• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERAN BULLYING TERHADAP SUICIDAL IDEATION (IDE BUNUH DIRI) PADA REMAJA KORBAN BULLYING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI PERAN BULLYING TERHADAP SUICIDAL IDEATION (IDE BUNUH DIRI) PADA REMAJA KORBAN BULLYING"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERAN BULLYING TERHADAP SUICIDAL IDEATION (IDE BUNUH DIRI) PADA REMAJA KORBAN BULLYING

Oleh:

PUTRI INDAH PERMATA SARI

145120301111096

JURUSAN S1 PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil’aalamin, puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Bullying terhadap Suicidal Ideation (Ide Bunuh Diri) pada Remaja Korban Bullying” dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas akhir berupa skripsi yang bertujuan untuk mengolah dan memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat serta mampu mengembangkan keilmuan yang telah dipelajari dengan menggunakan metode ilmiah. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang.

2. Ibu Cleoputri Al Yusainy, S.Psi., M.Psi., Ph.D, selaku Ketua Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang.

3. Ibu Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

4. Ibu Dr. Sumi Lestari, S.Psi., M.Si, dan Dian Putri Permatasari, S.Psi., M.Si,

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki laporan karya ini.

5. Seluruh dosen pengajar program studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak, Mama, Atong, Candra, Pak De Samali, Lek Helmi, Uezah, Buleng, Kiki, Tachi dan seluruh keluarga tercinta yang dengan tulus memberikan semangat, doa, dan dukungan untuk penulis.

8.Teman-teman FORMAPI, UAKI, ELKAYISA, SMP Bhakti Terpadu, MAGADIR, dan khususnya untuk THE CURE yang telah memberikan saya banyak proses dan pengalaman yang luar biasa.

(5)

10.Teman-teman angkatan 2014 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi hingga selesai.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bentuk bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dalam teknik penyajian materi maupun pembahasan. Demi kesempurnaan laporan skripsi ini, maka saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 18 November 2018

(6)

PERAN BULLYING TERHADAP SUICIDAL IDEATION(IDE BUNUH DIRI) PADA REMAJA KORBAN BULLYING

Putri Indah Permata Sari 145120301111096

putriindahpermatasari915@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran bullying terhadap suicidal ideation atau ide bunuh diri pada rema korban bullying. Peneliti menggunakan teknik kuantitatif dengan menggunakan skala transadaptasi bullying MVPS (Multidimensional Peer-Victcimization Scale) dan skala SI BSS (Beck Scale for Suicidal ideation). Subjek penelitian berjumlah 96 remaja SMA/Sederajat usia 4 hingga 20 tahun korban bullying yang disebarkan secara online. Hasil penelitian diolah menggunakan program software SPSS 20. Hasil uji regresi linear sederhana diperoleh nilai F sebesar17,210 dengan signifikansi (P<0,005) artinya terdapat peran bullying terhadap suicidal ideation pada remaja korban bullying.

(7)

THE ROLE OF BULLYING TOWARD SUICIDAL IDEATION IN ADOLESCENTS VICTIM OF BULLYING

Putri Indah Permata Sari 145120301111096

putriindahpermatasari915@gmail.com

ABSTRACT

The study aims to determine the role of bullying toward suicidal ideation in adolescents victim of bullying. Researcher used quantitative techniqus with transadaptation scale the MVPS (Multidimensional Peer-Victcimization Scale) and SI BSS scale (Beck Scale for Suicidal ideation). The subjects of this study amounted to 96 high school teenagers aged 14 to 20 years old victims of bullying distributed online. The result of the study were processed using the SPSS 20. Simple linear regression test result obtained F value is 17,210 and significance value (p<0,005) which states that there is role of bullying toward suicidal ideation in adolescents victims of bullying.

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Bullying ... 13

1. Definisi Bullying ... 13

2. Korban (Victim) Bullying ... 16

3. Tipe-Tipe Bullying ... 17

B. Suicidal ideation ... 18

1. Definisi Suicidal Ideation ... 18

2. Komponen Suicidal ideation ... 19

(9)

1. Definisi Remaja ... 20

2. Batasan Usia Remaja ... 21

3. Karakteristik Remaja yang Menimbulkan Permasalahah ... 22

D. Hubungan Antar Variabel ... 23

E. Kerangka Berfikir Penelitian ... 26

F. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Identifikasi Variabel penelitian ... 28

1. Variabel Independen atau Bebas : Bullying (X) ... 29

2. Variabel Dependen atau Terikat : Suicidal Idetion (Y) ... 29

C. Definisi Operasional Variabel penelitian ... 29

1. Bullying (Variabel Bebas) ... 29

2. Suicidal ideation (Variabel terikat) ... 30

D.Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

1. Populasi Penelitian ... 30

2. Sampel Penelitian ... 30

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 32

1. Multidimensional Peer-Victimazation Scale (MVPS) ... 32

2. Beck Scale for Suicidal ideation (BSS) ... 33

F. Pengujian Alat Ukur ... 39

1.Transadaptasi ... 39

2. Diskriminasi Aitem ... 41

3. Validitas ... 43

4. Reliabilitas ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 44

1. Uji Asumsi ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Linearitas ... 45

2. Uji Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 46

1. Data Demografis Subjek Penelitian ... 46

(10)

B. Hasil Penelitian ... 51

1. Uji Asumsi ... 51

a. Hasil Uji Normalitas ... 51

b. Hasil Uji Heterokedatisitas ... 53

c. Hasil Uji Linearitas ... 54

2. Uji Hipotesis ... 54

D. Pembahasan ... 57

E. Keterbatasan Peneliti ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(11)

DAFTAR TABEL Tabel 1

Penelitian Terdahulu ... 8 Tabel 2

Blueprint MVPS dan contoh aitem yang sudah diadaptasi ... 33 Tabel 3

19 Aitem Suicidal ideationBeck Scale for Suicidal Idetion (BSS) ... 36 Tabel 4

Hasil Uji Diskriminasi Skala Bullying ... 41 Tabel 5

Hasil Uji Diskriminasi Skala Suicidal ideation ... 42 Tabel 6

Hasil Uji Validitas Tampang Skala Peneltian ... 43 Tabel 7`

Hasil Uji Reliabilitas ... 44 Tabel 8

Kharakteristik Jenis Kelamin ... 46 Tabel 9

Kharakteristik Usia ... 47 Tabel 10

Perbandingan Skor Hipotetik dan Skor Empirik ... 48 Tabel 11

Ketentuan Kategorisasi Jenjang Subjek ... 49 Tabel 12

Kategori Subjek Variabel Bullying ... 50 Tabel 13

Pengategorian BSS... 51 Tabel 14

Hasil Uji Normalitas Variabel Bullying dan Suicidal ideation ... 52 Tabel 15

Uji Linearitas ... 54 Tabel 16

(12)

Tabel 17

Nilai Pengaruh Antarvariabel ... 56 Tabel 18

(13)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1

Kerangka Berpikir Penelitian ... 26 Gambar 2

Uji Normalitas ... 52 Gambar 3

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Output SPSS Uji Reliabilitas dan Validitas ... 68 Lampiran 2

Bluprint Skala Penelitian Bullying sebelum Uji Coba ... 73 Lampiran 3

Blueprint Skala Bullying setelah Uji Coba ... 74 Lampiran 4

Blueprint Skala Suicidal ideation ... 75 Lampiran 5

Uji Normalitas Bullying ... 80 Lampiran 6

Uji Normalitas Suicidal ideation ... 81 Lampiran 7

Uji Heterokedastisitas ... 82 Lampiran 8

Uji Linearitas ... 83 Lampiran 9

Uji Regresi Linear Sederhana ... 86 Lampiran 10

Skala Form Online ... 89 Lampiran 11

Data Statistik Responden ... 112 Lampiran 12

Data Statistik Bullying ... 115 Lampiran 13

(15)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Bullying merupakan salah satu tindakan agresif yang dilakukan secara verbal maupun non verbal (Kardiana & Westa, 2015). Olweus (Rivers & Duncan, 2013) menyatakan bahwa bullying terjadi ketika seseorang tersakiti secara berulang-ulang dan perilaku tersebut dapat melukai seseorang secara fisik maupun psikologis seseorang. Mesesini (Elamé, 2013) menambahkan bullying sebagai perilaku berbahaya yang meresap sehingga menimbulkan banyak dampak-dampak yang beresiko bagi korbannya. Resiko-resiko dari perilaku bullying diantaranya yaitu dapat memicu individu mengalami kesulitan interpersonal, depresi, kesepian, kecemasan, harga diri rendah dan yang paling buruk adalah bunuh diri (UNICEF, 2017).

(16)

2

berlangsung lama dan mengakibatkan korban bullying ketika telah dewasa akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah dan kegelisahan yang tinggi.

Berbicara mengenai bunuh diri, WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa lebih dari 800.000 orang bunuh diri setiap saat di dunia (KOMPAS, 2016). WHO juga melaporkan bahwa pada tahun 2013 terdapat sekitar 840 kasus bunuh diri di Indonesia (Fenadania, 2017)., maka sekitar dua hingga tiga orang melakukan bunuh diri setiap harinya. WHO (Fenadania, 2017) juga melaporkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab kematian utama bagi usia 15-29 tahun di dunia. Sedangkan Centers for Disease Control and Prevention menyatakan bahwa pada tahun 2013 bunuh diri adalah penyebab utama kematian kedua pada usia 13-34 tahun (Centers for Disease Control and Prevention, 2015). Di Indonesia sendiri, Amarullah (Ratih & Tobing, 2016) juga menyatakan bahwa kasus bunuh diri di Indonesia yang tertinggi berada pada kelompok usia 15 hingga 24 tahun. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas kasus bunuh diri dilakukan individu pada usia remaja.

(17)

3

UNICEF (The United Nations Children's Fund is a United Nations) menyatakan bahwa bullying merupakan alasan paling besar mengapa anak-anak maupun remaja meminta bantuan kepada Child Helpline International pada tahun 2014 (UNICEF, 2017). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menyatakan bahwa mereka juga telah mendapat laporan sebanyak 117 pada awal 2017 hingga Juni kasus bullying, sedangkan kemungkinan ada ratusan korban lainnya yang tersembunyi tanpa ada laporan (Muthmainah, 2017).

(18)

4

Sebelum individu melakukan bunuh diri maka akan ada pemikiran untuk bunuh diri atau suicidal ideation (ide bunuh diri). Suicidal ideation atau ide bunuh diri merupakan istilah ketika seseorang memiliki pemikiran bahwa hidup mereka sudah tidak layak lagi, dimana pemikiran ini sering terjadi pada anak-anak muda (Pratiwi & Undarwati, 2014). Suicidal ideation atau ide bunuh diri tersebut dapat berupa hanya keinginan atau cita-cita untuk mengakhiri nyawanya dengan sengaja. Suicidal ideataion mengacu pada kondisi yang mungkin berkisar dari pemikiran yang lebih umum seperti keinginan untuk tidak pernah dilahirkan atau mati, hingga pemikiran yang lebih spesifik seperti mengembangkan rencana terperinci mengenai kapan, dimana, dan bagaimana bunuh diri terjadi atau pemikiran tentang bunuh diri (Miller, 2011).

(19)

5

menuliskan dalam bukunya jika seseorang mengkonsumsi pemikiran untuk bunuh diri atau suicidal ideation dalam jumlah waktu yang signifikan (misalnya, terjadi setiap hari atau beberapa kali per minggu), maka gejala depresi bisa terjadi kemudian berakibat melakukan bunuh diri.

Beberapa penelitian kuantitatif menemukan bahwa bullying memiliki peran terhadap ide bunuh diri atau suicidal ideation pada korbannya. Seperti hasil penelitian dari Bannink et al., (2014) dan Reed et al., (2015) yang mendapatkan bahwa korban bullying memiliki hubungan kausal dengan resiko ide bunuh diri atau suicidal ideation. Selain itu, ide bunuh diri atau suicidal ideation pada penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Pratiwi & Undarwati (2014) menyatakan bahwa terjadinya suicidal ideation dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan sosial, pertemanan, harga diri rendah, tekanan psikologis, masalah di sekolah dan lain-lain. Korban Bullying juga mengalami tekanan sosial dari teman sebaya sehingga membuat remaja merasa rendah diri, cemas, tertekan dan lain-lain (UNICEF, 2017).

(20)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peran bullying terhadap suicidal ideation atau ide bunuh diri pada remaja korban bullying?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris untuk melihat peran bullying terhadap suicidal ideation atau ide bunuh diri pada remaja yang menjadi korban bullying.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang adanya peran bullying terhadap suicidal ideation (ide bunuh diri) pada remaja.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang Tua

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi himbauan bagi orang tua, khususnya yang memiliki anak dalam usia remaja lebih dapat memantau anaknya agar terhindar dari perilaku bullying dan dampak buruk yang diakibatkannya, salah satunya adalah suicidal ideation.

b. Bagi Remaja

(21)

7

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai bullying terhadap suicidal ideation atau ide bunuh diri, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini.

(22)

8 E. Penelitian Terdahulu

Tabel 1 Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil

1 Melissa K. Holt, Alana M. Vivolo-Kantor, Joshua R. Polanin, Kristin M. Holland, Sarah DeGue, Jennifer L. Matjasko, Misty Wolfe dan Gerald Reid

Pediatrics, Vol 135, No. 2, 2014

Bullying and Suicidal ideation and Behaviors: A Meta-Analysis

(Bullying dan Ide Bunuh Diri dan Perilaku Bunuh Diri: Sebuah Meta-Analisis)

(23)

9 2

Rienke Bannink, Suzanne Broeren, Petra M. van de Looij – Jansen, Frouwkje G. de Waart, dan Hein Raa PLoS ONE, Vol 9. No.4, 2014 SMP berjumlah 3181 didapatkan bahwa korban bullying tradisional memiliki hubungan dengan resiko suicidal ideation atau ide bunuh diri, sedangkan korban

cyberbullying tidak berhubungan dengan ide bunuh diri.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, korban bullying tradisionaldan korban cyberbullying terhadap ide bunuh diri.

Perlunya program kesehatan mental bagi korban bullying.

3 Karen P.Reed, William Nugent, R. Lyle Cooper

Elsevier : Children and Youth

Services Review, Vol. 55, hal 128-137, 2015

Testing a Path Model of Relationships between Zat, Depresi, Ide Bunuh Diri,

Kuantitatif

Sampel siswa SMA berjumlah 15425 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari korban bullying tradisional dan

cyberbullying terhadap ide bunuh diri, perencanaan bunuh diri, dan upaya bunuh diri dimediasi oleh perilaku kekerasan,

penyalahgunaan zat, dan depresi. Selain itu hasil penelitian

(24)

10 dan Usaha Bunuh Diri pada

Remaja)

tingkat depresi dan perilaku bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja

laki-Jeli Pratiwi dan Anna Undarwati Jurnal Unnes : Development and Clinical Psychology, vol.3, no.1, 2014

Suicide Ideation pada Remaja di Kota Semarang

Kuantitatif dan Pertanyaan terbuka faktor penyebab

Satu per tiga dari 442 responden pernah mengalami suicidal ideation dan remaja perempuan memiliki jumlah paling banyak daripada laki-laki.

Remaja yang memiliki angka tinggi suicidal ideation terjadi pada remaja SMA/ sederajat.

Beberapa faktor yang

mempengaruhi suicide ideation pada remaja antara lain adalah tekanan psikologis, masalah di sekolah,

SAGE Journal : The Journal of

Adolescents Transitioning to High School: Sex Differences in Bullying Victimization Associated With Depressive

Kuantitatif

(25)

11 Jenis Kelamin pada Korban Bullying terkait dengan Gejala Depresi, Ide Bunuh Diri, dan Usaha Bunuh Diri)

hasil yang lebih signifikan pada bullying verbal atau sosial dan cyberbullying daripada siswa laki-laki.

Tidak daitemukan secara

signifikan bahwa ada perbedaan pada bullying secara fisik pada perbedaan jenis kelamin.

Siswa perempuan yang dilaporkan menjadi korban cyberbullying lebih cenderung melaporkan gejala depresi, suicidal ideation atau ide bunuh diri, dan usaha bunuh diri.

6

Sophie E Moore, Rosana E

Norman, Shuichi Suetani, Hannah J Thomas, Peter D Sly, and James G Scott dan Remaja : sebuah Review Sistematik dan Meta-Analisis

Kuantitatif Meta Analisis dan Kualitatif Sistematik Review

Sebanyak 317 artikel yang dinilai memenuhi syarat, 165 memenuhi kriteria inklusi yang telah

ditentukan untuk meta analisis didapatkan bahwa bukti terkuat pada hubungan kausal antara bullyingvictimization dan

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI A. BULLYING

1. Definisi Bullying

Heinemann (Schott & Søndergaard, 2014) pada tahun 1969 memperkenalkan kata mobning atau mobbning dalam bahasa Swedia atau Skandinavia yang mengacu pada kekerasan kelompok terhadap individu yang menyimpang, yang terjadi dan berhenti tiba-tiba. Olweus (Schott & Søndergaard, 2014) kemudian mendefinisikan mobning ketika satu atau lebih individu mengalami tindakan negatif dalam beberapa kesempatan dan dalam jangka waktu yang panjang oleh satu atau lebih individu. Istilah mobbning kemudian diterjemahkan oleh beberapa negara seperti dalam bahasa Italia disebut bullismo, Ijime di Jepang, lalu disebut sebagai bulllying yang kini telah menjadi istilah standar dalam bahasa Inggris. Istilah bullying kini telah menjadi topik yang menarik minat khusus di bidang penelitian ilmu sosial (Elamé, 2013).

(27)

14

atau psikologis yang berlangsung lama, yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap pihak ketiga yang tidak dapat membela dirinya sendiri. Bullying juga disebut tindakan mengintimidasi orang lain yang tindakannya bisa bersifat fisik (misalnya mendorong atau memukul), emosional (misal dengan nama panggilan negatif) dan bullying terjadi karena terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.

(28)

15

perilaku agresif dimana seseorang dengan sengaja dan berulang kali menyebabkan orang lain cedera atau ketidaknyamanan.

Definisi utama bullying sebenarnya diusulkan pertama kali oleh Olweus (Rosen, DeOrnellas, & Scott, 2017) pada tahun 1993 bahwa bullying terjadi ketika seseorang (Olweus menyebutkan korban identik dengan seorang pelajar atau siswa) disalahgunakan dan menjadi korban, sering disakiti secara berulang-ulang, yang dilaksanakan oleh satu atau lebih dari individu. Olweis (Rosen, DeOrnellas, & Scott, 2017) juga menuliskan bahwa bullying menjadi korban ketika dia terpapar, berulang-ulang dan terus-menerus, menjadi tindakan yang negatif oleh satu atau lebih orang, yang kemudian definisi tersebut menjadi standar definisi hukum bullying dalam segala literatur. Definisi Olweis dijelaskan kembali oleh Roland (Schott & Søndergaard, 2014) bahwa di dalam bullying tersebut terdapat penekanan pada tindakan berulang-ulang, pada kenyataan bahwa satu orang sengaja menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan pada orang lain, baik secara verbal (ancaman, pelanggaran, ejekan) maupun fisik (pemukulan, dorongan dan penyiksaan).

(29)

16

2. Korban (Victim) Bullying

(30)

17

3.Tipe-Tipe Bullying

Mynard dan Joseph (Olubunmi, 2015) pada tahun 2000 menyebutkan empat tipe yang mengarahkan kepada tindakan bullying.

a. Physical Victimization

Bullying fisik merupakan tindakan yang dapat menyakiti korbannya secara nyata atau terlihat (Pegis, 2013). Bullying secara fisik merupakan bullying yang terjadi melibatkan ketika seseorang mendorong, memukul, menendang, meludah, membuat korban tersandung, dan banyak lagi yang dapat melukai korbannya secara fisik (Pardew 2015). Pegis (2013) menyatakan bahwa pelaku menggunakan kekuatan fisik untuk membulli korban mereka.

b. Verbal Victimization

Bullying verbal tidak melukai secara nyata namun dapat melukai seserang secara tidak langsung. Bullying verbal dapat berupa menjuluki nama seseorang, mengejek penampilan seseorang atau karena suatu alasan lainnya, dan lain-lain.

c. Social Manipulation

Maynard dan Joseph (2000) mendeskripsikan social manipulation sebagai tindakan yang bertujuan memanipulasi lingkungan sosial orang lain untuk menyakiti. Bullying secara sosial dapat berupa desas desus agar seseorang memiliki masalah dengan teman-temannya atau lingkungannya maupun menghindari korbannya.

(31)

18

Tipe terakhir terjadi ketika seseorang merusak, mencuri, maupun meminjam tanpa ijin barang korbannya.

B.SUICIDAL IDEATION 1. Definisi Suicidal ideation

WHO (O’Connor & Pirkis, 2016) mendefinisikan suicide atau bunuh diri sebagai tindakan membunuh dirinya sendiri dengan sengaja. Sebelum melakukan tindakan bunuh diri atau mengakhiri nyawa sendiri, maka sebelumnya akan ada pemikiran, keinginan, cita-cita atau gagasan untuk bunuh diri yang disebut suicidal ideation atau ide bunuh diri. Beck (Aulia, 2016) pada tahun 1979 mendefinisikan suicidal ideation atau ide bunuh diri sebagai bagian dari perilaku bunuh diri. Wenzel dan Beck (Valentina & Helmi, 2016) menyatakan bahwa suicidal ideation atau ide bunuh diri muncul dari kombinasi antara kondisi ketidakberdayaan yang terjadi saat ini dan bias dalam memproses tanda-tanda yang mengacu pada bunuh diri. WHO (Klonsky, et.al, 2016) juga menyatakan bahwa suicidal ideation atau ide bunuh diri menjadi prediktor kuat atas kematian akibat bunuh diri yang dapat mengakibatkan konsekuensi negatif seperti cedera, rawat inap, hilangnya kebebasan, dan kerugian secara material di masyarakat.

(32)

19

pemikiran sekilas sampai ke rencana nyata dan matang untuk membunuh diri sendiri, atau keasyikan yang lengkap dengan penghancuran diri sendiri serta pikiran tersebut tidak jarang terjadi dikalangan anak muda. Captain (Dewi & Hamidah, 2013) menyatakan suicidal ideation atau ide bunuh diri merupakan proses kontemplasi dari konsep bunuh diri atau sebuah proses yang dilalui tanpa melakukan aksi atau tindakan, dimana seseorang tidak akan mengungkapkan pikirannya untuk bunuh diri apabila tidak ditekan.

Peneliti menyimpulkan bahwa suicidal ideation merupakan situasi dimana seseorang merasakan pemikiran, keinginan, cita-cita atau ide untuk melakukan bunuh diri karena merasa hidupnya sudah tidak layak lagi.

2. Komponen Suicidal ideation atau Ide Bunuh Diri

Beck (Holden & DeLisle, 2005; Dewi & Hamidah, 2013; Wenzel, 2017) sebagai salah satu tokoh yang membuat alat ukur suicidal ideation pada tahun 1979 yang kemudian membuat alat ukur suicidal ideation dengan lima komponen bernama BSS (Beck Scale For Suicidal ideation) yang direvisi pada tahun 1991 dan 1993 menjadi buku manual BSS. Berikut lima komponen suicidal ideation :

a. Intensity

Intensitas suicidal ideation terdiri dari durasi dan frekuensi individu ketika mengalami suicidal ideation. Intensitas tersebut dapat jarang terjadi, sering maupun terus-menerus atau kronis.

(33)

20

Ide bunuh diri aktif yang melibatkan keinginan yang ada untuk mati disertai dengan rencana yang spesifik dan niat untuk melakukannya.

c. Passive suicidal desire Suicidal ideation

Ide bunuh diri pasif yang melibatkan keinginan untuk mati, namun tanpa rencana khusus untuk melakukan kematian. Pemikiran pasif misalnya berharap saat tertidur tidak bangun kembali (Wenzel, 2017)

d. Planning atau preparation

Persiapan, rencana atau metode yang dilakukan apakah sudah spesifik atau belum. Contoh dari planning atau preparation adalah catatan sebelum kematian atau bunuh diri.

e. Concealment

Concealment melibatkan tentang penghindaran perilaku bunuh diri dan pemikirannya tentang orang lain atas apa yang akan dia lakukan (bunuh diri).

C. REMAJA

1. Definisi Remaja

(34)

21

Santrock (2013) menjelaskan bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan dimana individu mengalami masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan psikososial. Papalia (Fiorentika, Santoso, & Simon, 2016) mendefinisikan remaja merupakan masa dalam fase peralihan individu dari masa anak-anak hingga dewasa yang mengalami pertumbuhan cepat, secara fisik, psikis dan sosial.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan individu dalam masa transisi antara anak-anak menuju dewasa dengan berbagai dinamika atau perubahan-perubahan fisik, kognitif maupun sosioemosional.

2. Batasan Usia Remaja

(35)

18-22

21 sebab mereka masih dalam peralihan menuju ke tahap dewasa. Usia remaja menurut World Health Organization yaitu antara usia 10 hingga 19 tahun (WHO, 2018). Stanley Hall (Santrock, 2013) menyatakan bahwa usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.

Kementerian Kesehatan RI menetapkan bahwa remaja merupakan penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) menyebutkan bahwa remaja merupakan penduduk yang belum menikah (KEMENKES, 2015). Perbedaan usia-usia dari beberapa tokoh atau teori dapat dikarenakan oleh perbedaan subjek dan variabel yang mempengaruhi perkembangan seperti latar budaya, keadaan ekonomi, sosial, dan lain-lain (Thalib, 2010). Berdasarkan pernjelasan dari tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa batasan usia dapat dibagi menjadi tiga yaitu remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir.

3. Karakteristik Remaja yang Menimbulkan Permasalahan

Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik-karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan :

a. Kekakuan dalam gerakan dan kecanggungan dalam pergaulan b. Adanya ketidak stabilan emosi

c. Perasaan yang kosong akibat perombakan pada pandangan hidup dan petunjuk hidup

(36)

23

e. Adanya kegelisahan karena banyak hal yang diinginkan namun banyak hal yang tak terpenuhi

f. Senang melakukan berbagai eksperimen g. Senang melakukan eksplorasi

h. Mempunyai banyak fantasi, khalayan, ataupun bualan

i. Adanya kecendrungan membentuk kelompok serta kegiatan berkelompok.

Berdasarkan penjelasan dari tokoh-tokoh di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri khas dan karakteristik remaja meliputi perubahan, permasalahan, hubungan, imajinasi dan emosional.

D. Hubungan Antar Variabel

(37)

24

di antara orang muda, maka 4.400 orang mengakhiri hidup sendiri dengan sengaja setiap tahun (Perdew, 2015). Bunuh diri dievaluasi pada sebagai kontinum mematikan berdasarkan potensi kematian yang ditimbulkan sendiri dan semua kasus luka berbahaya yang berpotensi berbahaya harus dianggap sebagai upaya bunuh diri, terlepas dari penjelasan korban atas tindakan tersebut (Rigby, 2012). Miller (2011) menyatakan meskipun pemuda yang mencoba bunuh diri namun tidak meninggal karenanya kemungkinan masih mengalami luka parah akibatnya seperti kerusakan otak, patah tulang, atau kegagalan organ.

Sebelum korban bullying melakukan tindakan mengakhiri nyawanya, maka korban bullying akan memiliki pemikiran, gagasan, keinginan, cita-cita atau ide untuk bunuh diri yang disebut suicidal ideation. Suicidal ideation terjadi pada awal rangkaian perilaku bunuh diri. Suicidal ideation mengacu pada kognisi yang mungkin berkisar dari pemikiran yang lebih umum seperti keinginan untuk tidak pernah dilahirkan atau mati, hingga pemikiran yang lebih spesifik seperti mengembangkan rencana terperinci mengenai kapan, di mana, dan bagaimana bunuh diri terjadi atau pemikiran tentang bunuh diri (Miller, 2011).

(38)

25

kematian yang diidamkan seseorang sama saja dengan menanggung rasa sakit yang luar biasa dan bertahan hidup kemudian memutuskan untuk bunuh diri adalah hasil dari menggabungkan rasa sakit dengan rasa malu seperti ejekan publik dan penghinaan pribadi, dan seringkali perasaan bersalah dan marah yang berlebihan. Studi melaporkan bahwa semakin sering siswa terlibat dalam bullying, kemungkinan besar siswa tersebut dilaporkan mengalami depresi, memiliki ide bunuh diri, atau telah mencoba bunuh diri (Rosen, DeOrnellas, & Scott, 2017)

Helen Mynard dan Stephen Joseph (2000) mengidentifikasi korban bullying melalui empat dimensi yaitu physical victimization atau bullying secara fisik, verbal victimization atau secara verbal, social manipulation atau secara sosial dan attacks on property atau merugikan korban secara material. Empat dimensi Mynard & Joseph bersifat multidimensional yang saling berhubungan. Klonsky, May, & Saffer (2016) menyatakan bahwa langkah pertama seseorang menuju pemikiran atau suicidal ideation adalah dimulai dengan rasa sakit fisik maupun psikologis atau emosional. Barzilay et.al., (2017) menyatakan bahwa remaja yang menjadi korban bullying secara fisik, verbal, maupun relational atau sosial berhubungan dengan suicidal ideation. Attack property bullying meliputi meminjan tanpa sepengetahuan korban atau merusak barang korban, dimana hal tersebut pasti membuat korban tersebut merasa dirugikan dan kesal, secara tidak langsung itu dapat menyakiti perasaannya secara psikologis.

(39)

26

terhadap suicidal ideation. Hay & Meldrum (2010) juga menemukan dalam penelitian study longitudinal bahwa ada asosiasi kausal antara bullying, self harm dan suicidal ideation (Rivers & Duncan, 2013). Meskipun hubungan antara bullying dan suicidal ideation tidaklah sederhana seperti yang nyatakan oleh Goldblum, Espelage, Chu, & Bongar (Rivers & Duncan, 2013) dalam bukunya, karena kita harus menyadari bahwa bullying hanyalah satu faktor risiko potensial dalam konstelasi risiko dan risiko lainnya. Selain bullying, remaja yang berpikir untuk bunuh diri juga dapat diakibatkan oleh perilaku dan emosional lainnya, seperti menunjukkan perilaku impulsif atau agresif, bersikap agresif, dan menggunakan alkohol maupun obat-obat-obatan, namun peneliti meyakini bahwa terdapat hubungan kausal antara bullying dan suicidal ideation.

E. Kerangka Berpikir Penelitian.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Remaja yang merupakan periode bermasalah seperti yang dinyatakan oleh Gunarsa (2014) bahwa remaja memiliki kekakuan dalam gerakan dan kecanggungan dalam pergaulan, adanya ketidak stabilan emosi perasaan yang kosong akibat perombakan pada pandangan hidup atau petunjuk hidup, serta

Remaja

(40)

27

adanya kegelisahan karena banyak hal yang diinginkan namun banyak hal yang

tak terpenuhi. Salah satu hasil dari permasalahan remaja yang sering terjadi yaitu bullying. Bullying terjadi ketika seorang individu atau kelompok menyakiti individu secara verbal, fisik, sosial maupun merugikan barang-barang korbannya. Bullying dapat melukai seseorang secara fisik maupun psikologis dimana menurut Mazur (Klonsky, May, & Saffer, 2016) bahwa berbagai sumber sakit dapat menurunkan semangat untuk hidup seseorang dan Malikow (2009) menyatakan bahwa semakin seseorang mendekati kematian untuk bunuh diri maka rasa sakit itu akan berkurang. Sebelum melakukan bunuh diri makan akan ada pemikiran untuk bunuh diri atau suicidal ideation (ide bunuh diri). Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari seberapa besar peran bullying terhadap suicidal ideation pada remaja.

F. Hipotesis Penelitian

H0: Tidak terdapat peran bullying terhadap suicidal ideation pada remaja korban

bullying.

Ha: Terdapat peran bullying terhadap suicidal ideation pada remaja korban

(41)
(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan metode ilmiah atau scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit atau empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis dimana data penelitian berupa angka-angka dan analisis yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan pengumpulan data menggunakan instrument penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Hayati, 2015). Penelitian korelasional digunakan untuk menguji seberapa besar variasi pada satu variabel dengan variabel lainnya pada koefisien korelasi. Pendekatan koresional dapat memberikan informasi mengenai taraf suatu hubungan antar variabel (Reza, 2013).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

(43)

29

1. Variabel Independen atau Bebas : Bullying (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang dalam suatu hipotesis penelitian secara teoritis diposisikan sebagai sesuatu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi dari variabel terikat (Imran, 2012). Variabel bebas dari penelitian ini adalah bullying yang merupakan variabel yang mempengaruhi.

2. Variabel Dependen atau Terikat : Suicidal ideation/Ide Bunuh Diri (Y) Variabel terikat merupakan variabel yang dalam suatu hipotesis penelitian secara teoritis diposisikan sebagai sesuatu faktor yang dipengaruhi oleh kondisi dari suatu faktor atau variabel bebas (Imran, 2012). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Suicidal ideation atau ide bunuh diri yang terpengaruh.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Nazir (2014) menyatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Berikut definisi operasional dari kedua variabel yang akan diuji dalam penelitian ini :

1. Bullying (Variabel Bebas)

(44)

30

2. Suicidal ideation (Variabel Terikat)

Suicidal ideation atau ide bunuh diri merupakan suatu pemikiran, gagasan, maupun cita-cita yang aktif maupun pasif, serta perencanaan untuk melakukan tindakan bunuh diri yang tingkat keparahannya dapat diukur dengan Beck Suicidal ideation Scale (BSS).

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Arikunto (Yamin, 2016) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang dijadikan sebagai bahan untuk diteliti permasalahannya dalam ruang lingkup penelitian yang dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki kriteria yang sedang menempuh bangku SMA sederajat dan saat ini sedang menjadi korban bullying. Pemilihan siswa sekolah dikarenakan perilaku bullying sering terjadi di sekolah (UNICEF, 2017) dan siswa SMA memiliki resiko suicidal idetion lebih tinggi daripada usia remaja lainnya (Pratiwi & Undarwati, 2014).

2. Sampel Penelitian

(45)

31

Berdasarkan jumlah populasi yang tidak diketahui maka sampel penelitian ini didapatkan dengan menggunakan rumus Lemeshow berikut :

𝑛 =

p(1 − p)(𝑍

1−𝑎/2

)

2

𝐷

2

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan Z = Tingkat kepercayaan

p = Maximal Estimation (0,5) D = Limit dari eror (5-10%)

Melalui rumus di atas, peneliti menentukan jumlah sampel dengan data di bawah ini :

Z = 95% atau 1,96 p = 0,5

D = 10% atau 0,10

Perhitungannya sebagai berikut :

𝑛 = 0,5(1 −(0,10)0,5)(1,96)2 2

𝑛 = 96,04

(46)

32

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data atau instrumen penelitian ini menggunakan skala psikologi yang disebarkan secara online melalui media sosial atau internet. Peneliti menggunakan dua skala yang ditransadaptasi dari kedua variabel sebagai berikut :

1. Multidimensional Peer-Victimazation Scale (MVPS)

(47)

33

MVPS merupakan skala untuk mengukur bullying dengan empat dimensi dari Mynard dan Joseph (Olubunmi, 2015) yang memiliki 16 aitem. Peneliti menggunakan MVPS yang ditransdaptasi. 16 aitem favorabel berupa pernyataan yang memiliki tiga respon jawaban atau skala Likert, yaitu skor “0” = noneatau tidak pernah atau tidak ada, “1” = onceatau pernah sekali, dan “2” = lebih dari satu kali atau sering. Selain memberikan skala, peneliti juga menggunakan memberikan pertanyaan terbuka yang berisi pertanyaan apakah subjek juga pernah menjadi pelaku bullying sebagai analisis tambahan.

Tabel 2 Blueprint MVPS dan contoh aitem yang sudah diadaptasi Variabel Dimensi Jumlah

Aitem

2. Beck Scale for Suicidal ideation (BSS)

(48)

34

2016). Skala Beck dengan 19 terdiri dari lima komponen atau dimensi dari revisi terbaru pada tahun 1993 yaitu intensity, active suicidal desire, passive suicidal desire, planning atau preparation, dan concealment (Holden & DeLisle, 2005; Dewi & Hamidah, 2013). Alat ukur BSS menunjukkan reliabilitas antara .90 sampai .91 (Zozulya, 2016) dan validitas yang kuat sebagai ukuran ide bunuh diri (Rogers, et al., 2016), maka dari itu peneliti akan mengukur suicidal ideation dengan mengadaptasi skala Beck 19 aitem.

a. Aitem dan Adminitratif BSS

19 aitem BSS memeriksa atau untuk mengetahui seberapa besar keinginan individu untuk mati, alasan untuk tetap hidup, dan niat atau rencana bunuh diri (Watson-Singleton, Walker, LoParo, Mack, & Kaslow2, 2017). Setiap aitem dari BSS memiliki skor 0-2 dan 19 aitem tersebut dibagi kedalam dua bagian (Rogers, et al., 2016; Lohmann, Mößle, & Brähler, 2017; Orden & Cross, 2017). Dua bagian aitem BSS sebagai berikut :

1) Aitem Screener

(49)

35

Kaslow, 2017), apabila kelima aitem tersebut diisi dengan jumlah skor

“0” maka subjek akan melanjutkan ke aitem nomor 20 dan nomor 21

tanpa mengisi aitem enam hingga aitem 19. Skor “0” pada aitem screener

berarti subjek tidak menunjukkan adanya pemikiran untuk bunuh diri yang aktif dan menunjukkan bahwa subjek melakukan penghindaran kematian jika berada dalam situasi yang mengancam hidupnya (Rogers, et al., 2016), maka subjek tidak perlu melanjutkan kembali ke aitem selanjutnya. Aitem 20 dan 21 akan membahas frekuensi dan intensitas usaha bunuh diri yang sudah dilakukan sebelumnya atau percobaan bunuh diri (Rogers, et al., 2016; Lohmann, Mößle, & Brähler, 2017) dan kedua aitem tidak menjadi bagian dari total skor BSS (Rogers, et al., 2016) namun peneliti akan melaporkan berapa banyak subjek yang mengisi aitem 20 dan 21 tersebut sebagai informasi tambahan bahwa korban bullying telah melakukan percobaan bunuh diri pada bab pembahasan.

2) Aitem Total

(50)

36

(King, Kivisalu, Phillips, & O’Toole, 2014), mendeteksi intensitas sikap,

rencana, dan perilaku individu saat ini terhadap bunuh diri ( Rogers, et al., 2016; D'Agata & Holden, 2017). Berbeda dengan aitem bagian pertama yang hanya mengukur apakah terdapat pemikiran untuk bunuh diri, aitem selanjutnya yaitu aitem enam hingga 19 dapat membantu dalam eksplorasi keparahan pikiran yang lebih luas (Lohmann, Mößle, & Brähler, 2017).

Aitem satu hingga 19 digunakan untuk mengukur tingkat keparahan suicidal ideation yang dilihat dari jumlah skor yang didapatkan subjek (Rogers, et al., 2016). Tingkat keparahan suicidal ideation berkisar antara

angka skor “0-38” (Li, et al., 2017). Jumlah skor “0-8” merupakan skor

rendah, skor “9-20” masuk kedalam kategori skor ringan atau sedang,

dan lebih dari “20” merupakan skor paling tinggi atau terparah.

Tabel 3 19 item Suicidal ideation Beck Scale for Suicidal ideation atau BSS (Beck & Steer 1979; Zozulya, 2016; Lohmann, Mößle, & Brähler, 2017), Blueprint dan contoh Reasons for living or dying 0. For living outweigth for dying 1. About equal

(51)

37

Desire to make active suicide attempt 0. None

Intensity Duration of suicidal thoughts 0. Brief, fleeting periods 1. Longer periods

2. Continuous (chronic) or almost continuous

6, 7, 9, 15 0. Has sense of control 1. Unsure of Control

0. Would take precautions to save life 1. Would leave life/death to chance 2. Would avoid steps necessary to save or maintain life

5, 11, 13, 14

Reasons for attempt

0. To manipulate the environment; get attention, revenge

1. Combination of 0 and 2

2. Escape, surcease, solve problems

Availability or opportunity

0. Method not available; no opportunity

1. Method would take time/effort; opportunity not readily

(52)

38

2a. Method and opportunity available

2b. Future opportunity or availability of method anticipated

Capability to carry out attempt

0. No courage, too weak, afraid, incompetent 1. Unsure of courage, competence

2. Sure of competence, courage

Planning Specificity of planning

0. Not Consideret

1. Cinsideret, but details not worked out 2. Detail worked out/ well formulated

12, 16, 17, 18

Extent of actual preparation 0. None

1. Partial (e.g., starting to collect pills) 2. Complete (e.g., had pills, loaded gun)

Suicide note 0. None

1. Started but not completed; only thought about 2. Completed

Final acts 0. None

1. Thought about or made some arrangements 2. Made definite plans or completed

arrangements

Concealment Deception and concealment 0. Revealed ideas openly 1. Held back on revealing

2. Attempted to deceive, conceal, lie

19, 10

Deterrents to attempt

0. Would not attempt because of a deterrent 1. Some concern about deterrents

(53)

39

F. Pengujian Alat Ukur 1. Transadaptasi

Peneliti melakukan transadaptasi bertujuan untuk mengubah bahasa asli skala MVPS dan BSS yang merupakan bahasa native menjadi bahasa Indonesia yang dapat dipahami oleh subjek yaitu remaja SMA. Tahap awal transadaptasi yaitu melakukan penerjemahan kemudian melakukan adaptasi skala yang disesuaikan (Yasir, 2016). Yasir (2016) menjelaskan bahwa adaptasi dilakukan dengan tujuan untuk memastikan adanya kesetaraan semantik (makna), idiomatik (bahasa sehari-hari), dan kesetaraan eksperiensial (kualitas).

Proses transadaptasi memiliki tahapan menurut Beaton, et al. (2000) sebagai berikut:

a. Tahap 1 : Penerjemahan Awal

(54)

40

sastra Inggris dimana P1 tersebut tidak memahami tentang konstruk yang akan diukur. P2 merupakan penerjemahan yang memiliki gelar sarjana psikologi yang dapat menerjemahkan bahasa Inggris dan memahami konstruk penelitian.

b. Tahap 2 : Sintesis Terjemahan

Setelah kedua penerjemah memberikan laporan terjemahan kepada peneliti kemudian peneliti menggabungkan dan menghasilkan satu terjemahan dari keduanya yang selanjutkan peneliti identifikasi sebagai P3 (Hasil penggabungan terjemahan dari P1 dan P2).

c. Tahap 3 : Penerjemahan Kembali

Tahap ketiga, peneliti menerjemahkan kembali hasil terjemahan P3 meenjadi bahasa asli skala (bahasa Inggris) yang selanjutnya peneliti identifikasi sebagai P4.

d. Tahap 4 : Komite Ahli

(55)

41

e. Tahap 5 : Pengujian Versi Prefinal

Tahap kelima atau tahap terakhir transdaptasi yaitu melaksanakan pretest atau pengujian lapangan. Tahap ini, peneliti melakukan try out atau uji coba kepada subjek yang akan diukur sebanyak 30 subjek yang merupakan siswa SMA yang saat ini menjadi korban bullying dimana skala tersebar secara online. Uji coba dilakukan untuk menguji apakah bahasa skala dapat dipahami oleh subjek dan juga untuk mengetahui validitas dan reliabilitas skala MVPS dan BSS.

2. Diskriminasi Aitem

Uji daya diskriminasi aitem atau uji daya beda aitem dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aitem-aitem skala mampu membedakan antara individu maupun kelompok yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012). Daya diskriminasi diuji dengan menghitung koefisien korelasi skor aitem dengan skor total pada skala yang menghasilkan koefisien korelasi aitem-total (rix) dengan batasan rix ≥0,030(Azwar, 2012). Aitem –

aitem yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 akan dieliminasi atau

digugurkan dalam skala penelitian.

(56)

42 gugur atau dieliminasi. Sebelumnya skala bullying berjumlah 16 aitem menjadi 11 aitem yang lolos untuk penelitian selanjutnya.

Tabel 5 Hasil Uji Diskrimasi Skala Suicidal ideation

(57)

43

Berdasarkan tabel 5 di atas, seluruh aitem suicidal ideation lolos uji diskriminasi dan dapat dilajutkan ke penelitian.

3. Uji Validitas

Setelah melakukan uji diskriminasi aitem, maka aitem-aitem harus sudah melakukan uji validitas untuk mengetahui apakah skala dapat menghasilkan data yang akurat dan dapat diukur dalam penelitian (Azwar, 2012). Penelitian ini menggunakan uji validitas isi yang terdiri dari dua bagian yaitu validitas tampang dan validitas logik.

a. Validitas Tampang

Validitas tampang merupakan validitas yang didasarkan atas penilaian kesesuaian konteks aitem sesuai dengan tujuan penelitian (Azwar, 2012).

Tabel 6 Hasil Uji Validitas Tampang Skala Penelitian

No. Kategori Baik Kurang Tidak Baik

(58)

44

4. Reliabilitas

Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah skala yang digunakan reliabel atau tidak. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Croanbach’s Alpha > 0,60 (Sarjono & Julianita, 2013). Peneliti menggunakan uji validitas dan realibitas menggunakan aplikasi SPSS 20.

Tabel 7 Hasil Uji Reliabilitas

Skala Koefisien (rxx’) Keterangan

MVPS (bullying) 0,83 Reliabel

BSS (Suicidal ideation) 0,92 Reliabel

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa kedua skala reliabel.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka akan dilakukan analisis data. Analisis data penelitian ini menggunakan program software SPSS 20. dengan analisis regresi linear sederhana untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

(59)

45

b. Uji Linearitas

Nurgiyantoro (Nugroho & Kartowagiran, 2017) menyatakan bahwa (Uji linearitas digunakan untuk mengetahui bahwa hubungan antara variabel X dan variabel Y memiliki hubungan linear atau tidak secara signifikan. Variabel dikatakan linier jika memiliki signifikansi p< 0,05.

2. Uji Hipotesis

(60)
(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

1. Data Demografis Subjek Penelitian

Jumlah subjek atau responden dalam penelitian ini sebanyak 96 remaja. Subjek merupakan pelajar SMA/sederajat yang menyebar di seluruh Provinsi yang saat ini sedang menjadi korban bullying di sekolah. Subjek penelitian terdiri dari remaja yang berusia 14 hingga 20 tahun. Seluruh subjek diukur apakah subjek mengalami suicidal ideation atau tidak. Karakteristik responden atau 96 subjek dalam penelitian meliputi jenis kelamin, usia, kelas, masa menjadi korban bullying dan asal kota yang dikelompokkan menjadi provinsi, data dapat terangkum sebagai berikut :

Tabel 8 Kharakteristik Jenis Kelamin

Nomor Kharakteristik Jumlah Persentase

1 Jenis Kelamin

Laki-Laki 35 36,46%

Perempuan 61 63,54%

Total 96 100,00%

(62)

47

Tabel 9 Kharakteristik Usia

No Kharakteristik Jumlah Persentase Usia

1 14 2 2,08%

2 15 4 4,17%

3 16 25 26,04%

4 17 41 42,71%

5 18 20 20,83%

6 19 3 3,13%

7 20 1 1,04%

Total 96 100,00%

Berdasarkan data yang peneliti peroleh, usia yang masuk ke dalam penelitian dimulai dari usia 14 dan yang paling tinggi adalah usia 20 tahun. Usia subjek yang memiliki jumlah paling besar adalah usia 17 tahun yaitu sejumlah 41 subjek. Pengambilan data dilakukan sebelum kegiatan penerimaan siswa baru dimulai, para siswa SMA kelas XII (Kelas 12/Tiga SMA/Sederajat) yang baru lulus juga dihitung dalam penelitian ini. Kelas yang memiliki jumlah terbanyak yaitu kelas tiga atau kelas XII dengan jumlah sebanyak 43 siswa.

(63)

48

2. Skor Hipotetik dan Skor Empirik

Penelitian ini melakukan perhitungan skor hipotetik dan skor empirik pada masing-masing variabel. Perhitungan skor hipotetik dilakukan dengan manual sedangkan skor empirik dihitung dengan menggunakan SPSS 20. Berikut rincian perhitungan manual skor hipotetik :

Skor Minimun : Skor minimun x Jumlah Aitem Skor Maksimum : Skor maksimum x Jumlah Aitem

Mean : Skor Minimum+Skor Maksimum

2

Standar Deviasasi :Skor Maksimum+Skor Minimum

6

Tabel 10 Perbandingan Skor Hipotetik dan Skor Empirik

Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Bullying (X) Skor minimum 0 4

Skor maksimum 22 22

Mean 11 15,80

SD 3,6 5,43

Suicidal ideation (Y) Skor minimum 0 0

Skor maksimum 38 32

Mean 19 10,71

SD 6,33 7,59

(64)

49

Variabel Suicidal ideation berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa variabel Suicidal ideation memiliki rata-rata hipotetik 19 dengan rata-rata empirik sebesar 10,71. Standar deviasi suicidal ideation memiliki nilai hipotetik sebesar 6,33 dan empirik 7,59. Nilai minimum hipotetik pada variabel Suicidal ideation sebesar 0 dan empirik sebesar 0 sedangkan nilai maksimum suicidal ideation hipotetik sebesar 38 dan empirik sebesar 32.

Setelah dilakukan perhitungan hipotetik dan empirik pada variabel bullying dan variabel suicidal ideation, maka selanjutnya dilakukan kategorisasi atau menentukan norma berdasarkan jenjang nilai masing-masing subjek dengan menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) :

Tabel 11 Ketentuan Kategorisasi Jenjang Subjek Daerah Keputusan Kategori

X < ( µ - б ) Rendah (µ - б) ≤ X < ( µ + б ) Sedang ( µ + б ) ≤ X Tinggi

Keterangan : X : Skor Subjek

Skor subjek didapatkan dari total skor yang didapatkan oleh subjek pada tiap skala atau variabel.

µ : Mean

Diketahui bahwa mean hipotetik dari bullying sebesar 11 dan mean hipotetik dari suicidal ideation adalah 19.

(65)

50

Diketahui bahwa standar deviasi hipotetik dari variabel bullying sebesar 3,6 dibulatkan menjadi 4 (empat) dan standar deviasi hipotetik suicidal ideation sebesar 6,33 dibulatkan menjadi 6 (enam).

Setelah mengetahui rumusan pengkategorian dari jenjang skor subjek, maka peneliti mendapatkan norma sebagai berikut :

Tabel 12 Kategori Subjek Variabel Bullying

Variabel Daerah Keputusan Kategori Jumlah Subjek Persentase

Bullying X< 7 Rendah 13 13,54%

7≤ X< 15 Sedang 64 66,67%

15≤X Tinggi 19 19,79%

Total 96 100,00%

Berdasarkan tabel 12 di atas, didapatkan bahwa pada variabel bullying yang memiliki jumlah 96 subjek, terdapat 13 (13,54%) subjek yang berada pada kategori rendah, sebanyak 64 (66,67%) subjek masuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 19 (19,79%) subjek masuk kedalam kategori tinggi. Disimpulkan bahwa subjek paling banyak merupakan korban bullying dalam kategori sedang yaitu 66,67% .

Skala suicidal ideation dari Beck (BSS) mengukur tingkat keparahan suicidal ideation berkisar antara angka skor “0-38” (Li, et al., 2017). Beck membagi pengkategorian jika jumlah skor “0-8” merupakan skor rendah, skor “9-20” masuk kedalam kategori skor sedang, dan lebih dari “20” merupakan

(66)

51

Tabel 13 Pengkategorian BSS

Variabel Skor Kategori Jumlah

Subjek Persentase SI (Y) "0-8" Rendah 40 41,67%

"9-20" Ringan/sedang 44 45,83% >20 Tinggi/parah 12 12,50%

Total 96 100,00%

Berdasarkan tabel 13 diatas didapatkan bahwa sebanyak 40 (42,10%) subjek mengalami suicidal ideation rendah dimana belum memiliki ide bunuh diri (0) dan skor 1-8 merupakan subjek yang tingkatannya masih memiliki suicidal ideation pada tahap awal, sebanyak 44 (45,26%) subjek mengalami suicidal ideation sedang dimana subjek masuk dalam tingkatan medium atau hampir ke tingkat parah dan hanya sebanyak 12 (12,63%) subjek mengalami suicidal ideation yang tinggi atau parah.

B. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Uji asumsi dalam peelitian ini meliputi uji normalitas data, uji linearitas dan uji heterohedastisitas.

a. Uji Normalitas

(67)

52

Tabel 14 Hasil Uji Normalitas Variabel Bullying dan Suicidal ideation Bullying Suicidal ideation

Sig. 0,342 0,582

Berdasarkan tabel 14, didapatkan bahwa nilai signifikan variabel bullying yaitu sebesar 0,342 dan variabel suicidal ideation sebesar 0,582. Jika angka signifikansi uji > 0,05 maka data berdistribusi normal, kedua variabel memiliki nilai signifikansi > 0,05 yang berarti kedua data dari variabel memiliki distribusi yang normal.

Hasil uji normalitas variabel juga dapat dilihat pada pola penyebaran menggunakan plot di bawah ini :

Gambar 2

Plot Uji Normalitas

(68)

53

b. Hasil Uji Heterokedisitas

Uji heterokedisitas digunakan untuk mengetahui bahwa varians semua variabel sama, dimana model regresi yang baik adalah terjadi homokedastisitas. Pengujian heterokedisitas menggunakan scatterplot di bawah ini :

Gambar 3 Uji Heterokedatisitas

(69)

54

diambil adalah bahwa data tidak mengalami heterokedatisitas dan bersifat homokedatisitas.

c. Hasil Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan utuk mengetahui bahwa data sesuai dengan garis liner atau tidak (Sarjono & Julianita, 2013). Hubungan antarvariabel yang mengikuti garis lurus merupakan bukti bahwa peningkatan maupun penurunan kuantitas variabel bullying akan diikuti secara linear oleh variabel suicidal ideation.

Tabel 15 Uji Linearitas

F Sig.

Y * X

Between Groups

(Combined) 1,668 ,052

Linearity 17,080 ,000

Deviation from Linearity ,968 ,513 Within Groups

Total

Berdasarkan tabel 15 di atas, nilai signifikansi Deviation from Linearity sebesar 0,513. Pengambilan keputusan pada uji linearitas adalah jika Sig. > 0,05 maka hubungan antara variabel adalah linear. Nilai signifikasi antar variabel adalah 0,513 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel bullying dan variabel suicidal ideation adalah linear.

2. Uji Hipotesis

(70)

55

teknik regresi linier sederhana untuk mendapatkan nilai regresi antara variabel bullying dan suicidal ideation. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H0: Tidak terdapat pengaruh bullying terhadap suicidal ideation pada

remaja.

Ha: Terdapat terdapat pengaruh bullying terhadap suicidal ideation pada

remaja.

Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada atau sama dengan nilai

Hasil uji regresi linear sederhana menggunakan SPSS 20 didapatkan tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 16 Uji Regresi Linier

Model Sum of

Berdasarkan tabel 16 di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,000. Nilai 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa maka H0

ditolak dan Ha diterima, nilai signifikan. Nilai Fhitung memiliki nilai 17,210

(71)

56

≤ Ftabel maka Ha diterima.Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel X yaitu

bullying berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y yaitu suicidial ideation. Besarnya pengaruh variabel bullying dan variabel suicidal ideation dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 17 Nilai Pengaruh Antarvariabel Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,393a ,155 ,146 7,020

Nilai R (koefisien korelasi) memiliki nilai sebesar 0,393. R Square (koefisien determinasi) yaitu sebesar 0,155, artinya sebesar 15% variabel X yaitu bullying mempengaruhi variabel Y yaitu suicidal idetion dan sisanya disebabkan oleh faktor lainnya selain variabel X (Bullying) .

Persamaan nilai regresi hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 18 Koefisien Persamaan Regresi

(72)

57

D. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bullying terhadap suicidal idetion atau ide bunuh diri pada remaja SMA/Sederajat yang sedang menjadi korban bullying. Hasil yang didapatkan berdasarkan dari hasil uji regresi linear sederhana bahwa nilai signifikansi memiliki nilai lebih kecil daripada nilai taraf signifikan yaitu 0,000 < 0,005 dengan demikian maka terdapat peran bullying terhadap suicidal ideation. Salah satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Reed, Nugent, & Cooper (2015) pada siswa SMA juga menemukan bahwa terdapat peran antara korban bullying tradisional ( non-cyberbullying) terhadap suicidal ideation. Nilai peran bullying terhadap suicidal ideation dalam penelitian ini sebesar 0,15 atau 15% dan sisanya yaitu 85% dikarenakan faktor lainnya selain bullying. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dinyatakan oleh Pratiwi & Undarwati (2014) bahwa faktor lainnya yang membuat remaja mengalami suicidal ideation antara lain adalah tekanan psikologis, masalah di sekolah, pertemanan, harga diri rendah, tekanan sosial, dan lain-lain.

(73)

58

skor sebesar 0,570. Jika variabel X (Bullying) dianggap bernilai nol maka nilai variabel Y (Suicidal ideation) adalah sebesar 1,439.

Berdasarkan analisis tambahan yang telah dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian besar korban bullying dalam penelitian adalah siswa dengan jenis kelamin perempuan. Usia responden dalam penelitian ini adalah usia 14 tahun hingga 20 tahun dan mayoritas subjek dalam penelitian ini merupakan remaja SMA yang berusia 17 tahun. Kategori bullying subjek mayoritas berada dalam taraf sedang dan juga mayoritas subjek memiliki suicidal ideation pada kategori ringan atau sedang.

E. Keterbatasan Peneliti

1. Pemilihan responden atau subjek dalam penelitian ini hanya didasarkan atas persepsi peneliti

2. Penggunakan google form (skala online) menyebabkan resiko kerahasiaan responden tidak dapat terjamin oleh peneliti dan dikhawatirkan dapat menjadi pelanggaran etis penelitian.

(74)
(75)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Hasil yang didapatkan berdasarkan dari hasil uji regresi linear sederhana bahwa nilai signifikansi memiliki nilai lebih kecil daripada nilai taraf signifikan yaitu 0,000 < 0,005.

2. Nilai peran bullying terhadap suicidal ideation sebesar 15% dan sisanya dikarenakan faktor lainnya selain bullying.

3. Persamaan regresi Y = 1,439 + 0,570 X dapat dinyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel X, nilai variabel Y adalah 1,439. Koefisien regresi sebesar 0,570 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu nilai pada variabel X akan memberikan kenaikan skor sebesar 0,570.

B. Saran

1. Saran Metodelogis

a. Menghindari pemilihan responden secara subjektif atau dari perspektif peneliti sendiri.

b. Menyebarkan skala secara langsung agar data responden tetap terjamin kerahasiaannya

(76)

2. Saran Praktis

a. Bagi Remaja Korban Bullying

Diharapkan remaja yang menjadi korban bullying untuk bersikap terbuka dan segera mencari bantuan kepada orang tua, guru di sekolah maupun keluarga mereka agar tidak mengalami resiko timbulnya suicidal ideation maupun dampak bullying lainnya. Selain itu, korban harus berfikir positif ketika merasa disakiti agar pemikiran tidak terarah untuk memiliki suicidal ideation.

b. Bagi Pelaku Bullying

Gambar

Tabel 18
Gambar 3
Tabel 1 Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bunuh diri merupakan masalah global dimana peningkatan kejadian bunuh diri terutama pada usia remaja sebagai kelompok risiko terjadinya bunuh diri. Faktor risiko bunuh diri pada

Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang negatif antara konsep diri dengan kecenderungan menjadi korban bullying pada remaja awal ( r =-0,772; p&lt;0,001 ) dan

Keberadaan lingkungan sosial, seperti guru, orang tua, teman sebaya, saudara, untuk memberikan dukungan di saat remaja korban bullying membutuhkan perlindungan, keamanan,

Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara peran perawat sebagai pelaksana dalam mencegah ide bunuh diri pada penderita

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan ide bunuh diri dan semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi pula ide bunuh

Peran Bullying Terhadap Suicide Ideation Ide Bunuh Diri pada Remaja Korban Bullying.. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

vii Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Desember, 2021 ABSTRAK Intan Mariska Hubungan Bullying dengan Risiko Perilaku Bunuh Diri pada Remaja di

SIMPULAN Risiko bunuh diri pada remaja dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti menjadi korban pelecehan di sekolah atau teman sebayanya, menghadapi tantangan baru, mengalami tekanan