• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arti Penting Perkembangan Sosial dan Mor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Arti Penting Perkembangan Sosial dan Mor"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Tulisan ini bermaksud mengkaji bagaimana proses belajar agama ditinjau dari segi perkembangan sosial dan moral seseorang. Karena dalam setiap tingkat perkembangan sosial dan moral seseorang tersebut terdapat tahapan-tahapan tertentu yang dapat diberikan secara proporsional dalam proses belajar agama. Pertama, tahap fairy tale stage/dongengan). Tahap ke-1 ini berlangsung pada usia 3 – 6 tahun. Kedua, tahap realistic stage (kenyataan). Tahap kedua ini berlangsung pada rentang usia sekolah MI/SD (6 atau 7 – 11 atau 12 tahun). Ketiga, tahap individual stage (individual). Tahap ketiga ini berlangsung pada usia remaja dan seterusnya. Tingkatan-tingkatan tersebut digunakan untuk dapat mengukur sejauh mana kemampuan individu dapat menerima pengetahuan agama sesuai tingkat kemampuannya. Kemudian bagaimana individu tersebut menerima pengetahuan agama yang diberikan sesuai dengan perkembangan sosial dan moral individu tersebut. Hal ini perlu dilakukan sehingga sikap individu dalam bermoral dan bersosial dapat diwarnai dengan nilai-nilai agama, dan nilai-nilai-nilai-nilai agama tersebut diberikan dan berkembang tepat sesuai tingkatan kemampuan individu.

Kata Kunci : Perkembangan sosial dan moral, perkembangan keagamaan

PENDAHULUAN

Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.1 Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan.

Belajar Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual yang membentuk seseorang agar menjadi manusia beriman serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.2 Pentingnya memupuk potensi spiritual berhubungan dengan kecerdasan

ruhiyah yang mendorong orang berpikir, beremosi, dan bertindak bijaksana.3

Namun alangkah baiknya jika belajar agama tersebut dapat disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan, dan pemahaman individu. Sehingga diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai perkembangan individu yang dalam hal ini menggunakan perspektif perkembangan sosial dan moral.

Tulisan ini berjudul arti penting perkembangan sosial dan moral bagi proses belajar agama, dengan maksud mengkaji bagaimana proses belajar agama tersebut ditinjau dari segi perkembangan sosial dan moral seseorang. Karena dalam setiap tingkat perkembangan

1 Kusaery Mustopa, http://bangakil.wordpress.com/2012/03/02/makalah-psikologi-belajar-agama/ diakses 14 September 2014

2 Ibid.

(2)

sosial dan moral seseorang tersebut terdapat tahapan-tahapan tertentu yang dapat diberikan secara proporsional dalam proses belajar agama.

ARTI PENTING PERKEMBANGAN SOSIAL DAN MORAL

BAGI PROSES BELAJAR AGAMA

Perkembangan sosial adalah proses perkembangan kepribadian selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain.4 Contoh kecil dalam perkembangan sosial ini adalah dengan bergantinya model rambut seseorang, atau perubahan model pakaian agar lebih diterima di lingkungannya.

Hal ini serupa dengan yang disampaikan oleh Muhibbin Syah bahwa perkembangan psikososial siswa, atau sebut saja perkembangan sosial siswa, adalah proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayatnya.5

Selanjutnya pengertian moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya.6 Seorang siswa tidak mau mencontek dalam ujian dikarenakan ia berpegang teguh kepada nilai-nilai kejujuran yang tertanam dalam dirinya, merupakan salah satu contoh bagaimana moral tertentu berkembang dalam diri siswa tersebut.

Menurut Muhibbin Syah bahwa perkembangan sosial hampir dapat dipastikan juga perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umunya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku. Seorang siswa hanya akan mampu berprilaku sosial dalam situasi sosial tertentu secara memadai apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan untuk situasi sosial tersebut.7

Piaget dalam Muhibbin (2014) menemukan dua tahap perkembangan moral anak dan remaja yang antara tahap anak dan remaja diselingi dengan masa transisi, yakni pada usia 7-10 tahun.8 Berikut tabel untuk mempermudah penyajian dalam pembahasan ini.

Tabel Teori Dua Tahap Perkembangan Moral Versi Piaget

4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014) hal. 74 5Ibid, hal. 74

6 Norliani, Perkembangan moral dan sosial anak, http://perkembangan-moral-norliani.blogspot.com/ diakses tanggal 14 September 2014.

7Op.Cit. hal. 75

(3)

Usia Tahap perkembangan moral Ciri khas 4 – 7 tahun Realisme moral

(dalam tahap perkembangan kognitif pra-oprasional)

(dalam tahap perkembangan kognitif konkret-oprasional)

Perubahan secara bertahap ke arah pemilikan moral tahap ke-2

11 tahun ke atas Otonomi, realisme dan

resiprositas moral

(dalam tahap perkembangan kognitif formal-oprasional)

1. Mempertimbangkan tujuan-tujuan prilaku moral

2. Menyadari, bahwa aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang berubah.

Setelah membahas secara singkat mengenai perkembangan moral menurut piaget, selanjutnya akan dibahas mengenai perkembangan keberagamaan.

Secara teoritis-psikologis, sebagian ahli percaya bahwa setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini memiliki kebutuhan-kebutuhan yang mencangkup: 1) kebutuhan perlindungan (security); 2) kebutuhan memeroleh pengalaman baru (new experience); 3) kebutuhan memeroleh tanggapan (respon); 4) dan kebutuhan pengakuan (recognition). Aneka ragam kebutuhan ini mencerminkan kebergantungan, yang pada gilirannya melalui interaksi dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, menimbulkan perasaan keagamaan.9

Menurut Muhibbin Syah (2014) merujuk kepada sejumlah buku hasil karya para ahli psikologi disebutkan, bahwa perkembangan jiwa keagamaan pada anak berlangsung dalam tiga tahap. Antara ke-1 dengan tahapan selanjutnya terdapat kaitan yang menunjukkan peningkatan.10

Pertama, tahap fairy tale stage (dongengan). Tahap ke-1 ini berlangsung pada usia 3 – 6 tahun. Dalam mengenal konsep Tuhan anak lebih banyak dipengaruhi oleh khayalan dan oleh perasaan sesuai dengan tahap perkembangan inteleknya yang amat sederhana. Oleh karena itu, kehidupan pada rentang usia tersebut masih diliputi fantasi dan emosi, menanggapi hiruk-pikuk kehidupan keagamaan pun hanya didasarkan pada dongeng-dongeng yang menimbulkan emosi tertentu. Jiwa keagamaan anak pada rentang usia 3 – 6 tahun bersifat unreflective (tidak mendalam) dan lebih cendrung menganggap Tuhan

(4)

sebagai manusia tetapi dengan kekuatan yang lebih besar daripada orang-orang disekelilingnya. 11

Pada tahap fairy tale stage, seyogianya guru pengajar agama atau orang tua mengenalkan agama terlebih dahulu dengan konsep tauhid kepada Allah, dengan menceritakan kesaan Allah, tempat bergantungnya makhluk, maha pengasihnya allah, maha penerima taubatnya Allah, dan lain-lain. Kemudian diikuti pengajaran akhlak dengan metode bercerita mengenai kisah nabi-nabi Allah yang shaleh dan umat-umat terdahulu, para sahabat dan orang-orang soleh yang dapat diambil hikmah dalam perjalanan hidupnya.

Kedua, tahap realistic stage (kenyataan). Tahap kedua ini berlangsung pada rentang usia sekolah MI/SD (6 atau 7 – 11 atau 12 tahun). Pada tahap realistic stage gagasan mengenai ketuhanan mulai ditangapi secara realistis sesuai dengan pelajaran dari orang tua, guru di sekolah, dan institusi kegamaan disekitarnya. Meskipun sikap anak pada tahap ini masih dipengaruhi emosi, namun jiwa keagamaan sudah tidak didasarkan kepada fantasi semata, sehingga pelajaran agama dan segala amal keagamaan ia ikuti dengan penuh minat.12

Pada tahap realistic stage, contoh pengajaran yang dapat dilakukan pada anak adalah dengan memperkenalkan pahala bagi orang yang shaleh dan dosa bagi orang yang berbuat jelek. Karena pada tahap ini anak akan mengikuti amal keagamaan dengan penuh minat. Sehingga konsep pahala diharap dapat memotivasi anak untuk lebih gemar berbuat baik, sedangkan konsep dosa diharap dapat mencegah anak untuk berbuat buruk.

Ketiga, tahap individual stage (individual). Tahap ketiga ini berlangsung pada usia remaja dan seterusnya. Pada tahap ini jiwa keagamaan manusia sudah bersifat realistis dalam arti tidak bergantung pada dongengan/fantasi dan emosi meskipun pada saat-saat tertentu jiwa keagamaannya dapat memicu emosi tertentu, misalnya ketika Tuhan dan agamanya dilecehkan orang.13

Di antara hal-hal penting yang perlu dicatat pada tahap ini ialah diperolehnya konsep ketuhanan yang bersifat humanistik. Artinya, agama yang ia anut telah dihayati dengan baik dan menjadi etos humanist (jiwa khas kemanusiaan) yang tertanam dalam pribadinya.

11 Ibid.

12 Ibid.

(5)

Tinggi rendahnya etos ini bergantung pada pengalaman belajar dan lingkungannya, termasuk lingkungan keluarga, teman sejawat, dan lingkungan pendidikannya.

Perlu dicatat, bahwa perasaan keagamaan para remaja peserta didik Mts/SMP dan MA/SMA pada umumnya berubah-ubah sesuai dengan pengalaman/pristiwa yang mereka alami. Namun, kelabilan jiwa/perasaan keagamaan ini dapat diatasi atau diantisipasi oleh para guru agama dengan pembelajaran agama yang lebih intensif dan ekstensif. Upaya ini amat penting dalam rangka membuat agama menjadi sistem nilai diri yang dapat menuntun sikap dan perbuatan mereka sepanjang masa.

Pentingnya upaya guru agama dalam mengahadapi kelabilan jiwa atau perasaan yang dialami remaja secara lebih intensif dan ekstensif, mengharuskan guru agama dapat memberikan pengajaran agama tidak hanya sebatas dongeng dan pengetahuan baik buruk yang dilakukan anak, tapi juga dapat memberikan penjelasan yang lebih bersifat kemanusiaan yang bersifat logis dan realistis, karena pada tahap ini sikap moral anak telah berkembang untuk mempertanyakan tujuan-tujuan moral yang ia kerjakan.

(6)

SIMPULAN

Dari tulisan yang telah dipaparkan maka jelaslah arti penting perkembangan sosial dan moral bagi proses belajar agama adalah untuk dapat mengukur sejauh mana kemampuan individu dapat menerima pengetahuan agama sesuai tingkat kemampuannya. Kemudian bagaimana individu menerima pengetahuan agama yang diberikan sesuai dengan perkembangan sosial dan moral individu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Muslim. http://are-ziz.blogspot.com/2012/05/perkembangan-keagamaan-anak.html

http://septianindi.blogspot.com/2013/05/perkembangan-agama-pada-remaja.html

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/pengertian-proses-belajar.html

Kusaery Mustopa. http://bangakil.wordpress.com/2012/03/02/makalah-psikologi-belajar-agama/

Muhibbin Syah. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. 2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi kebudayaan tersebut disusun berdasarkan rangkuman Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) dari berbagai wilayah di tanah air dan menjadi dasar perumusan Rencana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh. gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan

Pada ranah ini perlu proses penyadaran terhadap kalangan memiliki pemahaman reduktif terhadap jihad dengan memasukan pendidikan nilai sebagai suatu konstruksi dalam

Ada beberapa PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi matahari, angin, dan lain-lain yang dikombinasikan dengan Diesel- Generator Set

Pada temperatur rendah, proses nukleasi per molekul dan per cluster berjalan relatif lambat dalam kondisi gerakan molekul air yang relatif lebih lambat dan stabil

Harga daging kambing lebih murah dengan kualitas terbaik, karena kami memiliki kambing sendiri sehingga harga daging kambing sangat terjangkau.. Dengan memiliki kambing sendiri,

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai F hitung bank umum milik pemerintah di Indonesia sebesar 82,71, jika nilai ini dibandingkan dengan nilai F