9/3/2015
PPh Final Pengalihan Hak atas Tanah & Bangunan Pembayar Pajak
http://www.pembayarpajak.com/index.php/articles/pajakpenghasilan/pphfinal/162pphfinalpengalihanhakatastanahbangunan
1/3
Search...
Login Register
Bagi Anda pengguna browser Mozilla Firefox, untuk
dapat Login klik kata User Name dan
kata Password agar dapat mengisi box User
Name dan Password.
TAX
NEWS FLASH
Bagaimana membuat dan mempersiapkan SPT Tahunan PPh untuk WP
yang tergolong sebagai WP-UKM..? Baca selengkapnya
di sini
.
HOME
ARTICLES
TREATY
TAX COURT
ENCYCLOPEDIA
DOWNLOADS
PPh Final Pengalihan Hak atas Tanah & Bangunan
Details
Dalam artikel kali ini, kita akan secara khusus membahas mengenai Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan terhadap penghasilan dari pengalihan hak atas tanah maupun bangunan. PPh ini lebih kita kenal dengan singkatan PPhPHTB alias kependekan dari istilah perpajakan “Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan”.
Dalam transaksi atau peristiwa pengalihan hak atas tanah/bangunan, kita kadang tertukar istilah PPhPHTB dengan BPHTB. Meski bunyinya miripmirip dengan PPhPHTB, tetapi BPHTB atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dikenakan hanya kepada pembeli atau penerima hak atas tanah/bangunan.
Bagi Wajib Pajak (WP) badan termasuk koperasi, yang kegiatan usahanya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah maupun bangunan sebagai barang dagangan, tidak dikenakan kewajiban untuk membayar PPhPHTB. Penghasilan mereka yang berasal dari transaksi pengalihan hak atas tanah/bangunan tersebut dikenakan PPh secara umum. Ketentuan ini juga berlaku bagi pengembang (developer) kawasan perumahan, pertokoan, pergudangan, industri, kondominium, apartemen, rumah susun, dan gedung perkantoran (KMK Nomor 566/KMK.04/1999 tanggal 27 Desember 1999).
Bagi WP badan yang kegiatan usahanya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah/bangunan tetapi bukan sebagai barang dagangan, wajib membayar PPh PHTB tetapi tidak bersifat final. Artinya PPhPHTB yang dibayar dapat dikreditkan (diperlakukan seperti angsuran PPh Pasal 25). Ketentuan ini diatur dalam KMK Nomor 635/KMK.04/1994 stdd KMK Nomor 392/KMK.04/1996.
Bagi WP orang pribadi, yayasan dan organisasi sejenis, yang melakukan transaksi penyerahan tanah/bangunan, wajib membayar PPhPHTB dan bersifat final (KMK Nomor 635/KMK.04/1994 stdd KMK Nomor 392/KMK.04/1996).
Kemudian sesuai dengan ketentuan PP Nomor 71 Tahun 2008, PPhPHTB tersebut ditetapkan bersifat final dan berlaku bagi semua jenis WP apapun jenis usaha maupun kegiatan WP tersebut. Selain PP Nomor 71 Tahun 2008, peraturan lain terkini yang berkaitan dengan PPhPHTB antara lain:
Sesuai dengan ketentuan dan peraturanperaturan pajak tersebut di atas, yang dimaksud dengan kata ‘pengalihan’ dalam konteks PPhPHTB meliputi:
1.
Penjualan, tukarmenukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak selain pemerintah;2.
Penjualan, tukarmenukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain yang disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus;9/3/2015
PPh Final Pengalihan Hak atas Tanah & Bangunan Pembayar Pajak
http://www.pembayarpajak.com/index.php/articles/pajakpenghasilan/pphfinal/162pphfinalpengalihanhakatastanahbangunan
2/3
Share Tweet 2 3
Khusus untuk pengalihan hak yang disebutkan pada poin 3 dikecualikan dari pengenaan PPhPHTB. Artinya, pemilik tanah yang menerima gantirugi atau ganti untung tidak wajib menyetor PPhPHTB dan begitu pula dengan bendaharawan pemerintah tidak perlu memotong atau memungut PPhPHTB saat melakukan pembayaran. Seperti dijelaskan pada butir 1.c.2. dalam SE48/PJ/2009, pengecualian ini diberikan secara langsung tanpa memerlukan Surat Keterangan Bebas (SKB).
Terkait dengan persyaratan pada butir nomor 3, dalam memori penjelasan Pasal 5 huruf b PP Nomor 71 Tahun 2008 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus antara lain: jalan umum, saluran pembuangan air, waduk, bendungan, saluran irigasi, pelabuhan laut, bandar udara, dan fasilitas keselamatan umum seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar dan bencana lainnya, serta fasilitas TNI/POLRI.
Subjek PPhPHTB dan Pengecualian
Seperti sudah diungkap di awal artikel ini, subjek atau pihak yang dikenakan PPhPHTB adalah pemilik hak yang melakukan pengalihan hak atas tanah/bangunan, orang pribadi (individu) atau badan hukum (company). Namun demikian, sesuai dengan Pasal 5 PP Nomor 48 Tahun 1994 stdtd PP Nomor 71 Tahun 2008, ada beberapa kelompok orang pribadi dan badan (company) yang dikecualikan dari pengenaan PPhPHTB. Mereka terdiri dari:
1.
Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang melakukan pengalihan hak atas tanah maupun bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecahpecah.2.
Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah maupun bangunan kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.3.
Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah/bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan.Sesuai dengan PER30/PJ/2009 dan SE48/PJ/2009, pengecualian yang disebutkan pada butir nomor 2 dan nomor 6, diberikan langsung tanpa melalui Surat Keterangan Bebas (SKB) PPhPHTB. Sedangkan untuk pengecualian yang lainnya (butir 1, 3, 4, dan 5) hanya bisa diberikan melalui penerbitan SKB PPhPHTB oleh KPP tempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar. Jika orang pribadi tersebut belum terdaftar, SKB PPhPHTB diterbitkan oleh KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (KPP Domisili). Tata cara memperoleh SKB PPhPHTBnya tidak bisa disampaikan di artikel ini tetapi dapat Anda pelajari di PER30/PJ/2009 dan SE48/PJ/2009 tersebut.
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak PPhPHTB
Sejak 2009 hingga sekarang, tarif PPhPHTB terdiri dari dua tarif, yaitu 5% (lima persen) dan 1% (satu persen). Tarif PPhPHTB sebesar 5% diberlakukan untuk semua Wajib Pajak tanpa melihat apakah pengalihan hak atas tanah/bangunan dilakukan dalam konteks kegiatan usaha (inventory atau barang dagangan) atau bukan kegiatan usaha (plant assets atau bukan barang dagangan).
Sementara tarif PPhPHTB sebesar 1% dikhususkan untuk pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya (core business) memang melakukan pengalihan hak atas tanah/bangunan. Mungkin Wajib Pajak yang dimaksud oleh PP Nomor 71 Tahun 2008 tersebut adalah developer atau pengembang perumahan. Hanya saja yang menjadi pertanyaan di sini adalah apakah 1% itu hanya dikenakan atas penyerahan rumahnya (bangunannya) saja atau termasuk juga tanahnya. Sebab di peraturanperaturan terkait hal ini tidak dijelaskan secara detil.
Nilai yang dijadikan sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk menghitung PPhPHTB, sesuai dengan Pasal 4 PP Nomor 48 Tahun 1994 stdtd PP Nomor 71 Tahun 2008, adalah jumlah bruto nilai pengalihan yaitu nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ada di SPPT PBB atas tanah maupun bangunan yang bersangkutan. Namun khusus untuk: tanah tersebut sesuai NJOP adalah Rp 200 juta. Dalam hal ini, sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) huruf a PP Nomor 48 Tahun 1994, nilai yang digunakan untuk menghitung PPhPHTB adalah Rp 100 juta (bukan nilai tertinggi Rp 200 juta).
Pemotongan dan Penyetoran Sendiri PPhPHTB
Untuk pengalihan hak atas tanah/bangunan yang dilakukan kepada pemerintah, PPhPHTB yang terutang akan dipotong oleh bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran. Dan sebagai bukti bahwa pembayaran itu sudah dipotong PPhPHTB, maka kita sebagai pihak yang melakukan pengalihan hak harus meminta Surat Setoran Pajak (SSP) minimal fotokopinya. SSP tersebut seharusnya mencantumkan nama dan identitas kita sebagai pihak yang melakukan pengalihan hak atas tanah/bangunan.
Untuk pengalihan hak atas tanah/bangunan yang dilakukan kepada selain pemerintah, termasuk pengalihan hak dalam rangka lelang, hibah atau cara lainnya, PPh PHTB yang terutang harus disetor sendiri oleh pihak yang melakukan pengalihan hak atas tanah/bangunan.
Penyetoran menggunakan SSP dan dilakukan melalui bank persepsi atau tempat pembayaran lain yang menerima pembayaran pajak seperti Kantor Pos dan Giro. Penyetoran PPhPHTB ini harus dilakukan sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang ditandatangani oleh notaris, PPAT, Camat, Pejabat Lelang yang berwenang. Biasanya para pejabat ini akan meminta kita untuk menunjukkan asli SSP pada saat sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan, atau risalah lelang ditandatangani. Mereka juga akan meminta fotokopi SSP tersebut untuk nantinya mereka lampirkan dalam laporan bulanan mereka ke kantor pajak setempat.
ooOoo
9/3/2015
PPh Final Pengalihan Hak atas Tanah & Bangunan Pembayar Pajak
http://www.pembayarpajak.com/index.php/articles/pajakpenghasilan/pphfinal/162pphfinalpengalihanhakatastanahbangunan
3/3
MOST
READ ARTICLES
PPh Final Jasa Konstruksi
Menghitung Angsuran PPh Pasal 25
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap
PPh Pasal 23 Jasa
Penyusutan Menurut Fiskal
PPh Final Persewaan Tanah dan Bangunan
Ketentuan Baru SPT Masa PPh Pasal 21
KURS
FISKAL MINGGU INI
Berita Fiskal
Data dan Publikasi
Kajian Fiskal
Copyright © 2015 Pembayar Pajak. All Rights Reserved.
Joomla! is Free Software released under the GNU General Public License.
Login to...
User Name
Password
Remember Me
Log in