• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 1 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

P U T U S A N

Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus sengketa konsumen pada tingkat kasasi memutus sebagai berikut dalam perkara antara:

RUDI RAHMAT NUR, bertempat tinggal di Dusun VII, Desa Aek Songsongan, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara;

Pemohon Kasasi dahulu Termohon Keberatan;

L a w a n

PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL, TBK (BANK BTPN), berkedudukan di Menara BTPN, CBD Mega Kuningan, 12950 dan memiliki Perwakilan/Kantor cabang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 275, Lingkungan Aek Kanopan II, Aek Kanopan, Kecamatan Kualu Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara, yang diwakili oleh Anika Faisal dan kawan selaku Direktur, dalam hal ini memberi kuasa kepada Sentot Ahmadi, S.H., kesemuanya karyawan pada PT Bank BTPN,Tbk, beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 275, Lingkungan Aek Kanopan II, Aek Kanopan, Kecamatan Kualu Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25 Mei 2016;

Termohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan;

D a n

SUSIANA, bertempat tinggal di Dusun VII, Desa Aek Songsongan, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara, selaku Isteri Termohon Keberatan yang (memberikan persetujuan dan menandatangani Perjanjian Kredit);

Turut Termohon Kasasi dahulu Turut Termohon Keberatan Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor 237/Arbritase/BPSK-BB/2015 tanggal 6 Oktober 2015 yang amarnya sebagai berikut:

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 2 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

1. Mengabulkan permohonan Konsumen seluruhnya;

2. Menyatakan ada kerugian di pihak Konsumen;

3. Menyatakan Pelaku Usaha tidak pernah menghadiri persidangan yang secara patut dipanggil;

4. Menyatakan perjanjian kredit yang telah dibuat dan ditandatangani serta yang telah disepakati bersama antara Konsumen dan Pelaku Usaha adalah batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat;

5. Menyatakan Pelaku Usaha yang akan dan atau telah melakukan lelang eksekusi hak tanggungan di muka muka umum atas agunan yang menjadi jaminan pembayaran kembali atas fasilitas pinjaman kredit yang telah diberikan oleh Pelaku Usaha kepada Konsumen dengan melakukan penjualan secara lelang, melalui perantara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kisaran adalah perbuatan melawan hukum;

6. Menyatakan tidak sah dan batal demi hukum:

A. Permintaan lelang oleh Pelaku Usaha kepada Kantor pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kisaran terhadap agunan yang menjadi jaminan Konsumen kepada Pelaku Usaha;

B. Lelang yang akan dan atau telah dilakukan oleh Kantor pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kisaran atas permintaan dari pelaku usaha terhadap agunan yang menjadi jaminan Konsumen kepada Pelaku Usaha;

C. Akibat hukum yang timbul karena lelang yang akan dan atau telah dilakukan oleh Pelaku Usaha melalui perantara Kantor pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kisaran;

7. Menghukum Pelaku Usaha untuk membatalkan lelang eksekusi hak tanggungan di muka umum atas agunan yang menjadi jaminan pembayaran kembali atas fasilitas pinjaman kredit (hutang) yang telah diberikan oleh Pelaku Usaha kepada Konsumen dengan perantara melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Kisaran;

8. Menghukum Pelaku Usaha untuk menghapus biaya, denda, tunggakan yang menjadi akibat keterlambatan pembayaran angsuran per bulannya, finalti, bunga berjalan maupun lainnya yang bertentangan dengan peraturan;

9. Menghukum Pelaku Usaha untuk membayar uang denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap harinya, apabila lalai atau tidak mau mematuhi keputusan pada butir delapan dan sembilan tersebut di atas, terhitung sejak keputusan ini berlaku hukum tetap (inkracht);

Bahwa, terhadap amar Putusan Badan Penyelesaian Sengketa

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 3 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Konsumen tersebut, Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di depan persidangan Pengadilan Negeri Tanjung Balai yang pada pokoknya sebagai berikut:

Teradu/Pemohon Keberatan (Pelaku Usaha) Tidak Pernah Menerima Relaas Panggilan Sidang Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Dalam Perkara A Quo

1. Bahwa Pelaku Usaha sangat keberatan terhadap pertimbangan Majelis BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara yang menyatakan Pelaku Usaha tidak hadir dalam persidangan walaupun sudah dipanggil secara patut sehingga dianggap melepaskan haknya. Nyata-nyata Pelaku Usaha tidak pernah menerima satu pun surat surat yang dimaksud oleh Majelis BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara dalam perkara a quo tersebut, sehingga pertimbangan hukumnya bersifat menyesatkan. Seharusnya secara hukum dipastikan kebenaran pengiriman dan penerimaan surat panggilan sidang dimaksud sesuai berita acara dan tata cara pemanggilan sidang. Dalam hal tidak diketemukan alamat atau Pelaku Usaha tidak bersedia menerima surat panggilan sidang dimaksud, maka harus diteliti apakah terdapat catatan keterangan berita acara di dalam isi surat panggilan sidang yang dikembalikan tersebut? Apakah telah disampaikan ke Kelurahan setempat dengan catatan keterangan apabila Pelaku Usaha sudah pindah alamat atau tidak diketahui alamatnya tersebut. Dan hal tersebut tidaklah benar, karena Pelaku Usaha telah jelas dan nyata alamatnya hingga sekarang.

Oleh karenanya kekeliruan prosedur pemanggilan sidang dan cacatnya prosedur formal pemanggilan sidang berakibat kerugian Pelaku Usaha, menafikan hak-hak hukum Pelaku Usaha, sehingga persidangan tidak berjalan seimbang, bertentangan dengan azaz audi et alteram partem, bertentangan dengan asas persamaan di depan hukum, dan sudah sepatutnya Putusan Arbitrase Majelis BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Nomor 480/Arbitrase/BPSK/BB/XI/2015 tanggal 22 Februari 2016 adalah cacat hukum dan harus dibatalkan;

Putusan Majelis Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Dalam Perkara A Quo Melebihi Wewenang Yang Diperbolehkan Hukum (Ultra Vires) 2. Bahwa putusan Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara dalam

perkara a quo telah mengadili dan memutus dengan melebihi apa yang menjadi kewenangannya (ultra vires). BPSK hanyalah mengadili sengketa konsumen termasuk di dalamnya berwenang menetapkan ganti rugi.

Namun ironisnya putusan Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 4 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Bara dalam perkara a quo telah terlalu jauh membatalkan produk hukum suatu perjanjian yang sudah disepakati para pihak dan dianggap sebagai undang-undang bagi pembuatnya, membatalkan bahwa produk perjanjian kredit yang merupakan Akta Notariil beserta Akta-Akta Notariil pembebanan hak tanggungan dan yang terkait yang notabene hal itu bukanlah menjadi kewenangan BPSK. Jikalau BPSK menimbang terdapat adanya klausula baku di dalam suatu perjanjian atau akta, maka secara hukum hanya klausula baku nya sajalah yang dinyatakan tidak boleh atau diubah, bukan membatalkan secara keseluruhan. Terlebih pertimbangan putusan Arbitrase Majelis BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara dalam perkara a quo tidak merinci dan menunjukkan bagian mana yang merupakan klausula baku tersebut?;

3. Bahwa terhadap pertimbangan BPSK Batu Bara tersebut di atas khususnya mengenai fakta riil adanya perjanjian kredit dengan jaminan yang sudah diikat/dibebani hak tanggungan adalah keliru dan nyata-nyata tidak sempurna di dalam mempertimbangkan hukum terkait dan yang melingkupi.

Majelis BPSK tidak mempertimbangkan adanya kenyataan adanya peristiwa,perbuatan dan hubungan hukum perjanjian kredit yang dilegalisasi dihadapan Tresna Hariadi, S.H., Notaris di Kabupaten Pelabuhan Batu Utara Tanggal 17 Juli 2014 dengan jaminan yang telah diikat dengan hak tanggungan dengan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Majelis BPSK tidak mempertimbangkan bahwa permasalahan antara Konsumen (Termohon Keberatan) dengan Pelaku Usaha (Pemohon Keberatan) merupakan sengketa keperdataan biasa yang terdapat adanya peristiwa dan perbuatan hukum pemberian kredit dengan jaminan di samping itu juga tidak dipertimbangan nilai suatu asas hukum dari perikatan yang timbul karena perjanjian memiliki konsekwensi hukum adanya asas konsensualisme bagi yang membuatnya (Pemohon Keberatan dengan Termohon Keberatan);

Bahwa kami berpendapat pertimbangan Majelis Hakim BPSK tersebut keliru dan nyata nyata tidak sempurna di dalam mempertimbangkan hukum hukum terkait dan yang melingkupi. Majelis Hakim tidak menyebutkan melanggar ketentuan hukum yanga mana sehingga pasal pasal dalam perjanjian kredit harus dibatalkan. Majelis Hakim tidak mempertimbangkan bahwa permasalahan antara Pemohon keberatan dengan Termohon keberatan merupakan sengketa keperdataan biasa yang terdapat adanya peristiwa dan perbuatan hukum pemberian kredit dengan jaminan yang

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 5 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

ternyata telah terdapat kualifikasi debitur ”wanprestasi” maka ketentuan penjualan atas barang jaminan menjadi melekat. Hal mana itu tidak menjadi pertimbangan Majelis Hakim BPSK. Di samping itu juga tidak dipertimbangan nilai suatu asas hukum dari perikatan yang timbul karena perjanjian memiliki konsekwensi hukum adanya asas konsensualisme bagi yang membuatnya;

4. Bahwa pertimbangan Majelis Hakim BPSK dalam perkara a quo yang demikian nyata-nyata bertentangan dengan asas keabsahan suatu Akta Outentik (presumptio iustae causa–vermoeden van rechtmatigheid). Nyata- nyata perjanjian kredit beserta syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit beserta seluruh addendum dan perubahannya tersebut telah ditandatangani secara sadar dan dibuat/dilakukan dihadapan Pejabat/Notaris sebagai kesepakatan kehendak para pihak yang membuat, sehingga sah pula pernyataan kehendak bersama tersebut, terlebih hal tersebut dilakukan di hadapan Notaris dan perbuatan hukumnya telah berlangsung. Pada rentang waktu yang tidak pernah mempermasalahkan akta notaris tersebut. Karenanya Termohon Keberatan/Termohon Keberatan hanyalah mencari cari alasan dan keuntungan semata yang bertentangan dengan prinsip keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Dalil pertimbangan hukum BPSK tersebut tidak dapat dipergunakan untuk membatalkan perjanjian kredit dengan hak tanggungan yang sah (vide Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. Nomor 702 K/Sip/1973 Tanggal 5 September 1973);

Bahwa dengan demikian Putusan Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Nomor 480/Arbitrase/BPSK/BB/XI/2015 tanggal 22 Februari 2016 telah melebihi wewenangnya dan apa yang diperbolehkan hukum (ultra vires) sehingga tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan;

Kerancuan Dan Kekeliruan Pertimbangan Hukum Majelis Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Dalam Perkara A Quo Mengenai Klausula Baku Dan Fiat Eksekusi Lelang Terhadap Peristiwa Dan Perbuatan Hukum Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan

5. Undang Undang Perlindungan Konsumen adalah pada dasarnya untuk melindungi para pihak sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, terutama acapkali hak-hak konsumen diabaikan oleh Pelaku Usaha dan perlu dicermati secara seksama. Bahwa perjanjian kredit beserta ikutannya (lampiran dan sebagainya) yang dibuat antara Termohon Keberatan/konsumen dan Pelaku Usaha/Pemohon Keberatan merupakan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 6 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Lex Specialis dari Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan/atau Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan tidak melanggar undang-undang konsumen. pada saat perjanjian ditandatangani oleh Debitur/Konsumen ternyata Konsumen/Debitur tidak keberatan atas perjanjian tersebut dan apabila Konsumen tidak setuju dengan isi perjanjian yang telah dibuat, maka Debitur/Konsumen pada waktu itu dapat menolak untuk tidak menandatangani perjanjian tersebut sesuai dengan alasan konsumen;

6. Bahwa Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan antara Pelaku Usaha / Kreditor dengan Konsumen / Debitur telah sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata serta Pasal 1338 KUH Perdata lebih-lebih telah sesuai pula dengan ketentuan khusus yang merupakan lex specialis derogate legi generalis yaitu Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan/atau Undang Undang Nomor4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, sehingga perjanjian yang dibuat adalah sah menurut hukum serta tidak bertentangan dengan Undang Undang Perlindungan Konsumen dan ketentuan isi kesepakatan bersama antara Pelaku Usaha dengan Konsumen bukan merupakan klausula baku;

7. Bahwa Pelaku Usaha telah melaksanakan perjanjian baik sebelum ditandatangai dan dilaksanakannya perjanjian dengan Konsumen, dimana kreditur merupakan Pelaku Usaha yang beritikad baik, melaksanakan pencairan pinjaman (riil), memberikan kesempatan untuk membayar sesuai kesepakatan, memberikan tenggang waktu yang cukup kepada Konsumen/Debitur, memberikan restrukturisasi kredit, addendum perjanjian, yang kesemuanya dimaksudkan untuk melaksanakan substansi/isi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan dari para pihak, baik tentang sikap dan prilakunya yang nyata dan pada akal sehat serta keadilan secara objektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang objektif, hal tersebut merupakan cerminan dari Pasal 1338 ayat (3) BW diatur tentang “perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”;

8. Bahwa terdapat korelasi antara pengaturan klausul perjanjian kredit dengan penyelarasan/penyesuaian bentuk perlindungan hukum kepada nasabah/konsumen itu sendiri dalam pemberian kredit oleh Bank BTPN (Pelaku Usaha), yaitu Pelaku Usaha sebagai institusi Bank telah tunduk dan patuh terhadap ketentuan Undang Undang Perbankan, UUPK serta peraturan dari Bank Indonesia, diantaranya yaitu ketentuan PBI Nomor

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 7 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, PBI Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan PBI Nomor 8/5/PBI/2005 tentang Mediasi Perbankan. Yang kesemuanya itu menjadi hal yang umum dan wajar dalam praktik perbankan dan menjadi mekanisme dalam dunia perbankan (sebagai asas lex specialis derogat legi generalis);

9. Bahwa dalam hubungan hukum yang seimbang dalam perjanjian kredit perbankan undang-undang bukan saja mengatur melindungi Nasabah/Debitur/Konsumen, akan tetapi harus pula menjamin dan melindungi hak hak Kreditur/Pelaku Usaha (Bank), karena di samping terdapat hak-hak Debitur, dalam pemberian kredit juga menyangkut keselamatan dunia perbankan berikut aset masyarakat. Oleh karenanya menjadi patut dan wajar apabila terdapat klausul penjaminan kewajiban Debitur/Konsumen yang Debitur/Konsumen itu sendiri telah dijelaskan dan dengan sadar menandatanganinya pada awal perjanjian kredit (sebelum pencairan kredit);

10. Bahwa justru akta kesepakatan berupa perjanjian kredit beserta perubahan perubahan, addendum maupun turunannya tersebut secara hukum masih berlaku sah dan mengikat pihak baik Pelaku Usaha/Kreditur (Bank) dan Konsumen/Debitur. Oleh karenanya klausula klausula dalam isi perjanjian kredit beserta turunannya oleh pihak haruslah dianggap secara hukum sebagai akta yang benar dan mengikat karena tidak ada atau belum ada syarat pembatalan maupun kebatalan (presumptio iustae causa–

vermoeden van rechtmatigheid). Dan perjanjian kredit (akta-akta autentik tersebut) telah ditandatangani secara sadar dan dibuat/dilakukan dihadapan Pejabat/Notaris/yang berwenang sebagai kesepakatan kehendak para pihak yang membuat, maupun telah sesuai berdasar hukum sehingga sah seluruh akta-akta autentik tersebut. (vide Yurisprudensi Mahkamah Agung RI. Nomor 702 K/Sip/1973 tanggal 5 September 1973);

11. Bahwa terhadap penyamaan kedudukan ketentuan eksekusi hak tanggungan sesuai Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 dengan parate eksekusi Pasal 224 HIR/258 Rbg adalah keliru sama sekali. Majelis Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara dalam perkara a quo telah menafsirkan lain dari ketentuan yang diatur Undang Undang Hak Tanggungan dengan seolah olah wajib mensyaratkan adanya fiat eksekusi dari Pengadilan Negeri. Pelaksanaan lelang eksekusi objek hak

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 8 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

tanggungan berdasarkan ketentuan Pasal 6 UUHT juncto Pasal 20 ayat (1) huruf a telah sesuai dengan ketentuan UUHT;

12. Bahwa Konstruksi Pasal 20 ayat (1) huruf a juncto Pasal 6 UUHT tidaklah berbeda dengan prosedur pelaksanaan eksekusi menurut ketentuan Pasal 1178 ayat (2) KUH Perdata, yang pada intinya mengatur janji untuk menjual benda jaminan atas kekuasaan (beding van eigen machtige verkoop) dan janji penjualan lelang harus dilakukan menurut cara sebagaimana diatur dalam Pasal 1211 KUH Perdata, sehingga ketentuan Pasal 6 UUHT menegaskan pelaksanaan executie melalui pelelangan umum. Sedangkan eksekusi eks. Pasal 224 HIR seperti yang didalilkan Pemohon Kasasi/Pembanding/Penggugat asal merupakan eksekusi sebagaimana dimaksud didasarkan pada istilah parate eksekusi sehingga membawa konsekwensi hukum yang berbeda;

13. Bahwa di dalam ketentuan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) telah jelas adanya kesepakatan bersama bahwa Kreditur/Bank/Pemohon Keberatan sebagai pemegang Hak Tanggungan memiliki hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri objek hak tanggungan jika Termohon Keberatan (Debitur) ingkar janji/wanprestasi (vide Pasal 11 ayat (2) Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan). Terlebih lebih sertifikat hak tanggungan memiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang hal tersebut memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;

Pasal 11 ayat 2 Undang Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 berbunyi:

“e. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri objek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji“;

Bahwa berdasarkan pada ketentuan-ketentuan di atas, dalam hal Konsumen/Termohon Keberatan selaku debitur telah ingkar janji/wanprestasi, maka Pemohon Keberatan/Pelaku Usaha selaku Kreditur berhak untuk dengan seketika menjalankan hak-hak dan wewenang yang timbul dari atau berdasarkan perjanjian jaminan (Akta Pemberian Hak Tanggungan), termasuk namun tidak terbatas pada melakukan pelelangan dimuka umum terhadap barang-barang jaminan yang merupakan objek Hak Tanggungan (vide Pasal 6 Undang Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 9 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Pasal 6 Undang Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996, berbunyi

“apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut”;

Bahwa dengan demikian perbuatan kreditur/Pemohon Keberatan/Teradu yang mengajukan lelang atas barang jaminan Debitur/Termohon Keberatan/Pengadu yang sudah diikat dengan Hak Tanggungan merupakan perbuatan yang berlandaskan hukum yang diperbolehkan sesuai perjanjian kredit beserta perubahannya dan telah diatur dalam syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit, sehingga perbuatan Kreditur/Bank/Pemohon Keberatan/Teradu bukanlah merupakan perbuatan yang melawan hukum;

14. Bahwa pertimbangan putusan arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara mengenai tidak dijelaskan, tidak diberikan salinan/foto copy perjanjian kredit, tulisannya kecil kecil dan dianggap sebagai adanya klausula baku atau tidak memberikan informasi yang lengkap kepada Pengadu/Konsumen (Termohon Keberatan) tidak benar dan salah sama sekali. Bahwa Pemohon Keberatan telah melakukan perbuatan mengingatkan dan menagih adanya hutang Pengadu/Termohon Keberatan adalah berdasarkan perjanjian kredit beserta perubahan dan ketentuan adanya pemberian jaminan hak tanggungan yang ada yang kesemuanya dibuat disepakati dan ditandatangani sendiri oleh Pengadu/Termohon Keberatan bersama sama dengan Susiana selaku isterinya. Perjanjian/kesepakatan yang sudah ada telah memenuhi syarat sah suatu perjanjian (Pasal 1332 KUH Perdata) dibuat dan dihadapan Notaris sebagai Akta Notariil yang memiliki kekuatan hukum sempurna ditunduki dan mengikat para pihak berlaku sebagai undang-undang (Pasal 1338 KUH Perdata). Kesepakatan berupa perjanjian kredit antara Termohon Keberatan/Pengadudengan Pemohon Keberatan/Teradu tidak hanya bersifat konsensuil akan tetapi telah bersifat riil. hutang sudah diterima dan dinikmati oleh Termohon Keberatan/Konsumen. Terlebih lebih dengan adanya pula pembebanan hak tanggungan atas objek jaminan yang memiliki kekuatan eksekutorial. Oleh karenanya hutang yang sudah terjadi berikut jaminan hak tanggungan melekat dan berlaku mengikat untuk dilaksanakan dan begitu pula dengan jaminan adalah mengikuti benda (droit de suite) sehingga berdasarkan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 10 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

perjanjian kredit beserta perubahan dan syarat ketentuan umum jika debitur tidak membayar hutang, maka hutang jatuh tempo dan dapat ditagih;

15. Bahwa nyata nyata justru Termohon Keberatan selaku Debitur telah wanprestasi/tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diperjanjikan, dan atas dasar adanya perjanjian, Pemohon Keberatan berhak untuk dengan seketika menjalankan hak-hak dan wewenang yang timbul dari atau berdasarkan perjanjian jaminan (Akta Pemberian Hak Tanggungan) termasuk namun tidak terbatas juga melakukan pelelangan di muka umum terhadap barang barang jaminan yang merupakan objek hak tanggungan (videPasal 6 Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan);

Bahwa dengan demikian perbuatan Kreditur/Pemohon Keberatan/Teradu yang mengajukan lelang atas barang jaminan Debitur/Termohon Keberatan/Pengadu yang sudah diikat dengan Hak Tanggungan merupakan perbuatan yang berlandaskan hukum yang diperbolehkan sesuai perjanjian kredit beserta perubahannya dan telah diatur dalam syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit, sehingga perbuatan Kreditur/Bank/Teradu bukanlah merupakan perbuatan yang melawan hukum;

Perbuatan, Hubungan Dan Peristiwa Hukum Yang Diperiksa BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Dalam Perkara A Quo Merupakan Keperdataan Murni 16. Bahwa terhadap pertimbangan BPSK Batu Bara tersebut di atas khususnya

mengenai fakta riil adanya perjanjian kredit dengan jaminan yang sudah diikat/dibebani hak tanggungan adalah keliru dan nyata-nyata tidak sempurna di dalam mempertimbangkan hukum terkait dan yang melingkupi.

Majelis BPSK Batu Bara tidak mempertimbangkan adanya kenyataan adanya peristiwa,perbuatan dan hubungan hukum Perjanjian Kredit yang dilegalisasi dihadapan Tresna Hariadi, S.H., Notaris di Kabupaten Pelabuhan Batu Utara tanggal 17 Juli 2014 dengan jaminan yang telah diikat dengan Hak tanggungan dengan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa”. Majelis BPSK tidak mempertimbangkan bahwa permasalahan antara Konsumen (Termohon keberatan) dengan Pelaku Usaha (Pemohon Keberatan) merupakan sengketa keperdataan biasa yang terdapat adanya peristiwa dan perbuatan hukum pemberian kredit dengan jaminan di samping itu juga tidak dipertimbangan nilai suatu asas hukum dari perikatan yang timbul karena

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 11 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

perjanjian memiliki konsekwensi hukum adanya asas konsensualisme bagi yang membuatnya (Pemohon Keberatan dengan Termohon Keberatan);

Bahwa kami berpendapat pertimbangan Majelis Hakim BPSK tersebut keliru dan nyata nyata tidak sempurna di dalam mempertimbangkan hukum hukum terkait dan yang melingkupi. Majelis Hakim tidak menyebutkan melanggar ketentuan hukum yang mana, sehingga pasal-pasal dalam perjanjian kredit harus dibatalkan. Majelis Hakim tidak mempertimbangkan bahwa permasalahan antara Pemohon keberatan dengan Termohon keberatan merupakan sengketa keperdataan biasa yang terdapat adanya peristiwa dan perbuatan hukum pemberian kredit dengan jaminan yang ternyata telah terdapat kualifikasi debitur ”wanprestasi” maka ketentuan penjualan atas barang jaminan menjadi melekat. Hal mana itu tidak menjadi pertimbangan Majelis Hakim BPSK. Di samping itu juga tidak dipertimbangkan nilai suatu asas hukum dari perikatan yang timbul karena perjanjian memiliki konsekwensi hukum adanya asas konsensualisme bagi yang membuatnya;

17. Bahwa yang lebih lebih tidak dipertimbangkan oleh Majelis Hakim BPSK adalah korelasi antara penyelarasan/penyesuaian bentuk perlindungan hukum kepada nasabah (Termohon Keberatan) dalam pemberian kredit Oleh Bank BTPN (Pemohon Keberatan) telah berdasarkan pada ketentuan Undang Undang Perbankan, UUPK serta peraturan dari Bank Indonesia yakni, PBI Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, PBI Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan PBI Nomor 8/5/PBI/2005 tentang Mediasi Perbankan. Yang kesemuanya itu diperbolehkan dan menjadi mekanisme dunia Perbankan (Sebagai asas lex specialis derogat legi generalis). Tentu undang-undang harus menjamin dan melindungi pula hak-hak Kreditur (Bank) karena di samping hak hak debitur, hak kreditur juga harus dilindungi yakni menyangkut keselamatan dunia perbankan berikut aset masyarakat;

Bahwa oleh karenanya menjadi patut dan wajar apabila terdapat klausul penjaminan kewajiban debitur yang debitur sendiri telah dijelaskan dan dengan sadar menandatanganinya. Dengan demikian nyata-nyata pertimbangan hukum BPSK dalam perkaraa quo mengenai tidak memberikan, tulisan kecil kecil, ataupun klausula baku sangatlah dangkal dan patut serta tidak berdasar apabila putusan arbitrase BPSK Pemerintah

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 12 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

kabupaten Batu Bara Nomor 480/Arbitrase/BPSK/BB/XI/2015 tanggal 22 Februari 2016 harus dikesampingkan dan dibatalkan;

Majelis Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Tidak Berwenang Memeriksa Dan Mengadili Perkara Keperdataan Biasa/Ingkar Janji Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Dalam Perkara A Quo 18. Bahwa nyata-nyata Majelis Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu

Bara dalam perkara a quo telah mengakui dan mengkualifisir adanya perjanjian kredit dengan jaminan yang diikat Hak Tanggungan, Termohon Keberatan/Pengadu selaku Debitur juga telah mengakui adanya perjanjian kredit dan Termohon Keberatan tidak bisa melanjutkan pembayaran kreditnya ke BTPN (Kreditur/Pelaku Usaha), maka atas dasar bukti bukti tersebut, materi yang disengketakan antara Pemohon keberatan dengan Termohon keberatan adalah benar benar didasarkan pada adanya hubungan hukum keperdataan biasa yaitu adanya peristiwa Ingkar janji (wanprestasi) pembayaran pinjaman fasilitas kredit oleh Termohon Keberatan/Pengadu (dahulu Konsumen);

Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 42 K/Pdt.Sus/2013 Putusan Mahkamah Agung Nomor 94 K/Pdt.Sus/2012, dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 208 K/Pdt.Sus/2012 mengandung kaidah hukum sebagai berikut BPSK tidak berwenang untuk mengadili sengketa perdata tentang wanprestasi (ingkar janji) karena terhadap sengketa perdata yang berkaitan dengan wanprestasi bukan termasuk dalam ruang lingkup tugas dan kewenangan BPSK untuk menyelesaikannya sebagaimana termuat dalam ketentuan Pasal 52 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juncto Pasal 3 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350/MPP/Kep/12/200;

Dan oleh karena sengketa konsumen ini didasarkan pada adanya Peristiwa ingkar janji (wanprestasi), maka sesuai beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung tersebut di atas, Majelis Arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara tidak memiliki wewenang untuk memeriksa dan mengadili perkara yang memiliki muatan perbuatan hukum adanya perjanjian kredit yang telah wanprestasi dan patut serta berdasar apabila putusan arbitrase BPSK Pemerintah Kabupaten Batu Bara Nomor 480/Arbitrase /BPSK/BB/XI/2015 tanggal 22 Februari 2016 harus dikesampingkan dan dibatalkan;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 13 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Perbuatan, Hubungan Dan Peristiwa Hukum Yang Sebenarnya Melingkupi Perkara Adalah Adanya Perjanjian Kredit Yang Telah Wanprestasi Dan Pemohon Keberatan Bertindak Telah Berdasarkan Hukum

19. Bahwa sepanjang mengenai rangkaian/runtutan peristiwa maupun perbuatan hukum Pemohon Keberatan/Teradu telah menunduki secara hukum, sesuai dan berdasar hukum sebagaimana keabsahan dari adanya dokumen-dokumen bukti yang ada maupun pendukung serta khususnya perjanjian kredit beserta seluruh ketentuan umum kredit perbankan, perubahan, addendum dan dokumen pengikatan jaminan/hak tanggungan yang sah secara hukum. Kesemuanya merupakan akta-akta yang sah dan mengikat secara hukum, dapat dipertanggungjawabkan serta tidak pernah ada pembatalan maupun syarat kebatalan suatu perbuatan hukum pembuatan dan isi akta tersebut;

20. Bahwa Pengadu/Termohon Keberatan/Konsumen telah mengakui tegas- tegas, dan membenarkan adanya perjanjian kredit beserta seluruh ketentuan umum, perubahan maupun addendumnya termasuk telah adanya restrukturisasi dan telah ada pengikatan jaminan dengan adanya pembebanan Hak Tanggungan atas objek jaminan yang memiliki irah-irah

“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang dapat dieksekusi lelang apabila debitur telah wanprestasi. Oleh karenanya pengakuan Termohon Keberatan tegas tegas dalam persidangan adalah bukti yang sempurna dan menentukan (volendig bidende beslisande bewisjkracht). Dengan demikian Termohon Keberatan telah mengetahui dan sadar atas hubungan hukum perjanjian kredit dengan jaminan yang telah dibebani Hak Tanggungan, yang apabila Debitur tidak melaksanakan kewajibannya menyelesaikan kreditnya yang telah jatuh tempo tagihan sebagaimana yang telah diperjanjian memiliki akibat hukum objek jaminan berhak dan berdasar hukum untuk dilakukan eksekusi pelelangan;

21. Bahwa nyata-nyata perbuatan Pemohon Keberatan/Teradu adalah perbuatan yang diperbolehkan dan berdasar hukum, bahkan sesuai perjanjian kredit beserta seluruh perubahan, addendum syarat-syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit Pasal 8 mengenai peristiwa kelalaian telah diatur tentang Bank/Teradu/Pemohon Keberatan berhak seketika mengakhir perjanjian kredit dan menuntut pembayaran dengan seketika dan sekaligus bilamana Debitur/Pengadu/Termohon Keberatan tidak memenuhi kewajibannya/lalai membayar sesuai dan berdasarkan perjanjian kredit. Dengan demikian perbuatan Pemohon Keberatan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 14 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

merupakan perbuatan yang diperbolehkan sesuai perjanjian kredit beserta perubahannya dan telah diatur dalam syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit, sehingga perbuatan Pemohon Keberatan yang mengajukan lelang atas barang jaminan yang sudah diikat dengan Hak Tanggungan merupakan perbuatan yang berlandaskan hukum;

22. Bahwa telah ternyata Termohon Keberatan/Pengadu benar benar mengakui, mengerti dan memahami keberadaan hutang kreditnya dan sebagaimana pula telah disepakati bersama tertuang di dalam Perjanjian Kredit Nomor 0002874-SPK-7398-0714 tertanggal 17 Juli 2014, perjanjian perubahan terhadap perjanjian kredit (restrukturisasi) Nomor 5003275- ADDPK-7398-0315 tanggal 24 Maret 2015, kesemuanya antara Termohon Keberatan/Pengadu (Rudi Rahmat Nur ) yang mendapat persetujuan dan diketahui Turut Termohon Keberatan selaku isterinya (Susiana) dengan Pemohon Keberatan/Teradu (PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk). Dan Termohon Keberatan dalam hal ini telah menerima jumlah/nilai nominal fasilitas kredit. Oleh karena Termohon Keberatan telah menerima pemberian fasilitas kredit, telah setuju dan mengerti tentang keberadaan runtutan perjanjian kredit beserta seluruh syarat dan ketentuan umum, serta perubahan, maka perjanjian antara Termohon Keberatan dengan Pemohonn Keberatan sudah merupakan perjanjian riil. Hutang sudah terjadi, sehingga Termohon Keberatan (Debitur) berkewajiban untuk mengembalikan pinjaman kredit sesuai syarat syarat perjanjian;

23. Bahwa perjanjian/kesepakatan sebagai undang-undang bagi para pihak tersebut di atas, atas barang jaminan (objek lelang) telah diikat dan telah dibebani dengan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 640/2014 tanggal 23 Oktober 2014 yang dibuat dan di hadapan Notaris Tresna Hariadi, S.H., Termohon Keberatan telah memberikan Akta Kuasa membebankan Hak Tanggungan Nomor 87 tanggal 22 Oktober 2014 yang telah diterbitkan sertifikat Hak Tanggungan Nomor 2118/2014 oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Asahan tanggal 3 November 2014 dengan catatan Bank BTPN (Pemohon Keberatan) sebagai pemegang Hak Tanggungan peringkat I, kesemuanya telah dibuat dengan sadar dan sah sebagai akta-akta Notariil yang sah yang memiliki kekuatan bukti sempurna dan mengikat;

24. Bahwa nyata-nyata sesuai perjanjian kredit beserta syarat syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit Pasal 8 mengenai peristiwa kelalaian telah diatur tentang Bank/Pemohon Keberatan berhak seketika

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 15 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

mengakhir perjanjian kredit dan menuntut pembayaran dengan seketika dan sekaligus bilamana Debitur/Termohon Keberatan tidak memenuhi kewajibannya/lalai membayar sesuai dan berdasarkan perjanjian kredit;

Pasal 8 diatur dan ditegaskan sebagai berikut:

“Bank berhak secara seketika tanpa somasi lagi mengakhiri perjanjian kredit dan menuntut pembayaran dengan seketika dan sekaligus lunas dari jumlah-jumlah yang terhutang oleh Debitur berdasarkan perjanjian kredit, baik karena hutang pokok, bunga, provisi, dan karenanya pemberitahuan dengan surat juru sita atau surat-surat lain yang berkekuatan hukum serupa itu tidak diperlukan lagi, bilamana Debitur dan/atau penjamin, i) oleh Pengadilan Negeri dinyatakan Pailit, ii) meminta penundaan pembayaran hutang-hutangnya (surseance van betaling) iii) meninggal dunia, iv) tidak membayar bunga pada waktu yang telah ditentukan atau lalai/tidak memenuhi kewajibannya menurut perjanjian kredit atau perjanjian lainnya dengan Bank, v) dinyatakan lalai/wanprestasi atau tidak memenuhi kewajibannya menurut perjanjian lainnya dengan kreditur/pihak ketiga lainnya; vi) terlibat dalam suatu perkara pengadilan”;

Bahwa karena Termohon Keberatan tidak dapat melakukan kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada Pemohon Keberatan, maka telah membuktikan Termohon Keberatan telah melakukan perbuatan ingkar janji (wanprestasi).Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2123K/Pdt/1996, memberikan kaidah hukum yang berbunyi sebagai berikut:

“Agar dapat menilai ada atau tidaknya wanprestasi haruslah dilihat apakah ada perjanjian yang dibuat dan salah satu pihak tidak melaksanakan ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian”;

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata mengatur sebagai berikut:

”Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”;

Bahwa menurut pendapat dari Prof. R. Subekti, S.H., dalam bukunya

“Hukum Perjanjian“, PT Intermasa, Jakarta, 2008, cetakan ke 22, halaman 45, disebutkan bahwa yang dimaksud wanprestasi adalah:

“Apabila si berutang (Debitur) tidak melakukan apa yang diperjanjikannya, maka dikatakan ia melakukan wanprestasi, yang dapat berupa empat macam:

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 16 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;

c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuai yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya”

Bahwa pendapat dari Prof. R. Subekti tersebut sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 494 K/Pdt/1995, yang dengan tegas menyatakan dengan tidak dilunasinya sisa hutang oleh Debitur, maka Debitur telah wanprestasi;

25. Bahwa ternyata Termohon Keberatan tidak dapat memenuhi kewajiban hukumnya untuk membayar hutang kreditnya, dan telah dengan itikad baik diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya, hal mana dibuktikan dengan sejak dikirimkannya Surat Peringatan I Nomor S.005.SPI/MUR- 7398/VI/2015 tanggal 8 Juni 2015 hingga Surat Peringatan III Nomor S.001.SPIII/MUR-7398/VII/2015 tanggal 10 Juli 2015, Termohon Keberatan (Debitur) sudah tidak memenuhi menyelesaikan kewajiban hukumnya, dan di dalam ketentuan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) telah jelas adanya kesepakatan bersama bahwa Termohon Keberatan/Pengadu sebagai pemegang Hak Tanggungan memiliki hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri objek hak tanggungan Termohon Keberatan (Debitur) ingkar janji/wanprestasi (vide Pasal 11 ayat (2) Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan). Terlebih lebih Sertifikat Hak Tanggungan memiliki irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang hal tersebut memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;

Bahwa dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan telah disepakati janji-janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat 2 Undang Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996, termasuk tetapi tidak terbatas pada janji bahwa Termohon Keberatan/Pengadu sebagai Pemegang Hak Tanggungan Pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri Objek Hak Tanggungan jika Termohon keberatan selaku Debitur I ingkar janji/wanprestasi;

Pasal 11 ayat (2) Undang Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 berbunyi:

“e. Janji bahwa Pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri Objek Hak Tanggungan apabila debitur cidera janji“;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 17 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Bahwa berdasarkan pada ketentuan-ketentuan di atas, dalam hal Termohon keberatan selaku Debitur ingkar janji/wanprestasi, maka Pemohon Keberatan berhak untuk dengan seketika menjalankan hak-hak dan wewenang yang timbul dari atau berdasarkan perjanjian jaminan (Akta Pemberian Hak Tanggungan), Termasuk namun tidak terbatas pada melakukan pelelangan dimuka umum terhadap barang-barang jaminan yang merupakan Objek Hak Tanggungan (vide Pasal 6 Undang Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996);

Pasal 6 Undang Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996, berbunyi:

“Apabila debitur cidera janji, Pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut”;

26. Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan dasar-dasar hukum tersebut, nyata- nyata bahwa lelang atas jaminan yang diikat Hak tanggungan in casu telah melalui prosedur pelelangan, nyata-nyata Termohon Keberatan selaku Debitur telah diberikan peringatan sebanyak tiga kali, telah diberikan surat pemberitahuan pra lelang Nomor 004/Pra-Lelang/MUR-7398/VII/2015 tanggal 11 Agustus 2015, Termohon Keberatanjuga telah Diberikan Surat Pemberitahuan Lelang Nomor S.001.PL/MUR-7398/X/2015 tanggal 26 Oktober 2015, telah dilakukan berdasarkan ketentuan hukum, dilakukan oleh Pejabat/Institusi yang memiliki wewenang untuk itu dengan risalah lelang yang memiliki kekuatan pembuktian yang sah dan mengikat sempurna, karenanya tuntutan pembatalan maupun pengembalian/pengosongan hasil lelang tidak memiliki landasan hukum.

Terlebih lebih proses pelelangan atas hak tanggungan sebagai jaminan adanya perjanjian kredit telah didasarkan pada akta-akta Notariil yang sah dan sempurna mengikat para pihak yang membuatnya. Karenanya pula tuntutan Termohon Keberatan mengenai proses pelelangan yang sudah dilaksanakan secara sah haruslah ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

Yurisprudensi MARI Nomor 697 K/Sip/1974 tanggal 31 Agustus 1977 memberikan kaidah hukum sebagai berikut:

“Gugatan terhadap lelang harus dilakukan sebelum lelang dilaksanakan”

Yurisprudensi MARI Nomor 1281 K/Sip/1979 tanggal 15 April 1981 memberikan kaidah hukum sebagai berikut:

“Gugatan eksekusi yang diajukan setelah lelang dilaksanakan, tidak dapat

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 18 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

diterima“

27. Bahwa nyata-nyata justru Termohon Keberatan selaku Debitur telah wanprestasi/tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diperjanjikan, dan atas dasar adanya perjanjian, Pemohon Keberatan berhak untuk dengan seketika menjalankan hak-hak dan wewenang yang timbul dari atau berdasarkan perjanjian jaminan (Akta Pemberian Hak Tanggungan), termasuk namun tidak terbatas juga melakukan pelelangan di muka umum terhadap barang barang jaminan yang merupakan objek hak tanggungan (Vide Pasal 6 juncto Pasal 20 ayat (1) Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan);

Bahwa dengan demikian perbuatan Pemohon Keberatan yang mengajukan lelang atas barang jaminan yang sudah diikat dengan Hak Tanggungan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan dan Lelang Negara Kisaran merupakan perbuatan yang berlandaskan hukum yang diperbolehkan sesuai perjanjian kredit beserta perubahannya dan telah diatur dalam syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas kredit, sehingga perbuatan Pemohon Keberatan/Teradu bukanlah merupakan perbuatan yang melawan hukum;

Bahwa, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon Keberatan mohon kepada Pengadilan Negeri Tanjung Balai agar memberikan putusan sebagai berikut:

Dalam Pokok Perkara

01. Menerima dan mengabulkan permohonan keberatan Pemohon Keberatan/Teradu untuk seluruhnya;

02. Menyatakan secara hukum Pemohon Keberatan/Teradu adalah Kreditur yang beritikad baik;

03. Menolak gugatan Konsumen/Termohon Keberatan untuk seluruhnya atau setidaknya dinyatakan gugatan Konsumen/Termohon Keberatan tidak dapat diterima;

04. Menghukum Termohon Keberatan/Pengadu dan Turut Termohon Keberatan untuk tunduk dan patuh terhadap isi putusan dalam perkara ini;

05. Menghukum Termohon Keberatan/Konsumen untuk membayar seluruh biaya perkara yang timbul;

Subsidair:

Apabila berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 19 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

Bahwa, terhadap keberatan tersebut di atas, Termohon Keberatan mengajukan eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:

A. Tentang Permohonan Keberatan Telah Lewat Waktu (Daluarsa)

a. Bahwa, menurut Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Kosumen (BPSK), pada Pasal 5 Ayat (1) menyatakan “keberatan diajukan dalam tengang waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak pelaku usaha atau konsumen menerima pemberitahuan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)”;

b. Bahwa, Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Kosumen (BPSK) diterima oleh pemohon Keberatan pada tanggal 23 Februari 2016 dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Tanjung Balai adalah pada tanggal 15 Maret 2016, sedangkan antara tanggal 23 Februari 2016 sampai dengan tanggal 15 Maret 2016adalah 22 (dua puluh dua) hari;

c. Bahwa, pengajuan keberatan oleh Pemohon Keberatan adalah telah lewat waktu (daluarsa) selama 8 (delapan) hari, sehingga bertentangan dan tidak sesuai serta telah melanggar Pasal 5 ayat (1) dari Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2006 tentang Cara Pengajuan Keberatan terhadap Keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Kosumen (BPSK) tersebut diatas;

Dan oleh karenanya, pengajuan keberatan dalam perkara a quo adalah telah lewat waktu (daluarsa) dantidak dapat diterima;

B. Tentang Kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) - Bahwa Termohon Keberatan menolak Keberatan seluruhnya dalil-dalil

Pemohon Keberatan, kecuali yang diakuinya secara tegas dalam jawaban ini;

- Bahwa menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Badan Penyelesaian Sengketa Kosumen (BPSK) adalah:

1. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:

a) Menurut Pasal 45 ayat (1) berbunyi “setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan umum”;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 20 dari 36 hal. Put. Nomor 623 K/Pdt.Sus-BPSK/2016

b) Bahwa menurut Pasal 52 tentang Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Kosumen (BPSK) yang menyatakan:

a. Melaksanakan penanganan dan penyelesain sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;

b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;

c. Melakukan pengawasan terhadap pencatuman klausula baku;

d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini;

e. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari kosumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

f. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindugan konsumen;

g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini;

i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;

j. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

k. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;

l. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

m.Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;

c) Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 2010 yang pada Pasal (2) nya menyatakan “setiap konsumen yang dirugikan atau ahli warisnya dapat mengajukan gugatan kepada Pelaku Usaha di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) tempat berdomisili konsumen atau pada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) terdekat”;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Referensi

Dokumen terkait

Dengan penyelesaian pembiayaan Non Performing Financing (NPF) menggunakan metode penjadualan kembali bank tidak diperbolehkan menambah jumlah tagihan pembiayaan yang

11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum, Bank Syariah dan UUS dalam Pasal 2 dijelaskan bahwa pelaksanaan pelaksanaan prinsip- prinsip GCG minimal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai persepsi mahasiswa perempuan tentang tayangan serial drama Korea dengan mengambil tujuh dari delapan

Untuk itu akan dilakukan penelitian nilai delay untuk mengetahui kinerja dari jaringan nirkabel 4G di Surabaya, agar didapatkan hasil performansi dari TCP/IP, sehingga

Secara hukum, perjanjian yang dibuat menimbulkan akibat hukum dan para pihak yang terkait berhak mengajukan pembatalan perjanjian atau menjadikannya sebagai alasan

Hasil penelitian terhadap nilai bau menunjukkan perbedaan jarak tungku tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) terhadap bau ikan asap, namun dengan semakin

Pada angket no 12 yang menjawab benar atau tahu berjumlah 63 orang atau 63%, kemudian yang menjawab salah/ tidak tahu berjumlah 37 orang atau 37% maka rata-rata

Hal itu sejalan dengan penelitian dari D (2017) nilai OR 11,7 sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian preeklamsia pada