• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Mata Pelajaran IPA Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Mata Pelajaran IPA Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1.1. Mata Pelajaran IPA

2.1.1.1. Pengertian IPA

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Dengan menggunakan prosesdan sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori. Carin (dalam Yusuf, 2007:1) menyatakan bahwa:

IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori IPA. Jadi pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan.

Pengertian IPA menurut beberapa ahli : menurut Fowler (dalam Santi, 2006:2.9) menyatakan IPA adalah “Ilmu yang sistematis dan di rumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama di dasarkan atas pengamatan dan induksi”.

Permendiknas (No. 22 tahun 2006) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

(2)

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Menurut Nash (dalam Usman, 2006:2) IPA adalah “ Suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisi ,lengkap cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amati”.

Nokes (dalam Abdullah, 2003:18) IPA adalah “Pengetahuan teoritis yang di peroleh dengan metode khusus”.

Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.

2.1.1.2. Tujuan Mata Pelajaran IPA

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(3)

2.1.1.3 Ruang Lingkup

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup IPA di SD adalah mahkluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

2.1.2. Pembelajaran Kooperatif.

2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.

Menurut Isjoni (2009:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersamasama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik (Nur dalam Isjoni (2009:27).

Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil (Effandi Zakaria dalam Isjoni, 2009:21).

(4)

Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap individu mempunyai tanggung jawab masing-masing didalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2009:65), langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar. Fase 2: Present information.

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melalukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempersentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

(5)

2.1.2.3. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:27), yaitu sebagai berikut.

1. Setiap anggota memiliki peran.

2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya.

4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan 2.1.2.4. Unsur-unsur Pembelalajaran Kooperatif

Roger dan David dalam Anita Lie (2004:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif.

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehungga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung Jawab Perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. 3. Tatap Muka.

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk kelompok yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

(6)

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi Proses Kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

2.1.2.5. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

Masih menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004:68-72) pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan aktif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dikemukakan sebagai berikut ini. 1) Merumuskan tujuan pembelajaran.

2) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. 3) Menentukan tempat duduk siswa.

4) Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. 5) Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. 6) Menjelaskan tugas akademik.

7) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama. 8) Menyusun akuntabilitas individual.

9) Menyusun kerja sama antar kelompok. 10) Menjelaskan kriteria keberhasilan. 11) Menjelaskan perilaku yang diharap. 12) Memantau perilaku siswa.

13) Memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan tugas.

14) Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama. 15) Menutup pelajaran.

(7)

17) Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.

2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

Model pembelajaran STAD di kembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas Jhon Hopkin. Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran kooperatif.

Slavin (dalam NurAsma,2008: 50) menyatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah: Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Rusman (2010: 213) model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD), siswa dibagi menjadi bebrapa kelompok beranggotakan 4-6 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pembelajaran tersebut.

Selanjutnya Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah : Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar

(8)

melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Menurut Iskandar (2009: 128) model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, kerja tim, kuis, memberikan evaluasi dan penghargaan individu.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok.

2.1.3.2. Manfaat Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

Manfaat dari model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih dari pada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian , membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Model STAD ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.

(9)

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

2.1.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Suatu strategi pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikan pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa kelebihan (Slavin,1995:17) diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa bekerjasama dalam mencatat tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok .

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok .

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatkan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Menurut Yurisa (2010), kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kecakapan individu. 2. Meningkatkan kecakapan kelompok. 3. Meningkatkan komitmen.

4. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. 5. Tidak bersifat kompetitif.

6. Tidak memiliki rasa dendam.

Sedangkan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001: 17), yaitu :

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

(10)

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

2. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Selain keungulan tersebut model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut :

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau mengunakan pembelajaran kooperatif. 3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru

dapat melakukan pembelajaran kooperatif .

4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerjasama.

2.1.3.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe STAD.

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) terdiri lima komponen utama, yaitu menyampaikan tujuan belajar, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, Membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi/kuis, dan penghargaan kelompok. Menurut Ibrahim, (2000:10) Keenam langkah ini jika dilaksanakan maka akan terdapat siklus yang tetap dalam kegiatan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

a. Menyampaikan tujuan belajar dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

(11)

b. Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

e. Kuis/Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Memberikan penghargaan.

Guru menentukan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

2.1.3.5. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. 1. Menyampaikan tujuan belajar

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dibahas.

2. Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan atau melalui bacaan yang di bahas.

3. Mengorganisir peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang beranggota 4-6 secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

(12)

Untuk mengetahui tingkat pemahaman materi tersebut, siswa diberi kuis individual. Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu.

5. Evaluasi

Menguji pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran yang disampaikan. 6. Penghargaan kelompok.

Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Penghargaan dibagi manjadi tiga golongan, yaitu penghargaan dengan sebutan tim yang baik, tim yang baik sekali, dan tim yang istemewa. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

2.1.4. Belajar dan Hasil Belajar 2.1.4.1.Pengertian Belajar

Menurut Morgan, (Agus Suprijono, 2009:3), Learning is any relatively permanent change in behavior that is result of pas experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

Menurut Susilo (2009:23) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar adalah merupakan proses, satu kegiatan dan buku suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan perilaku.

Belajar dalam idealism berarti kegiatan psiko fisiksosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagai besar masyarakat tidak demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.

(13)

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar dan berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerima. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya.

2.1.4.1.1. Tujuan Belajar

Tujuan belajar sangat bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemanpuan berpikir kritis dan keratif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

2.1.4.1.2. Tipe Kegiatan Belajar

Johon Travers (Agus Suprijono, 2009:7), mengologkan kegiatan belajar menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan, dan belajar memecahkan masalah. Secara ekletis, kategorisasi kegiatan belajar yang bermacam-macam tersebut dapat dirangkum menjadi tipe kegiatan belajar:

1. Keterampilan

Kegiatan belajar keterampilan berfokus pada pengalaman belajar melalui gerak yang dilakukan peserta didik. Kegiatan belajar ini merupakan panduan gerak, stimulus, dan respons yang tergabung dalam situasi belajar.

2. Pengetahuan

Kegiatan belajar pengetahuan merupakan dasar bagi semua kegiatan belajar. Kegiatan belajar pengetahuan termasuk ranah kognitif. Ranah ini mencakup pemahaman terhadap suatu pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan keterampilan berpikir.

(14)

Kegiatan belajar informasi adalah kegiatan peserta didik memahami simbol, seperti kata, istilah, pengertian, dan peraturan. Kegiatan belajar informasi wujudnya berupa hafalan. Peserta didik mengenali, mengulang, dan mengingat fakta atau pengetahuan yang dipelajari.

4. Konsep.

Kegiatan belajar konsep adalah belajar mengembangkan inferensi logika atau membuat generalisasi dari fakta ke konsep. Konsep atau kata kunci adalah variabel yang mempunyai variasi nilai. Dengan belajar konsep, peserta didik dapat memahami dan membedakakan benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam lingkungan sekitar.

5. Sikap.

Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan belajar afektip. Sikap diartikan sebagai pola tindakan peserta didik dalam merespons stimulus tertentu. Sikap berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat, dan prasangka. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu peserta didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.

6. Pemecahan masalah

Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berfikir. Berfikir adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi. Berfikir melibatkan asimilasi dan akomondasi berbagai pengetahuan dan struktur kognitif atau skema kognitif yang dimiliki peserta didik untuk memecahkan masalah persoalan. Dalam kegiatan belajar memecahkan masalah peserta terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan untuk melaksanakan tugas.

2.1.4.2 Hasil Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

(15)

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Winkel (2004:34) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku anak melalui proses belajar. Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar siswa menurut Sudjana (2011:3) pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Horward Kingsley dalam Sudjana (2011:22) membagi tiga macam hasil belajar yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009:5) hasil belajar dapat berupa: (a) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. (b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas. (c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penelitian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

(16)

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne, (Agus Suprijono, 2009:5), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapibilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual derdiri dari kemampuan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolok objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Sedangakan Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009:6), hasil belajar mencakup 1. Kemanpuan Kognitif, yang meliputi pengetahuan, ingatan,

pemahaman, menjelaskan, meringkas, mengorganisasikan, merencanakan, menilai.

2. Kemampuan afektif, yang melipiti sikap menerima, memberikan, organisasi.

3. Kemampuan psikomotorik, yang meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajeral, dan intelektual.

2.1.4.3. Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (2003:54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

(17)

a) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kedua adalah cacat tubuh yitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh..

2. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: (a) intelegensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. (b) Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. (c) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. (d) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar. (e) Motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. (f) Kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. (g) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. 3. Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputifaktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan

(18)

penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: (a) kegiatan siswa dalam masyarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.(b) multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. (c) teman bergaul, (d) bentuk kehidupan masyarakat.

Dari uraian yang dikemukakan oleh Slameto, maka salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari sekolah diantaranya adalah metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. Arends (2008:12) menyatakan bahwa salah satu aspek penting cooperative learning adalah bahwa selain membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik di antara para siswa, pada saat yang sama ia juga

(19)

membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup tujuan sosial, juga bertujuan memperbaiki prestasi siswa.

2.1.5. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan Hasil Belajar.

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah merupakan salah metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD), juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.

Sedangkan Menurut Bloom (2009:6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan prokduktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang

(20)

dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya hasil belajar dalam pembelajaran model penemuan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal, akan berhasil pula pelajaran itu. Dengan ada hasil belajar yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tinggi pula. Jadi hasil belajar akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

2.2. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

A.Laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiati (2012) yang berjudul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri Kalisari Kecamatan Blado Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus selama 1 bulan, yaitu bulan Maret 2012 dengan subyek penerima tindakan adalah siswa kelas IV SD Negeri Kalisari, Kec. Blado, Kab. Batang. Pada setiap siklus terdiri dari 4 langkah yaitu (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan Tindakan (3) Pengamatan terhadap Pelaksanaan Tindakan (4) Refleksi terhadap Hasil Tindakan. Dalam pelaksanaan tindakan ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan setelah pembelajaran selesai diadakan evaluasi. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya materi sumber daya alam di kelas IV SD Negeri Kalisari Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Pada awal pembelajaran siklus 1 diadakan preetes dengan nilai rata-rata 56. Setelah diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 1 diadakan evaluasi nilai rata-rata kelas naik menjadi 64 dan pada siklus ke 2 nilai rata-rata naik lagi bahkan lebih dari KKM yang telah ditentukan yaitu 77. Dengan adanya kenaikan

(21)

nilai rata-rata pada setiap siklus di atas indikator kinerja adalah 70, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi sumber daya alam di kelas IV SD Negeri Kalisari Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Berdasarkan hasil belajar tersebut, maka peneliti menyarankan kepada guru lain untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mengajar.

B.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praminah (2012) yang berjudul: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD tentang Pemeliharan Panca Indra Bagi Siswa Kelas IV SD Kepohkencono 01 Semester I Tahun 2011/2012. Penelitian ini didesain dalam dua siklus. Prosedur dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Keefektifan tindakan pada setiap siklus diukur dari hasil observasi dan tes. Data hasil observasi dideskripsikan, diinterprestasikan, kemudian direfleksi untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Sementara itu data hasil tes dianalisis dengan cara mendeskripsikan nilai tes antar siklus hingga hasilnya dapat mencapai batas tuntas sesuai dengan indikator kinerja, yaitu minimal 80% siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperoleh nilai ≥ 75. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus diperoleh hasil bahwa rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76 % pada siklus II meningkat menjadi sebesar 91%. Rerata hasil ulangan siswa pada kondisi awal 54 tingkat ketuntasan klasikal 32%. Pada siklus I nilai rerata 73 tingkat ketuntasan klasikal 63%. Pada siklus II, nilai rerata 81, tingkat ketuntasan klasikal 89%. Berdasarkan tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri Kepohkencono 01 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahan pertimbangan guru khususnya pada mata pelajaran IPA bahwa pembelajaran model pembelajaran kooperatif Tipe STAD perlu

(22)

dikembangkan dan diterapkan, karena pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

C.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seno (2012) berjudul: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD, bagi Siswa Kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati pada Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah model PTK dari Kurt Lewin yang mencakup empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah: (1) menyusun rencana tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). PTK ini menggunakan 2 siklus. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati sebanyak 37 siswa Teknik pengumpulan data dengan teknik tes dan teknik observasi. Adapun instrumen penelitiannya dengan menggunakan butir-butir soal dan lembar observasi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang meliputi jumlah, mean, skor minimal-maksimal, persentase, dan grafik/diagram. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini terlihat pada rata-rata kelas pada kondisi awal (pra siklus) 47,60, pada siklus I naik menjadi 66,40. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 18,80 atau 39,49%. Sedangkan rata-rata kelas pada siklus II naik menjadi 73,20. Ini juga terjadi peningkatan 6,80 atau 10,24%. Begitu juga pada ketuntasan belajar, pada kondisi awal 20%, pada siklus I 60%, pada siklus II 80%. Skor minimal pada kondisi awal 30, pada siklus I naik menjadi 40, dan pada siklus II juga naik menjadi 50. Sedangkan skor maksimal pada kondisi awal 80, pada siklus I naik menjadi 90, dan pada siklus II naik menjadi 100.

(23)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

2.3. Kerangka Pikir

Dari hasil penelitian kajian teori dan hasil belajar dapat dibuat kerangka pikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian yaitu dengan kondisi awal siswa merasa jenuh dengan pembelajaran IPA kelas 4 tentang hasil belajar siswa masih kurang. Melihat kenyataan tersebut guru akan memberikan tindakan dengan melakukan pembelajaran model Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektip, inovatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya hasil belajar diharapkan dapat meningkat. Dalam bentuk skema, kerangka piker sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kondisi

awal

Hasil Belajar Hasil Belajar Meningkat Pemantapan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Hasil Belajar

 Aktivitas siswa  Menyajikan.  Belajar kelompok  Kuis  Penghargaan kelompok  Pembelajaran konvensional ciri-cirinya: Ceramah Penghafalan Teacher Centered

Hasil Belajar Siswa Rendah

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media hasil belajar cirri-cirinya:  Bekerja sama dengan siswa  Memberi motivasi pada saat

pelajaran

 Siswa menemukan ide-ide baru  Siswa menjadi aktif.

(24)

2.4. Hipotesis Tindakan.

Berdasarkan kerangka pikir, hipotesis tindakan ini di rumuskan sebagai berikut. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kondisi

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Fuzzy Analytical Hierarchy Process pada Sistem Penilaian Pegawai di Rumah Sakit Onkologi Surabaya.. Tugas Akhir Jurusan Sistem Informasi Institut Teknologi

Sistem Opt i ca l Ac c e s Ne two r k ( OAN ) ini diperkirakan menjadi sistem jaringan akses masa depan sebab dengan digunakannya serat optik sebagai media transmisinya,

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan software Expert Choice 2000 didapatkan jenis alternatif pondasi dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah Mini

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Bakteri yang teridentifikasi dari plak gigi pasien di Puskesmas Ranotana Weru Manado yang

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Jika sampah plastik dibuang ke laut, maka sampah tersebut akan tertelan oleh biota laut.Pembuatan makalah juga dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan