• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI DESEMBER 2017 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI DESEMBER 2017 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

DESEMBER 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF UNTUK PERKEMBANGAN BAYI

Oleh:

NORHIDAYU BINTI JALAL C11114830

PEMBIMBING:

dr.Eka Yusuf Inrakartika,M.Kes.,Sp.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dilaksanakan

Judul Proposal Penelitian

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF UNTUK PERKEMBANGAN BAYI

Oleh :

NORHIDAYU BINTI JALAL C111 14 830

Makassar, 5 Desember 2017

Dosen Pembimbing,

dr.Eka Yusuf Inrakartika,M.Kes.,Sp.A NIP. 198005042010121003

(3)

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Skripsi dengan judul:

“HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU(ASI) EKSKLUSIF UNTUK PERKEMBANGAN BAYI”

Makassar, 5 Desember 2017

DosenPembimbing

dr.Eka Yusuf Inrakartika,M.Kes.,Sp.A NIP. 198005042010121003

(4)

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Skripsidenganjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF UNTUK

PERKEMBANGAN BAYI’’

Telahdisetujui, diperiksadandipertahankan di hadapan Tim PengujiSkripsiDepartemenPendidikanKedokteran FakultasKedokteranUniversitasHasanuddinpada :

Hari / Tanggal :Selasa, 5 Desember 2017 Pukul : 08.00 WITA

Tempat : Departemen Anatomi, FK-UNHAS Pembimbing

dr.Eka Yusuf Inrakartika,M.Kes.,Sp.A NIP. 198005042010121003

Penguji 1 Penguji 2

dr. Asty Amalia dr. Muh. Iqbal Basri,M.Kes.,Sp.S

NIP. 19791129 200812 2 001 NIP. 197007102002121002

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga selesainya penelitian ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Untuk Perkembangan Bayi”dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah skripsi. Dengan bimbingan, dorongan, semangat, bantuan serta doa dari berbagai pihak, maka penelitian ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penghargaan yang tak terhingga dan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Wakil Dekan I, Wakil Dekan II,dan Wakil Dekan III Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Hasanuddin.

4. dr.Nikmatia Latief, M.Kes,Sp.Rad, selaku KPM Departemen Anatomi dan dr. Eka Yusuf Inrakartika, M.Kes.,Sp.A adalah pembimbing utama penelitian ini yang dengan kesediaan, keikhlasan dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti mulai dari penyusunan proposal sampai terhasilnya skripsi ini.

5. dr. Asty Amalia dan dr. Muh.Iqbal Basri, M.Kes.,Sp.Sselaku penguji bermula dari ujian proposal hingga ke ujian akhir.

6. Orang tua, keluarga serta saudara-mara yang selalu memberikan dorongan moral dan bantuan material selama penyusunan skripsi ini.

(6)

2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang saling memberi semangat antara satu sama lain selama penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam bentuk apapun sehingga selesainya skripsi ini.

Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan baik dalam penguasaan ilmu maupun pengalaman penelitian, sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, sangat di harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Saya berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pembaca dan semoga segala usaha ini mendapat redha Allah SWT.

Makassar, 2017

Norhidayu Binti Jalal

C11114830  

 

(7)

vi                                                                                                                                                    

HALAMAN SAMPUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

ABSTRAK...xiv

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG...1

1.2 RUMUSAN MASALAH...4

1.3 TUJUAN PENELITIAN...4

1.3.1 TUJUAN UMUM...4

1.3.2 TUJUAN KHUSUS...4

1.4 MANFAAT PENELITIAN...5

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF ASI...6

2.1.1 PENGERTIAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF...6

2.1.2 KANDUNGAN ASI EKSKLUSIF...7

2.1.3 MANFAAT ASI...10

2.1.4 PENGGOLONGAN ASI...11

(8)

vii  

PEMBERIANASI EKSKLUSIF...12

2.2 PENGETAHUAN 2.2.1 PENGERTIAN PENGETAHUAN...17

2.2.2 TINGKAT PENGETAHUAN...18

2.2.3 PENGUKURAN PENGETAHUAN...20

2.3 KERANGKA TEORI...21

BAB 3 : KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 KERANGKA KONSEP...22

3.2 IDENTIFIKASI VARIABEL...24

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN...24

BAB 4 : METODE PENELITIAN 4.1 DESAIN PENELITIAN...25

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN...25

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN...25

4.4 DEFINISI OPERASIONAL ...28

4.5 SKALA PENGUKURAN VARIABEL...28

4.6 PENGUMPULAN DATA...29

4.6.1 SUMBER DATA...29

4.6.2 CARA PENGUMPULAN DATA...29

4.6.3 INSTRUMEN PENELITIAN ...30

4.7 ANALISIS DATA...30

4.8 ETIKA PENELITIAN...31

(9)

viii  

5.1 KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN...32

5.1.1 UMUR IBU...32

5.1.2 PENDIDIKAN IBU...33

5.1.3 UMUR BAYI...34

5.1.4 JENIS KELAMIN BAYI...34

5.2 HASIL ANALISIS...35

5.2.1 ANALISIS UNIVARIAT...35

5.2.2 ANALISIS BIVARIAT...36

BAB 6 : PEMBAHASAN 6.1 DESKRIPSI HASIL PENELITIAN...42

6.1.1 TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF...42

6.1.2 PRAKTIK PEMBERIAN ASI SAJA...44

6.2 HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS...45

6.2.1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF...45

6.2.2 HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF...47

6.3 KETERBATASAN PENELITIAN...48

(10)

ix  

7.1 KESIMPULAN ...49

7.2 SARAN...50

DAFTAR PUSAKA...52

DAFTAR LAMPIRAN...56

(11)

x  

TABEL 5.1 DISTRIBUSI FREKUENSI UMUR IBU...32

TABEL 5.2 DISTRIBUSI FREKUENSI PENDIDIKAN IBU...33

TABEL 5.3 DISTRIBUSI FREKUENSI BERDASARKAN UMUR BAYI...34

TABEL 5.4 JENIS KELAMIN BAYI...34

TABEL 5.5 DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN IBU...35

TABEL 5.6 DISTRIBUSI FREKUENSI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF...36

TABEL 5.7 HASIL UJI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF...37

TABEL 5.8 HASIL UJI KORELASI SPEARMAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF...38

TABEL 5.9 DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA TAHUN 2017...39

(12)

xi  

GAMBAR 2.1 SKEMA KERANGKA TEORI...21 GAMBAR 3.1 SKEMA KERANGKA KONSEP...23

(13)

xii  

LAMPIRAN 1 DATA RESPONDEN...56

LAMPIRAN 2 TABEL SKOR PENGETAHUAN IBU...59

LAMPIRAN 3 REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN...61

LAMPIRAN 4 LEMBAR KUESIONER PENELITIAN...63

LAMPIRAN 5 LEMBAR SPSS...67

LAMPIRAN 6 SURAT REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK...72

LAMPIRAN 7 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN ...73

LAMPIRAN 8 BIODATA PENELITI...75

(14)

xiii  

IBU (ASI) EKSKLUSIF UNTUK PERKEMBANGAN BAYI MAHASISWI

Norhidayu Binti Jalal1, dr. Eka Yusuf Inrakartika2 ABSTRAK

Latar Belakang: Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental. Di Indonesia, target cakupan ASI eksklusif 6 bulan adalah sebesar 80%. Namun demikian angka ini sulit untuk dicapai. Terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40.2% pada tahun 1997 menjadi 32% pada tahun 2007.Cakupan ASI eksklusif periode tahun 2014 sedikit meningkat kira-kira 68,1%, namun peningkatan ini masih dikategorikan rendah. Perilaku pemberian ASI dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor terutamanya pengetahuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi.

Metode: Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sehingga November 2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan desain penelitian cross sectional teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas. Data-data diolah dengan menggunakan statistik uji chi-square dengan tingkat kemaknaan = 0,05.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,002) dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (p=0,268).

(15)

xiv  

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian saran yang dianjurkan adalah perlu digalakkan pemberian ASI eksklusif kepada ibu-ibu dengan memotivasi ibu untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang ASI eksklusif dalam bentuk perilaku nyata. Ibu juga disarankan untuk berupaya lebih banyak menggali informasi mengenai ASI eksklusif.

Kata Kunci: ASI eksklusif, Pengetahuan

1Mahasiswi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

2Dosen Pembimbing Skripsi

(16)

xv  

Breastfeeding for The Development of Their Baby.

Student

Norhidayu Binti Jalal1, dr. Eka Yusuf Inrakartika2

ABSTRACT

Background : The provision of breast milk (ASI) is essential for optimal growth and development both physically and mentally. In Indonesia, the target range of 6 months of exclusive breastfeeding was 80%. However, this figure is very difficult to accomplish even the prevalence of exclusive breastfeeding tends to decline from year 1997 which is only 40,2% decreased to 32 % in year 2007. The latest, in the periode of 2014, the prevalence of exclusive breastfeeding is slightly rised and reached 68,1% but the percentage is still far from the target. Exclusive breastfeeding behaviour can be influenced by various factors, such as knowledge of breastfeeding mothers. The objectives of this research is to study the relation between the mother’s knowledge with the exclusive breastfeeding for the development of their baby.

Methode: This research type is explanatory research by using approach of cross sectional. Sample taken amounts to 46 mothers who obtained by using system simple random sampling. Research Instrumen applied in this research is questionnaire. The data obtained in this research was proceed by using statistic tes chi- square with level of meaning = 0,05.

Results: Based on research it is obtained that there is significant result between the relation of mother’s knowledge with giving of breastfeeding (p=0,002), while the relation between the level of mother’s education and the provision of breast milk is not significant.

(17)

xvi  

Conclusion: Based on research results, the suggestion that recommended is need to be done counselling intensively to increase knowledge of mothers about exclusive breast milk (ASI).

Keywords : Exclusive breasfeeding

1Medical Student, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

2Thesis Supervisor

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama dan terbaik pada awal usia kehidupan bayi yang bersifat alamiah. ASI ibarat emas yang diberikan gratis oleh Tuhan karena ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi (Firmansyah dkk., 2012).

Pada Pekan ASI sedunia Agustus 2008, The World Alliance For BreastFeeding Action (WABA) memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut adalah suatu gerakan untuk mengajak semua orang meningkatkan dukungan kepada ibu untuk memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu ASI yang diberikan eksklusif selama enam bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama makanan pendamping ASI lainnya yang sesuai sampai bayi berusia dua tahun atau lebih (Robiwala M et al., 2012).

Maksud ASI eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti dkk., 2011). Dahulu pemberian ASI eksklusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan. Seiring

(19)

hasil kajian WHO juga, Menteri Kesehatan melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 menetapkan perpanjangan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan (Sugiarti dkk., 2011).

Jika dilihat standar pencapaian ASI eksklusif yang ditargetkan dalam pembangunan nasional dan strategi nasional program peningkatan cakupan pemberian ASI sebesar 80%. Menurut World Health Organisation (WHO) dahulu pemberian ASI eksklusif berlangsung sampai usia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan sampai anak usia 6 bulan (Firmansyah dkk., 2012). Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun menurun. Data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007, memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40.2% pada tahun 1997 menjadi 39.5%

dan 32 % pada tahun 2003 dan 2007 . Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2009 mencapai angka 34,3%. Berdasarkan profil kesehatan 2014 Makassar, cakupan ASI eksklusif periode tahun 2014 sedikit meningkat kira-kira 68,1%, namun peningkatan ini masih dikategorikan rendah. Hasil cakupan ini dipengaruhi oleh begitu banyak faktor diantaranya adalah kurang pengetahuan dari ibu tentang bagaimana mengoptimalkan manfaat menyusui bagi kesehatan.

(20)

Menurut penelitian Rohani dkk (2007) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif, hal iniditunjukkan akan terjadi peningkatan pemberian ASI eksklusif jika disertai dengan peningkatan pengetahuan tentang ASI eksklusif (Sugiarti dkk., 2011).

Menurut penelitian, ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD dan berstatus sebagai pekerja lepas atau buruh. Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02% masih membuang kolostrumnya (Firmansyah dkk., 2012).

Praktik pemberian ASI harus dipraktikkan pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepentingan ASI. Masih rendahnya angka pencapaian ASI eksklusif tentu saja perlu mendapat perhatian karena berkontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian. Dengan adanya fenomena mengenai masih rendahnya prevalensi ASI eksklusif oleh ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas di Makassar, serta adanya faktor presdiposisi terutamanya pengetahuan yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih mendalam. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi.

(21)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu-ibu terhadap pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi di tingkat Puskesmas.

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu-ibu terhadap pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi di tingkat Puskesmas.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1.3.2.1 Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

1.3.2.2 Menentukan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang kepentingan ASI eksklusif untuk perkembangan bayi di tingkat Puskesmas.

(22)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

a. BAGI MASYARAKAT

Menambah pengetahuan masyarakat terutamanya kaum ibu mengenai ASI, sehingga ibu mau dan bersedia untuk memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif dan dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun.

b. BAGI TENAGA KESEHATAN

Sebagai masukan bagi puskesmas dan tenaga ahli untuk menyarankan agar ibu memberikan ASI secara eksklusif serta menjelaskan manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan bayinya.

c. BAGI PENELITI

Sepanjang penelitian ini dilakukan dapat menjadi pengalaman yang berharga dalam rangka menambah wawasan keilmuan serta pengembangan diri peneliti khususnya dibidang penelitian lapangan.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemberian ASI eksklusif

2.1.1 Pengertian Pemberian ASI Eksklusif

ASI adalah air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik kualitas dan kuantitasnya. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makanan bayi yang terbaik. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama. Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan pendamping apapun sering disebut ASI eksklusif (Roesli, 2008).

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Praktik pemberian ASI telah dilakukan di seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia(Hargono R, 2014).

Upaya peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) telah disepakati secara global. WHO dan UNICEF dengan Deklarasi Innocenti (September 1990) dan Konferensi Puncak untuk anak (September 1991) menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu dan anak yang optimal, semua wanita harus dapat memberikan ASI saja sampai bayi berusia 4-6 bulan. ( Susilaningsih I, 2013)

(24)

Pemberian ASI eksklusif pada bayi meliputi beberapa hal. Antaranya, tindakan ASI eksklusif diberikan setelah bayi dilahirkan dengan segera yaitu dalam waktu ½ jam-1 jam (memberikan kolostrum yaitu ASI yang keluar pada hari-hari pertama). ASI juga diberikan sesuai kemauan bayi tidak kira pagi, siang dan malam. Makanan dan minuman tambahan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu dan pisang juga tidak dibutuhkan pada seawal usia ini.

2.1.2 Kandungan ASI

Komposisi ASI dari satu ibu berbeda dengan komposisi ASI ibu yang lain dan turut berbeda dari hari ke hari. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1%

air, 3,8 % lemak, 7% laktosa, 0,9% protein, serta 0,2% zat lainnya yang berupa DHA, DAA, shpynogelindan zat gizi lainnya. ASI mengandung zat protektif yang diperlukan bagi perkembangan bayi.

a)Lemak ASI

Lemak ASI merupakan komponen ASI yang dapat berubah–ubah kadarnya.

Kadarnya bervariasi sesuai kebutuhan kalori bayi yang sedang membesar. ASI mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Lemak ikatan panjang seperti omega 6, omega 3, DHA dan DAA merupakan komponen penting untuk

pertumbuhan otak bayi. Pada pertumbuhan otak yang cepat maka diperlukan kolesterol yang cukup tinggi sehingga kolesterol berfungsi meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Komposisi kolesterol dalam ASI tergolong tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi (Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2002).

(25)

  b) Karbohidrat ASI

ASI mengandung laktosa kira-kira 20-30% yaitu merupakan karbohidrat utama ASI. Laktosa juga dibutuhkan untuk pertumbuhan otak disamping penting untuk pertumbuhan tulang karena meningkatkan penyerapan kalsium. Bukan itu sahaja, laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus baik. Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat yang dapat memberikan suasana asam di dalam usus bayi, sekali gus turut menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.

C) Protein ASI

Secara umumnya, protein merupakan bahan utama untuk proses pertumbuhan. Susu sapi dan ASI kedua-duanya mengandung 2 macam protein utama, yaitu whey dan casein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Sedangkan casein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein yang utama dalam ASI adalah whey dan protein yang utama dalam susu sapi adalah casein. Hal ini ditunjukkan melalui rasio whey dan casein pada ASI adalah sebanyak 60:40.

Protein yang istimewa yang terdapat pada ASI tetapi tidak ada dalam susu sapi adalah taurin. Taurin adalah protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak syaraf dan retina (Marie, 1999).

(26)

  d) Vitamin dan mineral ASI

Vitamin dapat dipenuhi dari ASI sekiranya makanan ibu seimbang. Vitamin A, D, E, K sangat bermanfaat bagi tubuh. Vitamin A di dalam ASI berfungsi untuk kesehatan mata, membantu dalam pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Vitamin D sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit tulang.

Vitamin E untuk ketahanan dari dinding eritrosit, banyak didapatkan terutama pada kolostrum dan ASItransisi awal. Jadi sekiranya terjadi defisiensi vitamin E menyebabkan anemia atau kekurangan darah. Vitamin K pula dibutuhkan tubuh karena fungsinya sebagai faktor pembekuan. Kebiasaanya, pada semua bayi baru lahir dianjurkan untuk dilakukan pemberian vitamin K sebanyak 1 mg secara parenteral pada bayi yang akan diberi ASI. Mineral juga terkandung di dalam ASI yang memiliki kualitas yang lebih baik dibanding mineral terkandung dalam susu formula. Terdapat beberapa mineral di dalam ASI, salah satunya adalah kalsium.

Walaupun kadar kalsium sedikit, namun kalsium ASI ini mudah diserap sehingga cukup memenuhi kebutuhan bayi. Berbeda dengan susu sapi yang tingkat penyerapannya lebih kecil, sehingga kasus kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemui pada bayi yang mendapatkan susu formula dibanding ASI. Kalsium berfungsi untuk membantu pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Selain itu, zat besi juga terkandung sedikit dalam ASI, namun pada bayi yang lahir cukup bulan simpanan besi ASI cukup untuk sampai usia 6 bulan pertama. Jadi bayi yang mengkonsumsi ASI mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi. Seterusnya, kadar zink dalam ASI juga tidak sebanyak dalam

(27)

  susu formula tetapi memiliki tingkat penyerapan yang lebih baik dibanding zink susu formula. (IDAI, 2008)

2.1.3 Manfaat ASI a)Bagi ibu

Apabila ibu menyusui bayi segera setelah dilahirkan, maka dapat membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, serta mengurangi kemungkinan terjadinya pendarahan setelah melahirkan (post partum). Pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah, sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti. Selain itu, pemberian ASI juga dapat melindungi kesehatan ibu seperti mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, serta mengurangi anemia. Seterusnya, pemberian ASI juga dapat membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja, ekonomis, murah dan menghemat waktu.

(Depkes. R.I., 2004)

b)Bagi bayi

ASI merupakan makanan ideal dan terbaik bagi bayi. ASI berfungsi sebagai imunitas dengan mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi lainnya. Dari aspek psikologis, pemberian ASI eksklusif dapat mempereratkan hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status mental dan intelektual.

(28)

  c)Bagi keluarga

Keuntungan bagi keluarga dapat berupa peningkatan status kesehatan dan gizi ibu berserta bayinya, disamping mampu menyebabkan penghematan biaya.

d) Bagi masyarakat

Tindakan ini sangat berkontribusi untuk pengembangan ekonomi dan menghemat sumber dana yang terbatas.

e)Bagi perusahaan

Dapat menghemat pengobatan, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra perusahaan.

2.1.4 Penggolongan ASI a)Kolostrum

Kolostrum merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4.

Walaupun volume kolostrum sangat sedikit kira-kira 150-300 ml setiap 24 jam, namun kolostrum mengandung protein dan zat anti infeksi sebanyak 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI mature. Sedangkan kadar karbohidarat, lemak dan total kalori lebih rendah dibandingkan dengan ASI mature. Oleh karena itu, kolostrum ini harus diberikan pada bayi (Roesli, 2004).

(29)

  b)ASI transisi/peralihan

ASI yang keluar setelah kolostrum, yaitu setelah hari ke-4 smpai dengan hari ke-14. Pada stase ini kadar protein semakin turun, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat. Pada saat bersamaan volume juga semakin meningkat (Roesli, 2004).

c) ASI mature

ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya dan komposisi relatif konstan. ASI merupakan makanan satu-satunya paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan untuk ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup. (Roesli dkk, 2005)

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 1) Predisposing Factors

Faktor-faktor yang mendahului perilaku yang memberikan dasar rasional dan motivasi untuk perilaku tersebut.

a)Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap suatu hal (Notoatmodjo, 2005).

(30)

  b) Pekerjaan

Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang.

Dalam lingkungan pekerjaan, di mana tempat ibu bekerja tidak mendukung apabila ibu memberikan ASI eksklusif nantinya akan mengganggu produktivitas dalam bekerja. Ibu yang bekerja akan mengalami kondisi fisik dan mental yang lelah karena bekerja sepanjang hari dan diet yang kurang memadai akan berakibat pada kelancaran produksi ASI. Akan tetapi seharusnya ibu yang bekerja tetap memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja.

(Amiruddin, 2006) (Soetjiningsih, 2005)

c)Pendidikan

Orang yang lebih berpendidikan tinggi akan memberikan respon lebih rasional terhadap informasi yang datang dan lebih berusaha untuk mencari pengetahuan yang kurang diketahui. Mereka juga akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Bagi sebagian ibu, menyusui merupakan tindakan yang alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak perlu dipelajari. Mereka hanya mengetahui ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lain. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar sehingga sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini.

(31)

 

d) Psikologis

Faktor psikologis dapat berupa ibu yang kurang percaya diri, kepribadian, kecemasan kestabilan emosi, sikap dan lingkungan pekerjaan. Ibu merasakan ASI yang diberi secara eksklusif kepada bayi tidak cukup sehingga ibu ingin cepat memberikan susu formula kepada bayinya. Kepribadian ibu yang selalu mengalami tekanan batin karena tidak mendapat dukungan dari suaminya apabila memberikan ASI secara eksklusif. Wanita juga takutkehilangan daya tarik sebagai wanita karena dengan menyusui akan membuat bentuk payudara kurang bagus.

e) Kelainan bayi

Faktor dari bayi sendiri adalah anak yang lahir sebelum waktunya yakni prematur atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah, anak sakit dan berbagai penyakit macam cacat bibir. Bayi yang lahir dengan berat lahir 2000 gram atau lebih, dengan pemberian ASI saja maka pertumbuhan bayi akan tetap subur, tetapi jika berat lahir kurang dari 2000 gram diperkirakan bayi mengalami percepatan dalam pertumbuhan sehingga pemberian ASI saja tidak mencukupi kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan normal. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) biasanya terlalu lemah untuk menghisap ASI dari payudara sehingga tidak mencapai keberhasilan dalam memenuhi nutrient sampai bayi mencapai usia matur.

(32)

  f) Kelainan payudara

Kelainan ibu seperti puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, radang payudara dan kelainan anatomis pada puting susu ibu sehingga membuat ibu kesukaran dalam memberikan ASI eksklusif. Keadaan kesehatan ibu yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya adalah kegagalan laktasi dan penyakit pada ibu serta adanya kelainan pada payudara yaitu terjadinya pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferus oleh karena tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan puting susu seperti puting susu terbenam dan cekung sehingga menyulitkan bagi bayi untuk menyusu, mastitis (suatu peradangan pada payudara disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu), tidak ada air susu (agalaksia), dan air susu sedikit keluar (oligogalaksia). Menyusui menjadi kontra indikasi bila ibu menderita penyakit berat seperti penyakit paru-paru yang serius, dengan penyakit tuberklosis aktif masih dapat menyusui bayinya bila diberi terapi dalam dua bulan ibu tidak inefektif lagi, biasanya bayi juga diberi terapi pencegahan dengan imunisasi BCG. Kurangnya dukungan sosial dalam mengatasi masalah diatas maka ibu cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayi kurang dari enam bulan. (Dani, 2002)

(33)

  2) Enabling Factors

Faktor-faktor yang mendahului perilaku yang memungkinkan sebuah motivasi untuk di realisasikan.

a) Ketersediaan Sumber/ Fasilitas

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang nyata dan dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya sekiranya istri memerlukan bantuan. Dalam hal ini keluarga mencukupi kebutuhan rutin ibu menyusui, membantu merawat bayi, mengganti popok, menyendawakan bayi, memijat bayi secara teratur atau memberi ASI perah kepada bayi bila ibu bekerja. (Roesli, 2005)

b) Keterjangkauan Fasilitas

Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI membuat masyarakat kurang mempercayai kesehatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu formula. (Prasetyono, 2009)

3) Reinforcing factors

Faktor-faktor yang mengikuti sebuah perilaku yang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perilaku tersebut dan berkontribusi terhadap persistensi atau penanggulangan perilaku tersebut.

a) Sikap dan Prilaku Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah peletak dasar kecerdasan anak-anak Indonesia karena mereka membimbing ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Pemberian

(34)

  ASI eksklusif membuat otak bayi berkembang optimal, bayi mendapat gizi sempurna dan tumbuh dengan baik. Ini adalah modal utama menjadi manusia yang produktif. Sikap dan prilaku petugas kesehatan dapat menjadi contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat (berprilaku hidup sehat).

(Notoatmodjo, 2007)

2.1 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. (Notoatmodjo ,2003)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabatdekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya

(35)

  tersebut. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara formal maupun informal.

2.2.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu a.Tahu (know)

-Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh

(36)

  bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

-Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

-Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analysis)

-Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen–komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat ditunjukkan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

-Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

-Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang

(37)

  sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek penelitian.

2.2.3 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan seperti berikut:- (Notoatmodjo, 2005)

Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%

Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%

(38)

2.3 KERANGKA TEORI

Faktor Predisposisi :

-Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

-Pendidikan -Psikologis -Kelainan bayi -Kelainan payudara

Faktor Pendukung :

-Ketersediaan sumber/fasilitas -Keterjangkauan fasilitas  

Faktor Pendorong :

-Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan

GAMBAR 2.1

Sumber: Notoadmodjo (2003) Kutipan Lawrence Green (1980)

   

Pemberian ASI Eksklusif

(39)

  BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEP

Untuk lebih jelasnya hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi dapat dilihat dari variabel independent dan dependent yang tergambar dalam skema kerangka konsep penelitian di bawah :

(40)

 

KERANGKA KONSEP

GAMBAR 3.1: KERANGKA KONSEP

Cakupan ASI ekslusif

rendah

Psikologis

Kelainan bayi

Kelainan payudara

Tingkat pengetahuan

ibu

Pemberian ASI eksklusif

 

   

 

 

 

     

Variabelbebas Variabelkendali Variabeltergantung

Hubunganvariabelbebas Hubunganvariabelkendali Hubunganvariabeltergantung Sikap dan

perilaku petugas kesehatan

(41)

3.2 IDENTIFIKASI VARIABEL a) Variabel bebas (Independent)

Variabel bebas yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

b)Variabel tergantung (dependent)

Variabel tergantung yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi.

c) Variabel kendali

1) Responden yang diambil adalah ibu-ibu yang tidak mempunyai masalah psikologis maupun kelainan pada payudara.

2) Bayi kepada ibu juga diasumsi normal sehat yang tiada kelainan . 3) Kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan.

3.3 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi di tingkat Pukesmas.

(42)

 

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu melihat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi, melalui observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yaitu tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja.

Peneliti mencoba mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini.

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kassi-Kassi yang akan dilakukan pada bulan Oktober-November 2017.

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 4.3.1 POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan di Puskesmas Kassi-Kassi.

(43)

4.3.2 SAMPEL

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan.

2) Bersedia menjadi responden.

3) Responden yang diambil adalah ibu-ibu yang tidak mempunyai masalah psikologis maupun kelainan pada payudara.

4) Bayi kepada ibu juga diasumsi normal sehat yang tiada kelainan . 5) Kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1)Ibu yang mempunyai bayi umur melebihi 0-12 bulan dan tidak bersedia menjadi responden.

(44)

Jumlah responden daripada total populasi adalah sebanyak 55 orang.

Cara perhitungan sampel maka estimasi besar sampel adalah:

n = N. Z!  . p. q d N − 1 + Z. p. q

n = 55  . 1,96 ²  . 0,5  . 0,5

0,05 . 55 − 1 + 1,96 . 0,5  . 0,5

n =55  .    3,8416  .    0,25 1,165 n =52,822

1,165 n = 45,3 n = 46 orang

Keterangan:

n= perkiraan besar sampel

Z= tingkat kepercayaan (standard nilai normal untuk α =0.05 (1,96) ) α = tingkat signifikansi

N= jumlah populasi d= tingkat presisi = 5%

P= proporsi populasi = 0,5

Dari perhitungan dengan rumus di atas didapatkan sampel sebanyak 46 responden.

(45)

4.4 Definisi Operasional

1. Air susu ibu (disingkat ASI) adalah susu yang diproduksi oleh ibu untuk konsumsi bayi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi pada awal usia kehidupan.

2) ASI eksklusif adalah pemberian asi saja tanpa tambahan makanan atau cairan lain yang diberikan pada umur bayi berusia 0-6 bulan kecuali vitamin dan obat- obatan.

3) Ibu adalah orang tua perempuan yang mempunyai hubungan biologis maupun sosial dan memiliki peranan sangat penting dalam membesarkan anak.

4) Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah kemampuan ibu untuk mengenal dan memahami tentang ASI eksklusif yang diperoleh dari beberapa sumber.

4.5 Skala Pengukuran Variabel

1) Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah kemampuan ibu untuk mengenal dan memahami tentang ASI eksklusif yang diperoleh dari beberapa sumber. Alat ukur yang digunakan adalah dalam bentuk kuesioner dengan melihat kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%, sedang bila skor 56-75% dan kurang baik jika nilai dibawah <56%. Skala yang digunakan adalah ordinal.

(46)

2) Praktek pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang diberikan ASI saja tanpa ada tambahan cairan atau makanan padat selain obat-obatan dan vitamin sejak lahir sampai bayi usia 6 bulan. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dimana ”ya” untuk bayi yang diberi ASI saja tanpa makanan tambahan lain selama 6 bulan awal kehidupan, sedangkan “tidak” untuk bayi yang diberi makanan tambahan lain sebelum usia 6 bulan. Skala yang digunakan adalah nominal.

4.6 Pengumpulan data 4.6.1 Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer. Data- data yang dikumpulkan digunakan untuk kedua-dua variabel penelitian yang terdiri dari variabel independent (pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif) dan variabel dependent (pemberian ASI eksklusif untuk perkembangan bayi).

4.6.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dirancang oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data sekunder pula didapat melalui data jumlah bayi yang berusia 0-12 bulan yang ada di pencacatan puskesmas.

(47)

4.6.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hubungan tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif adalah kuesioner tertutup sebanyak 24 butir pertanyaan dengan alternative jawaban “Setuju” dan “Tidak setuju”. Cara penilaian pada pertanyaan favorable, jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban salah di beri nilai nol.

4.7 Analisis Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis univariate dan bivariate. Dalam hal ini, analisis univariate digunakan untuk mendeskripsikan variabel pengetahuan dan pemberian ASI eksklusif, sedangkan analisis bivariate digunakan untuk menguji hubungan antara variabel pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.

1) Analisis Univariate

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi responden serta untuk mendeskripsikan variabel dependent dan independent yang disajikan dalam bentuk tabel.

2) Analisis Bivariate

Analisa bivariat dilakukan terhadap variabel pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari kedua variabelindependen dan variabel dependen dengan menggunakan analisa uji statistik chi-square.

(48)

Rumus Chi Square : x

𝑥! = ∑ ƒₒ‒ ƒ! ! ƒ!

Keterangan:

x! : hasil hitung

ƒ : frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

ƒ! : frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi

4.8 Etika penelitian

1) Responden atau subjek penelitian diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian sebelum penelitian dilakukan.

2) Semua informasi dan data yang diperoleh dari subjek penelitian hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian dan dijaga kerahsiaannya.

3) Persetujuan bersedia sebagai sampel penelitian.

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kassi-Kassi, Makassar Sulawesi Selatan yang melibatkan responden dari ibu-ibu yang mempunyai bayi berusia di bawah 12 bulan. Subyek penelitian ini berjumlah 46 orang yang diperoleh dengan teknik simple random sampling. Subyek dikelompokan menurut umur, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu dan praktek pemberian ASI baik eksklusif maupun non eksklusif. Data yang diperoleh kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel.

5.1.1 Umur Ibu

Distribusi frekuensi berdasarkan kelompok umur ibu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu

Kelompok Umur

(tahun) Frekuensi Persentase (%)

18-28 31 67,4

29-39 13 28,3

40-50 2 4,3

Total 46 100,0

(50)

 

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa umur responden antara 18 sampai 28 tahun sebanyak 31 orang (67,4%), umur 29 sampai 39 tahun sebanyak 13 orang (28,3%), sedangkan umur responden antara 40 sampai 50 tahun sebanyak 2 orang (4,3%).

5.1.2 Pendidikan Ibu

Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)

SD 4 8,7

SMP 10 21,7

SMA 14 30,4

SMK 5 10,9

D3 2 4,3

S1 11 23,9

Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA dengan persentase sebesar 30,4 % (sebanyak 14 responden).

(51)

  5.1.3 Umur Bayi

Distribusi frekuensi berdasarkan umur bayi dapat dilihat pada tabel bawah ini:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Bayi

Umur Bayi Frekuensi Persentase (%)

< 1 bulan 1 2,2

1-4 bulan 32 69,6

5-8 bulan 3 6,5

9-12 bulan 10 21,7

Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa bayi yang paling banyak berumur 1-4 bulan dengan persentase sebanyak 69,6%.

5.1.4 Jenis Kelamin Bayi

Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin bayi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4 Jenis Kelamin Bayi

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa jenis kelamin bayi laki-laki dan perempuan masing-masing sama banyak yaitu 50% sebanyak 23 orang.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 23 50,0

Perempuan 23 50,0

Total 46 100,0

(52)

  5.2 Hasil Analisis

5.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian yang dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu dan pemberian ASI eksklusif.

5.2.1.1 Pengetahuan Ibu

Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat responden dengan pengetahuan baik berjumlah 41 orang (89,1%), pengetahuan sedang sebanyak 4 orang (8,7%) dan pengetahuan kurang baik adalah berjumlah 1 orang (2,2%).

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 41 89,1

Sedang 4 8,7

Kurang baik 1 2,2

Total 46 100,0

(53)

  5.2.1.2 Pemberian ASI Eksklusif

Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Frekuensi Persentase (%)

Eksklusif 32 69,6

Non eksklusif 14 30,4

Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 5,6 dapat dilihat responden yang memberi ASI eksklusif sebanyak 32 orang (69,6%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 orang (30,4%).

5.2.2 Analisis Bivariat

Uji bivariat pada penelitian “hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif untuk perkembangan bayi di Puskesmas Kassi-Kassi tahun 2017 menggunakan rumus chi square, dimana uji tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kassi-Kassi yang meliputi:

(54)

  5.2.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI ekslusif

Hasil pengujian untuk pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif menyatakan hasil seperti di bawah ini:

Tabel 5.7 Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI

Total

P value eksklusif

non eksklusif Tingkat pengetahuan

ibu

Baik Count 32 9 41

0,002

% of

Total 69,6% 19,6% 89,1%

Sedang Count 0 4 4

% of

Total 0,0% 8,7% 8,7%

Kurang Baik

Count 0 1 1

% of

Total 0,0% 2,2% 2,2%

Total Count 32 14 46

% of

Total 69,6% 30,4% 100,0%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik dan memberikan ASI eksklusif pada bayi sebanyak 32 orang (69,6%) dan responden dengan pengetahuan baik tetapi tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi sebanyak 9 orang (19,6%). Sedangkan responden dengan pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang baik masing-masing tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 4 orang (8,7%) untuk pengetahuan sedang dan 1 orang (2,2%) untuk pengetahuan kurang baik.

(55)

  Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi square antara variabel pengetahuan ibu tentang ASI dengan variabel pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai p value 0.002 (<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI terhadap pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kassi-Kassi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

(56)

  Grafik 5.7 Hasil Uji Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif

(57)

  Tabel 5.8 Hasil Uji Korelasi Spearman Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Tahun 2017

Correlations

Pemberian ASI

Tingkat pengetahua

n ibu Spearman's

rho

Pemberian ASI Correlation

Coefficient 1.000 .527**

Sig. (2-tailed) . .000

N 46 46

Tingkat

pengetahuan ibu

Correlation

Coefficient .527** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Analisis korelasi ini dilakukan karena ingin mengetahui bagaimanakah hubungan dan berapa besarkah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu-ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan yang telah dilakukan uji Pearson Chi-Square sebelumnya dimana telah menunjukkan hubungan yang bermakna yaitu p = 0,002. Dari tabel di atas, terlihat angka koefesien korelasi Spearman sebesar 0,527 atau korelasi cukup kuat. Arah korelasi antara dua variabel adalah positif (+) atau searah. Maka dari hasil diatas, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu semakin tinggi perilaku pemberian ASI eksklusif. Didasarkan pada kriteria yang ada, hubungan kedua variabel signifikan karena angka signifikansi adalah sebesar p=0,000 <

0,01. Kesimpulannya, korelasi antara variabel pengetahuan ibu dan pemberian ASI eksklusif cukup kuat, signifikan dan searah.

(58)

  5.2.2.2 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Bayi Usia 0-12 Bulan di Puskesmas Kassi-Kassi

Hasil analisis mengenai hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan, dapat disajikan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan dan Pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2017

Pemberian ASI

Total

P value

eksklusif non eksklusif

Pendidikan Terakhir SD/SMP Count 7 5 12

0,268

% of Total 15,2% 10,9% 26,1%

SMK/SMA Count 13 7 20

% of Total 28,3% 15,2% 43,5%

D3/S1 Count 12 2 14

% of Total 26,1% 4,3% 30,4%

Total Count 32 14 46

% of Total 69,6% 30,4% 100,0%

Berdasarkan Tabel 5.9 terlihat bahwa proporsi responden yang berpendidikan SMK/SMA yang memberikan ASI eksklusif sebesar 28,3% lebih tinggi dibandingkan responden yang berpendidikan D3/S1 (26,1%) maupun pendidikan SD/SMP (15,2%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif (p>0,05). Artinya, tingkat pendidikan ibu tidak berkaitan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.

(59)

  BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Deskripsi Hasil Penelitian

6.1.1 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang Air Susu Ibu dengan tindakan ASI Eksklusif terhadap 46 ibu. Hasil penelitian diketahui jumlah ibu terbanyak berpengetahuan baik yaitu 41 ibu (89,1%), dimana 32 ibu (69,6%) memberikan ASI eksklusif dan 9 ibu (19,6%) tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Sedangkan 4 ibu (8,7%) berpengetahuan sedang, selebihnya yaitu 1 ibu (2,2%) berpengetahuan kurang baik dimana masing-masing tidak memberikan ASI eksklusif.

Dari penelitian ini dapat dibuktikan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI berpengaruh pada tindakan ASI eksklusif. Menurut Budiman (2013), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah pendidikan, informasi yang diperoleh daripada media sosial, budaya dan ekonomi, lingkungan sekitar, pengalaman individu beserta usia. Pendidikan digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan dianggap sebagai penuntunan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan (Firmansyah, 2012).

(60)

  Pengetahuan diartikan sebagai hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting dalam perilaku ibu karena melalui pengetahuan akan membawa pemahaman yang mendalam pada ibu tentang dampak baik atau buruknya memberikan ASI secara eksklusif. Seterusnya, pemahaman ini yang akan menjadi dasar bagi ibu untuk berperilaku memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya (Notoatmodjo,2003).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar responden berumur 18-28 tahun sebesar 67,4%. Berkaitan dengan pengetahuan, ibu dengan rentang usia ini dapat dikatakan telah mempunyai kemampuan untuk mencernakan berbagai informasi yang diperolehnya sehingga akan meningkatkan pengetahuannya tentang ASI eksklusif. Terbentuknya pengetahuan ibu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hasil analisis karakteristik responden penelitian diketahui sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebesar 30,4%. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap terbentuknya pola pikir yang terbuka terhadap hal baru.

Semakin banyak informasi yang diperoleh ibu maka akan semakin baik tingkat pengetahuannya. Seseorang yang mempunyai informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih banyak pula.

(61)

  Pengetahuan yang baik mempengaruhi perilaku dalam pola asuh anak untuk memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan pada bayinya. Pengetahuan tentang ASI eksklusif menjadi dasar diperlukan agar ibutahu dan paham tentang tindakan yang benar dalam memberikan ASI secara eksklusif sehingga akan mewujudkan perilaku yang baik sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

6.1.2 Praktik Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan praktik pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi sebesar 69,6%. Hasil ini dapat diartikan bahwa sebagian besar responden telah memberikan ASI saja kepada bayinya. Pemberian ASI saja dilakukan dengan hanya memberikan ASI kepada bayi dan tidak diberi minuman atau makanan lain. Sedangkanresponden yang tidak memberikan ASI saja adalah sebesar 30,4% yaitu sebanyak 14 orang. Jenis minuman tambahan yang diberikan diantaranya adalah susu formula dan air putih. Jenis makanan tambahan yang diberikan diantaranya adalah bubur bayi dan pisang.

ASI merupakan sumber makanan utama bagi bayi sehingga tidak membutuhkan makanan tambahan lain karena segala kebutuhan nutrisi telah dapat terpenuhi dari ASI untuk menjamin tumbuh kembang sampai umur enam bulan.

Selain itu, bayi di bawah usia enam bulan juga belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik.Dilihat dari tingkat pendidikan responden diketahui sebagian besar berpendidikan SMA sebesar 30,4%. Tingkat pendidikan yang tinggi akan

(62)

  meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan yang lebih baik. Ibu dengan pendidikan tinggi telah mempunyai pola pikir yang baik yang terbentuk dari proses pendidikan formal yang dijalaninya sehingga mempengaruhi perilaku yang salah satunya diwujudkan dalam pemberian ASI eksklusif (Nadesul, 2004) (Rosita, 2008).

Pemberian ASI eksklusif mempunyai manfaat yang sangat baik untuk bayi dimana bukan saja dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, malah dapat meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi (Suradi.R, 2008).

Hal ini berimplikasi bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi perlu untuk ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Selain itu diperlukan juga adanya dukungan dari keluarga terutama suami pada ibu untuk menyusui bayinya.

Dukungan tenaga kesehatan juga sangat penting untuk memberikan motivasi dan dorongan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif melalui penyuluhan maupun konseling.

6.2 Hasil Pengujian Hipotesis

6.2.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada tabel 5.7 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang

(63)

  memiliki bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Kassi-Kassi. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini terbukti bahwa terdapat adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang memiliki bayi usia di bawah 12 bulan. Hasil ini dapat diartikan bahwa pengetahuan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap terbentuknya praktik pemberian ASI eksklusif.Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berusia < 6 bulan merupakan bentuk perilaku pemberian ASI saja tanpa ada tambahan cairan atau makanan padat, selain obat-obatan dan vitamin. Adanya berbagai alasan dan faktor budaya yang melekat pada masyarakat sering kali bayi diberi makanan tambahan pada usia < 6 bulan. Perilaku ibu memberikan ASI secara eksklusif hanya dapat terbentuk apabila ibu mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif mencakup pengertian, alasan pemberian ASI eksklusif, manfaat dan dampak yang dapat ditimbulkan apabila tidak memberikan ASI secara eksklusif. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin baik perilaku pemberian ASI eksklusif. Didukung hasil tabulasi silang diketahui sebagian besar responden yang berpengetahuan baik, memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sebesar (69,6%), sedangkan responden yang berpengetahuan sedang seluruhnya

(64)

  tidak memberikan ASI eksklusif sebesar (8,7%) dan bagi yang kurang berpengetahuan baik dan tidak memberikan ASI eksklusif adalah sebesar (2,2%).

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif dengan keeratan kategori cukup kuat.

Berdasarkan uraian di atas, ibu yang memiliki pengetahuan memadai tentang ASI eksklusif akan lebih memperhatikan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi maupun dirinya sendiri. Dengan demikian, ibu memiliki pengetahuan yang baik akan cenderung lebih berupaya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

6.2.2 Hubungan Antara Pendidikan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian pada Tabel 5.9 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p>0,05) antara tingkat pendidikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini memang tidak terbukti bahwa terdapat adanya hubungan antara pendidikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Hasil tersebut berarti tingkat pendidikan ibu tidak mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif. Seseorang ibu yang berpendidikan tinggi belum tentu memiliki perilaku pemberian ASI secara eksklusif. Buktinya masih ada 4,3% ibu yang berpendidikan tinggi terutamanya pada tingkat S1 tetap tidak memberikan ASI eksklusif.

Menurut Lewin (dalam Elmiyasna, 2009) bahwa pendidikan formal yang diterima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan seseorang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Semua utusan tersbut dikirm untuk melakukan diplomasi perdagangan dengan Makassar dan membicarakan mengenai monopoli rempah-rempah di Maluku, namun semua hal

nafkah masa tunggu istri yang tertalak ba’in kubra&gt; dalam keadaan hamil , maka penulis melakukan penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, namun

Pengetahuan gizi juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, khususnya dalam memilih makanan yang tepat, bergizi, seimbang dan

Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengusulkan ubah suaian kaedah perluasan- TOPSIS berasaskan potongan-α daripada sebelas kepada hanya tiga nilai potongan-α bagi

Tahap selanjutnya adalah development, yaitu mengembangkan LKS berbasis etnomatematika pada proses pembuatan tahu takwa pada submateri Sistem Persamaan Linier Dua

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi, budaya

Dengan demikian diharapkan mereka siap untuk bersaing dengan sumber daya manusia atau tenaga kerja dari negara lainnya ketika besok pada tahun 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN

Apakah kamu meluangkan waktu untuk mengakui berkat-berkat yang telah kamu terima dari Allah, setelah cobaan-cobaan