• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berapa banyak spesies di seluruh dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berapa banyak spesies di seluruh dunia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Berapa banyak spesies di seluruh dunia?

Setiap strategi untuk melestarikan keanekaragaman hayati memerlukan perkiraan berapa banyak spesies yang ada, dan bagaimana distribusinya. Saat ini sudah 1,5 juta spesies telah dideskripsikan atau dikenali oleh ilmu pengetahuan. Namun pengetahuan kita tentang jumlah spesies tidak akurat, karena ada sejumlah spesies yang kurang diperhatikan secara taksonomi seperti laba-laba, nematoda, jamur, dan serangga yang berukuran kecil dan sulit untuk dipelajari.

Pada tahun 1997, Arnaz dan Mark Erdmann menemukan contoh ikan aneh dan tak dikenal di pasar kota Manado. Ikan ini ternyata anggota bangsa Coelancanth, ikan purba yang sangat langka di dunia. Coelancanth hidup pertama kali ditemukan pada tahun 1938 di pantai selatan Afrika, oleh Maejorie Courtney-Latimer, kemudian oleh James Leonard Brieley Smith dideskripsikan serta diberi nama ilmiah Latimeira chalumnae. Latimeira adalah untuk menghormati penemunya dan chalumnae adalah nama lokasi penemuan (dekat mulut sungai Chalumnae).

Coelacanth merupakan ikan besar (antara 1-2 m panjangnya), dengan sirip-sirip yang membulat dan sisik-sisik yang khas (cosmoid) yang relatif tipis dan umunya hanya ditemukan pada ikan-ikan purba yang telah punah. Sirip bagian pinggang (pectoral fins) dan bagian bawah (anal fin) tumbuh pada tangkai yang berdaging yang ditunjang oleh tulang belulang. Sirip ekor (tail fin) terbagi atas tiga lembar dan bagian tengah sirip ekor tersebut merupakan lanjutan notokordia. Coelacanths juga memiliki organ panca indra sinyal elektrik yang disebut organ roseteral pada bagian muka tengkoraknya. Organ ini tampaknya berguna untuk mendeteksi pakan dan mangsa mereka seperti cumi, sotong, dan hiu-hiu kecil. Coelacanth juga memiliki reproduksi tidak lazim pada kelas ikan pada umumnya yaitu melahirkan.

Contoh luar biasa lainnya adalah penemuan “dunia yang hilang” pada tahun 2005 di Pegunungan Foja Mamberamo, Papua (Beehler 2006). Di tempat ini ditemukan sejumlah spesies baru dan langka. Termasuk diantaranya adalah satu spesies mamalia besar yang belum pernah ditemukan di Indonesia ( kangguru pohon dari jenis Dendrolagus pulcherimus); satu spesies burung baru untuk ilmu pengetahuan (sejenis “honeyeater”); penemuan lokasi berbiak burung langka Cenderawasih berkawat-enam Parotia berlepschi; lebih dari 20 spesies katak ; empat spesies kupu-kupu yang baru untuk ilmu pengetahuan; lima spesies palem baru untuk ilmu pengetahuan; sejumlah bentuk tumbuhan yang tampaknya belum dikenal; suatu bunga yang mungkin merupakan Rhododendron terbesar di dunia. Penemuan ini terselenggara berkat kerja sama meluas, termasuk berbagai peneliti dari Conservation International bersama Pusat Penelitian Biologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Cenderawasih, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Irian Jaya 1, YALI, Dewan Adat Mamberamo Raya dan masyarakat Kwerba serta masyarakat Papasena.

(2)

 Komunitas hewan beragam, khusunya serangga yang beradaptasiuntuk hidup di kanopi pohon tropika dan jarang atau hampir tak pernah turun ke tanah (Lowman 1999). Penggunakan perlatan teknik memanjat menara dan jembatan kanopi dan mesin crane (pengungkit) yang tinggi membuat habitat kini terbuka untuk dijelajahi.

 Penelitian terbaru mengenai kesehatan daun pohon tropika telah mengungkapkan kekayaan yang luar biasa dari kelompok jamur yang hidup di dalam daun. Dari contoh 83 daun, terdapat lebih dari 340 spesies jamur yang berbeda (Arnold dkk 2000, 2003). Masih diteliti apakah jamur tersebut merupakan parasit daun atau memberikan manfaat bagi tumbuhan.

 Penelitian komunitas bakteri di daerah pedalaman dengan teknik “sampling” baru mengungkapkan keanekaragamn spesies yang tak terduga sebelumnya. Sebagai contoh, di dasar laut dalam mempunyai komunitas unik bakteri dan hewan-hewan yang berkembang di sekitar celah geotermal dan sedimen laut. Proyek-proyek pengeboran menunjukan bahwa terdapat komunitas bakteri yang beragam, ditemukan pada kedalaman 2,8 km dari kulit bumi dengan kepadatan berkisar antara 100-100.000.000 bakteri per gram batuan padat (Fredickson dan Onstott 1996). Komunitas bakteri ini sedang diteliti sebagai sumber kimia baru, serta potensi manfaatnya untuk menguraikan kimia beracun dan untuk mendeteksi kehidupan di planet lain.

Ketiadaan koleksi menghambat pengetahuan kita mengenai jumlah spesies yang di temukan di lingkungan laut (Grassela 2001), yang tampaknya menjadi benteng besar keanekaragaman hayati. Tidak diragukan lagi masih banyak spesies biota laut (dan bahkan mungkin filum dan kingdom baru) yang masih dapat ditemukan. Mengingat adanya sekitar 20.000 spesies hewan baru dideskripsikan setiap tahun dan mungkin lebih dari 5 juta lagi belum diidentifikasi, dengan tingkat rata-rata penemuan yang ada sekarang maka tugas mendeskripsikan spesies dunia belum akan selesai dalam tempo 250 tahun. Hal ini menekankan kebutuhan yang sangat genting untuk melatih lebih banyak lagi ahli astronomi, serta mendorong para ahli tersebut untuk menggunakan teknologi molekular mutakhir dan meningkatkan pertukaran informasi melalui situs internet (web).

Kepunahan dan Ekonomi: Hilangnya sesuatu yang Berharga

Keanekaragaman baik spesies, variasi genetik, maupun komunitas biologi perlu diteliti, dibuatkan katalog dan dilestarikan. Untuk semua itu, maka suatu generasi baru ahli biologi konservasi harus dilatih. Museum, universitas, organisasi, institusi dan lembaga-lembaga lainnya yang mendukung kerja ini harus memberikan prioritas utama pada upaya menyediakan pelatihan. Perubahan demikian membutuhkan reformasi pola pikir di bidang politik dan sosial. Pemerintah dan komunitas di seluruh dunia harus menyadari bahwa keanekaragaman hayati bernilai sangat tinggi bahkan sangat penting bagi keberadaan manusia. Pada akhirnya, perubahan akan terjadi jika orang percaya bahwa dengan kerusakan komunitas biologi yang harus terjadi, maka mereka akan kehilangan sesuatu yang berharga.

(3)

Diperkirakan pada masa lampau telah terjadi tidak kurang dari lima kali episode kepunahan massal (Wilson 1989; Raup 1992; Banton dan Twitchett 2003). Kepunahan terbesar terjadi pada zaman Permian (250 juta tahun lalu) yang disebabkan oleh letusan gunung vulkanik serentak dan atau tabrakan dengan asteroid yang menimbulkan perubahan dramatik pada iklim bumi sehingga banyak spesies mengalami kepunahan. Diperlukan proses evolusi selama 50 juta tahun untuk mengembalikan jumlah famili yang hilang selama masa Permian. Kepunahan juga disebabkan oleh satu spesies dapat mengalahkan spesies lain atau mendorongnya ke arah kepunahan melalui predasi atau pemangsaan. Spesies yang sukses mungkin berevolusi menjadi spsies lain akibat perubahan lingkungan atau adanya perubahan acak di dalam gen. Faktor-fator yang menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu spesies seringkali tidak jelas . Seperti halnya spesiasi, kepunahan adalah bagian dari siklus alami.

Pada periode geologi yang lalu, hilangnya spesies diseimbangkan atau dilampaui oleh evolusi dan pembentukan spesies baru. Namun, saat ini tingkat kepunahan mencapai 100 hingga 1.000 kali dari tingkat kepunahan dimasa lalu. Episode kepunahan saat ini, yang kadang disebut kepunahan keenam, disebabkan oleh aktivitas manusia (Leakey dan Lewin 1996, Lovei 2001).

Ilmu ekonomi ekologi

Faktor-faktor apa yang menyebabkan manusia melakukan tindakan yang tidak berkesinambungan serta merusak alam? Biasanya, degradasi lingkungan dan hilangnya spesies terjadi sebagai akibat kegiatan perekonomian manusia. Spesies diburu hingga punah, limbah dibuang ke sungai. Lahan-lahan kosong digunakan untuk perkebunan jangka pendek.

Eksternalitas yang paling sering diabaikan adalah kegiatan perekonomian yang pada akhirnya merusak lingkungan, misalnya membuang limbah industri ke sungai. Kegiatan ini mengakibatkan penurunan kualitas air minum, berkurangnya ikan yang aman untuk dimakan, dan hilangnya banyak spesies, karena tak dapat bertahan hidup dalam sungai yang terpolusi. Kegagalan pasar terjadi ketika sumber daya salah dialokasikan, hal ini memungkinkan beberapa individu atau pelaku bisnis mendapat untung dengan merugikan masyarakat.

(4)

Kegagalan pasar melalui perubahan tata guna lahan terjadi di kota-kota besar di Indonesia termasuk di pesisir tempat semula ditumbuhi bakau dan komunitas pes caprae yang penting. Contohnya termasuk pengubahan lahan di sekeliling Cagar Alam Muara Angke (Jakarta) dan di pesisir Wonorejo (Surabaya) menjadi pemukiman. Pengurukan laut berterumbu karang di pesisir pantai Manado demi pembangunan sarana pusat perbelanjaan merupakan contoh lainnya.

Agar semua biaya transaksi ekonomi dapat diperhitungkan dengan benar, termasuk biaya-biaya lingkungan, suatu disiplin ilmu sedang dikembangkan, yaitu ekonomi ekologi. Disiplin ini memadukan ilmu-ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ekologi dan kebijakan public, termasuk penilaian atas keanekaragaman hayati dalam analisa ekonomi (Daily 1997; Dasgupta 2001).

Sumber daya milik bersama

Bayak sumber daya seperti udara bersih, air bersih, kualitas tanah, spesies langka, dan bahkan keindahan pemandangan, dianggap sebagai sumber daya kolektif dan terbuka bagi siapapun. Sumber daya ini seringkali tidak dihargai dengan nilai keuangan sebagaimana seharusnya. Masyarakat, industry, dan pemerintah memanfaatkan dan menghabiskan sumber daya ini, sementara upaya untuk membayar biaya lingkungan ditekan seminim mungkin yang menimbulkan kegagalan pasar, dan dikenal sebagai tragedy of the commons, atau tragedi kepemilikan bersama (Hardin 1985). Di sini perlu diterapkan sistem “akuntansi hijau” yang lebih komprehensif (misalnya akuntansi sumber daya alam). Dengan menggunakan metode akuntansi tersebut, pilihan untuk melestarikan manfaat sumber daya alam seringkali menjadi lebih bernilai dibandingkan keuntungan jangka pendek yang diperoleh melalui eksploitasi sumber daya.

Tinjauan lingkungan itu merupakan praktik umum di negara-negara maju dan sudah mulai banyak dilaksanakan di negara-negara berkembang. Sebelum suatu proyek dapat didanai dan dimulai, lembaga-lembaga dana Internasional dapat meminta diadakan suatu tinjauan, agar proyek tersebut dapat dievaluasi terlebih dahulu. Analisis dampak lingkunga juga seringkali memasukkan analisis biaya manfaat. Analisis ini membandingkan antara nilai yang diperoleh dengan biaya proyek atau penggunaan sumber daya (Perrings 1995).

Secara teoritik, tujuan dari analisis itu sederhana : jika analisis biaya manfaat menunjukkan bahwa proyek akan menguntungkan, maka proyek dapat dilanjutkan, namun akan dihentikan jika tidak menguntungkan. Kini kecenderungan yang meningkat pada pemerintah, kelompok konservasi, dan ahli ekonomi untuk mengaplikasikan prinsip pencegahan; yaitu seringkali lebih baik tidak menyetujui proyek yang mempunyai resiko yang tinggi terhadap lingkungan.

(5)

fosil yang murah, air gratis, dan jaringan jalan. Hal-hal tersebut kadang disebut dengan subsidi tak sehat. Subsidi pemerintah ini untuk memajukan industri tertentu, seperti pertanian, perikanan, dan produksi energi. Jumlah subsidi ini dapat mencapai US$ 1,4 triliun per tahun. Akibatnya, banyak aktivitas ekonomi yang sekilas tampak menguntungkan, namun dalam kenyataannya merugikan (Myers dan Kent 2001). Tanpa subsidi ini, berbagai aktivitas yang merusak lingkungan akan dapat dikendalikan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk memasukkan hilangnya sumber daya alam ke dalam kalkulasi-kalkulasi produk domestik bruto (PDB) serta indeks produktivitas nasional lainnya (Repetto 1992). Saat ini, PDB mengukur aktivitas ekonomi dalam suatu negara, tanpa menghitung seluruh biaya dari aktivitas yang tidak berkelanjutan. Akibatnya, PDB tampak relatif tinggi, padahal aktivitas-aktivitas tersebut dalam jangka panjang dapat merusak kehidupan ekonomi suatu negara. Nilai kerusakan hutan pada tahun 1980-an jauh melampaui pendapatan yang diperoleh dari hasil hutan. Akibatnya, sektor kehutanan telah mengurangi kekayaan negara. Berdasarkan perhitungan tersebut, erosi tanah menjadi beban ekonomi hingga US$ 44 miliar setiap tahun (Pimentel dkk 1995).

Dalam metode penghitungan nilai ekonomi dapat dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu : nilai pasar (atau nilai panen) dari sumberdaya, nilai sumberdaya yang tidak dipanen di lingkungan alaminya, dan nilai sumberdaya dimasa mendatang (Kareiva dan Levin 2003). Suatu kerangka kerja yang bermanfaat telah dikembangkan oleh McNeely dkk (1990) dan Barbier dkk (1994). Mereka memperhitungkan bahwa keanekaragaman hayati dapat dinilai berdasar nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak langsung. Nilai langsung diterapkan untuk menghitung produk yang dipanen, misalnya kayu dan makanan laut. Nilai manfaat tidak langsung (dalam ilmu ekonomi, barang-barang publik) dari keanekaragaman hayati, biasanya diperhitungkan hanya bagi yang tidak dipanen langsung dan pemanfaatannya tidak merusak sumber daya (misalnya kualitas air, perlindungan tanah, rekreasi, dan pendidikan). Nilai kehidupan (nilai eksistensi) merupakan jenis nilai lainnya yang dapat digunakan untuk menilai keanekaragaman hayati. Nilai eksistensi juga dapat diberikan pada komunitas biologi atau pada ekosistem yang luas seperti hutan tropika humida, terumbu karang dan pemandangan yang indah.

Nilai-nilai Ekonomi Langsung

Nilai manfaat langsung (juga dikenal sebagai nilai komoditas) seringkali dikalkulasikan dengan mengobservasi kegiatan dari suatu kelompok yang dianggap mewakili. Nilai langsung itu kemudian dibedakan lagi atas nilai kegunaan konsumtif, untuk barang yang dipergunakan secara lokal, dan nilai kegunaan produktif, untuk barang yang dijual di pasar.

(6)

Nilai kegunaan konsumtif diberikan untuk barang-barang yang dikonsumsi secara lokal dan tidak ditemukan di pasar nasional atau internasional, misalnya kayu bakar dan hasil buruan. Orang-orang yang hidup disekitar hutan seringkali mengambil hasil hutan untuk keperluan sehari-hari.

Hasil hutan

Hasil hutan adalah segala macam material yang didapatkan dari hutan untuk penggunaan komersial seperti kayu potong, kertas, dan pakan hewan ternak. Kayu adalah hasil hutan komersial yang paling dominan, digunakan di berbagai industri seperti bahan bangunan dan sebagai bahan baku kertas dalam bentuk pulp kayu. Sedangkan hasil hutan non-kayu yang merupakan hasil hutan yang didapatkan tanpa menebang pohon, sangat beragam jenisnya.

Banyak kebijakan manajemen hutan diimplementasikan yang berdampak pada ekonomi hasil hutan, termasuk pembatasan akses hutan, bea penebangan hutan, dan kuota penebangan. Deforestasi, pemanasan global, dan masalah lingkungan lainnya menjadi alasan pentingnya penerapan kebijakan manajemen hutan, karena semua itu juga mengganggu ketersediaan dan keberlanjutan hasil hutan pada masa depan. Ide kehutanan berkelanjutan yang bertujuan menjaga hasil hutan tanpa menyebabkan kerusakan ekosistem yang tidak dapat diperbaiki telah mengubah hubungan antara aktivis lingkungan dan industri hasil hutan.

Nilai ekonomi tidak langsung

(7)

dalam bentuk barang atau jasa dalam pengertian ekonomi sehingga tidak tercatat dalam statistik ekonomi nasional seperti PDB. Jika ekosistem alami tidak tersedia untuk memberi manfaat ini makan sumber sumber pengganti harus di temukan yang sering kali memerlukan biaya besar.

Nilai kegunaan produktif

Nilai kegunaan produktif di berikan kepada produk produk yang di ambil dari alam dan dijual ke pasarn komersial, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Produk ini biasa nya di nilai dengan metode ekonomi standar sebagai alternatif, nilai ini juga dapat di hitung berdasarkan harga akhir produk di tingkat eceran.

Hasil bukan kayu termasuk hewan buruan buah buahan karet dan getah rotan dan tanaman obat juga memiliki nilai kegunaan produktif yang besar produk bukan kayu ini yang secara salah disebut hasil hutan minor kenyataan nya memiliki nilai ekonomi tinggi dan bahan dapat menandingi nilai kayu. Memang benar dengan menebang dan menjual kayu dapat di peroleh keuntungan tersebesar dalam 1 tahun saja tetapi setelah di tebang tidak akan di hasilkan kayu lagi untuk beberapa dekade berikutnya.

Apotik alamiah

Untuk membuat orang tetap sehat di perlukan obat obatan yang efektif obat obatan merupakan industri yang luar biasa besar, dengan penjualan di seluruh dunia mencapai US$ 300 miliar pertahun(Matteo Dkk. 2001). Lingkungan alami merupakan sumber penting bahan obat obataan dimasa kini dan mendatang. 25% obat resep dokter di amerika serikat mengandung bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan kebanyakan antibiotik penting antara lain penisilin dan tetasiklin berasal dari jamur dan mikroorganisme lain nya(Dobson 1992,1998). Meskipun sebagian obat obatan yang di produksi sekarang ini berasal dari bahan kimia(sintetik) tetapi bahan kimia itu pertama kali digunakan pada spesies liar yang digunakan untuk obat obatan tradisional(CAX 2001). Hewan berbisa seperti ular,lebah,keong merupakan sumber yang kaya dengan bahan kimia dengan nilai medis dan aplikasi biologi(Chartel 1966) lingkungan yang alami secara aktif sedang di cari demi generasi obat obatan dan produk industri berikutnya.

(8)

air yang dilepas ke atmosfer melalui proses transpirasi oleh tumbuhan. Di tingkat global, hilangnya vegetasi dari berbagai daerah di dunia dengan hutan yang luas seperti lembah Amazon dan Afrika Barat dapat mengurangi rata-rata tahunan curah hujan dan bahkan mengubah pola cuaca pada umumnya. Akibatnya, terjadi pemingkatan kadar karbon dioksida yang membawa pemanasan global (IPPC 2001).

Hubungan antaspesies. Bagi berbagai spesies yang dimanfaatkan manusia untuk nilai kegunaan produktifnya, kelangsungan hidup mereka bergantung pada spesies liar lainnya. Salah satu hubungan paling ekonomis di dalam komunitas biologi adalah antara banyak pepohonan di hutan dan tanaman pangan dengan organisme tanah, khususnya jamur. Pertumbuhan yang lambat dan kematian pepohonan pada beberapa tempat di Afrika Utara dan Eropa sebagian disebabkan oleh efek mematikan hujan asam dan polusi udara terhadap jamur tanah yang memasok air dan mineral untuk tumbuahan (Moore dkk. 2001).

Pemantauan lingkungan. Spesies yang sensitif terhadap racun kimia berjasa sebagai indikator peringatan dini untuk memantau kesehatan lingkungan. Spesies indikator terbaik yang telah diketahui adalah lumut kerak batu (lichen), yang menyerap sejumlah besar kimia dari air hujan dan polusi udara. Biota perairan seperti moluska juga efektif untuk memantau polusi karena ia memproses air dalam volume banyak dan menyimpan bahan kimia beracun seperti logam, PCB (timbal), dan pestisida di dalam jaringan tubuhnya (Persson dkk. 2000).

Rekreasi dan ekowisata. Ekosistem memberikan banyak jasa rekreasi bagi manusia. Di Amerika Serikat, terdapat 350 juta orang yang mengunjungi taman nasional, suaka margasatwa, dan kawasan dilindungi lainnya. Ekowisata atau ekoturisme merupakan suatu kategori rekreasi yang melibatkan sejumlah orang untuk mengunjungi suatu tempat dan membelanjakan seluruh atau sebagian uangnya demi memperoleh penhgalaman berinteraksi dengan komunitas biologi yang luar biasa (misalnya, savana Afrika, savan Baluran dan Alas Purwo-Jawa Timur, Kepulauan Galapagos, dan terumbu karang Wakatobi-Sulawesi Tenggara). Ekowisata meningkat pesat di banyak negara berkembang karena orang ingin menyaksikan dan merasakan sendiri keanekaragaman tropika. Dalam proyek pembangunan konsevasi terpadu (ICDP) yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya, ekowisata memungkinkan penduduk lokal mengembangkan berbagai sumber pendapatan termasuk akomodasi setempat, keahlian sebagai pemandu, serta kerajinan tangan. Terdapat suatu resiko yang dapat munccul dari industri ekowisata. Selain, itu para wisatawan melalui berbagai kehadiran, kemkamuran, dan permintaan mereka, dapat mempengaruhi budaya tradisional masyarakat daerah wisata.

(9)

bahan tersebut bernilai ekonomi. Nilai program pendidikan ini menggambarkan nilai kegunaan nonkonsumtif dari keanekaragaman hayati, dimana alam menjadi sumber dari materi-materi itu. Dengan demikian, sumbangsih terbesar dari suatu stasiun ilmiah adalah menambah pengetahuan manusia, pendidikan, dan memperkaya serta menyerap pengalaman penduduk setempat.

Nilai pilihan adalah potensi keanekaragaman hayati untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pada suatu saat di masa depan. Metoda pemecahan suatu permasalahan lingkungan dan keanekaragaman hayati mungkin hanya dapat ditemukan pada beberapa spesies atau komunitas biologi yang belum disentuh sebelumnya. Melalui program-program seperti ini telah dimunculkan insentif finansial bagi berbagai negara untuk melindungi sumberdaya alamnya, serta melindungi pengetahuan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh penduduk asli setempat. Sudah sepantasnya bila berbagai negara saat ini mulai menuntut pembagian atas kegiatan komersial yang dihasilkan dari keanekaragaman hayati yang ada di wilayah masing-masing, baik negara maju maupun berkembang. Penduduk lokal di negara berkembang, yang tau bagaimana memanfaatkan spesies, yang melindungi mereka, dan yang sering menunjukannya kepada ilmuwan, juga harus mendapatkan bagian keuntungan dari pemanfaatan spesies tersebut.

Meskipun kebanyakan spesies belum memberikan manfaat langsung, dan bekum bernilai ekonomi, sebagian kecil dari spesies ternyata mempunyai potensi besar. Beberapa di antara segelintir spesies tersebut dapat memberikan manfaat sangat penting, baik dalam tindakan medis, mendukung industri baru, atau untuk mencegah hancurnya tanaman pertanian utama. Jika ada satu dari spesies-spesies tersebut punah sebelum ditemukan khasiatnya, maka akan terjadi sebuah kerugian yang sangat besar bagi ekonomi global, meskipun kebanyakan spesies-spesies dunia telah sempat dikonservasi.

Hilangnya komponen-komponen variasi genetic, spesies, dan komunitas biologi, ibarat merobek bumi yang dapat berfungsi secara efektif.

Nilai Eksistensi

(10)

hidup liar dan habitat alami secara lansung. Nilai eksistensi dapat diberikan kepada komunitas biologi, serti hutan tua didaerah iklim sedang, hutan tropika humida, terumbu karang, dan padang rumput. Daerah dengan pemandangan indah juga dapat dihargai dengan nilai eksistensi. Belakangan ini banyak masyarakat dan organisasi menyumbangjan sejumlah besar dana untuk mempertahnkan keberadaan suatu habitat. Di Kota Rika, 91% responden dalam suatu survei menyatakan bahwa mereka bersedia membayar lebih tinggi untuk bea air dan listrik, jika uangnya digunakan untuk melindungi kualitas lingkungan dan keanekaragaman hayati (Holl dkk. 1995).

Etika Lingkungan

Etika lingkungan merupakan disiplin baru caging filosofi yang cukup intensif, yang berusaha mengartikulasikan nilai etika dari alam semesta. Jika masyarakat kita menganut prinsip-prinsip etika lingkungan, maka pelestarian lingkungan dan pemeliharaan keanekaragamn hayati menjadi prioritas utama. Hal ini dibuktikan dengan adanya budaya tradisional yang menyatu dengan alam. Dalam budaya tradisional tersebut bertanggung jawab atas menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam secra efisien. Hubungan antara etika lingkungan, konservasi serta keadilan social ekonomi telah digabungkan menjadi Piagam Bumi.

Berdasakan etika lingkungan, maka manusia haruslah memiliki segumpal kewajiban moril yang melebihi kepentingan diri sendiri, dan semakin menjangkau masyarakat serta lingkungan yang meluas. Dibawah ini merupakan sebagian argumentasi yang membahas tentang nilai dari melindungi lingkungan dan keanekaraganab hayati diantaranya adalah :

 Setiap spesies memiliki hak untuk hidup  Semua spesies saling bergantung satu sama lain  Manusia bertanggung jawa sebagai penjaga bumi

 Menghargai kehidupan manusia dan memperhatikan kepentungan umat manusia adalah serasi dengan menghargai keanekaragaman hayati

 Alam memiliki nilai spiritual dan estetika yang melebihi asal kehidupan

Pada dasarnya masyarakat mempunyai kewajiban untuk melindungi keanekaragaman hayai ini. Yang tak kalah penting, kenyamanan manusia terkait dengan lingkungan yang sehat dan utuh.

Pendekatan filosofis : ekologi medalam

(11)

komitmen untuk melakukan perubahan gaya hidup perorangan. Deep ecology bukan berhubungan dengan krisis luar biasa dalam keanekaragaman hayati saat ini. Ilmu ini menggabungkan penelitian dasar dan praktik pelaksanaan untk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati: khususnya kepunahan spesies, hilangnya variasi genetic, dan kerusakan komunitas biologi.

 Keanekaragaman hayati Bumi mencangkup keseluruhan spesies makhluk hidup, variasi genetic di antaranya individu di satu spesies, komunitas biologi tempat spesies hidup, dan interaksi tingkat ekosistem dari komunitas dengan lingkungan fisik dan kimianya.

 Spesies kunci tertentu akan menentukan kemampuan spesies lain untuk bertahan di dalam komutitas. Tanpa spesies kunci ini, banyak spesies lain akan tesingkir dari komunitasnya.

 Keanekaragaman hayati tertinggi terdapat di hutan tropika humida, terumbu karang, danau tropika, laut dalam dan semak belukardengan iklim Mediterania. Kebanyakan spesies di dunia belum dideskripsikan dan di beri nama.

 Bidang baru ekonomi ekologi telah mengembangkan metode untuk menilai keanekaragaman hayati. Dalam prosesnya, ekonomi ekologi jua telah member argumentas untuk melindungi keanekaragaman hayati. Komponen-komponen keanekaragaman hyati dapat member nilai ekonomi langsung. Dalam nilai-nilai ekonomi langsung tersebut tercangkup produk yang diambil dari alam, seperti kayu, kayu bakar, ikan, hewan liar tumbuhan yang dapat dimakan, dan tumbuhan obat. Nilai ekonomi langsung dapat dibedakan atas nilai kegunaan konsumtif untuk produk-produk yang dugunakan di tigkat local, dan nilai kegunaan produktif untuk produk-produk yang diambil dari alam dan dijual di pasar.

(12)

 Etika lingkungan serasi dengan tanaman nilai-nilai tersebut memberikan justifikasi bagi pelestarian keanekaragaman hayati. Argumentasi moral tersebut tidak sulit dipahami oleh sebagian besar masyarakat.

(13)

Aguirre, A.A. R.S. Ostfeld, G.M. Tabor, c. House & M.C. Pearls (eds). 2002. Conservation Medicine: ecological Health in Practice.Oxford University Press, New York, NY. Hubungan antara kesehatan ekosistem, kesehatan manusia, dan biologi satwa liar.

Beehler, B. 2006. Foja Mountains, New Guinea. Conservation Frontlines (6) 2:8-11

Chapin III, F.S. Zavaleta V.T. Eviner dkk. 200. Consequences of changing biodiversity. Nature 405: 234-242. Hilangnya keanekaragaman hayati memiliki implikasi ekologi dan ekonomi yang luar biasa.

Daily, G.C. & K.E. Ellison. 2002. New Economy of Nature: The Quest to Make Consevation Profitable. Islan Press, Wasington, D.C. berbagai cara untuk meningkatkan pendanaan bagi perlindungan keanekaragaman hayati.

Erdman, M.V,. & M.K. Moosa. 1999. A new discovered home for “Old Fourlegs” : the discovery of an Indonesian population of living Coelacanths.” Jurnal Pesisir dan Lautan 2 (1): 12-20.

Groombridge, B. & M.D. Jenkins. 2002. World Atlas of Biodiversity: Eart’s Living Resources in the 21 Century. University of California Press, Berkeley, C.A. menggambarkan keanekaragaman hayati dunia, dengan banyak peta dan table.

Leopold, A.C. 2004. Living with the land ethic. BioScience. 54: 149-154.

Morell,V. 1999. The variety of life. National Geographic 195 (Feb.): 6-32. Terbitan khusus mengenai keanekaragaman hayati.

Primack, R.B. 1995. A Primer of Conservation Biology. Sinauer Assocition Inc. Sunderland. USA

Referensi

Dokumen terkait

dengan sistem lain seperti sistem Roller sebanyak tiga buah , sehingga akan didapat unjuk kerja dari mesin pemeras batang sorghum yang lebih optimal.. Cara kerja mesin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Jimbaran dan Lokal memberikan hasil berat polong segar per tanaman yaitu 61, 45 g dan 47,88 g lebih tinggi daripada varietas

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan curah hujan, kecepatan angin, kelembaban, dan suhu udara dengan kejadian penyakit DBD.. Diperlukan kerjasama

[r]

Kelompok Profesi Fungsional Jabatan Nomor SK TMT Jabatan Angka Kredit...

Abdullah (2006: 4) menjelaskan bahwa implikasi dari SHUEHGDDQ ³ QDWXUH´ GDQ ³ FXOWXUH´ tersebut adalah terjadinya pemisahan sektor kehidupan. Perempuan yang

Diagram System Use Case Portal Jasa Fotografi dan Videografi Online Berbasis Web Responsif.... Class Penyedia

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: a) Bagaimana mendeskripsikan langkah- langkah pengembangan media pembelajaran dan