak” secara formal di sekolah

mereka mengalami peristiwa gerak dalam kehidupan mereka sendiri. Kadang

pengetahuan awal yang mereka punyai tidak sesuai dengan pengetahuan

ilmiah atau tidak sesuai dengan pengertian para pakar. Inilah yang

menyebabkan tejadinya miskonsepsi pada siswa. Pada saat siswa berhadapan

(24)

pengalaman dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Miskonsepsi dapat

diluruskan meskipun kadang sulit.

Menurut Suparno (2005) dalam pengertian konstruktivisme tampak

jelas bahwa miskonsepsi merupakan hal yang wajar dalam pembentukan

pengetahuan oleh seseorang yang sedang belajar. Adanya miskonsepsi

menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan bentukan siswa sendiri. Dengan

adanya miskonsepsi pada siswa guru dituntut untuk membantu siswa mencari

solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga miskonsepsi

dapat dikurangi.

E. Miskonsepsi

Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada salah satu konsep yang

tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para

pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005: 4). Bentuknya dapat berupa konsep

awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep, gagasan

intuitif, atau pandangan yang naif. Novak (sebagaimana dikutip oleh Suparno

2005) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep

dalam suatu pernyataan yang tidak diterima. Brown (sebagaimana dikutip oleh

Suparno 2005) menjelaskan miskonsepsi suatu pandangan yang naif dan

mendefinisikan suatu gagasan yang tidak cocok dengan pengertian ilmiah

yang sekarang diterima. Feldsine (sebagaimana dikutip oleh Suparno 2005)

menemukan miskonsepsi sebagai salah satu kesalahan dan hubungan yang

(25)

2005) menjelaskan lebih rinci mengenai arti miskonsepsi, ia memandang

miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan

konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan

konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsep-konsep-konsep-konsep yang tidak benar.

Menurut Clement (sebagaimana dikutip oleh suparno 2005) jenis

miskonsepsi yang banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama

proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsepsi) yang dibawa

siswa ke kelas formal. Pengetahuan awal dibentuk siswa melalui pengalaman

di lingkungannya. Sebelum mengikuti pelajaran formal di sekolah, mereka

sudah memiliki konsep mengenai konsep-konsep fisika. Misalnya siswa

beranggapan bahwa bila panas diberikan kepada air mendidih, maka suhu air

mendidih itu akan bertambah (Zarour dalam Paul Suparno, 2005). Padahal

yang benar adalah suhu air tetap sampai semuanya menjadi gas. Dengan kata

lain, dalam proses perubahan wujud, suhu tetap meski panas diberikan.

Menurut Suparno (2005) beberapa faktor yang memungkinkan adanya

miskonsepsi adalah siswa itu sendiri (konsepsi awal sebelum pelajaran,

pengalaman, kemampuan dan minat), guru yang juga punya salah pengertian

dan salah mengajar, dan buku yang digunakan. Di samping itu dapat pula

dikarenakan materi terlalu kompleks dan tidak sesuai dengan perkembangan

berfikir siswa atau materi yang dibahas sangat asing dengan pengalaman

(26)

F. Identifikasi dan Remidiasi Miskonsepsi

Menurut Kartika Budi dalam tulisannya yang berjudul Pemahaman

Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi (1992), miskonsepsi

dapat dideteksi atau diidentifikasi melalui langkah-langkah: (1) hakikat atau

makna suatu konsep dipahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, (2)

berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari

kemungkinan-kemungkinan salah konsepsi yang terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan-kemungkinan salah

konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian

singkat, maupun pilihan berganda) yang memungkinkan kesalahan dapat

dideteksi, dan (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan maupun tertulis),

hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang

sungguh terjadi.

Selain cara pengidentifikasian di atas, Suparno dalam bukunya yang

berjudul Miskonsepsi dan Perubahan Konsep yang Terjadi, menyatakan

bahwa miskonsepsi juga dapat dideteksi dengan berbagai macam cara (1) peta

konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antar konsep-konsep dan

menekankan gagasan-gagasan pokok yang disusun secara hirarkis.

Miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antar

konsep itu benar atau salah, (2) tes pilihan ganda (multiple choice) dengan

pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia

mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan

ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya, (3) tes esai tertulis, (4)

(27)

atau peneliti bebas bertanya pada siswa dan siswa pun bebas menjawab, (5)

diskusi dalam kelas, (6) praktikum dengan tanya jawab, di mana selama

praktikum guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa

menjelaskan persoalan dalam konsep tersebut.

G. Konsep Tentang Kemagnetan

1. Magnet

Kata magnet diduga berasal dari kata magnesia yaitu nama daerah di

Asia kecil. Di daerah itu, menurut dongeng kira-kira 4000 tahun yang lalu,

ditemukan suatu jenis batu yang mempunyai sifat dapat menarik besi, baja

atau campuran logam lainnya. Magnet adalah sejenis logam yang dapat

menarik benda-benda logam jenis tertentu.

Benda dapat dibedakan menjadi dua:

1. Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh

magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetik disebut juga

feromagnetik. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas, dan besi.

2. Benda nonmagnetik, yaitu benda yang ditarik dengan lemah atau tidak

dapat ditarik oleh magnet. Benda nonmagnetik dibagi menjadi dua:

a) Paramagnetik, yaitu bahan yang ditarik lemah oleh magnet.

Misalnya: aluminium, platina, dan udara.

b) Diamagnetik, yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.

(28)

Berdasarkan asal usulnya, magnet dibagi menjadi dua:

a) Magnet alam adalah magnet yang ditemukan atau terbentuknya di alam

dengan sendirinya.

b) Magnet buatan adalah magnet yang sengaja dibuat manusia untuk

keperluan tertentu. Magnet buatan dibedakan menjadi dua yaitu magnet

tetap atau permanen dan magnet sementara.

Cara membuat magnet buatan:

1. Menggosok benda dengan magnet

Cara ini dilakukan dengan menggosok benda yang akan dibuat magnet,

misalnya besi atau baja, dengan magnet permanen.

2. Membuat magnet dengan cara induksi

Membuat magnet dengan cara induksi adalah dengan mendekatkan

magnet pada benda tertentu sehingga benda tersebut dapat bersifat

magnet.

3. Membuat magnet dengan arus listrik

Magnet yang terjadi karena arus listrik disebut magnet listrik atau

elektromagnetik. Kuat medan elektromagnet dipengaruhi oleh

faktor-faktor yaitu kuat arus dan banyaknya lilitan. Makin kuat arus makin kuat

medan magnet dan makin banyak lilitan makin kuat juga medan

magnetnya.

Elektromagnet digunakan dalam bel listrik, peswat telefon, dan saklar

jarak jauh atau relay.

(29)

Apabila magnet didekatkan dengan benda yang memiliki sifat

kemagnetan, magnet tersebut akan menarik benda-benda di sekitar

magnet tersebut. Gaya tarik yang paling kuat terletak pada kutub-kutub

magnet.

b) Gaya tarik magnet dapat menembus benda

Gaya tarik ini dapat terjadi apabila sebuah magnet diletakan pada kertas

dan pada sebaliknya diletakan serbuk besi. Serbuk besi tersebut akan

mengikuti arah magnet yang digerakan.

c) Magnet mempunyai dua kutub

Bagian magnet yang gayanya paling kuat disebut kutub magnet. Magnet

selalu memiliki dua kutub. Pada magnet batang, yang merupakan kutub

adalah ujung-ujungnya. Pada magnet keping, yang merupakan kutubnya

adalah kedua permukaan yang lebar. Pada magnet jarum, magnet U, dan

magnet ladam, kutub-kutubnya adalah ujung-ujungnya.

Sifat kemagnetan akan hilang apabila dipukul-pukul dengan keras.

3. Medan magnet alam

Magnet dapat menarik logam tertentu. Ini berarti magnet dapat

melakukan gaya pada logam tertentu atau magnet lain. Gaya yang dilakukan

magnet disebut gaya magnet. Bagian magnet yang memiliki gaya paling kuat

disebut kutub magnet. Magnet memiliki dua kutub. Dalam kedaan bebas

bergerak magnet batang selalu mengarah utara selatan. Yang mengarah ke

2. Sifat-sifat magnet

(30)

utara dinamakan kutub utara (U) dan yang mengarah ke selatan disebut kutub

selatan (S). Magnet batang betapapun kecilnya selalu mengarah ke kutub utara

dan selatan. Dapat ditunjukan dengan mudah bahwa antar kutub senama dua

magnet terjadi gaya saling tolak menolak sedangkan antar kutub tak senama

tarik menarik.

4. Magnet Bumi

Magnet batang yang dapat bergerak bebas selalu mengarah utara

selatan. Hal tersebut dapat terjadi karena ada magnet lain yang menariknya,

yaitu magnet bumi.

Bumi bersifat magnet karena bumi mengandung berbagai macam

logam yang bersifat magnet, sehingga secara keseluruhan bumi menjadi

magnet raksasa.

5. Medan Magnet

Sebuah magnet akan membangkitkan medan magnet dalam ruangan di

sekitar magnet tersebut.

Medan magnet adalah ruangan yang memiliki sifat membuat magnet

lain yang diletakan di setiap titik dalam ruangan tersebut mengalami gaya

magnet. Adanya medan magnet digambarkan dengan garis medan magnet.

Garis medan magnet adalah garis (lurus/lengkung) yang memiliki sifat

(31)

Tiga aturan tentang garis-garis medan magnet:

1. Garis-garis medan magnet tidak pernah berpotongan.

2. Garis-garis medan magnet selalu mengarah radikal keluar menjauhi

kutub utara dan mengarah radikal ke kutub selatan.

3. Tempat di mana garis-garis medan rapat menyatakan medan magnet

yang kuat, sebaliknya tempat di mana garis-garis medan renggang

menyatakan medan magnet yang lemah.

Berdasarkan sifat gaya interaksinya, maka arah garis medan magnet

adalah dari kutub utara menuju kutub selatan di luar magnet.

6. Gaya Lorentz

Gaya Lorentz adalah gaya yang dialami oleh kawat atau pita

berarus dalam medan magnet.

Syarat adanya gaya lorentz adalah ada kawat atau pita berarus listrik

dan kawat atau pita tersebut berada dalam medan magnet.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya gaya lorentz adalah sebagai

berikut:

a. makin kuat arus dalam kawat, makin besar gaya lorentz

b. makin kuat medan magnet di mana kawat itu berada, makin besar juga

gaya lorentznya.

c. Besarnya gaya lorentz juga dipengaruhi oleh panjang kawat yang

(32)

7. Peta Konsep

Kutub utara Kutub Selatan

M

Benda magnetik Benda bukan magnetik Dapat berupa

Dapat berupa

Bekerja pada

Dapat berupa Dapat berupa

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Termasuk

penelitian kuantitatif karena data miskonsepsi yang diteliti dinyatakan dalam

persen. Deskripsi digunakan untuk memaparkan atau menjelaskan bagaimana

miskonsepsi siswa.

Dalam penelitian ini, digunakan studi kasus yaitu penelitian terhadap

suatu subyek, keadaan atau kejadian khusus. Bahan yang diteliti kecil

lingkupnya, sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa

yang diteliti saja. Kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan

pada keadaan di luar kasus yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : SMA GAMA Yogyakarta

Waktu : Dilaksanakan pada semester I, yaitu pada bulan september 2006

C. Subyek Partisipan

Siswa kelas X A yang berjumlah 25 siswa

D. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan soal tes yang diberikan

(34)

mana miskonsepsi yang terjadi, bukan untuk menentukan keberhasilan atau

prestasi belajar siswa.

E. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian yang dipakai terdiri dari :

1. Soal Tes

Soal tes dalam penelitian ini berupa soal multiple choice dengan

reasoningterbuka. Soal-soal disusun berdasarkan indikator yang telah disusun

penulis dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing (lampiran 1). Soal tes

yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 soal, setiap soalnya

mengandung konsep-konsep kemagnetan berdasarkan peta konsep.

Tabel 1. Konsep Kemagnetan dalam soal

No Soal Konsep Kemagnetan

1 No. 1 Pengertian magnet 2 No. 2, No.3 Interaksi benda yang di

dekatkan dengan magnet 3 No. 4 Jenis-jenis benda magnetik 4 No. 5, No. 6 Cara membuat magnet

buatan 5 No. 7, No. 8, No. 9, No.

10, No. 11, No. 12, No.13, No. 14, No. 15, No.16

Sifat-sifat magnet

6 No. 17 Magnet bumi 7 No. 18 Medan magnet 8 No. 19, No. 20, No. 21 Garis gaya magnet

9 No. 22, No. 23, No.24, No. 25

Elektromagnetik

(35)

Tabel 2. Contoh soal tes untuk mengidentifikasi miskonsepsi

Konsep /prinsip Miskonsepsi yang mungkin terjadi

Alat ukur

Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetik disebut juga Feromagnetik.

Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas.

Semua jenis

1.Manakah dari benda-benda di bawah ini yang dapat ditarik kuat oleh magnet….

a. paku dan pines b. paku dan air

c. Aluminium dan paku

Alasan …..

2. Keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI

Penelitian ini juga dilengkapi dengan CRI (Certainty of Response

Indek) pada setiap item soal untuk mengetahui tingkat keyakinan jawaban

siswa. Selain itu, CRI juga digunakan untuk membedakan jawaban tes antara

siswa yang menjawab karena menerka, kekurangan pengetahuan, miskonsepsi,

dan siswa yang benar- benar mengerti konsep (Hasan, S.; Bayoko; & Kelly,

E.L.; 1999: 294 dan Masril, Asma, 2002)

Keyakinan jawaban siswa dilihat berdasarkan CRI untuk setiap item soal

sebagai berikut :

Dalam menjawab soal tersebut, saya :

(36)

b. Menerka dengan mempertimbangkan pengetahuan yang saya miliki

c. Menggunakan pengetahuan dan pikiran tetapi tidak yakin dengan

jawaban yang saya berikan

d. Menggunakan pengetahuan dan pikiran dan saya yakin dengan jawaban

yang saya berikan

e. Menggunakan pengetahuan dan pikiran dan saya sangat yakin dengan

jawaban yang saya berikan

F. Kualitas Instrumen

Kualitas instrumen dicapai melalui analisis materi dan uji coba tes

tulis. Analisis materi dilakukan oleh peneliti dan dikonsultasikan pada dosen

pembimbing. Uji coba soal tes diberikan pada siswa kelas X pada sekolah

yang berbeda dengan yang akan digunakan untuk penelitian yaitu di STM

Pembangunan Yogyakarta. Uji coba bertujuan untuk mengetahui apakah siswa

memahami soal yang diberikan dan untuk memberikan gambaran kapada

peneliti mengenai miskonsepsi yang terjadi. Uji coba soal digunakan juga

untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal.

Dari hasil uji coba soal tersebut terdapat soal yang dihapus. Soal yang

dihapus yaitu soal No. 14, No. 17, dan soal No. 18. Hal ini dilakukan karena

waktu yang disediakan tidak mencukupi untuk mengerjakan soal, sehingga

jumlah soal yang sebelumnya 28 soal dikurangi menjadi 25 soal. Dalam

menentukan soal yang dihapus peneliti mengkonsultasikan terlebih dahulu

(37)

G. Metode analisis Data

Dalam menentukan siswa yang mengalami miskonsepsi, peneliti

menggunakan keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI (Certainty of

Response Index) pada setiap item soal untuk mengetahui tingkat keyakinan

siswa akan jawabannya. Selain itu CRI juga digunakan untuk membedakan

jawaban tes antara siswa yang menjawab karena menerka, kurang

pengetahuan, miskonsepsi, dan siswa yang benar-benar mengerti konsep

(Hasan, S.; Bayoko; & Kelly, E.L.; 1999: 294 dan Masril, Asma, 2002)

Tabel 3. Skala keyakinan siswa berdasarkan CRI

Skala Keyakinan siswa

0 Jawaban sepenuhnya menerka 1 Jawaban menerka dengan

mempertimbangkan pengetahuan yang dimilikinya

2 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran tetapi tidak yakin akan kebenaran jawaban

Kekurangan pengetahuan

3 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran dan yakin akan kebenaran jawaban

4 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran dan sangat yakin dengan kebenaran jawaban

Memiliki pengetahuan

Skala 0 – 2 menunjukkan bahwa siswa menjawab soal dengan menerka, baik

(38)

pengetahuan siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Skala 3 – 4

menunjukkan bahwa siswa tidak menerka dalam menjawab soal, melainkan

menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada jawaban yang

dipilih. Jika jawaban siswa salah, menunjukkan adanya kesalahan penerapan

pengetahuan yang dimiliki siswa dalam menjawab soal. Kesalahan siswa ini

mengindikasikan adanya miskonsepsi.

Tabel 4. Kriteria pengelompokan siswa berdasarkan CRI

Tipe Jawaban siswa Skala CRI Rendah

(≤ 2,5)

Skala CRI Tinggi

(> 2,5)

Jawaban Benar Kurang Pengetahuan Pengetahuan Konsep benar

Jawaban Salah Kurang Pengetahuan Miskonsepsi

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa apabila siswa menjawab

benar atau salah dengan skala CRI rendah (≤ 2,5), siswa tersebut masih

kurang memiliki pengetahuan. Apabila siswa menjawab benar dengan skala

CRI yang tinggi (> 2,5) berarti siswa tersebut memiliki konsep yang benar dan

memiliki pengetahuan, tetapi apabila siswa menjawab salah dengan skala CRI

yang tinggi menunjukkan siswa tersebut mengalami miskonsepsi.

Siswa yang mengalami miskonsepsi ditentukan dengan jawaban yang

diberikan melalui tes miskonsepsi dan tes keyakinan berdasarkan skala CRI.

Kemudian hasil tersebut dikelompokkan sehingga diperoleh prosentase siswa

(39)

Soal-soal dari tes miskonsepsi dikelompokkan berdasarkan konsep dari

miskonsepsi yang akan diteliti. Konsep-konsep tersebut seperti terlihat pada

tabel 1.

Dari pengelompokan dan tes miskonsepsi tersebut dapat ditentukan

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Analisis Data

1. Hasil Analisis Data Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI

Tabel 5, Prosentase jumlah siswa berdasarkan skala CRI

Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI

(41)

Lanjutan tabel 5, Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI

Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI

Jawaban benar Jawaban salah No

2. Tabel 6, konsep yang benar dan variasi miskonsepsi siswa

No Konsep yang benar Variasi miskonsepsi 1 Pengertian magnet

Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik benda-benda logam jenis tertentu (soal no. 1)

- magnet adalah besi yang dapat menarik logam jenis tertentu

- magnet adalah logam yang dapat menarik logam yang lain

2 Benda dapat dibedakan menjadi dua:

- benda magnetik, yaitu benda

(42)

yang dapat ditarik kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas, dan besi (soal no. 2). - Benda nonmagnetik yaitu

benda yang ditarik lemah atau tidak dapat ditarik oleh magnet (soal no. 3).

- paku dan pines termasuk logam, dan benda yang terbuat dari logam pasti ditarik kuat oleh magnet

- emas dan air tidak mengandung logam sehingga tidak dapat ditarik magnet

3 Feromagnetik adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet dan dapat dimagnetkan (soal no. 4)

- feromagnetik adalah benda yang ditarik lemah oleh magnet

- feromagnetik adalah jenis magnet yang tidak dapat dimagnetkan

4 Cara membuat magnet buatan: a. Menggosok benda dengan

magnet, cara ini dilakukan dengan menggosok benda yang akan dijadikan magnet, misalnya besi atau baja dengan magnet permanen (soal no. 5)

b. Membuat magnet dengan cara induksi, cara ini

dilakukan dengan mendekatkan magnet pada

benda tertentu sehingga benda tersebut dapat bersifat magnet

- semua benda bukan magnet dapat dijadikan magnet

- benda bukan magnet apabila dialiri arus listrik akan menjadi magnet

- Induksi adalah membuat magnet dengan cara digosok - Benda yang dapat ditarik

(43)

c. Membuat magnet dengan arus listrik, magnet yang terjadi karena arus listrik disebut elektromagnet

5 Sifat-sifat magnet

a. Magnet mempunyai gaya gaya tarik

apabila magnet di dekatkan dengan benda yang memiliki sifat kemagnetan, benda tersebut akan menarik benda di sekitar magnet tersebut dan gaya yang paling kuat terdapat pada kutub magnet (soal no. 7)

b. Gaya tarik magnet dapat menembus benda

gaya tarik ini terjadi apabila sebuah magnet di letakkan pada kertas dan sebaliknya diletakkan serbuk besi maka serbuk besi tersebut akan mengikuti arah magnet yang digerakkan (soal no.8. no.9) c.Magnet mempunyai dua

kutub

Magnet selalu memiliki dua kutub. Pada magnet batang, yang merupakan kutub adalah ujung-ujungnya. Pada magnet

- Semakin dekat jarak antar magnet gaya tarik magnetnya semakin lemah

- kutub magnet adalah bagian yang penampangnya lebih kecil

- magnet yang didekatkan dengan magnet batang akan banyak menempel pada salah satu ujung karena ujung yang satu menarik magnet dan yang lain menolak magnet

- gaya tarik magnet dapat menembus benda apapun

- tripleks, kertas, tembok tidak dapat ditembus oleh gaya tarik magnet karena tidak terbuat dari besi

- magnet U yang digantung ujungnya akan bergerak selatan-timur karena kutub yang di utara lebih kuat gaya tariknya

(44)

keping yang merupakan kutub adalah permukaan yang lebar (soal no.10, no. 11, dan no.12, no. 13)

paling lemah pada bagian yang berada di tengah karena kutubnya sudah terbagi-bagi sehingga dapat melemahkan gayanya

- kutub yang senama akan tolak menolak karena kutub yang senama memiliki daya yang sama dan arah tarikannya berbeda

6 Magnet bumi

Magnet batang yang bergerak bebas selalu mengarah utara selatan, ini disebabkan karena ada magnet lain yang menariknya yaitu magnet bumi (soal no.14).

- magnet jarum mengarah utara selatan karena kutub-kutub magnet berada di katulistiwa

7 Medan Magnet

Medan magnet adalah ruangan yang memiliki sifat membuat magnet lain yang diletakkan di setiap titik dalam ruangan tersebut mengalami gaya magnet (soal no.15).

- medan magnet tidak akan terjadi apabila dalam ruangan tersebut hanya ada satu magnet

8 Garis gaya magnet

Aturan tentang garis-garis medan magnet:

- Garis medan magnet tidak pernah berpotongan

- Garis medan magnet selalu

- kerapatan garis gaya magnet tidak berpengaruh terhadap medan magnet karena tidak dialiri arus listrik

(45)

mengarah radial keluar menjauhi kutub utara dan mengarah radial ke kutub selatan (soal no.16)

- Tempat dimana garis-garis medan rapat menyatakan medan magnet yang kuat, sebaliknya tempat dimana

garis-garis medan renggang menyatakan medan magnet yang lemah (soal no.17 dan no. 18)

magnet karena magnet yang tidak senama akan tarik menarik

- garis gaya magnet tidak akan terbentuk bila kutubnya sama

9 Elektromagnet

Magnet yang terjadi karena arus listrik disebut magnet listrik atau elektromagnetik. Kuat medan elektromagnet dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu kuat arus dan banyaknya lilitan. Makin kuat arus makin kuat medan magnet dan makin banyak lilitan makin kuat juga medan magnetnya (soal no.19, no. 20, no. 21, no. 22)

- elektromagnet adalah arus listrik yang ditimbulkan oleh medan magnet

- elektromagnet semakin kuat apabila menggunakan baterai lebih sedikit sehingga elektromagnet tidak terserap baterai

- penambahan baterai dalam pembuatan magnet arus listrik akan menyebabkan gaya tariknya berkurang karena dihisap oleh baterai

10 Gaya lorentz

Gaya Lorentz adalah gaya yang dialami oleh kawat atau pita berarus dalam medan magnet (soal no. 23).

- gaya lorentz adalah gaya tarik antar magnet, karena apabila magnet tarik-menarik akan menimbulkan gaya

(46)

Syarat adanya gaya lorentz adalah ada kawat atau pita berarus listrik dan kawat atau pita tersebut berada dalam medan magnet.

Faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya gaya lorentz adalah sebagai berikut: a. makin kuat arus dalam

kawat, makin besar gaya lorentz

b. makin kuat medan magnet dimana kawat itu berada, makin besar juga gaya lorentznya.

c. Besarnya gaya lorentz juga dipengaruhi oleh panjang kawat yang berada dalam medan magnet (soal no.24)

jika arus diperkecil medannya diperkuat

- arah gaya lorentz arah arus tegak lurus dengan gayanya

B. Pembahasan

Tabel 5 merupakan tabel yang berisi tentang jumlah siswa

berdasarkan skala CRI, Prosentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skala CRI,

tabel ini sekaligus menjawab rumusan masalah “Apakah telah Terjadi

Miskonsepsi Tentang Kemagnetan”. Dari tabel ini juga diketahui soal-soal

mana saja yang sering terjadi miskonsepsi, kurang pengetahuan dan konsep

yang benar. Soal yang paling sering terjadi miskonsepsi dapat diketahui

(47)

yaitu soal no. 11 yaitu 73,92%. Soal ini bertujuan untuk mengidentifikasi

sifat-sifat magnet. Dan soal yang mendapatkan prosentase miskonsepsi paling

rendah yaitu soal no. 22 yaitu 12 %.

Tabel 6 merupakan tabel yang berisi tentang konsep yang benar

dibandingkan dengan variasi miskonsepsi siswa. Soal nomor 1 untuk

mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam mendefinisikan

tentang pengertian magnet. Soal nomor 2, 3 untuk mengidentifikasi

miskonsepsi yang terjadi tentang interaksi benda-benda yang didekatkan

dengan magnet. Soal nomor 4 adalah soal untuk mengetahui miskonsepsi

tentang jenis-jenis benda magnetik. Soal nomor 5 dan 6 adalah soal yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi cara-cara membuat magnet. Soal nomor

7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 adalah soal untuk mengidentifikasi tentang sifat-sifat

magnet. Soal nomor 14 dimaksudkan untuk mengetahui miskonsepsi siswa

tentang magnet bumi, dan 15 dimaksudkan untuk mengetahui miskonsepsi

tentang konsep medan magnet. Soal 16, 17, 18 dimaksudkan untuk

mengidentifikasi miskonsepsi tentang garis gaya magnet. Soal nomor 19, 20,

21 untuk mengidentifikasi mengenai elektromagnetik. Dan soal nomor 23 dan

25 untuk mengidentifikasi miskonsepsi tentang gaya lorentz.

Tabel ini juga merupakan tabel yang menjawab rumusan masalah

“Miskonsepsi apa saja yang terjadi pada Konsep Kemagnetan” dan secara

skematis miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa dapat dirangkumkan

(48)

1. Pengertian magnet

Kemampuan siswa dalam menjawab soal nomor 1 mengenai

pengertian magnet masih terdapat miskonsepsi. Ini bisa dilihat dari prosentase

miskonsepsi yaitu sebesar 40,48%. Sebagian siswa menjawab benar dengan

alasan yang keliru siswa masih menganggap magnet adalah besi yang dapat

menarik logam, padahal konsep yang benar magnet adalah sejenis logam yang

dapat menarik logam jenis tertentu.

2. Interaksi Benda yang Di dekatkkan Dengan Magnet

Kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal mengenai konsep

interaksi benda yang didekatkan dengan magnet sangat bervariasi. Untuk soal

nomor 2 dan 3 sebagian besar siswa menjawab benar tetapi dengan alasan

yang keliru. Sebagian siswa memberikan alasan untuk jawaban nomor 2 dan 3

yaitu paku dan pines dapat ditarik kuat oleh magnet karena memiliki kadar

besi yang tinggi. Sebagian siswa juga menjawab paku dan pines termasuk

logam, dan benda yang terbuat dari logam pasti dapat ditarik magnet.

Sebagian siswa juga memberikan alasan semua benda padat dapat ditarik

magnet. Alasan yang diberikan siswa tidak sepenuhnya salah tetapi setelah

diidentifikasi ternyata siswa tersebut mengalami miskonsepsi yaitu tidak

semua logam dapat ditarik magnet.

3. Jenis-jenis Benda Magnetik

Pada soal nomor 4 siswa diberi pertanyaan mengenai jenis-jenis benda

(49)

antara feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Seperti ketika mereka

diberikan pertanyaan mengenai feromagnetik mereka memberikan alasan

feromagnetik adalah benda yang ditarik lemah dan tidak dapat dimagnetkan

padahal ini keliru, yang benar feromagnetik adalah benda yang dapat ditarik

kuat oleh magnet dan benda tersebut dapat dimagnetkan.

4. Magnet Buatan

Pada soal nomor 5 dan nomor 6, siswa diberikan pertanyaan mengenai

pembuatan magnet. Pada soal nomor 5 siswa diberikan pertanyaan mengenai

benda bukan magnet yang dapat dijadikan magnet. Sebagian besar siswa

menjawab benda yang dapat ditarik magnet karena mereka beranggapan

bahwa benda yang dapat dijadikan magnet pasti mengandung logam yang

pasti ditarik magnet. Sebagian siswa juga menjawab semua benda dapat

dijadikan magnet dengan memberikan alasan, semua benda dapat dijadikan

magnet asalkan benda tersebut berwujud padat. Dari alasan yang diberikan

siswa tersebut menunjukan adanya miskonsepsi tentang benda bukan magnet

yang dapat dijadikan magnet padahal konsep yang benar adalah benda yang

dapat ditarik kuat oleh magnet seperti benda jenis feromagnetik dapat

dijadikan magnet dengan cara menggosok-gosokkan dengan magnet

permanen. Berdasarkan pada tabel 6 miskonsepsi yang terjadi pada nomor 6

(50)

5. Sifat-sifat Magnet

Kemampuan siswa pada saat menjawab soal nomor 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13 tentang konsep sifat-sifat magnet sangat bervariasi dalam memberikan

alasan. Miskonsepsi yang terjadi dalam konsep ini yang tertinggi yaitu soal

nomor 11 sebesar 73,92 % yaitu soal untuk mengidentifikasi sifat-sifat

magnet. Pada soal nomor 8 dan 9 mengenai gaya tarik magnet yang dapat

menembus benda. Soal ini berisi tentang bahan apa saja yang dapat ditembus

oleh gaya tarik magnet dan kenapa paku dapat bergerak pada saat kertas

karton digerakan, dalam soal ini siswa banyak menjawab bahan yang tidak

dapat ditembus gaya tarik magnet adalah tembok, jawaban yang diberikan

siswa tidak salah tetapi dalam memberikan alasan, mereka menjawab tembok

tidak terbuat dari besi yang dapat ditembus magnet, padahal bahan yang tidak

terbuat dari besi dapat ditembus oleh magnet. Kedua jawaban tersebut

menunjukan adanya miskonsepsi pada soal ini.

Pada soal nomor 10 tentang kutub-kutub magnet sebagian siswa

menjawab dengan benar dengan alasan kutub magnet merupakan bagian dari

magnet yang penampangnya lebih kecil. Soal nomor 11 tentang magnet yang

didekatkan dengan magnet jarum. Sebagian siswa menjawab magnet akan

menempel pada salah satu ujung dengan alasan ujung yang lain akan menolak

magnet. Sebagian menjawab akan menempel di semua permukaan magnet

dengan alasan semua permukaan magnet karena magnet dalam bentuk apapun

disemua permukaan jarum pasti akan bisa menempel karena sifat magnet

(51)

jarum banyak menempel pada kedua ujungnya. Kedua jawaban tersebut

menunjukkan telah terjadi miskonsepsi dari soal ini, sebagian siswa menjawab

jarum akan banyak menempel pada kedua ujungnya, dengan alasan gaya tarik

magnet yang paling kuat menarik jarum yaitu pada ujung magnet (kutub

magnet), karena dikutub magnet gayanya paling kuat, jawaban ini sesuai

dengan konsep yang benar.

6. Magnet Bumi

Miskonsepsi yang terjadi pada soal nomor 14 adalah 24,48%. Soal ini

mengidentifikasi mengenai penyebab magnet jarum mengarah utara-selatan,

pada soal ini sebagian memberikan alasan kutub magnet berada di katulistiwa

sehingga ada gaya tarik bumi dengan magnet jarum, alasan yang diberikan

siswa ini jelas menimbulkan miskonsepsi. Konsep yang benar adalah magnet

jarum mengarah utara-selatan karena ada magnet lain di dekat magnet jarum

yaitu magnet bumi karena bumi mengandung logam yang bersifat magnet.

Sehingga secara keseluruhan bumi menjadi magnet raksasa.

7. Medan Magnet

Kemampuan siawa dalam menjawab soal nomor 15 menunjukkan

prosentase miskonsepsi yaitu 34,8%. Miskonsepsi yang terjadi pada konsep

ini yaitu medan magnet akan timbul apabila dalam ruangan tersebut hanya ada

satu magnet, ini jelas konsep yang keliru apabila dalam ruangan tersebut tidak

(52)

bahwa medan magnet adalah ruang disekitar magnet yang masih dipengaruhi

oleh magnet lain.

8. Garis Gaya Magnet

Soal nomor 16 terjadi miskonsepsi pada saat siswa memilih gambar

garis gaya magnet yang benar mereka memberikan alasan arah garis gaya

magnet yaitu dari utara ke selatan diluar magnet, tetapi ada sebagian besar

siswa menjawab pilihan yang salah dengan alasan arah garis gaya magnet dari

selatan ke utara diluar magnet karena magnet yang tidak senama akan tarik

menarik. Soal nomor 18 terjadi miskonsepsi yaitu siswa menganggap

kerapatan garis gaya magnet tidak berpengaruh terhadap medan magnet

karena tidak teraliri arus listrik. Konsep ini jelas salah yang benar adalah

makin rapat garis gaya magnet, akan mengakibatkan medan magnet semakin

kuat.

9. Elektromagnet

Soal nomor 19, 20, 21, 22 tentang elektromagnet. Miskonsepsi yang

terjadi yaitu tentang pengertian elektromagnet mereka menjawab

elektromagnet adalah arus listrik yang ditimbulkan oleh medan magnet

padahal elektromagnet yang benar adalah medan magnet yang ditimbulkan

arus listrik. Kemudian soal nomor 20, 21, dan 22 pertanyaannya hampir sama

mengenai cara memperkuat elektromagnet. Pada soal ini sebagian besar siswa

(53)

ketika soal diubah dalam bentuk gambar mereka menjawab gambar yang

terlihat menghasilkan kemagnetan terkuat adalah yang menggunakan baterai

lebih sedikit dengan alasan apabila menggunakan baterai yang lebih banyak

elektomagnet akan banyak diserap baterai, disini terjadi miskonsepsi. Karena

yang benar elektromagnet dapat diperkuat dengan memperbanyak lilitan

kumparan, menggunakan baterai yang lebih banyak dan menggunakan kawat

yang penampangnya lebih besar.

10. Gaya Lorentz

Soal nomor 23, 24 dan 25 dirancang untuk mengidentifikasi

miskonsepsi tentang gaya lorentz. Sebagian siswa menjawab gaya lorentz

adalah gaya tarik antar magnet karena apabila magnet tarik-menarik akan

menimbulkan gaya. Jawaban siswa tersebut jelas tidak tepat karena gaya

lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh kawat berarus dalam medan

magnet karena syarat terjadinya gaya lorentz adalah ada kawat atau pita

berarus listrik dan kawat tersebut berada dalam medan magnet. Soal

berikutnya terjadi miskonsepsi yaitu gaya lorentz akan lebih besar jika arus

diperkecil dan medan diperkuat, padahal yang benar adalah gaya lorentz akan

menimbulkan gaya yang lebih besar arus diperkuat dan medannya diperkuat.

(54)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa tentang

kemagnetan adalah sebagai berikut:

1. Pengertian magnet. Miskonsepsinya adalah magnet diartikan sebagai besi

yang dapat menarik logam. Padahal jelas bahwa magnet bukanlah besi

melainkan sejenis logam yang dapat menarik logam jenis tertentu.

2. Interaksi benda yang didekatkkan dengan magnet. Miskonsepsinya adalah

semua benda padat dapat ditarik magnet. Padahal jelas bahwa konsep

tersebut keliru tidak semua benda padat dapat ditarik magnet, misalnya

benda padat yang tidak mengandung logam yang dapat ditarik magnet, tidak

bisa ditarik magnet.

3. Jenis-jenis benda magnetik. Miskonsepsinya adalah feromagnetik adalah

benda yang ditarik lemah oleh magnet, padahal konsep yang benar

feromagnetik adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet dan dapat

dimagnetkan.

4. Magnet buatan. Miskonsepsinya adalah semua benda bukan magnet dapat

dijadikan magnet, semua benda padat dapat dijadikan magnet, padahal

benda yang dapat dijadikan magnet adalah benda yang ditarik kuat oleh

(55)

dapat ditarik magnet adalah benda yang termasuk dalam golongan

feromagnetik.

5. Sifat-sifat magnet. Miskonsepsi yang terjadi pada konsep ini adalah pada

saat magnet didekatkan pada sekumpulan jarum pentul, jarum akan banyak

menempel pada semua permukaan magnet, padahal konsep yang benar

jarum pentul akan banyak menempel pada kedua ujung magnet karena ujung

magnet merupakan bagian kutub magnet yang memiliki gaya tarik paling

besar.

6. Magnet bumi. Miskonsepsinya adalah magnet jarum yang digantungkan

akan mengarah utara-selatan karena kutub magnet berada di katulistiwa

sehingga ada gaya tarik magnet bumi dengan magnet jarum, padahal konsep

yang benar magnet jarum mengarah utara-selatan karena ada magnet lain di

dekat magnet jarum yaitu magnet bumi karena bumi mengandung logam

yang bersifat magnet. Sehingga secara keseluruhan bumi menjadi magnet

raksasa.

7. Medan magnet. Miskonsepsinya adalah medan magnet tidak akan timbul

apabila dalam ruangan tersebut hanya ada satu magnet, ini jelas konsep yang

keliru apabila dalam ruangan tersebut tidak ada magnet lain tidak akan

timbul garis gaya. Dan lebih tepat didefinisikan bahwa medan magnet

adalah ruang disekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh magnet lain.

8. Garis gaya magnet. Miskonsepsinya adalah arah garis gaya magnet dari

(56)

menarik. Padahal yang benar arah garis gaya dari utara ke seklatan diluar

magnet.

9. Elektromagnetik. Miskonsepsinya adalah elektromagnet adalah arus listrik

yang ditimbulkan oleh medan magnet, padahal elektromagnet yang benar

adalah medan magnet yang ditimbulkan arus listrik.

10. Gaya lorentz. Miskonsepsinya adalah gaya lorentz adalah gaya tarik antar

magnet karena apabila magnet tarik-menarik akan menimbulkan gaya,

padahal gaya lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh kawat berarus

dalam medan magnet karena syarat terjadinya gaya lorentz adalah ada kawat

atau pita berarus listrik dan kawat tersebut berada dalam medan magnet.

B. SARAN

1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya miskonsepsi, namun kiranya belum

semua miskonsepsi terungkap dengan metode yang digunakan penulis.

Untuk mengungkap dan lebih dalam miskonsepsi yang dipunyai siswa

kiranya perlu dilengkapi metode yang lain, misalnya wawancara.

2. Dalam penelitian ini, miskonsepsi yang terungkap adalah

miskonsepsi-miskonsepsi kemagnetan secara kebutiran. Kiranya miskonsepsi-miskonsepsi tersebut

tidak saling lepas. Untuk mengungkap hal ini dapat ditempuh meminta

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Amien (1979). Pendidikan Sains. IKIP YOGYAKARTA.

Budi, K. (1987). Konsep: Pembentukan dan Penanamannya. Marpaung, Y. &

Suparno, P. (Ed), Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika

dan Fisika (pp. 233-246). Yogyakarta, Indonesia: Universitas Sanata

Dharma.

Budi, K. (1992). Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang

terjadi. Yogyakarta: Widya Dharma. 113-130

Budi, K. (1998). Berbagai Strategi untuk Melibatkan Siswa Dalam Proses

Pembelajaran Fisika di SMU, Efektivitas dan Sikap Terhadap Efektivitas

tersebut. Yogyakarta: Widya Dharma. 43-69

Budi, K. (1997). Buku Teks Generasi Baru Fisika SLTP. Jakarta: Widya Utama.

Gandasari, A. (2006). Inventarisasi Kesalahan Konsepsi Siswa Tentang Gaya

Gesekan. Skripsi JPMIPA. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Giriyatno (1994). Pemahaman dan Salah Konsepsi dalam Mekanika tentang

Gerak pada Kelas I SMU BOPKRI I di Yogyakarta. Skripsi JPMIPA.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Gunawan, A. (1999). Miskonsepsi tentang Konsepsi Listrik Arus Searah Siswa

Kelas Satu Sekolah Menengah Umum di Yogyakarta. Skripsi JPMIPA.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Hasan, S., Bagayoko,D. And Kelly E.L. (1999). “Misconception and the Certainty

(58)

Kanginan, M. (1996). Fisika SMU untuk Kelas II Catur Wulan I. Jakarta:

Erlangga.

Masril, & Asma. (2002). Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Force

Concept Inventory dan Certainty of Response Index. Jurnal Fisika

Himpunan Fisika Indonesia,B5 No. 0559.

Pedoman Penulisan Skripsi, 2004. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Soedojo, Peter. (1985). Asas-asas Ilmu Fisika Jilid 2 tentang Listrik Magnet.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudjana, N. (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suparno, P (1987). Terjadinya Hipotesa, Hukum dan Teori dalam Fisika serta

Implikasinya Bagi Cara Belajar Mahasiswa. Marpaung, Y., & Suparno, P.

(Ed), Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan Matematika dan Fisika

(pp.155-170). Yogyakarta, Indonesia: Universitas Sanata Dharma.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dan Pendidikan. Yogyakarta,

Indonesia: Kanisius.

Suparno, P. (1998). Miskonsepsi (Konsep Alternatif) Siswa SMU dalam Bidang

Fisika. Budi, K., & Sarkim, T. (ed), Pendidikan Sains yang Humanistis (pp.

95-111). Yogyakarta, Indonesia: Kanisius.

Suparno, P. (2000). Diktat Kuliah Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, Indonesia: Universitas Sanata Dharma.

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan perubahan konsep Pendidikan Fisika,

(59)

Van den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga, Indonesia:

(60)

Konsep /prinsip Miskonsepsi yang mungkin terjadi

Alat ukur Rincian Kemungkinan menjawab salah

A. Magnet

- Magnet adalah sejenis logam yang dapat menarik benda-benda logam jenis tertentu

- Benda dapat dibedakan menjadi dua :

1. Benda magnetik, yaitu benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet serta dapat dimagnetkan. Benda magnetic disebut juga Feromagnetik. Misalnya: paku, pines, peniti, penjepit kertas, dan besi.

2. Benda nonmagnetik yaitu benda yang ditarik dengan lemah atau tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda nonmagnetic di bagi menjadi dua :

a. Paramagnetik yaitu bahan yang ditarik lemah oleh magnet. Misalnya:

aluminium, platina, udara. b. Diamagnetik yaitu benda

yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Misalnya bismuth, seng, perak, air, tembaga,

- Semua jenis logam ditarik magnet (Twiest and Twiest dalam Paul Suparno, 2005)

- Semua benda padat ditarik kuat oleh magnet

- Semua besi dapat ditarik kuat oleh magnet

- Salah dalam

membedakan antara feromagnetik, paramagnetik

1. Magnet adalah…..

a. besi jenis tertentu yang dapat menarik logam jenis tertentu

b. besi yang dapat menarik logam terntentu c. sejenis logam yang dapat menarik benda-benda logam tertentu

Alasan……

2. Manakah dari benda-benda dibawah ini yang dapat ditarik kuat oleh magnet…. a. paku dan pines

b. paku dan air

c. Aluminium dan paku

Alasan …..

3. Manakah dari benda-benda dibawah ini yang tidak dapat ditarik oleh magnet…. a. air dan emas

b. emas dan pines c. aluminium dan emas Alasan …..

4. perhatikan uraian dibawah ini 1. ditarik kuat oleh magnet 2. ditarik lemah oleh magnet 3. dapat di magnetkan

- magnet adalah besi yang dapat menarik logam jenis tertentu - magnet adalah besi

- bismuth, seng, air, tembaga, emas, perak dapat ditarik magnet

- aluminium, platina, udara tidak dapat ditarik oleh magnet

- feromagnetik adalah benda yang tidak dapat ditarik kuat oleh magnet - paramagnetic adalah benda yang

(61)

emas.

- Berdasarkan asal usulnya,magnet dibagi menjadi dua

a. Magnet alam adalah magnet yang ditemukan atau

terbentuknya dialam dengan sendirinya

b. Magnet buatan adalah magnet yang sengaja dibuat manusia untuk keperluan tertentu. Magnet buatan dibedakan menjadi dua yaitu magnet tetap atau permanen dan magnet sementara atau remanen

- Cara membuat magnet buatan a. Menggosok benda dengan

magnet Cara ini dilakukan dengan

menggosok benda yang akan dibuat magnet, misalnya besi atau baja dengan magnet permanen

b. Membuat magnet dengan cara induksi

Membuat magnet dengan cara induksi adalah dengan

mendekatkan magnet pada

maupun diamagnetik listrik dapat dijadikan magnet

- Magnet hanya dapat dibuat dengan cara menghubungkan dengan arus listrik

- Kutub-kutub magnet terletak di semua permukaan magnet. -Semakin dekat jarak antara magnet dengan besi gaya tariknya akan

ciri-ciri feromagnetik ditunjukan pada nomor….

a. 1 dan 2 b. 1dan 3 c. 1saja

Alasan…….

5. Magnet yang dibuat dengan cara

menggosok besi dengan magnet disebut … a. aliran listrik

b. induksi c. memanaskan d. gosokan Alasan…. .

6. Benda bukan magnet yang dapat dijadikan magnet adalah ….

a. benda yang dapat ditarik magnet b. semua benda

c. benda yang menghantarkan arus listrik

Alasan ….

7. Semakin dekat jarak antara magnet dengan besi, gaya tariknya akan ….

a. semakin kuat b. semakin lemah c. tetap

d. hilang

- diamagnetic adalah benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet

- magnet yang dibuat dengan cara menggosok besi dengan magnet disebut induksi

- magnet yang dibuat dengan cara menggosokan disebut magnet aliran listrik

- semua benda dapat dijadikan magnet - semua logam dapat dijadikan magnet - benda yang dapat ditarik magnet

dapat dijadikan magnet

- Jarak antara magnet dengan besi jika didekatkan , gaya tariknya semakin lemah

- Jarak antara magnet dengan besi jika didekatkan , gaya tariknya tetap - Jarak antara magnet dengan besi jika

Gambar

Tabel 1 Konsep kemagnetan dalam soal
Tabel 1. Konsep Kemagnetan dalam soal
Tabel 3. Skala keyakinan siswa berdasarkan CRI
Tabel 4. Kriteria pengelompokan siswa berdasarkan CRI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu dan keragaman mutu susu kedelai kemasan plastik yang dijual di supermarket dan pasar tradisional serta analisis

‘Think-Pair-Square’ pada aspek kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan, kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika, dan kemampuan

Bagian-bagian tersebut antara lain: (1) bagian yang berisi komponen inkuiri (inquiry), (2) bagian yang berisi komponen masyarakat belajar (learning community)

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian untuk pengembangan sistem ini ke depan yaitu ekstraksi dengan metode yang lebih cerdas dan dinamik, yang dapat

Hasil pengamatan terhadap tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 50% dari total

eolit buatan dapat dihasilkan dengan dua cara, yaitu clay convertion proces dan hydrogel  process* &enis zeolit buatan yang dihasilkan tersebut adalah zeolit $, zeolit F,

Yang dimaksud dengan sarana penunjang UKP Tingkat Kedua adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan

Sekalipun PHK yang dilakukan atas inisiatif pengusaha telah sesuai dengan alasan, persyaratan dan prosedur sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-undang akan