• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN ETIKA LINGKUNGAN TERHADAP DAMPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN ETIKA LINGKUNGAN TERHADAP DAMPA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Zainuri Ahmad lingkungannya karena merasa berkecukupan. Setelah sejarah panjang inovasi teknologi dan eksploitasi sumber daya alam, manusia lalu mengalami kritis keterbatasan.Disisi lain, kekuatan yang dimiliki manusia sebenarnya justru merusak, bahkan membunuh manusia sendiri lewat kerusakan ekologi. Pada situasi seperti ini, manusia pada dasarnya sudah mulai kehilangan orientasi dan harapan hidup.

Risiko berupa pudarnya orientasi dan harapan hidup yang mungkin telah dicanangkan, dipersiapkan dan diusahakan selama proses kehidupannya melalui penciptaan bentuk-bentuk peradaban yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam guna keberlangsungan hidup spesies manusia itu sendiri. Manusia lantas terlena dengan potensi dan kekuatannya sendiri dalam merengkuh kenikmatan fasilitas yang diberikan alam dan melupakan satu sisi dalam dirinya sendiri yang sesungguhnya merupakan kelemahan dan sekaligus menjadi kekuatannya, yaitu sikap mental.

Atas dasar itu dalam pendidikan lingkungan setiap persoalan selalu dibahas dalam kaitannya dengan pembangunan dalam meningkatkan kualitas hidup (manusia) secara keseluruhan. Pendidikan etika lingkungan, terutama yang menekankan pada paham ekosentrisme, sangat penting untuk dilakukan dan diberikan pada generasi muda. Mengingat merekalah yang kelak akan meneruskan mengelolah alam semesta ini.

(2)

C. Kembali ke-Etika Lingkungan

Etika Lingkungan hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adanya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral.

Etika Lingkungan memiliki beberapa perbedaan-perbedaan. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini memberi jawaban langsung atas pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan. Namun paling tidak dengan adanya gambaran etika lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-norma mana yang dipakai oleh manusia dalam melakukan pendekatan terhadap alam ini. Dengan demikian etika lingkungan berusaha memberi sumbangan dengan beberapa norma yang ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan Tuhan ekonomi (Borrong. 2000).

Prinsip-prinsip etika lingkungan mengatur sikap dan tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip tidak merugikan, tidak campur tangan, kesetiaan dan keadilan. Seperti :

1. Prinsip tidak merugikan (The rule of Nonmaleficence), yakni tidak merugikan lingkungan, tidak menghancurkan populasi spesies atau pun komunitas biotik.

2. Prinsip tidak campur tangan (The rule of noninterference), yakni tidak memberi hambatan kepada kebebasan setiap organisme.

3. Prinsip kesetiaan (The rule of fidelity) yakni tidak menjebak, menipu, atau memasang perangkap terhadap makhluk hidup untuk semata-mata kepentingan manusia.

(3)

D. Hasil Analisa tinjauan etika lingkungan terhadap dampak pembangunan hotel di kota Yogyakarta

Setidaknya sepanjang rentang waktu 2012-2014, masyarakat Yogyakarta merasa terdesak oleh pembangunan hotel, mall dan apartemen yang berada di lingkungan tempat tinggal masyarakat. Berdasarkan data Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) pada tahun 2013 terdapat 1.160 hotel di wilayah DIY, yang terdiri dari 60 hotel berbintang dengan lebih dari 6.000 kamar, dan 1.100 hotel kelas melati dengan 12.660 kamar. Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik DIY, jumlah hotel di Yogyakarta sampai awal 2013 mencapai 401 unit, terdiri dari 39 hotel berbintang dan 362 hotel non bintang.

Sudah jelas bahwa lahan di Yogyakarta semakin tergerus oleh proses pembangunan. Dampaknya, masalah lingkungan terutama masalah air dan limbah terjadi, walaupun sebenarnya Pemerintah Daerah (Pemda) telah menerbitkan Peraturan Walikota (Perwal) Yogyakarta Nomor 77 tahun 2013 Tentang Pengendalian Pembangunan Hotel. Sayangnya, langkah bijak Pemda terkesan terlambat, dan Peraturan ini hanya berlaku efektif tertanggal 1 Januari 2014. Sedangkan terkait masalah perizinan, ada 106 permohonan perizinan yang masuk ke Dinas Perizinan kota Yogyakarta per 31 Desember 2013, dan 11 izin pembangunan hotel baru telah dikeluarkan untuk dibangun di wilayah Wirobrajan, Pakualaman, Gondokusumanm, Jetis, Danurejan dan Gedongtengen.

(4)

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, jumlah kamar hotel di Yogyakarta mengalami peningkatan hingga 3000 kamar, masing-masing kamar membutuhkan 380 liter air, namun untuk kebutuhan rumah tangga hanya dibutuhkan 300 liter air. Hal ini yang menyebabkan sumur warga kering akibat hotel yang menyedot air secara berlebihan, dan akibat pengelolaan air hotel yang tidak dijalankan dengan baik. Warga sekitar Miliran, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta merasakan dampak kekeringan tersebut. Selain itu potensi kerusakan akan terus berlangsung, karena hotel yang dibangun di lingkungan warga akan merusak fungsi air tanah dangkal yang sebetulnya menjadi kebutuhan utama untuk dimanfaatkan warga. Pada struktur bangunan hotel bagian basement akan membelokkan aliran air tanah dangkal, selain itu karena perhotelan menggunakan air tanah dalam, sehingga akan menyebabkan air tanah dangkal akan merembes ke tanah air dalam.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang dibentuk dan memiliki wewenangan mengatasi masalah lingkungan hidup, seharusnya memahami struktur lahan bangunan hotel berdiri, dan memberikan pertimbangan-pertimbangan faktor lingkungan dan akibat yang ditimbulkan kepada Pemda atas izin pembangunan hotel di wilayah tempat tinggal warga. Seperti yang terjadi belakangan, peran BLH tidak terlalu signifikan, sehingga timbulah permasalahan dan berdampak lingkungan ditempat tinggal masyarakat Yogyakarta.

Bukan hanya masalah air tetapi juga limbah hotel yang sedemikian banyaknya dibuang ke sungai, akibatnya air tanah dan sungai di Yogyakarta memiliki potensi terkontaminasi nitrat dan bakteri e-coli. Dampak lain dari pembangunan hotel yang berlebihan di wilayah Yogyakarta, mengakibatkan penurunan hunian hotel hingga 10%, hal ini terjadi karena pembangunan hotel di wilayah Yogyakarta sudah overlapping, kondisi ini terjadi karena pertumbuhan hotel yang pesat tidak sebanding dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Selain itu hotel kelas melati tersingkirkan karena kalah saing dengan para pemodal besar yang mendirikan hotel berbintang di Yogyakarta.

(5)

Oleh karenanya setiap pengelolaan terhadap lingkungan hidup harus pula dilakukan secara sadar dan terencana. Hubungan keserasian antara arah pembangunan kelestarian lingkungan hidup perlu diusahakan dengan memperhatikan kebutuhan manusia, seperti lapangan kerja, pangan, sandang, dan pemukiman, kesehatan dan pendidikan (Emil Salim. 1991).

Dari gambaran diatas dapat diketahui kunci permasalahan lingkungan adalah manusia. Jadi manusia dengan lingkungannya merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan. Karena kedua hubungan tersebut saling pengaruh dan mempengaruhi. Tingkah laku manusia selalu mempengaruhi keharmonisan dan keseimbangan lingkungan. Manusia yang mampu memelihara lingkungan dengan baik adalah manusia yang mampu mempergunakan alam sekitarnya guna memenuhi kebutuhan materinya secara wajar, sehingga kualitas lingkungan dapat dijaga dan ditingkatkan sekaligus memberikan manfaat kepada manusia.

E. Kesimpulan

Dalam pengelolaan lingkungan harus di landasi etika lingkungan dengan harapan yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Mengkonsepkan ulang nilai–nilai moral yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka secara arif dapat melakukan keputusan maupun tindakan yang mempertimbangkan secara benar dan tepat mengingat kompleksitas interaksi antara maupun di dalam komunitas biologis dan komunitas sosial.

2. Mencari pola implementasi yang tepat dari prinsip–prinsip moral yang bersumber dari etika lingkungan tersebut ke dalam pranata dan tata kehidupan masyarakat yang sedang melaksanakan pembangunan secara berkelanjutan.

(6)

Referensi

Borrong, Robert. 1999. Etika Bumi Baru. PT BPK Gunung Mulia: Jakarta. Keraf, Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Penerbit Kompas: Jakarta. Salim, Emil. 1991. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : LP3ES Badan Pusat Statistik (BPS) DIY. 2014. Kota Yogyakarta.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY. 2014. Kota Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2010

Rasulullah saw., bersabda, “Barangsiapa yang beruban di dalam Islam adalah baginya nur di hari kiamat”. Maka ketika itu seorang laki-laki berkata, “Sesungguhnya

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE Kota Medan.. Asli Dokumen Kualifikasi sesuai data isian kualifikasi dan fotokopinya

Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam

Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di condensor dengan mudah dicairkan dengan udara pendingin pada sistem air cooled atau uap refrigerant menyerap panas udara

bawah permukaan tanah, sehingga dapat diketahui adanya lapisan pembawa air tanah atau akuifer yang berpotensi mengakibatkatkan terjadinya intrusi di Desa Lubuk Saban

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang peranan pondok pesantren Darul Falah sebagai lembaga pendidikan agama

karena situasi yang sangat mendesak dan gawat seperti yang pernah dilakukan oleh Nusaibah binti Ka’ab yang membela Rasulullah saw. dengan pedangnya pada perang