• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pendidikan kesehatan melalui me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengaruh pendidikan kesehatan melalui me"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

PENGARUH METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET

DAN AUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM PENANGANAN DISMENOREA DI MADRASAH

ALIYAH NEGERI (MAN) 2 PALEMBANG

WILLI ANDRIYANI NIM. 0512044

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

(2)

Skripsi

PENGARUH METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET

DAN AUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM PENANGANAN DISMENOREA DI MADRASAH

ALIYAH NEGERI (MAN) 2 PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

WILLI ANDRIYANI 05.12.044

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Willi Andriyani

Tempat/ tanggal lahir : Palembang, 2 Juli 1994

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Anak : Ke 2 dari 3 Bersaudara

Orang Tua

Ayah : Kardi

Ibu : Sujiah

Telepon : 081927666411

E-mail : williandriany@ymail.com

Alamat : Jl. Taqwa Tl. Subur Lr. Keluarga No. 56 RT. 11 RW. 05 Kec. Kalidoni Kel. Sei-Selincah

Palembang Riwayat pendidikan ꞉

1. SD Negeri 211 Palembang Tamat Tahun 2006 2. SMP Negeri 21 Palembang Tamat Tahun 2009 3. SMA Dharma Bhakti Palembang Tamat Tahun 2012

4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammmadiyah Palembang Program Studi Ilmu Keperawatan

1. Tingkat I Tahun 2012 / 2013 2. Tingkat II Tahun 2013 / 2014 3. Tingkat III Tahun 2014 / 2015 4. Tingkat IV Tahun 2015 / 2016

(8)

ABSTRAK

Nama : Willi Andriyani

NIM : 0512044

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui media leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Palembang tahun 2016

Jumlah Halaman : ﴾ xv + 80 halaman + 22 tabel + 2 gambar + 15 lampiran ﴿

Latar Belakang: Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapat perhatian terutama di kalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Setiap perempuan yang normal pasti mengalami menstruasi. Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenorea. Pada kenyataannya masih banyak remaja yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang kurang terhadap cara penanganan dismenorea. Tujuan Penelitian: Diketahuinya pengaruh metode pendidikan kesehatan menggunakan leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode Quasy-Eksperimental dengan rancangan Non-randomized pre-test and post-test without control. Teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan secara Quota Sampling yaitu 118 responden kelas XI di MAN 2 Palembang. Hasil: Dari hasil uji wilcoxon terdapat pengaruh antara pengetahuan dan sikap responden sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media leaflet dan audiovisual didapatkan nilai p value = 0,000 (p value ≤ 0,05). Simpulan: Ada pengaruh metode pendidikan kesehatan menggunakan leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan dan Sikap,Dismenorea Daftar Pustaka : 40 (2006-2015)

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan khadirat Allah SWT atas karunia-Nya, kesehatan, dan kesempatan yang telah diberikan Allah SWT kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui media leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Palembang tahun 2016”.Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan . Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Sri Yulia, S.Kp.,M.Kep, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang.

2. Ibu Anita Apriany, S.Kep,.Ns Selaku Ketua Jurusan Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang.

3. Ibu Yuniza, S.Kep.,Ns M.Kep, Selaku Pembimbing (I) dan Ibu Desy Rukiyati, S.Kep.,Ns, M.Kes, Selaku Pembimbing (II) yang telah banyak meluangkan waktu dan telah banyak memberikan masukan, saran, bimbingan dan pengarahan dengan sabar dalam penulisan skripsi ini. 4. Ibu Trilia, S.Pd,.M.Kes, Selaku Penguji (I) dan Ibu Duty Yuriszkah,

S.Kep, Ns,. M.Kes selaku Penguji (II).

5. Bapak Feri Irawadi, S.Ag, Selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Palembang yang telah memberikan izin untuk penelitian.

6. Semua Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang.

(11)

7. Kedua Orangtua Saya, Ayahanda Kardi dan Ibunda Sujiah yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada doa yang paling khusyuk selain doa yang terucap dari orang tua.

8. Saudara Kandung Saya, Rudy Ariyanto dan Wira Ade Tri Utomo yang selalu memotivasi, mendukung serta mendoakan saya.

9. Teman satu perjuangan, Sahabat, serta Saudara walau tak sedarah , Yoan Rizki Aditya, Novita Damaiyanti, Mentari Desy Ratnasari, Septimiani, M. Ikhsan Gani Amin, Juanda, Bayu Amiliansyah, Beni Kurniawan dan Adi Saputra yang senantiasa menjadi penyemangat dan menjadi tempat saya untuk kembali disaat saya benar atau salah, menang atau kalah, dan disaat suka maupun duka.

10. Teman sejawat PSIK A dan B angkatan tahun 2012 yang telah memberikan masukan dan bantuan yang tak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat memberikan perubahan kearah yang lebih positif dalam proses pembelajaran dimasa yang akan datang.

Semoga Allah SWT melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, dan akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama demi kemajuan STIKes Muhammadiyah Palembang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palembang, Juni 2016

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS... iv

HALAMAN PUBLIKASI... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

ABSTRAK... vii

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Ruang Lingkup Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Keaslian Penelitian... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja... 10

BAB III : KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep... 31

B. Definisi Operasional... 32

C. Hipotesis... 34

BAB IV : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 35

B. Populasi dan Sampel... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 37

D. Tehnik dan Prosedur Pengumpulan Data... 38

E. Instrumen Pengumpulan Data... 41

F. Pengolahan Data dan Analisis Data... 43

G. Etika Penelitian... 44

(13)

BAB V : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian... 46 B. Hasil Penelitian... 49 BAB VI : PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat dan Bivariat... 56 B Keterbatasan Penelitian... 78 BAB VII : SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... 79 B Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian penelitian... 8

Tabel 2.1 Perbandingan gejala dismenorea primer dan sekunder ... 18

Tabel 3.1 Definisi operasional... 32

Tabel 4.1 Populasi siswi kelas XI... 35

Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan kelas... 37

Tabel 4.3 Pembagian kelompok media... 39

Tabel 4.4 Pembagian kelompok berdasarkan kelas... 39

Tabel 4.4 Skala Likert... 42

Tabel 5.1 Data jumlah siswa... 47

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok intervensi... 49

Tabel 5.3 Distribusi pengetahuan responden sebelum pendidikan kesehatan melalui media leaflet... 49

Tabel 5.4 Distribusi pengetahuan responden setelah pendidikan kesehatan melalui media leaflet... 50

Tabel 5.5 Distribusi sikap responden sebelum pendidikan kesehatan melalui media leaflet... 50

Tabel 5.6 Distribusi sikap responden setelah pendidikan kesehatan melalui media leaflet... 50

Tabel 5.7 Distribusi pengetahuan responden sebelum pendidikan kesehatan melalui media audiovisual... 51

Tabel 5.8 Distribusi pengetahuan responden setelah pendidikan kesehatan melalui media audiovisual... 51

Tabel 5.9 Distribusi sikap responden sebelum pendidikan kesehatan melalui media audiovisual... 52

Tabel 5.10 Distribusi sikap responden setelah pendidikan kesehatan melalui media audiovisual... 52

Tabel 5.11 Pengaruh pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media leaflet... 53

Tabel 5.12 Pengaruh sikap sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media leaflet... 54

Tabel 5.13 Pengaruh pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual... 54

Tabel 5.14 Pengaruh sikap sebelum dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual... 55

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori... 30 Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 31

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pengajuan tema skripsi

Lampiran 2 Surat pengajuan pengambilan data awal

Lampiran 3 Surat izin penelitian dari Kementerian Agama Sumatera Selatan Lampiran 4 Surat izin penelitian dari Madrasah Aliyah Negeri 2

Palembang

Lampiran 5 Surat pengajuan izin uji validitas di Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang

Lampiran 6 Surat izin uji validitas dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang

Lampiran 7 Surat keterangan selesai penelitian dari Madrasah Aiyah Negeri 2 Palembang

Lampiran 8 Lembar proses bimbingan skripsi Lampiran 9 Lembar supervisi

Lampiran 10 Informed consent Lampiran 11 Kuesioner

Lampiran 12 Satuan acara penyuluhan Lampiran 13 Dokumentasi hasil penelitian Lampiran 14 Leaflet

Lampiran 15 Output hasil uji statistik menggunakan program komputer

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapat perhatian terutama di kalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008) sedangkan menurut UU No. 36/2009, kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk keadaan dengan kesejahteraan mental, fisik dan sosial yang utuh bukan hanya tidak ada penyakit tetapi juga berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (UU No. 36, 2009).

Setiap manusia pada masa hidupnya pasti mengalami masa remaja. Menurut Notoatmodjo dalam Lubis (2013) remaja adalah anak yang berusia 13-25 tahun, dimana pada usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas yang secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan pada usia 25 tahun adalah usia dimana mereka pada umumnya secara sosial dan psikologis mampu mandiri. Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja adalah 10-19 tahun. Sedangkan menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (Lubis, 2013).

Setiap perempuan yang normal pasti mengalami menstruasi. Peristiwa ini merupakan bagian yang penting dari reproduksi perempuan dan itu terjadi setiap bulan. Usia termuda terjadinya menstruasi adalah 8 tahun, sedangkan usia tertuanya adalah 17 tahun. Keadaan gizi yang semakin baik

(18)

mempercepat kesiapan tubuh untuk memulai menstruasi pada anak perempuan. Bila remaja telah mengalami menstruasi, ini menandakan bahwa remaja tersebut telah mampu untuk dapat menghasilkan keturunan (Laila, 2011).

Menurut Lubis (2013), Menstruasi adalah perdarahan dari uterus karena perubahan hormonal yang teratur. Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Pada saat menstruasi,darah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim. Darah menstruasi mengalir dari rahim menuju leher rahim dan keluar melalui vagina. Proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar 2-8 hari (Laila, 2011).

Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenorea. Laila (2011) menyatakan dismenorea adalah menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram, dikenal dismenorea atau menoragi. Dismenorea sering kali disertai gejala seperti mual, muntah, diare, sakit kepala sebelah (migrain) dan pusing serta mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat persentase kejadian dismenorea sekitar 60%, Swedia 72% dan di Indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenorea dialami oleh 30-50% wanita usia reproduksi dan 10-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga (Paramitha, 2010).

(19)

dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Allport dalam Azwar (2015) menjelaskan bahwa sikap terbentuk dari kepercayaan arau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek artinya bagaimana pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Kemudian diikuti oleh penilaian terhadap objek tersebut yang akan memberikan kecenderungan untuk bertindak. Ini berarti bahwa sebelum menentukan sikapnya, seseorang terlebih dahulu harus mengetahui tentang objek itu sendiri, yang pada akhirnya akan menentukan kearah mana sikap mereka, apakah positif atau negatif.

Salah satu upaya untuk menanggulangi permasalahan kurangnya pengetahuan adalah dengan dilakukan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku individu yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar individu menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

(20)

tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal (Efendy, 2012). Sedangkan media audiovisual adalah media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat individu mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap (Notoatmodjo, 2012).

Hasil Penelitian dari Wiretno (2014), dari 168 responden dapat diketahui bahwa siswi kelas 1 yang merasakan nyeri berat sebesar 59 responden (54,6%) dan responden yang merasakan nyeri ringan sebesar 34 responden (56,7%) sedangkan dari siswi kelas 2 yang merasakan nyeri berat sebesar 49 responden (45,4%) dan responden yang merasakan nyeri ringan sebesar 26 responden (43,33%). Bahwa 93 responden (55,4%) menyatakan tingkat pengetahuan cukup, Sedangkan 75 responden (44,6%) menyatakan tingkat pengetahuan kurang. Hasil penelitian Sandra (2015) diketahui 10 responden (16,1%) dengan pengetahuan yang baik, 34 responden (54,8%) dengan pengetahuan yang cukup, dan 18 responden (29%) dengan pengetahuan kurang.

(21)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17 Maret 2016 terdapat 557 siswi di MAN 2 Palembang, yang terdiri dari 196 siswi kelas X, 167 siswi kelas XI dan 194 siswi kelas XII, semua remaja putri sudah mengalami menstruasi. Dari hasil wawancara 10 siswi didapatkan hasil bahwa 5 siswi mempunyai pengetahuan kurang tentang dismenorea, 3 siswi mempunyai pengetahuan cukup tentang dismenorea dan 2 siswi mempunyai pengetahuan baik tentang dismenorea. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru Bimbingan Konseling dalam 1 bulan setidaknya terdapat 6-7 siswi yang izin untuk tidak mengikuti proses belajar mengajar setiap bulannya karena mengalami dismenorea berat. Sedangkan siswi lainnya yang mengalami dismenorea tetap mengikuti proses belajar di sekolah namun tidak dapat berkonsentrasi karena gejala yang dirasakan.

Upaya penanganan dismenorea yang dilakukan oleh sebagian siswi adalah mengunjungi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk mendapatkan pertolongan pertama pada nyeri yang dirasakan seperti mengoleskan minyak kayu putih pada daerah yang nyeri, tiduran, minum obat pengurang rasa sakit, dan sebagian lainnya hanya membiarkan gejala tersebut karena terbatasnya pengetahuan tentang menstruasi dan permasalahannya. Hal ini dikarenakan di UKS tidak ada petugas khusus yang secara rutin membina UKS setiap tahunnya. Upaya tenaga kesehatan terutama perawat dalam hal ini perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada pengurus UKS dan siswi yang ada di MAN 2 Palembang. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui media leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

(22)

melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun banyak remaja putri mengalami dismenorea dan belum ada informasi mengenai dismenorea. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian apakah ada pengaruh metode pendidikan kesehatan menggunakan leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui media leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Diketahuinya gambaran nilai tengah pengetahuan dan sikap remaja putri tentang cara penanganan dismenorea sebelum dilakukan pendidikan kesehatan melalui media leaflet di MAN 2 Palembang Tahun 2016.

b. Diketahuinya gambaran nilai tengah pengetahuan dan sikap remaja putri tentang cara penanganan dismenorea sebelum dilakukan pendidikan kesehatan melalui audiovisual di MAN 2 Palembang Tahun 2016.

c. Diketahuinya gambaran nilai tengah pengetahuan dan sikap remaja putri tentang cara penanganan dismenorea setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui media leaflet di MAN 2 Palembang Tahun 2016. d. Diketahuinya gambaran nilai tengah pengetahuan dan sikap remaja

(23)

e. Diketahuinya pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016.

f. Diketahuinya pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup keperawatan maternitas yang berfokus pada masalah kesehatan reproduksi remaja dan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri tentang penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang Tahun 2016. Populasi pada penelitian ini adalah remaja putri kelas XI yang telah mengalami menstruasi. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 Mei - 14 Mei tahun 2016 dengan metode Quasy-Eksperimental dengan rancangan Non-randomized pre-test and post-test without control dan menggunakan quota sampling.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan salah satu sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat, memberikan pengalaman dalam penelitian dan meningkatkan pemahaman dalam penelitian. Penelitian ini diharapkan kedepannya dapat menjadi landasan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian dalam rangka mengetahui apakah ada pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea.

(24)

a. Bagi MAN 2 Palembang diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya peningkatan pengetahuan siswi dalam yang berhubungan dengan pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui media leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap dalam penanganan dismenorea

F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Sampel Variabel Hasil Persamaan Perbedaan

(25)

dan sikap

No Peneliti Judul Sampel Variabel Hasil Persamaan Perbedaan

(26)

attitudes, And self-care

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang di maksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan baik fisik, mental maupun peran sosial. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 10-20 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara umur 10-19 tahun dan belum menikah. Menurut BKKBN (2006) adalah 10-21 tahun (Kumalasari, 2012).

2. Perkembangan Remaja

Menurut Kumalasari (2012), berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu : a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

Pada masa remaja awal ini remaja tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya, merasa ingin bebas, lebih memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

Ciri-ciri pada remaja tengah biasanya tampak dan merasa ingin mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam, kemampuan

(28)

berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang, dan biasanya berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

c. Masa Remaja Akhir (16-21 tahun)

Pada remaja akhir ini mulai menampakkan pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta, dan memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

3. Tahap perkembangan

Tumbuh kembang adalah pertumbuhan fisik atau tubuh dan perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang remaja atau sering disebut pubertas merupakan proses atau tahap perubahan dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa. Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, tumbuhnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis (Kumalasari, 2012).

4. Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Menurut Kumalasari (2012), pada masa remaja itu terjadilah pertumbuhan fisik yang cepat di sertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang di tunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Menurut Marmi (2014), perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut di ikuti oleh munculnya tanda-tanda sebagai berikut : a. Tanda-tanda seks primer perempuan

(29)

b. Tanda-tanda seks sekunder perempuan

1. Tumbuh rambut disekitar kemaluan. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut.

2. Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

3. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

4. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal dan pori-pori bertambah besar.

5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

6. Otot, Menjelang akhir masa pubertas otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

7. Suara berubah semakin merdu dan suara serak jarang terjadi pada perempuan.

B. Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

(30)

mengalir dari rahim menuju leher rahim, untuk kemudian keluar melalui vagina. Proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar 2-8 hari. Darah yang keluar umumnya sebanyak 10 hingga 80 ml/ hari (Laila, 2011). Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina (Kumalasari, 2012).

Menstruasi merupakan salah satu ciri kedewasaan perempuan. Menstruasi biasanya diawali pada usia remaja, 9-12 tahun. Menstruasi sebenarnya adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim secara periodik. Menstruasi merupakan siklus alami yang terjadi secara regular untuk mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya terhadap kehamilan (Anurogo, 2011). Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita yang dimulai dari masa menarche sampai terjadinya menopause (Manan, 2011).

2. Siklus menstruasi

Adapun siklus menstruasi yang normal yakni rata-rata selama 21-35 hari. Namun, dalam beberapa kasus, terdapat keadaan proses menstruasi terjadi dengan rentang waktu cukup lama dan keluarnya darah dapat lebih dari 80 ml/ hari. Keadaan ini dikenal dengan istilah menoragia. Sementara menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari disebut hipermenorea. Dalam kasus lain, ada perempuan yang tidak mengalami menstruasi sama sekali. Dunia medis menyebut kasus ini dengan amenorea. Kemudian, ada juga kondisi oligomenorea, dimana siklus menstruasi yang memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan yang keluar tetap sama. Selain itu, terdapat juga keadaan polimenorea. Keadaan ini terjadi ketika seorang perempuan mengalami siklus menstruasi yang sering (siklus menstruasi yang lebih singkat, yaitu kurang dari 21 hari). Kelainan ini dapat disebabkan oleh gangguan hormon (Laila, 2011).

(31)

Umumnya lama perubahan berlangsung setiap 28 hari, namun lama perubahan ini bervariasi. Dalam siklus menstruasi, terdiri dari tiga fase yaitu fase olikuler, fase ovulator dan fase luteal.

a. Fase folikuler

Fase ini dimulai dari hari ke-1 hingga sesaat sebelum kadar Luteinizing Hormone (LH) meningkat dan terjadi pelepasan se telur atau ovulasi. Dinamakan fase folikuler karena pada masa ini tejadi pertumbuhan folikel dalam ovarium. Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) meningkat sehingga merangsang pertumbuhan folikel sebanyak 3-30 folikel yang masing-masing mengandung satu sel telur. Hanya satu folikel yang akan terus tumbuh dan yang lainnya akan hancur.

b. Fase ovulasi

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah sel telur diepaskan. Pada umumnya sel terlur dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan tampak menonjol dari permukaan indung telur sehingga akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel telur ini, beberapa perempuan sering merasakan nyeri yang hebat pada perut bagian bawah.

c. Fase luteal

Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur. Setelah melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup dan membentuk corpus luteum yang menghasilkan progesterone dalam jumlah cukup besar. Hormon progesteron ini akan menyebabkan suhu tubuh meningkat. Ini terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Setelah 14 hari, corpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai. Ini akan terus terjadi selama perempuan masih dalam masa aktif reproduksi, kecuali jika terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan.

(32)

a. Premenstrual syndrome

Premenstruasi syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang muncul akibat perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh perempuan menjelang menstruasi. Pada masa ini, perempuan biasanya menunjukan beberapa gejala, seperti rasa sensitif yang berlebihan, nyeri payudara, hingga perut kembung. Penyebab yang paling sering sering ditemukan berhubungan dengan faktor-faktor sosial, budaya, biologis dan masalah psikis emosional. PMS sering terjadi pada perempuan yang berumur usia 20-40 tahun dengan jumlah sekitar 70-90% (Anurogo, 2011).

PMS adalah sakit, cepat tersinggung, dan mudah marah tanpa alasan yang jelas sering dirasakan oleh beberapa perempuan pada hari-hari menjelang menstruasi. Hal ini sering dianggap biasa oleh masyarakat. Namun, jika kondisi ini dibiarkan, dampaknya akan menganggu aktivitas sehari-hari, menganggu hubungan dengan orang-orang terdekat, bahkan sampai ada yang ingin bunuh diri. Menurut psikiater perempuan, Elvira, bila kondisi tersebut berlangsung selama tiga kali siklus haid berturut-turut, bisa jadi merupakan gejala PMS. Jika PMS dibiarkan, maka akan menimbulkan gangguan yang lebih parah yang disebut dengan disforia pramenstruasi (PMDD) (Laila, 2011).

(33)

Selain secara medis, mengatasi gejala PMS maupun PMDD menjelang haid dapat pula dilakukan secara alami, seperti rajin berolah raga, khususnya aerobic (30 menit, 4-6 kali seminggu), jalan kaki, meningkatkan makanan tinggi kalsium, memperbanyak minum air putih, konsumsi makanan berserat dan modifikasi diet (Anurogo, 2011).

b. Dismenorea

a. Pengertian Dismenorea

Dismenorea merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Secara etimologi dismenorea berasal dari kata dalam bahasa Yunani kuno (Greek). Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Dengan demikian, dismenorea dapat didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2011). Menurut Laila (2011), dismenorea adalah keluhan yang sering dialami perempuan pada bagian perut bawah. Dismenorea adalah aliran bulanan yang menyakitkan atau tidak normal. Nyeri yang dirasakan saat haid tidak hanya terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja perempuan kerap merasakannya pada punggung bagian bawah, pinggang, panggul, otot paha atas, hingga betis. Rasa nyeri ini dapat disebabkan oleh kontraksi otot perut yang terjadi secara terus-menerus saat mengeluarkan darah. Kontraksi yang sangat sering ini kemudian menyebabkan otot menegang. Ketegangan otot tidak hanya terjadi pada otot perut, tetapi juga otot-otot penunjang otot perut yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang, panggul, dan paha hingga betis.

(34)

Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang dirasakan tanpa adanya kelainan pada alat reproduksi. Dengan kata lain, ini adalah rasa nyeri yang biasa dirasakan oleh perempuan saat mengalami haid. Rasa nyeri ini biasanya terjadi setelah 12 jam atau lebih, dimulai sejak haid yang pertama. Bahkan, ada sebagian perempuan yang selalu merasakan nyeri setiap menstruasi datang. Untuk mengatasi dismenorea ini, salah satunya dapat dilakukan dengan sesuatu yang hangat pada bagian perut yang nyeri.

Dismenorea primer dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu; Faktor kejiwaan pada remaja yang secara emosional tidak stabil (seperti mudah marah dan cepat tersinggung); Faktor konstitusi ini bentuknya seperti anemia atau penyakit menahun yang dapat mempengaruhi timbulnya nyeri saat menstruasi; Faktor endokrin atau hormon dikarenakan endometrium memproduksi hormon prostaglandin F2 yang menyebabkan pergerakan otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka akan menimbulkan nyeri saat menstruasi.

b. Dismenoreasekunder

Dismenorea sekunder biasanya ditemukan jika terdapat penyakit atau kelainan pada alat reproduksi. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Penyebab terjadinya dismenorea sekunder bisa diakibatkan oleh salpingitis kronis, yaitu infeksi yang lama pada saluran penghubung rahim (uterus) dengan indung telur (ovarium). Kondisi ini paling sering ditemukan pada perempuan berusia 30-45 tahun. Untuk penanganannya perlu dilakukan konsultasi dokter serta pengobatan dengan antibiotika dan anti radang.

2. Penyebab Dismenorea

(35)

dismenorea sekunder bila penyebabnya berupa kelainan kandungan, memiliki penyakit radang panggul, adanya hipersensitivitas dari uterus, dan bekas luka kerena pernah melakukan operasi pada organ reproduksi. Rasa nyeri pada dismenorea primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Rasa nyeri yang dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks, terutama jika saluran serviksnya sempit. Adapun faktor lainnya yang memperburuk dismenorea yakni kurang berolahraga, kelainan letak arah rahim, serta mengalami stress secara psikis maupun sosial (Manan, 2011).

3. Gejala Dismenorea

Secara umum menurut Owen dikutip Pustikadewi (2012), gejala dismenorea yaitu kram keras pada abdominal yang bisa berlangsung sampai 3 hari, diare, sering buang air kecil, berkeringat, rasa sakit pada pelvis disertai dengan rasa nyeri yang menjalar sampai ke paha bagian atas dan punggung, distensi abdominal, sakit punggung, kepala pusing dan muntah-muntah.

Tabel 2.1 Perbandingan gejala dismenorea primer dan sekunder

No Dismenorea primer Dismenorea sekunder

1 Onset (serangan pertama) secara mendadak terjadi setelah menarche (menstruasi pertama).

Onset dapat terjadi di waktu apapun setelah menarche (umumnya setelah usia 25 tahun)

2 Nyeri perut atau panggul bawah biasanya berhubungan dengan onset aliran menstruasi dan

3 Dapat terjadi nyeri pada paha dan punggung, sakit/nyeri kepala, diare, mual dan muntah.

(36)

4 Tidak dijumpai kelainan pada pemeriksaan fisik.

Ada kelainan panggul (Pelvic) pada pemeriksaan fisik.

Sumber : Proctor M, Farquhar (2006) dikutip Anurogo (2011)

4. Tindakan-Tindakan untuk Mengurangi Nyeri

Secara garis besar ada dua macam untuk mengurangi nyeri yaitu: a. Tindakan Farmakologis

Menurut Manan (2011), analgesik meliputi anti nyeri, relaksasi dan aktivitas rileks; Obat-obat penghambat pengeluaran hormon prostaglandin seperti jenis 1, aspirin, indo methacin, dan asam mefenamat merupakan obat penawar rasa sakit yang baik untuk dikonsumsi; Pengobatan hormonal berupa obat-obat KB yang kombinasi untuk menghambat terjadinya pelepasan telur dari kelenjar indung telur (ovulasi).

b. Tindakan Nonfarmakologi

Pengobatan non farmakologi dismenorea menurut Laila (2011), yaitu; mengkompres dengan suhu panas, minum-minuman yang hangat, minum air putih minimal 8 gelas setiap hari, Mandi dengan air hangat, berolahraga secara teratur (termasuk banyak berjalan), melakukan pemijatan, menghindari mengkonsumsi es menjelang haid, mendengarkan musik, menghindari mengenakan pakaian yang ketat, menghindari makanan dan minuman yang mengandung kafein, alkohol, dan nikotin selama 2 minggu sebelum masa menstruasi, mengurangi makanan yang mengandung garam.

(37)

yaitu dengan memvisualisasikan diri bahwa haid tidak sakit dan tidak perlu mengganggu aktivitas. Pemusatan pikiran bahwa haid tetap nyaman dan bisa beraktivitas seperti biasa sangatlah penting karena ini akan menyebabkan tubuh bereaksi membentengi diri sehingga haid dapat terjadi tanpa nyeri.

C. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo dalam Mubarak dkk (2007), pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Oleh sebab itu, konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat itu sendiri (Wahit dkk, 2007). Sedangkan menurut Kholid (2014), pendidikan kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya.

(38)

Menurut Wong dalam Wahit dkk (2007), tujuan pendidikan kesehatan secara operasional yakni :

a. Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatannya dan keselamatan lingkungannya.

b. Agar masyarakat melakukan langkah-langkah dalam mencegah terjadinya penyakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.

c. Agar masyarakat memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-perubahan sitem dan cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.

d. Agar masyarakat mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan yang formal.

3. Metode Pendidikan Kesehatan

Notoatmodjo (2007) mengemukakan metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan, kemampuan individu, kemampuan kelompok, masyarakat, besarnya kemlompok, waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan dan ketersediaan fasilitas yang mendukung. Metode yang paling sering digunakan dalam pendidikan kesehatan adalah bimbingan atau penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, memainkan peran dan simulasi.

4. Media Pendidikan Kesehatan

(39)

oleh komunikator baik melalui media cetak atau elektronik sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan perubahan pada perilakunya. Edgar membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam yakni kata-kata, tulisan, audio, film, televisi, pameran, field trip, demonstrasi, sandiwara, benda tiruan dan benda asli.

Menurut Notoatmodjo (2007), macam-macam alat bantu pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio) dan alat bantu lihat dan dengar (audiovisual). Alat bantu lihat dan dengar merupakan alat bantu yang digunakan untuk menginterpretasikan indera penglihatan dan indera pendengaran melalui mata dan telinga. Alat bantu dengar merupakan alat yang digunakan untuk menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan. Alat bantu lihat bertujuan untuk menstimulasi indera mata pada waktu proses pendidikan. Alat bantu lihat berupa media cetak. Media cetak berupa booklet, leaflet, flipchart dan poster.

a) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar (Notoatmodjo, 2007).

b) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan berisi gambar-gambar yang sederhana. Ukuran leaflet biasanya 20x30 cm yang berisi tulisan 200-400 kata. Leaflet disajikan dalam bentuk lembaran kertas berlipat dan penyebarannya dengan cara dibagi-bagi kepada masyarakat (Kholid,2014). Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu maslah. Keuntungan leaflet yaitu (1) dapat disimpan lama; (2) jangkauan dapat jauh; (3) sebagai referensi; (4) membantu media lain; (5) dapat dicetak kembali untuk dijadikan bahan diskusi (Notoatmodjo, 2007).

(40)

biasanya ditempel ditembok, ditempat umum, atau kendaraan umum (Kholid, 2014).

Menurut Notoatmodjo (2007), media audiovisual sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya antara lain :

a. Televisi

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab seputar masalah kesehatan.

b. Video

Penyampaian informasi dapat melalui video. c. Slide

Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan.

5. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik yang sehat maupun sakit. Sasaran pendidikan kesehatn tergantung pada tingkat dan tujuan penyuluhan yang diberikan. Lingkungan pendidikan kesehatan dimasyarakat dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

(41)

seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata).

Menurut Wahit dalam Mubarak (2007), pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengalaman terhadap suatu objek tertentu. Menurut Paramitha (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

a. Tahu ( know ) adalah diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension) adalah memahami suatu objek bukan sekadar objek tertentu, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application) adalah apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi lain.

(42)

e. Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen dari pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasari pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh : a. Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang harus diperkenalkan (Mubarak, 2007)

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara lansung maupun tidak langsung (Mubarak, 2007).

c. Sumber informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Mubarak, 2007).

(43)

Minat sebagai sesuatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Mubarak, 2007).

e. Pengalaman

Menurut Mubarak (2007), pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik maka seseorang akan berusaha untuk melupakan. Namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya hingga pada akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Menurut Saifuddin dalam Mubarak (2007), kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap kita.

3. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya. Menurut Notoatmodjo (2010), Penelitian kuantitatif pada umumnya akan mencari jawab atas fenomena yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa lama, maka biasanya menggunakan metode wawancara, kuesioner ataupun angket (self administered) :

Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :

a. Pengetahuan baik, apabila responden menjawab benar ≥ 50% dari total skor.

(44)

E. Sikap

1. Pengertian Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Widayatun dikutip Paramitha (2010), terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Perilaku yang diamati pada penelitian ini masih bersifat tertutup karena respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang yang mengamatinya (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Allport dalam Azwar (2015), sikap terbentuk dari kepercayaan arau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek artinya bagaimana pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Kemudian diikuti oleh penilaian terhadap objek tersebut yang akan memberikan kecenderungan untuk bertindak. Ini berarti bahwa sebelum menentukan sikapnya, seseorang terlebih dahulu harus mengetahui tentang objek itu sendiri, yang pada akhirnya akan menentukan kearah mana sikap mereka, apakah positif atau negatif.

Menurut Allport dalam Mubarak (2007) , menjelaskan sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

(45)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2010).

2. Ciri-ciri sikap

Menurut Azwar (2015) , ada beberapa ciri dari sikap yaitu:

a) Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi di bentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dalam objeknya.

b) Sikap dapat berubah-ubah, karena sikap dapat dipelajari orang atau sebaliknya. Sikap dapat dipelajari sehingga sikap dapat berubah pada seseorang bila terdapat pada keadaan dan syarat tertentu yang mempermudah perubahan sikap orang tersebut.

c) Sikap tidak terbentuk sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi terhadap objek. Dengan kata lain objek terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d) Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi, sikap dapat berkaitan dengan satu objek saja tetapi juga berkaitan dengan sederetan objek yang serupa.

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

3. Tingkatan Sikap

(46)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain yang merespon.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab apa yang telah diyakininya.

Suatu sikap tidak langsung terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, stimulus dan dukungan dari keluarga (Notoatmodjo, 2010).

4. Pengukuran Sikap

Menurut Azwar (2015), dalam pengukuran sikap ada beberapa cara, yang pada garis besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap sesuatu masalah atau hal yang di harapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survey. Secara langsung yang berstruktur, yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti. Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala likert untuk mengukur sikap seseorang.

Pertanyaan positif Pernyataan negatif

(47)

(SS)

Skor 4 : untuk jawaban setuju (S) Skor 3 : untuk jawaban kurang setuju (KS)

Skor 2 : untuk jawaban tidak setuju (TS)

Skor 1 : untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)

setuju (STS)

Skor 4 : untuk jawaban tidak setuju (TS)

Skor 3 : untuk jawaban kurang setuju (KS)

Skor 2 : untuk jawaban setuju (S)

Skor 1 : untuk jawaban sangat setuju (SS)

Sumber : Riyanto (2011)

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

(48)

F. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Kumalasari, 2012), (Laila, 2011), (Anurogo, 2011), Manan (2011), (Notoatmodjo, 2010), Kholid (2014), Marmi (2014) Modifikasi.

(49)

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka (Setiadi, 2007).

Bagan 3.1Kerangka Konsep

Independen Intervensi Dependen

B. Definisi Operasional

Pengaruh pendidikan

kesehatan melalui media leaflet

Pengetahuan dan sikap remaja putri

dalam penanganan Pendidikan

kesehatan tentang cara penanganan dismenorea melalui media

leaflet dan audiovisual

(50)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

(51)
(52)
(53)
(54)

dio

Ha : Ada pengaruh metode pendidikan kesehatan melalui leaflet dan audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea di MAN 2 Palembang tahun 2016.

(55)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Quasy-Eksperimental dengan rancangan Non-randomized pre-test and post-test without control. Tipe penelitian ini adalah mengungkapkan pengaruh antara dua kelompok dengan cara melibatkan dua kelompok subjek dengan 2 intervensi yaitu melalui media leaflet dan melalui media audiovisual. Kelompok subjek pertama dilakukan pendidikan kesehatan tentang penanganan dismenorea melalui media leaflet dan kelompok subjek kedua pendidikan kesehatan tentang penanganan dismenorea melalui media audiovisual. Kedua kelompok tersebut terlebih dahulu dilakukan pre-test, kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan selanjutnya dilakukan post-test untuk mengukur kembali pengetahuan remaja tentang penanganan dismenorea. Untuk menganalisis data memakai uji wilcoxon.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan siswi kelas XI yang berstatus pelajar di MAN 2 Palembang yaitu pada kelas XI MIA.1, XI MIA.2, XI MIA.3, XI MIA.3, XI MIA.4, XI IIS.1, dan XI IIS.2 yang berjumlah 167 siswi.

Tabel 4.1 Populasi Siswi Kelas XI MAN 2 Palembang

N o

Kelas Jumlah Siswi

1 XI MIA. 1 13

2 XI MIA. 2 14

3 XI MIA. 3 45

4 XI MIA. 4 45

5 XI IIS. 1 7

6 XI IIS. 2 43

Total 167 Siswi

2. Sampel

(56)

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan secara Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (Setiadi, 2007).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Siswi kelas XI yang masih terdaftar aktif sebagai pelajar di MAN 2 Palembang

b. Siswi yang telah mengalami menstruasi c. Siswi yang pernah mengalami dismenorea

d. Responden bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti semua proses penelitian.

Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : a. Belum pernah mengalami menstruasi dan dismenorea b. Tidak bersedia menjadi responden

c. Tidak hadir pada saat penelitian

Berdasarkan data, siswi kelas XI yang terdaftar sebagai pelajar di MAN 2 Palembang berjumlah 167 orang, maka dari jumlah tersebut akan ditentukan sampel berdasarkan kriteria inklusi dengan menggunakan rumus slovin :

n= N

1+N(d¿¿2)¿ Keterangan : N : Besar Populasi n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan yang diinginkan atau Confidence Level

n = 167

1+167

(

0,05

)

2

n =

167

1+167(0,0025)

n =

(57)

n =

167

1

,

41

n = 118

n = 118 responden

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh maka jumlah sampel sebesar 118 responden. Untuk menentukan sampel pada masing-masing kelas dilakukan quota sampling untuk setiap kelas yaitu dengan rumus :

RumusQuota=Jumlah siswi perkelas

Jumlah populasi x jumlah sampel

Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan kelas

Kelas XI MIA.1= 13

167x118=0,077x118=9,18=9orang

Kelas XI MIA.2= 14

167x118=0,083x118=9,89=10orang

Kelas XI MIA.3= 45

167x118=0,269x118=31,79=32orang

Kelas XI MIA.4= 45

167x118=0,269x118=31,79=32orang

Kelas XI IIS.1= 7

167 x118=0,041x118=4,94=5orang

Kelas XI IIS.2= 43

167 x118=0,257x118=30,32=30orang

Total = 118 orang

Berdasarkan banyaknya responden untuk membagi antara kelompok intervensi pendidikan kesehatan melalui leaflet dan audiovisual hasil responden dibagi 2 yaitu 59 untuk kelompok leaflet dan 59 untuk kelompok audiovisual.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di MAN 2 Palembang. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 Mei- 14 Mei 2016.

(58)

1. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Arikunto, 2010).

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran, pengamatan, survey dan lain-lain (Setiadi,2007). Data primer dari penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010). Data primer diambil secara langsung melalui kuesioner dan dibagikan pada remaja putri MAN 2 Palembang kelas XI.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, badan/ instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari MAN 2 Palembang Tahun 2016.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: 1. Tahap persiapan

a. Tahap persiapan waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada waktu yang tidak menggangu dalam proses belajar, maka peneliti memilih waktu selesai pembelajaran atau saat selesai sekolah, proses jalannya penelitian dilaksanakan diruang kelas. Peneliti diberikan waktu 30 menit oleh wakil kepala bidang kurikulum MAN 2 Palembang untuk melakukan penelitian.

(59)

Peneliti mendapatkan surat pengantar dari institusi pendidikan, lalu menyampaikan surat permohonan izin kepada kantor wilayah kementerian agama sumatera selatan, selanjutnya menyampaikan izin ke wakil kepala bidang kurikulum MAN 2 Palembang untuk mendapatkan responden mengikuti penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Peneliti bekerja sama dengan wakil kepala bidang kurikulum untuk mengecek responden yang telah diajukan.

b. Dengan bantuan wakil kepala bidang kurikulum peneliti menemui responden selanjutnya menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses penelitian.

c. Proses penelitian ini dilakukan pada waktu di luar jam belajar siswa yaitu pada jam selesai sekolah sehingga tidak menggangu aktivitas belajar siswa

d. Peneliti membagi kelompok setiap intervensi yang dilakukan dengan cara untuk media leaflet menggunakan nomor urut absen ganjil dan media audiovisual dengan menggunakan nomor urut absen genap.

Tabel 4.3 Pembagian kelompok media pendidikan kesehatan

No Kelompok Media Jumlah

Tabel 4.4 Pembagian kelompok berdasarkan kelas

(60)

3

e. Responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan dengan diketahui oleh wali kelas sebagai persetujuan atas keikutsertaan sebagai subjek penelitian.

f. Melakukan penilaian pengetahuan sebelum dilakukan intervensi (Pre-test).

Pada tahap pre-test peneliti memberikan lembaran kuesioner pengetahuan dan sikap responden tentang penanganan dismenorea untuk mengukur pengetahuan siswa sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan dengan media leaflet dan audiovisual. Pre test dilakukan diruang kelas selama 10 menit. Pada saat pelaksanaan penelitian pre-test peneliti melakukan secara bersamaan antara pre-test kelompok media leaflet dan kelompok audiovisual, setelah dilakukan pre-test peneliti mengumpulkan kembali lembaran kuesioner yang sudah di isi dalam satu berkas dan akan dilakukan uji koefisien Cohen’s Kappa untuk menyetarakan pengetahuan dan sikap siswi antara kelompok media leaflet dan kelompok audiovisual. Setelah dilakukan uji koefisien Cohen’s Kappa didapatkan nilai Kappa adalah -0,002 menandakan bahwa nilai koefisiennya rendah yang menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara kedua hasil pre test tersebut. Namun peneliti tetap melanjutkan ke tahap intervensi pada satu hari setelah pre-test.

(61)

h. Peneliti melakukan penilaian pengetahuan kembali setelah intervensi (post-test).

Pada tahap ini peneliti memberikan kuesioner post-test untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan media leaflet dan audiovisual. Kemudian peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang sudah diisi oleh peserta dalam satu berkas.

i. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputer.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data berupa variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan format lembar kuesioner dan check list.

Alat ukur dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi yang telah dilakukan oleh Yulia Syafriana Br Sitorus pada Februari 2015 di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara, dengan 10 pertanyaan berbentuk kuesioner dan dimodifikasi menjadi 20 pertanyaan mengenai pengetahuan dan 10 pernyataan berbentuk check list dan dimodifikasi menjadi 20 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif yang akan dilakukan uji validitas di MAN 1 Palembang sebelum dilakukan penelitian.

(62)

mengunakan program komputer. Variabel sikap dari 20 pernyataan didapatkan 6 pernyataan yang tidak valid dikarenakan rtabel < 0,361 yaitu rtabel(1)=0,038, rtabel(5)=0,056, rtabel(8)=0,318, rtabel(12)=0,051, rtabel(15)=0,183, rtabel(19)=0,112 kurang dari rbiss = 0,361 (ketetapan uji validitas dengan 30 responden) yang di hitung menggunakan program komputer. Pada pernyataan yang tidak valid tidak diikut sertakan dalam kuesioner penelitian.

Kuesioner yang diajukan berisi inisial responden dan pernyataan-pernyataan tentang pengetahuan remaja putri dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea. Pernyataan terdiri dari 31 pernyataan, untuk pertanyaan pengetahuan remaja putri tentang dismenorea sebanyak 17 pertanyaan dengan menggunakan sistem skoring. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Total skor adalah 17 dan total skor minimal adalah 0. Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu :

1. Pengetahuan baik, apabila responden menjawab benar ≥ 50% dari total skor

2. Pengetahuan tidak baik , apabila responden menjawab benar ≤ 50% dari total skor

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ukur ordinal dengan memberikan jawaban kuesioner yang telah diberi bobot, jumlah pernyataan 14, yang terdiri dari 9 pernyataan positif yang terdapat pada nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,12 dan pernyataan negatif terdapat pada nomor 9,10,11,13, dan 14. Pada pernyataan sikap menggunakan skala likert, maka jawaban diberi nilai skala. Untuk pernyataan sikap diberi skor sebagai berikut :

Tabel 4.5 Skala Likert

Pertanyaan positif Pernyataan negatif Skor 5 : untuk jawaban sangat setuju

(SS)

Skor 4 : untuk jawaban setuju (S)

Skor 5 : untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Perbandingan gejala dismenorea primer dan sekunder
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.2 Jumlah responden berdasarkan kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam mempersiapkan masa pubertas

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang seks bebas pada remaja sebelum diberi pendidikan kesehatan reproduksi

Penelitian ini berfokus pada mekanisme pengisian jabatan struktural pada lingkup pemerintah daerah kabupaten Bulukumba dengan pokok masalah adalah bagaimana mekanisme

Kegiatan penyuluhan tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi wanita dalam hal ini berfokus pada remaja agar tidak mudah melakukan seks bebas

Pengaruh Program Promosi Kesehatan Reproduksi Berbasis Sekolah terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja Awal (12-14 tahun) pada Siswa

Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat pada bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang berfokus pada pendidikan kesehatan anak

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti menyimpulkan bahwa hasil yang diperoleh sebelum diberi pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap kecemasan menghadapi

Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada saat antenatal care dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan maternitas yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan