• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKADAN KERANGKA BERPIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKADAN KERANGKA BERPIKIR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKADAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka

1. Lahan

a. Pengertian Lahan

Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya merangkum semua tanda pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan (relief),hidrologi, populasi tumbuhan, dan hewan serta hasil kegiatan manusia masalalu dan masa kini, yang bersifat mantap atau mendaur (Peraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup No 17 Tahun 2009).

Sedangkan menurut Undang – Undang No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lahan diartikan sebagai bagian daratan dari permukaan bumi yaitu suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.

Menurut Dardak (2005: 1), lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik unik yaitu (1) sediaan/ luas relatif tetap karena perubahan luas akibat proses alami (sedimentasi) dan proses artifisial (reklamasi) sangat kecil, (2) memiliki sifat fisik (jenis batuan, kandungan mineral, topografi, dsb.) dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat yang cenderung spesifik. FAO dalam Arsyad (2010: 310) juga mengartikan Lahan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas, iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap potensi penggunaan lahan.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa lahan adalah suatu lingkungan fisik dengan segala ciri yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi beserta segala sesuatu yang berada diatasnya termasuk kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan.

(2)

b. Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor:07/Permentan/OT.140/2/2012 Tentang Pedoman Teknis Kriteria DanPersyaratan Kawasan, Lahan, Dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bentuk penutupan permukaan lahan atau pemanfaatan lahan baik yang merupakan bentuk alami maupun buatan manusia.

Sedangkan menurut Arsyad (2010: 311), Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan besar yaitu :

1) Penggunaan Lahan Pertanian

Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat diatas lahan tersebut.

Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alangalang dan sebagainya (Arsyad, 2010: 311).

2) Penggunaan Lahan Bukan Pertanian

Direktorat Land Use dalam Arsyad (2010: 311) menyebutkan Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya.

Berikut ini merupakan jenis penggunaan lahan menurut Sandy (1977: 26) yaitu:

1) Sawah merupakan lahan yang secara periodik atau terus menerus ditanami padi.

2) Kebun merupakan sebidang tanah yang hanya ditanami dengan jenis tanaman umur pendek, misalnya bunga-bungaan dan sayur-sayuran.

(3)

3) Perkebunan adalah sebidang tanah yang ditanami dengan jenis tanaman yang umumnya panjang, baik oleh usahawan perkebunan besar ataurakyat.

4) Kebun campuran adalah sebidang tanah yang tidak ada jaringan- jaringan pengairan, kualitas cara bertani tidak begitu tinggi, jenis tanaman bemacam-macam, dan letaknya diluar pekarangan.

5) Hutan belukar merupakan tanah yang ditumbuhi semak-semak terutama yang berbatang kecil, bekas ladang semak merupakan tanaman sisa hutan yang lebih lebat yang pohon-pohonnya berbatang besar telah ditebang.

Lebih lanjut Sandy (1977: 43) mengemukakan penggunaan tanah menurut medan dan organisasi masyarakat meliputi:

1) Pertanian lahan kering merupakan usaha pertanian tanah kering terdapat di daerah-daerah yang penduduknya tidak padat, daerah ini tidakmendapat pengairan, mungkin karena memang tidak bisa diairi, atau mungkin juga karena belum ada usaha ke arah pembuatan sarana pengairan.

2) Perkebunan yang dibagi dalam perkebunan besar dan perkebunan rakyat.

3) Tegalan adalah jenis pertanian tanah kering. Tanaman yang diusahakan adalah tanaman musiman, seperti kacang-kacangan, umbi- umbian.

4) Kebun Campuran merupakan sebidang tanah yang terletak diluar pekarangan, dan ditumbuhi oleh macam-macam tanaman secara tercampur.

5) Ladang pidah-pindah terdapat di dataran rendah, didaerah tanah kering,biasanya dijumpai didaerah-daerah yang penduduknya jarang.

Hutan di dataran rendah, dengan hutan di lereng gunung yang tinggi,dimana pengaruh temperatur akan tentunya mengakibatkan beberapa perbedaan.

6) Tanah pertambangan.

(4)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan penggunaan lahan adalah suatu kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan baik berupa pertanian maupun non pertanian guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Daya Dukung Lahan

a. Pengertian Daya Dukung Lahan

“Daya dukung lahan adalah kemampuan lahan untuk menghasilkan produk hayati” (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah).

Muta’ali (2012: 44) lebih menekankan pada pertanian yaitu “daya dukung lahan merupakan kemampuan suatu wilayah dalam memproduksi beras guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk setempat untuk hidup sejahtera atau mencapai kondisi swasembada beras”.Seperti halnya menurut Dasman dalam Muta’ali (2012: 23) “daya dukung lahan adalah jumlah manusia yang kebutuhan makannya dapat dipenuhi dengan produksi dari lahan yang ditanami tanaman makanan tanpa merusak sumberdaya”.

Dari pengertian tersebut, maka daya dukung lahan adalah kemampuan lahan untuk memproduksi tanaman pangan guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk setempat tanpa merusak sumberdaya.

b. Analisis Daya Dukung Lahan

Analisis Daya Dukung (Carrying Capacity Ratio/ CCR) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran mengenai hubungan antara penduduk, penggunaan lahan, dan lingkungan (Muta’ali,2012: 47). Selanjutnya dijelaskan bahwa analisis daya dukung (CarryingCapacity Ratio/CCR) mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang (Muta’ali, 2012: 17)

Konsep daya dukung lahan berasal dari pengelolaan hewan dan satwa liaryang menunjukkan besarnya kemampuan lahan untuk

(5)

mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan luas lahan (Soemarwoto (1997) dalam Muta’ali (2012: 17)).

Konsep daya dukung sudah diperkenalkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992. Undang-Undang ini membedakan konsep daya dukung lahan atas daya dukung alam, daya tampung lingkungan binaan, dan daya tamping lingkungan sosial, pengertian dari masing-masing konsep tersebut adalah sebagai berikut :

1) Daya dukung alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan sumbernya untuk menunjang perikehidupan manusia serta makhluk lain secara berkelanjutan.

2) Daya tampung lingkungan binaan adalah kemampuan lingkungan hidup buatan manusia untuk memenuhi perikehidupan penduduk.

3) Daya tampung lingkungan sosial adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda-beda untuk hidup bersama-sama sebagai satu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib,dan aman.

Konsep daya dukung lahan lebih mudah dan lebih tepat diterapkan dalam masyarakat agraris adalah konsep tekanan penduduk. Banyak pakar lingkungan telah mempelajari hal ini dan telah dikembangkan beberapa rumus matematika untuk memperkirakan daya dukung lahan tersebut.

Pada dasarnya daya dukung lahan itu ditentukan oleh prosentase atau tersedianya lahan yang dapat dipergunakan untuk pertanian dan besarnya hasil pertanian per satuan luas dan waktu. Makin besar persentase lahan yang dapat dipergunakan untuk pertanian maka semakin besar daya dukung lahan tersebut (Soemarwoto, 1997: 209).

c. Pendekatan Daya Dukung Lahan

Daya dukung lingkungan hidup terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).

Kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan daya dukung

(6)

lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 17 Tahun 2009 pendekatan tersebut antara lain:

1) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.

Kemampuan lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat tanah (fisik dan kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan lain. Metode kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang menjelaskan cara mengetahui alokasi pemanfaatan ruang yang tepat berdasarkan kemampuan lahan untuk pertanian yang dikategorikan dalam bentuk kelas dan subkelas. Dengan metode ini dapat diketahui lahan yang sesuai untuk pertanian, lahan yang harus dilindungi, dan lahan yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lainnya.

2) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.

Metode perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan adalah untuk mengetahui daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaansurplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat disuatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati diwilayah tersebut, sedangkan keadaan deficit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati wilayah tersebut.

3) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air menunjukkan cara perhitungan daya dukung air disuatu wilayah, dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air bagi penduduk yang hidup diwilayah itu. Metode ini menunjukkan sumberdaya air disuatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit.

Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air.

(7)

Dalam hal ini, analisis daya dukung dapat digunakan untuk menilai tingkat kemampuan lahan pertanian dalam mendukung aktivitas manusia terutama dalam penyediaan kebutuhan pangan.Moniaga (2011: 62) juga berpendapat bahwa analisis daya dukung lahan pertanian perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan lahan untuk menyediakan pangan bagi pemenuhan kebutuhan penduduk di suatu daerah dan waktu tertentu.

Analisis daya dukung lahan juga dapat digunakan untuk menilai besarnya tekanan penduduk yang terjadi di suatu daerah akibat besarnya jumlah penduduk yang menyebabkan luas lahan garapan cenderung semakin kecil. Soemarwoto (1989) dalam Muta’ali (2012: 11) mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat di perdesaan akan berakibat menambah tekanan penduduk dan menurunkan nisbah lahan pertanian terhadap penduduk.

Selanjutnya dijelaskan bahwa tekanan penduduk terjadi ketika di daerah yang bersangkutan jumlah penduduknya telah melampaui daya dukung (Muta’ali, 2012: 73). Dalam menganalisis tekanan penduduk masyarakat agraris ada masalah yang perlu diperhatikan yaitu tersedianya lahan pertanian, tingkat kepadatan penduduk dan permintaan lahan di luar sektor pertanian (Soemarwoto, 1997: 225).

Berdasarkan pernyataan di atas, pendekatan yang digunakan dalam analisis daya dukung lahan pertanian yaitu kemampuan lahan dan tekanan penduduk terhadap lahan.

3. Tekanan Penduduk

Tekanan penduduk (population pressure) merupakan gejala adanya kelebihan penduduk (overpopulation) di suatu daerah, mengingat ketersediaan sumberdaya yang terdapat untuk kehidupan penduduk, sesuai dengan standar hidup yang diinginkan di daerah yang bersangkutan (Muta’ali, 2012: 73).

Menurut Caffey (1999) berpendapat bahwa pesatnya pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan bencana ekologis.

(8)

Muta’ali (2012: 74) mengemukakan faktor (variabel) dasar yang menentukan tekanan penduduk terhadap tanah pertanian di suatu daerah (wilayah) adalah:

a. Jumlah penduduk petani dan keluarganya

b. Luas tanah pertanian yang tersedia atau yang dapat diusahakan c. Standar hidup yang diinginkan

d. Sistem pertanian yang dipraktekan ataupun diterapkan

e. Pendapatan yang bersumber dari luar usaha tani (luar pertanian)

Sementara itu, Moniaga (2011: 63) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi tekanan penduduk adalah struktur pekerjaan, kemampuan lahan, dan kepadatan agraris. Dalam penelitian ini, faktor yang digunakan untuk menentukan tekanan penduduk terhadap pertanian di daerah penelitian yaitu:

a. Jumlah penduduk b. Persentase petani

c. Standar hidup yang diinginkan

d. Tingkat pertumbuhan penduduk tahunan e. Luas lahan pertanian yang tersedia

Cara mengetahui tekanan penduduk terhadap lahan menggunakan konsep tekanan penduduk yang dikemukakan oleh Soemarwotto (1985) dalam Muta’ali (2012: 74) yang mengasumsikan bahwa wilayah Indonesia sebagian besar masih berciri agraris daerah pedesaan. Namun, dalam sekarang ini, konsep tersebut telah mengalami tiga bentuk perkembangan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Berikut ini merupakan formula yang dapat digunakan untuk mengetahui tekanan penduduk terhadap lahan.

a. Tekanan penduduk model pertama yang mengasumsikan bahwa penduduk hanya hidup dari lahan pertanian yang digarapnya dengan rumus:

b. Tekanan penduduk model kedua merupakan perkembangan model pertama dengan menambahkan pendapatan penduduk dari sector

(9)

pertanian, semakin besar pendapatan penduduk dari sektor nonpertanian, tekanan penduduk pada lahan pertanian berkurang. Rumus tekanan penduduk model kedua yaitu:

Keterangan :

TP : tekanan penduduk terhadap lahan pertanian t : periode waktu perhitungan

Zt : luas lahan yang diperlukan untuk mendukung kehidupan seorang petani pada tingkat hidup yang diinginkan(ha/orang)

f : persentase petani di dalam populasi

P0 : besarnya penduduk pada waktu acuan waktu t0 (orang) r : rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk tahunan

L : luas lahan pertanian yang ada di wilayah yang bersangkutan A : persentase pendapatan non pertanian (0<a<1)

ß : bagian manfaat lahan yang dinikmati oleh petani atau penggarap (0<ß<1)

Tekanan penduduk terhadap lahan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :

Tabel.2.1 Klasifikasi Nilai Tekanan Penduduk

No. Nilai TP Kelas

1. <1 Rendah*

2. 1-2 Sedang

3. >2 Tinggi*

(Sumber : Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS Nomor P.04/V-SET/2009

*dengan modifikasi dalam Arie (2005: 47))

Menurut Arie Agustina Fitriani (2003) nilai tekanan penduduk lebih dari satu (TP>1), maka dapat disimpulkan bahwa tekanan penduduk tersebut sudah diambang batas.

(10)

4. Daya Dukung Lahan berdasarkan Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Tekanan penduduk (population pressure) merupakan gejala adanya kelebihan penduduk di suatu daerah, mengingat ketersediaan sumberdaya yang terdapat untuk kehidupan penduduk sesuai dengan standar hidup yang diinginkan di daerah bersangkutan (Muta’ali, 2012: 73).

Moniaga (2011: 63) mengemukakan bahwa tekanan penduduk banyak terjadi di wilayah yang mempunyai kemampuan lahan rendah. Senada dengan Muta’ali (2012: 73) yang mengungkapkan bahwa tekanan penduduk terjadi ketika di daerah yang bersangkutan jumlah penduduknya telah melampaui daya dukung.

Cara mengetahui tekanan penduduk di daerah penelitian menggunakan rumus model pertama dengan formulasi sebagai berikut:

Hasil perhitungan tekanan penduduk digunakan sebagai pendekatan dalam menentukan daya dukung lahan. Martopo (1984 dan 1989) dalam Muta’ali (2012: 77) mengungkapkan bahwa besarnya daya dukung lahan adalah 1/TP. Nilai daya dukung lahan berdasarkan tekanan penduduk terhadap lahan dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut:

DDL = 1/TP atau TP =1/DDL

Konteks daya dukung lahan yang diperoleh berdasarkan formulasi di atas adalah semakin tinggi tekanan penduduk terhadap lahan maka semakin rendah daya dukung lahannya. Sebaliknya semakin rendah tekanan penduduk terhadap lahan maka semakin tinggi daya dukung lahanya.Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daya dukung lahan dan tekanan penduduk terhadap lahan memiliki hubungan berbanding terbalik.

Menurut Sri Rahayu (2014) daya dukung lahan pertanian diklasifikasikan terdiri atas 2 macam daya dukung lahan pertanian yaitu optimal dan rendah. Analisis ini digunakan untuk menilai daya dukung lahan suatu wilayah jika dilihat dari tekanan penduduknya yang bermanfaat dalam

(11)

pengambilan kebijakan arahan penggunaan lahan secara lestari sehingga tidak melampaui ambang batas daya dukung lahannya.

5. Produktivitas a. Produksi

Produksi tanaman adalah nilai bobot hasil tanaman per satuan luas (Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian, 2006: 3). Produksi juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya produk usaha tani yang diperoleh dalam rentang waktu tertentu (www.wikipedia.com).

Dalam bidang pertanian, yang dimaksud dengan produksi adalah jumlah berat hasil panen yang dikumpulkan dari tempat pemeliharaan yang diusahakan dengan skala kecil maupun skala besar, biasanya dalam satuan kilogram atau ton (Tim Penyusun Kamus PS, 2003: 402).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produksi padi merupakan banyaknya produk padi yang diperoleh persatuan luas dalam waktu tertentu.

b. Produksi Pertanian Tanaman Pangan

Menurut Mubyarto (1991: 16), “pertanian mempunyai arti luas dan sempit”. Menurut arti luas, pertanian mencakup :

1) Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit 2) Perkebunan ( perkebunan rakyat dan perkebunan besar ) 3) Kehutanan

4) Peternakan

5) Perikanan (darat dan laut)

Menurut arti sempit pertanian mencakup pertanian rakyat, yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian dan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan pekarangan.

(12)

c. Permasalahan Produksi Tanaman Pangan

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar masyarakat.

Hal tersebut mengharuskan lahan pertanian untuk tetap menjaga bahkan meningkatkan produksi hasil pertanian tanaman pangan. Namun, sekarang ini banyak permasalahan yang muncul terkait peningkatan produksi tanaman pangan dihampir semua daerah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh :

1) tingginya alih fungsi lahan 2) menurunnya kesuburan tanah

3) buruknya infrastruktur jaringan irigasi

4) meluasnya area yang berpotensi terkena gangguan bencana alam, seperti kebanjiran, kekeringan, longsor, serangan organism pengganggu tanaman (OPT) dll.

5) Sarana dan alat mesin pertanian pra dan pasca panen yang mahal (www.puslittan.bogor.net)

d. Produktivitas

Sinungan (2003: 12) menyatakan bahwa secara umum produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupunfisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Sedangkan produktivitas lahan adalah kemampuan atau daya dukung lahan tersebut untuk didapatkan nilai bobot hasil tertinggi per satuan luas dalam satuan waktu tertentu (Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian, 2006: 3)

Perhitungan produktivitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (2006)

(13)

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pertanian

Menurut Lee (2011) menunjukkan bahwa kepemilikan tanah bukan faktor untuk menentukan produktivitas pertanian, tetapi infrastruktur dan lembaga pertanian yang berpengaruh pada produktivitas pertanian.

Soekartawi (2003: 4) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pertanian dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1) Faktor Biologi

Faktor biologi tersebut seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas,pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.

2) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga tenaga kerja,tingkat pendidikan,tingkat pendapatan, resiko, dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.

Menurut penelitian Khoirunnisa (2013) Produktivitas padi di Kecamatan Sidoharjo diklasifikasikan menjadi tiga kelas. Kelas tertinggi yaitu 12,9 Ton/Ha/Th terdapat di Desa Jambanan dan Desa Taraman, sedangkan kelas terrendah yaitu 2,8-6,2 Ton/Ha/Th terdapat di lima desa, yaitu Desa Bentak, Desa Purwosuman, Desa Patihan, Desa Duyungan, dan Desa Jetak. Terdapat kecenderungan berbanding lurus antara daya dukung lahan berdasarkan kemampuan lahan dengan produktivitas padi di Kecamatan Sidoharjo Tahun 2012. Terdapat kecenderungan berbanding lurus antara daya dukung lahan berdasarkan tekanan penduduk terhadap lahan dengan produktivitas padi di Kecamatan Sidoharjo Tahun 2012.

6. Daerah Aliran Sungai (DAS) a. Pengertian Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke

(14)

danau atau lautan.Pemisah topografis adalah punggung bukit dan pemisah bawah berupa batuan (UU PSDA, 2004). Dalam sebuah DAS terdapat keterkaitan dan ketergantungan antara berbagai komponen ekosistem (vegetasi, tanah, dan air) dengan berbagai bagian dan lokasi (hulu dan hilir).

Menurut Asdak (2007), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, daerah dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi hutan pinus dan perkebunan rakyat. DAS bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas.DAS sebagai suatu ekosistem, tempat unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi.

Ekosistem DAS merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap DAS. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan (Asdak, 2007: 10). Komponen yang dimaksud adalah komponen biotik dan abiotik. Setiap komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri, sehingga aktifitas suatu komponen ekosistem akan selalu memberikan pengaruh pada komponen ekosistem lainnya.

Manusia merupakan salah satu ekosistem biotik yang penting dan dinamis. Dalam menjalankan aktifitasnya sering mangakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan dan untuk kemudian mempengaruhi ekosistem secara berurutan.

(15)

b. Pembagian Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Bagian Hulu

a) Merupakan daerah konservasi.

b) Mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi.

c) Merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15%).

d) Bukan merupakan daerah banjir.

e) Pengaturan air ditentukan oleh pola drainase 2) Bagian Tengah

Daerah Aliran Sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua keadaan DAS yang berbeda tersebut diatas.

3) Bagian Hilir

a) Merupakan daerah pemanfaatan.

b) Kerapatan drainase lebih kecil.

c) Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai sangat kecil(kurang dari 8%). Pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan).

d) Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi.

e) Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Salah satu fungsi DAS adalah fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuklahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk:

a) Mengalirkan air.

b) Menyangga kejadian puncak hujan.

c) Melepaskan air secara bertahap.

d) Memelihara kualitas air.

e) Mengurangi pembuangan massa (seperti terhadap longsor).

(16)

B. Kerangka Berpikir

DAS Jlantah merupakan salah satu DAS yang berada di Kabupaten Karanganyar. Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terdapat komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan atau satu kesatuan sehingga perlu adanya pemeliharaan DAS yang berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan sebab permasalahan pada DAS akan berdampak pula bagi manusia sebagai bagian dari daerah tersebut.

DAS Jlantah Hulu pada tahun 2006, 2012 dan 2016 terjadinya pertumbahan penduduk. Pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan lahan akan bertambah, baik untuk tempat tinggal maupun untuk bercocok tanam. Akan tetapi jumlah penduduk yang meningkat tidak disertai dengan lahan yang tidak dapat berkembang karena jumlahnya terbatas. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan terjadi ketidakseimbangan penduduk yang bekerja sebagai petani pada suatu wilayah dengan luas lahan pertanian yang ada. Akibatnya, tekanan penduduk pada lahan pertanian akan semakin besar atau dengan kata lain wilayah tersebut tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Hal ini mengakibatkan ketersediaan lahan berkurang dan pengolahan sumberdaya lahan menjadi tidak sesuai dengan peruntukannya. Dampak dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, menimbulkan permasalahan berupa penurunan kualitas lahan (degradasi lahan).

Dampak degradasi lahan bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) terjadi dibagian hulu dan hilir, seperti longsor, lahan kritis, banjir dan kekeringan.

Degradasi lahan yang terus-menerus akan mengganggu daya dukung lahan.

Seperti halnya di DAS Jlantah Hulu akibat adanya degradasi lahan terjadi suatu permasalahan lingkungan hidup bagi daya dukung lahan yaitu erosi tanah. Erosi tanah merupakan salah satu penyebab penurunan tingkat produktivitas lahan.

Apabila permasalahan tersebut terus dibiarkan maka besar kemungkinannya akan menurunkan daya dukung lahan seiring meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan. Penurunan daya dukung lahan juga akan mmpengaruhi produktivitas lahan pertanian.

(17)

Apabila dilihat dari penggunaan lahannya sebagian besar lahannya digunakan untuk lahan non permukiman. Dalam penelitian daya dukung lahan ini, yang dikaji adalah perubahan daya dukung lahan berdasarkan tekanan penduduk.

Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis terhadap daya dukung lahan berdasarkan tekanan penduduk sangat perlu dilakukan mengingat jumlah penduduk semakin meningkat sedangkan ketersediaan lahan semakin sempit. Hal ini dimaksudkan untuk menilai suatu wilayah apakah telah melampaui daya dukung lahannya ataukah belum. Konsep yang digunakan untuk menganalisis daya dukung lahan berdasarkan tekanan penduduk yaitu daya dukung lahan memiliki hubungan berbanding terbalik dengan tekanan penduduk. Semakin tinggi tekanan penduduk, maka semakin rendah daya dukung lahannya dan semakin rendah tekanan penduduk suatu wilayah, maka semakin tinggi daya dukung wilayahnya. Selain itu, seiring meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan yang berakibat pada penurunan daya dukung lahan juga akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan pertanian di DAS Jlantah Hulu.

Penilaian daya dukung lahan di DAS Jlantah dilakukan dalam kurun waktu 6 tahun yaitu 2006, 2012 dan 2016. Berdasarkan hasil perhitungan tiap tahunnya, maka akan diperoleh perubahan daya dukung lahan dan perubahan produktivitas lahan pertanian. Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir pada penelitian ini.

(18)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Pertumbuhan Penduduk

Perubahan Daya Dukung Lahan berdasarkan Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Tahun 2006 - 2016 Hubungan Perubahan Daya Dukung Lahan dan Produktivitas Lahan Pertanian berdasarkan Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Tahun 2006 - 2016

Degradasi Lahan

Lahan

Perubahan Luas Lahan Pertanian

Penurunan Produktivitas Lahan Pertanian

Penilaian Daya Dukung Lahan berdasarkan Tekanan

Penduduk 2006 – 2016 DAS Jlantah Tahun 2006-2016

Tekanan Penduduk

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang peneliti tangkap dari hasil wawancara dengan Bapak Purwanto selaku kabag operasional Perum DAMRI adalah “Singkatnya waktu pada saat parkir di terminal

[r]

Skripsi atau Tugas Akhir yang berjudul “ Perancangan Aplikasi Perencanaan Pola Hidup Sehat Menggunakan Metode Sistem Pakar Forward Chaining Berbasis Web Dengan

Dan keempat, pada waktu yang sama, pikiran mengembangkan Jalan Mulia Beruas Delapan, yang delapan ruasnya melonjak dengan kekuatan yang sangat besar, mencapai ketinggian

Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian,

Tujuan penelitian ini menginventarisasi keberadaan jenis teritip yang menempel pada infrastruktur yang ada di area pantai yang berada di Teluk kunyit, Pantai Sariringgung dan

[r]