ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI
Studi Kasus Pada Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Anastasia Tantri Damarwati 041334031
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan; (2) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan; (3) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan.
Sampel dalam penelitian ini adalah Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang berjumlah 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2008. Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menjawab masalah penelitian digunakan Independent Sample T Test.
ABSTRACT
PEOPLE’S PERCEPTION ON THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR SOCIAL ECONOMIC STATUS
A case study on the people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province
Anastasia Tantri Damarwati 041334031
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
The purpose of this study is to find out (1) people’s perception on the profession of teacher based on their education level (2) people’s perception on the profession of teacher based on their type of occupation (3) people’s perception on the profession on teacher based on their level of income.
The samples of this study were 100 people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province. This study was conducted from April to May 2008. The data collection methods used in this study were questionnaire and interview. To answer the problem formulated in this study, Independent Sample T Test was used.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU
DARI STATUS SOSIAL EKONOMI
Studi kasus: Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh :
Anastasia Tantri Damarwati
NIM: 041334031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN A KUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
•
•
•
•
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU
DARI STATUS SOSIAL EKONOMI
Studi Kasus Pada Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
Anastasia Tantri Damarwati
041334031
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan; (2) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan; (3) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan.
Sampel dalam penelitian ini adalah Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang berjumlah 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2008. Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menjawab masalah penelitian digunakan Independent Sample T Test.
ABSTRACT
PEOPLE’S PERCEPTION ON THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR SOCIAL ECONOMIC STATUS
A case study on the people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province
Anastasia Tantri Damarwati 041334031
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
The purpose of this study is to find out (1) people’s perception on the profession of teacher based on their education level (2) people’s perception on the profession of teacher based on their type of occupation (3) people’s perception on the profession on teacher based on their level of income.
The samples of this study were 100 people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province. This study was conducted from April to May 2008. The data collection methods used in this study were questionnaire and interview. To answer the problem formulated in this study, Independent Sample T Test was used.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa Yang Maha Kasih dan
Maha Murah atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan sehingga dengan
segala keterbatasan yang ada, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari
Status Sosial Ekonomi. Pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh pengertian dan kesabaran hati memberikan bimbingan, kritik,
saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat berjalan lancar.
5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah
memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi
7. Bapak Drs. H. Suharno selaku lurah desa yang telah memberi ijin penelitian.
8. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas
bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.
9. Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang telah rela meluangkan waktu
atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.
10.Kedua orang tuaku Y. Suhardi dan Th. Supartinah, terima kasih telah sabar,
mendoakan penulis agar lancar mengerjakan skripsi serta memberikan apapun
yang tak dapat disebutkan satu per satu.
11.Kakakku mba lien, mba ndut, mas brabat dan mas ipam terima kasih atas
segala doa, pengertian dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
12.Ponakan-ponakanku yang selalu menggangguku Sera dan Amabel. Terima
kasih atas canda dan tawanya yang bikin semangat menyelesaikan skripsi ini.
13.Mas awang terima kasih atas segala bantuan, kesabaran dan dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Maafin ya mas kalau aku sering marah-marah.
14.Bu susi dan De Mun. Terima kasih atas dukungan, doa dan semangatnya. Ayo
de mun kapan nyusul jangan lama-lama.
15.Mio hitamku yang selama 5 tahun dengan setia menemani perjalanan dari
pakem sampai mrican. Segala halangan dan rintangan telah kita lalui berdua.
16.Sahabat-sahabatku: Evi, Eli, Nucki, Nia, Gareth, Yanita, Heru, Pungki, Agung
17.Sahabat seperjuangan yang telah menemaniku selama ujian pendadaran: Siska,
Venti, Mami, Lastme, Ember, Brahma, Agus 03, Via, Susi, Wibi, Anton,
Wina. Terima kasih atas dukungan, canda tawa dan semangatnya.
18.Rekan-rekan angkatan 2004 Program Studi Pendidikan Akuntansi, atas
bantuan dan kerjasama serta semangat yang telah diberikan dalam proses
penyempurnaan skripsi ini.
19.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan atu persatu atas semua dukungan
semua dukungan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan masukan dan saran dari pembaca yang berguna bagi
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik... 7
1. Pengertian Persepsi... 7
2. Pengertian Masyarakat... 9
3. Pengertian Profesi... 10
4. Pengertian Status Sosial Ekonomi ... 13
B. Kerangka Berfikir... 24
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian... 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
C. Subjek dan Objek Penelitian... 29
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 29
E. Operasionalisasi Variabel ... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ... 32
G. Teknik Pengujian Instrumen... 33
H. Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data... 38
B. Pengujian Prasyarat ... 42
C. Pengujian Hipotesis... 47
D. Pembahasan ... 49
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
C. Keterbatasan Penelitian ... 57
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
III.1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner... 30
III.2 Persepsi Masyarakat... 31
III.3 Hasil Pengujian Reliabilitas... 35
IV.1 Data Responden Terhadap Prosfesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan.... 39
IV.2 Data Respoden Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pekerjaan ... 40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosok guru sangat berperan dalam pendidikan. Guru merupakan
suatu profesi yang mengandung arti suatu jabatan atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Oleh karena profesi guru
merupakan jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional yaitu
memerlukan persiapan atau pendidikan khusus maka jenis pekerjaan ini
semestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang
kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar
kependidikan.
Dalam undang-undang no 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru memegang peranan
penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional karena
guru merupakan kunci pokok bagi keberhasilan anak didiknya.
Guru tidak hanya diperlukan oleh murid di ruang kelas, tetapi juga
diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka permasalahan
yang dihadapi. Masyarakat menempatkan guru pada kedudukan yang
handayani artinya adalah didepan memberi teladan, ditengah-tengah
membangun serta dibelakang memberi dorongan dan motivasi. Kedudukan
seperti ini merupakan penghargaan masyarakat yang tidak mudah bagi
guru, sekaligus merupakan tantangan untuk mengembangkan prestasi
bukan saja di depan kelas, tidak saja di batas-batas pagar sekolah, tetapi
juga di tengah-tengah masyarakat.
Namun dibalik keteladanan yang diberikan guru kepada
masyarakat, terdapat keprihatinan yang menimpa para guru yaitu
penghasilan atau kesejahteraan guru yang relatif rendah. Masalah ekonomi
tersebut mempengaruhi para guru dalam menjalankan tugas pokoknya.
Secara sederhana kita dapat memperkirakan bahwa seseorang akan merasa
lebih tenang dalam melaksanakan tugasnya bila beban ekonomi keluarga
secara minimal sudah terpenuhi. Sebaliknya bila beban itu tidak terpenuhi,
konsentrasinya dalam menjalankan tugas bisa terganggu. Jadi tingkat
kesejahteraan para guru memberikan dampak secara sosial-psikologis pada
mereka.
Pemberian gelar bahwa guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa
untuk saat ini bisa tidak menguntungkan bagi para guru dan profesi
keguruan. Gelar tersebut akan memberikan kesan bahwa guru merupakan
sekelompok orang yang melakukan pekerjaan terhormat, bernilai dan
agung dalam mendidik, namun mereka menerima apa adanya. Para guru
tidak bisa menuntut atau mengharapkan sesuatu yang lebih dari apa yang
itu tidak cukup untuk membiayai hidup mereka, tetapi guru tidak dapat
menuntut kepada pemerintah untuk menaikkan kesejahteraan para guru.
Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan sekarang sebab mereka
memerlukan tanda jasa yang memadai.
Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi
berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi
akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan
karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan,
penghargaan, dan perlindungan guru.
Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah seakan menjadi
angin segar untuk para guru karena selain dituntut untuk terus meningkatkan
kualitas dan prestasinya dalam rangka mendapatkan sertifikat profesi, para
guru yang telah mendapatkan sertifikasi akan mendapat tunjangan profesi
yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan para guru itu sendiri.
Peningkatan kesejahteraan ini lambat laun akan menaikkan pamor profesi
guru diantara profesi yang lain, yang pada akhirnya para guru akan
berkompetensi terus meningkatkan kualitas dan profesionalismenya dengan
fokus memajukan kualitas pendidikan Indonesia, selain itu para calon guru
akan lebih mantap lagi untuk menjadi seorang guru.
Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan ternyata masih kurang disadari oleh
menyangkut tentang sosok guru juga ikut ambil bagian dalam menurunkan
citra guru dalam pandangan masyarakat. Hal ini tidak bisa dihindari oleh
guru karena memang ditemukan sosok guru yang tidak mencerminkan
kepribadian yang memang sepatutnya dimiliki oleh seorang pendidik.
Akan tetapi masyarakat juga tidak boleh melupakan jasa-jasa yang telah
diberikan guru yang memang berkompeten dalam bidangnya. Masyarakat
harus juga melihat sisi positifnya sosok guru. Gambaran positif tentang
sosok guru yang diberikan masyarakat akan memotivasi guru dalam
menjalankan tugasnya dan berusaha untuk semakin meningkatkan
profesionalitas mereka sehingga menimbulkan gairah untuk semakin
memajukan dunia pendidikan. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Persepsi Masyarakat Terhadap
Profesi Guru Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi”, studi kasus pada
masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
profesi guru. Namun dengan pertimbangan lebih memiliki pengaruh
daripada faktor lain maka penulis hanya mengkhususkan pada status sosial
C. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
antara masyarakat yang berasal dari status sosial ekonomi tinggi dengan
masyarakat yang berasal dari status ekonomi rendah?
D. Tujuan Penelitian
Untuk memberikan bukti tentang adanya perbedaan persepsi
terhadap profesi guru ditinjau dari perbedaan status sosial ekonomi
masyarakat.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Untuk memberikan gambaran yang kongkret mengenai persepsi
masyarakat terhadap profesi guru. Agar hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki citra guru di
masyarakat.
2. Bagi Pemerintah
Untuk memberikan masukan bagi pemerintah supaya lebih
memperhatikan nasib para guru.
3. Bagi Penulis
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Untuk menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah pemahaman yang dialami oleh
setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya,
baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman.
(Thoha,1983:138) Persepsi adalah proses mengorganisasikan,
menginterprestasikan sehingga individu mengerti tentang apa yang
diinderakan.
(Bimo,1994:53) Persepsi berarti mengenal sesuatu alat indra
dengan secara global dan belum disertai kesadaran, sedang subyek dan
objeknya belum terbedakan satu dari yang lainnya. (Shalahudin,
1991:91)
Menurut himpunan istilah psikologi untuk SMU dan Umum,
pengertian persepsi adalah objek-objek disekitar, kita tangkap melalui
alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu dalam otak sehingga
kita dapat mengamati objek tertentu. (Husaini dan Noor, 1981:103)
Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung
berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu menerima
dalam dirinya sendiri. Individu mulai merasa kedinginan, sakit, tidak
senang dan sebagainya, kesan seperti itu yang diperoleh dari
lingkungannya merupakan hasil dari persepsi, karena persepsi
merupakan proses memahami dunianya. (Walgito, 1994:53)
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima,
mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsangan dari
lingkungannya melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan
mengerti apa yang diinderakannya. Syarat-syarat agar individu dapat
menyadari dan mengadakan persepsi menurut (Walgito, 1994:54)
adalah sebagai berikut.
a. Adanya obyek yang dipersepsi
Obyek menimbulkan stimulus mengenai alat indra atau
reseptor, dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai
syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indra
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai
alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf motoris.
c. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu
sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa
perhatian tidak akan terjadi persepsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan persepsi Thoha
(1983:148) yaitu.
Faktor-faktor perhatian dari luar yakni faktor-faktor yang terdiri
dari pengaruh-pengaruh lingkungan antara lain:
1) Intensitas,
2) Ukuran,
3) Keberlawanan,
4) Pengulangan
5) Gerakan.
Faktor-faktor dari dalam terdiri dari:
1) Proses Belajar (learning)
2) Motivasi
3) Kepribadian.
2. Masyarakat
Menurut Soelaeman (1992:55) dalam bahasa Inggris masyarakat
disebut society, asal kata socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan
melainkan oleh unsur-unsur lain dalam lingkungan sosial yang
merupakan kesatuan.
Menurut J. L Gilin, dan J. P Gilin (Soelaeman 1992:55) bahwa
adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai-nilai,
norma-norma, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama
sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu, yang bersifat
kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
3. Profesi Guru
C.V. Good (Samana, 1994:27) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan
yang berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya
(membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan), kecakapan
seorang pekerja profesional dituntut prasyarat yang telah ditentukan
oleh pihak yang berwewenang (misal: organisasi profesional,
konsorium, dan pemerintah), dan jabatan profesional tersebut
mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara (dengan segala civil effect-nya)
Maksud dari guru yang profesional adalah guru yang
melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi
(profisien) sebagai sumber kehidupan. Menurut jurnal terkemika
(Supriyadi, 1998:98), untuk menjadi guru yang profesional, seorang
guru dituntut memiliki 5 hal.
a. Guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini
berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan
siswa.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang
diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru,
hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui
berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku
siswa sampai tes hasil belajar.
d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukan, dan
belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk
guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang
telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus
tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya
pada proses belajar siswa.
e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi
profesi lainnya.
B.J Chandler (Sahertian, 1994:27) menegaskan tentang profesi
mengajar. Dikatakannya bahwa profesi mengajar adalah suatu
kelengkapan mengajar dan/atau keterampilan yang menggambarkan
bahwa seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing
manusia.
Apalagi dilihat dari ciri keprofesian, profesi guru memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan
pribadi.
2) Mempunyai status yang tinggi.
3) Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar
dan mendidik).
4) Memiliki kegiatan intelektual.
5) Memiliki hak untuk memperoleh standar kualitas profesi.
6) Memiliki kode etik yang ditentukan organisasi profesi.
Lebih jauh dikemukakan bahwa profesionalisme dibidang
pendidikan mendapat pengakuan karena tiga alasan. (Supeno,
1995:28-29)
Pertama, lapangan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan
merupakan suatu lapangan kerja rutin yang dapat dilakukan karena
pengulangan-pengulangan atau kebiasaan. Lapangan kerja ini
memerlukan perencanaan yang mantap, suatu manajemen yang
Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori
yang akan memberikan konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan
cabang-cabangnya.
Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan
latihan yang sama, berupa pendidikan dasar basic education untuk
taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.
4. Status Sosial Ekonomi
Status sosial merupakan kedudukan seseorang (individu) dalam
suatu kelompok pergaulan hidupnya (Soedjono, 1973:100).
Kedudukan (status) sosial adalah tempat orang secara umum dalam
masyarakat, sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestigenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban
(Soekanto, 1982:233). Status seorang individu dalam masyarakatnya
dapat dilihat dari dua aspek (Soedjono, 1973:100).
a. Aspek Statis yaitu kedudukan dan derajat seseorang didalam suatu
kelompok yang dapat dibedakan dengan derajat atau kedudukan
individu lainnya.
b. Aspek Dinamis yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial
tertentu yang berhubungan dengan pertimbangan jabatan, fungsi,
dan tingkah laku yang formil serta jasa yang diharapkan fungsi dan
Masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam
kedudukan yaitu sebagai berikut.
a. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan
kemampuan.
Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya
kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula;
seorang warga kasta Brahmana dari India memperoleh kedudukan
demikian karena orang tuanya tergolong dalam kasta yang
bersangkutan.
b. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh melalui
kelahiran akan tetapi bersifat terbuka bagi siapapun saja dan ini
tergantung bagi kemampuan masing-masing dalam mengejar serta
mencapai tujuannya. Kadang-kadang kedudukan ini dibedakan
dengan satu macam kedudukan yaitu Assigned Status yang merupakan kedudukan yang diberikan (Soekanto, 1982:234-235).
Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan
masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah sebagai berikut.
a) Ukuran Kekayaan
Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu
ukuran: barang siapa memiliki kekayaan paling banyak,
dapat dilihat dalam bentuk rumah yang bersangkutan, berupa
mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian yang
dipakainya, kebiasaan berbelanja barang mahal dan sebagainya.
b) Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang
mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan tertinggi.
c) Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari
ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani
dan dihormati mendapat tempat teratas. Aturan ini banyak
dijumpai dalam masyarakat tradisional, biasanya mereka adalah
golongan tua atau pernah berjasa pada masyarakat.
d) Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh
masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.
Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan
terjadinya akibat-akibat negatif, oleh karena kemudian ternyata
bukan ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi
gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal ini mengakibatkan segala
macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun
secara tidak halal (Soekanto, 1982:231-232)
Tiap-tiap orang atau keluarga akan mempunyai unsur-unsur yang
unsur-unsur yang dimiliki, baik secara kualitas maupun kuantitas akan
menunjukkan tinggi rendahnya status sosial ekonomi yang dimilikinya.
Melly G Tan (Koentjaraningrat 1983:53) menyatakan bahwa konsep
kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan masyarakat
mencakup tiga faktor yaitu: tingkat pendidikan, faktor pekerjaan dan
faktor penghasilan.
1. Tingkat Pendidikan
Dalam TAP MPR RI No IV tahun 1973 dikatakan bahwa:
pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadiannya dan kemampuan didalam dan
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan
didalam lingkungan sekolah dan keluarga. (GBHN, 1973: 89)
Pendidikan (Joesoef, 1981:121) diklasifikasikan menjadi.
a. Pedidikan formal, merupakan pendidikan sekolah. Pendidikan
sekolah merupakan sistem pendidikan yang mengkhususkan diri
pada penyelanggaraan pendidikan generasi muda (dari usia 5 atau
6 tahun sampai sekitar 24 tahun) secara sistematik.
b. Pendidikan Informal, yaitu proses pendidikan yang diperoleh dari
pengalaman sehari-hari, baik secara sadar dan tidak sadar, sejak
seseorang lahir sampai didalam keluarga dalam perusahaan atau
pengalaman sehari-hari, pada umumnya tidak teratur dan tidak
c. Pendidikan Non Formal, yaitu pendidikan yang teratur, dengan
sadar tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap.
Oleh karena itu dengan pendidikan yang cukup akan mudah untuk
mendapatkan pekerjaan yang sesuai pula dan mempunyai cakrawala
kehidupan yang lebih luas, sehingga mempermudah bagi orang itu
untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat luas.
Tingkat pendidikan artinya kurang lebih adalah jenjang sekolah yang
telah diselesaikan oleh masyarakat yang telah dibuktikan dengan
adanya ijazah yang paling akhir diperolehnya, misalnya SD, SMP,
SMU, Diploma, Sarjana Muda atau Sarjana.
2. Jenis Pekerjaan
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan jenis pekerjaan
adalah bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat setiap
harinya Spillane (1982:14) mengelompokkan pekerjaan atau
jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut.
a. Golongan A
Meninggal dunia
Pensiunan
Tidak mempunyai pekerjaan
b. Golongan B
Buruh nelayan
Petani kecil
Penebang kayu
c. Golongan C
Petani menyewa
Buruh tidak tetap
Penarik becak
d. Golongan D
Pembantu
Penjual keliling
Tukang cuci
e. Golongan E
Seniman
Buruh tetap
Montir
Pandai besi
Penjahit
Sopir bus/colt
Tukang kayu
Tukang listrik
Tukang mesin
f. Golongan F
Pemilik bus/colt
Petani pemilik tanah
Pegawai sipil (ABRI)
Mandor
Pemilik perusahaan/toko/pabrik
Pedagang
Pegawai kantor
Peternak
Tuan tanah
g. Golongan G
ABRI (Tamtama s/d Bintara)
Pegawai badan hukum
Kepala kantor pos cabang
Manager perusahaan kecil
Supervisor/pengawas
Pamong praja
Guru SD
Kepala bagian
Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D)
h. Golongan H
Guru SLTA/SLTP
Juru rawat
Pekerja sosial
Pegawai negeri sipil (Golongan II A s/d II D)
Kepala sekolah
Kontraktor
wartawan
i. Golongan I
Ahli hukum
Manager perusahaan
Ahli ilmu tanah
Apoteker
Arsitek
Dokter
Dosen/guru besar
Gubernur
Kepala kantor
Menteri
Pegawai negeri sipil (Golongan III A keatas)
Pengarang
Peneliti
Penerbang
Walikota/bupati
3. Pendapatan
Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan masyarakat
yang bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan
sampingan. Yang dihitung sebagai pendapatan adalah segala
bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa
atas sumbangan seseorang atas jasanya (Gilarso, 1986:4). Pendapat
dapat bersumber pada usaha sendiri (berwiraswasta), bekerja pada
orang dan badan usaha dan hasil milik (menyewakan).
Menurut Biro Pusat Statistik, pendapatan dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk (Sumardi dan Evers, 1982:92) yaitu.
a. Pendapatan berupa uang
b. Pendapatan berupa barang
c. Lain-lain penerimaan uang dan barang
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang
yang sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai balas jasa atau
kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah
serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih
dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan
barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi, serta
keuntungan sosial. Pendapatan berupa barang adalah segala
penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa tetapi tidak selalu
Barang-barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga
pasar sekalipun tidak diimbangi dan disertai transaksi uang oleh
yang menikmati barang dan jasa tersebut, demikian pula
penerimaan barang secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa
dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan
pendapatan berupa barang.
Untuk lain-lain penerimaan uang dan barang yang dipakai
sebagai pedoman adalah segala penerimaan yang bersumber
transfer atau redistribusi dan biasanya membawa perubahan dalam
keuangan rumah tangga, misalnya penjualan barang-barang yang
dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang,
kiriman uang, menang judi. Menurut (Spillane, 1982:16) ketiga
bentuk pendapatan dapat dirinci dalam kategori sebagai berikut.
a. Pendapatan berupa uang
a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari:
Kerja Pokok
Kerja Sampingan
Kerja Lembur
Kerja kadang-kadang
b) Dari usaha sendiri meliputi:
Hasil bersih dari usaha sendiri
Komisi
c) Dari investasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak
milik tanah.
d) Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh
dari kerja sosial.
b. Pendapatan berupa barang
a) Bagian pendapatan upah dan gaji yang diwujudkan
dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan
dan rekreasi.
b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah,
antara lain pemakaian barang yang diproduksi di
rumah, sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap
rumah sendiri yang ditempati.
c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan
a) Penghasilan tabungan
b) Penjualan barang-barang yang dipakai
c) Penaguhan piutang
d) Pinjaman uang
e) Kiriman uang
f) Hadiah atau pemberian
g) Warisan
B. Kerangka Berfikir
1. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari
Tingkat Pendidikan.
Cara pandang masyarakat terhadap profesi guru sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan masyarakat tersebut. Masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang lain mempunyai pandangan yang
berbeda-beda pula tentang profesi guru karena mereka memiliki tingkat
pmikiran yang berbeda berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki.
Pada umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin
tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan yang dimiliki juga akan
semakin luas pula. Dengan pengetahuan yang luas tersebut maka
masyarakat akan mengetahui keadaaan luar yang sekarang ini sedang
terjadi. Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi pasti akan
mengetahui pekerjaan mana yang sangat menjanjikan pada saat seperti
sekarang ini.
Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi pasti akan
memilih pekerjaan yang menuntut tingkat pendidikan yang tinggi
sehingga mereka akan memilih pekerjaan seperti dokter, pengacara,
direktur atau konsultan IT yang mampu untuk menghidupi
keluarganya. Sebaliknya masyarakat yang mempunyai pendidikan
rendah mereka akan memilih pekerjaan sesuai dengan pendidikannya
saja dan hasil yang diperolehnya cukup untuk membiayai hidup
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2001:89) menemukan
tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari
tingkat pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Noveanta
(2002:86) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap
profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis
Pekerjaan.
Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh imbalan atau penghasilan.. Masyarakat akan
memilih jenis pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai sumber utama
penghasilan. Profesi guru adalah profesi yang dapat diandalkan karena
memberikan penghasilan rutin diterima setiap bulan meskipun
jumlahnya tidak besar.
Walaupun gaji yang diterima tidak terlalu besar, pekerjaan sebagai
seorang guru tidak membutuhkan jam kerja yang lama. Seorang guru
tidak perlu banyak membuang waktu untuk bekerja, profesi guru yang
membutuhkan jam kerja setengah hari tersebut sangat menguntungkan
karena akan banyak waktu digunakan untuk mengurus keluarga di
rumah terutama dapat mengurus anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2001:87) menemukan
tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari
Priyo (2001:97) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa
terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan.
3. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari
Pendapatan.
Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan masyarakat yang
bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.
Dengan meningkatnya bahan-bahan kebutuhan pokok seperti sekarang
ini sudah pasti semua masyarakat menginginkan pendapatan yang
besar yang mampu memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.
Masyarakat yang ingin memperoleh pendapatan yang besar mereka
pasti akan memilih pekerjaan sebagai dokter, manajer, pengacara, dll
sehingga dapat mencukupi semua kebutuhan yang mereka inginkan.
Apabila masyarakat yang ingin memperoleh pendapatan yang cukup
mereka akan memilih menjadi seorang guru. Sebenarnya selain
mengandalkan gaji yang diterima dari setiap bulan, seorang guru bisa
mencari pendapatan diluar pekerjaan mengajar di sekolah. Guru dapat
membuka les privat di rumah atau dapat berwiraswasta sehingga
pendapatannya dapat bertambah akhirnya dapat mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuniyanti (2005:61) menemukan
ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari
C. Hipotesis
1. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan
tingkat pendidikan.
2. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan
jenis pekerjaan.
3. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan penulis gunakan meliputi:
1. Deskriptif
Suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud
dan keadaan sebagai mana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar
mengungkapkan fakta (Warsito, 1986:8)
2. Studi Kasus
Suatu penelitian tentang subyek tertentu, dimana subyek tersebut
terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek
yang diteliti (Arifin, 1986:137).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Sembung, Kalurahan
Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY dan
dilaksanakan bulan April-Mei. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut
karena masyarakat di Kecamatan Pakem berasal dari keluarga yang status
sosial ekonominya berbeda-beda sehingga penulis menganggap elevan
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian : Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan
Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, Provinsi DIY
Objek Penelitian : Persepsi masyarakat terhadap profesi guru
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat di kecamatan Pakem.
2. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel dari penelitian adalah 100 masyarakat yang ada
di kecamatan Pakem. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto
(1991:104), apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya apabila jumlah subeknya besar dapat diambil 10%-15%
atau 20%-25% atau lebih.
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel berjumlah 100 orang
responden dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Random
Sampling yang dikenal juga dengan nama Sampling Acak Sederhana.
sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada tiap-tiap
subjek untuk diambil sebagai anggota sampel.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek
penelitian atau faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti.
1. Pengelompokkan Variabel
a. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat
terhadap profesi guru
b. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah.
Tingkat Pendidikan (X1)
Jenis Pekerjaan (X2)
Pendapatan (X3)
2. Definisi dan Pengukuran Variabel
a. Persepsi Masyarakat
Adapun definisi operasional profesi guru adalah sebagai berikut.
Tabel III.1
Kisi-kisi penyusunan kuesioner
Nomor item No Faktor
Pernyataan + Pernyataan -
e. Banyak waktu luang. f. Gaji cukup.
g. Dituntut belajar terus. h. Kerja keras dan sulit. i. Tanggung jawab besar.
j. Kerjanya selalu diteropong orang.
Alternatif jawaban untuk kuesioner menggunakan skala pengukuran
dari model Likert, yaitu.
Tabel III.2
Persepsi Masyarakat
Pernyataan + Pernyataan -
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak setuju 2 4
Sangat tidak setuju 1 5
b. Indikator status sosial ekonomi yang digunakan adalah sebagai
berikut.
1) Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang
pernah ditempuh oleh masyarakat yang meliputi pendidikan
dasar (SD dan SLTP), pendidikan menengah (SMU dan SMK),
dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi dan akademik),
indikatornya.
1) Rendah ( s/d SMU atau sederajat )
2) Jenis Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat
untuk mendapatkan penghasilan setiap bulan.
Didalam penelitian ini, penulis membedakan jenis pekerjaan
sebagai berikut.
1) Pegawai negeri sipil
2) Bukan pegawai negeri sipil
3) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan
rata-rata setiap bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha
tertentu yang dinyatakan dalam nilai rupiah. Dalam penelitian
ini yang dimaksud adalah tingkat pendapatan setiap bulannya.
Adapun pedoman untuk memberikan skor pada alternatif
jawaban adalah sebagai berikut.
1) Rendah ( Rp 1.500.000 )
2) Tinggi ( > Rp 1.500.000 )
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan teknik sebagai berikut.
a. Kuesioner atau angket responden
Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis
jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam
penelitian ini kuesioner yang digunakan terbagi dalam 2 bagian yaitu.
Bagian I : berupa pertanyaan mengenai identitas responden
Bagian II : berupa pertanyaan tentang sikap responden terhadap
profesi guru.
b. Wawancara atau teknik interview
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh keterangan-keterangan yang
diperlukan. Wawancara dilakukan dengan jalan memberi pertanyaan
secara langsung kepada masyarakat di kecamatan pakem.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen
tertulis yang tersedia di kantor kecamatan sebagai datanya, misalnya
jumlah masyarakat di kecamatan pakem, jenis pekerjaan dan segala hal
yang kiranya masih ada korelasi dengan penelitian ini.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Agar kuesioner dapat dinyatakan sahih dan handal maka diperlukan
pengujian kuesioner. Pengujian kuesioner ini berupa.
a. Pengujian kesahihan (validitas) kuesioner
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang
ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur
valid suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Dalam proses perhitungan, secara teknis peneliti
menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows versi 12.
Untuk mengetahui validitas instrumen atau kuesioner, terlebih dahulu
item instrumen ini diuji cobakan pada 30 responden. Pengujian item
instrumen dilakukan di masyarakat Dusun Sembung, Kalurahan
Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman kemudian
mencari r tabel yaitu dengan dk = n-2 dengan taraf signifikansi 5% (dk
= 30-2 = 28, 5%) sehingga diperoleh r tabel 0,361 dengan ketentuan
apabila r hitung > r tabel pada n = 30 dengan taraf signifikansi 5% maka
item instrumen tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila r hitung < r
tabel maka item instrumen tidak valid. Pengujian validitas pada 60 item,
terdapat 18 item yang tidak valid yaitu item 3, 8, 9, 10, 20, 25, 26, 29,
39, 41, 43, 46, 48, 51, 52, 53, 58, 60. Untuk item yang tidak valid
saran dari dosen pembimbing item tersebut dihapus.
Adapun rangkuman dari hasil pengujian validitas dapat dilihat dalam
lampiran.
b. Pengujian keandalan (reliabilitas) kuesioner
Untuk menguji keandalan (reliabilitas) digunakan teknik koefisien
Alpha dan Cronbach. Dalam proses perhitungan, secara teknis peneliti
menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows versi 12.
Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem kemudian mencari r tabel
yaitu dengan dk = n-2 dengan taraf signifikansi 5% (dk = 30-2 = 28,
5%) menunjukkan nilai r tabel = 0,239. Apabila r alpha > r tabel maka item
instrumen tersebut reliabel, sebaliknya apabila r alpha < r tabel maka item
instrumen tidak reliabel.
Tabel III.3
Dari tabel diatas diketahui nilai Cronbach Alpha 0,921. Karena r Alpha
> r tabel yaitu 0,921 > 0,239 maka item instrumen tersebut dinyatakan
reliabel.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan karena akan digunakan sebagai
langkah selanjutnya dalam melakukan analisis data, selain itu
dimaksudkan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan agar
tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
tidak. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus
Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 1999:255) yang dinyatakan dengan rumus.
Dmaksimum =
[
Sn1( )
X −Sn2( )
X]
Sn1 (X) : Distribusi kumulatif yang ditentukan
Sn2 (X) : Distribusi kumulatif yang diobservasi
Cara menarik kesimpulan Ho diterima bila nilai asymtotik sig > 0.05, dan sebaliknya.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk pengujian lebih dari dua
sample. Sedangkan esensi dari pengujian ini adalah sama, yaitu
untuk mengetahui apakah sample mempunyai varians yang
sama. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus One Way Anova.
Dasar pengambilan keputusan jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan sebaliknya.
Hipotesis:
Ho : ketiga varians populasi adalah identik
Ha : ketiga varians populasi adalah tidak identik
2. Pengujian hipotesis
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunakan
mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua
populasi, dengan melihat rata-rata dua sampel.
Hipotesi:
Ho = Ketiga varians populasi adalah identik
Ha = Ketiga varians populasi adalah tidak identik
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini, penulis telah menyebar kuesioner di
Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman. Masyarakat yang menjadi responden adalah
masyarakat di Pedukuhan Sembung yang berjumlah 100 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap
profesi guru ditinjau dari status sosial ekonomi. Dari kuesioner ini dapat
diketahui berbagai karakteristik masyarakat sebelum dianalisis. Persepsi
masyarakat terhadap profesi guru dikelompokkan ke dalam kategori tinggi
dan rendah.
Data mengenai gambaran umum masyarakat diperoleh melalui
wawancara langsung dengan lurah desa yaitu bapak Drs. H. Suharno.
Selain itu peneliti juga mempelajari dokumen-dokumen yang ada seperti
dokumen tentang keadaan ekonomi masyarakatnya.
Kuesioner dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu:
Bagian I : berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang berisi
karakteristik masyarakat di Padukuhan Sembung yang meliputi jenis
kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan jumlah pendapatan.
Bagian II : berupa daftar pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi
Berikut ini penjelasan dari masing-masing karakteristik masyarakat yang
menjadi sampel penelitian,
1. Data persepsi responden terhadap profesi guru
a.Data persepsi responden terhadap profesi guru menurut tingkat
pendidikan
Dari data tingkat pendidikan masyarakat penulis
membedakan responden ke dalam kelompok masyarakat dengan
tingkat pendidikan tinggi dan ke dalam kelompok masyarakat
dengan tingkat pendidikan rendah.
Responden dikelompokkan ke dalam kategori berikut ini.
1) Kelompok tinggi
Semua masyarakat berpendidikan Diploma ke atas.
2) Kelompok rendah
Semua masyarakat berpendidikan di bawah atau sama dengan
SMU
Tabel IV.1
Data responden terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat
pendidikan masyarakat
Pendidikan masyarakat Jumlah Persentase
Tinggi ( diploma ke atas) 38 38 %
Rendah (s/d SMU atau sederajat) 62 62 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 100 responden
ternyata kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi
lebih sedikit dibandingkan kelompok masyarakat dengan tingkat
pendidikan rendah. Kelompok masyarakat yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi sebanyak 38 orang atau sebesar 38 %,
sedangkan kelompok masyarakat yang mempunyai tingkat
pendidikan rendah sebanyak 62 orang atau 62 %. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat di Padukuhan Sembung yang
menjadi responden sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan
rendah.
b.Data persepsi responden terhadap profesi guru menurut jenis
pekerjaan
Dari data jenis pekerjaan masyarakat, penulis membedakan
responden ke dalam kelompok masyarakat yang bekerja sebagai
pegawai negeri sipil dan kelompok masyarakat yang bekerja bukan
sebagai pegawai negeri sipil.
Tabel IV.2
Data responden terhadap profesi guru ditinjau dari jenis
pekerjaan masyarakat
Jenis pekerjaan Jumlah Persentase
Pegawai negeri sipil 34 34 %
Bukan pegawai negeri sipil 66 66 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden
ternyata kelompok masyarakat yang bekerja bukan sebagai
pegawai negeri sipil lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Kelompok
masyarakat yang bekerja bukan sebagai pegawai negeri sipil
sebanyak 66 orang atau 66 % dan kelompok masyarakat yang
bekerja sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 34 orang atau 34 %.
Ini berarti bahwa masyarakat di Padukuhan Sembung yang menjadi
responden sebagian besar bukan bekerja sebagai pegawai negeri
sipil.
c.Data persepsi responden terhadap profesi guru menurut tingkat
pendapatan
Dari data tingkat pendapatan masyarakat, penulis
membedakan responden ke dalam kelompok masyarakat dengan
tingkat pendapatan tinggi dan ke dalam kelompok masyarakat
dengan tingkat pendapatan rendah.
Responden dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut:
1) Kelompok rendah
Semua masyarakat yang mempunyai pendapatan Rp 1.500.000
2) Kelompok tinggi
Tabel IV.3
Data responden terhadap profesi guru ditinjau dari
tingkat pendapatan masyarakat
Tingkat pendapatan Jumlah Persentase
Tingkat pendapatan rendah ( Rp 1.500.000) 71 71 %
Tingkat pendapatan tinggi (> Rp 1.500.000 29 29 %
100 100 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden
ternyata kelompok masyarakat yang mempunyai pendapatan
rendah lebih banyak dibandingkan kelompok masyarakat yang
mempunyai pendapatan tinggi. Kelompok masyarakat yang
mempunyai pendapatan rendah sebanyak 71 orang atau 71 % dan
kelompok masyarakat yang mempunyai pendapatan tinggi hanya
29 orang atau 29 %. Ini berarti bahwa masyarakat di Padukuhan
Sembung yang menjadi responden sebagian besar mempunyai
pendapatan rendah.
B. Pengujian Prasyarat
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program
mengetahui distribusi data masing-masing variabel dengan
menggunakan level of significant ( ) 5%. Pengambilan kesimpulan apabila nilai Asymptotik Sig > 0,05 maka distribusi datanya normal, sebaliknya apabila nilai Asymptotik Sig < 0,05 maka distribusi datanya tidak normal.
a) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendidikan
Variabel persepsi masyarakat terhadap profesi guru
menurut tingkat pendidikan dibagi dua, yaitu persepsi
masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendidikan rendah dan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut tingkat pendidikan tinggi. Setelah
dilakukan pengujian dengan menggunakan bantuan
komputer program SPSS 12.0 diperoleh Asymtotik Sig
persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok
yang tingkat pendidikannya rendah Asymptotik Sig 0,475 (lampiran 5). Oleh karena Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap
profesi guru untuk kelompok yang tingkat pendidikannya
rendah berdistribusi normal.
Sedangkan Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang tingkat
0,05 (lampiran 5) maka dapat disimpulkan bahwa persepsi
masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang
tingkat pendidikannya tinggi berdistribusi normal.
b) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis
pekerjaan
Variabel persepsi masyarakat terhadap profesi guru
menurut jenis pekerjaan dibagi dua jenis pekerjaan, yaitu
persepsi masyarakat terhadap profesi guru yang bekerja
sebagai pegawai negeri sipil dan persepsi masyarakat
terhadap profesi guru yang bekerja bukan sebagai pegawai
negeri sipil. Setelah dianalisis dengan menggunakan
bantuan komputer program SPSS 12.0 diperoleh Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil 0,943
(lampiran 5). Oleh karena Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap
profesi guru untuk kelompok yang bekerja sebagai pegawai
negeri sipil berdistribusi normal.
Sedangkan Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang bekerja bukan
sebagai pegawai negeri sipil 0,747 (lampiran 5). Oleh
kelompok yang yang bekera bukan sebagai pegawai negeri
sipil berdistribusi normal. .
c) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendapatan.
Variabel persepsi masyarakat terhadap profesi guru
menurut tingkat pendapatan dibagi dua yaitu persepsi
masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendapatan rendah dan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut tingkat pendapatan tinggi. Setelah
dianalisis dengan menggunakan bantuan komputer program
SPSS 12.0 diperoleh Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang tingkat
pendapatannya rendah 0,965 (lampiran 5). Oleh karena
Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok
yang tingkat pendapatannya rendah berdistribusi normal.
Sedangkan Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang tingkat
pendapatannya tinggi 0,963 (lampiran 5). Oleh karena
Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk pengujian lebih
dari dua sampel. Sedangkan esensi dari pengujian ini
adalah sama, yaitu untuk mengetahui apakah sampel
mempunyai varians yang sama. Untuk mengetahui hal
tersebut digunakan rumus One Way Anova dengan bantuan komputer SPSS 12.0. Pengambilan kesimpulan apabila nilai
probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan sebaliknya. a) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendidikan
Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan
bantuan komputer program SPSS 12.0 hasil pengujian dua
kelompok sampel diperoleh probabilitas persepsi
masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendidikan 0,316 (lampiran 6). Oleh karena probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dua kelompok
sampel menurut tingkat pendidikan mempunyai varians
yang sama.
b) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis
pekerjaan
Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan
bantuan komputer program SPSS 12.0 hasil pengujian dua
masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan
hasil yang diperoleh 0,734 (lampiran 6). Oleh karena
probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dua kelompok sampel menurut jenis pekerjaan mempunyai
varians yang sama.
c) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendapatan
Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan
bantuan komputer program SPSS 12.0 hasil pengujian dua
kelompok sampel diperoleh probabilitas persepsi
masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
pendapatan hasil yang diperoleh 0,994 (lampiran 6). Oleh
karena probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dua kelompok sampel menurut tingkat
pendapatan mempunyai varians yang sama.
C. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini ada 3 hipotesis yang akan diuji. Pengujian
hipotesis menggunakan bantuan program komputer SPSS 12.0.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
a) Rumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut tingkat pendidikan
Ha = Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut tingkat pendidikan
b) Pengujian Hipotesis Pertama
Dasar pengambilan keputusan jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan sebaliknya. Terlihat bahwa thitung
(lampiran 7) untuk tingkat pendidikan adalah -0,733 dengan
probabilitas 0,465. Oleh karena probabilitas 0,465 > 0,05 maka Ho gagal ditolak yang artinya bahwa tidak ada perbedaan
antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut
tingkat pendidikan.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
a) Rumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut jenis pekerjaan
Ha = Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut jenis pekerjaan.
b) Pengujian Hipotesis Kedua
(lampiran 7) untuk jenis pekerjaan adalah -0,928 dengan
probabilitas 0,356. Oleh karena 0,356 > 0,05 maka Ho gagal ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi
masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
a) Rumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut tingkat pendapatan
Ha = Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru menurut tingkat pendapatan.
b) Pengujian Hipotesis
Dasar pengambilan keputusan jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan sebaliknya. Terlihat bahwa t hitung
(lampiran 7) untuk tingkat pendapatan adalah -0,215 dengan
probabilitas 0,831. Oleh karena 0,831 > 0,05 maka Ho gagal ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi
masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan.
D. Pembahasan
1. Perbedaan persepsi responden terhadap profesi guru menurut
tingkat pendidikan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh
terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan. Menurut
pendapat penulis tidak adanya perbedaan persepsi tersebut
disebabkan karena berdasarkan data yang didapatkan penulis
kebanyakan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
masyarakat Padukuhan Sembung adalah pendidikan rendah,
sehingga kebanyakan dari masyarakat menilai pendidikan guru
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada pendidikan
yang telah ditempuh oleh masyarakat pada umumnya. Menurut
pendapat Ririnsih Riwayani (2005:69) pendidikan adalah
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang
termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan
keterampilan. Tanpa bekal pendidikan, orang akan mengalami
kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru di
dalam cara atau suatu sistem kerja. Pendidikan yang dimaksud
disini adalah pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan
Tinggi. Jika dilihat dari pendapat penulis tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan tinggi sudah pasti diperoleh
oleh seorang guru yang bertugas mengajar dan mendidik
peserta didik, sedangkan dalam masyarakat Padukuhan
Sembung pada umumnya hanya mempunyai tingkat pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Ririn Kurniawati (2002:85)
mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan persepsi siswa
terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang
tua. Hal yang didapat dari penelitian ini adalah adanya
perbedaan persepsi terhadap profesi guru antara siswa yang
orang tuanya memiliki tingkat pendidikan tinggi dan siswa
yang orang tuanya dengan tingkat pendidikan rendah. Hal itu
disebabkan karena kemampuan orang tua dalam menyelesaikan
jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu semangat anak
untuk mencapai hal serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan
yang tinggi akan membuat orang tua semakin positif sikapnya
pada dunia pendidikan sehingga akan selalu menyadarkan dan
mendorong anaknya untuk selalu rajin belajar sehingga
menjadi orang yang berpengetahuan. Anak cenderung akan
meniru atau bercermin pada orang tuanya. Tingkat pendidikan
orang tua yang dicapai akan membawa pengaruh yang luas
pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya berpengaruh
pada tingkat penguasaan pengetahuan tetapi juga berpengaruh
pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan dan
status sosial dalam masyarakat.
Berbicara mengenai pendidikan, telah dirancang
Undang-Undang (UU) tentang guru dan dosen, yang pada intinya