1
“
ANALISIS SISTEM PENETAPAN UPAH BURUH TANI PADI BERBASIS GENDER MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM ”(Studi Kasus: JorongPaninggiran Ateh, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu(SE) Ekonomi Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh:
RIKA APRILIA NIM : 3216.090
PRODI STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) BUKITTINGGI
1441 H/2020 M
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan nikmat dan petunjuk-Nya untuk memilih jalan-jalan yang penuh dengan tebaran berkah, karunia, ilmu serta hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam senantiasa penulis limpahkan kepada junjungan yang kita cintai yakni Nabi Muhammad SAW sebagai sumber ilmu dan inspirator kita semua, karena dengan jasa beliaulah sampai saat ini kita masih dapat menikmati indahnya Islam, nikmatnya Iman dan ajaran perdamaian yang dibawa oleh Islam. Penulisan Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mancapai gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di IAIN Bukittinggi. Adapun judul pada skripsi ini adalah “ANALISIS SISTEM PENETAPAN UPAH BURUH TANI PADI BERBASIS GENDER MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus Di Jorong Paninggiran Ateh, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam)”.
Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Terutama kepada segenap keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik itu moril maupun materil, teristimewa kepada Ayahanda tercinta Jasril dan kepada Ibunda tercinta Marniwati penulis yang
ii
ii
telah mendidik, membesarkan serta memberikan dukungan dan butiran-butiran do‟anya kepada penulis serta telah memberikan motivasi kepada penulis. Hal ini juga penulis sampaikan kepada saudara kandungdan kepada seluruh keluarga besar saya beserta teman-teman yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan penulis. Serta atas bantuan dan arahan yang telah diberikan. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam serta Bapak Rini Elfiza, SE.M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menuntut ilmu di IAIN Bukittinggi.
2. Ibuk Dra. Rusyaida, M.Ag selaku pembimbing I dan Ibuk Hj. Zulhelmi, SE, MM selaku pembimbing II dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bimbingan dan arahan yang telah Ibuk berikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak H. Harfandi, SE, M. Siselaku penasehat akademik yang telah memberikan dorongan dannasehatnya demi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak/Ibuk pegawai perpustakaan yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibuk dosen yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis bisa melanjutkan karya ilmiah ini dalam bentuk skripsi.
6. Bapak Wali Nagari Nan Tujuah, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam yang
iii
telah bersedia meluangkan dan membantu segala hal demi kelancaran penelitian penulis lakukan.
7. Saudara-saudara kandungku yang selalu bersama di saat suka dan duka, Beni Alendra dan Windi Tria Devika. Kepada para sahabat dan teman-temanku yaitu Ratna Dewi, Pasukan 13 (Desi,Alfi, Aldo, Arif, Robi), Mai Asni(Teman sekamar) dan yang lainnya.
8. Dan untuk teman seperjuangan selama di kampus Ridha Fauzana, Herni Safitri, Dian Pratiwi, Elsa, Lia, Sovhia, Azizah, Sabrina, Siska Khususnya Keluarga Besar Ekonomi Islam Ei.C. Bangga rasanya telah mendapatkan sahabat sekaligus saudara seperti kalian. Terima kasih untuk kebersamaannya, semoga kita tetap saudara dan berharap selamanya. Amin.
9. Teman-teman KKN centang Perenang 91
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan masukan dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis sajikan karya tulis dalam bentuk skripsi dengan harapan bisa bermanfaat bagi kita semua serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.
Bukittinggi, Juli 2020 Penulis,
Rika Aprilia NIM. 3216.090
iv
iv ABSTRAK
Skripsi ini berjudul „Analisis Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam” (Studi Kasus: Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam). Disusun oleh Rika Aprilia, NIM 3216.090. Skripsi mahasiswa prodi Ekonomi Islam (IAIN) Bukittiggi.
Latar belakang penulis mengangkat judul ini karena melihat terjadinya perbedaan sistem pengupahan antara buruh tani laki-laki dan perempuan yang terjadi di Jorong Paninggiran Ateh yang menyebabkan harga upah buruh tani laki- laki dan perempuan berbeda berdasarkan jenis kelamin. Dan adanya faktor ketidakadilan yang menguntungkan salah satu pihak pada sistem pengupahan, khususnya dalam penentuan harga upah dan mekanisme pembayaran upah antara buruh tani laki-laki dan perempuan. Permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini adalah analisis sistem penetapan upah buruh tani padi berbasi gender menurut perspektif ekonomi islam di Jorong Paninggiran Ateh, Kecamatan Palupuh, Kanupaten Agam.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk mengumpulkan data peneliti melakukan opservasi dan wawancara kepada petani dan buruh tani. Sedangkan untuk teknik analisa data penulis menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan analisis system penetapan upah buruh tani padi berbasis gender menurut perspektif ekonomi islam.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penetapan harga upah buruh tani di tentukan oleh buruh itu sendiri bedasarkan kesepakatan bersama para buruh. Dalam hal system pengupahan, upah di tentukan bedasarkan jenis kelamin, dimana buruh laki-laki mendapatkan upah lebih besar daripada buruh perempuan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan laki-laki lebih berat dibanding perempuan. Penyebabnya karena system pembagian kerja dan jam kerja antara buruh laki-laki dan perempuan yang berbeda. Pekerjaan yang sifatnya ringan dan membutuhkan kesabaran dan ketelitian di kerjakan oleh buruh perempuan.
Sedangkan pekerjaan yang berat, yang membutuhkan kekuatan otot di peruntukan untuk buruh laki-laki. Namun demikian sesama buruh tidak memasalahkan perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan karena sudah terjadi turun temurun. Menurut pandangan ekonomi islam praktek perbedaan upah yang terjadi di Jorong Paninggiran Ateh di perbolehkan karena system pengupahan masih mengunakan kesepakatan besama atau asas tradisi yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat, dan adanya kerelaan dan keikhlasan kedua belah pihak.
Kata kunci: sistem upah, buruh tani, gender
v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
F. Penjelasan Judul ... 11
G. Kajin Terdahulu... 12
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Upah dalam Ekonomi Islam ... 18
1. Pengertian Upah ... 18
2. Sistem Pembayaran Upah ... 23
3. Prinsip Penetapan Upah ... 26
4. Tujuan Penetapan Upah ... 29
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upah ... 30
6. Rukundan Syarat Upah ... 32
B. Kesetaraan Gender Tentang Upah Dalam Islam ... 33
C. Prinsip Ekonomi Islam Tentang Bermuamalat ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40
B. Lokasi dan WaktuPenelitian... 40
C. Sumber Data ... 40
D. Informan ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Teknik Pengolahan Data ... 42
G. Teknik Analisa Data ... 42
vi
vi BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Jorong PaninggiranAteh ... 44
1. Asal-usulNagari ... 44
2. SejarahJorongPaninggiranAteh ... 45
3. Kondisi Geografis ... 47
4. PotensiEkonomiMasyarakat ... 47
5. Kondisi SosialBudaya ... 48
6. Sarana dan Prasarana Nagari di Jorong PaninggiranAteh ... 50
B. Hasil Penelitian ... 51
1. Sistem Pembagian Kerja Buruh Tani Berdasarkan Gender .... 52
2. Sistem Pengupahan Buruh Tani Berdasarkan Gender ... 55
C. Analisa Penulis Terhadadap Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam…..………..62
1. Prinsip Pembayaran Upah buruh tani di Jorong Paninggiran Ateh ………..……….62
2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pengupahan Buruh Tani ………..66
3. Analisa Penulis……….…………72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75 DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menjual jasa atau layanan kepada orang lain diperbolehkan dalam ajaran islam. Sama halnya dengan menjual barang dan komoditas, penjualan jasa di perbolehkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupanya. Dengan ketentuan bahwa penjual jasa memperoleh bayaran timbal balik atau upah. Rasulullah memperbolehkan memberikan upah kepada orang yang memberikan jasanya kepada orang lain. Ia sendiri
pernah sebelum diangkat menjadi
Rasul adalah pengembala yang mendapatkan upah dari pekerjaanya sebagai pengembala kambing penduduk Mekah pada waktu itu.1
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َلبَقَف َتًَْأَّ َُُببَحْصَأ َلبَقَف . َنٌََغْلا ىَعَز هلاِإ بّ ٍِبًَ ُ هاللَّ َثَعَب بَه بَُبَع ْزَأ ُتٌُْك ْنَعًَ «
َل َطٌِزاَسَق ىَلَع َ هَّه ِ ُْ
Artinya:“Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi penggembala kambing.”
Mereka para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Iya, saya telah menggembala dengan imbalan beberapa qirath (mata uang dinar, pen.) dari penduduk Mekah.” (HR. Bukhari, no. 2262)
1Indri, Hadis Ekonomi-Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta: prenada media grup,2015)hal.218
2
2
Dari hadis diatas bekerja untuk orang lain bukan pekerjaan yang tidak layak atau tidak baik, bahkan Rasulullah sendiri sebelum sah jadi Rasul Ia bekerja untuk orang lain dan mendapat Riski untuk menafkahi keluarga dari pekerjaan sebagai pengembala kambing dan mendapatkan upah dari hal tersebut.
Dalam Al-Qur‟an, besar minimal gaji memangtidak disebutkan atau tidak ditentukan secara terperinci, tetapi secara tegas Allah SWT mewajibkan kepada seseorang (pengelola perusahaan) untuk membayar gaji karyawan yang dipekerjakannya. Sedangkan besaran gaji dalam Islam harus ditetapkan melalui kesepakatan antara karyawan dan pengusaha yang didasarkan pada prinsip keadilan. Islam memberikan perhatian dengan menetapkan tingkat upah minimum bagi pekerja atau buruh dengan cara memperhatikan nilai-nilai kelayakan dari upah.
Upah yang adil sebenarnya merupakan upah yang mengacu kepada jasa dari pekerja atau buruh yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jumlah uang yang diterima, daya beli uangyang merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan. Artinya upah kerja harus seimbang dengan jasa yang diberikan pekerja. Dalam penetapan upah atau imbalan, Islam tidak memberikan ketentuan secara eksplisit, akan tetapi penerapannya dapat dilakukan melalui pemahaman dan pemaknaan terhadap Al-Qur‟an dan
Hadis yang diwujudkan dalam nilai-nilai universal seperti prinsip keadilan, kelayakan, dan kebajikan.2
Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin juga memiliki suatu peraturan mengenai sistem pemberian upah bagi karyawan atau pegawai.
Islam mengetengahkan suatu prinsip yang sangat memperhatikan kebaikan dari dua belah pihak. Prinsip yang diajarkan oleh islam adalah prinsip keadilan, pemberi upah sesegera mungkin dan juga pemberian upah bedasarkan kebutuhan dan taraf kesejahteraan masyarakat setempat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan memberikan upah sebelum keringat si pekerja kering. Dari „Abdullah bin
„Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َسٍِْجَلا اُْطْعَأ نهلَصَّ ٍََْلَع اللَّ ىهلَص ِاللَّ ُل ُْْصَز َل بَق لبَق َسَوُع ِيْب ِاللَّ ِدْبَع ْيَع )َجبه يبا ٍاّز( َُُقَسَع هفِجٌَ ْىَأ َ ْبَق ٍَسْجَأ
Artinya :”Dari Abdillah bin Umar ia berkata: Berkata Rasulullah SAW Berikan upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering” (H.R Ibnu Majah).
Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan pemberian gaji setiap bulan. Apabila pekerja sudah menyelesaikan pekerjaanya lebih baiknya upah di bayarkan sesegera
2Ika Novi Nur Hidayati. Pengupahan dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif.
(Alumni Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta). Az Zarqa’, Vol. 9, No. 2, Desember 2017
4
mungkin,tapi apabila kesepakatan awal pembayaran upah sekali sebulan atau sekali seminggu maka pembayaran sesuai kesepakatan awal.
Kedatangan Islam telah mengubah dan menghilangkan perlakuan diskriminatif antara laki-laki dan perempuan yang didasarkan atas warna kulit, adat, suku atau jenis kelamin, tetapi atas dasar ketaqwaan. Manusia dimuliakan atas dasar kebaikannya pada Allah, pada sesama maupun lingkungannya. Dalam Islam, setiap individu baik laki-laki maupun perempuan berhak mamperoleh derajat keutamaan sesuai dengan aktivitas masing-masing. Keduanya mendapatkan hak dan kewajiban (serta tanggung jawab) yang seimbang serta kesempatan yang sama dalam aktualisasi diri dan dedikasi.Hal ini diisyaratkan dalam QS. al-Hujurat: 13:
ۚ اُْفَزبَعَتِل َ ِئبَبَقَّ ب بُْعُش ْنُكبٌَْلَعَجَّ ٰىَثًُْأَّ ٍسَكَذ ْيِه ْنُكبٌَْقَلَخ بهًِإ ُسبهٌلا بٌََُِّأ بٌَ
ٌسٍِبَخ ٌنٍِلَع َ هاللَّ هىِإ ۚ ْنُكبَقْتَأ ِ هاللَّ َدٌِْع ْنَُّهَسْكَأ هىِإ
Artinya:“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan baik dalam hal ibadah (dimensi spiritual) maupun dalam aktivitas sosial (urusan karier profesional).3 Ayat tersebut juga sekaligus mengikis tuntas pandangan yang menyatakan
3Sarifa Suhra.Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam,(Jurnal Al-Ulum (IAIN Gorontalo)Volume. 13 Nomor 2, Desember 2013 Hal 373-394.
bahwa antara keduanya terdapat perbedaan yang memarginalkan salah satu diantara keduanya. persamaan tersebut meliputi berbagai hal misalnya dalam bidang ibadah. Siapa yang rajin ibadah, maka akan mendapat pahala lebih banyak tanpa melihat jenis kelaminnya.Perbedaan kemudian ada disebabkan kualitas nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah swt.
Ayat itu juga mempertegas misi pokok al-Qur‟an diturunkan adalah untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi seksual, warna kulit, etnis dan ikatan- ikatan primordial lainnya. Namun demikian sekalipun secara teoritis al- qur‟an mengandung prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, namun ternyata dalam tatanan implementasi seringkali prinsip-prinsip tersebut terabaikan.
Agama sering dituduh sebagai sumber terjadinya ketidak adilan dalam masyarakat, termasuk ketidak adilan relasi antara laki-laki dan perempuan yang sering disebut dengan ketidak adilan gender. Gender adalah jenis kelamin bentukan yang dikonstruksi oleh budaya dan adat istiadat, seperti laki-laki kuat, berani, cerdas, menguasai, sedangkan perempuan itu lemah, penakut, kurang cerdas (bodoh), dikuasai dll.
Isu gender menguat ketika disadari bahwa perbedaan gender antara manusia laki-laki dan perempuan telah melahirkan ketidak adilan dalam berbagai bentuk seperti marginalisasi atau pemiskinan ekonomi, subordinate atau anggapan tidak penting dalam urusan politik, stereotype
6
atau pencitraan yang negatif bagi perempuan Citra perempuan yang dimaksud hanya bergelut 3R (dapur, sumur,kasur), kekerasan, dan double burden(beban ganda) terhadap perempuan yang bermuara pada perbuatan tidak adil yang dibenci oleh Allah swt.
Desa Jorong Paninggiran Ateh terletak di Kanagarian nan Limo kecamatan Palupuah Kabupaten Agam, yang Kenagarian Nan Limo memiliki tujuh Jorong, diantara tujuh Jorong tersebut yaitu Jorong Paninggiran Ateh yang memiliki penduduk terbanyak per-September 2019. Yang mana Paninggiran Ateh memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 463 jiwa, dan penduduk wanita sebanyak 408 jiwa, jadi jumlah semua penduduksebayak 871 jiwa, yang jumlah KK (per-kepala keluarga) sebanyak 234 KK.
Masyarakat desa Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam sebagian besar berprofesi sebagai petani, umumnya adalah petani padi. Ada dua golongan petani yang di kenal oleh masyarakat jorong Paninggiran Ateh yaitu petani mandiri (yang memiliki tanah sendiri) dan petani buruh yang bekerja pada seseorang yang membutuhkan tenaganya dan sebagai imbalan mereka dapat gaji.
Pada desa Jorong Paninggiran Ateh ada beberapa faktor kendala dalam pembayaran pengupahan buruh tani yaitu:
1. Petani atau orang yang menyewa jasa buruh tani tidak bisa memberikan upah (ujrah)sesuai waktu yang telah disepakati pada tenggang waktu pembayaranya. Banyak alasan yang di utarakan orang
yang menyewa jasa buruh tani seperti belum adanya uang atau uangnya telah di pergunakan untuk hal yang lain dulu..
2. Karena sudah kesepakatan kelompok buruh tani wanita jorong Paninggiran Ateh mengumpulkan uang dari hasil buruh kepada orang yang telah di tunjuk dan dipercaya untuk mengumpulkan dan menyimpan uang.Dan uang tersebut akan dibagikan pada bulan Ramadhan. Jadi buruh tani tidak mengambil uangnya sebelum bulan Ramadhan dan orang yang menyewa jasa buruh di perbolehkan membayar upah sebelum bulan Ramadhan tapi kenyataanya masih banyak penyewa jasa buruh menunggak pembayarannya. Padahal pembayaran upah itu tenggang waktunya 1 tahun, yang setiap hari raya idul fitri buruh tani sangat membutuhkan uang.
Di Jorong Paninggrian Ateh buruh yang akan disewa jasanya disebut “kelompok” dan biasanya kelompok buruh ini memiliki beberapa kelompok tani. Buruhtanipriaberjumlah 17 orang dibagipada 3 kelompoktaniperkampungnya, di kampungPilli 6 orang,kampungBaru 6 orang dankampungKampuang 5 orang. Dan buruhtaniwanitaberjumlah 32 orang yang di bagijugapada 3 kampung, kampung Pilli 14 orang, kampungBaru 10 orang dankampungKampuang 8 orang.
Buruh tani pria dan wanita memiliki pekerjaan yang berbeda- beda.
Kalau buruh tani pria bekerja mencangkul sawah ataupun ladangdan membajak sawah baik itu yang menggunakan mesin ataupun binatang ternak (kerbau) sebagai alat untuk membantu membajak sawah.Sedangkan
8
buruh wanita biasanya bekerja menamam padi, menyiangi (membersihkan tanaman yang mengganggu tanaman padi). Dan selebihnya seprti memupuk dan mengambil hasil padi dilakukan oleh petani pemilik sawah itusendiri.
Perbedaan sistem pengupahan buruh tani laki-laki dan buruh tani wanita di jorong Paninggiran Ateh:
1. Sistem pengupahanya bagi buruh tani perempuan mendapatkan upah (ujrah) Rp 35.000 per-harinya dan buruh laki-laki mendapatkan upah Rp.80.000 per-hari. Buruh tani pria dibawakan minuman dan roti/snack yang disediakan oleh pemilik sawah sedangkan wanita tidakdisediakanolehpemiliksawahtersebut.
2. Laki-laki hitungan upahnya perhari sudah di tentukan Rp 80.000 sedangkan wanita hitungan upah per-harinya di tentukan sesuai jam per-jamnya Rp 7.000.Jam kerja bagi wanita mulai dari jam 09:00 sampai 14:00 sedangkan pria mulai dari jam 09:00 sampai 16:00.
3. Pembayaran pengupahan buruh laki-laki disegerakan di bayakan setelah pekerjaanya selesai sedangkan buruh tani wanita di berikan kelonggara bagi penyewa jasa untuk pembayaran pengupahanya di berikan sebelum bulan Ramadhan.4
4Wawancara dengan ibuk Marniwati di Jorong Paninggiran Ateh Kabupaten Agam Tanggal 2 September 2019
Bedasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian ini dengan judul “Analisis Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam”
(Studi kasus: Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam).
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Terdapat kendala- kendala pada sistem pembayaran upah buruh tani yang tidak tepat wakut sesuai kesepakatan
2. Perbedaan upah buruh tani berdasarkan gender.
3. Pelayanan terhadap buruh sesuai gender berbeda.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak melebar penulis akan membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu “Analisis Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam” (Studi kasus: Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam).
D. Rumusan Masalah
Bedasarkan batasan masalah yang di uraikan di atas untuk memberikan arahan yang jelas, rumusan masalah dalam penelitian ini Bagaimana Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender
10
menurut Perspektif Ekonomi Islam” (Studi kasus: Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam).?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini penulis lakukan untuk mengetahui dan menganalisis tentang Analisis Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi kasus:
Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam).
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai macam manfaat diantaranya:
a) Bagi peneliti
Agar dapat mengembangkan dan mempraktekan ilmu yang sudah didapat di perguruan tinggi IAIN Bukittinggi dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar keserjanaan strata satu (SE) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dengan jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi.
b) Bagi penyewa jasa buruh
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada penyewa jasa mengenai sistem upah buruh tani dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang tepat, yang khususnya untuk pembagunan daerah dengan kaitanya dalam
sektor kesejahteraan buruh tani. Dan bagaiman pengupahan buruh tani yang baik sesuai dengan prinsip ekonomi islam yang tidak merugikan satu pihak.
c) Bagi Buruh Tani
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para buruh tani agar tetap sabar dan tabah dalam menghadapi perekonomian yang tidak stabil. Dan perbedaan kesenjangan buruh tani laki-laki dan wanita yang hak-hak buruh dapat di kaji ulang.
F. Penjelasan Judul
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam memahami maksud yang terkandung dalam judul, maka penulis perlu menjelaskan istilah yang terdapat dalam judul:
Analisis :proses pemecahan suatu masalah
kompleks menjadi bagian-bagian kecil sehingga bias lebih mudah dipahami.
Sistem upah :Kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang di terima pekerja yaitu berupaa bayaran.
Buruhtani :Manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun
12
bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau majikan atau pengusaha.
Gender ;serangkaian karakteristik yang terikat dan membedakan maskulinitas dan femininitas mencakup (laki-laki dan perempuan)
Ekonomi islam ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam.
G. Kajian Terdahulu
Nama Tahun Judul Kaitannya dengan peneliti Khusnul
Khotimah
2009 Diskriminasi gender terhadap perempuan dalam sektor pekerjaan
Ideologi gender dan budaya patriarki telah menghasilkan ketidaksetaraan jenderi.
Perbedaan kalau peneliti terdahulu membahas akibat perbedaan upah gender yang berbeda membuat perempuan pergi memilih aktivitas kerja di lingkungan informal dengan upah yang sangat rendah dan tanpa kesehatan, hukum, dan keamanan finansial.
Sedangkan peneliti membahas apa yang membuat adanya perbedaan upah geder yang terjadi di jorong Paninggitan Ateh.
Kurnia Afsari Dwiyanti
2015 Kesenjangan upah gender (gender wagegap) pada tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja tidak terdidik di pasar kerja indonesia tahun 2009-2012
Indonesia merupakan negara peringkat pertama dimana kesenjangan gender dalam pasar kerja lebih besar dari 30% serta pengangguran di kalangan tenaga kerja perempuan. Kualitas tenaga kerja di Indonesia juga belum cukup baik karena jumlah tenaga kerja tidak terdidiklebih banyak dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja terdidik.
Perbedaan dengan penelitian yang peneliti bahas kertenaga kerjaan upah buruh sawah yang brbeda antara laki-laki dengan perempuan tidak penting apa dia pendidikannya tinggi atau tidak.
Mirna Wati
2015 Analisis upahburuh tani padi di desa pulaubayurkecamata n cerenti kabupaten kuantan
penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikirantentang kerjasamaantara pemilik sawah denganburuh tani padi.Buruh tani padi di Desa PulauBayur Kecamatan Cerenti merasa upah yang
14
singingiditinjau menurut ekonomi islam
mereka terima tidak sesuai denganhasil yang mereka kerjakan. Oleh karna ituupahyang mereka terima tidak
dapatmencukupi kebutuhan
hidupmerekasehari-hari.
Sedangkan peneliti membahas apa yang membuat adanya perbedaan upah buruh tani padi geder yang cukup siknifikan yang terjadi di jorong Paninggitan Ateh Dara Veri
Widayanti
2013 Pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap kesenjangan upah gender
Kesenjangan berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan di dunia. United Nation Development Programme menyatakan dalam Human Development Report bahwa hal penting dalam pembangunan manusia adalah pertumbuhan ekonomi yang merata antar generasi, jenis kelamin dan wilayah. Salah satu bentuk kesenjangan gender yaitu kesenjangan upah. Kesenjangan upah laki-laki dan perempuan menarik banyak perhatian dalam literature ekonomi karena kaitannya dengan pertumbuhan
ekonom.
Sedangkan peneliti membahas apa yang membuat adanya perbedaan upah buruh tani padi geder yang cukup siknifikan yang terjadi di jorong Paninggitan Ateh . Arsy
Purnama Sari
2016 Pengruh luas lahan dan upah tenaga kerja terhadap produksi padi di desa lampoko kecamatan campalagian
kabupaten polewali mandar
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 1)luas lahan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap produksi padi 2)tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Desa Lampoko Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar 3) Pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi 4) bibitberpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Desa Lampoko Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.
Sedangkan peneliti membahas apa yang membuat adanya perbedaan upah buruh tani padi geder yang cukup siknifikan yang terjadi di jorong Paninggitan Ateh .
16
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah kalau penelitian terdahulu berbicarakan tentang diskriminanupah kalau penelitian ini tentang sistem perbedaan upah gender sesuai ekonomi islam.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis membagi beberapa pokok bahasan secara garis besar terdiri dari tiga bab dan masing-masing sub bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi maslah, rumusan masalah,batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian terdahulu dan sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang berisi teori-teori mendukung permasalahan yang penulis angkat di atas yang memuat uraian mengenai ruang lingkup Analisis Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam” (Studi kasus: Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam).
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri darijenis penelitian yaitu kualitatif,jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan.Untuk mewujudkan tentang“Analisis Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam”
(Studi kasus: Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam).
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian terkait Analisis Sistem Penetapan Upah Buruh Tani Padi Berbasis Gender Menurut Perspektif Ekonomi Islam” (Studi kasus: Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam).
BAB V : PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan terhadap pembahasan atas bab- bab sebelumnya yang telah diteliti dan di analisis maka bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
18 BAB II
LANDASAN TEORI A. Upah dalam Ekonomi Islam
1. Pengertian Upah
Kata al-Ijarah dalam bahasa Arab berarti memberi upah, mengganjar.
Secara bahasa Ijarah berarti jual beli manfaat. Ada juga yang menerjemahkan, Ijarah sebagai jual beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat
tenaga manusia, ada juga menerjemahkan sewa-menyewah, yakni mengambil manfaat dari barang.
Dalam definisi lain Ijarah (upah) menurut bahasa, adalah al- itsabah (memberi upah). Misalnya aajartuhu, baik dibaca panjang atau
pendek, yaitu memberi upah. Sedangkan menurut istilah fiqih ialah pemberian hak pemanfa‟atan dengan syarat ada imbalan. Disyaratkan pula agar upah dalam transaksi Ujarah disebutkan secara jelas. Menurut sayyid sabiq, akad ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi, hakekatnya ijarah adalah penjualan manfaat.5
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdadarkan jam kerja,6jumlah barang yang di hasilkan atau banyaknya pelayanan yang di berikan, jadi tidak seperti gaji yang
5 Siswardi, Pemberian Upah Yang Benar Dalam Islam Upaya Pemerataan Ekonomi Umat Dalam Keadilan, (Jurnal Ummu Qura)Vol IV, No.2 Agustus 2014
6 Veitzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, (Jakarta: Rajawi Pers, 2013) hal.743
jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah tergantunf pada keluaran yang di hasilkan
Terdapat dalam Al-Qur‟an dan juga Hadis tentang upah diantaranya:
هيَُُزُْجُأ هيُُُْتآَف ْنَُّل َيْعَض ْزَأ ْىِإَف
Artinya:“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya.” (QS. Ath Tholaq:
6).
Maksud ayat di atas adalah memberikan upah kepada yangmenyusui, upah ini diberikan karena sebab menyusui tidak karenasusunya, tetapi hal mengerjakannya.7 Ayat ini menjadi dasar hukumadanya ijarah atau perburuhan. Setiap orang boleh menyewa jasa orang lain untuk menyusukan anaknya atau orang yang memiliki air susu ibuboleh menyewakan kepada orang lain untuk menyusukan anaknya atauorang yang memiliki air susu ibu boleh menyewakan kepada orang lainuntuk menyusui anaknya. Secara umum, menyewa jasa orang lainhukumnya boleh.
Adapun dalil yang menyatakan bahwa pembayaran upah ini, harus sesuai dengan pekerjaan adalah perintah Allah Azza Wa jalla untuk berlaku adil.8 sebab mengurangi upah dari yang mesti diterima oleh guru
7https://tafsirweb.com/10986-quran-surat-at-talaq-ayat-6.html,diakses 24 januari 2020 pukul 17:10
8Ahmad Muhammad Al-Assal,Fatih Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam,(Bandung:CV Pustaka Setia, 1999),cet 1,hal.165
20
termasuk menganiaya mereka.Firman Allah taala surat An-Nahal (16) ayat: 90:
ِىبَضْحِ ْلْاَّ ِلْدَعْلبِب ُسُهْؤٌَ َ هاللَّ هىِإ ِسٌَُّْوْلاَّ ِءبَشْحَفْلا ِيَع ٰىٌٌَََِّْ ٰىَبْسُقْلا يِذ ِءبَتٌِإَّ
َىُّسهكَرَت ْنُّهلَعَل ْنُُّظِعٌَ ۚ ًِْغَبْلاَّ
Artinya:”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Rasulullah SAW memberikan contoh yang harus dijalankan kaum muslimin setelahnya yakni, penentuan upah bagi para pegawai sebelum mereka mulai menjalankan pekerjaannya. Rasulullah SAW memberikan petunjuk bahwa dengan memberikan informasi gaji yang akan diterima diharapkan akan menerima dorongan semangat bagi pekerja untuk memulai pekerjaan, dan memeberikan ketenangan. Mereka akan menjlankan tugas pekerjaan sesuai dengan kesepakatan kontrk kerja dengan majikanya.9
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan memberikan upah sebelum keringat si pekerja kering. Dari „Abdullah bin
„Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِدْبَع ْيَع اُْطْعَأ نهلَصَّ ٍََْلَع اللَّ ىهلَص ِاللَّ ُل ُْْصَز َل بَق لبَق َسَوُع ِيْب ِاللَّ
)َجبه يبا ٍاّز( َُُقَسَع هفِجٌَ ْىَأ َ ْبَق ٍَسْجَأ َسٍِْجَلا
9Abu sinn Ahmad ibrahim, Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan Kontenporer,(Jakarta;2006), hal.113
Artinya : ”Dari Abdillah bin Umar ia berkata: Berkata Rasulullah SAW Berikan upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering”
(H.R Ibnu Majah).10
Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah selesainya pekerjaan,begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.Apabila pekerja sudah menyelesaikan pekerjaanya lebih baiknya upah di bayarkan sesegera mungkin,tapi apabila kesepakatan awal pembayaran upah sekali sebulan atau sekali seminggu maka pembayaran sesuai kesepakatan awal.
a. Adapun upah menurut undang-undang:
1) Menurut peraturan pemerintah no 8 tahun 1981 tentang pengupahan menyebutkan bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasarsuatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.11
2) Selanjutnya menurut undang-undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 1 butir 30 menyebutkan bahwa upah adalah hak pekerjaan atau buruh yang diterima dan dinyatatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
10Indri, Hadis Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta, prenada Media Grup, 2015), Hal.218
11Aloysius uwiyono, Asas- asas Perburuhan, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2014),hal.97-98
22
kerjakepada pekerja atau buruh yang ditetapkan atau dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peratran perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarga atas suatu pekerjaan atau jasa yang akan dilakukan.12 b. Pendapat para ahli tentang pemberian upah.
1) Gitosudarmo (1995) memberikn defenisi atau pengertian gaji pokok sebagai imbalan yang diberikan oleh pemberi kerja kepada karyawan, yang menerimanya bersifat rutin dan tetap setiap bulan walaupun tidak masuk kerja maka gaji tetap diterima secara penuh.
2) Hasibuan (1999) memberikan definisi atau pengertian gaji pokok sebagai balasa jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti.13
Jadi dapat disimpulkan bahwa upah adalah pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja buruh atas jasa-jasa fisik maupun mental sebagai imbalan dari para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu yang di dalamnya berupa perjanjian kerja atau kesepakatan kedua belah pihak termasuk tunjangan bagi pekerja, dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.
12Aloysius uwiyono, Asas- asas Perburuhan, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2014),hal.97-98
13http://www.defenisi-pengertian.com/2015/07/defenisi-pengertian-upah-menurut-ahli, diakses 24 februari 2020 pukul 10:26
2. Sistem Pembayaran Upah
Dalam Al-Qur‟an, besar minimal gaji memang tidak disebutkan atau tidak di tentukan secara terperinci, tetapi secara tegas Allah SWT mewajibkan kepada seseorang (pengelola perusahaan) untuk membayar gaji karyawan yang dipekerjakannya. Sedangkan besaran gaji dalam islam harus ditetapkan melalui kesepakatan antara karyawan dan pengusaha yang didasarkan pada prinsip keadilan. Islam memberikan perhatian dengan menetapkan tingkat upah minimum bagi pekerja atau buruh dengan cara menperhatikan nilai-nilai kelayakan dari upah.14
Upah harus diberikan secara adil dan tidak merugikan salah satu pihak. Adil secara bahasa mengandung dua arti, tidak berat sebelah (tidak memihak) dan sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Jadi dalam pola masyarakat islam upah atau gaji bukan hanya sekedar merupakan konteks saja, tetapi merupakan hak asasi bagi pekerja atau karyawan yand dalam penetapannya harus memenuhi tiga asa yaitu keadilan, kelayakan, dan kebijakan.
Gaji dalam pengertian sehari-hari diartikan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja tetap dan tenaga kerja professional seperti pegawai, pemerintah, dosen, guru, manajer, dan akuntan.Pembayaran itu biasanya sebulan sekali.Upah dimaksudkan sebagai pembayaran kepada
14Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Terjemah Seoroyo dkk,cet. ke 1(Yogyakarta;
PT Dana Bhakti Wakaf,1995),hal.361
24
pekerja-pekerja yang kasar yang pekerjaanya selalu berpindah-pindah seperti, pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu, dan buruh kasar.15
Upah dalam teori Ekonomi diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Teori Ekonomi tidak membedakan diantara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran keatas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap. Kedua jenis pendapatan pekerja (pembayaran kepada pekerja) disebut dengan upah.
Para Ekonom cenderung melihat penghasilan tenaga kerja pada upah riil rata-rata, yaitu upah menunjukan kekuatan daya beli persatu jam kerja, dengan kata lain upah nominal atau upah uang dibagi dengan biaya hidup. Dalam Ekonomi konvensional terdapat teori upah efisiensi (efficiency-wage).Teori ini menyatakan upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif.Sebuahteoriupahefisiensi yang lebihbanyak di terapkandinegara-
negaramiskinmenyatakanbahwaupahmempengaruhinutrisi. Para pekerja yang membayardenganupahmemadailebihbanyaknutrisi, danparapekerja yang lebihsehatakanlebihproduktif.
Di Indonesia sendiri, upah yang diberikan kepada pekerja di Indonesia ada beberapa jenis, tiap jenis upah memiliki cara pembayarannya sendiri, berikut ini adalah jenis-jenisnya.16
15Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, (Edisi Ketiga, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005) hlm. 350
a. Sistem upah menurut waktu. Dalam pembayaran upah berdasarkan waktu, upah dibayarkan berdasarkan lamanya seseorang melakukan pekerjaannya, upah ini dapat diberikan secara harian, mingguan, atau bulanan.
b. Sistem upah borongan. Upah borongan adalah upah yang diberikan pada awal pengerjaan suatu hal sampai dengan hal tersebut selesai, tanpa adanya penambahan upah jika ada penambahan pekerjaan.
Misalnya pak Salam ingin membangun rumah 2 lantai, Ia mempekerjakan tukang yang dibayar sebesar RP.20.000.000 dari awal hingga rumah tersebut siap huni, tanpa adanya penambahan upah kembali dan biasanya dibayarkan di awal pengerjaan.
c. Sistem Co-Partnership. Sistem ini memberikan upah kepada pekerjanya berupa saham atau obligasi perusahaan. Dengan memberikan obligasi atau saham, perusahaan berharap pekerja mempunyai rasa memiliki kepada perusahaan sehingga bisa lebih produktif.17
d. Sistem Upah Premi. Sistem ini memungkinkan pekerja untuk mendapatkan upah khusus karena prestasi di luar kelaziman, misalnya bekerja pada hari libur, melakukan pekerjaan yang sangat berbahaya, atau memiliki suatu keterampilan yang sangat khusus.
16 Ridwan Halim, Hukum Perburuhan Dalam Tanya Jawab, (Jakarta Timur:Ghalia Indonesia,1985), hlm 84
17Siti Hadianti, Andri Ikhwana, Penetapan Model Upah Yang Akan Dibayarkan Pada Karyawan Di Industri Rumahan Produksi Jaket( Jurnal KalibrasiSekolah Tinggi Teknologi Garut),Vol. 14 No. 1 2016
26
e. Sistem Upah Berkala. Upah ditentukan dari tingkat kemajuan atau kemunduran hasil penjualan, jika penjualan meningkat maka upah akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
3. PrinsipPenetapanUpah
Upah yang adil sebenarnya merupakan upah yang mengacu kepada jasa dari pekerja atau buruh yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jumlah uang yang diterima, daya beli uang yang merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan. Artinya upah kerja harus seimbang dengan jasa yang diberikan pekerja. Dalam penetapan upah atau imbalan, Islam tidak memberikan ketentuan secara eksplisit, akan tetapi penerapannya dapat dilakukan melalui pemahaman dan pemaknaan terhadap Al- Qur‟an dan Hadis yang diwujudkan dalam nilai-nilai universal seperti prinsip keadilan, kelayakan, dan kebajikan, diantaranya:18
a. Asas keadilan menuntut agar gaji karyawan dibayar seimbang dengan jasa yang diberikan oleh karyawan untuk memberikan ukuran gaji yang adil, dapat dikemukakan dua macam keadilan yang harus diperhatikan, yaitu:
b. Keadilan distributif yang menuntut para karyawan yang melaksanakan sama dengan kemampuan dan kadar kerja yang berdekatan, memperoleh gaji yang sama, tanpa memperhatikan kebutuhan hidup individu berkenaan dengan kondisi keluarganya.
18Ika Novi NurHidayati, Pengupahan dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, (Alumni Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta), AzZarqa’, Vol. 9, No. 2, Desember 2017
c. Keadilan harga kerja yang menuntut agar para karyawan diberikan gaji seimbang dengan jasa yang diberikan, tanpa dipengaruhi hukum penawaran dan permintaan yang hanya menguntungkan para pengusaha.
d. Asas kelayakan diperlukan untuk memperhatikan terpenuhinya kebutuhan pokok pekerja atau buruh dengan taraf hidup masyarakat, sehingga pekerja dapat hidup layak, tidak hanya berdasarkan pertimbangan semata. Asas kebajikan yang mampu menggugah hati nurani para pemilik pekerjaan untuk menghargai jasa pekerja dengan tidak diperlakukan sewenang-wenang.
Adapun prinsip-prinsip upah beberapa asas muamalat oleh Juhaya S. Praja, yaitu:
a) Asas tabādul al-manāfi’
Maksudnya adalah asas saling bekerja sama dengan tujuan untuk dapat saling memberikan manfaat menuju pada kesejahteraan bersama. Hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan saling bermanfaat.
b) Asas pemerataan
Maksudnya adalah penerapan prinsip keadilan dalam bidang muamalat yang menghendaki agar harta itu tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang sehingga harta itu harus didistribusikan secara merata di antara masyarakat, baik kaya maupun miskin. Asas ini menyangkut tentang prinsip keadilan dalam bidang muamalat.
28
c) Asas ‘an tarādin atau suka sama suka
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas pemerataan di atas.
Asas ini menyatakan bahwa setiap bentuk muamalat antar individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing. Baik kerelaan dalam transaksi muamalat maupun kerelaan dalam menerima atau menyerahkan harta yang menjadi objek perikatan dan lainnya.
Dalam hal ini antara pengusaha dengan pekerja tidak ada unsur paksaan.19 Pengusaha tidak memaksa pekerja untuk bekerja di tempatnya dan pekerja tidak ada paksaan untuk bekerja di suatu perusahaan tertentu.
d) Asas ‘adam al-garar
Maksudnya adalah setiap bentuk muamalat harus tidak boleh ada tipu daya atau sesuatu yangpelaksanaannya dapat menimbulkan adanya kerugian pada pihak lain sehingga menimbulkan adanya ketidaksukaan.
e) Asas al-birr wa at-taqwā
Asas ini menekankan bentuk muamalat yang termasuk dalam kategori suka sama suka ialah sepanjang bentuk muamalat dan pertukaran manfaat itu dalam rangka pelaksanaan saling menolong antar sesama manusia untuk kebajikan dan ketakwaan dalam berbagai macamnya. Jadi, apabila suatu transaksi muamalat bertentangan dengan tujuan-tujuan kebajikan dan ketakwaan, maka tidak
19Ika Novi NurHidayati, PengupahandalamPerspektifHukum Islam danHukumPositif, (Alumni Universitas Islam NegriSunanKalijaga Yogyakarta), AzZarqa’, Vol. 9, No. 2, Desember 2017
dibenarkan dalam hokum Islam.Semua bentuk muamalat baik dalam bentuk saling suka sama suka atau dalam bentuk kerja sama lain sekalipun diadakan dengan cara saling menguntungkan tetapi tidak dalam rangka al-birr wa taqwa maka terlarang. Dalam hal ini, pengusaha dan karyawan mempunyai hubungan kerja yang baik.
f) Asas musyarakah
Asas musyarakah menghendaki bahwa setiap bentuk muamalat merupakan musyarakah, yakni kerjasama antar pihak yang saling menguntungkan, bukan saja bagi pihak yang terlibat melainkan juga bagi keseluruhan masyarakat. Semua bentuk kerja sama itu harus melibatkan semua pihak secara luas yang harus ikut merasakan kemanfaatnnya.20
4. Tujuan Penetapan Upah
a. Menghindari atau mengurangi persaingan sehat sesame pekerja dalam kondisi pasar kerja yang surplus, sehingga mereka bersedia menerima upah dibawah tingkat kelayakan.
b. Menghindari atau mengurangi kemungkinan eksploitasi pekerja oleh pengusaha yang memanfaatkan kondisi pasar untuk akumulasi keuntungannya.
c. Sebagai jaring pengaman untuk menjaga tingkat upah karna satu dan lain hal jangan turun lagi.
20Ika Novi Nur Hidayati, Pengupahan dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, (Alumni Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta), AzZarqa’, Vol. 9, No. 2, Desember 2017
30
d. Mengurangi tingkat kemiskinan absolute pekerja, terutama bila upah minimum tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dasar pekerja dan keluargannya.
e. Mendorong peningkatan produktifitas melalui perbaikan gizi dan kesehatan pekerja maupun melalui upaya manajemen untuk memperoleh kompensasi atas peningkatan upah minimum.
f. Meningkatkan dayabeli masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara umum.
g. Menciptakan hubungan industrial yang lebih aman dan harmonis.21 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Upah
Diantara beberapa faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah adalah:22
a. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Meskipun hukum ekonomi tidaklah bisa ditetapkan secara mutlak dalam masalah tenaga kerja, tetapi tidak bisa diingkari bahwa hukum penawaran dan permintaan tetap berpengaruh. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan (skill) tinggi, dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cendrung tinggi. Sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai “penawaran” yang melimpah upah cendrung turun.
21http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pek_044638_chapter2(1).pdf
22Heidjrachman dan Suad husnan, Manajemen Personalia, (yogyakarta:
BPFE/yogyakarta,2002),hal.139-140
b. Organisasi Buruh
Ada tidanya ornganisasi buruh, serta lemah kuatnya organisasi buruh akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat yang berarti posisis”bargaining” karyawan yang juga kuat akan menaikan tingkat upah demikian sebaliknya.
c. Kemampuan untuk membayar
Meskipun mungkn serikat buruh menuntut upah yang tinggi tetapi akhirnya realisasi pemberian upah tergantung juga pada kemampuan membayar dari perusahaan.Bagi perusahaan upah merpakan salah satu komponen biaya produksi, dan akhirnya akan mengurangi keutungan. Kalau kenaikan biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu memenuhi fasilitas karyawan.
d. Produktifitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan.
Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima. Pestasi ini bisa dinyatakan sebagai produktifitas, hanya yang menjadi masalah adalah nampaknya belum ada kesepakatan dalam menghitung produktifitas.
e. Biaya Hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga dalah biaya hidup. Dikota-kota besar, dimana biaya hidup tinggi upah juga
32
cendrung tinggi, bagaimanapun nampaknya biaya hidup merupkan”Batas penerimaan upah” dari para karyawan.
f. Pemerintah
Pemerintahdengan peratuan-peraturanya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimun merupakan batas bawah dari tingkat upah yang akan dibayarkan.23
6. Rukun dan syarat Upah
Mengenai rukun ijarah menurut Hanafiah, rukun ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul,yakni pernyataan dari orang yang menyewa dan menyewakan.Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun ijarah itu ada empat, yaitu:
a) ‘aqid yaitu mu’jir (orang yang menyewakan) dan musta’jir (orang yang menyewa),
b) Shighat yaitu ijab dan qabul, c) Ujrah (uang sewa atau upah).24 Syarat-syarat upah yaitu:
1) Hendaknya upah berupa harta yang berguna atau berharga dan diketahui. Dalil bahwa upah yang diketahui adalah sabda Rasulullah SAW” Barang siapa yang mempekerjakan seseorang maka beritahulah upahnya”. Dan upah tidak mungkin diketahui kecuali kalau ditentukan.
23Heidjrachman dan Suad husnan, Manajemen Personalia, (yogyakarta:
BPFE/yogyakarta,2002),hal.139-140
24Sabrida. Tinjauan Fiqih Muamalah Terhadap Pelaksanaan Upah Di Desa Prambatan Kecamatan Abab Kabupaten Pali. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 5 No.1 (2018),pp.37-46
2) Jangan upah itu berupa manfaat yang merupakan jenis dari yang di transaksikan. seperti contoh yaitu menyewakan tempat tinggal dengan tempat tinggal, pekerjaan dengan pekerjaan, mengendarai dengan mengendarai, menanam dengan menanam. Dan menurut Hanafiah, syarat ini sebagian dari riba karena mereka menganggap bahwa kalau jenisnya sama tidak boleh di transaksikan.25
B. KesetaraanGender Tentang Upah dalam Islam
Dalam lintasan sejarah, setiap kelompok masyarakat mempunyai konsepsi ideologis tentang jenis kelamin. Di beberapa kelompok ma- syarakat, jenis kelamin digunakan sebagai kriteria yang penting dalam pembagian kerja. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut membagi peran, tugas dan kerja berdasarkan jenis kelamin, meskipun sebagaian di antaranya ada yang dipandang cocok dan wajar untuk dilakukan oleh kedua jenis kelamin.
Adapun pembagian kerja berdasarkan gender dapat berubah-ubah.
Pembagian kerja berdasarkan gender merupakan cara efisien untuk menjamin kelangsungan hidup unit keluarga dan beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Pada pembagian kerja ini, kerja perempuan tidak semata-mata menyatakan tingkat status. Kerja perempuan bisa dilihat sebagai hal yang sama-sama bernilai dengan laki-laki, walaupun ada juga di
25Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Terjemah Seoroyo dkk,cet. ke 1(Yogyakarta;
PT Dana Bhakti Wakaf,1995),hal.52
34
banyak masyarakat petani pembagian kerja melibatkan tingkat signifikansi sepanjang garis-garis gender. 26
Nasaruddin Umar mengemukakan bahwa ada beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai standar dalam menganalisa prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur‟an. Variabel-variabel tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Laki-laki dan perempuan Sama-sama sebagai Hamba
Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Zariyat: 56 artinya sebagai berikut:
ىُّدُبْعٍَِل هلاِإ َشًِْ ْلْاَّ هيِجْلا ُتْقَلَخ بَهَّ
ِِ
Artinya:“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan siapa yang banyak amal ibadahnya, maka itulah mendapat pahala yang besar tanpa harus melihat dan mempertimbangkan jenis kelaminnya terlebih dahulu. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal.
Hamba ideal dalam Al-Qur‟an biasa diistilahkan dengan orang-orang bertaqwa (muttaqûn), dan untuk mencapai derajat muttaqûn ini tidak
26Khusnul Khotimah, Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Dalam Sektor Pekerjaan (Pusat studi Gender Stain Purwokerto) Vol. 4 No.1 Jan-Jun 2009 PP.158-180
dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.27
b. Laki-laki dan perempuan sebagai Khalifah di Bumi
Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini adalah, disamping untuk menjadi hamba (âbid) yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah Swt., juga untuk menjadi khalifah di bumi (khalifah fî al-ard).Kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi ditegaskan di dalam QS. al-An‟am: 165
ٍتبَجَزَد ٍضْعَب َقَْْف ْنَُّضْعَب َعَفَزَّ ِضْزَ ْلا َفِئ َلََخ ْنَُّلَعَج يِرهلا ََُُّْ
ٌنٍِحَز ٌزُْفَغَل َُهًِإَّ ِةبَقِعْلا ُعٌِسَص َكهبَز هىِإ ۗ ْنُكبَتآ بَه ًِف ْنُكَُْلْبٍَِل
Artinya:“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kata khalifah dalam ayat tersebut tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan.
27KhusnulKhotimah, Diskriminasi GenderTerhadapPerempuanDalamSektorPekerjaan (Pusat studi Gender Stain Purwokerto) Vol. 4 No.1 Jan-Jun 2009 PP.158-180...
36
c. Laki-laki dan perempuan Menerima Perjanjian Primordial
Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui, menjelang seorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-A‟raf: 172
ْنِِِضُفًَْأ ٰىَلَع ْنَُُدَِْشَأَّ ْنَُِتهٌِّزُذ ْنُِِزُُِْظ ْيِه َمَدآ ًٌَِب ْيِه َكُّبَز َرَخَأ ْذِإَّ
اَرَُٰ ْيَع بهٌُك بهًِإ ِ َهبٍَِقْلا َمٌَْْ اُْلُْقَت ْىَأ ۛ بًَْدَِِش ۛ ٰىَلَب اُْلبَق ۖ ْنُِّّبَسِب ُتْضَلَأ َيٍِلِفبَغ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak- anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata- kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
Tidak ada seorang pun anak manusia lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat.28 Tidak ada seorang pun yang mengatakan “tidak”14.
Dalam Islam, tanggung jawab individual dan kemandirian berlangsung sejak dini, yaitu semenjak dalam kandungan. Sejak awal sejarah manusia. Dengan demikian dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempua sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama.
28KhusnulKhotimah, Diskriminasi GenderTerhadapPerempuanDalamSektorPekerjaan (Pusat studi Gender Stain Purwokerto) Vol. 4 No.1 Jan-Jun 2009 PP.158-180
C. Prinsip Ekonomi Islam Dalam Bermuamalat
Prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai dasar atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya Secara umum prinsip dasar muamalah merupakan landasan pokok yang menjadikan kerangka pedoman dasar bagi setiap muslim yang menyakininya dalam perilaku bermuamalah. Pedoman ini berlandaskan Al-Qur‟an dan hadis sebagai kerangka bangun ekonomi Islam yang memiliki nilai etik (ethics value) dan nilai norma (norm value). Hal ini dikarenakan dalam pandangan Islam, kegiatan ekonomi selalu dikaitkan dengan prinsip hidup – yang bersumber pada Al-Qur‟an dan hadis – setiap individu muslim, baik menyangkut produksi, distribusi, dan konsumsi.
Selanjutnya, berikut ini merupakan prinsip-prinsip dasar dalam aktifitas ekonomi Islam/muamalah termasuk keuangan syariah yang disari dari beberapa pandangan pakar ekonomi Islam :29
1. Prinsip Tauhid/Keimanan/Kesatuan
Tauhid atau keimanan kepada Allah SWT merupakan prinsip asal/
prinsip dominan dari ekonomi Islam.Tauhid merupakan bagian fundamental atau dasar dalam Islam, dan sistem nilai Islam didasarkan pada keyakinan ini. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk illahiyah, sosok makhluk yang bertuhan. Artinya, setiap bangunan dan
aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhidi.
Maksudnya, bahwa dalam setiap gerak langkah dan bangunan hukum
29Mursal, Implementasi Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah: Alternatif Mewujudkan Kesejahteraan Berkeadilan, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam.(Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam )Volume 1nomor1, Maret 2015 Issn. 2502-6976
38
harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Untuk itu, kegiatan manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dalam rangka melaksanakan titah Tuhan. Berpijak dari hal tersebut bahwa segala aktivitas ekonomi yang kita lakukan itu bersumber dari syariah Allah SWT dan bertujuan akhir kembali kepada-Nya.
2. Prinsip Keadilan
Di antara pesan-pesan Alqur`an (sebagai sumber hukum Islam) adalah penegakkan keadilan. Kata adil berasal dari kata Arab/‘adl yang secara harfiyah bermakna sama. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar dan sepatunya. Dengan demikian, seseorang disebut berlaku adil apabila ia tidak berat sebelah dalam menilai sesuatu, tidak berpihak kepada salah satu, kecuali keberpihakannya kepada siapa saja yang benar sehingga ia tidak akan berlaku sewenagwenang.
3. Prinsip Maslahat
Secara sederhana, maslahat bisa diartikan dengan mengambil manfaat dan menolak kemadaratan atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan, faedah atau guna .Hakikat kemaslahatan adalah segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi integral duniawi dan ukhrawi, material dan spritual, serta individual dan sosial.
Aktivitas ekonomi dipandang memenuhi maslahat jika memenuhi dua unsur, yakni ketaatan (halal) dan bermanfaat serta membawa kebaikan
(thayyib) bagi semua aspek secara integral. Dengan demikian, aktivitas
tersebut dipastikan tidak akan menimbulkan mudarat.
4. Prinsip Ta‟awun (Tolong-menolong).
Allah sebagai pencipta, pemilik dan pengatur segala harta, menjadikan bumi, laut, sungai, hutan, dan lain-lain merupakan amanah untuk manusia, bukan milik pribadi.Di samping itu Alquran juga mengakui adanya milik pribadi.Dengan demikian ada sintesis antara kepentingan individu dan masyarakat.Hal ini berbeda sekali dengan sistem ekonomi komunis dan kapitalis.Selain itu, terdapat hal-hal yang telah lazim dalam ekonomi Islam, seperti sedekah, baik yang wajib maupun anjuran.30
30Mursal, Implementasi Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah: Alternatif Mewujudkan Kesejahteraan Berkeadilan, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam. (Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam )Volume 1nomor1, Maret 2015 Issn. 2502-6976
40 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode fiel research atau penelitian lapangan yang bersifat kualitatif yaitu
mengumpulkan dan menggambarkan data yang diperoleh dari lapangan dari hasil penelitian dan mengamati semua yang berkaitan drngan masalah yang terdapat di dalam penelitian ini.31Faktanya penulisakan mengambarkan fenomena yang terjadi di masyarakat Jorong Paninggiran Ateh yaitu system penetapan upah buruh tani berbasis gender.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini di lakukan di Jorong Paninggiran Ateh Kecamatan Palupuah Kabupaten Agam.
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai dengan skripsi ini di siding munakhasahkan.
C. Jenis dan sumber data
Data yang di himpun dalam penelitian ini bersumber dari:
a. Data Primer
Data primer merupakan jenis data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya. Sumber utama dari data primer adalah berasal dariburuh tani secara langsung.
31Lexy J.maleong .metode penelitian kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995),cet ke-5 hal 3