• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidrolisa Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Shaving Industri Penyamakan Kulit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hidrolisa Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Shaving Industri Penyamakan Kulit"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Hidrolisa Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Shaving Industri

Penyamakan Kulit

Sri Sutyasmi*

Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik, Jl Sokonandi 9,Yogyakarta 55166, Indonesia *Penulis korespondensi: Telp. +62 274 512929; 563939 – Fax +62 274 563655

E-mail: srisutyasmi@ymail.com

ABSTRAK

Limbah shaving dihasilkan oleh industri Penyamakan kulit yang berupa serutan kulit tersamak yang mengandung krom. Limbah padat ini mempunyai volume yang sangat besar, sekitar 99 -100 kg setiap ton kulit garaman yang diproses, limbah ini sangat ringan dan tidak mudah terdegradasi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menangani masalah limbah shaving dari industri penyamakan kulit yang banyak mengandung krom dan pemanfaatan dari hasil hidrolisa limbah shaving tersebut. Penanganan limbah shaving yang paling tepat dan sederhana serta bisa dimanfaatkan adalah dengan hidrolisa menggunakan alkali (NaOH) dengan variasi NaOH 1,5%, 2,5% dan 3,5%. Perbandingan alkali dan limbah shaving untuk hidrolisa adalah 5 : 1. Hasil hidrolisa dipisahkan antara protein kolagen dan krom dengan cara penyaringan. Limbah shaving

sebelum dihidrolisa diuji kadar air, kadar protein dan kadar krom. Sedangkan protein kolagen diuji viscositas, kadar protein dan kadar krom. Protein kolagen bisa dimanfaatkan untuk industri yang menggunakan protein kolagen sedangkan krom bisa dimanfaatkan untuk penyamakan kulit dengan direcovery terlebih dahulu.

(2)

Hydrolysis is an Alternative for the Treatment of the Shaving

Waste on Tanning Industry

Sri Sutyasmi*

Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik, Jl Sokonandi 9,Yogyakarta 55166, Indonesia *Coresponding author: Telp. +62 274 512929; 563939 – Fax +62 274 563655

E-mail: srisutyasmi@ymail.com

ABSTRACT

Shaving wastes are produced by the leather tanning industry in the form of chrome-tanned leather shavings. This solid waste has a very large volume, about 99 -100 kg per ton of processed salt skin, this waste is very light and not easily degraded. The aim of this research is to deal with the waste shavings problem of the chrome-containing tannery industry and the utilization of the shaving waste hydrolysis results. The most appropriate and simple shaving waste treatment can be utilized is by using alkali (NaOH) hydrolysis with 1.5%, 2.5% and 3.5% NaOH variations. The ratio of alkali and waste shavings to hydrolysis is 5 : 1. The hydrolysis results are separated between collagen proteins and chromium with filtering. Shaving waste tests before hydrolysis included water content, protein content and chromium content. Collagen proteins were tested for viscosity, protein content and chromium content. Collagen proteins can be used for industries that use collagen proteins while chromium can be used for tannery with first recovered.

(3)

PENDAHULUAN

Pada pembuatan kulit jadi dengan bahan baku satu ton kulit mentah sapi akan menghasilkan

limbah padat 70 – 230 kg fleshing, 120 kg trimming kulit mentah 115 kg split wet blue, 100 kg

trimming + shaving wet blue dan 2 kg debu buffing (Sutyasmi, 2010). Limbah shaving adalah

serutan kulit tersamak yang merupakan limbah padat industri penyamakan kulit yang mengandung

krom, sehingga sulit terdegradasi, tahan terhadap perlakuan fisik, kimia dan mikrobiologi

(Sutyasmi, 2010). Limbah padat ini volumenya sangat besar yaitu sekitar 99 - 100 kg setiap ton

kulit yang diproses dan juga ringan sehingga mempunyai volume yang sangat besar. Limbah

shaving ini kebanyakan belum ditangani, hanya dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Penanganan yang paling tepat dan sederhana adalah dengan hidrolisa limbah shaving. Protein (asal

kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah senyawa organik

kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptide (Fredrick, et al.,2013).

Kolagen merupakan material yang mempunyai kekuatan rentang dan struktur yang

berbentuk serat. Protein jenis ini banyak terdapat dalam vertebrata tingkat tinggi. Hampir

sepertiga protein dalam tubuh vertebrata berada sebagai kolagen (Katili, 2009) . Karena adanya

sejumlah besar rantai samping yang hidrofil (suka air) dalam gelatin, maka dalam larutan air

membentuk suatu jaringan tidak teratur (Sharaf, at al, 2013). Dengan demikian kolagen termasuk

sebagai jaringan pengikat berkolagen terdiri dari serat. Struktur ini selanjutnya tersusun atas fibril

kolagen yang nampak seperti garis melintang.

Protein serabut (fibrous protein) terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat

yang tersusun memanjang dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya fibroin pada

sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa,

maupun etanol (Tahiri and M..De La Guardea, (2009)

Isolasi pemisahan protein kolgen dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain yaitu

dengan metode thermohidrolisis, hidrolisa secara asam, hidrolisa secara alkali, dan hidrolisa secara

ensimatis. Cincin utama serabut kolagen dihubungkan oleh ikatan asilamid, yang dapat dihidrolisa

pada suhu yang tinggi untuk mendapatkan protein kolagen yang dapat larut, tanpa aksi katalisis dari

asam, basa maupun ensim maka hidrolisa dari ikatan asilamid kolagen akan berjalan lambat, dan ini

akan sangat sulit apabila kolagen diikat kuat oleh bahan penyamak. (Ziwen, D, 2008). Sehingga

(4)

Catalina, at al, 2008 mengatakan bahwa ikatan asilamide dari jaringan kolagen mudah

dihidrolisa dengan alkali pada suhu tinggi, alkali akan dinetralisir oleh karboksil kolagen yang baru

dihasilkan dari kerusakan asilamide kolagen, sehingga alkali akan dikeluarkan pada saat hidrolisa

berlangsung. Hidrolisa jaringan kolagen secara alkali jauh lebih mudah dan lebih sempurna dari

pada pirolisis yang disebabkan oleh katalis alkali pada saat yang sama berat molekul dari protein

kolagen yang terisolasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan protein yang dihasilkan oleh pirolisis

yang diakibatkan oleh hidrolisa dengan alkali (Pati, at al, 2014). Komponen kolagen dihidrolisa dari

limbah kulit dengan alkali dan akan larut dalam larutan air, tetapi garam krom dalam limbah kulit

tetap tidak akan larut dalam kondisi alkali, sehingga diperlukan pemisahan protein kolagen dan

garam krom (Hintermeyer.2008, Kanagaraj, at al, 2015).

Protein kolagen hasil dari hidrolisa secara alkali tergantung dari jenis dan jumlah alkali, suhu dan

waktu. Kandungan krom, kadar abu dan berat molekul juga tergantung pada jenis dan jumlah alkali,

suhu dan waktu hidrolisa (Odbaby, 2011, Jiang, at al, 2016,). Tujuan dari penelitian ini adalah

menangani limbah shaving yang mengandung krom dan bisa memperoleh bahan baku untuk

industri yang lain serta melindungi sumber daya tanah dan air.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah shaving dari industri penyamakan

kulit, bahan untuk hidrolisa yaitu NaOH, asam sulfat, kertas saring, pH dan bahan untuk

pengawetan hasil hidrolisa protein kolagen yaitu formalin.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah waterbath untuk pemanasan, alat-alat gelas

(beker glass), pengaduk, saringan alat bantu plastik untuk wadah hasil hidrolisa.

Metode

Limbah shaving sebanyak 200g dihidrolisa dengan NaOH dengan variasi konsentrasi 1,5%,

2,5% dan 3,5%. Perbandingan antara larutan NaOH dan Limbah shaving adalah 5:1. Sehingga

limbah shaving 200g dimasukkan dalam larutan NaOH 1000 ml, dengan variasi seperti yang telah

disebutkan diatas. Campuran larutan ini dihidrolisa dengan suhu 90C, selama 1 jam, 2 jam dan 3

jam. Selanjutnya dipisahkan antara protein kolagen dan krom dengan cara penyaringan. Hasil

pemisahan protein kolagen dan krom dapat dimanfaatkan untuk panyamakan kulit. Protein kolagen

bisa digunakan untuk binder protein pada finishing kulit sedangkan krom hasil saringan dapat

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Limbah shaving

Hasil uji limbah shaving sebelum dihidrolisa adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Uji limbah shaving sebelum dihidrolisa

No Parameter Uji Hasil Uji Ulangan Rata-rata

1 Kadar Air,% 44,50 44,76 44,63

2 Kadar Krom, ppm 23468 22874 23171

3 Kadar Protein,% 53,30 53, 78 53,5

Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata kadar air adalah 44,63%, kadar krom adalah

23171 ppm dan kadar protein adalah 53,54%. Ini membuktikan bahwa kadar krom dan kadar

protein masuh tinggi dan bisa dimanfaatkan. Untuk itu perlu dihidrolisa dan dipisahkan antara krom

dan protein kolagen agar masing-masing bisa dimanfaatkan. Pemisahan hasil hidrolisa limbah

shaving ini menggunakan penyaringan dengan kertas saring.

Hasil Uji Hasil Hidrolisa Limbah Shaving (Potein Kolagen)

Hasil uji hidrolisa Limbah shaving dari industri penyamakan kulit ini bisa juga disebut dengan

protein kolagen, sedangkan krom yang telah dipisahkan dari protein kolagen dapat direcovery dan

digunakan untuk menyamak kulit. Hasil uji protein kolagen dapat dilihat pada Grafik berikut ini.

Hidrolisa yang dilakukan terhadap limbah shaving adalah divariasi waktu yaitu 1 jam, 2 jam

dan 3 jam dan variasi konsentrasi NaOH yaitu 1,5%, 2,5% dan 3,5% . Berikut adalah data atau

grafik hasil uji dari protein kolagen. Grafik hasil uji Protein Kolagen dengan waktu hidrolisa 1 jam,

(6)

Gambar 1. Hasil uji protein dari hasil hidrolisa protein kolagen

Grafik hasil uji Protein dengan waktu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH 1,5%

menunjukkan bahwa kadar protein adalah 4,12%. Sedangkan pada waktu Hidrolisa 2 jam dengan

konsentrasi yang sama yaitu 1,5% NaOH, maka terlihat ada sedikit kenaikan kadar protein yaitu

6,13%. Pada waktu hidrolisa 3 Jam dan konsentrasi NaOH 1,5% kadar protein terlihat tinggi yaitu

15,88%. Hal ini memperlihatkan bahwa penambahan waktu hidrolisa akan menambah kadar

protein, dan waktu hidrolisa 3 jam diperoleh kadar protein yang paling tinggi karena pada waktu

hidrolisa 3 jam maka watu hidrolisa sempurna dan pada waktu konsentrasi NaOH 1,5%.

Pada konsentrasi NaOH 2,5% dan waktu hidrolisa 1 jam maka pada grafik terlihat bahwa

kadar protein yang diperoleh adalah 5,63%, ini berarti juga ada kenaikan pada konsentrasi NaOH

yang digunakan, dari 4,12% (konsentrasi NaOH 1,5%) menjadi 5,63% (konsentrasi NaOH 2,5%

NaOH). Dengan demikian dengan bertambahnya konsentrasi NaOH maka kadar protein bertambah.

Sedangkan dengan waktu hidrolisa 2 jam dan konsentrasi NaOH 2,5% terlihat pada grafik ada

kenaikan kadar protein yaitu dari 5,63% menjadi 6,11% berarti ada kenaikan kadar protein sebesar

0,48%. Hal ini kemungkinan karena pada konsentrasi NaOH 2,5% dan waktu hidrolisa 2 jam sudah

terjadi hidrolisa yang sempurna sehingga dengan bertambahnya waktu hidrolisa maka kadar protein

juga bertambah. Pada waktu hidrolisa 3 jam dan konsentrsasi NaOH masih 2,5% hidrolisa makin

sempurna, sehingga ada kenaikan kadar protein sebesar 3,67%. Pada konsentrasi NaOH 3,5% dan

waktu hidrolisa 1 jam terlihat pada grafik bahwa kadar protein pada waktu hidrolisa 1 jam terlihat 1 jam; 1,5; 4,12 1 jam; 2,5; 5,63

Grafik Hasil Uji Protein berdasarkan waktu Hidrolisa dan konsentrasi NaOH

(7)

tinggi (65,99) karena hidrolisa cukup optimum. Namun pada waktu hidrolisa 2 jam kenaikan kadar

protein dari konsentrasi NaOh 2,5% menjadi konsentrasi 3,5% hanya ada sedikit kenaikan kasdar

protein yaitu dari 6,11% menjadi 6,17. Waktu hidrolisa 1 jam, 2 jam dan 3 jaam pada grafik terlihat

bahwa ada sedikit penurunan dari kadar protein dari konsentrasi 1,5% NaOH (15,88) menjadi

konsentrasi 2,5% NaOH (14,78) dan konsentrasi 3,5% waktu hidrolisa 3 jam terjadi penurunan

kadar protein. Hal ini kemungkinan karena dengan bertambahnya waktu hidrolisa dan konsentarsi

NaOH tidak akan menambah kadar protein yang dihasilkan karena hidrolisa sudah optimum. jadi

penambahan waktu hidrolisa dan konsentrasi NaOH tidak menabbah kadar protein tetapi malah

menurunkan karena hidrolisa sudah maksimum. Untuk mengetahui kekentalan dari larutan hasil

hidrolisa limbah shaving, selanjutnya diuji viskositas dari larutan. Hasil uji viskositas dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 2. Hasil uji viskositas dari hasil hidrolisa protein kolagen

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada waktu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH

1,5% diperoleh viskositas dari larutan adalah 3,42 cp, waktu hidrolisa 2 jam adalah 4,35 cp dan

waktu hidrolisa 3 jam adalah 18,2 cp, Hal ini berarti dengan adanya kenaikan waktu hidrolisa pada

konsentrasi yang sama yaitu 1,5% NaOH vikositas semakin bertambah. Pada konsentrasi NaOH

2,5% dan waktu hidrolisa 2 jam viskositas mempunyai nilai 14,1 cp dan pada waktu hidrolisa 2 jam

dan konsentrasi sama yaitu 2,5% viskositas naik menjadi 42,10 cp. Pada waktu hidrolisa 3 jam

viskositas turun menjadi 5,25. Hal ini membuktikan bahwa pada konsentrasi NaOH 2,5%, dan

waktu hidrolisa 2 jam diperoleh viskositas paling tinggi yaitu 42,10 cp. 1 jam; 1,5; 3,42

Grafik Hasil Uji Viscositas berdasarkan Waktu Hidrolisa dan Konsentrasi NaOH

(8)

Pada konsentrasi NaOH 3,5%, waktu hidrolisa 1 jam nilai viscositas 8,5 cp dan pada waktu

hidrolisa 2 jam viskositas mencapai nilai tertinggi yaitu 52,32. Namun pada waktu hidrolisa 3 jam

dan konsentrasi NaOH 3,5% viskositas menurun menjadi 4,4cp. Apabila dilihat dari waktu hidrolisa

1 jam maka viscositas tertinggi adalah pada konsentrasi NaOH 2,5%. Dan apabila dilihat dari waktu

hidrolisa 2 jam maka viskositas semakin naik dan tertinggi pada konsentrasi NaOH 3,5% dengan

nilai 52,32 cp. Ini berarti bahwa dengan waktu hidrolisa 2 jam nilai viskositas cenderung naik. Pada

waktu hidrolisa 3 jam nilai viskositas semakin menurun. Hal ini kemungkinan karena waktu

hidrolisa 3jam sudah tidak efektif (terlalu lama sehingga larutan menjadi encer karena hidrolisa

terlalu lama.

Untuk mengetahui kadar krom dalam larutan hasil hidrolisa atau protein kolagen diuji kadar

krom dalam larutan protein kolagen. Hasil uji dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3. Hasil uji kadar krom dalam larutan hasil hidrolisa (protein kolagen)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa waktu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH 1,5%

diperoleh kadar krom dalam larutan adalah 59,16 ppm. Dan pada waktu hidrolisa 2 jam dan

konsentrasi NaOH yang sama yaitu 1,5% kadar krom lebih tinggi yaitu 1164,35 ppm. Demikian

juga untuk waktu hidrolisa 3 jam dengan konsentrasi yang sama (1,5% NaOH), kadar krom adalah

1154,66 ppm. Hal ini kemungkinan karena dengan waktu hidrolisa 1 jam hidrolisa belum sempurna

(untuk konsentrasi NaOH 1,5%. Namun dengan konsentrasi 2 jam dan 3 jam hidrolisa limbah

shaving sudah mendekati sempurna sehingga kadar krom yang diperoleh jauh lebih besar. Pada

konsentrasi NaOH 2,5% dan waktu hidrolisa 1 jam terlihat bahwa kadar krom sedikit naik yaitu dari 1 jam; 1,5;

Grafik Hasil Uji kadar Krom Berdasarkan Waktu Hidrolisa dan Konsentrasi NaOH

(9)

50,16% menjadi 68,16%, dan waktu hidrolisa 2 jam dengan konsentrasi 2,5% NaOH adalah 55,22

ppm. Pada waktu hidrolisa 3 jam dan konsentrasi NaOH 2,5% maka nilai kadar krom adalah 58,54

ppm (kaar krom sedikit naik dengan konsentrasi NaOH yang sama), Pada waktu hidrolisa 1 jam

konsentrasi NaOH 3,5% diperoleh kadar kro tinggi yaitu 1174.13, selanjutnya masi dalam

konsentrasi NaOH yang sama yaitu 3,5% waktu hidrolisa 2 jam diperoleh kadar krom yang rendah

yaitu 48,16. Selanjutnya pada konsentrasi NaOH yang sama (3,5%) dan waktu hidrokisa 3 jam,

naiklagi menjadi 59,38 ppm. Hal ini kemungkinan karena sudah terjadi hidrolisa yang sempurna

pada watu hidrolisa 1 jam dan konsentrasi NaOH 3,5%. Pada waktu hidrolisa 2 jam dengan

konsentrasi NaOH 3,5%, maka terlihat kadar krom jauh menurun yaitu nilainya 18,16 ppm. Pada

waktu hidrolisa 3 jam dan konsentrasi NaOH 3,5% maka nilai kadar krom adalah 59,38 ppm. Ini

berarti ada kenaikan kadar krom dari waktu hidolisa 2 jam, yang semula 18,16 ppm menjadi 59,38

ppm. Hal ini kemungkinan karena penambahan konsentrasi NaOH (3,5%) sehingga hidrolisa sangat

sempuna dan efektif, walaupun waktu hidrolisa hanya 1 jam.

Apabila dilihat dari waktu hidrolisa maka kadar krom dengan waktu hidrolisa 1 jam ada

kecenderungan semakin tinggi konsentrasi NaOH maka kadar krom semakin tinggi. Sedangkan

pada wakktu hidrolisa 2 jam maka semakin tinggi konsentrasi NaOH kadar krom akan semakin

turun. Untuk waktu Hidrolisa 3 jam maka terlihat bahwa pada konsentrasi 2,5% NaOH kadar krom

sedikit menurun dengan nilai 55,22 ppm, dan pada konsentrasi 3,5% kadar krom sedikit naik

dengan nilai kadar krom adalah 59,38 ppm . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada waktu

hidrolisa 1 jam dengan penambahan konsentrasi NaOH kadar krom akan naik/meningkat,waktu

hidrolisa 2 jam dengan konsentrasi NaOH, kadar krom turun dan waktu hidrolisa 3 jam dengan

kenaikan konsentrasi NaOH kadar krom juga turun.

Hasil Uji SEM/Morfologi Protein Kolagen

Hasil Uji morfologi kulit yang kami uji adalah hanya salah satu yaitu pada konsentrasi NaOH

3,5% dan waktu hidrolisa 1 jam karena pada waktu hidrolisa dan konsentrasi ini kadar protein yang

dihasilkan adalah paling tinggi. Hasil uji SEM/morfologi protein kolagen hasil hidrolisa dapat

(10)

Gambar 4. Morfologi protein kolagen

Morfologi Potein Kolagen yang bisa dimanfaatkan untuk binder Protein dengan NaOH 3,5%

dan waktu 1 jam dengan perbesaran 1000 kali dapat dilihat pada Gambar 4. Dilihat dari morfologi

dari protein kolagen tersebut maka terlihat bahwa protein ini belum tercampur sempurna (belum

homogen) sehingga masih perlu dilanjutkan penelitian nya agar protein tercampur sempurna

sehingga bila digunakan untuk binder protein akan lebih baik dan merata. Hal ini kemungkinan

karena kurang pengadukan.

KESIMPULAN

Limbah Shavings Industri Penyamakan Kulit dapat ditangani dengan Hidrolisa. Hasil

hidrolisa limbah shavings dapat ditangani dengan baik. Protein kolagen hasil hidolisa limbah

shavings dapat dimanfaatkan. Hasil uji protein kolagen yang tertinggi adalah pada konsentrasi

NaOH 3,5% dan waktu hidrolisa 1 jam. Sedangkan viskositas dari protein kolagen tertinggi adalah

pada konsentrasi NaOH 3,5% dan waktu hidrolisa 2 jam. Kadar krom terendah adalah pada

konsentrasi NaOH 2,5% dan watu hidrolisa 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Hasil Uji morfologi dari protein

kolagen menunjukkan kurang homogen.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang

telah memberi kepercayaan dan dana untuk melakukan penelitian, serta kepada semua team pokja

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Catalina, M., Attenburrow, G., Cot, J., Covington, A. D., & Antunes, A.P.M. (2008). Isolation and characterization of gelatin obtained from chrome-tanned shavings, British School of Leather Technology, The University of Northampton; Boughton Green read; Northampton, NN2 7AL, United Kingdom. Consejo Superior de investigaciones Cientificas (CSIC); C/ Jordi Girona, 18-26, Barcelona 08034, Spain

Fredrick, W. S., Kumar, V. S., & Ravichandran, S. (2013). Protein analysis of the crab haemolymph collected from the trash. International journal of pharmacy and pharmaceutical sciences,

5(4), 304-308.

Hintermeyer, H. (2008). Separation of the chromium (III) present in tanning waste water by means of precipitation, reverse osmosis and adsotion. Journal of American applied research, 38, 63-71.

Kanagaraj, J., Senthilvelan, T., Panda, R.C., & Kavitha, S. (2015). Eco-friendly Waste Management Strategies for Greener Environment towards Sustainable Development in Leather Industry: A comprehensive Review. Journal of Cleaner Production, 89(2015), 1 -17. http://dx.doi.org/10.1016/j.jclepro.2014.11.013

Katili A.S. (2009). Struktur dan Fungsi Protein kolagen, Jurnal Pelangi Ilmu, 2(5), 19 – 29.

Odbaby, A. (2011). Waste from leather to the environment. J. Technical Transaction, 98, 43-48.

Pati, A., R Chaudhary, S Subramani, 2014, A review on management of chrome-tanned leather

shavings: A holistic paradigm to combat the environmental issues, Environmental Science and Pollution Research,21(19), 11266–11282.

Sharaf, S.A.A., Gurashi.A., Gasmelseed, & Musa, A. E. (2013). Extraction of Chromium Six from Chrome Shavings, Journal of forest products & industries, 2(2), 21-26

Sutyasmi, S. (2010), Pemisahan Protein Kollagen dalam Limbah shaving Industri Penyamakan Kulit, Prosiding workshop nasional Karya Tulis Ilmiah Journal Riset Industri, 137 – 146

Tahiri, M.. & De La Guardea. (2009), Treatment and Valorization of leather industry Solid wastes, A Review. American Leather Chemists Association, 104(2), 52- 57.

(12)

Gambar

Grafik Hasil Uji Protein berdasarkan waktu Hidrolisa dan
Grafik Hasil Uji Viscositas berdasarkan Waktu Hidrolisa
Grafik Hasil Uji kadar Krom Berdasarkan Waktu
Gambar 4. Morfologi protein kolagen

Referensi

Dokumen terkait

ollrnr r€qLUrl Ol' 9r trrol wruclcLt rictL!Il !u0Lrop sDds z rd.r

ia tidak berhenti pada satu titik keberhasilan untuk kemudian menceritakannya kepada setiap orang yang ia jumpai, melainkan melupakan semua sukses pada masa lalu untuk

saudara terkasih maukah kau serahkan hak atas masa depanmu dalam tangannya, tanpa engkau pernah tahu bagaimana ia akan merancang semuanya itu, tapi hanya dengan satu

Implementasi kebijakan PIP pada jenjang SMA di Kecamatan Babakan sudah berjalan dengan baik. Unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan yang meliputi Direktorat SMA sebagai

(2002) melakukan penelitian dengan bahan stabilisator berbentuk cair (ion, polimer dan enzim) pada 3 (tiga) tipe tanah lempung (kaolinit, illite dan

1) Melakukan pengawasan umum terhadap pelaksanaan tugas Kepala SKPD, terutama pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan dituangkan dalam Daftar Isian

Baik Fascila gigantica maupun Fasciola hepatica memiliki siput dari spesies yang berbeda sebagai induk semang antaranya.. Telur berukuran lebih kurang 100 x 160 µm yang keluar

Perbandingan tingkat keakuratan yang dilakukan berdasarkan standard error dari tiap parameter yang diuji dengan metode perbedaan rataan kuadrat terkecil untuk standard