• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM

TANAM BENIH LANGSUNG DAN SISTEM GERAKAN

SERENTAK TANAM PADI DUA KALI SETAHUN

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

MUTIARA VIANI SINAGA

JURUSAN / SISTEM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017

(2)
(3)

ABSTRAK

MUTIARA VIANI SINAGA. Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Tanam Benih Langsung Dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dibimbing Oleh Dr. Ir. H. Sa’ad Murdy, MS dan Dr. Ir. Saidin Nainggolan, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani padi sawah sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta, untuk mengetahui kelayakan penggunaan teknologi pada sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta, dan untuk melihat perbandingan R/C dan Profitabilitas usahatani padi sistem Tabela,dan Gertak Tanpa Dusta di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Geragai dan Kecamatan Muara Sabak Timur. Daerah penelitian dipilih secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah pengembangan usahatani sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta. Penelitian ini dilaksanakan pada 03 April 2017 hingga 03 Mei 2017. Responden penelitian berjumlah 65 yang terdiri dari 30 petani yang menerapkan sistem Tabela dan 35 petani yang menerapkan Sistem Gertak Tanpa Dusta. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Deskriftif Kuantitatif. Analisis pendapatan terdiri dari analisis penerimaan dan biaya, sementara analisis kelayakan teknologi terdiri dari analisis keuntungan dan biaya. Untuk menguji hipotesis perbandingan R/C dan Profitabilitas usahatani sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta menggunakan uji t-statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pendapatan usahatani sistem Tabela lebih besar daripada pendapatan usahatani sistem Gertak Tanpa Dusta. (2) Hasil analisis kelayakan teknologi pada usahatani sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta memberikan keuntungan. (3) Hasil analisis R/C, dan Profitabilitas usahatani menggunakan uji t statistik menunjukkan R/C, dan Profitabilitas usahatani sistem Tabela berbeda nyata dari R/C, dan Profitabilitas sistem Gertak Tanpa Dusta.

Kata kunci : Komparasi, Pendapatan, Efisiensi, Profitabilitas, Sistem Tabela, Sistem Gertak Tanpa Dusta.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah… ... 9

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian. ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 11

II . TINJAUAN PUSTAKA………... 12

2.1 Konsep Usahatani... 12

2.2 Klasifikasi Usahatani ... 12

2.3 Lahan Pasang surut ... 14

2.4 Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta ... 17

2.5 Faktor Produksi Usahatani ... 18

2.5.1 Lahan ... 18

2.5.2 Tenaga Kerja ... 19

2.5.3 Modal ... 21

2.5.4 Manajemen ... 22

2.6 Penerimaan, Biaya, Pendapatan, Kelayakan Teknologi, R/C , Profitablitas dan Keuntungan ... 22

2.6.1 Penerimaan ... 22

2.6.2 Biaya ... 23

2.6.3 Pendapatan ... 25

2.6.4 Kelayakan Teknologi ... 26

2.6.5 Return Cost Ratio ... 27

2.6.6 Profitabilitas ... 28

2.6.7 Keuntungan ... 29

2.7 Komparasi Usahatani ... 29

2.8 Penelitian Terdahulu ... 31

(5)

2.10 Hipotesis ... 36

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 37

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data 3.2.1 Data Primer ... 38

3.2.2 Data Sekunder ... 38

3.3 Metode penarikan Sampel ... 39

3.4 Metode Analisis Data ... 40

3.4.1 Analisis PenerimaanUsahatani ... 41

3.4.2 Analisis Biaya Usahatani ... 41

3.4.3 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah ... 42

3.4.4 Analisis Kelayakan Teknologi (B/C) ... 43

3.4.5 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) ... 43

3.4.6 Analisis Profitabilitas ... 44

3.4.7 Analisis Keuntungan ... 45

3.4.8 Analisis Komparasi ... 45

3.5 Konsepsi Pengukuran ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 49

4.1

Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 49

4.1.1 Letak Geografis ... 49

4.1.2 Luas Wilayah... 50

4.1.3 Keadaan Penduduk dan Mata Pencharian ... 50

4.1.4 Sarana dan Prasarana Penunjang ... 53

4.2 Identitas Petani Responden ... 54

4.2.1 Umur Petani ... 54

4.2.2 Pendidikan Petani ... 56

4.2.3 Pengalaman Usahatani ... 57

4.2.4 Jumlah Anggota Keluarga ... 58

4.2.5 Luas Lahan ... 59

4.3 Perbedaan Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela dan Sistem Gertak Tanpa Dusta ... 60

4.4 Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta ... 67

4.4.1 Penerimaan Usahatani Padi Sawah ... 67

4.4.2 Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah ... 69

4.4.2.1 Biaya Tetap (FC) ... 69

4.4.2.2 Biaya Variabel (VC) ... 71

4.4.2.3 Total Biaya Produksi (TC) ... 86

(6)

4.5Kelayakan Teknologi (B/C) ... 90

4.6Komparasi R/C Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela dan Sistem Gertak Tanpa Dusta ... 91

4.7Komparasi Profitabilitas Pada Usahatani Padi Sawah Sistem Tabela dan Sistem Gertak Tanpa Dusta ... 92

4.8 Implikasi Penelitian ... 93

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1. Kesimpulan ... 96

5.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(7)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memainkan peranan penting dalam perekonomian di negara berkembang. Ada beberapa peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi antara lain : 1) sebagai penyedia pangan, 2) sebagai sumber tenaga kerja bagi sektor perekonomian lain, 3) sebagai sumber kapital bagi pertumbuhan ekonomi modern khususnya dalam tahap awal pembangunan, 4) sebagai sumber devisa, dan 5) masyarakat pedesaan merupakan pasar bagi produk yang dihasilkan dari sektor industri di perkotaan (Setyowati, 2012).

Komoditas yang sangat penting dalam sektor pertanian yaitu pangan. Pentingnya pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional, telah menunjukkan kontribusi yang sangat signifikan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaan, dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi kualitas hidup masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya memerlukan upaya dan sumber daya yang besar untuk memenuhinya.

Pangan bagi Indonesia diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok utama dimana hampir 95 % rakyat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai sumber bahan pangan karbohidrat, beras juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak dan vitamin. Tingginya konsumsi rata-rata beras rakyat Indonesia sebesar 139/kg/kapita/tahun nilai ini jauh lebih tinggi dari pada konsumsi ideal menurut standart negara maju yaitu sebesar 80-90/kg/kapita/tahun ( Firdaus , Lukman dan Pratiwi, 2008).

(8)

Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, yang telah mencapai ± 255 juta jiwa dan masih akan tetap bertambah sekitar 1,3 % per tahun maka kebutuhan beras dari tahun ke tahun akan terus meningkat. Sejarah telah membuktikan bahwa ketidakstabilan persediaan pangan telah memicu terjadinya kerusuhan dan tindak kriminal, kerusuhan terjadi di berbagai daerah akibat kekurangan stok pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi beras ( Firdaus , Lukman dan Pratiwi, 2008).

Dalam rangka mencukupi kebutuhan beras dalam negeri sepanjang tahun, pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras nasional melalui berbagai kebijakan produksi sesuai dengan amanat UU No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, kebijakan ini dilakukan melalui dua cara yaitu intensifikasi (inovasi teknologi) dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas tanaman dan Indeks Pertanaman (IP) sedangkan ekstensifikasi lebih ditekankan pada peningkatan luas areal panen terutama pada wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Selain itu melalui Departemen Pertanian, pemerintah menginisiasi berbagai sistem, yaitu Sistem Padi Sentra (1959), Bimbingan Massal (Bimas) (1965), Intensifikasi Khusus (Insus) (1979) melalui Sk Menteri Pertanian No. 003 tahun 1979 ( Firdaus , Lukman dan Pratiwi, 2008).

Pada tahun 2007 pemerintah telah menggulirkan sistem peningkatan produksi beras nasional (P2BN) yang bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan agar terjadi surplus beras nasional sekitar satu juta ton sebagai stok beras di Bulog (Badan Urusan Logistik). Sistem P2BN digulirkan selain dilatarbelakangi oleh kondisi pemerintah Republik Indonesia yang masih mengimpor beras sekitar tiga persen untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional,

(9)

dilatarbelakangi juga oleh ketidakstabilan kondisi perberasan nasional yang disebabkan terjadinya penurunan luas areal tanam dan luas areal panen akibat konversi lahan sawah produktif, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan semakin terbatasnya sumberdaya air serta perubahan iklim yang sulit

diprediksi ( Friyatno dan Agustian, 2012).

Lahan pertanian khususnya sawah dapat memberikan manfaat baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya lahan pertanian akibat konversi akan mempengaruhi segi ekonomi, sosial, dan lingkungan tersebut. Jika fenomena alih fungsi lahan pertanian terus terjadi secara tak terkendali, maka hal ini akan menjadi ancaman tidak hanya bagi petani dan lingkungan, tetapi hal ini bisa menjadi masalah nasional.

Provinsi Jambi merupakan wilayah yang memiliki banyak lahan pertanian yang produktif, baik persawahan maupun lahan pertanian lainnya, lahan sawah memberi manfaat yang sangat luas terutama dalam penyediaan komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan Provinsi Jambi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, beberapa tahun terahir ini terjadi penurunan luas lahan sawah, berkurangnya luas lahan sawah di Provinsi Jambi mengidentifikasi bahwa telah terjadi alih fungsi lahan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Provinsi Jambi Tahun 2010-2015

Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2016

Tahun Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) 2010 124.443 537.505 43,15 2011 132.523 570.553 43,05 2012 124.443 549.779 44,18 2013 129.431 589.784 45,60 2014 121.722 587.384 48,60 2015 102.207 485.989 47,55

(10)

Tabel 1 menunjukkan bahwa selama tahun 2010 sampai tahun 2015 terjadi penurunan rata-rata luas panen 12,17 % atau sebesar 22.236 Ha, diikuti dengan penurunan rata-rata produksi sebesar 11,06 % atau sebesar 51.516 Ha namun terjadi peningkatan pada produktivitas yaitu sebesar 9,74 % atau sebesar 4,4 Kw/Ha. Sektor tanaman pangan khusunya padi memegang peranan yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar kabupaten di Provinsi Jambi mengusahakan usahatani padi sawah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi 2015

Kabupaten/Kota Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) Kerinci 26.142 138.631 53,03 Merangin 8.482 41.189 48,56 Sarolangun 6.749 27.751 41,12 Batang Hari 4.985 21.761 43,65 Muaro jambi 6.368 26.614 41,79

Tanjung Jabung Timur 18.332 75.109 40,99

Tanjung Jabung Barat 9.152 41.224 45,07

Tebo 4.751 22.397 47,14

Bungo 7.001 33.905 48,43

Kota Jambi 392 1.873 47,79

Sungai Penuh 9.863 55.515 56,29

Jumlah 102.207 485.989 47,75

Sumber : BPS Provinsi Jambi 2016

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur memberikan kontribusi luas panen di Provinsi Jambi sebesar 17,93 % atau sebesar 18.332 Ha, diikuti dengan kontribusi produksi sebesar 15,45 % atau sebesar 75.109 Ton dan produktivitas sebesar 1,16 persen atau sebesar 40,99 %. Dilihat dari luas panen dan produksinya Kabupaten Tanjung jabung Timur memiliki luas panen tertinggi kedua setelah Kabupaten Kerinci.

(11)

Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar yang ada di Provinsi Jambi, namun beberapa tahun terahir terjadi penurunan luas lahan yang diikuti dengan penurunan produksi, dimana budidaya tanaman padi memiliki kendala kesuburun tanah yang rendah, reaksi tanah yang masam, adanya pirit, tingginya kadar AL, Fe, Mn, dan Asam Organik, Kahat P, miskin kation basa seperti Ca, K, Mg, serta tertekannya aktivitas mikroba (Kuswandi, 1996). Selain itu kemampuan petani untuk mendapatkan sarana produksi semakin terbatas diantaranya adalah terbatasnya tenaga kerja dan sistem pengairan. Penurunan produksi tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan petani, sehingga petani cenderung untuk mengkonversi (alih fungsi) lahan yang semula lahan pertanian tanaman pangan (padi) menjadi non pertanian khususnya tanaman perkebunan, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan luas lahan yang diikuti penurunan produksi. Untuk lebih jelasnya mengenai luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2010 - 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2011-2015

Tahun Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) 2011 29.727 104.011 34,99 2012 28.955 94.857 32,76 2013 28.463 102.696 36,08 2014 26.112 104.089 39,86 2015 18.332 75.109 40,99

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016

Tabel 3 menunjukkan bahwa selama tahun 2011 sampai tahun 2015 terjadi penurunan rata-rata luas panen sebesar 16,21 % atau sebesar 11.395 Ha, berkurangnya luas lahan sawah yang dimanfaatkan untuk penanam padi sampai tahun 2014 kondisi tingkat produksi padi tidak menunjukkan penurunan yang

(12)

signifikan sebagaimana terlihat tahun 2011 tercatat produksi padi sebanyak 104.011 Ton dan pada kondisi produksi tahun 2014 sebanyak 104.089 Ton. Namun pada Tahun 2015 terjadi penurunan luas panen yang diikuti dengan penurunan produksi, sesuai dengan yang dikemukakan oleh kurniawan (2004) bahwa tinggi rendahnya produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kurang diterapkannya teknologi dan cara berusahatani yang baik.

Berdasarkan laporan Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur bahwa jumlah total produksi tersebut pada Tabel 3 sudah termasuk produksi padi yang dihasilkan oleh beberapa sistem yang dilaksanakan dalam upaya peningkatan produksi padi yang dihasilkan oleh beberapa tahun terahir ini baik sistem dari pemerintah pusat maupun pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur sendiri. Berbagai Upaya yang pernah digulirkan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur untuk meningkatkan produksi padi diantaranya adalah Bimbingan Masal (Bimas), Intensifikasi Khusus (Insus), Supra Insus, SL-PTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang sekarang telah menjadi GP-PTT (Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu), Sistem budidaya Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta). Namun karena periode penanaman padi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagian besar masih satu kali dalam setahun (Lampiran 1) dan masih dilakukan secara tradisional (Tapin) sehingga produksinya kurang memuaskan.

Dari beberapa sistem yang digulirkan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur untuk meningkatkan produksi, sistem Tanam Benih Langsung merupakan teknik budidaya dari sistem Tanam pindah (Tradisional), walaupun

(13)

periode penanamannya hanya dilakukan satu kali dalam setahun namun memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan produksi dan pengurangan biaya produksi diantaranya : penghematan biaya tenaga kerja, dan meningkatkan pertumbuhan anakan produktif dan mempercepat masa panen. Menurut Malik (2012) dalam Putu Pandawani (2014) produksi gabah yang dihasilkan sistem Tabela dapat menghasilkan 6,6-5 Ton/Ha sedangkan tanam pindah hanya dapat menghasilkan 4-5 Ton/Ha. Sedangkan sistem Gertak Tanpa Dusta merupakan suatu sistem yang dilakukan pemerintah Kabupaten tanjung Jabung Timur untuk meningkatkan Indeks Pertanaman yang sebelumnya hanya satu kali tanam (IP 100) menjadi dua kali Tanam (IP 200), melalui penerapan inovasi dan teknologi baru. Namun untuk Gertak Tanpa Dusta sendiri masih dilakukan secara Tanam Pindah yang disebabkan oleh sistem penataan air yang kurang baik sehingga sulit untuk melakukan Tanam Benih langsung untuk dua kali tanam.

Sistem yang digulirkan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur bertujuan untuk memperoleh total penerimaan yang lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang tentunya berpengaruh terhadap pendapatan petani. Biaya yang tinggi dalam usahatani padi pasang surut diharapkan memberikan penerimaan yang melebihi dari biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi sehingga pendapatan yang diperoleh petani juga meningkat. Pada umumnya untuk memperoleh produksi yang tinggi dibutuhkan teknologi dan inovasi baru, varietas unggul, dan lain-lain yang belum pernah diterapkan sebelumnya sehingga dibutuhkan biaya yang lebih tinggi. Sistem Tabela ini walaupun dilakukan satu kali dalam setahun namun memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan pendapatan sedangkan

(14)

penerapan sistem Gertak Tanpa Dusta yang dilakukan dua kali dalam setahun akan membutuhkan biaya yang tinggi karena penambahan musim tanam yang memerlukan upaya khusus sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem

Tanam Benih Langsung dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun Kabupaten Tanjung Jabung Timur”

1.2 Rumusan Masalah

Kabupaten Tanjung Jabung Timur dilihat dari segi kondisi wilayah masih memiliki lahan potensi untuk pertanian tanaman pangan (sawah) dapat dilihat bahwa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdapat luas lahan sebesar 4.354 Ha tidak diusahakan (Lampiran 1). Rendahnya timgkat kesuburan tanah, keterbatasan teknologi dan sulitnya untuk memperoleh air mengakibatkan luas lahan sawah produktif semakin berkurang sehingga mempengaruhi langsung produksi padi yang berujung pada pendapatan usahatani.

Tujuan usahatani sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta yang digulirkan oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah untuk meningkatkan produksi serta memperoleh total penerimaan yang lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dan sekaligus meningkatkan pendapatan. Dengan adanya peningkatan produksi dari sistem ini yang akan berpengaruh terhadap pendapatan maka akan memotivasi petani lain untuk tetap menanam padi sawah dan tidak mengalifungsikan lahannya.

(15)

Usahatani Sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta ini diterapkan pada Kelompok Tani dimana petani yang tergolong dalam kelompok tani cenderung memiliki pengetahuan yang lebih banyak sehingga petani akan lebih mudah untuk menerima dan menerapkan teknologi yang akan digunakan untuk meningkatkan produksi. Dilihat dari segi produksi, biaya, dan pendapatan tentu antara usahatani yang menerapkan Sistem Tabela berbeda dengan usahatani yang menerapkan Sistem Gertak Tanpa Dusta. Walaupun sistem Tabela hanya dilakukan satu kali dalam setahun namun dapat meningkatkan produksi serta menghemat penggunaan tenaga kerja, sedangkan pada sistem Gertak Tanpa Dusta yang masih dilakukan secara tradisonal tentu produksinya lebih rendah daripada sistem Tabela, dimana pada penambahan musim tanam ke II mengeluarkan biaya yang tinggi akibat penggunaan teknologi baru dan banyaknya serangan hama yang mengakibatkan produksi pada musim tanam ke II selalu dibawah produksi musim tanam I.

Dalam meningkatkan produksi antara sistem Tabela maupun sistem Gertak Tanpa Dusta tidak terlepas dari adanya penggunaan teknologi baru yang belum pernah diterapkan sebelumnya sehingga membutuhkan tambahan biaya sehingga petani harus mampu menerapkannya dengan baik sehingga biaya yang dikeluarkan untuk biaya produksi tidak terbuang secara sia-sia dan dapat meningkatkan penerimaan sekaligus pendapatan usahatani. Selain itu petani juga mengharapkan penerimaan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan sehigga petani akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahataninya. Berdasarkan dari uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

(16)

1. Berapa besar pendapatan usahatani Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?

2. Bagaimana kelayakan penggunaan teknologi (B/C) usahatani Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ?

3. Bagaimana perbandingan R/C (Retrurn Cost Ratio), profitabilitas, usahatani Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besaran pendapatan usahatani Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Untuk mengetahui kelayakan penggunaan teknologi (B/C) usahatani Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 3. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan R/C (Retrurn Cost Ratio),

profitabilitas, usahatani Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Sistem Gerakan Serentak Tanam Padi Dua Kali Setahun (Gertak Tanpa Dusta) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(17)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 2. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi pihak yang

memerlukan, petani, Dinas Pertanian, dan Pemerintah Kabupaten setempat dalam mengevaluasi kegiatan pertanian.

(18)

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap komparasi usahatani padi sawah sistem Tabela dan sistem Gertak Tanpa Dusta di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata pendapatan usahatani yang menerapkan sistem Tabela sebesar Rp 11.121.855/Hektar, dan rata-rata pendapatan usahatani yang menerapkan sistem Gertak Tanpa Dusta sebesar Rp 8.078.437/Hektar.

2. Penggunaan teknologi baru dalam usahatani sistem Tabela dan Sistem Gertak memberikan keuntungan terhadap usahatani padi sawah sistem Tanam Benih Langsung dan Gertak Tanpa Dusta

3. Terdapat perbedaan secara nyata bahwa R/C dan Profitabilitas antara sistem Tabela dan Gertak Tanpa Dusta, dimana nilai R/C dan Profitabilitas sistem Tabela lebih besar daripada nilai R/C dan Profitabilitas Gertak Tanpa Dusta .

(19)

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di daerah penelitian dan kesimpulan yang didapat pada penelitian maka saran dari penulis yaitu :

1) Sebaiknya petani lebih fokus terhadap penerapan usahatani sistem Tabela, karena dilihat dari pendapatan Tabela lebih besar dibandingan pendapatan Sistem Gertak Tanpa Dusta. Dan jika dilihat dari studi kelayakan usahatani (R/C) dan Profitabilitas Sistem Tabela juga lebih layak untuk dikembangkan, karena pada dasarnya di lahan pasang surut hanya diperuntukkan untuk satu kali musim tanam.

2) Pemerintah diharapkan lebih mengembangkan sistem Tabela ini dengan memberikan informasi dan pelatihan kepada para penyuluh khususnya di daerah yang banyak mengusahakan usahatani padi sawah untuk mengikuti sistem Tanam Benih Langsung sehingga produksi maupun pendapatan usahatani meningkat.

Gambar

Tabel  1.  Luas  Panen,  Produksi,  dan  Produktivitas  Padi  Sawah  di  Provinsi  Jambi Tahun 2010-2015
Tabel 1 menunjukkan bahwa selama tahun 2010 sampai tahun 2015 terjadi  penurunan  rata-rata  luas  panen    12,17  %  atau  sebesar  22.236  Ha,  diikuti  dengan  penurunan  rata-rata  produksi  sebesar  11,06  %  atau  sebesar  51.516  Ha  namun  terjadi
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten  Tanjung Jabung Timur Tahun 2011-2015

Referensi

Dokumen terkait

selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak sekali membantu memberikan masukan, petunjuk, bimbingan, dan saran dalam mengarahkan kami sehingga penulisan skripsi ini dapat

Di tutorial kali ini saya ingin berbagi ilmu membuat label undangan pernikahan yang cepat dan efisien. Toolnya juga gampang Word dan Excel aja. Saya ngejelasinnya via gambar dan

Proses berpikir tersebut yang membentuk suatu persepsi individu akan suatu hal yang diamatinya Dengan demikian, remaja yang mengalami perceraian orangtua, mampu

Berikut adalah analisis data yang mendeskripsikan tentang pelnggaran prinsip kerja sama, implikatur percakapan, dan tema yang digunakan dalam wacana humor politik

Permasalahan yang dihadapi oleh mitra dan disepakati dengan tim pengabdian masyarakat untuk diselesaikan, antara lain: (a) keterbatasan pengetahuan dan penguasaan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di Bank Wakaf Mikro Wafa Al Fithrah Surabaya. Jenis data yang digunakan dalam

Jika ditemukan pembuatan lebih dari satu (1) akun oleh satu (1) pengguna yang sama dan/atau nomor handphone yang sama dan/atau alamat yang sama dan/atau ID

Sebelumnya data diambil hasil dari hasil transaksi umum, namun saat ini data disimpan, diproses, dan dianalisis menggunakan aplikasi software canggih yang mengaitkan