• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Filsafat Ilmu administrasi universitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Filsafat Ilmu administrasi universitas "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i

FILSAFAT ILMU

Sejarah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh : Kelompok 3 (PAP 14 B)

1. Meida Sintia Devi

(14080314054)

2. Kartika Dewi

(14080314045)

3. Diah Bunga Utama

(14080314061)

4. Ariana Swastika

(14080314038)

PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

petunjuk dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai

“Sejarah Filsafat Ilmu” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu.

Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang ikut serta membatu

menyelesaikan makalah ini.

Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita

semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Sejarah Filsafat

Ilmu, khususnya bagi penyusun. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna,

maka penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan

menuju arah yang lebih baik.

Surabaya, 18 Februari 2015

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Tonggak Awal Kehadiran Filsafat Ilmu ... 3

B. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu ... 5

C. Induk Pertumbuhan Filsafat Ilmu ... 8

D. Aliran Filsafat Ilmu ... 9

BAB III PENUTUP ... 13

Kesimpulan ... 13

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences)

yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari

masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah

manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Filsafat adalah untuk

mengetahui hakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu

diteruskan,akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut

agama. Berikut ini akan dibahas lebih rinci.

Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat. kajian ini mengulas tentang sejarah

aliran-aliran pemikiran filsafat dimulai dari zaman Yunani klasik yang pada

akhirnya melahirkan spesialisasi dan sub-spesialisasi ilmu pada abad ke-20.

maka menjadi penting dan menarik kiranya kita dapat menggali kembali sejarah

perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya, sebagai suatu landasan berfikir

kita demi mengembangkan ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam yang

akan berimplikasi kepada kehidupan manusia yang lebih baik.

B.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tonggak awal kehadiran filsafat ilmu ?

2. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu ?

3. Bagaimana induk pertumbuhan filsafat ilmu ?

(5)

2

C.

Tujuan

Adapun tujuan - tujuan dari pembuatan makalah “Sejarah Filsafat Ilmu” adalah sebagai berikut :

1) Agar mengerti dan memahami tonggak awal kehadiran filsafat ilmu.

2) Agar mengerti dan memahami bagaimana sejarah perkembangan filsafat

ilmu.

3) Agar mengerti dan memahami induk pertumbuhan filsafat ilmu.

(6)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tonggak Awal Kehadiran Filsafat Ilmu

Yunani adalah tonggak kelahiran filsafat ilmu dan juga kiblat dari segala

ilmu. Pada abad ke-5 SM, seorang Sophist di Yunani menanyakan kemungkinan

reliabilitas dan objektivitas ilmu. Lalu seorang Sophist bernama Georgias

berpendapat bahwa tidak ada yang benar – benar wujud, karena jika sesuatu ada tidak dapat diketahui, dan jika ilmu bersifat nisbi, tidak dapat

dikomunikasikan. Seorang Sophist lainnya, yaitu Protagoras berpandangan

bahwa tidak ada satu pendapat pun yang dapat dikatakan lebih benar dari yang

lain, karena setiap pendapat adalah hanyalah sebuah penilaian yang berakar

dari pengalaman yang dilaluinya. Pendapat pertama, lebih menyangkal hadirnya

kebenaran yang nisbi, sedangkan pendapat yang kedua sesungguhnnya

menolak hadirnya kebenaran tunggal. Filsafat ilmu juga mengurai adanya

kebenaran tunggal dan plural secara mendasar.

Keraguan para ilmuwan terdahulu memang tidak selamanya tepat. Tugas

ilmuwan berikutnya adalah mendudukkan persoalan agar lebih bermakna. Plato,

mengikuti ustadznya Socrates, mencoba untuk menjawab keraguan para Sophist

meperumpamakan keberadaan alam semesta yang bersifat tetap dan bentuk – bentuknya yang tak terlihat, atau ide – ide, yang melaluinya ilmu pasti dan tetap. Sementara jika mengandalkan indera-persepsi akan menghasilkan pendapat – pendapat yang inkonsisten dan mubham (meragukan atau tidak dapat

dipertanggugjawabkan)

Aristoteles mengikuti Plato mengenai ilmu abstrak adalah ilmu yang lebih

ahli atas ilmu – ilmu yang lainnya, namun tidak setuju dengan metode dalam mencapainya. Aristoteles berpendapat bahwa hampir seluruh ilmu berasal dari

pengalaman. Mahzab Epicurian dan Stoic sepakat dengan pandangan

Aristoteles bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari indera-persepsi. Akan tetapi

kedua mahzab itu menentang keduanya gagasan Aristoteles dan Plato yag

(7)

4

untuk menjalani hidup. Mereka berpendapat sebaliknya bahwa filsafat adalah

akhir dari kehidupan.

Aquinas seorang filsuf dan teologitali pada abad ke-13 mengungkapkan

bahwa sudah berupaya mensintesiskan keyakinan Nasrani dengan ilmu

pengetahuan dalam cakupan yang lebih luas. Dia memanfaatkan sumber – sumber beragam seperti karya – karya filsuf Aristoteles, cendekiawan Muslim dan Yahudi untuk menyusun dasar – dasar keilmuan. Pemikiran Aquinas pada masa – masa awal itu sangat memengaruhi perkembangan teologi Nasrani dan kosmos filsafat barat. Para pemikir barat, sering bercampuraduk antara ilmu dan

agama. Seiring perkembangan pemikiran, teolog sering bersinggungan dengan

filsafat.

France Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19

dapat dikatakan sebagai peletak dasar fisafat ilmu khazanah bidang filsafat

secara umum. Namun, sebenarnya filsafat ilmu meluas pada abad ke-20.

Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran

dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan

teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini, ada

semacam kekhawatiran yang muncul pada kalangan ilmuwan dan filsuf,

termasuk juga kalangan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam

eksistensi umat manusia, bahkan alam beserta isinya.

Para filsuf mulai muncul lantaran melihat perkembangan iptek berjalan

terlepas dari asumsi – asumsi dasar filsufnya seperti landasan ontologi, epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri – sendiri. Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran

filsafat ilmu sebagai pada awal pertumbuhannya sebagai upaya meletakkan

kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan

diri dan menaruh perhatian khusus terhadap kebahagiaan umat manusia.

Setelah kurangnya ketertarikan dalam ilmu rasional dan saintifik, filsuf skolatik,

Aquinas dan beberapa filsuf abad pertengahan berusaha membantu utuk

mengembalikan konfidensi terhadap rasio dan pengalaman, mencampur metode

– metode rasional dengan iman dalam sebuah sistem keyakinan integral.

Filsafat ilmu semakin kompleks. Struktur ilmu pun juga berubah seiring

dengan perkembangan masyarakat. Suatu perspektif tertentu dipakai tidak hanya

(8)

5

yang sama. Maka bisa dipahami, pernyataan Qomaruddin Hidayat, bahwa ilmu – ilmu yang pada awalnya merupakan anak cabang dari filsafat, dewasa ini ilmu – ilmu yang sudah menjadi dewasa, bahkan beranak-cucu ini cenderung

mengadakan “reuni”, dalam hal ini disebut reunifikasi. Karena itu dengan filsafat ilmu, beberapa disiplin ilmu ternyata bisa “pulang-kembali” (dikelompokkan) pada pola pikir (epistemologi) yang sama.

Struktur fundamental juga bisa dipahami sebagai „kerangka‟ paradigma keilmuan (asumsi filsuf. Sebagaian besar penelitian keilmuan merupakan usaha

terus – menerus untuk menafsirkan dan memahami seluk-beluk alam lewat kerangka kerja teoritik yang disusun terlebih dulu oleh ilmuwan/ peneliti. Teori – teori yang fundamentalah yang lebih memerankan peran yang sangat berarti di

dalam menentukan arti data yang sedang diteliti. Arti penting data – data yang terkumpulkan dari lapangan akan segera berubah maknanya ketika revousi ilmu

pengetahuan terjadi. Tema – tema yang paling penting dalam filsafat ilmu baru adalah penekannanya pada penelitian yang berkesinambungan dan bukannya

hasil – hasil yang diterima sebagai inti pokok kegiatan ilmu pengetahuan. Tahap berpikir yang dilandasi teori, keraguan, logika, dan rasionalitas itulah gema

filsafat ilmu.

B. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Secara

periodisasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan,

zaman modern dan masa kini. Periodisasi filsafat ilmu Cina adalah zaman kuno,

zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern dan dikenal

dengan sebutan periode weda, biracarita, sutra – sutra dan skolastik. Yang terpenting dalam filsafat ilmu India adalah bagaimana manusia berteman dengan

dunia bukan untuk menguasai dunia. Sedangkan filsafat ilmu Islam dikenal

dengan periode mutakalimin dan filsafat ilmu Islam.

Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan

berkembang berdampingan dengan agama. Sejarah perkembangan ilmu terbagi

(9)

6

1) Zaman Pra Yunani Kuna (zaman batu), pada abad VI SM muncul lahirnya

filsafat sehingga orang mencari jawaban rasional tentang problem alam

semesta.

2) Zaman Yunani Kuno, pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk

mengungkapkan ide.

3) Masa Helinistis Romawi. Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu :

a. Stoisisme, segala kejadian menurut ketetapan yang tidak

dapat dihindari.

b. Epikurisme, segalanya terdiri dari atom – atom.

c. Skepisisme, bidang teoretis manusia tidak mampu mencapai

kebenaran.

d. Eklektisme, pengambilan unsur filsafat dari aliran – aliran lain tanpa berhasil mencapi suatu pemikiran yang

sungguh-sungguh.

e. Neoplatoisme, paham yang ingin menghidupkan kembali

filsafat Plato.

4) Zaman Abad Pertengahan, mengalami 2 periode yakni:

a. Periode Patrikis mengalami tahap: permulaan agama Kristen

dan filsafat Agustinus.

b. Periode Skolastik menjadi 3 tahap yakni; periode awal, periode

puncak, dan periode akhir.

5) Zaman Renaissance, zaman peralihan menjadi kebudayaan modern.

6) Zaman Modern, ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah.

7) Zaman kontemporer (abad XX dan seterusnya).

Perkembangan filsafat ilmu, antara ontologi, epistemologi, aksiologi

seiring tidak seimbang. Ilmu pengetahuan terbentuk dengan beberapa tahap dan

periode – periode perkembangan sebagai berikut :

1) Abad ke-4 SM, peninggalan – peninggalan menggambarkan ilmu pengetahuan mulai ditemukan. Pada abad ini terjadi pergeseran dari

persepsi mitos ke persepsi logos atau rasional. Aristoteles adalah tokos

yang terkenal pada periode ini. Pandangan Aristoteles yang dapat

dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu pengetahuan” adalah hal –

(10)

7

a. Pengenalan, terbagi menjadi 2 (dua) macam yakni: pengenalan

indrawi yaitu pengetahuan tentang hal – hal konkret dari suatu benda, dan pengenalan rasional.

b. Metode. Metode untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ada 2

(dua) yakni : induksi intuitif yaitu penyusunan hukum yang berasl dari

fakta, dan dedukasi (silogisme) yaitu pengetahuan universal menuju

fakta – fakta.

2) Abad 17 sesudah Masehi, pada periode yang kedua ini terjadi revolusi

ilmu pengetahuan karena adanya perombakan total dalam cara berpikir.

Apabila Aristoteles cara berpikirnya bersifat ontologis rasional, sedangkan

Gallileo Gallilei (tokoh pada abad 17 sesudah masehi) cara berpikirnya

bersifat analisis. Abad 17 meninggalkan cara berpikir matafisi ( apa yang

berada di balik yang Nampak atau apa yang ada di balik fenomena) dan

beralih ke elemen – elemen yang terdapat pada suatu benda, jadi tidak mempersoalkan hakikat.

Sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip – prinsip yang kuat yaitu jelas dan terpilah – pilah serta di satu pihak berpikir pada kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi, dilihat dari pandangan

Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan Cogito Ergo Sum yang

artinya karena aku berpikir maka aku ada. Untuk mencapai sesuatu yang

pasti menurut Descartes kita harus ragukan apa yang kita amati, karena

melalui keraguan akan menimbulkan kesadaran. Prinsip ilmu

pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak

pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant

(1724-1808), bahwa ilmu pengethuan itu bukan merupakan pengalaman

terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio dan

berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada

objek.

Menurut Syadali (1997) rasionalisme sangat bertentangan dengan

empirisme. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasarkan

rasio, ide – ide yang masuk akal. Pengalaman nyata, itu hanyalah fotokopi dari sebuah ide. Namun, realitas keilmuan tidak selalu demikian.

Oleh sebab itu, dalam mencari kebenaran, filsafat ilmu tidak

(11)

8

kontinuitas, tidak saling bertentangan antar paham. Filsafat ilmu sebagai

induk keilmuan tidak akan kehilangan jejak ketika menempatkan ilmu

pengetahuan. Filsafat ilmu menjadi fondasi berpikir tentang ilmu

pengetahuan.

C. Induk Pertumbuhan Filsafat Ilmu

Induk pertumbuhan filsafat ilmu jelas bersal dari ilmuwan besar yaitu

Plato, filsuf pertama yang mengemukakan epistemologi dalam filsafat ilmu. Filsuf

Yunani berikutnya yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles.

Pemikiran Plato dan Aristoteles memang sering ada perbedaan. Pembahasan

tentang epistemologi Plato dan Aristoteles dibandingkan pada table dibawah ini.

Tabel komparasi epistemologi Plato dan Aristoteles

Topik Pemikiran Plato Aristoteles

Pandangan tentang

Asal pengetahuan Dunia ide. Namun

(12)

9

Antara abad 17 hingga akhir abad ke-19, masalah utama yang muncul

dalam pembahasan epistemologi adalah resistensi antara kuu rasionalis vis-à-vis

kubu empiris (indrawi-persepsi). Descartes orang yang pertama kali

memperkenalkan metode sangsi dalam investigasi terhadap ilmu pengetahuan

disebut juga sebaga Bapak Filsafat Modern. Dia menggunakan metode sangsi

dalam menyikapi berbagai fenomena atau untuk menyerap ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan seperti dapat diramal, disipakan teorinya dahulu, diuat

hipotesis, dan akhirnya dijawab sendiri dengan asumsi – asumsi kritis.

Empirisme pertama kali dprkenalkan oleh filsuf dan negarawan Inggris

Francis Bacon pada awal – awal abad ke-17, akan tetapi gagasan itu dikembangkan oleh John Locke yang memandang seseorang pada waktu

lahirnya ibarat tabula rasa, kosog tanpa isi, lingkungan dan pengalamanlah yang

menjadikannya berisi. Gagasan ini, jelas mengikuti paham empiris, bahwa

pengalaman hidup yang membentuk keimuan seseorang. Penglaman indrawi

menjadi sumber pengetahuan bagi manusia dan cara mendapatkannya tentu

saja lewat observasi serta pemanfaatan seluruh indra manusia.

Dengan demikian perkembangan filsafat ilmu memang telah meletakkan

dasar – dasar keilmuan. Apapun wujudnya, filsafat ilmu telah diyakini oleh ilmuwan untuk menjawab keraguan dunia secara proporsional. Dari pembahasan

tersebut aada dua pilihan, yaitu ilmu idealism dan ilmu empirisme. Paham

idealism, selalu menyatakan bahwa realitas empiris hanya copy paste dari ide.

Sebaliknya kaum empiris, menganggap realitas, pengalaman yang paling

berharga. Dari pernyataan tersebut, tugas filsafat ilmu adalah menjaga agar ada

konsistensi dalam menerapkan berbagai aliran.

D. Aliran Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu telah melahirkan sekian banyak aliran pemikiran. Seiring

dengan para ahli yang ngin meletakkan sebuah pemikiran. Tugas ilmuwan

sebenarnya addalah mengikuti aliran itu secara konsisten, hingga tidak tumpang

tindih dalam mencari kebenaran. Beberapa aliran yang sudah cukup baku dalam

filsafat ilmu adalah sebagai berikut:

1) Rasionalisme. Rasionalisme adalah mahzab filsafat ilmu yang

(13)

10

Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme mengeksplorasi

gagasan dengan kemampuan intelektual manusia. Tokoh – tokoh rasionalisme diantaranya adalah Descrates, Leibniz, dan Spinoza. Para

pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari para filsuf

diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan rasional. Paham

ini sering mendewakan akal, sebagai tonggak penemuan kebenaran.

Aliran ini jelas buta terhadap kejadian yang sesungguhnya. Hasil – hasil teknologi era industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil

rasionalisme untuk mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.

2) Empirisme. Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan

dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern da metode ilmiah.

Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat

terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Aliran empirisme memiliki

sifat kritis terhadap abtraksi dan spekulasi dalam membangun dan

memperoleh ilmu. Selain itu, tadisi empirisme adalah fundamen yang

mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam

konteks perdebatan apakah ilmu pengetahuan sosial itu berbeda dengan

ilmu alam.

3) Realisme. Realisme berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas

pada pengalaman indrawi ataupun gagasan yang terbangun dari dalam.

Dengan demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan

terhadap gagasan ekstrim idealisme dan empirisme. Gagasan utama dari

realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa

pengetahuan didapatkan dari dua hal yaitu observasi dan pengembangan

pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Kontribusi lain dari tradisi

realisme adalah sumbangannya terhadap filsafat kontemporer ilmu

pengetahuan, terutama melalui karya Roy Bashkar, dalam memberikan

argumen – argumen terhadap status ilmu pengetahuan spekulatif yang diklaim oleh tradisi empirisme.

4) Idealisme. Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang erpandangan

bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara

terpisah dari kesadaran manusia. Salah satu sumbangan dari tradisi

(14)

11

Kristen. Selain Kristen, pemikiran yang turut memberikan saham bag

tradisi idealis adlaah mistisisme Yahudi, mistisisme Kristen dan

pengembangan pemikiran matematika oleh bangsa – bangsa Arab. Dengan demikian, pemikiran filsafat idealisme dibangun terutama oleh

gagasan – gagasan Hegel dan Kant. Namun demikian, bangunan filsafat politik modern yang berpaham bahwa manusia dapat mengatur dunia

melalui ilmu pengetahuan telah membuktikan vitalitas aliran idealisme

Kantian.

5) Positivisme. Positivism adalah doktrin filosofi dan ilmu pegetahuan sosial

yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai

basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Salah satu bagian dari tradisi

positivisme adalah sebuah konsep yang disebut dengan positivisme logis.

Kerangka pengembangan ilmu menurut tradisi positivisme telah

memunculkan perdebatan tentang apakah ilmu pengetahuan sosial

memang harus “di-ilmiahkan”. Kritik atas positivisme berkaitan dengan penggunaan fakta – fakta yang kaku dalam penelitian sosial. Menjawab kritik ini, kaum positivis mengatakan bahwa metode kualitatif yang

digunakan dalam penelitia sosial tidak menemukan keepatan karena

sulitnya untuk diverifikasi secara empiris. Positivisme menganut

pendekatan etik, karenanya bersebrangan dengan empirisme.

6) Pragmatisme. Pragmatsime adalah mahzab pemikiran filsafat ilmu yang

dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert

Mead, F.C.S. Schiller dan Richard Rorty. Pragmatisme berargumentasi

bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan

transendental dan menggantinya dengan aktivitas manusia sebagai

sumber pengetahuan. Sumbangan dari pragmatisme adalah dalam

praktik demokrasi. Dalam area ini pragmatisme memfokuskan pada

kekuatan individu untuk meraih solusi kreatif terhadap masalah yang

dihadapi.

Namun demikian, walaupun masing – masing aliran ada kelebihan dan kelemahannya, setiap filsafat ilmu saling berkontribusi dengan saling meyapa

secra kritis. Dari pokok bahasan di atas, semua filsafat ilmu memebrikan

(15)

12

modern. Sedangkan kajian yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi

hakikat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian

terhadap problem – problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu.

Dari berbagai aliran filsafat ilmu diatas, sampai sekarang banyak

mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian.

Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang

berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode penelitian. Namun dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari

perkembangan ilmu pengetahuan. Aliran akan menentukan metode dan seluruh

(16)

13

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Yunani adalah tonggak kelahiran filsafat ilmu dan juga kiblat dari segala

ilmu. Yang paling penting dalam filsafat ilmu baru adalah penekannanya pada

penelitian yang berkesinambungan dan bukannya hasil – hasil yang diterima sebagai inti pokok kegiatan ilmu pengetahuan. Tahap berpikir yang dilandasi

teori, keraguan, logika, dan rasionalitas itulah gema filsafat ilmu.

Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni; Zman Pra

Yunani Kuno, Zaman Yunani kuno, Masa Helintis Romawi, Zaman Abad

pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, Zaman Kontemporer ( Abad

XX dan Seterusnya).

Adapun aliran – aliran filsafat ilmu terbagi menjadi beberapa aliran yaitu sebagai berikut : rasonalisme, empirisme, realisme, idealisme, positivisme, dan

pragmatisme. Dari berbagai aliran filsafat ilmu, sampai sekarang banyak

mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian.

Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang

berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode penelitian. Namun dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari

perkembangan ilmu pengetahuan. Aliran akan menentukan metode dan seluruh

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Tabel komparasi epistemologi Plato dan Aristoteles

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sejarah perkembangan modern ilmu falak di Indonesia pada awal abad ke-20, ditandai dengan penulisan kitab-kitab ilmu falak oleh para ulama ahli falak