• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa 1O Keputusan Manajemen Operasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa 1O Keputusan Manajemen Operasi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa 1O Keputusan Manajemen Operasi 1. Perancangan barang dan jasa.

Berhubungan dengan kualitas dan SDM. Proses perancangan produk perusahaan akan mempengaruhi kualitas akhir produk. Oleh karena itu, perancangan barang dan jasa harus memasukkan unsur kualitas atau mutu, misalnya pada kualitas desain produk.

Perancangan produk (barang atau jasa) menentukan jumlah SDM yang dibutuhkan untuk membuat produk. Misalnya perancangan produk pesawat terbang yang terdiri dari beberapa komponen. Dari komponen-komponen tersebut dapat ditentukan jumlah tenaga kerja.

PT Dirgantara Indonesia bisa dikatakan sangat unggul dalam perancangan barang dan jasa. Ini bisa dilihat dari sejarah bagaimana PT Dirgantara Indonesia dalam membuat produk dan jasanya.

Contohnya saja pada tahun 1937, atas permintaan seorang pengusaha lokal, beberapa pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Tossin membuat pesawat terbang di sebuah bengkel yang terletak di Jl. Pasirkaliki, Bandung. Mereka menamai pesawat buatanya dengan nama PK. KKH. Pesawat ini pernah mengejutkan dunia penerbangan karena telah menunjukkan kemampuannya untuk terbang ke Belanda dan daratan China pulang pergi. Sebelumnya, sekitar tahun 1922, Indonesia bahkan telah terlibat dalam modifikasi pesawat di sebuah rumah pribadi di Jl. Cikapundung, Bandung.

Pada tahun 1938, atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist, pesawat PK. KKH didesain ulang menjadi pesawat yang lebih kecil dan diproduksi di sebuah bengkel yang berlokasi di Jl. Kebon Kawung, Bandung.

Dan ini adalah beberapa produk dan jasa yang dihasilkan PT Dirgantara Indonesia:

- Memproduksi sekitar 298 unit pesawat terbang dan helikopter (97 unit NC212, 38 unit CN235, 114 unit NBO105, 27 unit NBELL412, 22 NAS332)

- Memproduksi 50.000 unit roket dan 150 unit terpedo

- Memproduksi 10.000 unit komponen pesawat terbang (F-16, Boeing, Airbus) - Jasa Engineering/Rancang bangun

- Jasa perawatan pesawat dan mesin pesawat

- Jasa manufaktur (pesawat, pertahanan dan industrial)

Jadi sungguh luar biasa pencapaian PT Dirgantara Indonesia dalam perancangan produk dan jasa.

2. Mutu.

Mutu atau kualitas produk harus dijaga pada saat proses pengerjaan produk (barang atau jasa). Sehingga penentuan mutu harus dilaksanakan pada saat perancangan produk dan perancangan proses.

Mengenai mutu produk dan jasa PT Dirgantara Indonesia, belum lama ini, PT Dirgantara Indonesia mengekspor CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP ke negara Senegal Afrika, setelah sebelumnya juga mengirimkan pesawat yang sama ke negara Burkina Faso, Afrika Barat. Menyusul kiriman pesawat ke Senegal itu, PT Dirgantara Indonesia juga mengirimkan pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) ke Korean Coast Guard pada hari berikutnya (tempointeraktif, 5/5/2011).

Dari kenyataan tersebut di atas membuktikan bahwa PT Dirgantara Indonesia masih dapat berjaya di dunia internasional, dengan hasil-hasil produk alutsista buatannya. Dalam pengertian lain, fakta ini juga isyarat bahwa sumber daya manusia dan mutu produk PT Dirgantara Indonesia dapat diunggulkan dan bersaing dengan yang dihasilkan oleh negara-negara lain di dunia. Artinya, cita-cita menjadi negara pengekspor alutsista pertama di Asean bukan mustahil dicapai PT Dirgantara Indonesia.

3. Perancangan proses dan kapasitas

(2)

ditentukan, maka akan diketahui pula jumlah SDM yang dibutuhkan perusahaan. Perancangan proses dan kapasitas akan menghasilkan tingkat ketersediaan produk (barang atau jasa), penjadwalan proses (scheduling), dan proses pemeliharan (maintenance).

Dalam menghadapi sistem pasar global yang baru, PT Dirgantara Indonesia merumuskan penekanan pada penerapan baru, berorientasi bisnis, strategi untuk memenuhi situasi saat ini dengan struktur baru. Program restrukturisasi meliputi reorientasi bisnis, Perampingan dan menyusun sumber daya manusia dengan beban kerja yang tersedia, dan berdasarkan kapitalisasi pasar yang lebih terfokus dan misi bisnis terkonsentrasi.

PT.Dirgantara Indonesia kini menjual kemampuan di bidang teknik, dengan menawarkan jasa desain untuk menguji aktivitas, manufaktur, pesawat terbang dan komponen non-pesawat, dan layanan purna jual.

4. Pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi berkaitan dengan manajemen rantai pasok. Faktor pada rantai pasok (supply chain) yang berpengaruh antara lain transportasi dan jaringan distribusi.

Lokasi PT Dirgantara Indonesia yang berada di Bandung dipandang sangat strategis karena kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Grebangkertosusilo)

Berkaitan dengan pesawat terbang, kota Bandung memiliki sebuah pelabuhan udara yang bernama Bandar Udara Husein Sastranegara untuk menghubungkan kota ini dengan beberapa kota-kota lainnya di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Menado, Yogyakarta, Batam, Mataram, Makassar, Palembang, Pangkalpinang, Semarang, dan Medan. Sedangkan untuk rute luar negeri diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam.

Jadi pemilihan lokasi PT Dirgantara Indonesia di Bandung sudah memadai. 5. Perancangan tata letak

Perancangan tata letak dilakukan setelah perancangan proses dan kapasitas. Perancangan tata letak akan berpengaruh pada SDM, persediaan, penjadwalan dan pemeliharaan.

Tata letak PT Dirgantara Indonesia cukup bagus karena bisa menangani tata kerja berikut ini.

1. Gudang penyimpanan

Sebelum bahan baku diproses menjadi komponen terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pengujian Quality Assurance melalui destruction inspection maupun non-destruction inspection. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kualitas dan adanya korosi. Selanjutnya bahan baku tersebut ditempatkan di gudang penyimpanan sesuai dengan spesifikasinya.

2. Pre-cutting

Bahan baku yang sudah diperiksa dikirim ke bagian pre-cutting sesuai dengan permintaan bagian produksi disertai job card yang tersedia. Proses ini dilaksanakan antara lain untuk menghemat bahan yang diproses, memudahkan pelaksanaan dan pengontrolan bahan. Bahan yang telah dipotong diperiksa kembali oleh Quality Assurance dan dikirim ke Fabrikasi untuk proses selanjutnya.

3. Fabrikasi

Bagian ini bertugas membuat komponen pesawat terbang dan helikopter serta membuat dan menyiapkan tool dan jig sebagai alat bantu pembuatan kompenen. Pembuatan komponen dilakukan melalui proses permesinan maupun tidak (di machining shop maupun sheet metal formin). Perlakuan lain yang diterapkan untuk komponen di atas:

(3)

Suatu perlakuan yang diterapkan terhadap bahan baku sehingga lebih memudahkan proses pembuatan komponen. Proses yang dilakukan antara lain: pengerasan, pelunakan dan penormalan kembali. Ketiga hal tersebut di atas dilakukan dengan cara pemanasan, pendinginan dan kombinasi antara pemanasan dan pendinginan. Komponen yang memerlukan perlakuan di atas adalah komponen yang dibuat dengan cara pengepresan.

b. Surface treatment

Suatu perlakuan pelapisan komponen secara kimiawi sehingga komponen lebih tahan korosi. Selain di atas terdapat perlakuan lain terhadap komponen dengan cara chemical milling. Komponen yang mendapat perlakuan di atas antara lain yang dibuat di sheet metal forming, machining shop juga komponen-komponen yang dibentuk dengan cara stretch forming dan rubber press.

c. Pengecatan dasar

Suatu perlakuan lanjut agar komponen-komponen di atas lebih tahan korosi. Sebelum komponen-komponen di atas dirakit dibagian fixed wing dan rotary wing diadakan pengujian final oleh bagian Quality Assurance sesuai data yang tercantum dalam dokumen.

4. Rotary Wing

Bertugas merakit pesawat helikopter dari struktur awal sampai final, termasuk di dalamnya mesin, sistem elektrik, sistem avionik, interior dan sebagainya. Perakitan yang disesuaikan dengan pesanan atau kebutuhan pemesan yang disesuaikan dengan misi dan fungsi pesawat tersebut dalam operasi.

5. Fixed Wing

Bertugas merakit pesawat bersayap tetap dan proses perakitannya sama seperti rotary wing.

6. SDM dan rancangan kerja

Faktor SDM meliputi keselamatan, kesehatan, job description, lingkungan kerja dan upah.

Dirgantara Indonesia pernah mempunyai karyawan sampai 16 ribu orang. Karena krisis ekonomi banyak karyawan yang dikeluarkan dan karyawannya kemudian menjadi berjumlah sekitar 4000 orang.

Maka diusahakan penyelamatan perusahaan dan penanganan karyawan diantaranya dilakukan dengan:

1. Program pengrumahan sementara yang berlaku bagi seluruh karyawan selama 6 bulan untuk Stop-Bleeding, peningkatan produktivitas dan pemulihan kepercayaan pelanggan

2. RUPS luar biasa berupa pinjaman modal kerja senilai US $ 39 Juta untuk PAF/TUDM/MPA-AU/BAe, restrukturisasi keuangan PMS dan RDI/SLA, pencabutan SKEP sistem pengupahan 15/10/02 kembali ke sistem sebelumnya, seleksi ulang seluruh karyawan, rasionalisasi 6000 Karyawan, jual aset non-produktif serta pengubahan susunan BOD & BOC.

3. Program seleksi ulang karyawan oleh Konsultan SDM independen "Perso Data"

4. Program Re-staffing (pemanggilan karyawan yang lulus seleksi ulang)

5. Program Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dilakukan dengan sosialisasi secara cascade dan melalui media massa

6. Program Re-deployment/Career Change Program berupa konversi kompetensi, penyaluran ke BUMN lain, penyaluran ke perusahaan swasta lain, penyaluran ke luar negeri, Training Entrepreneurship dan Family Counseling

7. Konsep PT DI baru, Re-Fokus lini usaha (terbagi menjadi 4: Aircraft, Aerostructure, Maintenance dan Engineering Service), organisasi baru, restrukturisasi sumber daya, bisnis proses baru dan budaya perusahaan baru.

Indonesia memiliki banyak SDM yang berkualitas. Dengan manajemen SDM yang baik, PT Dirgantara Indonesia bisa bangkit kembali.

(4)

Manajemen rantai pasok dipengaruhi oleh pemilihan lokasi dan kualitas produk. Manajemen rantai pasok karena berkaitan dengan keputusan apa yang harus dibeli dan apa yang harus dibuat. Sehingga kualitas apa yang harus dibeli akan menentukan kualitas apa yang dibuat.

PT. Dirgantara Indonesia harus mempunyai tekad untuk menumbuhkan pemasok-pemasok lokal yang handal, yang mampu memenuhi standar yang ditetapkan. Pemasok lokal dengan para insinyur lokal selain dapat memberi pasokan dengan harga bersaing juga mudah diajak bekerja sama untuk membesarkan, menyehatkan atau membugarkan. Mengembangkan pemasok lokal bertaraf global juga berarti mendorong dunia usaha khususnya dan bangsa Indonesia umumnya untuk go global.

Jika diberi kesempatan akan muncul pemasok-pemasok lokal berkualitas global.

8. Persediaan

Keputusan persediaan dipengaruhi oleh perancangan proses dan kapasitas, SDM, dan perancangan tata letak.

Finansial PT Dirgantara Indonesia buruk dengan persediaan bahan bakunya yang memprihatinkan. Dari persediaan bahan baku Rp1,2 triliun, 37 persen dari hal itu atau sekitar Rp439 miliar adalah deadstocks (persediaan-persediaan yang telah kedaluarsa) dan obsolete parts (suku-suku cadang yang kuno). 9.9. 9. 9.Penjadwalan

Keputusan penjadwalan dipengaruhi oleh perancangan proses dan kapasitas, tata letak dan SDM.

PT Dirgantara Indonesia sering kali lalai dalam penjadwalan pengiriman produk pesanan. Maka dari itu PT Dirgantara Indonesia seringkali harus mengganti biaya keterlambtan dengan cara memberi gratis beberapa produk mereka.

10. Pemeliharaan

Pemeliharaan berkaitan dengan menjaga mutu atau kualitas.

Dengan SDM yang makin berkurang, pemeliharaan PT Dirgantara Indonesia pun tidak maksimal. Jelas-jelas ini merupakan akibat kemunduran usaha yang dialami PT Dirgantara Indonesia.

Kesimpulan

Dari 10 keputusan operasi, ada lima keputusan operasi yang masih mampu membuat PT Dirgantara Indonesia bertahan keputusan itu yaitu perancangan barang adan jasa, mutu, perancangan proses dan kapasitas, pemilihan lokasi dan perancangan tata letak. Ini bisa dijadikan modal untuk bangkit kembali.

Referensi

Dokumen terkait

38 Jadual berikut menunjukkan kekacauan di negeri-negeri Melayu yang memberi peluang kepada British untuk campur tangan pada kurun ke-19. Apakah iktibar daripada

Pada penelitian ini akan digunakan data 37 orang Satuan Tugas (SATGAS) dalam menentukan menentukan faktor dan bobot faktor dimana total pembobotan harus sama dengan

6. Siswa yang menerima bola harus menyebutkan nama lengkap dan nama panggilannya. Kemudian, dia memberikan kepada teman lain. Teman yang menerima bola, menyebutkan nama

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, yaitu perbandingan latihan perilaku sosial menggunakan model peer teaching pada pembelajaran passing bola dengan model konvensional

Prediksi TENORM pada hasil samping pupuk yang mengandung (NH 4 ) 2 SO 4 , NH 4 NO 3 , NH 4 Cl, dan abu layang dari EB-FGT PLTU batubara di Indonesia dapat dilakukan dengan

(2) Dekan bagi fakultas yang tidak menyelenggarakan program pascasarjana S-3 berasal dari dosen tetap fakultas yang berusia maksimal 60 (enam puluh) tahun dan memiliki

Halaman Tabel 3.1 Definisi Variabel Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Demam, Pemberian Tepid Sponging dan Pemberian Plester Kompres...29 Tabel 4.1 Rancangan Penelitian

Dan dari 11 responden sebelum perlakuan mengalami Hotflush berat , sebagian besar (63,6%) tidak mengalami Hotflush sesudah perlakuan yaitu sebanyak 7 responden. Hasil dari