• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari status sosial ekonomi : studi kasus masyarakat Pedukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari status sosial ekonomi : studi kasus masyarakat Pedukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI

Studi Kasus Pada Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

Anastasia Tantri Damarwati 041334031

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan; (2) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan; (3) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan.

Sampel dalam penelitian ini adalah Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang berjumlah 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2008. Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menjawab masalah penelitian digunakan Independent Sample T Test.

(2)

ABSTRACT

PEOPLE’S PERCEPTION ON THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR SOCIAL ECONOMIC STATUS

A case study on the people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province

Anastasia Tantri Damarwati 041334031

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The purpose of this study is to find out (1) people’s perception on the profession of teacher based on their education level (2) people’s perception on the profession of teacher based on their type of occupation (3) people’s perception on the profession on teacher based on their level of income.

The samples of this study were 100 people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province. This study was conducted from April to May 2008. The data collection methods used in this study were questionnaire and interview. To answer the problem formulated in this study, Independent Sample T Test was used.

(3)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU

DARI STATUS SOSIAL EKONOMI

Studi kasus: Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

Anastasia Tantri Damarwati

NIM: 041334031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN A KUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

(9)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU

DARI STATUS SOSIAL EKONOMI

Studi Kasus Pada Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun,

Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

Anastasia Tantri Damarwati

041334031

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan; (2) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan; (3) persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan.

Sampel dalam penelitian ini adalah Masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang berjumlah 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2008. Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menjawab masalah penelitian digunakan Independent Sample T Test.

(10)

ABSTRACT

PEOPLE’S PERCEPTION ON THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR SOCIAL ECONOMIC STATUS

A case study on the people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province

Anastasia Tantri Damarwati 041334031

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The purpose of this study is to find out (1) people’s perception on the profession of teacher based on their education level (2) people’s perception on the profession of teacher based on their type of occupation (3) people’s perception on the profession on teacher based on their level of income.

The samples of this study were 100 people of Sembung Hamlet, Purwobinangun Village, Pakem District, Sleman Regency, Yogyakarta Province. This study was conducted from April to May 2008. The data collection methods used in this study were questionnaire and interview. To answer the problem formulated in this study, Independent Sample T Test was used.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa Yang Maha Kasih dan

Maha Murah atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan sehingga dengan

segala keterbatasan yang ada, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari

Status Sosial Ekonomi. Pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang

dengan penuh pengertian dan kesabaran hati memberikan bimbingan, kritik,

saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat berjalan lancar.

5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah

memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi

(12)

7. Bapak Drs. H. Suharno selaku lurah desa yang telah memberi ijin penelitian.

8. Staff sekretariat Pendidikan Akuntansi : Mbak Aris dan Bapak Wawiek atas

bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.

9. Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan

Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY yang telah rela meluangkan waktu

atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Kedua orang tuaku Y. Suhardi dan Th. Supartinah, terima kasih telah sabar,

mendoakan penulis agar lancar mengerjakan skripsi serta memberikan apapun

yang tak dapat disebutkan satu per satu.

11.Kakakku mba lien, mba ndut, mas brabat dan mas ipam terima kasih atas

segala doa, pengertian dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

12.Ponakan-ponakanku yang selalu menggangguku Sera dan Amabel. Terima

kasih atas canda dan tawanya yang bikin semangat menyelesaikan skripsi ini.

13.Mas awang terima kasih atas segala bantuan, kesabaran dan dorongan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Maafin ya mas kalau aku sering marah-marah.

14.Bu susi dan De Mun. Terima kasih atas dukungan, doa dan semangatnya. Ayo

de mun kapan nyusul jangan lama-lama.

15.Mio hitamku yang selama 5 tahun dengan setia menemani perjalanan dari

pakem sampai mrican. Segala halangan dan rintangan telah kita lalui berdua.

16.Sahabat-sahabatku: Evi, Eli, Nucki, Nia, Gareth, Yanita, Heru, Pungki, Agung

(13)

17.Sahabat seperjuangan yang telah menemaniku selama ujian pendadaran: Siska,

Venti, Mami, Lastme, Ember, Brahma, Agus 03, Via, Susi, Wibi, Anton,

Wina. Terima kasih atas dukungan, canda tawa dan semangatnya.

18.Rekan-rekan angkatan 2004 Program Studi Pendidikan Akuntansi, atas

bantuan dan kerjasama serta semangat yang telah diberikan dalam proses

penyempurnaan skripsi ini.

19.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan atu persatu atas semua dukungan

semua dukungan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan masukan dan saran dari pembaca yang berguna bagi

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik... 7

1. Pengertian Persepsi... 7

2. Pengertian Masyarakat... 9

3. Pengertian Profesi... 10

4. Pengertian Status Sosial Ekonomi ... 13

B. Kerangka Berfikir... 24

(15)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Subjek dan Objek Penelitian... 29

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 29

E. Operasionalisasi Variabel ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Teknik Pengujian Instrumen... 33

H. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data... 38

B. Pengujian Prasyarat ... 42

C. Pengujian Hipotesis... 47

D. Pembahasan ... 49

BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

C. Keterbatasan Penelitian ... 57

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel

III.1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner... 30

III.2 Persepsi Masyarakat... 31

III.3 Hasil Pengujian Reliabilitas... 35

IV.1 Data Responden Terhadap Prosfesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan.... 39

IV.2 Data Respoden Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pekerjaan ... 40

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosok guru sangat berperan dalam pendidikan. Guru merupakan

suatu profesi yang mengandung arti suatu jabatan atau pekerjaan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Oleh karena profesi guru

merupakan jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional yaitu

memerlukan persiapan atau pendidikan khusus maka jenis pekerjaan ini

semestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang

kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar

kependidikan.

Dalam undang-undang no 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru memegang peranan

penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional karena

guru merupakan kunci pokok bagi keberhasilan anak didiknya.

Guru tidak hanya diperlukan oleh murid di ruang kelas, tetapi juga

diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka permasalahan

yang dihadapi. Masyarakat menempatkan guru pada kedudukan yang

(18)

handayani artinya adalah didepan memberi teladan, ditengah-tengah

membangun serta dibelakang memberi dorongan dan motivasi. Kedudukan

seperti ini merupakan penghargaan masyarakat yang tidak mudah bagi

guru, sekaligus merupakan tantangan untuk mengembangkan prestasi

bukan saja di depan kelas, tidak saja di batas-batas pagar sekolah, tetapi

juga di tengah-tengah masyarakat.

Namun dibalik keteladanan yang diberikan guru kepada

masyarakat, terdapat keprihatinan yang menimpa para guru yaitu

penghasilan atau kesejahteraan guru yang relatif rendah. Masalah ekonomi

tersebut mempengaruhi para guru dalam menjalankan tugas pokoknya.

Secara sederhana kita dapat memperkirakan bahwa seseorang akan merasa

lebih tenang dalam melaksanakan tugasnya bila beban ekonomi keluarga

secara minimal sudah terpenuhi. Sebaliknya bila beban itu tidak terpenuhi,

konsentrasinya dalam menjalankan tugas bisa terganggu. Jadi tingkat

kesejahteraan para guru memberikan dampak secara sosial-psikologis pada

mereka.

Pemberian gelar bahwa guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa

untuk saat ini bisa tidak menguntungkan bagi para guru dan profesi

keguruan. Gelar tersebut akan memberikan kesan bahwa guru merupakan

sekelompok orang yang melakukan pekerjaan terhormat, bernilai dan

agung dalam mendidik, namun mereka menerima apa adanya. Para guru

tidak bisa menuntut atau mengharapkan sesuatu yang lebih dari apa yang

(19)

itu tidak cukup untuk membiayai hidup mereka, tetapi guru tidak dapat

menuntut kepada pemerintah untuk menaikkan kesejahteraan para guru.

Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan sekarang sebab mereka

memerlukan tanda jasa yang memadai.

Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi

berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi

akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan

karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan,

penghargaan, dan perlindungan guru.

Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah seakan menjadi

angin segar untuk para guru karena selain dituntut untuk terus meningkatkan

kualitas dan prestasinya dalam rangka mendapatkan sertifikat profesi, para

guru yang telah mendapatkan sertifikasi akan mendapat tunjangan profesi

yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan para guru itu sendiri.

Peningkatan kesejahteraan ini lambat laun akan menaikkan pamor profesi

guru diantara profesi yang lain, yang pada akhirnya para guru akan

berkompetensi terus meningkatkan kualitas dan profesionalismenya dengan

fokus memajukan kualitas pendidikan Indonesia, selain itu para calon guru

akan lebih mantap lagi untuk menjadi seorang guru.

Program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan ternyata masih kurang disadari oleh

(20)

menyangkut tentang sosok guru juga ikut ambil bagian dalam menurunkan

citra guru dalam pandangan masyarakat. Hal ini tidak bisa dihindari oleh

guru karena memang ditemukan sosok guru yang tidak mencerminkan

kepribadian yang memang sepatutnya dimiliki oleh seorang pendidik.

Akan tetapi masyarakat juga tidak boleh melupakan jasa-jasa yang telah

diberikan guru yang memang berkompeten dalam bidangnya. Masyarakat

harus juga melihat sisi positifnya sosok guru. Gambaran positif tentang

sosok guru yang diberikan masyarakat akan memotivasi guru dalam

menjalankan tugasnya dan berusaha untuk semakin meningkatkan

profesionalitas mereka sehingga menimbulkan gairah untuk semakin

memajukan dunia pendidikan. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Persepsi Masyarakat Terhadap

Profesi Guru Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi”, studi kasus pada

masyarakat Padukuhan Sembung, Kelurahan Purwobinangun,

Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap

profesi guru. Namun dengan pertimbangan lebih memiliki pengaruh

daripada faktor lain maka penulis hanya mengkhususkan pada status sosial

(21)

C. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru

antara masyarakat yang berasal dari status sosial ekonomi tinggi dengan

masyarakat yang berasal dari status ekonomi rendah?

D. Tujuan Penelitian

Untuk memberikan bukti tentang adanya perbedaan persepsi

terhadap profesi guru ditinjau dari perbedaan status sosial ekonomi

masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Untuk memberikan gambaran yang kongkret mengenai persepsi

masyarakat terhadap profesi guru. Agar hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki citra guru di

masyarakat.

2. Bagi Pemerintah

Untuk memberikan masukan bagi pemerintah supaya lebih

memperhatikan nasib para guru.

3. Bagi Penulis

(22)

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Untuk menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah pemahaman yang dialami oleh

setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya,

baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan

penciuman.

(Thoha,1983:138) Persepsi adalah proses mengorganisasikan,

menginterprestasikan sehingga individu mengerti tentang apa yang

diinderakan.

(Bimo,1994:53) Persepsi berarti mengenal sesuatu alat indra

dengan secara global dan belum disertai kesadaran, sedang subyek dan

objeknya belum terbedakan satu dari yang lainnya. (Shalahudin,

1991:91)

Menurut himpunan istilah psikologi untuk SMU dan Umum,

pengertian persepsi adalah objek-objek disekitar, kita tangkap melalui

alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu dalam otak sehingga

kita dapat mengamati objek tertentu. (Husaini dan Noor, 1981:103)

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung

berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu menerima

(24)

dalam dirinya sendiri. Individu mulai merasa kedinginan, sakit, tidak

senang dan sebagainya, kesan seperti itu yang diperoleh dari

lingkungannya merupakan hasil dari persepsi, karena persepsi

merupakan proses memahami dunianya. (Walgito, 1994:53)

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima,

mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsangan dari

lingkungannya melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan

mengerti apa yang diinderakannya. Syarat-syarat agar individu dapat

menyadari dan mengadakan persepsi menurut (Walgito, 1994:54)

adalah sebagai berikut.

a. Adanya obyek yang dipersepsi

Obyek menimbulkan stimulus mengenai alat indra atau

reseptor, dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai

syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indra

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai

alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

susunan syaraf motoris.

c. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu

(25)

sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa

perhatian tidak akan terjadi persepsi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan persepsi Thoha

(1983:148) yaitu.

Faktor-faktor perhatian dari luar yakni faktor-faktor yang terdiri

dari pengaruh-pengaruh lingkungan antara lain:

1) Intensitas,

2) Ukuran,

3) Keberlawanan,

4) Pengulangan

5) Gerakan.

Faktor-faktor dari dalam terdiri dari:

1) Proses Belajar (learning)

2) Motivasi

3) Kepribadian.

2. Masyarakat

Menurut Soelaeman (1992:55) dalam bahasa Inggris masyarakat

disebut society, asal kata socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan

(26)

melainkan oleh unsur-unsur lain dalam lingkungan sosial yang

merupakan kesatuan.

Menurut J. L Gilin, dan J. P Gilin (Soelaeman 1992:55) bahwa

adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai-nilai,

norma-norma, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama

sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu, yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

3. Profesi Guru

C.V. Good (Samana, 1994:27) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan

yang berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya

(membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan), kecakapan

seorang pekerja profesional dituntut prasyarat yang telah ditentukan

oleh pihak yang berwewenang (misal: organisasi profesional,

konsorium, dan pemerintah), dan jabatan profesional tersebut

mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara (dengan segala civil effect-nya)

Maksud dari guru yang profesional adalah guru yang

melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi

(profisien) sebagai sumber kehidupan. Menurut jurnal terkemika

(27)

(Supriyadi, 1998:98), untuk menjadi guru yang profesional, seorang

guru dituntut memiliki 5 hal.

a. Guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini

berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan

siswa.

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang

diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru,

hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui

berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku

siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukan, dan

belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk

guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang

telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus

tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya

pada proses belajar siswa.

e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi

profesi lainnya.

B.J Chandler (Sahertian, 1994:27) menegaskan tentang profesi

mengajar. Dikatakannya bahwa profesi mengajar adalah suatu

(28)

kelengkapan mengajar dan/atau keterampilan yang menggambarkan

bahwa seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing

manusia.

Apalagi dilihat dari ciri keprofesian, profesi guru memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan

pribadi.

2) Mempunyai status yang tinggi.

3) Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar

dan mendidik).

4) Memiliki kegiatan intelektual.

5) Memiliki hak untuk memperoleh standar kualitas profesi.

6) Memiliki kode etik yang ditentukan organisasi profesi.

Lebih jauh dikemukakan bahwa profesionalisme dibidang

pendidikan mendapat pengakuan karena tiga alasan. (Supeno,

1995:28-29)

Pertama, lapangan pekerjaan keguruan atau kependidikan bukan

merupakan suatu lapangan kerja rutin yang dapat dilakukan karena

pengulangan-pengulangan atau kebiasaan. Lapangan kerja ini

memerlukan perencanaan yang mantap, suatu manajemen yang

(29)

Kedua, lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori

yang akan memberikan konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan

cabang-cabangnya.

Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan

latihan yang sama, berupa pendidikan dasar basic education untuk

taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.

4. Status Sosial Ekonomi

Status sosial merupakan kedudukan seseorang (individu) dalam

suatu kelompok pergaulan hidupnya (Soedjono, 1973:100).

Kedudukan (status) sosial adalah tempat orang secara umum dalam

masyarakat, sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan

pergaulannya, prestigenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban

(Soekanto, 1982:233). Status seorang individu dalam masyarakatnya

dapat dilihat dari dua aspek (Soedjono, 1973:100).

a. Aspek Statis yaitu kedudukan dan derajat seseorang didalam suatu

kelompok yang dapat dibedakan dengan derajat atau kedudukan

individu lainnya.

b. Aspek Dinamis yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial

tertentu yang berhubungan dengan pertimbangan jabatan, fungsi,

dan tingkah laku yang formil serta jasa yang diharapkan fungsi dan

(30)

Masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam

kedudukan yaitu sebagai berikut.

a. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan

kemampuan.

Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya

kedudukan anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula;

seorang warga kasta Brahmana dari India memperoleh kedudukan

demikian karena orang tuanya tergolong dalam kasta yang

bersangkutan.

b. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh melalui

kelahiran akan tetapi bersifat terbuka bagi siapapun saja dan ini

tergantung bagi kemampuan masing-masing dalam mengejar serta

mencapai tujuannya. Kadang-kadang kedudukan ini dibedakan

dengan satu macam kedudukan yaitu Assigned Status yang merupakan kedudukan yang diberikan (Soekanto, 1982:234-235).

Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan

masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah sebagai berikut.

a) Ukuran Kekayaan

Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu

ukuran: barang siapa memiliki kekayaan paling banyak,

(31)

dapat dilihat dalam bentuk rumah yang bersangkutan, berupa

mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian yang

dipakainya, kebiasaan berbelanja barang mahal dan sebagainya.

b) Ukuran Kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang

mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan tertinggi.

c) Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari

ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani

dan dihormati mendapat tempat teratas. Aturan ini banyak

dijumpai dalam masyarakat tradisional, biasanya mereka adalah

golongan tua atau pernah berjasa pada masyarakat.

d) Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh

masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan

terjadinya akibat-akibat negatif, oleh karena kemudian ternyata

bukan ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi

gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal ini mengakibatkan segala

macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun

secara tidak halal (Soekanto, 1982:231-232)

Tiap-tiap orang atau keluarga akan mempunyai unsur-unsur yang

(32)

unsur-unsur yang dimiliki, baik secara kualitas maupun kuantitas akan

menunjukkan tinggi rendahnya status sosial ekonomi yang dimilikinya.

Melly G Tan (Koentjaraningrat 1983:53) menyatakan bahwa konsep

kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan masyarakat

mencakup tiga faktor yaitu: tingkat pendidikan, faktor pekerjaan dan

faktor penghasilan.

1. Tingkat Pendidikan

Dalam TAP MPR RI No IV tahun 1973 dikatakan bahwa:

pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadiannya dan kemampuan didalam dan

diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan

didalam lingkungan sekolah dan keluarga. (GBHN, 1973: 89)

Pendidikan (Joesoef, 1981:121) diklasifikasikan menjadi.

a. Pedidikan formal, merupakan pendidikan sekolah. Pendidikan

sekolah merupakan sistem pendidikan yang mengkhususkan diri

pada penyelanggaraan pendidikan generasi muda (dari usia 5 atau

6 tahun sampai sekitar 24 tahun) secara sistematik.

b. Pendidikan Informal, yaitu proses pendidikan yang diperoleh dari

pengalaman sehari-hari, baik secara sadar dan tidak sadar, sejak

seseorang lahir sampai didalam keluarga dalam perusahaan atau

pengalaman sehari-hari, pada umumnya tidak teratur dan tidak

(33)

c. Pendidikan Non Formal, yaitu pendidikan yang teratur, dengan

sadar tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap.

Oleh karena itu dengan pendidikan yang cukup akan mudah untuk

mendapatkan pekerjaan yang sesuai pula dan mempunyai cakrawala

kehidupan yang lebih luas, sehingga mempermudah bagi orang itu

untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat luas.

Tingkat pendidikan artinya kurang lebih adalah jenjang sekolah yang

telah diselesaikan oleh masyarakat yang telah dibuktikan dengan

adanya ijazah yang paling akhir diperolehnya, misalnya SD, SMP,

SMU, Diploma, Sarjana Muda atau Sarjana.

2. Jenis Pekerjaan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan jenis pekerjaan

adalah bidang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat setiap

harinya Spillane (1982:14) mengelompokkan pekerjaan atau

jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut.

a. Golongan A

Meninggal dunia

Pensiunan

Tidak mempunyai pekerjaan

b. Golongan B

Buruh nelayan

(34)

Petani kecil

Penebang kayu

c. Golongan C

Petani menyewa

Buruh tidak tetap

Penarik becak

d. Golongan D

Pembantu

Penjual keliling

Tukang cuci

e. Golongan E

Seniman

Buruh tetap

Montir

Pandai besi

Penjahit

Sopir bus/colt

Tukang kayu

Tukang listrik

Tukang mesin

f. Golongan F

Pemilik bus/colt

(35)

Petani pemilik tanah

Pegawai sipil (ABRI)

Mandor

Pemilik perusahaan/toko/pabrik

Pedagang

Pegawai kantor

Peternak

Tuan tanah

g. Golongan G

ABRI (Tamtama s/d Bintara)

Pegawai badan hukum

Kepala kantor pos cabang

Manager perusahaan kecil

Supervisor/pengawas

Pamong praja

Guru SD

Kepala bagian

Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D)

h. Golongan H

Guru SLTA/SLTP

Juru rawat

Pekerja sosial

(36)

Pegawai negeri sipil (Golongan II A s/d II D)

Kepala sekolah

Kontraktor

wartawan

i. Golongan I

Ahli hukum

Manager perusahaan

Ahli ilmu tanah

Apoteker

Arsitek

Dokter

Dosen/guru besar

Gubernur

Kepala kantor

Menteri

Pegawai negeri sipil (Golongan III A keatas)

Pengarang

Peneliti

Penerbang

Walikota/bupati

(37)

3. Pendapatan

Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan masyarakat

yang bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan

sampingan. Yang dihitung sebagai pendapatan adalah segala

bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa

atas sumbangan seseorang atas jasanya (Gilarso, 1986:4). Pendapat

dapat bersumber pada usaha sendiri (berwiraswasta), bekerja pada

orang dan badan usaha dan hasil milik (menyewakan).

Menurut Biro Pusat Statistik, pendapatan dapat dibedakan menjadi

tiga bentuk (Sumardi dan Evers, 1982:92) yaitu.

a. Pendapatan berupa uang

b. Pendapatan berupa barang

c. Lain-lain penerimaan uang dan barang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang

yang sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai balas jasa atau

kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah

serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih

dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan

barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi, serta

keuntungan sosial. Pendapatan berupa barang adalah segala

penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa tetapi tidak selalu

(38)

Barang-barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga

pasar sekalipun tidak diimbangi dan disertai transaksi uang oleh

yang menikmati barang dan jasa tersebut, demikian pula

penerimaan barang secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa

dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan

pendapatan berupa barang.

Untuk lain-lain penerimaan uang dan barang yang dipakai

sebagai pedoman adalah segala penerimaan yang bersumber

transfer atau redistribusi dan biasanya membawa perubahan dalam

keuangan rumah tangga, misalnya penjualan barang-barang yang

dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang,

kiriman uang, menang judi. Menurut (Spillane, 1982:16) ketiga

bentuk pendapatan dapat dirinci dalam kategori sebagai berikut.

a. Pendapatan berupa uang

a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari:

Kerja Pokok

Kerja Sampingan

Kerja Lembur

Kerja kadang-kadang

b) Dari usaha sendiri meliputi:

Hasil bersih dari usaha sendiri

Komisi

(39)

c) Dari investasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak

milik tanah.

d) Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh

dari kerja sosial.

b. Pendapatan berupa barang

a) Bagian pendapatan upah dan gaji yang diwujudkan

dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan

dan rekreasi.

b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah,

antara lain pemakaian barang yang diproduksi di

rumah, sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap

rumah sendiri yang ditempati.

c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan

a) Penghasilan tabungan

b) Penjualan barang-barang yang dipakai

c) Penaguhan piutang

d) Pinjaman uang

e) Kiriman uang

f) Hadiah atau pemberian

g) Warisan

(40)

B. Kerangka Berfikir

1. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari

Tingkat Pendidikan.

Cara pandang masyarakat terhadap profesi guru sangat dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan masyarakat tersebut. Masyarakat yang satu

dengan masyarakat yang lain mempunyai pandangan yang

berbeda-beda pula tentang profesi guru karena mereka memiliki tingkat

pmikiran yang berbeda berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki.

Pada umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin

tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan yang dimiliki juga akan

semakin luas pula. Dengan pengetahuan yang luas tersebut maka

masyarakat akan mengetahui keadaaan luar yang sekarang ini sedang

terjadi. Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi pasti akan

mengetahui pekerjaan mana yang sangat menjanjikan pada saat seperti

sekarang ini.

Masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi pasti akan

memilih pekerjaan yang menuntut tingkat pendidikan yang tinggi

sehingga mereka akan memilih pekerjaan seperti dokter, pengacara,

direktur atau konsultan IT yang mampu untuk menghidupi

keluarganya. Sebaliknya masyarakat yang mempunyai pendidikan

rendah mereka akan memilih pekerjaan sesuai dengan pendidikannya

saja dan hasil yang diperolehnya cukup untuk membiayai hidup

(41)

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2001:89) menemukan

tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari

tingkat pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Noveanta

(2002:86) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap

profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis

Pekerjaan.

Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh imbalan atau penghasilan.. Masyarakat akan

memilih jenis pekerjaan yang dapat dijadikan sebagai sumber utama

penghasilan. Profesi guru adalah profesi yang dapat diandalkan karena

memberikan penghasilan rutin diterima setiap bulan meskipun

jumlahnya tidak besar.

Walaupun gaji yang diterima tidak terlalu besar, pekerjaan sebagai

seorang guru tidak membutuhkan jam kerja yang lama. Seorang guru

tidak perlu banyak membuang waktu untuk bekerja, profesi guru yang

membutuhkan jam kerja setengah hari tersebut sangat menguntungkan

karena akan banyak waktu digunakan untuk mengurus keluarga di

rumah terutama dapat mengurus anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2001:87) menemukan

tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari

(42)

Priyo (2001:97) menemukan tidak ada perbedaan persepsi siswa

terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari

Pendapatan.

Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan masyarakat yang

bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan.

Dengan meningkatnya bahan-bahan kebutuhan pokok seperti sekarang

ini sudah pasti semua masyarakat menginginkan pendapatan yang

besar yang mampu memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.

Masyarakat yang ingin memperoleh pendapatan yang besar mereka

pasti akan memilih pekerjaan sebagai dokter, manajer, pengacara, dll

sehingga dapat mencukupi semua kebutuhan yang mereka inginkan.

Apabila masyarakat yang ingin memperoleh pendapatan yang cukup

mereka akan memilih menjadi seorang guru. Sebenarnya selain

mengandalkan gaji yang diterima dari setiap bulan, seorang guru bisa

mencari pendapatan diluar pekerjaan mengajar di sekolah. Guru dapat

membuka les privat di rumah atau dapat berwiraswasta sehingga

pendapatannya dapat bertambah akhirnya dapat mencukupi kebutuhan

hidup sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuniyanti (2005:61) menemukan

ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari

(43)

C. Hipotesis

1. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan

tingkat pendidikan.

2. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan

jenis pekerjaan.

3. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru berdasar

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan penulis gunakan meliputi:

1. Deskriptif

Suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud

dan keadaan sebagai mana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar

mengungkapkan fakta (Warsito, 1986:8)

2. Studi Kasus

Suatu penelitian tentang subyek tertentu, dimana subyek tersebut

terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek

yang diteliti (Arifin, 1986:137).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Sembung, Kalurahan

Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY dan

dilaksanakan bulan April-Mei. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut

karena masyarakat di Kecamatan Pakem berasal dari keluarga yang status

sosial ekonominya berbeda-beda sehingga penulis menganggap elevan

(45)

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian : Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan

Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten

Sleman, Provinsi DIY

Objek Penelitian : Persepsi masyarakat terhadap profesi guru

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat di kecamatan Pakem.

2. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Sampel dari penelitian adalah 100 masyarakat yang ada

di kecamatan Pakem. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto

(1991:104), apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya apabila jumlah subeknya besar dapat diambil 10%-15%

atau 20%-25% atau lebih.

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel berjumlah 100 orang

responden dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Random

Sampling yang dikenal juga dengan nama Sampling Acak Sederhana.

(46)

sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada tiap-tiap

subjek untuk diambil sebagai anggota sampel.

E. Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek

penelitian atau faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti.

1. Pengelompokkan Variabel

a. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat

terhadap profesi guru

b. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah.

Tingkat Pendidikan (X1)

Jenis Pekerjaan (X2)

Pendapatan (X3)

2. Definisi dan Pengukuran Variabel

a. Persepsi Masyarakat

Adapun definisi operasional profesi guru adalah sebagai berikut.

Tabel III.1

Kisi-kisi penyusunan kuesioner

Nomor item No Faktor

Pernyataan + Pernyataan -

(47)

e. Banyak waktu luang. f. Gaji cukup.

g. Dituntut belajar terus. h. Kerja keras dan sulit. i. Tanggung jawab besar.

j. Kerjanya selalu diteropong orang.

Alternatif jawaban untuk kuesioner menggunakan skala pengukuran

dari model Likert, yaitu.

Tabel III.2

Persepsi Masyarakat

Pernyataan + Pernyataan -

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

b. Indikator status sosial ekonomi yang digunakan adalah sebagai

berikut.

1) Tingkat Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang

pernah ditempuh oleh masyarakat yang meliputi pendidikan

dasar (SD dan SLTP), pendidikan menengah (SMU dan SMK),

dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi dan akademik),

indikatornya.

1) Rendah ( s/d SMU atau sederajat )

(48)

2) Jenis Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat

untuk mendapatkan penghasilan setiap bulan.

Didalam penelitian ini, penulis membedakan jenis pekerjaan

sebagai berikut.

1) Pegawai negeri sipil

2) Bukan pegawai negeri sipil

3) Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan

rata-rata setiap bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha

tertentu yang dinyatakan dalam nilai rupiah. Dalam penelitian

ini yang dimaksud adalah tingkat pendapatan setiap bulannya.

Adapun pedoman untuk memberikan skor pada alternatif

jawaban adalah sebagai berikut.

1) Rendah ( Rp 1.500.000 )

2) Tinggi ( > Rp 1.500.000 )

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan teknik sebagai berikut.

a. Kuesioner atau angket responden

Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis

(49)

jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam

penelitian ini kuesioner yang digunakan terbagi dalam 2 bagian yaitu.

Bagian I : berupa pertanyaan mengenai identitas responden

Bagian II : berupa pertanyaan tentang sikap responden terhadap

profesi guru.

b. Wawancara atau teknik interview

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh keterangan-keterangan yang

diperlukan. Wawancara dilakukan dengan jalan memberi pertanyaan

secara langsung kepada masyarakat di kecamatan pakem.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen

tertulis yang tersedia di kantor kecamatan sebagai datanya, misalnya

jumlah masyarakat di kecamatan pakem, jenis pekerjaan dan segala hal

yang kiranya masih ada korelasi dengan penelitian ini.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Agar kuesioner dapat dinyatakan sahih dan handal maka diperlukan

pengujian kuesioner. Pengujian kuesioner ini berupa.

a. Pengujian kesahihan (validitas) kuesioner

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang

ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur

(50)

valid suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Dalam proses perhitungan, secara teknis peneliti

menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows versi 12.

Untuk mengetahui validitas instrumen atau kuesioner, terlebih dahulu

item instrumen ini diuji cobakan pada 30 responden. Pengujian item

instrumen dilakukan di masyarakat Dusun Sembung, Kalurahan

Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman kemudian

mencari r tabel yaitu dengan dk = n-2 dengan taraf signifikansi 5% (dk

= 30-2 = 28, 5%) sehingga diperoleh r tabel 0,361 dengan ketentuan

apabila r hitung > r tabel pada n = 30 dengan taraf signifikansi 5% maka

item instrumen tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila r hitung < r

tabel maka item instrumen tidak valid. Pengujian validitas pada 60 item,

terdapat 18 item yang tidak valid yaitu item 3, 8, 9, 10, 20, 25, 26, 29,

39, 41, 43, 46, 48, 51, 52, 53, 58, 60. Untuk item yang tidak valid

saran dari dosen pembimbing item tersebut dihapus.

Adapun rangkuman dari hasil pengujian validitas dapat dilihat dalam

lampiran.

b. Pengujian keandalan (reliabilitas) kuesioner

Untuk menguji keandalan (reliabilitas) digunakan teknik koefisien

Alpha dan Cronbach. Dalam proses perhitungan, secara teknis peneliti

menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows versi 12.

(51)

Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem kemudian mencari r tabel

yaitu dengan dk = n-2 dengan taraf signifikansi 5% (dk = 30-2 = 28,

5%) menunjukkan nilai r tabel = 0,239. Apabila r alpha > r tabel maka item

instrumen tersebut reliabel, sebaliknya apabila r alpha < r tabel maka item

instrumen tidak reliabel.

Tabel III.3

Dari tabel diatas diketahui nilai Cronbach Alpha 0,921. Karena r Alpha

> r tabel yaitu 0,921 > 0,239 maka item instrumen tersebut dinyatakan

reliabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dilakukan karena akan digunakan sebagai

langkah selanjutnya dalam melakukan analisis data, selain itu

dimaksudkan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan agar

tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

(52)

tidak. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus

Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 1999:255) yang dinyatakan dengan rumus.

Dmaksimum =

[

Sn1

( )

XSn2

( )

X

]

Sn1 (X) : Distribusi kumulatif yang ditentukan

Sn2 (X) : Distribusi kumulatif yang diobservasi

Cara menarik kesimpulan Ho diterima bila nilai asymtotik sig > 0.05, dan sebaliknya.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk pengujian lebih dari dua

sample. Sedangkan esensi dari pengujian ini adalah sama, yaitu

untuk mengetahui apakah sample mempunyai varians yang

sama. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus One Way Anova.

Dasar pengambilan keputusan jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan sebaliknya.

Hipotesis:

Ho : ketiga varians populasi adalah identik

Ha : ketiga varians populasi adalah tidak identik

2. Pengujian hipotesis

Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunakan

(53)

mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua

populasi, dengan melihat rata-rata dua sampel.

Hipotesi:

Ho = Ketiga varians populasi adalah identik

Ha = Ketiga varians populasi adalah tidak identik

(54)

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini, penulis telah menyebar kuesioner di

Masyarakat Padukuhan Sembung, Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan

Pakem, Kabupaten Sleman. Masyarakat yang menjadi responden adalah

masyarakat di Pedukuhan Sembung yang berjumlah 100 orang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap

profesi guru ditinjau dari status sosial ekonomi. Dari kuesioner ini dapat

diketahui berbagai karakteristik masyarakat sebelum dianalisis. Persepsi

masyarakat terhadap profesi guru dikelompokkan ke dalam kategori tinggi

dan rendah.

Data mengenai gambaran umum masyarakat diperoleh melalui

wawancara langsung dengan lurah desa yaitu bapak Drs. H. Suharno.

Selain itu peneliti juga mempelajari dokumen-dokumen yang ada seperti

dokumen tentang keadaan ekonomi masyarakatnya.

Kuesioner dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu:

Bagian I : berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang berisi

karakteristik masyarakat di Padukuhan Sembung yang meliputi jenis

kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan jumlah pendapatan.

Bagian II : berupa daftar pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi

(55)

Berikut ini penjelasan dari masing-masing karakteristik masyarakat yang

menjadi sampel penelitian,

1. Data persepsi responden terhadap profesi guru

a.Data persepsi responden terhadap profesi guru menurut tingkat

pendidikan

Dari data tingkat pendidikan masyarakat penulis

membedakan responden ke dalam kelompok masyarakat dengan

tingkat pendidikan tinggi dan ke dalam kelompok masyarakat

dengan tingkat pendidikan rendah.

Responden dikelompokkan ke dalam kategori berikut ini.

1) Kelompok tinggi

Semua masyarakat berpendidikan Diploma ke atas.

2) Kelompok rendah

Semua masyarakat berpendidikan di bawah atau sama dengan

SMU

Tabel IV.1

Data responden terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat

pendidikan masyarakat

Pendidikan masyarakat Jumlah Persentase

Tinggi ( diploma ke atas) 38 38 %

Rendah (s/d SMU atau sederajat) 62 62 %

(56)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

ternyata kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi

lebih sedikit dibandingkan kelompok masyarakat dengan tingkat

pendidikan rendah. Kelompok masyarakat yang mempunyai

tingkat pendidikan tinggi sebanyak 38 orang atau sebesar 38 %,

sedangkan kelompok masyarakat yang mempunyai tingkat

pendidikan rendah sebanyak 62 orang atau 62 %. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat di Padukuhan Sembung yang

menjadi responden sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan

rendah.

b.Data persepsi responden terhadap profesi guru menurut jenis

pekerjaan

Dari data jenis pekerjaan masyarakat, penulis membedakan

responden ke dalam kelompok masyarakat yang bekerja sebagai

pegawai negeri sipil dan kelompok masyarakat yang bekerja bukan

sebagai pegawai negeri sipil.

Tabel IV.2

Data responden terhadap profesi guru ditinjau dari jenis

pekerjaan masyarakat

Jenis pekerjaan Jumlah Persentase

Pegawai negeri sipil 34 34 %

Bukan pegawai negeri sipil 66 66 %

(57)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

ternyata kelompok masyarakat yang bekerja bukan sebagai

pegawai negeri sipil lebih banyak dibandingkan dengan kelompok

masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Kelompok

masyarakat yang bekerja bukan sebagai pegawai negeri sipil

sebanyak 66 orang atau 66 % dan kelompok masyarakat yang

bekerja sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 34 orang atau 34 %.

Ini berarti bahwa masyarakat di Padukuhan Sembung yang menjadi

responden sebagian besar bukan bekerja sebagai pegawai negeri

sipil.

c.Data persepsi responden terhadap profesi guru menurut tingkat

pendapatan

Dari data tingkat pendapatan masyarakat, penulis

membedakan responden ke dalam kelompok masyarakat dengan

tingkat pendapatan tinggi dan ke dalam kelompok masyarakat

dengan tingkat pendapatan rendah.

Responden dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut:

1) Kelompok rendah

Semua masyarakat yang mempunyai pendapatan Rp 1.500.000

2) Kelompok tinggi

(58)

Tabel IV.3

Data responden terhadap profesi guru ditinjau dari

tingkat pendapatan masyarakat

Tingkat pendapatan Jumlah Persentase

Tingkat pendapatan rendah ( Rp 1.500.000) 71 71 %

Tingkat pendapatan tinggi (> Rp 1.500.000 29 29 %

100 100 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

ternyata kelompok masyarakat yang mempunyai pendapatan

rendah lebih banyak dibandingkan kelompok masyarakat yang

mempunyai pendapatan tinggi. Kelompok masyarakat yang

mempunyai pendapatan rendah sebanyak 71 orang atau 71 % dan

kelompok masyarakat yang mempunyai pendapatan tinggi hanya

29 orang atau 29 %. Ini berarti bahwa masyarakat di Padukuhan

Sembung yang menjadi responden sebagian besar mempunyai

pendapatan rendah.

B. Pengujian Prasyarat

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program

(59)

mengetahui distribusi data masing-masing variabel dengan

menggunakan level of significant ( ) 5%. Pengambilan kesimpulan apabila nilai Asymptotik Sig > 0,05 maka distribusi datanya normal, sebaliknya apabila nilai Asymptotik Sig < 0,05 maka distribusi datanya tidak normal.

a) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendidikan

Variabel persepsi masyarakat terhadap profesi guru

menurut tingkat pendidikan dibagi dua, yaitu persepsi

masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendidikan rendah dan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut tingkat pendidikan tinggi. Setelah

dilakukan pengujian dengan menggunakan bantuan

komputer program SPSS 12.0 diperoleh Asymtotik Sig

persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok

yang tingkat pendidikannya rendah Asymptotik Sig 0,475 (lampiran 5). Oleh karena Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap

profesi guru untuk kelompok yang tingkat pendidikannya

rendah berdistribusi normal.

Sedangkan Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang tingkat

(60)

0,05 (lampiran 5) maka dapat disimpulkan bahwa persepsi

masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang

tingkat pendidikannya tinggi berdistribusi normal.

b) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis

pekerjaan

Variabel persepsi masyarakat terhadap profesi guru

menurut jenis pekerjaan dibagi dua jenis pekerjaan, yaitu

persepsi masyarakat terhadap profesi guru yang bekerja

sebagai pegawai negeri sipil dan persepsi masyarakat

terhadap profesi guru yang bekerja bukan sebagai pegawai

negeri sipil. Setelah dianalisis dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS 12.0 diperoleh Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil 0,943

(lampiran 5). Oleh karena Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap

profesi guru untuk kelompok yang bekerja sebagai pegawai

negeri sipil berdistribusi normal.

Sedangkan Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang bekerja bukan

sebagai pegawai negeri sipil 0,747 (lampiran 5). Oleh

(61)

kelompok yang yang bekera bukan sebagai pegawai negeri

sipil berdistribusi normal. .

c) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendapatan.

Variabel persepsi masyarakat terhadap profesi guru

menurut tingkat pendapatan dibagi dua yaitu persepsi

masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendapatan rendah dan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut tingkat pendapatan tinggi. Setelah

dianalisis dengan menggunakan bantuan komputer program

SPSS 12.0 diperoleh Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang tingkat

pendapatannya rendah 0,965 (lampiran 5). Oleh karena

Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok

yang tingkat pendapatannya rendah berdistribusi normal.

Sedangkan Asymtotik Sig persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok yang tingkat

pendapatannya tinggi 0,963 (lampiran 5). Oleh karena

Asymptotik Sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap profesi guru untuk kelompok

(62)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk pengujian lebih

dari dua sampel. Sedangkan esensi dari pengujian ini

adalah sama, yaitu untuk mengetahui apakah sampel

mempunyai varians yang sama. Untuk mengetahui hal

tersebut digunakan rumus One Way Anova dengan bantuan komputer SPSS 12.0. Pengambilan kesimpulan apabila nilai

probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, dan sebaliknya. a) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendidikan

Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS 12.0 hasil pengujian dua

kelompok sampel diperoleh probabilitas persepsi

masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendidikan 0,316 (lampiran 6). Oleh karena probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dua kelompok

sampel menurut tingkat pendidikan mempunyai varians

yang sama.

b) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis

pekerjaan

Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS 12.0 hasil pengujian dua

(63)

masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan

hasil yang diperoleh 0,734 (lampiran 6). Oleh karena

probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dua kelompok sampel menurut jenis pekerjaan mempunyai

varians yang sama.

c) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendapatan

Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS 12.0 hasil pengujian dua

kelompok sampel diperoleh probabilitas persepsi

masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

pendapatan hasil yang diperoleh 0,994 (lampiran 6). Oleh

karena probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dua kelompok sampel menurut tingkat

pendapatan mempunyai varians yang sama.

C. Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini ada 3 hipotesis yang akan diuji. Pengujian

hipotesis menggunakan bantuan program komputer SPSS 12.0.

(64)

1. Pengujian Hipotesis Pertama

a) Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut tingkat pendidikan

Ha = Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut tingkat pendidikan

b) Pengujian Hipotesis Pertama

Dasar pengambilan keputusan jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan sebaliknya. Terlihat bahwa thitung

(lampiran 7) untuk tingkat pendidikan adalah -0,733 dengan

probabilitas 0,465. Oleh karena probabilitas 0,465 > 0,05 maka Ho gagal ditolak yang artinya bahwa tidak ada perbedaan

antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut

tingkat pendidikan.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

a) Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut jenis pekerjaan

Ha = Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut jenis pekerjaan.

b) Pengujian Hipotesis Kedua

(65)

(lampiran 7) untuk jenis pekerjaan adalah -0,928 dengan

probabilitas 0,356. Oleh karena 0,356 > 0,05 maka Ho gagal ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi

masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

a) Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut tingkat pendapatan

Ha = Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru menurut tingkat pendapatan.

b) Pengujian Hipotesis

Dasar pengambilan keputusan jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan sebaliknya. Terlihat bahwa t hitung

(lampiran 7) untuk tingkat pendapatan adalah -0,215 dengan

probabilitas 0,831. Oleh karena 0,831 > 0,05 maka Ho gagal ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi

masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat pendapatan.

D. Pembahasan

1. Perbedaan persepsi responden terhadap profesi guru menurut

tingkat pendidikan.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh

(66)

terhadap profesi guru menurut tingkat pendidikan. Menurut

pendapat penulis tidak adanya perbedaan persepsi tersebut

disebabkan karena berdasarkan data yang didapatkan penulis

kebanyakan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh

masyarakat Padukuhan Sembung adalah pendidikan rendah,

sehingga kebanyakan dari masyarakat menilai pendidikan guru

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada pendidikan

yang telah ditempuh oleh masyarakat pada umumnya. Menurut

pendapat Ririnsih Riwayani (2005:69) pendidikan adalah

kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang

termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan

keterampilan. Tanpa bekal pendidikan, orang akan mengalami

kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru di

dalam cara atau suatu sistem kerja. Pendidikan yang dimaksud

disini adalah pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan

Tinggi. Jika dilihat dari pendapat penulis tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa pendidikan tinggi sudah pasti diperoleh

oleh seorang guru yang bertugas mengajar dan mendidik

peserta didik, sedangkan dalam masyarakat Padukuhan

Sembung pada umumnya hanya mempunyai tingkat pendidikan

(67)

Penelitian yang dilakukan oleh Ririn Kurniawati (2002:85)

mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan persepsi siswa

terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang

tua. Hal yang didapat dari penelitian ini adalah adanya

perbedaan persepsi terhadap profesi guru antara siswa yang

orang tuanya memiliki tingkat pendidikan tinggi dan siswa

yang orang tuanya dengan tingkat pendidikan rendah. Hal itu

disebabkan karena kemampuan orang tua dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu semangat anak

untuk mencapai hal serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan

yang tinggi akan membuat orang tua semakin positif sikapnya

pada dunia pendidikan sehingga akan selalu menyadarkan dan

mendorong anaknya untuk selalu rajin belajar sehingga

menjadi orang yang berpengetahuan. Anak cenderung akan

meniru atau bercermin pada orang tuanya. Tingkat pendidikan

orang tua yang dicapai akan membawa pengaruh yang luas

pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya berpengaruh

pada tingkat penguasaan pengetahuan tetapi juga berpengaruh

pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan dan

status sosial dalam masyarakat.

Berbicara mengenai pendidikan, telah dirancang

Undang-Undang (UU) tentang guru dan dosen, yang pada intinya

Gambar

Tabel
Tabel III.1
Tabel III.2
tabel maka item instrumen tidak valid. Pengujian validitas pada 60 item,
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research-CAR ) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dari empat tahap

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

[r]

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

Dalam hal Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota dibebastugaskan dari jabatannya karena diusulkan untuk diberhentikan dengan tidak hormat dengan alasan melakukan

Berdasarkan Kedekatan Kelompok Kabupaten dan Kota di Jawa Barat dengan variabel yang dianalisis, kelompok 1 yaitu kota Bandung , kota Bekasi, Kota Depok, kota Cimahi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah