• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengaruh Keberhasilan Implementa docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa Pengaruh Keberhasilan Implementa docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGARUH KEBERHASILAN IMPLEMENTASI

TATA KELOLA TI TERHADAP ORGANISASI

Erick Sorongan1), Eko Nugroho2)

1), 2) Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi

Fakultas Teknik UGM Yogyakarta

Jl Grafika 2 Yogyakarta 5528, Telp./Fax : 0274 547506 Email : Erick_s2te12@mail.ugm.ac.id1), nugroho@ugm.ac.id2)

Abstrak

Dalam lingkungan binis yang sangat kompetitif saat ini, efektifitas dan inovasi dalam penggunaan Teknologi Informasi memiliki potensi untuk mengubah bisnis serta mempengaruhi kinerja organisasi secara positif. Sudah saatnya setiap organisasi secara sadar mengetahui dampak positif pengimplementasian TI terhadap pencapaian yang diharapkan organisasi.

Ketika tata kelola TI dilakukan dengan efektif maka secara bersamaan mendukung tujuan bisnis, memaksimalkan investasi bisnis dibidang teknologi dan mengelola peluang dan resiko terkait TI dengan tepat.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kajian literatur paper - paper yang telah diterbitkan. Kemudian selanjutnya ditambahkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan pengaruh keberhasilan tata kelola TI terhadap peningkatan bisnis organisasi. Sulit menemukan faktor dominan yang dapat dijadikan patokan bagi semua organisasi dalam mengimplementasikan tata kelola TI supaya berhasil, karena setiap organisasi memliki keunikan karakteristik masing – masing.

Kata kunci: Tata kelola TI, IT Governance, Success

Factor IT Governance

1. Pendahuluan

Bagi kebanyakan organisasi TI menjadi sesuatu yang krusial dalam proses dukungan, keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis. Oleh karena itu keberhasilan dalam pencapaian tujuan bisnis bergantung langsung pada tingkat dan kemampuan pemberdayaan teknologi [1]. Good governance merupakan jawaban bagi perusahaan atau organisasi yang memanfaatkan TI dalam mencapai keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Dikatakan dalam penelitian yang sudah dilakukan bahwa implementasi TI yang dilakukan dengan efektif dapat menjadi faktor kunci keberhasilan bisnis[2].

Seperti hasil kutipan penelitian yang dilakukan oleh Laurel [3] dikatakan bahwa pengimplementasian proyek TI sampai berhasil bagi suatu organisasi tidaklah mudah.

Hal ini dikarenakan proses implementasi sering menyebabkan perubahan organisasi yang signifikan dan dapat menyebabkan re-organisasi mendasar dari proses bisnis. Kesadaran bahwa TI meresap kedalam lingkungan bisnis dan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan telah menempatkan TI pada agenda utama dewan eksekutif. Diakui bahwa infrastuktur informasi yang efektif dan efisien dapat meningkatkan nilai pemegang saham. Sebaliknya kegagalan TI dapat mempengaruhi citra dan reputasi perusahaan yang saling terhubung dengan perekonomian perusahaan. Hal ini disadari betul oleh maskapai Sarbanes-Oxley di Amerika Serikat yang belajar dari kegagalan perusahaan besar seperti Enron dan WorldCom akibat kegagalan dalam mengelola tata kelola dan kontrol TI yang berdampak pada sektor keuangan mereka [4]. Hal ini menarik perhatian untuk melihat seberapa kuat TI akan diposisikan dalam persyaratan peraturan yang akan digunakan untuk pengendalian internal dan tata kelola. Pentingnya keberhasilan pelaksanaan proyek TI diakui dalam beberapa literature [5] ,[6],[7] fakta menyebutkan bahwa keberhasilan suatu tata kelola TI disebabkan oleh pemahaman yang baik dari seorang eksekutif senior tentang tujuan organisasi dan posisinya yang secara langsung mempengaruhi alokasi sumber daya serta komitmen stakeholder terhadap proyek TI.

2. Tinjauan Pustaka 2.1.Tata Kelola TI

(2)

mendukung manajemen puncak organisasi dalam memahami dan memenuhi hukum, peraturan dan etika kewajiban[8]. Gomes dan Ribeiro [9], dalam papernya yang berjudul The Main Benefits Of CobIT In A High Public Educational Institution- A Case Study, menggambarkan implementasi ITIL dan CobIT di sebuah Perguruan Tinggi di Portugal utara yang memiliki beberapa sistem informasi yang tersebar dan mendukung aktifitas Perguruan Tinggi tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme yang menjamin manajemen dan pengendalian dari sistem informasi khususunya untuk tata kelola TI. Sebagai bagian dari penerapan Sistem Manajemen Mutu IPVC dalam pelaksanaan sertifikasi standar ISO 9001, mengimplementasikan mekanisme untuk membangun tata kelola TI terutama dalam mengelola dan mengendalikan TI dan sistem informasi. Gomes menyimpulkan bahwa CobIT merupakan kerangka kerja yang cocok untuk pelaksanaan sertifikasi standar ISO 9001 dan untuk tata kelola TI di Lembaga Pendidikan Publik di bidang SI dan TI. Dengan implementasi ini lembaga kualitas layanan telah meningkat secara signifikan, mengurangi jumlah anomali dan memberikan mekanisme lebih efisien untuk mengelola dan mengontrol berbagai sistem informasi mereka, mampu meningkatkan kualitas kehadiran, mengurangi waktu eksekusi sekitar 25%. Efisien dalam memantau dan mengendalikan infrastruktur komponen teknologi, jumlah insiden diselesaikan oleh departemen TI berkurang sekitar 30% dan mengurangi lebih dari 10% insiden yang berulang.[10]. Castillo dan Stanojevic [11] dalam penelitian tesisnya yang berjudul “An Assessment Of The It Governance Maturity At SL” meneliti mengenai organisasi TI dalam sudut pandang IT Governance di AB Storstockholms Lokaltrafik (SL), sebuah perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah Stockholm, yang bergerak di bidang transportasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan memberikan saran yang terukur untuk sebuah perbaikan. Setelah melakukan penelitian, diketahui bahwa tingkat kedewasaan tata kelola IT di SL berada di 2.68 dari nilai yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dokumentasi yang konkrit dengan tanggungjawab yang telah didefinisikan secara baik di dalam organisasi SL telah meningkatkan tingkat kematangan tata kelola TI. Sementara itu metrics yang nyaris tidak lengkap dalam pemantauan bisnis secara kuat turut menurunkan tingkat kematangan tata kelola TI. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya proses “ME2 – Monitor and Evaluate Internal Control” yang berkonsentrasi dalam pengawasan internal organisasi TI. Di dalam penelitian dapat diketahui dengan jelas bahwa bagaimana fungsi tata kelola TI di dalam organisasi SL. Penunjukan seorang kepala tata kelola TI, pengembangan model tata kelola TI dan proses tata kelola IT ditemukan sangat positif. Hal ini menunjukkan SL memiliki niat baik membangun tata kelola TI yang baik. menerapkan sebuah standar yang tepat untuk mencapai keselarasan antara TI dan bisnis. Pada bab selanjutnya penulis akan menjelaskan secara rinci faktor pendukung kesuksesan dan pengaruh positif implemetasi tata kelola TI bagi organisasi.

2.2. Pengaruh Positif Keberhasilan Tata Kelola TI Terhadap Organisasi

Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk melihat pengaruh dari keberhasilan implementasi tata kelola TI terhadap peningkatan bisnis organisasi. Berikut akan ditampilkan kajian literatur penelitian yang terkait dengan pengaruh positif implementasi tata kelola TI yang kemudian akan dianalisa faktor apa yang paling berpengaruh bagi pencapaian tujuan organisasi.

Menerapkan model tata kelola TI tidak hanya membantu TI memberikan nilai bisnis tetapi juga kemajuan keyakinan dengan bisnis [12]. Berdasarkan hasil pengalaman Cognizant sebagai konsultan bisnis dan layanan TI, disebutkan beberapa pengaruh dari penerapan model tata kelola TI terhadap bisnis, meliputi:

1. Keselarasan strategi, meningkatkan kepuasan mitra bisnis kira-kira 15% sampai 20%.

2. Value delivery, sekitar 8% sampai 10% penurunan anggaran TI melalui efektifitas prioritas proyek, sehingga meningkatkan keseluruhan nilai investasi TI. implementasi tata kelola TI yang terorganisir dengan baik.

(3)

Penerapan tata kelola TI menggunakan suatu set standar TI memberikan dampak kepada kelangsungan bisnis organisasi[14]. Kelangsungan bisnis saat ini bergantung kepada seperangkat teknologi komputasi yang secara terus menerus menyediakan lingkungan operasi yang efisien untuk “always-on business”. Set standar yang

digunakan akan menghasilkan seperangkat kebijakan dalam penggunaan dan pengelolaan TI dengan tepat.

Jika Melihat hasil dari beberapa penelitian terdahulu penulis menganalisa pengaruh paling dominan dari

keberhasilan implemenasi tata kelola TI bagi organisasi adalah keselarasan antara strategi bisnis dan TI. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari proses bisnis suatu organisasi. Pengaruh yang bisa langsung dirasakan oleh organisasi yaitu peningkatan nilai investasi TI terkait laba, baik itu berfifat tangible maupun intangible. Karena faktor intangible dari kesuksesan implementasi tata kelola TI ikut memberi peran besar bagi organisasi dan itu harus disadari benar dan wajib bagi organisasi untuk menjaganya, antara lain adalah :

1. Kepuasan pelanggan terkait efisiensi waktu dan cara pelayanan TI.

2. Jaminan kelangsungan proses bisnis yang dapat berjalan otomatis.

3. Kemudahan bagi staff dalam menjalankan kegiatan bisnis yang sebelumnya menggunakan cara manual.

4. Peluang dalam menciptakan inovasi bisnis lebih terbuka luas jika menggunakan pengelolaan TI yang baik.

5. Mempertahankan kelanjutan keunggulan kompetitif yang diraih lewat implementasi TI.

Berdasarkan hasil kajian literatur yang ada, organisasi sekarang harus mulai bisa menyadari pengaruh intangible dari penerapan suatu tata kelola TI karena ketika suatu organisasi akan menginvestasikan biaya yang mahal untuk TI, Return on Investment (ROI) tidak serta merta diukur lewat laba rupiah yang dihasilkan saja. Jika suatu organisasi menjadikan nilai keuntungan investasi menjadi faktor utamanya, maka akan butuh waktu yang sangat lama untuk mengembalikan nilai investasi yang sudah dikeluarkannya.

Gambar 1. Systemic Model of Business Continuity and IT Governance

Dapat dilihat pada gambar 1 diatas bahwa tata kelola TI dianggap sebagai bagian dari dimensi manajemen kelangsungan bisnis. Penerapan standar TI dan kepatuhan peraturan memaksa organisasi untuk menerapkan beberapa komputasi teknologi secara continue. Model ini menekankan kepada proses manajemen resiko TI dalam menjamin Sistem Informasi “always-on”. Menurut white paper IDC penggunaan best standart (misalnya Cobit, ITIL, dll) dan pembaharuan infrastruktur TI dapat menurunkan down-time tahunan sebesar 85%. Hal ini untuk memastikan kelangsungan bisnis organisasi, sama halnya seluruh bank di Kroasia yang proses bisnis kuncinya bergantung pada TI. Jaminan kelangsungan bisnis ini tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya yang dikelola menggunakan standar tata kelola TI sehingga organisasi dapat terus melanjutkan proses bisnisnya. penelitian ini fokus mengidentifikasi pengaruh keberlanjutan bisnis dan tata kelola TI tanpa memperhitungkan nilai laba yang mungkin bisa diukur.

(4)

3. Metode Penelitian

Paper ini dibuat dengan melakukan kajian literature terhadap penelitian-penelitian mengenai pengaruh keberhasilan implementasi tata kelola TI terhadap organisasi. Pada bagian pendahuluan disajikan pengaruh penting tata kelola TI terhadap kemajuan suatu organisasi. Pada bagian tinjauan pustaka dipaparkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengaruh keberhasilan tata kelola yang positif bagi kemajuan bisnis organisasi. Pada bagian hasil penelitian dijelaskan secara rinci apa saja faktor-faktor yang mendukung keberhasilan suatu tata kelola TI.

4. Pembahasan

4.1 . Mengidentifikasi Faktor Keberhasilan

Penulis menganalisa faktor penentu keberhasilan yang diperkuat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dengan cara menggabungkan beberapa faktor relevan yang ada diharapkan bisa membantu setiap organisasi pada saat akan mengiplementasikan sebuah tata kelola TI, seperti langkah – langkah berikut ini :

1. Identifikasi faktor kontigensi. 2. Blueprint perancangan tata kelola TI.

3. Penggunaan standar IT Governance (Cobit,

7. Dukungan finansial dan sumberdaya manusia 8. Orientasi bisnis dan TI melakukan proses standarisasi sebanyak mungkin, sehingga organisasi dengan mudah menyadari apa yang harus dilakukan agar terhindar dari kesalahan. Upaya ini adalah untuk merespon lingkungan unik dari masing-masing organisasi [15]. Artinya, organisasi dapat menerapkan tata kelola TI atau struktur organisasi berdasarkan karakteristik masing-masing organisasi yang unik dan tidak mungkin sama dengan organisasi lainnya. Maka muncul istilah kontigensi dimana adanya suatu faktor yang mempengaruhi organisasi dalam penerapan tata kelola TI sesuai dengan keunikannya masing-masing. Berikut ini adalah masing-masing faktor kontigensi yang merupakan hasil rangkuman beberapa peneliti sebelumnya :

1. Budaya organisasi, memainkan peran tak ternilai dalam pembangunan organisasi. Manajemen budaya diperlukan untuk membuat karyawan peduli terhadap organisasi yang

konteksnya mengacu pada pengelolaan pekerja TI dan tempat kerja menjadi interaksi antara kelompok-kelompok berbeda sudut pandang. Setelah diidentifikasi bahwa peran seorang CEO menjadi inhibitor terbesar bagi perubahan organisasi dan terkait peningkatan kinerja bisnis, yang berarti budaya organisasi dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan tata kelola TI.

2. Struktur, struktur TI adalah masalah berulang yang sering dibahas oleh para peneliti sebelumnya, disebutkan bahwa TI tidak hanya mengubah cara-cara tradisional seseorang memperoleh informasi melainkan telah melanggar pola lama manajemen produksi. Hal lebih mendalam lagi adalah mengubah batas ruang dan waktu struktur organisasi. Telah diketahui dari literatur bahwa stuktur organisasi menjadi hal pertimbangan ketika akan mengimplementasikan tata kelola TI.

3. Industri, TI memiliki penerapan hampir disemua industri. Artinya tata kelola TI menjadi hal yang berbeda di industri yang berbeda, jelas dengan peraturan yang berbeda.

4. Kematangan, TI telah tumbuh menjadi dewasa dibanyak cara dan telah menjadi komoditas. Namun sumberdaya khusus masih dibutuhkan. Penggunaan pengukuran tingkat kematangan diperlukan untuk mengevaluasi keberhasilan tata kelola TI.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa organisasi yang berprestasi memiliki struktur dan proses tata kelola TI yang matang . Penelitian lain menyimpulkan ada korelasi antara kinerja tata kelola TI dengan tingkat kematangan tata kelola TI.

Dengan indentifikasi faktor kontigensi organisasi dapat memulai mengumpulkan informasi dalam format yang benar dan menghasilkan informasi berharga bagi organisasi lain.

Penelitian selanjutnya akan menunjukkan dukungan top management dalam menjadi penentu arah dan kebijakan sebuah tata kelola TI. Penelitian ini berbeda dari sebelumnya yang mengidentifikasi pendekatan awal ketika akan mengimplementasikan tata kelola TI. Penelitian kali ini menunjukkan peran top manager mendukung kesuksesan tata kelola TI.

Dalam rangka membangun tata kelola TI yang kuat, para pemangku kepentingan harus memberikan strategi bisnis dan TI yang efektif. Selain itu organisasi harus membangun proses yang dapat dipakai dan dibangun dalam lingkungan bisnis organisasi. Cara seperti ini wajib memiliki beberapa komponen, diantaranya[16] :

1. akuntabilitas pemangku kepentingan dan manajemen eksekutif

(5)

4. produktifitas organisasi infrastruktur TI dengan proses-proses

5. organisasi mengetahui bagaimana mengalokasikan anggaran yang tepat dan menetapkan sumberdaya yang tepat untuk mendapatkan kemampuan dengan menerapkan tata kelola TI.

Banyak studi dilakukan untuk mengetahui efek dari berbagai faktor penentu keberhasilan implementasi sebuah SI atau tata kelola TI. Hasil dari sebuah penelitian mengakui bahwa dukungan manajemen puncak dan pelatihan sebagai faktor penentu keberhasilan tersebut [17]. Penelitian ini mengilustrasikan tiga macam model yaitu direct effects model, moderator effects model dan mediational model. Dari ketiga model tersebut direct effects model menjadi pilihan model dominan dari peneliti-peneliti sebelumnya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2 :

Gambar 2. Direct Effects Model

Model sederhana ini menggambarkan model efek langsung, dimana kedua variabel bebas untuk memberikan suatu efek langsung dan tidak tumpang tindih terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil teori yang ditunjukkan gambar 2 diatas diasumsikan dukungan manajemen puncak dan pelatihan adalah tindakan independen terhadapan kesuksesan implementasi. Ada hubungan positif antara hubungan dukungan manajemen puncak terhadap kesuksesan implementasi dan hubungan positif juga antara pelatihan dengan kesuksesan implementasi.

Pada sebuah penelitian merumuskan sistem model yang layak (Viable System Model) sebagi blue print untuk merancang tata kelola TI. VSM bisa digunakan sebagai landasan teoritis ketika akan mengembangkan model komperhensif untuk tata kelola TI sehingga implementasinya bisa efektif. [18] dan sebagai lensa untuk mengamati keamanan informasi organisasi. Model ini terdiri dari lima komponen/sistem utama yang saling terhubung untuk menciptakan suatu tata kelola TI, diantaranya :

1. Operasi, kumpulan unit operasional tertanam yang melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan fokus organisasi. Sistem unit 1 adalah sistem yang layak dengan unsur mereka sendiri dan oleh karena itu mengandung semua unsur VSM. Kapasitas untuk mengatur dirinya sendiri harus bisa disesuaikan dengan kebebasan yang diberikan.

Dengan memberikan hak kebebasan untuk mengatur diri sendiri kepada unit operasional untuk menangani gangguan di lingkungan lokal mereka yang jumlahnya beragam, maka kemampuan untuk mengelola kebutuhan sistem meta (yaitu sistem 3, 4 dan 5) dilemahkan.

2. Koordinasi, sistem unit 1 harus diberikan tingkat kebebasan maksimum yang konsisten dengan kendala mempertahankan keterpaduan organisasi. Sistem 2 menyediakan unit operasional dengan mekanisme untuk mengkoordinasikan interaksi yang digabungkan dengan saling menyesuaikan diri bersama.

3. Kontrol, kegiatan operasional sangat dibatasi oleh saluran penyaringan (misalnya ringkasan laporan kinerja) yang secara langsung menghubungkan dengan sistem 1. Sistem 3 menyajikan ragam saluran tingkat tinggi yang langsung menembus ke sistem operasional dengan unit manajemen lokal yang dilalui. Tujuan sistem 3 adalah memberi jaminan bahwa informasi yang telah disaring kemudian disebarkan oleh manajemen operasional secara akurat (mencerminkan keadaan unit operasional yang sesungguhnya).

4. Intelijen, sistem 3 bertanggungjawab untuk mengatur kegiatan organisasi internal operasional sehari-hari. Artinya sistem 3 berkaitan dengan yang ada saat sekarang. Namun sistem yang layak harus memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan eksternal yang mengancam kelangsungan hidup. Oleh karena itu VSM harus menyertakan sistem tambahan yang mengenali lingkungan dan memikirkan masa depannya. Sistem 4 ditugaskan untuk mengelola perencanaan strategis, riset pasar, peramalan ekonomi, penelitian dan pengembangan, dan peramalan teknologi.

5. Kebijakan, sistem 3 dan 4 didedikasikan untuk fungsi-fungsi yang berkaitan dengan lingkungan yang berbeda (intenal dan eksternal) dan waktu yang berbeda ( saat ini dan masa depan). Setelah melalui proses perdebatan dan diskusi antara sistem 3 dan 4 mana dari berbagai prioritas berjangka yang diberlakukan organisasi. Sistem 5 harus dipahami, diatas dan diluar sistem 5 tingkat berikutnya hanya terletak rekursi : fokus sistem saat ini, kelengkapan sistem, kemandirian dan sudah ditetapkan. Dengan dilakukan penetapan datang identitas sebagai hasil dari sebuah kebijakan. Sistem 5 harus menetapkan tujua organisasi.

(6)

Gambar 3. The Viable System Model

Menurut Peter tata kelola TI efektif adalah tuntutan senior management menetapkan objektifitas kinerja perusahaan dan rancangan tata kelola aktif untuk memfasilitasi konsistensi perilaku yang diinginkan dengan objektifitas-objektifitas tersebut [19]. Ada empat langkah yang disebutkan dalam penelitian untuk merancang tata kelola TI :

1. identifikasi kebutuhan perusahaan untuk sinergi dan sinergi

2. menentukan peran struktur organisasi

3. mengidentifikasi perilaku yang diinginkan yang berhubungan dengan TI yang berada diluar lingkup struktur organisasi

4. desain serius tata kelola TI dalam satu halaman

Eksekutif senior dari perusahaan TI bertanggungjawab untuk membuat keputusan yang paling penting bagi bisnis perusahaan yang memberi keuntungan, dengan mematuhi standar tata kelola TI yang digunakannya [20].

5. Kesimpulan

Keberhasilan implementasi tata kelola TI tidak lepas dari peran penting seorang Top Manager (CIO, CEO, CFO, dll) mereka harus memiliki akuntabilitas yang mencukupi agar mampu membuat strategi kebijakan penggunaan TI dan strategi bisnis berjalan selaras dan mudah dipahami oleh bawahannya. Manajemen resiko juga menjadi pertimbangan bagi organisasi ketika mengimplementasikan tata kelola TI. Mereka harus bisa mengelola resiko sebaik mungkin karena manajemen resiko yang buruk akan menyebabkan kegagalan implementasi proyek TI. Dampak positif dari implementasi tata kelola TI lebih bersifat intangible dan hal itu harus disadari benar oleh organisasi, supaya tidak terjebak kedalam ROI yang sifatnya tangible. Banyak faktor yang telah disebutkan dari hasil penelitian

terdahulu dalam mendukung keberhasilan implementasi suatu tata kelola TI. Tahap awal yang paling penting adalah kemampuan merespon keunikan karakteristik masing – masing organisasi, dengan cara seperti ini organisasi akan terhindar dari berbagai kesalahan dimasa mendatang yang mungkin muncul.

Daftar Pustaka

[1] M. Iskandar, N. Akma, and M. Salleh, “IT Governance in Airline Industry : A Multiple Case Study,” vol. 1, no. 4, pp. 308–313, 2010.

[2] A. Maulana, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan Kesuksesan Dalam Pembangunan dan Penerapan Sistem Informasi Disuatu Perusahaan,” Bogor, 2012.

[3] H. Deng and G. Pramila, “Critical Success Factors for Information Systems Implementation : An End-User Perspective IMPLEMENTATION,” in Information Resourch Management Association International Conference, 2005, pp. 80–83. [4] E. Guldentops, CISA, and CISM, “Key Success Factors for

Implementing IT Governance Let’s Not Wait for Regulators to Tell Us What to do,” Inf. Syst. Control J., 2004.

[5] S. De Haes and W. Van Grembergen, “Analysing the Relationship between IT Governance and Business/IT Alignment Maturity,” in Proceedings of the 41st Annual Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS 2008), 2008, pp. 428–428.

[6] C. Lee, J. Lee, J. Park, and K. Jeong, “A Study of the Causal Relationship between IT Governance Inhibitors and Its Success in Korea Enterprises,” in Proceedings of the 41st Hawaii International Conference on System Sciences, 2008, pp. 1–11. [7] M. Biehl, “Implementing Global Information Systems : Success

Factors and Failure Points,” Commun. ACM, no. 416, pp. 1–12. [8] M. Ayat, M. Masrom, S. Sahibuddin, and M. Sharifi, “Issues in

Implementing IT Governance in Small and Medium Enterprises,” in 2011 Second International Conference on Intelligent Systems, Modelling and Simulation, 2011, pp. 197– 201.

[9] V. Alves, J. Ribeiro, and P. Castro, “Information Technology Governance – A Case Study of the Applicability of ITIL and COBIT in a Portuguese Private School,” 2009.

[10] P. Webb, C. Pollard, and G. Ridley, “Attempting to Define IT Governance : Wisdom or Folly ?,” in Proceedings of the 39th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS 2006), 2006, no. C, pp. 1–10.

[11] F. Castillo and P. Stanojevic, “A N A SSESSMENT OF T HE IT G OVERNANCE M ATURITY A T SL,” 2011.

[12] Cognizant, “Maximizing Business Value Through Effective IT Governance,” no. may, New Jersey, pp. 1–6, 2013.

[13] H. Lingyu, L. Bingwu, Y. Ruiping, and W. Jianzhang, “An IT Governance Framework of ERP System Implementation,” 2010 Int. Conf. Comput. Control Ind. Eng., pp. 431–434, 2010. [14] B. Nijaz, S. Mario, and T. Lejla, “Implementation of the IT

Governance Standards Through Business Continuity Management : Cases from Croatia and Bosnia- Herzegovina Literature Review Management : IT Governance – Research Model,” in Proceedings of the ITI 2011 33rd Int. Conf. on Information Technology Interfaces, 2011, pp. 43–50.

[15] R. Pereira and M. M. da Silva, “A LITERATURE REVIEW : GUIDELINES AND CONTIGENCY FACTORS FOR IT GOVERNANCE,” in EMOIS2012, 2012, vol. 2012, pp. 342– 360.

[16] S. Saetang and A. Haider, “The Impacts of IT Governance Implementation : A Case Study on Banking Industry in Thailand,” in Technology Management for Emerging Technologies, 2013, pp. 2619–2627.

(7)

[18] E. Lewis and G. Millar, “The Viable Governance Model – A Theoretical Model for the Governance of IT,” in Proceedings of the 42nd Hawaii International Conference on System Sciences, 2009, pp. 1–10.

[19] I. A. Alonso, J. C. Verdún, and E. T. Caro, “IT, Senior Executives and Board of Directors Contribute to the Success of the Business: Implicates on the IT Demand Process--Life Cycle,” in 2009 Fourth International Conference on Computer Sciences and Convergence Information Technology, 2009, pp. 149–156.

[20] F. R. Gordon, “Information Technology Governance Structures on Strategic Alignment,” pp. 1–15, 2014.

Biodata Penulis

Erick Sorongan,memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)

pada tahun 2012, Jurusan Teknik Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta, Sekarang menjadi mahasiswa pascasarjana Teknik UGM.

Dr. Ir. Eko Nugroho, M.Si menempuh sarjana teknik

Gambar

Gambar 1. Systemic Model of Business Continuity and ITGovernance
Gambar 2. Direct Effects Model
Gambar 3. The Viable System Model

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan transisi Teknologi Informasi (TI) saat ini menyebabkan penelitian terkait dengan tata kelola TI semakin meningkat.Tata kelola TI berperan besar dalam

Keberhasilan kualitas tata kelola Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dapat dilihat pada hasil EKPPD daerah Provinsi,

Penelitian ini berusaha untuk menguji secara empiris mekanisme tata kelola TI individu yang mempengaruhi efektivitas keseluruhan tata kelola TI dalam sebuah organisasi

Kedua, hasil penilaian dari tingkat ka pabilitas tata kelola TI pada aspek “ Optimasi aset TI, sumber daya dan kemampuan ” di BPMPTSP Kabupaten Bone Bolango belum

investasi, iklim berusaha dan penciptaan lapangan kerja. Prioritas 6: Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan daerah dan reformasi birokrasi. Prioritas peningkatan kualitas

Tata kelola TI sendiri telah di definisikan atau diartikan secara berbeda dalam berbagai artikel dan buku yang membahas topik mengenai tata kelola TI, secara

Pernyataan kesiapan perusahaan dapat dibuktikan dengan kondisi berikut: Organisasi mulai menyadari akan pentingnya keselarasan SI/TI dan bisnis, Pengukuran kinerja organisasi dan TI

Kesenjangan Manajemen & Organisasi SI/TI No Kebutuhan Bisnis Kebutuhan Blueprint Yang Saat Ini Dimiliki Keputusan Keterangan / Alasan opsional 1 Adopsi organisasi SI/TI XYZ