BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution,2003).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diperkarai secara internal atau eksternal disertai dengan sesuatu pengurangan berlebihan-lebihan. Distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Townsend MS, 1998).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikankan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, sesuatu penerapan
panca indera tanpa rangsang dari luar (Maramis, 1998) sesuatu pernyataan
yang dialami seperti sesuatu persepsi melalui panca indera melalui stimulasi
eksternal, persepsi palsu (Lubis, 1993).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
B. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan
persepsi maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persensiv yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut:
Gambar 1. Rentang Respon Halusinasi (Stuart & Laraia 2005).
Gambar 1. Rentang Respon Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005)
C. Fase - Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart & Laraia, 2005) membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase halusinasinya. Klien semakin berat mengalami
Adaptif Maladaptif
Respon Adaptif - Respon logis - Persepsi akurat - Perilaku sesuai - Emosi sosial
Distorsi pikiran - Distorsi pikiran - Perilaku aneh /
tidak sesuai - Menarik diri - Emosi berlebihan
Gejala pikiran - Delusi halusinasi - Perilaku diorganisasi - Sulit berespon
dengan pengalaman
ansietas dan makin dikendalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel.
Tabel 1 Fase-fase Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005)
Halusinasi Karakteristik Perilaku klien
FASE 1 Comforting
ansietas sebagai halusinasi
menyenangkan
Klien mengalami perasaan seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut mencoba untuk befokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani psikotik
Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerakan bibir tanpa suara menggerakan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat jika
sedang asik sendiri meningkat tanda-tanda sarat otonomi
FASE II
Condemning ansietas berat halusinasi memberatkan
Pengalaman sensasi menjijikan dan menakutkan, klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jaraknya dengan sumber yang dipersepsikan klien mengkin mengalami diperlukan / pengamalan sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan
Ansietas seperti peningkatan denyut jantung pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit asik dengan penglaman sensori dan kehilangan
kemampuan membedakan
halusinasi dan realita
FASE III Controling
ansietas berat
pengalamn sensori menjadi berkuasa
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasinya menjadi menarik, klien mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasinya berhenti psikotik
Kemampuan dikendalikan halusinasi akan lebih ditakuti, kerusakan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik / menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat berkeringat, tremor, tidak mampu memahami peraturan.
FASE IV
Conquering / panik Umumnya menjadi
lezat dalam
halusinasinya
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berakhir dari beberapa jam / hari jika intervensi terapeutik psikoti berat.
Perilaku tremor akibat panik, potensi kuat suicida / nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitas menarik diri, tidak mampu
komplek tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
D. Etiologi
1. Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya neurobiologi seperti halusinasi antara lain : ( Rasmun, 2001) a. Faktor Genetik
Setelah diketahui secara genetik bahwa skizofrenia di turunkan melalui kromosom-kromosom namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada kromosom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15, dan 22 (Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia sementara dizigot peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah satunya orang tua yang mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya mencapai 35%.
b. Faktor Neurologi
Kortek pre frontal dan kortek limbik pada klien skizofrenia tidak
pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia
terjadi penurunan volume-volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine dan glutamate.
c. Study Neurotransmitter
Skizofrenia juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serotonin.
d. Psikologi
Beberapa kondisi psikologi yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia misalnya anak diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara yang mengambil jarak dengannya.
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetusnya adalah:
a. Berlebihnya sistem informasi pada syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus frontal otak.
b. Mekanisme penghantar listrik di syaraf terganggu (mekanisme abnormal).
c. Gejala-gejala seperti kondisi kesehatan,lingkungan,sikap dan perilaku.
Akibat dari masalah halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan, yang ditandai dengan pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, kadang memaksakan kehendak, muka merah, berdebat.
Mekanisme koping; klien dengan halusinasi terjadi pengembangan non
realita, kemudian akan timbul suatu rangsangan terhadap psiko klien untuk melakukan perilaku mal adaptif (Stuart dan Laraia, 2001)
E. Manifestasi Klinik
Menurut Keliat (1998), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul yaitu:
1. Bicara, senyum dan tersenyum sendiri.
2. Menarik diri dan menghindari orang lain.
3. Tak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
4. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) 6. Takut
7. Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai.
Tabel 2 : Karakteristik Halusinasi (Stuart and Laraia 2003)
Jenis halusinasi Karakteristik
Pendengaran
Penglihatan
Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar karton dan atau panorama yang luas dan komplek.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu yang menakutkan seperti monster.
Penciuman
Pengecapan Perabaan
Canesthetic
Klinestetic
Membau bau-bau seperti bau darah, urine, feses umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering akibat stroke, tumor, kejang / dimensia.
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, feses.
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena (arteri), pencernaan makanan.
Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
F. Masalah Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan.
2. Perubahan Persepsi sensori halusinasi.
3. Isolasi sosial : menarik diri.
4. Harga Diri Rendah
G. Pohon Masalah
(Keliat, 2006) Perilaku Kekerasan.
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial: Menarik Diri
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Core
Problem
H. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar 3. Isolasi sosial : Menarik diri
4. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah (Keliat, 2006)
J. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan Tgl No.
DX
Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
Rasional TT
1 Perilaku kekerasan Setelah 2x interaksi klien menunjukkan :
1. Tanda – tanda percaya kepada perawat :
a) Wajah cerah, tersenyum b) Mau berkenalan c) Ada kontak mata
d) Bersedia menceritakan perasaan
1. Bina hubungan saling percaya a) Beri salam setiap
berinteraksi
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi c) Tanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
d) Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e) Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadapi klien
a) Menciptaka tras pada klien b) Tak kenal maka tak sayang
c) Agar lebih akrap dalam menyapa klien
d) Mewujudkan percaya pada klien
e) Memvalidasi perasaan klien 2. Klien dapat menceritakan
penyebab perilaku kekerasan a) Menceritakan penyebab perasaan jengkel / kesal baik dari diri sendiri maupung lingkungannya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan : a) Motivasi klien untuk
menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya b) Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan ps
a) Mengungkapkan perasaan klien
b) Memperhatikan klien
` 3. Klien dapat menceritakan
tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan
a) Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain b) Tanda emosional : perasaan
marah, jengkel, bicara kasar
c) Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan a) Motivasi klien menceritakan
kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan terjadi
b) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda- tanda emosional) saat terjadi perilaku kekerasan
c) Motivasi klien menceritakan hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial)
a) Mengusahakan klien mau bercerita
b) Menguasahakan klien mau bercerita
c) Mengusahakan klien mau bercerita
4. Klien dapat menjelaskan : a) Jenis-jenis ekspresi
kemarahan yang selama ini telah dilakukannya
b) Perasaannya saat melakukan kekerasan c) Efektivitas cara yang
dipakai dalam
menyelesaikan masalah
4) Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
a) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya
b) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi
c) Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi
a) Memberikan kesempatan pada klien untuk bercerita
b) Mengetahui bagaimana perasaa klien etelah
melakukan tindak kekerasan c) Klien dapat memilah mana
yang benar dan yang salah
`
5. Klien dapat menjelaskan akibat perilaku kekerasan
a) Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll
b) Orang lain / keluarga : luka, tersinggungu, ketakutan, dll c) Lingkungan : barang atau
benda rusak, dll
5) Klien dapat megidentifikasi akibat perilak`u kekerasan a) Diri sendiri
b) Orang lain / keluarga c) Lingkungan
Mengetahui akibat dari perilaku kekerasan
6. Klien dapat :
Menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan : Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah : - Cara fisik : nafas dalam,
pukul bantalk atau kasur, olah raga
- Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain - Sosial : latihan asertif
dengan orang lain
- Spiritual : sembahyang / doa, zikir, meditasi, dsb
sesuai keyakinan
agamanya masing-masing
Klien tahu cara untuk
mengungkapkan marah
7. Klien dapat memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan a) Fisik : nafas dalam,
memukul bantal / kasur
7) Klien dapat
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan Latih klien memperagakan cara yang dipilih :
Klien dapat mendemonstrasikan cara yang dipilih
``
b) Verbal : mengungkapkan perasaan kesal / jengkel pada orang lain tanpa menyakiti
c) Spiritual : zikir / doa, meditasi sesuai agamanya
Peragakan cara
melaksanakan cara yang dipilih
Jelaskan manfaat cara tersebut
Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
8. Perawat dapat melakukan
petemuan dengan keluarga a) Menjelaskan cara merawat
klien dengan perilaku kekerasan
d) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
8) Klien mendapat dukungan keluarga untuk megontrol perilaku kekerasan :
a) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan
b) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekekarasan
c) Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien
d) Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
a) Agar keluarga klien tahu pendukung nutuk klien itu sangat penting
`
e) Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
f) Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan 9. Klien dapat menjelaskan :
a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama obat
d) Bentuk dan warna obat e) Dosis yang dberikan
epadanya
f) Waktu pemakaian g) Cara pemakaian h) Efek yang dirasakan
9) Klien menggunakan obat sesuai program yag telah ditetapkan:
a) Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
b) Dosis yang tepat untuk klien
c) Waktu pemakaian d) Cara pemakaian
e) Efek yang dirasakan klien Anjurkan klien :
a) Minta dan menggunakan obat tepat waktu
b) Lapor ke perawat / dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
c) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat
Agar klien mau minum obat secara teratur dan tahu mengenai dosis, jeis obat, waktu pemakaian dan cara pemakaian
`
2 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Setelah 2x interaksi klien menunjukkan :
1. Tanda – tanda percaya kepada perawat :
a) Ekspresi wajah bersahabat b) Menunjukkan rasa senang c) Ada kontak mata
d) Mau berjabat tangan e) Mau menyebutkan nama f) Mau duduk berdampingan
dengan perawat
g) Bersedia mengngkapkan masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya a) Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
c) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
a) Menciptakan tras pada klien b) Tak kenal maka tak saying c) Mewujudkan rasa percaya pada
klien
d) Tanyakan perasaan klien danmasalah yang dihadapi klien
e) Dengarkan dengan penuh perhatian
d) Memvalidasi perasaan klien e) Memperhatikan perasaan kilen
2. Klien dapat menyebutkan : a) Isi
b) Waktu c) Frekuensi
d) Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
2. Klien dapat menyebutkan a) Mengetahui jenis halusinasi b) Mengetahui isi,
waktu,frekuensi halusinasi c) Mengetahui situasi dan
kondisi yang menimbulkan halusinai
Klien dapat menceritakan mengenai halusinasinya
3. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya di lakukan untuk mengendalikan halusiasi
3.Klien dapat mengontrol halusinasinya
a) Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
Klien dapat mengidentifikasikan cara yang harus dilakukan jika terjadi halusinasi
halusinasi 4. Klien dapat menyebutkan cara
kontrol halisinasi
4. Diskuikan cara yang diinginkan klien :
a) Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian b) Jika cara yang digunakan
mal adaptif dikusikan cara tersebut
a) Memberi reinforcement positif
b) Memberikan cara yang terbaik untuk klien
5. Klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi
5. Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi :
a) Katakan pada diri sendiri bahwa suara itu tidak nyata b) Bantu klien memillih cara
yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya c) Beri keempatan untuk
melakukan cara yang dipilih dan dilatih
d) Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatuh, jika berhasil beri pujian
Memberitahukan cara terbaru pada klien cara memutus halusinasi
6. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat
6. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
a) Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat, topik ) b) Diskusikan dengan keluarga
tentang :
Pengertian halusinasi
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
b) Agar keluarga tahu mengenai sakit yang diderita klien
Tanda dan gejala halusinasi
Isi halusinasi
Waktu halusinasi
Frekuensi halusinasi
Situasi terjadinya halusinasi.
dll 7. Klien dapat menyebutkan
a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosi, efek
terapi dan efek samping
7. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosi, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
a) Pantau klien saat penggunaan obat b) Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan benar
c) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Agar klie mau minum obat dengan tepat
3 Isolasi Sosial : Menarik Diri
Setelah 3x interaksi klien menunjukkan :
1. Tanda – tanda percaya kepada perawat :
a) Wajah cerah, tersenyum b) Mau berkenalan c) Ada kontak mata
1. Bina hubungan saling percaya a) Beri salam setiap
berinteraksi
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi c) Tanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
2. Klien mampu menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri
a) Diri sendiri b) Orang lain c) Lingkungan
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri :
Tanyakan pada klien tentang : a) Orang yang tinggal serumah /
teman sekamar
b) Orang yang paling dekat dengan klien dirumah / diruangan
c) Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah / diruang perawatan d) Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang tersebut
e) Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain 3. Klien mampu menyebutkan
keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri a) Banyak teman b) Tidak kesepian c) Bisa berdiskusi d) Saling menolong
Kerugian menarik diri, misalnya : a) Sendiri
b) Kesepian
e) Tidak bisa diskusi
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.
Tanyakan pada klien tentang : a) Manfaat hubungan sosial b) Kerugian menarik diri
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan :
a) Perawat b) Perawat lain c) Klien lain d) Kelompok lain
2. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial ecara ecara bertahap.
Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan /
berkomunikasi dengan:
a) Perawat lain b) Klien lain c) Kelompok 5. Klien mampu menjelaskan
perasaannya setelah berhubungan sosial dengan :
a) Orang lain b) Kelompok
5. Klien mampu menjelaskan perasaanya setelah berhubungan sosial dengan :
a) Orang lain b) Kelompok 6. Perawat dapat bertemu dengan
keluarga dan dapat menjelaskan : a) Pengertian menarik diri b) Tanda dan gejala menarik
diri
c) Penyebab dan akibat menarik diri
d) Cara merawat klien menarik diri
6) Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial
Jelaskan pada keluarga tentang:
a) Pengertian menarik diri b) Tanda dan gejala menarik
diri
c) Penyebab dan akibat menarik diri
d) Cara merawat klien menarik diri
7. Klien dapat menyebutkan a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosis, efek
terapi dan efek samping obat
7. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat 3 Gangguan konsep
diri : Harga diri rendah
Setelah 3x interaksi klien menunjukkan :
1 Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik a) Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan yang disukai klien d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji 2. Klien dapat menyebutkan
a) Aspek positif dan
kemampuan yang dimiliki klien
b) Aspek positif keluarga c) Aspek positif lingkungan
klien
2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
Diskusikan dengan klien tentang :
a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan b) Kemampuan yang dimiliki
klien
3. Klien menyebutkan
kemampuan yang dapat dilaksanakan
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan a) Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
dilaksanakan
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya 4. Klien membuat rencana
kegiatan harian
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien
a) Kegiatan mandiri b) Kegiatan dengan bantuan 5. Klien melakukan kegiatan
sesuai jadwal yang dibuat
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat a) Anjurkan klien untuk
melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
b) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
d) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
6. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah