KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah tugas besar mata kuliah ekonomi wilayah yang berjudul Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Madiun. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Ekonomi Kota Dr Ir. Eko Budi Santoso. Lic. Rer.Reg Dan Velly Kukinul Siswanto, ST. M.Sc. yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah tugas besar ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tugas besar ini dapat memberikan manfaat maupun menginspirasi bagi pembaca.
Surabaya, 23 Mei 2016
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 7
2.2 Sektor Basis... 7
2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 7
2.2.2 Location Quotient (LQ) ... 8
2.2.3 Analisis Shift-share ... 9
2.3 Konsep Agropolitan ... 9
2.4 Perda RTRW Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun 2011 ... 10
BAB III ... 13
3.1 Karakteristik Wilayah ... 13
3.1.1 Luas dan Batas Wilayah ... 13
3.1.2 Kondisi Geografis ... 14
3.1.3 Topografi ... 14
3.1.4 Penggunaan Lahan ... 14
3.2 Perekonomian ... 15
BAB IV ... 18
4.1 Identifikasi Sektor Basis di Kabupaten Madiun ... 18
4.2 Analisis Shift Share... 21
BAB V ... 25
DAFTAR TABEL
Table 1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Madiun ... 14
Table 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Madiun Tahun 2009-2013 ... 18
Table 3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013 ... 19
Table 4. Hasil Analisis SLQ Kabupaten Madiun ... 19
Table 5. Hasil Analisis Sub Sektor Pertanian ... 20
Table 6. Hasil Perhitungan KPP ... 22
Table 7. Hasil Perhitungan KPPW ... 23
Table 8. Hasil Penggabungan PB dan SLQ ... 24
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Kabupaten Madiun ... 13
Gambar 2. Diagram Topografi Kabupaten Madiun ... 14
Gambar 3. PDRB Kabupaten Madiun ... 15
Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Perekonomian ... 16
Gambar 5. Diagram Hasil Analisis SLQ Kab. Madiun ... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparitas) dan pengangguran (Todaro, 2008).
Untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi regional serta meningkatkan kontribusinya terhadap pembentukan total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka pembangunan sektor unggulan dapat dijadikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi. Secara umum tujuan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor unggulan adalah untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dengan demikian dapat tercipta stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis, dan tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yang dinikmati oleh masyarakat daerah tersebut.
Setiap kabupaten harus mampu mengoptimalkan potensi sumberdaya dengan sektor unggulan yang ada di daerahnya untuk mewujudkan pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat daerah, mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat daerah. Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dan pelayanan masyarakat di daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Dalam menganalisis sektor basis, digunakan analisis LQ untuk mengetahui sektor basis dan analisis shift-share untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Dengan menggunakan analisis LQ (Location Quotient) dan Shift-Share Kabupaten Madiun menunjukkan potensi di sektor pertanian padi, khususnya produk unggulannya yaitu padi wangi diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten Madiun untuk mewujudkan kedaulatan pangan ke Provinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini ialah: 1. Menentukan sektor unggulan di Kabupaten Madiun
2. Memberikan arahan dan konsep pengembangan sesuai dari sektor unggulan wilayah 1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembahasan disini ialah Kabupaten Madiun, Jawa Timur sebagai pembahasan untuk pengembangan ekonomi wilayah.
1.5 Sistematika Penulisan
Pada makalah ini terdapat enam bab yang berguna untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan. Adapun sistematika penulisan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. BAB I Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan ini berisi tetang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
b. BAB II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini dijelaskan teori teori yang relevan dan kebijakan yang mendasari analisis untuk menyusun arahan konsep pengembangan ekonomi pada wilayah studi.
c. BAB III Gambaran Umum
Dalam Bab III ini berisi tentang gambaran umum wilayah yang menjadi studi kasus dalam mata kuliah ekonomi wilayah ini. Gambaran umum terdiri dari karakteristik wilayah dimulai dari batas wilayah, kondisi geografis, hingga kondisi perekonomian pada lokasi studi.
d. BAB IV Analisis
Dalam bab ini, terdapat hasil perhitungan analisa-analisa yang menjadi dasar arahan pengembangan.
e. BAB V Konsep Pengembangan
Dalam bab ini, dijelaskan konsep pengembangan dan arahan pengembangan yang sesuai dari hasil analisis.
f. BAB VI Penutup
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat (Sukirno, 2006).
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparitas) dan pengangguran (Todaro, 2008). 2.2 Sektor Basis
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146).
Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan (Glasson, 1990).
2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah sekumpulan Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional (PDRB).
Sektor sekunder adalah sektor ekonomi yang inputnya berasal dari sektor primer, yang meliputi sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor konstruksi. Sedangkan sektor-sektor lainnya seperti sektor-sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor-sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara keseluruhan disajikan dalam dua bentuk yaitu
penyajian atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.Penyajian atas dasar harga konstan
diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Semua barang dan jasa yang
dihasilkan, biaya antara yang digunakan dan nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan
harga pada tahun dasar. Penyajian ini memperlihatkan perkembangan produktivitas secara riil karena
pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan. Angka PDRB yang atas dasar harga
konstan menjelaskan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
2.2.2 Location Quotient (LQ)
Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007). Dalam analisis LQ, kita dapat menghitung menggunakan rumus LQ = (Vik/Vk)/(Vip/Vp). Dengan keterangan sebagai berikut:
Vik merupakan nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota misalnya) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Riil (PDRR) daerah studi k.
Vk merupakan Produk Domestik Regional Bruto total semua sector di daerah studi k
Vip merupakan nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (provinsi misalnya) dalam pembentukan PDRR daerah referensi p.
Vp merupakan Produk Domestik Regional Bruto total semua sector di daerah referensi p.
Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah.Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001). Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah :
2) Nilai LQ di sector lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah studi k adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p. Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan daerah studi k sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k; 3) Nilai LQ di sector lebih kecil dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah studi k adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p. Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan daerah studi k dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak propektif untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k.
2.2.3 Analisis Shift-share
Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi.
Shift share merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menghitung pengaruh keunggulan kompetitif dalam suatu wilayah dengan rumus sebagai berikut C ij = E ij (r ij – r in). Analisis ini bertolak pada asumsi bahwa pertumbuhan sektor daerah sama dengan pada tingkat wilayah acuan, membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (lokal) dalam tiga komponen:
1) Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW), yaitu mengukur kinerja perubahan ekonomi pada perekonomian acuan. Hal ini diartikan bahwa daerah yang bersangkutan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.
2) Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negatif, sektor tersebut menurun kinerjanya.
3) Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPK), yaitu mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor-sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor lokal meningkat dibandingkan sektor yang sama pada ekonomi acuan, dan apabila negatif terjadi sebaliknya
2.3 Konsep Agropolitan
kegiatan pertanian tertinggal. Proses interaksi kedua wilayah selama ini secara fungsional ada dalam posisi saling memperlemah. Wilayah pedesaan dengan kegiatan utama sektor primer, khususnya pertanian, mengalami permasalahan produktivitas yang stagnan, di sisi lain, wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan pusat pertumbuhan menerima beban berlebih (over urbanization), sehingga memunculkan ketidaknyamanan akibat permasalahan-permasalahan sosial dan lingkungan (Pranoto, 2005).
Me urut “aefulhaki , Agro er ak a: ta ah ya g dikelola atau udidaya ta a a ,
yang digunakan untuk menunjuk berbagai aktivitas berbasis perta ia . “eda g polis er ak a a
Ce tral Poi t or Pri ipal . Agro-polis bermakna: lokasi pusat pelayanan sistem kawasan sentra-sentra aktivitas ekonomi berbasis pertanian. Kawasan agropolitan adalah kawasan terpilih dari kawasan agribisnis atau sentra produksi pertanian terpilih dimana pada kawasan tersebut terdapat kota pertanian (agropolis) yang merupakan pusat pelayanan (Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, 2003). Konsep agropolitan ini dapat dibentuk dengan dua faktor utama yaitu penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas pertanian, infrastruktur (transportasi, irigasi, air bersih, listrik, serta teknologi komunikasi dan informasi) dan fasilitas sosial ekonomi perdesaan yang memadai termasuk lembaga keuangan.
Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan (Daidullah, 2006; 1).
Tujuan dari konsep ini sendiri adalah pengembangan kawasan agropolitan ini adalah mewujudkan kawasan agroplitan dan berkembangnya ekonomi lokal yang berbasis produk unggulan daerah yang efektif, efisien, transparan dan berkelanjutan.
2.4 Perda RTRW Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun 2011
Berdasarkan PERDA RTRW Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun 2011 tentang RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029 visi penataan ruang wilayah Kabupaten Madiun adalah Terwujudnya Keseimbangan Pertumbuhan Antar Wilayah Menuju Kabupaten Madiun Sejahtera Dengan Berbasis Agro.
a. Mengembangkan kawasan perdesaan berbasis agro;
b. Menyediakan infrastruktur untuk menunjang perkembangan kawasan desa berbasis agro; dan c. Mengembangkan kelembagaan untuk menunjang kawasan desa berbasis agro.
Pasal 31 ayat 1, mengenai Kebijakan kawasan peruntukan pertanian, meliputi:
a. Pertahanan luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Madiun sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sekaligus mempertahankan Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa Timur;
b. Peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; dan
c. Pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 31 ayat 4 yang membahas tentang strategi pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
a. Meningkatan fungsi sawah beririgasi setengah teknis atau sederhana secara bertahap menjadi sawah beririgasi teknis;
b. Meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil pertanian melalui diversifikasi pertanian; c. Mengembangkan lumbung desa; dan
d. Mengembangkan sistem pemasaran sampai ekspor hasil produk pertanian
Pasal 40 ayat 3 yang membahas tentang strategi peningkatan dan pengembangan kawasan agropolitan, ekowisata, agroforestry dan agrowisata sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun, meliputi:
a. Menyediakan sarana dan prasarana atau infrastruktur serta kelembagaan yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan agropolitan, ekowisata, agroforestry dan agrowisata;
b. Menjalin kerjasama dengan investor untuk pengembangan kawasan agropolitan, ekowisata, agroforestry dan agrowisata sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Kabupaten Madiun; c. Melakukan optimasi pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomi kawasan; d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM);
e. Mempercepat alih teknologi yang lebih efisien dan efektif;
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Karakteristik Wilayah
3.1.1 Luas dan Batas Wilayah
Kabupaten Madiun memiliki luas wilayah sebesar 1.010,86 km2 atau 101.086 Ha. Secara
administratif, pemerintahan terbagi ke dalam 15 kecamatan yang terbagi dalam 206 terdiri dari 198 desa dan 8 kelurahan. Kabupaten Madiun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Batas sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro Batas sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk Batas sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo
Batas sebelah Barat : Kabupaten Magetan dan Ngawi
3.1.2 Kondisi Geografis
“e ara geografis terletak pada posisi ’- ’ Li ta g “elata da ’
-Bujur Timur. Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah merupakan dataran tinggi dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Gunung Liman.
3.1.3 Topografi
Topografi di Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan dengan posisi terendah terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun berdekatan dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara 21-100 mdpl. Kemudian berturut-turut ke arah selatan yang semakin bertambah tinggi hingga ketinggian hampir 2.000 mdpl. Kecamatan-kecamatan dengan ketinggian antara 1000-2000 mdpl diantaranya adalah Kecamatan Kare, Gemarang dan Dagangan sedangkan kecamatan dengan ketinggian >2000 mdpl adalah Kecamatan Kare. Untuk lebih jelasnya topografi beserta luasannya dapat dilihat pada Diagram 1.1
Gambar 2. Diagram Topografi Kabupaten Madiun Sumber: Studi literatur
Dari diagram diatas terlihat bahwa untuk Kabupaten Madiun persentase terbesar didominasi oleh ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut disusul kemudian oleh ketinggian 50-100 meter di atas permukaan laut yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Madiun.
3.1.4 Penggunaan Lahan
Berdasar penggunaan lahan Wilayah Kabupaten Madiun terinci sebagai berikut: Table 1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Madiun
• Sawah 30.951,00 Ha 30,62 %
• Tegal 7.091,54 Ha 7,02 %
• Perkebunan 2.472,00 Ha 2,45 %
• Hutan Negara 40.511,00 Ha 40,08 %
• Perairan (Kolam/waduk) 836,00 Ha 0,83 %
• Lain-lain (jalan,sungai,makam) 3.0902,20 Ha 3,86 %
Sumber: Bakosurtanal
Dari tabel diatas penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Madiun adalah Hutan Negara dengan luas lahan 40.511 Ha atau sekitar 40,08% dari luas wilayah Kabupaten Madiun. Sedangkan, penggunaan lahan terkecil yaitu perairan (kolam/waduk) dengan luas lahan 836 Ha atau sekitar 0,83% dari luas wilayah Kabupaten Madiun.
3.2 Perekonomian
Gambar 3. PDRB Kabupaten Madiun Sumber: BPS Kabupaten Madiun
Madiun mampu meningkatkan surplus pangan dari 157.864.461 ton pada tahun 2008 menjadi 220.824.124 ton pada tahun 2012.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun Tahun 2010 sebesar 5,92 kemudian menjadi 6,41 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar 6,43 dan pada tahun 2013 sebesar 6,37. Berikut ini adalah diagram pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur tahun:
Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Perekonomian
Dengan melihat diagram diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi masih di bawah laju pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur. Kondisi ini merupakan hal positif, namun apabila dikaitkan dengan laju pertumbuhan masing-masing tahun masih perlu dipacu lebih cepat.
Kabupaten Madiun sebagian besar wilayahnya hutan dan Lahan Pertanian sehingga dinamakan sebagai daerah agraris, merupakan penyangga pangan (beras) di Jawa Timur bagian Barat.
a) Produk padi (GKG) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 522.820,02 ton/tahun setara dengan 320.673,27 ton beras.
b) Luas areal panen 75.782 Ha.
e) Potensi berada di Kecamatan Madiun, Balerejo, Pilangkenceng, Mejayan, Sawahan, Jiwan , Geger, Kebonsari dan Dolopo.
Pengembangan pertanian diarahkan dalam rangka mendorong untuk terwujudnya kedaulatan pangan di Kota Madiun khususnya, umumnya mewujudkan kedaulatan pangan di Provinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional. Pengembangan pertanian dimaksud meliputi pengembangan tanaman pagi dan palawija. Dalam 5 (lima) tahun kedepan lahan yang dipertahankan untuk lahan persawahan seluas 1.007 Ha yang berada pada Kecamatan Balerejo, Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Dolopo.
BAB IV
ANALISIS
4.1 Identifikasi Sektor Basis di Kabupaten Madiun
Salah satu cara untuk mengetahui sektor basis di suatu daerah yaitu dengan menggunakan analisis Static Location Quotient. Analisis tersebut merupakan suatu indeks yang mengukur apakah suatu sektor merupakan sektor unggulan (sektor basic) atau tidak bagi suatu daerah. Metode LQ tersebut mempunyai keterbatasan karena bersifat statis dan hanya digunakan untuk mengestimasi perubahan sektor unggulan pada tahun tertentu saja. Berikut ini merupakan formula untuk menghitung sektor basis tersebut.
Nilai LQ di sektor i >1. Peran sektor i di daerah k lebih menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan. Nilai LQ di sektor i<1. Peran sektor i di daerah k kurang menonjol dari pada peran sektor k di daerah p. Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan.
Untuk melakukan analisis SLQ dibutuhkan data PDRB Kabupaten Madiun serta PDRB Provinsi Jawa Timur. Berikut ini merupakan data PDRB dari wilayah, yaitu
Table 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Madiun Tahun 2009-2013
No. SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTAURANT 916.91 992.62 1,091.63 1,198.06 1,306.36
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 91.40 96.01 100.45 106.63 114.03
9. JASA-JASA 479.74 511.21 548.21 579.78 613.48
TOTAL PDRB 2,899.89 3,071.61 3,268.56 3,478.78 3,700.33
Sumber: BPS Kabupaten Madiun
Table 3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013
No. SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 50,208.90 51,329.55 52,628.43 54,463.94 55,330.10
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 7,104.82 7,757.32 8,228.63 8,419.51 8,697.63
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 83,299.89 86,900.78 92,171.19 98,017.06 103,497.23
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4,361.52 4,642.08 4,932.08 5,238.43 5,486.50
5. BANGUNAN 10,307.88 10,992.60 11,994.83 12,840.57 14,006.02
6. PERDAGANGAN, HOTEL &
RESTAURANT 95,983.87 106,229.11 116,645.21 128,375.50 139,431.31
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 22,781.53 25,076.42 27,945.26 30,640.91 33,837.74
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN 17,395.39 20,186.11 20,186.11 21,782.34 23,455.84
9. JASA-JASA 29,417.37 30,693.41 32,251.53 33,884.59 35,686.08
TOTAL PDRB 320,861.17 342,280.76 366,983.28 393,662.85 419,428.45
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur
Kemudian, data PDRB tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis SLQ dan alat bantu hitung Microsoft Excel. Berikut ini merupakan tabulasi hasil Analisis SLQ untuk Kabupaten Madiun.
Table 4. Hasil Analisis SLQ Kabupaten Madiun
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa sektor Pertanian; Jasa-jasa; Perdagangan, Hotel & Restoran, Bangunan memiliki nilai SLQ > 1 yang artinya sektor tersebut menjadi spesialisasi (sektor basis) di Kabupaten Madiun dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan, sektor Pertambangan & Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas & Air Bersih; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan memiliki nilai SLQ < 1 yang artinya sektor tersebut bukan sektor yang menjadi spesialisasi (sektor non basis) di Kabupaten Madiun dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timur.
Gambar 5. Diagram Hasil Analisis SLQ Kab. Madiun Sumber: Hasil analisis, 2016
Diagram diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis pada Kabupaten Madiun. Maka, akan dilakukan analisis lanjutan kepada subsektor pertanian pada Kabupaten Madiun. Berikut ini merupakan hasil analisis subsektor pertanian.
Table 5. Hasil Analisis Sub Sektor Pertanian
No. SUBSEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
HASIL ANALISIS SLQ KAB. MADIUN TAHUN 2009-2013
2009
2010
2011
2012
Berdasarkan perhitungan SLQ tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 yang merupakan subsektor basis dari sektor pertanian di Kabupaten Madiun adalah subsektor kehutanan
4.2 Analisis Shift Share
Analisa shift-share adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa data statistik regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data lainnya. Dalam analisis ini, akan diperlihatkan bagaimana keadaan pertumbuhan di daerah dengan dibandingkan pada pertumbuhan nasional. Tujuan dari analisis shift-share adalah untuk melihat dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkan dengan wilayah yang lebih luas (wilayah referensi).
Keterangan:
PE : Pertumbuhan ekonomi
PB : Pertumbuhan ekonomi wilayah lokal KPN : Komponen pertumbuhan nasional KPP : Komponen pertumbuhan proporsional KPPW : Komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Dimana, jika PB ≥ aka sektor terse ut progresif. Jika PB < aka sektor terse ut u dur. Adapun komponen di dalam Analisis Shift Share, yaitu sebagai berikut:
a. Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN)
Perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi, kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yang mampu mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah.
Mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang di pengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (Nasional). Merupakan perubahan tenaga kerja sektor i di wilayah j dalam memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan nasional. - PN > 0 pertumbuhan sektor i di wilayah j (propinsi) memberikan kontribusi positif dalam
penyerapan tenaga kerja nasional.
PN = ri Nt’/Nt –
1)
Keterangan:ri : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i regional pada tahun awal
Nt’ : PDRB/Produksi/tenaga kerja total nasional pada tahun akhir Nt : PDRB/Produksi/tenaga kerja total nasional pada tahun awal
b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
Perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh komposisi sektor dalam permintaan produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
Sebuah nilai untuk mengukur perubahan relatif (naik/turun) suatu sektor daerah terhadap sektor yang sama ditingkat nasional.
- PP > 0 berarti suatu daerah berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh secara cepat.
- PP < 0 berarti suatu daerah tidak memiliki spesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh secara cepat.
PP = ri nt’/nt
-
Nt’/Nt
Keterangan:
ri : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i regional pada tahun awal nt : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i nasional pada tahun awal
t’ : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i nasional pada tahun akhir
Nt’ : PDRB/Produksi/tenaga kerja total nasional pada tahun akhir Nt : PDRB/Produksi/tenaga kerja total nasional pada tahun awal
Table 6. Hasil Perhitungan KPP
No Sektor KPP Keterangan
1 Pertanian -238.45252 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
2 Pertambangan -1.3211315 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
3 Industri Pengolahan -6.8154553 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
4 Listrik, Gas dan Air Bersih -1.5648675 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
5 Bangunan 5.70497698 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi
20.2153257 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
8 Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan
4.23157523 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
9. Jasa-Jasa -51.436415 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
Sumber: Hasil analisis, 2016
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW)
Perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh keunggulan komparatif wilayah tersebut, adanya dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi, serta kebijakan lokal di wilayah tersebut.
Perbedaan antara pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi dengan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat nasional.
- PPW > 0 region j memiliki daya saing yang baik di sektor i apabila dibandingkan dengan wilayah yang lain atau region j memiliki comparative advantage untuk sektor i dibandingkan dengan wilayah yang lain.
- PPW < 0 sektor i pada region j tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lain.
Keterangan:
ri : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i regional pada tahun awal
ri’ : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i regional pada tahun akhir nt : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i nasional pada tahun awal
t’ : PDRB/Produksi/tenaga kerja sektor i nasional pada tahun akhir
Table 7. Hasil Perhitungan KPPW
No Sektor KPPW Keterangan
1 Pertanian 45.68906 Mempunyai Daya Saing
2 Pertambangan -2.9865111 Tidak Mempunyai Daya Saing
3 Industri Pengolahan -3.3826544 Tidak Mempunyai Daya Saing 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.87511423 Mempunyai Daya Saing
5 Bangunan -5.0317182 Tidak Mempunyai Daya Saing
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -31.029906 Tidak Mempunyai Daya Saing 7 Pengangkutan dan Komunikasi -3.5635208 Tidak Mempunyai Daya Saing 8 Keuangan, real estate dan Jasa
Perusahaan -10.35776 Tidak Mempunyai Daya Saing
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dari analisis Shit Share yang telah dilakukan terhadap PDRB Kabupaten Madiun dapat diketahui bahwa
• Listrik, Gas & Air Bersih; Bangunan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan tumbuh lambat dan memiliki daya saing keunggulan komparatif.
• Pertanian; Jasa-Jasa tumbuh cepat namun memiliki daya saing keunggulan komparatif.
• Pertambangan; Industri Pengolahan tumbuh lambat dan tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif.
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan PB dimana perhitungan ini dilakukan dengan melakukan penjumlahan antara KPP dan KPPW yang akan dibandingkan dengan hasil SLQ untuk mengetahui sektor yang menjadi sektor unggulan, berkembang, potensial, dan tertinggal. Hasil analisis Shift Share dan LQ digabungkan dan diperoleh hasil sebagai berikut
Table 8. Hasil Penggabungan PB dan SLQ
SLQ > 1 SLQ < 1 PB (+) Bangunan; Perdagangan, Hotel &
Restoran;
Listrik, Gas & Air Bersih; Pengangkutan dan Komunikasi;
PB (-) Pertanian; Jasa-jasa Pertambangan & Penggalian; Industri Pengolahan; Keuangan;
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan hasil analisis perbandingan PB dan SLQ di semua sektor PDRB dapat diketahui bahwa:
•
Sektor Unggulan
: Bangunan; Perdagangan, Hotel & Restoran;
•
Sektor Berkembang : Listrik, Gas & Air Bersih; Pengangkutan dan Komunikasi;
•
Sektor Andalan
: Pertanian; Jasa-jasa
BAB V
KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN MADIUN
Konsep pengembangan pada Kabupaten Madiun dengan berbasis agropolitan dapat dibagi menjadi beberapakonsep yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Dsini penulis menawarkan beberapa konsep yang layak untuk dikembangkan untuk memajukan wilayah Kabupaten Madiun. Konsep agropolitan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah pedesaan sebagai pusat kegiatan pertanian tertinggal. Oleh karena itu perlu adanya beberapa konsep yang dapat menngkatkan mutu dan kualitas produksi pada daerah perdesaan selanjutnya bagaimana hasil produksi ini dapat diolah dan bersaing di wilayah yang lebih tinggi
Konsep yang ditawarkan adalah:
1. OVOP
OVOP (One Village One Product) digunakan untuk menentukan dan mengembangkan jenis produksi unggulan berbasiskan sumber daya pad masing masing desa. Dimna tujuannya dapat menciptakan atmosfr ekonomi yang kompetitif dalam menjawab persaingan dlobal. Selanjutnya terciptanya karaktristik suatu produk yang dapat dijadikan sebagai unggulan untuk dapat bersaing secara global. Harapan yang timbul adalah perekonomian masyarakat meningkat dan pembangunan wilayah berkembang.
2. Implementasi ekonomi kreatif
adalah implementasi dengan ekonomi kreatif dalam bidang desain kemasan, periklanan, kuliner dll.
Konsep yang ditawarkan untuk mengembangkan wilayah berbasis pertanian yang dimana menyokong agropolitan dengan produk produk barang yang sudah jadi dan memiliki daya saing. Konsep ini dapat diperhatikan pada ilustrasi berikut:
Sumber : Hasil Analisis 2016
Pada gambar diatas, dalam mendkung pertumbuhan ekonomi, perlu ditingkatkan komoditas komoditas lokal yang tentunya berbasis pertanian (agropolitan). Namun perlu adanya pematangan produk yang mampu berdaya saing sehingga setelah ovop perlu adanya implementasi ekonomi kreatif dalam menambahkan mutu dan kualitas barang atau produk.
Hal ini juga sangat berpengaruh dari hasil analisis, yang dimana sektor andalan saat ini adalah pertanian, sedangkan unggulan adalah perdagangan dan jasa. Oleh sebab itu sangat sejalan apabila konsep ini dapat diimplementasikan dengan baik. Sehingga permasalahan akan kemandirian
Gambar 6 Integrasi Konsep OVOP Dan Implementasi Ekonomi Kreatif
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah
1. Berdasarkan perhitungan SLQ dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 yang merupakan subsektor basis dari sektor pertanian di Kabupaten Madiun adalah subsektor kehutanan.
2. Dari analisis Shit Share yang telah dilakukan terhadap PDRB Kabupaten Madiun dapat diketahui bahwa Listrik, Gas & Air Bersih; Bangunan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan tumbuh lambat dan memiliki daya saing keunggulan komparatif. Pertanian; Jasa-Jasa tumbuh cepat namun memiliki daya saing keunggulan komparatif. Pertambangan; Industri Pengolahan tumbuh lambat dan tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif.
3.