HUBUNGAN VENEZUELA DAN KOLOMBIA
DITINJAU DARI NEOLIBERALISME DAN
SOSIALISME
Pengertian Hubungan Internasional Secara Umum
Hubungan Internasional dapat diartikan sebagai hubungan antar bangsa, yang menyangkut hubungan di segala bidang yaitu di bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial dan bidang budaya. Hubungan internasional melibatkan dua negara atau
lebih yang berinteraksi satu sama lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut mencakup aksi dan interaksi. Aksi merupakan pokok perhatian dalam politik
luar negeri, yang menerangkan tindakan suatu negara dengan cara bagaimana para pembuat kebijakan menganalisis situasi, memilih saran, menentukan serta
melaksanakan suatu kebijakan luar negeri. Sedangkan interaksi menjadi perhatian
dalam politik internasional, karena menerangkan hubungan antar bangsa yang saling mempengaruhi demi tercapainya tujuan, pencapaian kepentingan masing-masing
negara secara maksimal.
Hubungan internasional mencakup interaksi antar bangsa yang melintasi batas-batas negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun warga negara. Dalam
prakteknya hubungan internasional dilakukan oleh negara-negara yang berdaulat melalui tindakan-tindakan yang diwakili oleh elit pemerintahannya yang menyangkut
melanggar kedaulatan negara lain akan menimbulkan suatu pertentangan yang
mengarah kepada konflik. Studi hubungan internasional tidak saja membahas interaksi positif antar negara-negara tapi hubungan internasional juga merupakan suatu studi tentang diplomasi, strategi dan konflik.
Hubungan antar negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi hubungan internasional dimana, hubungan internasional telah memunculkan aktor-aktor baru selain negara dalam interaksi internasional. Perkembangan ini berakibat
pada lahirnya paradigma atau paham baru oleh para penstudi HI dalam mengkaji fenomena-fenomena internasional yang terjadi. Paham tersebut antara lain paham
realism, pluralism, strukturalisme, dan globalisme.
Dominasi aktor negara pada awal perkembangan HI menurut kaum realis
digugat oleh kaum pluralis dan menganggap bahwa aktor dalam HI tidak hanya di dominasi oleh negara tetapi juga di lakukan oleh MNC, individu, NGO, serta kelompok teroris. Sementara pendekatan strukturalisme lebih memandang interaksi
hubungan internasional sebagai ketergantungan negara kecil terhadap negara besar dan dominasi negara kuat terhadap negara lemah. Adanya faktor tunggal dalam HI
pada awal perkembangannya membuat tata hubungan internasional pada saat itu hanya diwarnai oleh interaksi antar negara saja. Dominasi peran antar negara tersebut kemudian menjadikannya sebagai aktor utama dalam HI dan tatanan internasional
terbentuknya sesuai dengan keinginan negara, khususnya negara besar.
kekang. Ketika jalur-jalur penyampaian aspirasi politik tidak berjalan baik, maka
partisipasi tersebut kemudian diwujudkan melalui gerakan-gerakan radikal yang pada akhirnya akan melahirkan kekerasan-kekerasan sipil.
Pasca perang dunia II, kekerasan sipil merupakan gejala yang sangat menarik perhatian. Dibanding perang sebenarnya yaitu perang antarnegara, kekerasan sipil
jauh lebih banyak jumlahnya. Surat kabar New York Times mencatat selama kurun waktu 1946-1959 saja, telah terjadi 1.200 kekerasan sipil yang meliputi perang saudara, aksi-aksi gerilya, huru-hara, kekacauan-kekacauan luas, terorisme,
pemberontakan dan kudeta. Peristiwa-peristiwa kekerasan itu terutama sangat mencuat dalam dasawarsa 1960-an yang terjadi tidak saja di negara berkembang,
melainkan juga di negara-negara maju. Kekerasan sipil mencakup suatu spektrum yang sangat luas, mulai dari unjuk rasa, atau protes dengan menggunakan kekerasan, pemberontakan spontan, pemberontakan berencana dan berlanjut, kudeta bahkan
sampai ke revolusi. Perang Saudara termasuk kekerasan politik sementara perang antar negara tidak.
Sejarah Singkat Venezuela, Kolombia dan Relasi Bilateral
Venezuela, Kolombia dan negara-negara Amerika Latin lainnya berkaitan erat dengan kemerdekaan atas bangsa Portugis dan Spanyol. Sejak dijajah oleh kaum
conquistador dari Spanyol sekitar tahun 1500, benua yang kaya ini telah menjadi tempat penjarahan berbagai bangsa Eropa, terutama bangsa Spanyol, dengan membunuhi secara besar-besaran penduduk asli suku Indian di banyak wilayah.
perjuangan untuk pembebasan dari penjajahan Spanyol ini adalah Simon Bolivar,
yang juga dikenal dengan julukan “el libertador” (pembebas). Simon Bolivar ini memimpin perang di wilayah yang sekarang dinamakan Venezuela, dan juga
membebaskan Ekuador, Peru dan Bolivia. Perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin
utara dimulai pada tahun 1806. Bolívar memerangi Spanyol di Venezuela, Ekuador dan Kolombia selama beberapa tahun. Pada tahun 1822, akhirnya negara-negara
bebas, dan Bolívar mengatur strateginya untuk kemerdekaan Peru. Perjuangan revolusioner untuk pembebasan ini berlangsung kira-kira selama 10 tahun. Cita-cita Simon Bolivar pada wakltu itu adalah membangun United States of Latin America, yang meliputi wialayah dari sungai Rio Grande sampai Tierra del Fuego di dekat kutub Selatan. United States of Latin America ini bertujuan untuk melawan kolonialisme dan memberikan persamaan hak bagi semua orang, termasuk orang-orang Indian yang kulit berwarna dan kaum budak yang berkulit hitam. Kemerdekaan atas Spanyol inilah salah satu langkah yang sangat baik bagi Venezuela dan Kolombia
untuk menjadi negara yang berdaulat dan memajukan perekonomian negaranya untuk mensejahterakan rakyatnya.
I. Negara Kolombia A. Sejarah Singkat
Kolombia berasal dari nama Christopher Columbus yang menemukan benua Amerika. Pada tahun 1538, kota Santa Fe de Bogota didirikan oleh Gonzalo
Pada tanggal 20 Juli 1810 Kolombia menyatakan kemerdekaannya dan pada
tahun 1819 berubah nama menjadi Gran Colombia (dengan wilayah Venezuela, Kolombia dan Ekuador) walaupun faktanya Venezuela dan Ekuador masih dalam jajahan Spanyol. Setelah Venezuela dan Ekuador
menyatakan kemerdekaannya, Kolombia (dengan wilayah seperti saat ini) merevisis penamaan negaranya pada tahun 1830 menjadi Republica de Nueva
Granada, lalu pada tahun 1857 menjadi Confederacion Granadia, dan pada tahun 1863 menjadi Estados Unidos de Kolombia hingga akhirnya pada tahun 1886 sampai sekarang menjadi Republica de Kolombia.
Sejak memperoleh kemerdekaannya, Kolombia merupakan negara yang tidak stabil dan sering terjadi pergolakan politik dan militer. Masing-masing
kelompok militer maupun politik berusaha untuk mendapatkan kursi kekuasaan untuk memimpin Kolombia. Untuk mengatasi situasi buruk tersebut, pada 4 Agustus 1886 dibentuk sebuah konstitusi. Namun peristiwa
dua kali perang saudara yang menimbulkan banyak korban, yaitu Perang Seribu Hari (1899 1902) dan "La Violencia" (1948 1958) merupakan bukti
bahwa konstitusi tersebut tidak menjamin kestabilan dalam negeri Kolombia. Keadaan ini mendorong pimpinan dua partai besar, yaitu Partai Liberal (Alberto Lleras Camargo) dan Partai Konservatif (Laureano Gomez) pada
bulan Juni 1957 mengeluarkan suatu pernyataan yang terkenal dengan nama "Pact of Siege" yang antara lain menyetujui sistem bipartisan dalam suatu
memegang jabatan presiden selama 12 tahun. Sejak tahun 1974 kedua partai
bersaing secara langsung memperebutkan jabatan presiden. B. Sistem Politik dan Pemerintahan
Kolombia merupakan negara kesatuan berbentuk Republik yang demokratis. Konstitusi baru yang merupakan hasil pembahasan Mejelis Konstituante yang
dirumuskan pada Desember 1990-Juli 1991 mengatur berbagai tugas dan fungsi pemerinah Pusat dan Daerah, lembaga-lembaga negara beserta hak dan
kewajiban masing-masing lembaga. Untuk kepemimpinan di kolombia, sejak tahun 1974 dipimpin oleh seorang presiden yang didampingi oleh wakil presiden. Presiden dipilih untuk masa jabatan 4 tahun berdasarkan
pemungutan suara rakyat secara langsung dan rahasia. Terhitung sejak tahun 2005, Presiden dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya. Wakil
presiden dipilih berdasarkan pemungutan suara rakyat pada waktu dan cara yang sama dengan Pemilu Presiden dan dipilih untuk masa jabatan 4 tahun.
II. Negara Venezuela
A. Sejarah Singkat
Republik Bolivar Venezuela (República Bolivariana de Venezuela) adalah sebuah negara di ujung utara Amerika Selatan. Negara ini berbatasan dengan Laut Karibia dan Samudra Atlantik di sebelah utara, Guyana di timur, Brasil
di selatan, dan Kolombia di barat. Di lepas pantai Venezuela juga terdapat negara-negara Karibia, yaitu Aruba, Antillen dan Trinidad dan Tobago.
kepulauan yang dikontrol secara federal. Secara totalitas, 11 grup kepulauan
ini terdiri dari 72 buah pulau individual.
Wilayah Venezuela saat ini pada awalnya dihuni oleh para penduduk asli yang
pemukimannya masih bisa ditemukan di beberapa daerah. Suku Ya̧nomamö
atau Yanomamɨ adalah sekelompok suku asli yang menempati wilayah hutan
hujan Amerika Selatan. Mereka tinggal di wilayah hutan hujan Amazon (di
sepanjang dataran rendah Sungai Orinoco hingga Sungai Guyana), diantara perbatasan Brazil dan Venezuela. Karena wilayah tempat tinggal mereka sangat terpencil dan tak terjangkau, mereka sedikit diketahui oleh dunia luar
sebelum datangya bangsa Eropa. Sedangkan Ya̧nomamö sendiri berarti
manusia dalam bahasa Yanomamo.
Venezuela diduduki oleh Spanyol pada tahun 1500–1810. Perjuangan
pergerakan kemerdekaan dimulai tahun 1797 yang dipimpin antara lain oleh Simon Bolivar dan Francisco de Miranda. Tanggal 5 Juli 1811, Francisco de
Miranda memproklamasikan kemerdekaan Venezuela. Namun secara de facto kemerdekaan baru dicapai pada tahun 1823 setelah Spanyol resmi meninggalkan Venezuela. Pada era kekuasaan Simon Bolivar, tahun 1819–
1830, Venezuela tergabung dalam Gran Colombia bersama Kolombia, Ekuador, Peru dan Bolivia. Tahun 1830, dibawah pimpinan Jenderal Jose
Antonio Paez, Venezuela memisahkan diri dari Gran Colombia dan menjadi republik. Pada saat Gran Colombia berakhir, Venezuela memasuki periode negara merdeka baru dengan nama resmi State of Venezuela dan kemudian
Sesuai dengan Konstitusi tahun 1953 berubah menjadi Republik Venezuela.
Dalam 40 tahun pertama, Venezuela mengalami destabilisasi politik dan terjebak dalam sistem pemerintahan diktator mulai tahun 1870 sampai dengan jatuhnya diktator terakhir Jenderal Perez Girmenez pada tanggal 23 Januari
1958. Sejak saat itu Venezuela menikmati sistem demokrasi sampai dengan saat ini.
Venezuela adalah negeri yang memiliki kandungan minyak bumi sangat besar dan menjadi pengekspor minyak terbesar di Amerika Selatan. Bahkan
diprediksi cadangan minyak yang terdapat di Venezuela adalah cadangan minyak terbesar di dunia yang belum diekplorasi. Hampir 90% pendapatan
pemerintah berasal dari penjualan minyak. Venezuela mengalami kejayaan pada tahun 1976 dengan menasionalisasi industri minyak. Industri minyak dikembangkan oleh Juan Vicente Gomez sejak 1908-1935 setelah cadangan
minyak dalam jumlah besar ditemukan di Maracaibo tahun 1917. Pada waktu itu pendapatan nasional melambung karena harga minyak yang tinggi. Akan
tetapi pada tahun 1980 ekonomi nasional mulai merosot karena jatuhnya harga minyak.
Secara umum, luas wilayah Venezuela mencapai 912 ribu Km2. Namun, negara yang berbatasan dengan Brasil, Kolombia, dan Guyana ini memiliki jumlah penduduk sekitar 30 juta jiwa (data KBRI;2010). Dari total populasi
itu, mayoritas warganya menganut agama Katolik Roma. Jumlahnya mencapai 96 persen atau sekitar 24,7 juta jiwa. Sementara itu, pemeluk Kristen
Islam tercatat sebanyak 0,5% dari seluruh penduduk Venezuela atau sekitar
127 ribu jiwa.
B. Sistem Pemerintahan Venezuela
Selama hampir setengah abad 20, Venezuela dipimpin orang kuat dari kelompok militer yang mengandalkan industri perminyakan dan menerima
sedikit reformasi sosial. Pemerintahan pertama yang terpilih secara demokratis terjadi pada 1959. Barulah di abad ke-20 Venezuela memasuki
ranah demokrasi borjuis dan pergerakan demokratik mulai memuncak di sekitar tahun 1950-an. Semangat demokrasi borjuis sudah menyebar di Venezuela saat itu, namun tetap saja korupsi, birokratisasi, dan pelanggaran
HAM sulit untuk dihilangkan. Hal ini tentu saja berimbas buruk terhadap massa rakyat Venezuela.
Venezuela menganut sistem pemerintahan demokrasi liberal multi partai. Partai-partai besar di Venezuela antara lain: Partai Sosialis Bersatu Venezuela
(Partido Socialista Unida de Venezuela), Partai Un Nuevo Tiempo (UNT), Partai Accion Democratica (AD), Partai Sosial Demokrat Kristen (Copei),
Partai Patria Para Todos (PPT) dan Partai Movimiento al Socialismo (MAS). Presiden dipilih langsung oleh rakyat setiap 6 tahun . Presiden dapat dipilih kembali secara berturut-turut.
Kebijakan Politik Luar Negeri Venezuela dan Kolombia
Di bidang politik luar negeri, Venezuela mendasarkan pada prinsip-prinsip
integrasi kawasan Amerika Latin dan Karibia demi terbentuknya suatu masyarakat
bangsa sekawasan yang mampu mempertahankan kepentingan-kepentingan politik, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup di kawasan tersebut.
Dalam kerjasamanya dengan negara-negara berkembang lainnya, Venezuela
telah menunjukkan peran aktifnya sebagai penyelenggara KTT OPEC tahun 2000. Di kawasan Amerika Latin dan Karibia, Venezuela memanfaatkan organisasi
sub-regional seperti masyarakat ALBA dan UNASUR sebagai penggerak utama. Venezuela juga terlihat ingin memainkan perannya dalam percaturan internasional, hal ini dapat dilihat dari berbagai gagasan Presiden Chavez untuk mendukung
integrasi total (politik, ekonomi dan sosial budaya) di kawasan Amerika Latin dan Karibia, serta keinginan untuk membentuk kerjasama pertahanan dan keamanan
model NATO untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia.
Pemerintahan Chavez selalu menentang “neo-liberalisme” dan secara politik banyak menentang kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat. Pemerintahan
Chavez juga menentang diterapkannya Free Trade Area of the Americas (FTAA) pada tahun 2005 yang dipandang hanya menguntungkan negara-negara maju di utara.
Chavez melihat bahwa rencana itu tidak memperhatikan kesiapan negara-negara di sekitar kawasan Amerika Latin. Sebagai respon terhadap FTAA, Pemerintah
Venezuela menawarkan suatu bentuk kerjasama regional yang disebut dengan ALBA
(the Bolivarian Alternative for the Americas). ALBA merupakan suatu bentuk kerjasama untuk menentang hegemoni kapitalis yang bertujuan menyediakan
Pada sisi lain, hubungan luar negeri Kolombia sebagian besar dilakukan guna
mendapat dukungan untuk memerangi perdagangan obat-obatan olegal, terorisme, meningkatkan profil Kolombia di komunitas Internasional, mengekspansi pasar internasional untuk produk Kolombia. Kolombia menerima dukungan bantuan khusus
militer, kerjasama komersial dan dukungan dalam usahanya untuk memerangi kelompok bersenjata internal dari AS, yang sebagian besar melalui kerangka kerja
Plan Colombia. Uni Eropa juga turut memberikan bantuan finansial khusus dalam hal ini.
Konflik Venezuela dan Kolombia dan kaitannya dengan perspektif Neoliberalisme dan Sosialisme
Venezuela – Kolombia telah menjalin hubungan bilateral sejak kedua Negara ini merdeka di tahun 1890. Hubungan kedua Negara ini diwarnai oleh baik kerjasama maupun konflik. Setidaknya ada beberapa poin penting yang berefek pada hubungan
kedua negara tersebut baik secara regional di Amerika maupun cakupan global. Poin pertama adalah konflik etnis dan ideologi di .Etnis di Amerika Latin
memiliki sifat yang cukup homogen. Adapun kelompok-kelompok masyarakat yang terbentuk di sana lebih banyak karena latar belakang pergerakan dan kepentingan yang sama. Bila mengutip James Petraz, ada tiga gelombang gerakan sosial yang
saling tumpang tindih dan berkaitan dalam 25 tahun belakangan ini. Gelombang yang pertama, muncul pada akhir 1970an hingga pertengahan 1980an. Pada umumnya,
manusia, lingkungan, feminis, etnis dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat (NGOs).
Gelombang kedua, yang berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan, berawal dari pertengahan 1980an hingga saat ini. Sebagian besar gerakan ini
dipimpin dan terdiri dari petani dan buruh tani, di mana organisasi massanya terlibat
dalam aksi-aksi langsung, dalam upayanya mempromosikan dan melindungi kepentingan-kepentingan ekonomi dari pendukungnya. Yang paling menonjol dari
gerakan ini gerakan Zapatista (Ejércite Zapatista de Liberación Nacional – ZLN) di Meksiko, Gerakan Pekerja Pedesaan Tak Bertanah (Movimento dos Trabalhadores Rurais Sem Terra – MST), gerakan petani koka masyarakat Indian (Cocaleros) di Bolivia, Federasi Petani Nasional (National Peasant Federation) di Paraguay, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Revolutionary Armed Forces of Colombia – FARC) di Kolombia, dan gerakan petani Indian yang tergabung dalam Konfederasi Kebangsaan Masyarakat Adat Ekuador (CONAIE) di Ekuador. Gerakan ketiga, yang merupakan gelombang gerakan sosial yang lebih baru, berpusat
wilayah-wilayah urban. Di sini, termasuk gerakan massa pekerja pengangguran berbasis barrio (komunitas) di Argentina, kalangan pegangguran dan kaum miskin di Republik
Dominika, dan penduduk yang bermukim di rumah-rumah gubuk yang menaruh harapannya di belakang bendera populis yang diusung oleh Hugo Chavez, presiden Venezulea. Lain daripada itu, ada gerakan urban yang tampilannya adalah new multi-sectorial movements (gerakan multisektoral baru) yang melibatkan perjuangan massa yang mengintegrasikan buruh tani dan petani bertanah menengah dan kecil yang
Poin kedua yaitu konflik perbatasan yang telah lama sering terjadi pada
negara-negara bekas jajahan pada umumnya, dalam kasus ini klaim Venezuela dan Kolombia saat kedua negara masih menjadi provinsi Gran Colombia. Kemudian, sejak abad ke-20 hubungan bilateral kedua Negara telah berkembang dengan pasang
surut terutama mengenai sengketa wilayah maritim Kolombia-Venezuela di Teluk Venezuela. Salah satu isu utama yang kemudian menghantam hubungan kedua
Negara adalah gelombang besar warga Kolombia yang bermigrasi ke Venezuela pada tahun 1970-an dan 1980-an, yang mencari kerja di Venezuela terutama di sektor pekerjaan dengan upah murah dan kemudian dipenjarakan oleh pemerintah
Venezuela.
Poin penting ketiga yang perlu dibahas pada hubungan regional kedua negara
tersebut adalah renggangnya Hubungan Diplomatik Venezuela atas Kolombia terutama pada masa pemerintahan Alvaro Uribe (Kolombia) dan Hugo Chavez (Venezuela). Seakan-akan belum cukup konflik di wilayah kedaulatan negara darat
dan laut, pada 2005 Kolombia menduga bahwa Venezuela menyembunyikan FARC dan ELN serta menjadi tuan rumah beberapa kamp-kamp pelatihan teroris di dekat
wilayah perbatasan yang membagi kedua wilayah negara tersebut. Isu tersebut memanas setelah Venezuela menyerang balik tuduhan tersebut dengan mengatakan Kolombia sengaja memberikan pos-pos mereka kepada tentara AS untuk menekan
Venezuela; dan membantah isu tersebut dengan sementara memutuskan Hubungan diplomatic pada Juli 2010, meski akhirnya ada kesepakatan memperbaiki hubungan
Poin keempat adalah adanya Gerakan Kiri Baru (New Left Wing Movement)
yang cenderung ditentang Amerika Serikat karena melawan neoliberalisme, digagas sejak pemerintahan Hugo Chavez. Sejak tahun 1930-an sampai pertengahan 1970-an, imperialisme Amerika Serikat di Amerika Latin senantiasa ditantang oleh
rezim-rezim gerakan-gerakan nasionalis, populis, dan sosialis demokratik. Secara umum, tantangan-tantangan ini bersifat reformis daripada revolusioner, dimana mereka
mempertanyakan elemen-elemen proyek imperialis, dan bukannya sistem secara keseluruhan. Gerakan perlawanan terhadap neoliberalisme di kawasan Amerika Latin bukan tanpa sebab. Akar sejarah ekonomi-politik negara-negara Amerika Latin yang
mengalami ketergantungan terhadap penetrasi kekuatan kapitalisme global,
sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan kondisi negara dunia ketiga lainnya. Proses
globalisasi yang di “back-up” proyek neoliberalisme (Washington Consensus) ternyata justru melahirkan berbagai persoalan sosial-politik dan ekonomi yang semakin parah di Amerika Latin. Menjadikan masyarakat di benua itu semakin
miskin, terutama kelompok indegeneous-nya. Venezuela merupakan salah satu negara yang mengadopsi gerakan ini, terutama pada masa pemerintahan Hugo Chavez yang
berkarakter “close minded populist”. Karakternya yang otoritarian dan hirau pada kekuasaan, pada umumnya sangat peduli pada rakyat miskin. Membangun struktur korporatis dalam memformulasikan relasi antara negara dan masyarakat, serta
memiliki kecenderungan gandrung dengan proyek nasionalisasi perusahaan besar dan multinasional. Gerakan seperti ini cenderung disukai di masyarakat negara-negara
masyarakat. Bila melihat bagaimana dekatnya Kolombia dengan Amerika Serikat
yang Liberal, bahkan dibilang sebagai perpanjangan tangan untuk Amerika,
merupakan hal yang wajar bahwa Kolombia cenderung antipati terhadap Venezuela.
Kesimpulan
Melalui penjabaran di atas, dapat diringkas bahwa isu konflik terjadi berdasarkan kepentingan (interest-based), karena terdapat unsur kepentingan yang kental pada masing-masing negara tersebut. Di sisi Kolombia, terdapat kepentingan untuk menekan kelompok perlawanan yang mengancam kedaulatan Kolombia baik
dari dalam maupun luar. Sedangkan dari pihak Venezuela, adalah menghindari provokasi yang dapat menimbulkan ketidakstabilan dalam negerinya sendiri.
Kemudian aliansi Kolombia yang cenderung bersama Amerika Serikat dan Venezuela
bersama BRIC (Brazil, Rusia, India dan Cina) mengakibatkan pula clash of
Daftar Pustaka
Baylis, John and Smith, Steve. (2001). The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, New York: Oxford University Press. Bailey, Norman A (1976) La Violencia in Colombia, Bogota: Journal of Interamerican
Studies
Petras, James & Henry Veltmeyer (2002) Imperialisme Abad 21, Yogyakarta: Kreasi Wacana Petras, James and Henry Veltmeyer (2009) What’s Left in Latin America? Regime Change in
New Times. Ashgate
Mas´oed, Mohtar (1994) Ilmu Hubungan Internasional; Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES
Sandner, Gerhard (2007). "El conflicto fronterizo en el Golfo de Venezuela". La Biblioteca Luis Ángel Arango del Banco de la República
[http://www.lablaa.org/blaavirtual/geografia/ctemc/ctemc09b.htm] Diakses 18 Maret 2012 (dengan Google terjemahan).