• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi

2.1.1 Taksonomi Tanaman Karet

Dalam kerajaan tanaman atau sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiacae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

2.1.2 Morfologi Tanaman Karet

Secara morfologis, organ – organ penting tanaman karet dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Akar

Tanaman karet memiliki sistem perakaran tunggang dan perakaran serabut.

Akar tunggang tanaman karet menembus kedalam tanah menuju pusat bumi cukup dalam dan kokoh. Oleh karena itu, tanaman karet sangat tahan kekeringan dan tanaman tidak mudah roboh. Sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam (Siagian, 2006).

b. Batang

Tanaman karet berhabitus pohon yang tumbuh meninggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 meter. Tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi mengarah ke atas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Batang karet tampak mulus (Nurhakin dan Aditya, 2014)

(2)

5 c. Daun

Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3 – 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3 – 10cm dengan kelenjar diujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun – daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman (Andoko dan Heru, 2008).

d. Bunga

Bunga tanaman karet tergolong bunga berumah dua (monocious) dan berbentuk bunga majemuk. Pada satu tangkai bunga yang berbentuk majemuk tersebut, terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan bunga dapat terjadi secara penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Penyerbukan silang dibantu oleh serangga. Bunga betina hanya mengandung putik (pistillum) saja yang merupakan alat kelamin betina yang mempunyai bakal buah (ovarium) yang berisi bakal biji (ovulum) dan sel telur (ovum). Bunga jantan hanya mengandung benang sari (stamen) saja yang merupakan alat kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari (pollen) yang mengandung inti sperma untuk penyerbukan. Putik yang telah diserbuki benang sari akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji akan menjadi biji(Cahyono, 2010).

Bunga karet muncul (tumbuh) dari ranting – ranting yang bersemi selesai gugur daun. Bunga tersusun (terangkai) dalam malai yang setiap malai atau tangkai bunga tersusun banyak bunga. Bunga itu disebut bunga majemuk.

Bunga karet terdiri atas tangkai bunga, daun kelopak atau sepal berwarna hijau, daun mahkota berwarna putih kekuningan, benang sari, kepala putik dan bakal buah. Bunga ini berukuran kecil dan berbentuk bintang(Cahyono, 2010).

(3)

6 e. Buah dan Biji

Buah karet karet yang masih muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi cokelat sampai hitam apabila sudah matang. Buah karet tidak berdaging dan tidak berair. Buahnya berbentuk segitiga seperti belimbing, dan berukuran sebesar buah apel atau sebesar bola tenis. Didalam buah terdapat tiga ruangan masing – masing ruang berisi 1 butir biji. Proses pemasakan buah berlangsung selama 5,5 – 6 bulan sejak pembungaan. Buah karet berbiji dan jumlah bijinya 3 butir. Secara keseluruhan buah karet terdiri atas tangkai, buah, kulit buah, cangkang buah, dan biji(Siagian, 2006).

Biji karet berukuran sebesar telur burung puyuh bentuknya bulat agak lonjong, berwarna cokelat kehitaman dan bersifat keras. Bobot biji karet berkisar antara 3,30 g – 4 g. biji karet tersusun atas cangkang, kulit ari berwarna putih, daging biji berwarna putih susu dan lembaga yang berwarna kekuningan. Biji karet bersifat monoembrional bila ditumbuhkan (disemaikan) hanya menghasilkan satu tanaman.

2.2 Produktivitas Tanaman

2.2.1 Klon Karet Anjuran

Klon karet unggul dikelompokkan menjadi dua yaitu : Klon Anjuran Komersial dan harapan.

 Klon anjuran Komersial adalah klon unggul yang dianjurkan untuk pengembangan komersial dalam skala luas yang menurut Undang – Undang no. 12 tahun 1992 disebut sebagai Benih Bina.

 Klon harapan adalahn klon – klon yang ada pengujian pendahuluan terbukti memiliki sifat keunggulan lebih baik dari klon anjuran komersial, namun belum teruji secara luas. Klon harapan dianjurkan untuk pengembangan secara terbatas di perkebunan melalui kerjasama dengan Pusat Penelitian Karet.

(4)

7

Berdasarkan hasil rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet, yang diselenggarakan pada tanggal 22 – 23 nopember 2005 di Medan, telah disusun daftar klon Karet Anjuran Periode 2006 – 2010 sebagai berikut :

 Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, dan PB 260

 Klon penghasil lateks kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.

 Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

 Klon harapan : IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, IRR 208, IRR 211 dan IRR 220.

Klon penghasil lateks adalah klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks sangat tinggi tetapi hasil kayu juga tinggi. Sedangkan klon penghasil kayu adalah klon yang memiliki ciri petensial lateks rendah, tetapi hasil kayu sangat tinggi.

2.3 Jamur Akar Putih (R.lignosus)

Taksonomi Jamur Akar Putih (R.lignosus) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Mycetaceae

Divisio : Amestigomycota Klass : Basidiomycetes Ordo : Polyperales Family : Poliperaceae Genus : Rigidoporus

Spesies : Rigidoporus lignosus (Klotszhch) Imazeki

Badan buah jamur ini berbentuk kipas tebal, agak berkayu mempunyai zone – sone pertumbuhan, mempunyai tepi yang tipis, warna permukaan badan buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada waktu masih muda berwarna jingga sampai merah kecoklatan, dengan zone berwarna gelap

(5)

8

yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Badan buah yang tua umumnya ditumbuhi ganggang sehingga berwarna kehijauan. Jika menjadi tua atau kering badan buah menjadi suram, permukaan atasnya coklat kekuningan pucat sedangkan permukaan bawahnya coklat kemerahan. Tepinya menggulung kebawah dan warnanya tidak kuning lagi (Basuki, 1982).

2.3.1 Gejala Serangan Jamur Akar Putih (R.lignosus)

Masalah yang sering dihadapi saat pengendalian JAP adalah tanaman karet baru terdeteksi terserang JAP setelah terlihat gejala di daun, seperti daun kusam dan warna kekuningan. Padahal, pada kondisi tersebut, miselium JAP sudah berpenetrasi luas di jaringan akar. Saat daun sudah berwarna kekuningan, tindakan pengendalian sudah kurang efektif. Pasalnya, tingkat serangan penyakit sudah berstadia lanjut. Pengendalian JAP akan efektif apabila tingkat serangan di akar masih skala 1 – 2 atau miselium JAP belum berpenetrasi luas ke dalam jaringan akar (Siagian, 2015).

Tingkat serangan JAP di akar dapat dibagi menjadi empat skala sebagai berikut :

 Skala 1 : Miselia atau rizomorf menempel di permukaan kulit

 Skala 2 : Miselium JAP mulai masuk ke jaringan kulit dan mengelilingi setengah leher akar

 Skala 3 : Dua pertiga kulit akar busuk, tetapi akar lateral hidup.

 Skala 4 : Semua akar busuk dan tanaman tumbang atau mati.

(Siagian, 2015).

Gejala – gejala serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun – daun dengan tepi ujungnya terlipat kedalam. Daun – daun tersebut selanjutnya gugur dan ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman yang sakit akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya. Memastikan secara dini tanaman karet terserang

(6)

9

penyakit akar putih atau tidak, bisa dilakukan pemeriksaan tajuk dan akar dengan bantuan mulsa (Heru & Agus, 2008).

Tajuk tanaman sakit berwarna suram kekuning – kuningan, selanjutnya memunculkan daun – daun muda, bunga dan buah lebih awal. Pemeriksaan tajuk tanaman di areal perkebunan secara keseluruhan dilakukan empat kali setahun sejak tanaman berumur enam bulan (Heru & Agus, 2008).

Pada permukaan akar yang sakit terdapat benang – benang miselium jamur (rizomorf) berwarna putih menjalar sepanjang akar. Di sana – sini benang – benang meluas atau bercabang – cabang seperti jala. Pada ujungnya benang meluas seperti bulu. Benang – benang melekat erat pada permukaan akar.

Kadang – kadang benang berwarna kekuningan. Dalam tanah merah warnanya dapat kemerahan atau kecoklatan. Kulit yang sakit busuk dan berwarna coklat (Semangun,1988)

Kayu dari akar yang baru saja mati tetap keras, berwarna coklat, kadang – kadang agak kekelabuan. Pada pembusukan yang lebih jauh kayu berwarna putih atau krem, tetap padat dan kering, meskipun di tanah basah kayu yang busuk dapat hancur seperti bubur. (Semangun, 1988)

2.3.2 Penularan dan Perkembangan Penyakit

R.lignosus termasuk kategori jamur yang bersifat parasit fakultatif yang berarti bahwa patogen tersebut dapat hidup pada jaringan tanaman yang telah mati. Dilain pihak R.lignosus tidak dapat bertahan lama tanpa adanya sumber makanan. Hal ini menunjukkan timbulnya penyakit JAP sangat ditentukan oleh adanya sisa – sisa tunggul dan akar tanaman di lapangan.sumber penyakit JAP lainnya yang tidak dapat dikesampingkan adalah penggunaan bibit sakit. Adakalanya seleksi bibit tidak dilakukan dengan ketat atau dilaksanakan oleh tenaga yang tidak terlatih. Di samping itu juga spora – spora yang dihasilkan oleh tubuh buah dapat menjadi sumber infeksi melalui

(7)

10

media perantara berupa sisa – sisa tunggul di dalam kebun, namun penyebaran penyakit spora ini sangat terbatas. Spora jamur akan segera berkecambah apabila jatuh pada tunggul yang masih segar, selanjutnya miselium jamur menjalar ke perakaran didalam tanah yang selanjutnya menjadi sumber infeksi bagi tanaman karet disampingnya(Sujatno&

Pawirosoemardjo, 2001).

Penyebaran penyakit JAP terutama terjadi melalui kontak akar. Apabila akar – akar dari tanaman sehat telah saling berhubungan dengan akar yang telah terinfeksi, rizomorf akan menjalar menuju leher akar dan selanjutnya ke akar samping lainnya. Hal ini menyebabkan pertanaman karet yang terserang oleh JAP cenderung mengelompok yang makin lama makin luas.

Lamanya JAP dapat bertahan di dalam tanah tergantung dari banyak sedikitnya sisa – sisa kayu yang tertinggal didalam tanah dan berbagai faktor yang mempengaruhi pembusukan. Pada sisa akar tanaman yang bergaris tengah 0,6 – 7,5 cm JAP dapat bertahan 3 – 20 bulan (Semangun, 1988 dalam Sujatno & Pawirosoemardjo, 2001). Disamping faktor tersebut diatas perkembangan penyakit juga dipengaruhi oleh kemasaman (pH) dan struktur tanah. Jamur akar putih lebih menyukai tanah yang berpori dan bereaksi netral (pH 6 – 7). Oleh sebab itu JAP banyak dijumpai pada tanah liparit yang luas terdapat di Sumatera dan juga di pegunungan Kidul Jawa TImur.

2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyakit JAP

Keberadaan patogen R. lignosus penyebab JAP erat hubungannya dengan kebersihan lahan. Tunggul atau sisa tebangan pohon, perdu dan semak yang tertinggal dalam tanah merupakan substrat bagi R. lignosus. Keberadaan R.

lignosus dalam tanah juga ditentukan oleh organisme renik yang melapukkan tunggul (Siagian, 2015).

(8)

11

Jamur akar putih dapat tumbuh pada suhu 10°C - 40°C, spora dapat berkecambah dengan baik pada suhu yang optimum 25°C - 30°C. JAP juga menyukai kondisi tanah yang berpori dan lembab serta menyukai pH tanah optimum antara 5,5 – 6,5 (Semangun, 1989).

Pada umumnya intensitas JAP memuncak pada umur tanaman 3 – 4 tahun pada saat terjadi pertautan akar antar gawangan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit, tanah yang gembur dengan pH > 6 dengan suhu lebih dari 20°C sangat baik bagi perkembangan penyakit. Penyakit berkembang cepat pada awal musim hujan. Tunggul yang terbuka merupakan media untuk penularan JAP, dan akar – akar yang terinfeksi merupakan sumber penularan lebih lanjut (Soepana, 1993).

Infeksi dapat juga disebabkan oleh spora dari sporofor yang tumbuh pada sisa – sisa kayu dalam tanah. Spora – spora ini dapat disebarkan melalui luka dan lentisel, walaupun penetrasi secara langsung mungkin terjadi. Pada tanaman karet sering ditemukan bagian leher akar pecah, dan ini merupakan tempat yang baik bagi infeksi jamur. Patogen kemudian kebagian yang lebih dalam dari akar. Tanaman akan mengadakan reaksi pertahanan seperti pembentukan kambium gabus dan kalus. Akan tetapi hal ini sering tidak dapat menahan perkembangan lanjut patogen. Serangan akan lebih tinggi ditemukan pada tanaman okulasi dibandingkan dengan tanaman biji. Hal ini disebabkan pada tanaman okulasi ada bagian – bagian luka, sehingga memudahkan patogen untuk mengadakan infeksi (Soepana, 1993).

2.3.4 Pengendalian Jamur Akar Putih

Beberapa cara pengendalian penyakit akar putih adalah sebagai berikut :

 Sisa – sisa akar atau tunggul tanaman di areal pertanaman yang merupakan tempat hidup jamur harus disingkirkan atau dibakar. Bila hal ini tidak dapat dilakukan untuk keseluruhan areal, maka sekurang – kurangnya

(9)

12

sepanjang barisan tanaman sekitar satu meter dari lubang tanaman harus bersih dari sisa – sisa akar dan tunggul – tunggul tersebut.

 Menanam tanaman penutup tanah yang baik untuk kebun karet. Tanaman yang di anjurkan adalah tanaman kacang – kacangan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides, Psophocarpus palustris, atau Colopogonium caemleum. Jenis tanaman ini berguna untuk mempertinggi aktivitas mikroba dan mempercepat pembusukan sisa – sisa akar atau tunggul – tunggul tanaman sehingga secara tidak langsung dapat menekan perkembangan jamur akar putih.

 Menanam bibit tanaman yang sehat, bebas dari jamur akar putih. Bila dicurigai bibit terjangkit penyakit ini, sebaiknya bibit tersebut dicelupkan ke dalam larutan terusi sebelum ditanam,

 Jika sebelumnya kebun pernah mengalami serangan jamur akar putih, maka tanaman baru harus dilindungi. Caranya, disekitar tanaman baru ditaburkan serbuk belerang sebanyak 100 g dengan radius antar 30 – 100 cm. Setelah itu, serbuk dibenamkan ke dalam tanah dengan bantuan garpu.

Penaburan serbuk belerang dilakukan setiap tahun hingga tanaman berumur 5 tahun. Sebagai pengganti serbuk belerang, dapat juga dipakai pupuk ammonium sulfat (ZA) sebanyak dosis yang dianjurkan dalam pemupukan. Pupuk itu ditaburkan disekitar tanaman. Cara lain melindungi tanaman karet dari serangan penyakit akar putih adalah menanam tanaman marygold (Tithonia diversifolia). Tanaman ini ditanam di sekitar tanaman karet dengan radius 1 m atau ditanamn di dalam gawangan dalam dua barisan berjarak 1 m. Tanaman ini ditanam sebagai tanaman sampingan dari tanaman penutup tanah.

 Diantar pohon karet tidak dianjurkan ditanami tanaman sela yang merupakan inang jamur akar putih seperti ubi kayu dan ubi jalar.

 Tanaman sakit yang masih bisa diselamtakan diberi obat pelindung akar.

Caranya, tanah pada leher akar tanaman harus dibuka dengan membuat lubang berjarak 30 cm di sekeliling akar. Kedalaman lubang tergantung pada batas serangan jamur. Kemudia benang – benang jamur yang

(10)

13

menempel pada akar dikerok. Akar yang sudah rusak berat atau busuk dipotong dan dimusnahkan. Bagian yang luka akibat kerokan atau potongan ditutup dengan ter. Selanjutnya keseluruhan akar yang terluka diolesi Izal 5%. Setelah itu, diolesi pelumas obat pelindung akar. Setelah luka mengering, akar ditutup kembali dengan tanah.

 Membasmi jamur akar putih juga dapat dilakukan dengan fungisida yang terdiri atas campuran bahan kimia hexaconazole, triadimefon, dan cyproconazole. Bahan – bahan ini mengandung bahan aktif PCNB. Namun biaya pengobatan dengan bahan ini sangat mahal.

 Tanaman yang tidak bisa diselamatkan lagi, ditandai dengan gugurnya daun atau membusuknya akar tunggang, harus dibongkar. Sisa – sisa akar harus disingkirkan dan bekas lubang diberi 200 g serbuk belerang atau ZA.

Bila masih memungkinkan untuk penyulaman, tanah bekas lubang tanaman yang sakit dibongkar dan dibuat lubang tanam bant berukuran ( 40 x 40 x 30 cm ). Bibit yang ditanam harus bibit stum tinggi. Disekitar bibit ditaburkan serbuk belerang atau ZA sebanyak 100 g. untuk melindungi bibit dari serangan penyakit akar putih, didekatnya ditanam tanaman marygold.

 Jamur ini dapat juga dibasmi dengan isolat Trichoderma yang bersifat antagonis terhadap jamur akar putih. Dengan adanya pemangsa ini membuat petumbuhan jamur menjadi terhambat. Untuk memacu pertumbuhan mikroba, Trichoderma ini ditambah serbuk belerang yang selanjutnya bisa berbiak dalam akar pohon karet.

2.3.5 Fungisida Heksakonazol

Produk pestisida ini merupakan produk yang diluncurkan oleh perusahaan PT Syingenta Indonesia yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perlindungan tanaman. Fungisida dengan bahan aktif heksakonazol adalah fungisida sistemik dengan daya eradikan dan protektan yang menghambat biosintesa ergosterol dari jamur golongan Basidiomycetes dan Ascomycetes. Fungisida dengan bahan aktif heksakonazol ini bekerja sistemik ke seluruh bagian

(11)

14

tanaman melalui pembuluh kayu (xylem). Dengan jenismya sistemik fungisida ini sangat cocok digunakan untuk tanaman seperti cabai, kedelai, karet, daun bawang, bawang putih, bawang merah, tomat, pisang, semangka dan lain-lain. Sangat aktif mengendalikan penyakit pada berbagai tanaman pangan, hertikultura dan tanaman perkebunan.

Fungisida berbahan aktif heksakonazol ini mempunyai toksisitas rendah terhadap manusia, burung, ikan, serangga dan cacing tanah. Tingkat residu yang sangat rendah menjadikan fungisda dengan bahan aktif heksakonazol ini tidak meninggalkan residu yang berbahaya terhadap tanaman.

Tabel 2.1. Beberapa fungisida untuk pengendalian penyakit jamur akar putih No Nama

Dagang

Bahan Aktif Bentuk Sifat Cara Aplikasi

Dosis/Pohon/

Aplikasi 1 Calixin

CP

Tridemorf Pasta Sistemik Protektif Kuratif Persisten

Pelumasan akar

160 – 350 g

2 Formac 2, Shell CP

& Ingro Pasta

PCNB Pasta Non sistemik Protektif Persisten

Pelumasan akar

160 – 350 g

3 Bayleton 250 EC

Triadimefon Cairan Sistemik Protektif Kuratif Non persisten

Penyiraman akar

10 – 20 ml

4 Bayfidan 250 EC

Triadimenol Cairan Sistemik Protektif Kuratif Non persisten

Penyiraman akar

10 – 20 ml

5 Anvil 50 SC

Heksakonaz ol

Cairan Sistemik Protektif Kuratif Non persisten

Penyiraman akar

10 – 20 ml

Sumber : (Siagian, 2015)

Gambar

Tabel 2.1. Beberapa fungisida untuk pengendalian penyakit jamur akar putih  No  Nama

Referensi

Dokumen terkait

Tanda +ang ,aling sering ,ada ,er6orasi kornea adalah datar atau dangkaln+a anterior chamber 2 tes Seidel ,ositi62 dan ,rola,se u8ea. Untuk tes Seidel2 digunakan

3 Bagaimana metode yang diterapkan Pesantren Daar Al-Taubah dalam membina akhlak para wanita tuna susila.. 4 Bagaimana pengaruh Pola pembinaan pesantren Daar Al-Taubah

Danang ingin menjual tanah kavelingnya yang terletak di Jalan Pattimura nomor 12, Semarang. Letaknya sangat strategis, sudah diurug, dan siap bangun. Danang

Buruh Bebas 2. Buruh bebas ialah pekerja dari luar wilayah Lampung dan tempat perusahaan berada, dan sengaja datang sebagai pekerja. Buruh jenis ini terkait dengan perusahaan

Dalam kalangan pelajar-pelajar di institusi pengajian tinggi, kajian oleh Chen dan Volpe (1998) merumuskan bahawa pengetahuan pelajar tentang kewangan peribadi adalah

Data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta atau angka. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah penelitian kuantitatif. Dalam pembelajaran Seni Budaya ini

Teknik yang digunakan dalam wawancara merupakan teknik yang tidak terstruktur, teknik ini dilakukan dalam bentuk tanya jawab atau tatap muka dengan Ibu Halija