Proses Adopsi Pesan Komunitas Rubalang Oleh Calon Relawan
Faruq Sibghatullah
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako Jln. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu Sulawesi Tengah.
Email : [email protected]
Abstrak
Masalah penelitian ini adalah bagaimana proses adopsi pesan komunitas Rubalang oleh calon relawan dan faktor-faktor penghambat proses adopsi pesan komunitas Rubalang. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab masalah-masalah tersebut.
Hasil penelitian terkait proses adopsi pesan komunitas Rubalang oleh calon relawan. (1) Calon relawan menerima ide melalui seminar, road show, para anggota dan media sosial dengan hasil adopsi pesan calon relawan merasa kurang mengerti dengan ide, visi dan misi yang ingin dicapai Rubalang, karena kurang lengkapnya penjelasan (2) Calon relawan menerima persuasi melalui seminar bertema Indonesia, melalui cerita kondisi masyarakat pesisir tempat kegiatan Rubalang pada road show, melalui ajakan para anggota, melalui foto dan video kegiatan dimedia sosial. (3) Pengambilan keputusan calon relawan diambil berdasarkan ide tentang Indonesia diseminar, cerita kondisi masyarakat pesisir, ajakan dari para anggota, foto dan video kegiatan. (4) Calon relawan melakukan konfirmasi bertahan atau tidak di Rubalang berdasarkan keuntungan atau kerugian ketika mengikuti program Rubalang.
Faktor penghambat proses adopsi pesan komunitas Rubalang terhadap calon relawan berkaitan dengan hal-hal berikut: (1) Gangguan teknis, dalam hal ini penerimaan informasi yang kurang jelas dan keterbatasan waktu pelaksanaan seminar, road show serta fasilitas komunikasi seperti handphone, kuota internet. (2) Rintangan psikologis, rasa curiga pada pesan yang disampaikan. (3) Rintangan status, calon relawan memliki kendala pada izin orang tua, keadaan finansial dan jadwal kuliah. (4) Rintangan fisik, jarak tempuh lokasi kegiatan. (5) Rintangan kerangka pikir, persepsi yang berbeda tentang pengalaman, ketertarikan dan kepentingan pada pesan, (6) Rintangan budaya, tidak sesuainya pesan dengan norma yang dianutnya dan kebiasaan calon relawan.
Kata Kunci : Adopsi, Pesan, Komunitas, Rubalang. Submisi : 2 April 2018
Pendahuluan
Rumah Bahari Gemilang (Rubalang) merupakan komunitas gerakan peduli pesisir berbasis edukasi dengan sasaran utama pemuda, dalam hal ini adalah mahasiswa yang kemudian hadir sebagai jembatan penghubung antara kalangan intelektual muda dengan masyarakat pesisir. Rubalang didirikan pada 12 April 2014 di Desa Lero Kab. Donggala yang digagas oleh mahasiswa Universitas Tadulako. Rubalang mempunyai dua program tahunan yaitu
gemilang youth forum (GYF) dan Rubalang the explorer.
Program ini dilaksanakan dengan cara turun langsung melihat keadaan masyarakat, Rubalang menitik-beratkan programnya pada masyarakat pesisir, karena masyarakat pesisir umumnya sangat jauh dari kata kesejahteraan, pendidikan yang layak dan kurang mendapatkan perhatian. Mahasiswa sebagai calon pemimpin dilatih untuk lebih peka dan peduli terhadap masyarakat,
Pelaksanaan program Rubalang selalu dimulai dengan survei lokasi dimana akan diselengarakannya kegiatan, dengan kriteria di daerah tersebut banyak anak-anak putus sekolah pesisir, kurangnya sarana dan prasana pendidikan termasuk tenaga pendidik, motivasi dan pengetahuan yang kurang dari para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka, jarak tempuh anak-anak untuk sampai ke sekolah atau melanjutkan pendidikan.
Rubalang akan memulai menginformasikan penerimaan calon relawan dengan tulisan coming soon
kemudian memposting hasil survei lokasi bersamaan dengan program home stay atau Rubalang the explorer diakun media sosial dan membuka pendaftaran calon relawan, Rubalang akan menyeleksi calon relawan tersebut dengan beberapa pertanyaan dan sesi wawancara pada calon relawan, kemudian akan diposting kembali diakun sosial media fanspage facebook dan akun
instagram Rubalang, @rubalang), Rubalang juga membuka donasi untuk pihak yang ingin berpartisipasi pada kegiatan baik dalam bentuk barang atau uang tunai untuk penunjang program.
Home stay bertujuan untuk mempersaudarakan antara mahasiswa dan masyarakat di daerah pesisir yakni menempatkan satu orang mahasiswa dirumah warga dengan menjadikan anak angkat. Mahasiswa akan menginap selama tiga hari dirumah orang tua angkatnya, dan menjalani segala aktivitas selayaknya anak. Mulai dari makan, tidur, mengantar adik ke sekolah, membantu ibu/bapak di rumah, mengajarkan adik bagaimana menghormati orang tua, hingga mencari tahu apa cita-cita adik angkatnya.
Rubalang the explorer (RTE) yaitu tentang ekspedisi pendidikan di daerah terpencil dengan konsep silaturrahmi, RTE berfokus pada melahir tumbuhkan optimisme pendidikan yang dikemas menjadi program yang menarik untuk anak-anak belajar lebih giat, Rubalang tergerak untuk mengabarkan dan menumbuhkan kepedulian pada
masyarakat pesisir. Melalui dua program yaitu home stay dan Rubalang the explorer.
Program ini sangat menumbuhkan rasa kekeluargaan utamanya bagi anak-anak merasa punya kakak baru, menumbuhkan semangat baru anak-anak untuk sekolah lebih tinggi. Bagi orang tua angkat mereka akan termotivasi menyekolahkan anaknya lebih tinggi seperti mahasiswa (anak angkat). Terlaksananya kedua program ini tentu membutuhkan relawan yang bisa meluangkan waktu, pikiran, tenaga, biaya, dan tanpa bayaran untuk dapat mengikuti program ini.
Hasil observasi awal peneliti menemukan terdapat masalah dalam jumlah relawan mahasiswa yang tertarik mengikuti program home stay dan RTE ini, selama tiga tahun berjalannya program ini, Relawan yang berpartisipasi dalam kegiatan Rubalang termasuk sedikit peminat. Total 94 orang calon relawan yang mendaftar, hanya 49 orang yang berhasil mengikuti program dan menjadi relawan, total 49 orang relawan kini yang bertahan untuk mengurusi kegiatan Rubalang hanya berjumlah 10 orang. Berikut datanya:
Tabel 1.1 Data Pendaftar dan Peserta gemilang youth forum (GYF) – Rubalang
the explorer (Tahun 2014 sampai 2016)
No Jenis Kegiatan
Calon
Relawan Relawan
1 GYF 1
(2014) 40 Orang 18 Orang
2 GYF 2
(2015) 29 Orang 16 Orang
3 GYF 3
(2016) 25 Orang 15 Orang Total 94 Orang 49 Orang
(Sumber :RumahBahariGemilang)
adopsi pesan komunitas Rubalang yang dilakukan oleh calon relawan, belum diterima sepenuhnya untuk menjadi pertimbangan secara mendalam keputusan calon relawan untuk ikut bergabung di Rubalang, semakin baik pesan yang disampaikan dengan waktu yang cukup untuk proses adopsi pesan tentunya, semakin besar peluang pesan itu akan diterima dan efek yang akan didapatkan akan menarik lebih banyak calon relawan terlibat pada kegiatan komunitas Rubalang.
Data terkini total jumlah mahasiswa di Universitas Tadulako adalah 46.999 orang (https://siakad.untad.ac.id), 94 orang yang mendaftar menjadi calon relawan dan hanya 49 orang yang memutuskan menjadi relawan. Maka
peneliti tertarik mengambil judul “Proses
Adopsi Pesan Komunitas Rubalang Oleh Calon Relawan pada program home stay
dan Rubalang the explorer.
Difusi dan Inovasi
Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap di dalamnya dikenal pula adanya pemuka pendapat atau agen perubahan. Teori ini sangat menekankan pada sumber-sumber non media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli, dan sebagainya.) yang biasanya mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampayekan untuk merubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap. Dalam penelitian ini menggunakan proses difusi inovasi sebagai bagian dari proses adopsi inovasi pada pesan yang diterima komunikan.
Rogers & Shoemaker (1973) dalam Daryanto & Muljo, (2016:129-132) merumuskan teori ini dengan empat tahap dalam suatu proses difusi inovasi, yaitu: Pengetahuan : kesadaran individu akan
adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
Persuasi :individu membentuk/ memliki sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut. Keputusan : individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak. Konfirmasi : individu akan mencari
pendapat yang menguatkan keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan yang telah diambil sebelumnya jika pesan-pesan mengenai inovasi yang diterimanya berlawan satu dengan yang lainnya.
Teori difusi inovasi mencakup sejumlah gagasan mengenai proses difusi inovasi sebagai berikut. Pertama, teori ini membedakan tiga tahapan utama dari keseluruhan proses ke dalam tahapan anteseden (tahap awal), proses dan konsekuensi.
Tahapan pertama mengacu kepada situasi atau karakteristik dari orang yang terlibat untuk diterpa informasi tentang suatu inovasi dan relevansi informasi tersebut terhadap kebutuhan-kebutuhannya. Misalnya adopsi inovasi lebih mudah terjadi pada mereka yang terbuka terhadap perubahan, menghargai kebutuhan akan informasi, dan selalu mencari informasi baru.
Tahapan kedua berkaitan dengan proses mempelajari, perubahan sikap, dan keputusan. Nilai inovatif yang dirasakan akan memainkan peran penting, demikian pula dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam sistem sosial. Jadi diterima atau ditolaknya berada pada alasan-alasan moral atau kultural, atau dianggap membahayakan struktur hubungan sosial yang telah ada.
menerima dan menggunakan inovasi atau kemudian berhenti menggunakannya.
Kedua, perlu dipisahkannya fungsi-fungsi yang berbeda dari pengetahuan, persuasi, keputusan dan konfirmasi, yang biasanya terjadi dalam tahapan proses, meskipun tahapan tersebut tidak harus selesai sepenuhnya/lengkap. Proses komunikasi lainnya dapat juga diterapkan, misalnya beberapa karakteristik yang berhubungan dengan tingkat persuasi dan orang yang tahu lebih awal tidak harus para pemuka pendapat.
Ketiga, difusi inovasi biasanya melibatkan berbagai sumber komunikasi yang berbeda (media massa, promosi, penyuluhan, atau kontak-kontak sosial yang informal) dan efektivitas sumber-sumber tersebut akan berbeda pada tiap tahap, serta untuk fungsi yang berbeda pula. Jadi, media massa dan promosi dapat berperan dalam menciptakan kesadaran dan pengetahuan, penyuluhan berguna untuk mempersuasi, pengaruh antar pribadi berfungsi bagi keputusan untuk menerima atau menolak inovasi dan pengalaman dalam menggunakan inovasi dapat menjadi sumber konfirmasi untuk terus menerapkan inovasi atau sebaliknya.
Keempat, teori ini melihat adanya variabel-variabel penerima yang berfungsi pada tahap pengetahuan karena diperolehnya pengetahuan akan dipengaruhi oleh kepribadian atau karakteristik sosial. Mulai dari pemuka pendapat atau peran agen perubahan yang memperoleh informasi dari media kemudian menyebarluaskannya, merekomendasikan dan mengkonfirmasi perubahan sikap dan perilaku kepada orang-orang di sekitarnya.
Faktor Penghambat Komunikasi
Menurut Cangara (2016:167-170) gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam, yakni sebagai berikut :
1. Gangguan teknis, terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan,
sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (channel noise). Misalnya gangguan pada stasiun radio atau TV, gangguan pada jaringan telepon, rusaknya pesawat radio sehingga terjadi suara bising dan semacamnya. Menurut Cruden dan Sherman (http://digilib.uinsby.ac.id), jenis hambatan teknis dari komunikasi meliputi:
a. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas.
b. Kurangnya informasi atau penjelasan.
c. Kurangnya keterampilan membaca. d. Pemilihan media yang kurang
tepat.
2. Gangguan semantik
Gangguan semantik ialah gangguan komunkasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena:
a. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai istilah bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
b. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima. c. Struktur bahasa yang digunakan
tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima.
d. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan.
3. Rintangan psikologis, terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri invidu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
4. Rintangan fisik
dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya. Pada komunikasi antarmanusia, rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu pancaindra pada penerima.
5. Rintangan status
Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan bawahan. perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat pada atasannya.
6. Rintangan kerangka pikir
Rintangan kerangka pikir adalah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. 7. Rintangan Budaya
Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya dianut perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Metode penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan aktual tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Serta menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variable (Kriyantono, 2006: 69). Penelitian ini menggambarkan tentang proses adopsi
pesan komunitas Rubalang oleh calon relawan.
Dasar Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus (Case Study). Studi kasus adalah uraian dan penjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek individu, kelompok, organisasi atau komunitas, suatu program atau suatu situasi sosial dalam kurun waktu tertentu (Mulyana,2011). Dalam hal ini menjelaskan proses adopsi pesan oleh calon relawan dan faktor penghambat proses adopsi pesan tersebut.
Penelitian ini dilakukan di sekretariat rumah bahari gemilang (Rubalang), untuk memudahkan peneliti untuk menemui subjek penelitian dalam hal ini pendiri dan relawan Rubalang.
Objek penelitian adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan apa yang ingin dikaji dalam sebuah penelitian. Penelitian ini yang akan dikaji adalah proses adopsi pesan komunitas Rubalang oleh calon relawan pada program home stay dan Rubalang the explorer. Subjek penelitian ini ditentukan melalui suatu teknik yang diharapkan dapat memenuhi kriteria informan yang dibutuhkan yakni menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive adalah pemilihan sampel
purposive atau bertujuan yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan dan dianggap mengetahui masalah peneliti Bungin, (2011:106). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri atas Observasi dan Wawancara mendalam
(2014:407), prosedur analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersama yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. 1. Reduksi data
Merangkum kembali data yang diperoleh dari lapangan dengan memilih data yang terkait hal-hal pokok serta membuang data yang tidak penting. Dalam hai ini berupa penyusunan pedoman wawancara yang akan diajukan kepada informan, penyusunan data hasil wawancara serta memilih informasi observasi lapangan sesuai dengan pedoman wawancara yang akan dikaitkan dengan hal pokok sesuai teori.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penelitian ini menyajikan data yang telah direduksi dari lapangan dalam bentuk penjelasan deskriptif dalam teks naratif, kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan untuk mencari kesimpulan dari setiap jawaban informan, sehingga menggambarkan proses adopsi pesan dan memudahkan mengetahui faktor penghambatnya.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan proses mengambil kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis. Kesimpulan atau verifikasi berfungsi untuk mencari makna serta penjelasan terhadap data yang dikumpulkan untuk mencari hal-hal penting berdasarkan pertanyaan saat wawancara dengan informan dan observasi yang telah dianalisis yang disimpulkan melalui pendapat peneliti untuk mengetahui kebenarannya.
Pembahasan
Komunikasi akan dinyatakan berhasil ketika pesan yang dikirimkan tersampaikan sesuai dengan tujuan untuk apa pesan itu dikirim. Penelitian ini akan melihat proses adopsi pesan komunitas
Rubalang yang dilakukan oleh calon relawan, yang menjadi ukuran bagaimana pesan yang berisikan ide tentang Rubalang dapat diterima atau diadopsi oleh calon relawan sesuai dengan keinginan serta tujuan Rubalang.
Tahap-tahap yang berkaitan dengan proses adopsi pesan ide/pengetahuan, persuasi, pengambilan keputusan dan konfirmasi. Faktor pengahambat berupa gangguan teknis, psikologis, status, fisik, kerangka pikir dan budaya yang akan dijelaskan pada uraian berikut.
Tahap pertama adalah pengetahuan/ide. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara menyatakan bahwa ide yang diterima calon relawan melalui seminar, road show, para anggota dan media sosial kurang dimengerti karena kurangnya penjelasan. Adopsi yang dilakukan belum sampai dengan ide inti yang diinginkan Rubalang. Anggota Rubalang yang telah bergabungpun masih banyak yang belum mengerti inti dari kenapa Rubalang berdiri dan alasan untuk harus berbuat kegiatan.
Peneliti melihat perbedaan proses adopsi pemahaman ide pada calon relawan dalam pesan yang diterima melalui seminar, road show, para anggota dan media sosial Rubalang. Rubalang ingin menyampaikan ide untuk kesadaran dalam lingkungan sekitar dan orientasi dari kuliah serta permasalahan penting yang sedang dihadapi Indonesia namun yang diadopsi tidak seperti yang diingikan.
Penerimaan melalui seminar dan
road show jauh lebih baik karena materi yang disampaikan sangat lengkap serta fokus calon relawan atau komunikannya tertuju saat pesan disampaikan ditunjang dengan sumber pesan yang dapat dipercaya sehingga proses adopsi berjalan seperti semestinya, namun kekurangan dari cara penerimaan seminar dan road show
dan penggunaan media sosial yang bisa dilakukan setiap saat.
Penerimaan ide pesan melalui anggota Rubalang tidak selalu mudah untuk mengantarkan calon relawan mengadopsi pesan, karena dari anggota Rubalang banyak yang belum mengetahui secara lengkap informasi apa yang harus diberikan kepada calon relawan. Umumnya para anggota hanya bercerita tentang kegiatan dan program Rubalang yang mereka ketahui.
Salah satunya dengan mengarahkan calon relawan melihat lebih banyak tentang Rubalang diakun media sosial
facebook, intagram atau youtube. Sedangkan informasi yang ada dimedia sosial Rubalang belum sepenuhnya bisa menjelaskan secara keseluruhan tentang Rubalang seperti pada seminar atau road show.
Terhambatnya proses adopsi pesan karena yang menjadi ide dasar, latar belakang kenapa Rubalang berdiri dan terus bergerak, tidak dimasukan pada pesan yang diterima sehingga banyak dari calon relawan yang bertanya seperti apa Rubalang itu, ada yang penarasan dan ada yang ikut tergerak karena mengikuti temannya.
Tahap kedua adalah Persuasi. Persuasi ini memiliki fungsi yang sangat penting untuk mendukung kemudahan pesan diterima calon relawan. Calon relawan menerima persuasi saat seminar tentang kondisi Indonesia yang sedang membutuhkan pemuda untuk bangkit dengan semangat gotong royong mengatasi masalah serta kondisi mahasiswa yang lebih mementingkan nilai akademik dari pada pengabdian dengan masyarakat,
Terpersuasi melalui road show
karena cerita pengalaman relawan Rubalang selama tiga hari tentang kondisi masyarakat pesisir yang tidak diperhatikan pada fasilitas pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih. Terpersuasi melalui ajakan para anggota untuk ikut kegiatan
Rubalang. Terpersuasi melalui foto dan video kegiatan dimedia sosial.
Hasil wawancara dan observasi peneliti terkait tentang persuasi yang diterima oleh calon relawan, proses adopsi akan berjalan lancar dan sesuai harapan dengan penerimaan persuasi melalui seminar dan road show, namun penerimaan persuasi dari para anggota dan melalui media sosial membuat proses adopsi tidak semudah pada road show dan seminar. Adopsi pesan melalui para anggota ini mempunyai resiko cukup besar, hal ini dikarenakan persuasi dan ide yang disampaikan jauh berbeda pada setiap individu yang menyampaikan dan menggunakan media.
Peneliti juga menemukan tanggapan yang kurang pada postingan Rubalang dari penggunaan media. Respon pengguna media sosial terhadap postingan diakun media sosial Rubalang sangat rendah, hal ini tentunya berkaitan dengan proses adopsi pesan yang akan terjadi. Semakin banyak yang menanggapi postingan maka akan banyak pula yang mengadopsi ide Rubalang, semakin mudah pula untuk melakukan pengambilan keputusan untuk ikut bergabung di Rubalang,
Belum berimbangnya pemahaman setiap anggota Rubalang secara keseluruhan tentang ide Rubalang dan tidak samanya pesan yang diinginkan Rubalang dan yang dipublikasikan dimedia sosial. Mempublikasikan testimoni para anggota Rubalang, tujuan dalam visi dan misi Rubalang, fakta yang didapatkan, apa yang sudah Rubalang lakukan, apa yang Rubalang pelajari tentang masyarakat pesisir, bagaimana kendala-kendala yang mereka hadapi mulai dari calon relawan sampai menjadi relawan Rubalang merupakan persuasi yang sangat mendukung agar mendapatkan banyak perhatian dan memperlancar proses adopsi pesan Rubalang.
stay dan Rubalang the explorer yang diselenggarakan oleh Rubalang adalah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan calon relawan dipilih berdasarkan ide tentang Indonesia yang diterima melalui seminar, cerita tentang kondisi masyarakat pesisir di road show, ajakan dari para anggota Rubalang, foto dan video kegiatan dimedia sosial.
Hasil observasi peneliti terkait pengambilan keputusan yang diambil oleh calon relawan lebih banyak untuk coba-coba bergabung dengan Rubalang, karena penasaran seperti apa kegiatan Rubalang, namun setelah mengikut kegiatan Rubalang banyak calon relawan yang memundurkan diri, karena merasa kegiatan Rubalang terlalu banyak, menguras energi, uang, waktu dan tanpa manfaat untuknya.
Hal ini terjadi ketika proses mengetahui ide dan persuasi yang diterima calon relawan untuk ikut kegiatan Rubalang tidak sepenuhnya disampaikan dengan pendekatan yang baik, untuk menjadi alasan calon relawan bertahan dalam mengikuti setiap kegiatan Rubalang. Beberapa faktor internal yang berasal dari masing-masing calon relawan antara lain berhubungan dengan perhatian, pemahaman, kesadaran/kepedulian, kesibukan/tingkat aktivitas dan ketertarikan pada kegiatan Rubalang.
Faktor internal ini memiliki daya dukung yang sangat kuat karena keputusan menjadi anggota komunitas Rubalang bersifat personal. Menjadi anggota atau tidak menjadi anggota Rubalang belum berpengaruh kepada penilaian orang lain, dalam hal ini tidak ada intervensi dari siapapun atau pihak manapun pada keputusan yang diambil.
Selain faktor internal, keputusan sebagai tindaklanjut dari penerimaan pesan dari komunitas Rubalang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Beberapa faktor eksternal yang berhasil diketahui melalui penelitian ini adalah berkaitan dengan kondisi Indonesia yang berada dalam masa sulit karena banyak kekayaan
alam yang belum terolah sehingga tidak meratanya kesejahteraan, cerita tentang pengalaman-pengalaman anggota Rubalang yang telah home stay selama tiga hari di pesisir, ajakan dari anggota Rubalang untuk terlibat tugas-tugas kuliah, intervensi dari dosen dan/atau orang tua, saran-saran keluarga, seperti Hasnaini yang bergabung karena ada perubahan nyata dengan teman sekelasnya yang telah bergabung terlebih dahulu di Rubalang.
Tahap ke empat konfirmasi. Tahap konfirmasi calon relawan selalu berbeda, hal ini disebabkan karena setiap calon relawan memiliki penilainya berbeda karena banyak pertimbangan untuk mengikuti kegiatan Rubalang. Sesuai dengan pendapat Roger dan Shoemaker, calon relawan akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan yang telah diambilnya atau mengubah keputusannya setelah mendapatkan pendapat lain yang melemahkan keputusan yang telah diambil.
Pendapat tersebut bisa keuntungan yang didapatkan atau kerugian tergantung mana yang lebih besar dirasakan calon relawan, keuntungan seperti mendapat peningkatan pada diri dengan mengolah bahasa dengan baik ketika berbicara, sudah bisa mengatur waktu, berani mengambil keputusan yang butuh keberanian tapi bermanfaat dan bisa belajar mengembangkan hobi yang disukai ataupun ilmu yang ada pada jurusan masing-masing. Kerugian berfikir untuk tidak mengikuti karena persiapan kegiatan yang padat, waktu tidur yang berkurang, uang oprasional yang bertambah seperti uang bensin, uang makan.
tua dan anak-anak untuk bersemangat sekolah dan berusaha menyekolahkan anaknya.
Observasi peneliti melihat banyak dari relawan yang perilakunya berubah setelah mengikuti kegiatan Rubalang, pengalaman selama tiga hari di tempat yang serba kekurangan fasilitas mulai dari air bersih, pendidikan yang tidak diperhatikan, listrik yang belum tersalurkan, masalah kesehatan serta pola pikir orang tua dan perilaku anak-anaknya yang hanya sebatas meneruskan pekerjaan orang tuanya, menjadi pelajaran yang berharga untuk selalu bersyukur dengan kondisi yang serba berlebihan.
Faktor penghambat proses adopsi pesan komunitas Rubalang oleh calon relawan pada program home stay dan rubalang the explorer
Proses adopsi pesan oleh calon relawan sebagai penerima pesan dari komunitas Rubalang tidak selalu lancar dan efektif. Selain faktor pendukung tentu ada juga faktor pengahambat pada proses adopsi pesan tersebut. Beberapa faktor penghambat proses adopsi pesan komunitas Rubalang terkait dengan karakteristik individu dan kelompok penerima pesan, media dan sumber pesan. Faktor gangguan teknis, rintangan psikologis, rintangan status, rintangan kerangka pikir dan rintangan budaya.
Gangguan teknis merupakan hal pertama penghambat proses adopsi dan pengambilan keputusan dari calon relawan, peneliti melihat dari gangguan teknis adalah penerimaan informasi kegiatan Rubalang yang tidak merata melalui seminar, road show, para anggota dan melalui media. Gangguan teknis berupa keterbatasan waktu pelaksanaan seminar, road show dan fasilitas komunikasi para anggota atau calon relawan, seperti handphone, kuota internet
dan pulsa.
Pendapat Cruden & Sherman mengenai jenis hambatan komunikasi yang tidak adanya rencana atau prosedur kerja
yang jelas pada pesan Rubalang, kurangnya informasi atau penjelasan, kurangnya keterampilan membaca calon relawan dan pemilihan media yang kurang tepat.
Rintangan psikologis, ada rasa curiga calon relawan yang sangat menghambat proses adopsi karena rasa curiga akan memunculkan sikap negatif pada pesan yang disampaikan. Sebagus apapun apa isi yang dijelaskan pesan jika sudah ada rasa curiga terlebih dahulu pasti tidak akan ada penerimaan, terlebih untuk orang-orang yang belum pernah mengenal Rubalang. .
Pesan yang diadopsi melalui seminar, road show dan anggota Rubalang memiliki prasangka negatif lebih rendah, sedangkan calon relawan yang menerima pesan melalui akun media sosial Rubalang akan selalu dipenuhi dengan prasangka negatif yang banyak, ditambah jika calon relawan belum mengenal para anggota yang ada di Rubalang. Mereka akan selalu bertanya-tanya apakah Rubalang ini bagus dan apa penting serta bermanfaat untuk diri mereka atau tidak.
Penjelasan yang kurang dimedia sosial Rubalang dan bukti-bukti yang kurang terkait dengan orang-orang yang ada di Rubalang belum mampu untuk menguatkan pesan yang diadopsi oleh calon relawan secara singkat. Prasangka akan berubah-ubah dari prasangka baik menjadi buruk dari buruk menjadi baik, tergantung pada apa yang akan di rasakan oleh relawan saat melakukan kegiatan, bersifat menguntungkan atau merugikan pada calon relawan.
Izin yang susah dari orang tua karena takut terjadi sesuatu pada anaknya serta khawatir jika sibuk ketika kegiatan dilaksanakan kuliahnya akan terbengkalai. Keadaan finansial calon relawan yang sangat berpengaruh karena banyak mahasiswa yang masih mengharapkan uang dari orang tua sehingga menjadi menjadi pertimbangan yang berat untuk memutuskan bergabung.
Setiap individu mempunyai motivasi yang berbeda. Kepentingan seseorang akan mendorong orang itu untuk berbuat dan bersikap sesuai dengan kebutuhannya. Pesan komunitas Rubalang bisa menjadi prioritas bagi calon relawan yang membutuhkan pengalaman tertentu untuk pengembangan dirinya. Pada umumnya calon relawan dari unsur mahasiswa yang memiliki ketertarikan besar pada pesan dari komunitas Rubalang, jika pesan yang diadopsi mampu memenuhi kebutuhan dasar yang berkaitan dengan pengabdian mahasiswa serta tugas perkuliahan.
Mencari pengalaman baru dan mengabdi, mahasiswa tersebut berupaya menjadikan kegiatan di Rubalang untuk
refreshing dan sebagai penambah motivasi untuk penyelesaian tugasnya dan ada pula yang termotivasi untuk mencari teman baru dan wadah untuk menyalurkan bakat dan hobi serta melatih jiwa sosialnya.
Rintangan fisik, jarak lokasi kegiatan yang jauh sehingga sulit dicapai sehingga calon relawan memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan. Rintangan kerangka pikir, setiap individu pasti memiliki kerangka pikir yang berbeda, tentunya kerangka pikir ini berhubungan dengan persepsi pada pengalaman, kepentingan dan ketertarikan yang menghasilkan reaksi berbeda terhadap perhatian, daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku pada pesan yang diterima.
Peneliti melihat bahwa pengertian Rubalang seringkali bertentangan dengan persepsi calon relawan pada komunitas/himpunan kampus. Tanpa
penjelasan yang lengkap tentang komunitas Rubalang, tidak akan membuat pemahaman yang bertentangan menjadi sama, hingga akhirnya membuat proses adopsi menjadi terhambat atau tidak terjadi.
Rintangan kerangka pikir merupakan hal yang perlu diperhatikan karena sangat menghambat proses adopsi, peneliti melihat bahwa dalam proses adopsi pesan Rubalang melalui seminar,
road show, para anggota dan media akan menghasilkan persepsi yang berbeda terkait ide dan masalah sosial yang ditemukan Rubalang.
Penerimaan melalui seminar dan
road show akan membuat calon relawan lebih tertarik karena ada cerita dan kata-kata yang disampaikan sehingga menumbuhkan ketertarikan disertai tambahan video dan foto kegiatan. Melalui penerimaan para anggota, peneliti melihat seberapa dekat calon relawan dengan anggota akan memberikan ketertarikan pada kegiatan sosial, sedangkan pada media sosial hanya menampilkan postingan seperti video, foto yang memperlihatkan keadaan yang mengharukan dari suatu kejadian yang terjadi di lapangan.
Rintangan budaya, setiap orang mempunyai budaya pastinya dalam melakukan sesuatu harus sesuai dengan kebiasan-kebiasaan yang dilakukannya, berkaitan dengan proses adopsi calon relawan akan melihat Rubalang sebagai sesuatu yang sesuai dengan norma yang dianutnya maupun kebiasaan yang sering dilakukan atau dilihatnya. Peneliti melihat banyak dari calon relawan hanya fokus pada bagaimana sampai keinginan dan kebutuhannya terpenuhi, tapi tidak banyak yang mencari untuk memenuhi kekurangannya.
Kesimpulan
melalui seminar, road show, para anggota dan media sosial dengan hasil adopsi pesan calon relawan merasa kurang mengerti dengan ide, visi dan misi yang ingin dicapai Rubalang, karena kurang lengkapnya penjelasan yang diterima. Calon relawan menerima persuasi melalui seminar bertema Indonesia, melalui cerita kondisi masyarakat pesisir tempat kegiatan Rubalang pada road show, melalui ajakan para anggota, melalui foto dan video kegiatan dimedia sosial. Pengambilan keputusan calon relawan diambil berdasarkan ide tentang Indonesia diseminar, cerita kondisi masyarakat pesisir, ajakan dari para anggota, foto dan video kegiatan. Calon relawan melakukan konfirmasi bertahan atau tidak di Rubalang berdasarkan keuntungan atau kerugian ketika mengikuti program Rubalang.
Faktor penghambat proses adopsi pesan komunitas Rubalang oleh calon relawan pada program home stay dan Rubalang the explorerberkaitan dengan hal-hal berikut:Gangguan teknis, penerimaan informasi yang kurang jelas, keterbatasan waktu pelaksaan seminar,
road show, serta fasilitas komunikasi seperti handphone, kuota internet untuk melihat dimedia sosial Rubalang. Rintangan psikologis, ada rasa curiga calon relawan pada pesan yang disampaikan. Rintangan status, mahasiswa sebagai calon relawan memliki kendala pada izin orang tua, keadaan finansial dan jadwal kuliah. Rintangan fisik, jarak lokasi kegiatan yang jauh. Rintangan kerangka pikir, persepsi calon relawan yang berbeda tentang pengalaman, ketertarikan dan kepentingan pada pesan.Rintangan budaya, perbedaan pesan dengan norma dan kebiasaan yang dilakukan calon relawan.
Referensi
Abdurrachman, Oemi. 1993. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti
Afiati, Aen Istianah. 2015. Komunikasi Persuasif dalam Pembentukan Sikap (Studi Deskriptif Kualitatif
pada Pelatih Pendidikan Militer Tamtama TNI AD di Sekolah Calon Tamtama Rindam IV Di ponegoro Kebumen)
Alawiyah, Eli. 2014. Strategi Rekrutmen Relawan Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina (KNRP) Dalam Meningkatkan Penggalangan Dana Bungin, Burhan. 2011. Metodologi
Penelitian Komunikasi. Jakarta: Predana Media
Cangara, Hafied.2014. Perencanaan & Stratergi Komunikasi. Edisi ke 2.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
______________2016. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi 2 Cekatan ke 17.
Jakarta : PT. Rajawali Pers
Daryanto & Rahardjo, Muljo. 2016. Teori Komunikasi. Yogjakarta : Gava Media
DeVito, Joseph 2011. Komunikasi Antarmanusia, Edisi Kelima. Jakarta : Karisma Publishing Group
Djamaludin, Malik, 1994. Komunikasi Persuasif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Cetakan ke-23. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Harun, Rochajat & Ardianto, Elvinaro. 2011. Komunkasi Pembangunan & Perubahan Sosial. Jakarta : PT. Rajawali Pers
http://www.p2kp.org/pengertian relawan. di akses pada tanggal7 Oktober 2016 pukul 20.00 - Pengertian Relawan
https://siakad.untad.ac.id/jumlahmahasisw auntad. di akses pada tanggal 01 November 2016 pukul 17.33 Wita - Jumlah Mahasiswa Untad
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Machfoedz, Mahmud. 2005. Komunikasi
Maike Desyafitri (2015) Komunikasi Persuasif Komunitas Hijabers Pekanbaru Dalam Merekrut Wanita Berjilbab Di Kota Pekanbaru Mulyana, Deddy. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1999. Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: Universitas Terbuka.
Serah, Thobias (2014) Pengaruh Karakteristik Inovasi, Sistem Sosial Dan Saluran Komunikasi Terhadap Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian
Sheer, Michael E.2008.The Five Factors, “Why People Still Volunteering Social Work With Volunteers”. (e -jornal)
Suranto A. W. (2005). Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi untukMeningkatkan Kinerja Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana.
Widjaja. H. A. W. (2002). Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat).Jakarta: Bumi Aksara. Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian