• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Koordinasi Surja Arrester Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV Menggunakan ATP/EMTP Dan Metode Monte Carlo di GIS Tandes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa Koordinasi Surja Arrester Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV Menggunakan ATP/EMTP Dan Metode Monte Carlo di GIS Tandes "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

AbstrakEvaluasi surja arrester dengan simulasi pemodelan sambaran langsung pada kawat fasa SUTT 150 kV Double Circuit yang menimbulkan efek kegagalan perlindungan(shielding failure) menggunakan Matlab 7 metode monte-carlo didapatkan untuk tiap area 1 pertahun nilai rata-rata probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100 sambaran per satu kilometer persegi pertahun. Simulasi menggunakan software ATP/EMTP pada menara transmisi dari GIS Tandes ke Sawahan yang terdiri dari 11 menara, dengan amplitudo arus sambaran mencapai 30 kA, dan waktu impulsnya 1,2/50 us. Menunjukkan bahwa sistem yang menggunakan alat pelindung petir seperti arrester mampu melindungi sistem dari arus petir sampai 30 kA. Sedangkan sistem yang tidak memakai perlindungan arrester tidak mampu menahan tegangan lebih sebesar 920 kV.

Kata Kunci— Shielding failure, Proteksi petir, Tegangan induksi petir, Saluran transmisi tegangan tinggi .

I. PENDAHULUAN

erapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat besar yaitu 12/km2 per tahun, yang berarti pada setiap luas area 1 km2 berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Sambaran petir memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada setiap sambarannya, seperti besar arus dan konstanta waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kegagalan perlindungan terhadap sambaran petir. Sambaran petir dapat mengakibatkan gangguan seperti kegagalan isolasi, flashover, back flashover, dan gangguan lainnya. Sambaran petir langsung terdiri dari dua macam, yaitu sambaran pada kawat tanah, dan sambaran pada kawat fasa. Untuk menganalisis fenomena terhadap sambaran langsung dilakukan analisis melalui simulasi dengan memodelkan parameter-parameter pada saluran transmisi, diantaranya model menara, isolator saluran, kawat tanah, kawat fasa, dan sistem pentanahan disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak EMTP (Electromagnetic Transients Program)[1].

Sambaran langsung petir apabila kilat menyambar pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah). Fenomena dimana terjadi kegagalan perlindungan dikarenakan ketika petir menyambar kawat tanah atau kawat fasa akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat pada kawat. Arus besar ini dapat membahayakan peralatan yang berada pada saluran. Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini bergantung pada besar arus petir, waktu

muka dan jenis tiang saluran. Oleh karena itu diperlukan melakukan simulasi tentang kegagalan perlindungan. Pada penelitian ini menganalisa dan memodelkan gangguan sambaran petir dan prosentasi kegagalan perlindungannya.

II. TEORIPENUNJANGDANGANGGUANPETIR PADASALURANUDARATEGANGANMENENGAH.

A. Sistem Tenaga Listrik

Secara sederhana sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan distribusi sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang terinterkoneksi. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pusat pembangkit listrik, saluran transmisi, dan sistem distribusi. Pada Sistem Tenaga listrik di Indonesia, Tenaga listrik yang di hasilkan dari pembangkit dinaikan melalui transformator step up untuk di transmisikan. Sistem transmisi di Indonesia menggunakan sistem transmisi 150kV atau yang biasa di sebut Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), dan 500kV atau yang biasa disebut Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)[2].

B. Petir

Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif; sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif. Pada bagian bawah inilah petir biasa berlontaran. Pelepasan muatan ini disertai dengan pancaran cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya. Pada musim hujan petir perlu diwaspadai, petir biasanya muncul pada saat akan hujan atau ketika hujan sudah turun[3].

III. PEMODELANSUTTDOUBLECIRCUITDAN PERMODELANMONTE-CARLO

A. Model Transmisi Udara 150 kV

Saluran transmisi 150 kV GI Tandes dengan jurusan Tandes-Sawahan yang memiliki 11 menara transmisi, dengan panjang saluran sekitar 3,2Km. Dan untuk memodelkan kondisi sebenarnya dari SUTT digunakan data-data transmisi dan hasil pengukuran tahanan pentanahan menara SUTT 150 kV line Tandes-Sawahan.

Analisa Koordinasi Surja Arrester Saluran

Udara Tegangan Tinggi 150 kV Menggunakan

ATP/EMTP Dan Metode Monte Carlo di GIS

Tandes

Ricahya Wiguna Setiawan, IGN Satriyadi Hernanda, ST, MT., Dr. Eng. I Made Yulistya N, ST, M.Sc Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: ricahya09@mhs.ee.its.ac.id, didit@ee.its.ac.id, yulistya@ee.its.ac.id

(2)

STRUKTURAL TOW TYPE Dr

Tabel 1

Data transmisi PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Timur dan Bali UPT Surabaya

Data spesifikasi menara SUTT 150 kV

Parameter Menara Besaran

Jarak lengan menara:

Lengan Menara Pertama 6 meter

Panjang Lengan Menara Kedua 7 meter Panjang Lengan Menara Ketiga 7 meter Panjang Lengan Menara Keempat 7 meter Panjang Lengan Menara Kawat Tanah A 2,1 meter Panjang Lengan Menara Kawat Tanah A’ 2,1 meter Panjang Lengan Menara konduktor A, A’ 2,6 meter Panjang Lengan Menara konduktor B, B’ 2,6 meter Panjang Lengan Menara konduktor C, C’ 2,6 meter

Jarak konduktor terhadap tanah pada:

Tinggi Kawat Konduktor A 33,7 meter Tinggi Kawat Konduktor B 29,6 meter Tinggi Kawat Konduktor C 25,5 meter Tinggi Kawat Konduktor A’ 25,5 meter Tinggi Kawat Konduktor B’ 29,6 meter Tinggi Kawat Konduktor C’ 33,7 meter

Keterangan lain dari menara:

Lebar Dasar Menara 6,751 meter

Jarak Span 300 meter

Sudut Perlindungan 15 °

Panjang Isolator 0, 5842 meter

Jarak Bundle 45,7 cm

Radius Kawat Tanah 0,45 cm

Radius Konduktor 1.45 cm

Tabel 4

Data spesifikasi menara 150kV

Parameter menara Besaran

Tinggi Menara 37,7 meter

Tinggi kawat Tanah 37,7 meter

Jumlah Kawat Tanah 2 buah

Design spesification Besaran

Voltage 150 kV

Number of Circuit 2

Horizontal Angle 0o – 3o

Power conductor Besaran

Kind and size ACSR 340 mm2

Diameter 25 mm

Weight 1,18 kg/m

Kuat tarik minimum 9474 kg

R DC 20O C 0,0851 ohm/ km

Ground wire Besaran

Kind and Size AW 55 mm2

Diameter 9,6 mm

Weight 0,44 kg

Max. Working Tension 1,5 kg

Wind Pressure Besaran

Menara 120 kg/m2

Wire (Cont & GW) 40 kg/m2

Insulator String 60 g / 2 string

Gambar 1 Menara transmisi 150 kV

B. Two Point Method untuk Perhitungan Lightning Performance pada Saluran Transmisi

Dengan menggunakan metode two point method

untuk perhitungan lightning performance pada saluran transmisi dalam buku J.G. Anderson, kita dapat menghitung jarak sambaran maksimum dan minimum. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

1. Impedansi Surja Menara[3]

Pada menara tipe menara jenis suspensi dengan penghantar bundel maka kita dapat menentukan impedansi surja menara dengan korona yaitu :

0 0 √ln 2h ln

2h Dimana :

= Impedansi surja menara dengan korona(ohm). = Radius corona(m).

= Radius penghantar ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(m).

= Tinggi rata-rata kawat fasa(m) . 2. Menentukan Tegangan Flashover[3]

Dengan memilih dua titik untuk waktu 2μs dan 6μs, semua persamaan tegangan akan disederhanakan. Dengan mensubstitusikan dengan nilai 2μs dan untuk tanpa adanya pantulan dari menara yang berdekatan. Tegangan kritis flashover saat 2μs dan μs adalah:

(3)

Gambar 2 Grafik Arus Sambaran dan Tegangan Isolator Dihitung pada Dua Titik Waktu [3]

3. Perhitungan Arus Sambaran Minimum [3]

Apabila masih terjadi kegagalan perlindungan dari sambaran petir maka kita harus menghitung . Karena pada saluran transimi GIS Tandes menggunakan penghantar bundel, maka kita tambahkan radius korona dengan jarak bundle untuk perkiraan radius korona R(m). Menggunakan persamaan metode Newton-Rapshon dari persamaan:

Dimana :

R = Radius korona(m).

h = Tinggi rata-rata kawat fasa (m). = Tegangan kritis flashover (kV).

= Batas gradien korona dimana sampul korona tidak bertambah lagi (kV/m)=1500kV/m.

Menghitung tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), tinggi kawat fasa tertinggi (m), tinggi kawat fasa terendah

(m) berdasarkan model elektrogeometri maka:

Dimana :

= Tinggi kawat fasa tertinggi(m). = Tinggi kawat fasa terendah(m).

Penghantar dengan bundel 2 maka radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter). Dimana r adalah jarak bundle kawat fasa. Maka kita dapatkan persamaan :

Maka untuk perkiraan radius corona dari bundel :

Dimana :

R = Radius korona(m).

= Radius corona dari bundel(m).

= radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter)

Untuk mengetahui kemungkinan besarnya arus minimum yang dapat menyebabkan kegagalan perlindungan kita dapat menentukan dengan persamaan:

Dimana :

= Arus minimum yang menyebabkan kegagalan perlindungan(kA).

= Tegangan kritis flashover(kV).

= Impedansi surja menara dengan korona(ohm).

C. Perhitungan Perlindungan Sempurna Terhadap Sambaran Petir [3]

Bila sambaran petir mendekat dengan jarak S dari saluran dan bumi, sambaran petir itu akan dipengaruhi oleh benda apa saja yang berada di bawah dan melompati jarak S

untuk mengadakan kontak dengan benda itu. Bila = 0

jarak S pada perlindungan sempurna dilihat dari jarak sambaran disebut . Gambar 3 menunjukkan model perlindungan sempurna dilihat dari daerah yang dilindungi.

Gambar 3 Model elektrogeometri perlindungan sempurna [3]

Jarak sambaran maksimum oleh Love dirumuskan :

Dimana :

= Jarak sambaran maksimum(m).

= Arus minimum kegagalan perlindungan(kA).

D. Perhitungan Perlindungan Tidak Sempurna Terhadap Sambaran Petir [3]

Sambaran B setelah mencapai busur PQ, akan menyambar kawat fasa karena jaraknya ke kawat tanah dan bumi lebih besar dari jarak sambaran. Pada Gambar 4 menunjukkan model elektrogeometri perlindungan tidak sempurna.

Gambar 4 Model elektrogeometri perlindungan tidak sempurna [3]

(4)

titik P, maka kita dapat menentukan dengan persamaan pada Gambar 5.

Gambar 5 Cara menentukan harga untuk memperoleh [3]

[ √ ]

Dimana :

Dimana persamaan garis:

Dimana :

= Selisih tinggi antara kawat fasa tertinggi dan kawat tanah.

m = Kemiringan garis OP terhadap garis G (m). = Tinggi kawat tanah dari fasa terendah(m). = Tinggi kawat fasa tertinggi(m).

= Panjang lengan kawat fasa(m). = Panjang lengan kawat tanah(m).

= Jarak sambaran akhir dari kilat ke bumi saluran tegangan tinggi (HV) adalah 1,0

Setelah kita ketahui jarak sambaran minimum kita dapat mensimulasikan kegagalan perlindungan dengan menggunakan matlab 7 metode Monte-Carlo.

E. Permodelan Sambaran Petir Metode Monte Carlo.

Metode Monte-Carlo disini digunakan untuk untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kegagalan perlindungan terhadap sambaran petir secara langsung. Program ini ditulis dalam bahasa C menggunakan matlab 7 dengan menggunakan parameter berdasarkan perhitungan model elektrogeometri perlindugan sempurna dan tidak sempurna terhadap sambaran petir. Dimana jumlah sambaran untuk daerah yang dilakukan simulasi sambaran secara acak dimana jumlah sambaran yang mencakup luas tanah per kilometer persegi per tahun. Tingkat kegagalan perlindungan dari sistem berdasarkan kerapatan kerapatan sambaran petir pada daerah tersebut. Untuk jumlah sambaran ditentukan sendiri, untuk struktur tinggi rendahnya struktur tanah dan keadaan geografis di abaikan.

IV. PERMODELAN DAN ANALISA KEGAGALAN PERLINDUNGAN PADA SALURAN TRANSMISI

A. Perhitungan Kegagalan Perlindungan (Shielding Failure).

Pandangan pertama metode two point method untuk perhitungan lightning performance pada saluran transmisi dalam buku J.G. Anderson yaitu sambaran petir secara langsung pada kawat fasa. Penghitungan jarak sambaran minimal dan maksimal terhadap daerah yang dilindungi

yaitu kawat fasa terendah, maka perhitungan jarak sambaran minimum dan jarak sambaran maksimum adalah sebagai berikut :

1. Tegangan kritis flashover (kV) dari rentengan isolator pada 2 μs :

2. Tinggi rata-rata kawat fasa h(meter), dilihat dari daerah yang dilindungi yaitu kawat fasa terendah maka:

3. Menghitung radius sampul korona menggunakan metode Newton-Raphson:

R = 0,073 meter.

4. Radius ekivalen tunggal dari bundel penghantar fasa tanpa korona(meter):

5. Radius corona dari bundel :

6. Impedansi surja menara (ohm).

7. Arus sambaran minimum, (kA):

8. Jarak sambaran maksimum standar love :

9. Selisih tinggi kawat fasa tertinggi dan kawat tanah :

meter

10.Kemiringan garis OP terhadap garis G adalah

11.Persamaan garis adalah :

12.Nilai dari adalah

B. Hasil Simulasi Monte-Carlo.

1. Hasil Simulasi Monte-Carlo Perlindungan Sempurna Berdasarkan hasil hitungan kita dapat memasukkan nilai untuk jarak sambaran maksimum (pada lingkaran biru). Penulis mengasumsikan jumlah sambaran pertahun per 1

pertahun adalah 100 titik sambaran. Hasil simulasi sebagai berikut :

Gambar 6 Hasil simulasi area perlindungan pada jarak sambaran maksimum dengan jumlah titik-titik sambaran.

(5)

2. Hasil Simulasi Monte-Carlo Perlindungan Tidak Sempurna Berdasarkan hasil hitungan kita dapat memasukkan nilai untuk jarak sambaran minimum (pada lingkaran merah). Penulis mengasumsikan jumlah sambaran pertahun per 1

pertahun adalah 100 titik sambaran. Maka kita dapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 7 Hasil simulasi matlab7 area perlindungan pada jarak sambaran minimum dengan jumlah titik-titik sambaran.

Pada permodelan Gambar 8 sambaran petir yang terjadi secara acak dengan mengasumsikan sebanyak 100 titik per 1

pertahun. Perlindungan elektrogeometri untuk area sambaran minimum (pada lingkaran merah). Dari percobaan di atas kita dapatkan untuk tiap area 1 k nilai probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100 titik sambaran per 1 kilometer persegi per tahun.

C. Analisis koordinasi Arrester Menggunakan Permodelan ATP/EMTP

Pada pemodelan simulasi ini model petir yang digunakan pada simulasi ini menggunakan tipe Heidler, impuls petir dengan bentuk surja langsung pada saluran udara dekat dengan arester dengan amplitudo 10kA, 20kA dan 30kA., impuls petir dengan bentuk surja tipikal (1.2/50μs). Untuk mengetahui tegangan lebih pada saluran udara akibat sambaran, dilakukan pengukuran tegangan puncak pada titik sambaran, tegangan setelah arrester dan pada busbar. Gambar 9 berikut adalah model saluran transmisi pada Gis Tandes.

Gambar 9 Model Gis Tandes pada software ATP/EMTP

D. Pengukuran Tegangan saat Impuls Petir 1,2/40 μs

Sambaran petir mengenai kawat fasa A dengan amplitudo 10 kA dan waktu impuls 1,2/50μs. Tegangan yang terukur di titik sambaran dengan menggunakan arrester dapat di lihat pada Gambar 10 dibawah ini.

Gambar 10 Grafik tegangan puncak menara di fasa A, B, dan C saat sambaran

di fasa A.

Gambar grafik tegangan akibat impuls pada busbar dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11 Grafik tegangan busbar dengan adanya pengaruh arrester.

Tegangan puncak pada titik sambaran dengan variasi amplitudo sambaran 10 kA, 20 kA, 30 kA dengan impuls

1,2/50μs dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5

Tegangan puncak menara saat impuls 1,2/50μs

Arus Petir (kA)

Tegangan Puncak Menara (MV) Fasa

A* Fasa B Fasa C Fasa A’ Fasa B’ Fasa C’

10 1,6 0,48 0,3 0,16 0,06 0,05

20 2,8 0,9 0,6 0,330 0,12 0,1

30 4,05 1,3 1 0,460 0,2 0,18 Fasa A* yang tersambar

Gambar 12 Grafik tegangan puncak menara terhadap perubahan arus sambaran

petir saat impuls 1,2/50μs

Tegangan puncak pada busbar dengan variasi amplitudo sambaran 10kA, 20kA, 30kA dengan impuls 1,2/50μs dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6

Tegangan puncak busbar saat impuls 1,2/50μs

Arus Petir (kA)

Tegangan Puncak Busbar (kV) Fasa

A* Fasa B Fasa C Fasa A’ Fasa B’ Fasa C’

10 215 73 70 175 68 60

20 220 83 77 185 73 65

30 230 95 85 220 95 70

Fasa A* yang tersambar

(f ile SUTTtnds.pl4; x-v ar t) v :X0048A v :X0048B v :X0048C

0 5 10 15 20 25 30 35 [us] 40

-0,8 -0,4 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 [MV]

(f ile SUTTtnds.pl4; x-v ar t) v :BUS2A v :BUS2B v :BUS2C

0 5 10 15 20 25 30 35 [us] 40

(6)

Gambar 13 Grafik tegangan puncak di busbar terhadap perubahan arus sambaran petir saat impuls 1,2/50μs

.

Pada Tabel 7 akan diperlihatkan perbedaannya tegangan busbar dengan amplitudo 10 kA, dan waktu impuls 1,2/50 μs .

Tabel 7

Perbandingantegangan puncak di busbar fasa A, B dan C menggunakan arrester dan tanpa arrester saat impuls 1,2/50μs

Arus Sambaran

(kA)

Tegangan Puncak Busbar Fasa A (kV)

Dengan Arrester Tanpa Arrester

10 215 312

20 220 625

30 230 920

Gambar 14 Grafik perbandingan tegangan puncak di busbar fasa A

menggunakan arrester dan tanpa arrester terhadap perubahan arus sambaran petir saat impuls 1,2/50μs.

Berdasarkan grafik pada Gambar 14, tegangan di busbar tidak menggunakan arrester (grafik merah) sedangkan tegangan menggunakan arrester (grafik biru). tegangan tanpa arrester tidak mendapatkan perlindungan terhadap tegangan lebih yang menyambar menara pada kawat fasa A. Sehingga tegangan fasa A pada busbar saat arus sambaran 30 kA mencapai 920 kV.

IV. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan perhitungan, hasil simulasi matlab dan analisis simulasi ATP-EMTP, maka pada Tugas Akhir ini didapatkan beberapa kesimpulan dan saran, yaitu :

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan perhitungan didapatkan untuk tipikal tower di GIS tandes arus sambaran minimal untuk loncatan kegagalan perlindungan adalah sebesar 6,72 kA dengan jarak sambaran minimal adalah sebesar 30,6 meter dan jarak sambaran maksimal adalah sebesar 34,49 meter. 2. Berdasarkan hasil simulasi matlab 7 dengan metode

monte-carlo nilai rata-rata probabilitas sambaran ke tower adalah sebesar 0,02 dari 100 sambaran per satu kilometer persegi pertahun.

3. Semakin besar arus puncak sambaran petir dan semakin lama tail time dari petir mengakibatkan kemungkinan

terjadi flashover semakin besar, seperti pada saat arus puncak petir 30 kA.

4. Pada simulasi tugas akhir ini, untuk SUTT 150 kV Doble Circuit di GIS Tandes tegangan pada Busbar mencapai 230 kV pada Arus sambaran 30 kA.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan Tugas Akhir ini adalah :

1. Dalam pemilihan sistem perlindungan petir eksternal harap diperhatikan mengenai kondisi dan letak topografi dari peralatan tegangan tinggi tersebut.

2. Software ATP-EMTP ini dapat digunakan untuk melakukan simulasi dan menganalisa performa perlindungan sistem tidak hanya terhadap petir, tetapi juga untuk gangguan lain seperti pada saat terjadi switching impuls.

3. Perlu diperhatikan nilai IKL dan perhitungan sambaran ke tanah dari suatu daerah pada saat akan membangun menara SUTT, agar dapat dihitung terlebih dahulu nilai jumlah kegagalan yang dapat ditimbulkan.

4. Pemasangan arrester di dekat gardu induk sangat berguna untuk membatasi tegangan berlebih pada gardu induk akibat adanya arus surja.

UCAPANTERIMAKASIH

Saya Ricahya Wiguna Setiawan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Terimakasih kepada Bapak IGN Satriyadi H. dan Bapak I Made Yulistya N. atas bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. terimakasih kepada Ayah dan Ibu yang sudah memberikan izin belajar dan dukungan finansial untuk belajar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Terimakasih juga kepada teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan dan suportnya.

DAFTARPUSTAKA

[1] Aslimeri., “Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2” Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.

[2] Kadir, Abdul., “Transmisi Tenaga Listrik”, UI – Press, 1998.

[3] Mustofa, Arif., Diktat Kuliah ―Proteksi Petir‖, Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2010.

[4] Anderson, J.G., ―Transmission Line Reference Book –

345kV and Above, Electric Power Research Institute, Palo Alto, California, 1982.

[5] Shahida, Noor., ―Lightning simulation study on line

Gambar

Gambar 5  Cara menentukan harga    untuk memperoleh      [3]
Gambar 13  Grafik tegangan puncak di busbar terhadap perubahan arus sambaran petir saat impuls 1,2/50μs

Referensi

Dokumen terkait