• Tidak ada hasil yang ditemukan

BRPKM Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental e-issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BRPKM Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental e-issn:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

http://e-journal.unair.ac.id/index.php/BRPKM e-ISSN: 2776-1851

ARTIKEL PENELITIAN

Pengaruh SMI Credibility dan Interaksi Parasosial terhadap Purchase Intention Produk Fashion Generasi Y di Instagram

MEIDY CITRA AULIA & DEWI SYARIFAH*

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh social media influencer credibility (SMI) dan interaksi parasosial terhadap purchase intention produk fashion pada generasi Y di Instagram. Jumlah partisipan penelitian sebanyak 80 partisipan dengan usia sekitar 21 hingga 40 tahun. Data pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis pada penelitian ini adalah analisis regresi linear menggunakan aplikasi SPSS 25. Hasil yang didapat adalah SMI credibility dan interaksi parasosial nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05; artinya secara simultan keduanya memiliki pengaruh secara signifikan terhadap purchase intention produk fashion pada konsumen generasi Y di Instagram.

Kata kunci: instagram, interaksi parasosial, purchase intention, social media influencer credibility ABSTRACT

This study aims to examine the effect of social media influencer credibility (SMI) and parasocial interaction on purchase intention of fashion products in Generation Y on Instagram. The number of study participants was 80 participants aged between 21 to 40 years. The data in this study were analyzed using a quantitative approach. The analysis technique in this study is linear regression analysis using the SPSS 25 application. The results obtained are SMI credibility and parasocial interaction, a significance value of 0.000 <0.05; it means that simultaneously both have a significant influence on the purchase intention of fashion products on generation Y consumers on Instagram.

Keywords: instagram, parasocial interaction, purchase intention, social media influencer credibility

Buletin Penelitian Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 2022, Vol. 2(1), 180-191

*Alamat korespondensi: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Kampus B Universitas Airlangga Jalan Airlangga 4-6 Surabaya 60286. Surel: dewi.syarifah@psikologi.unair.ac.id

Naskah ini merupakan naskah dengan akses terbuka dibawah ketentuan the Creative Common Attribution License (CC-BY-4.0) (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), sehingga penggunaan, distribusi, reproduksi dalam media apapun atas artikel ini tidak dibatasi, selama sumber aslinya disitir dengan baik.

(2)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

PENDAHULUAN

Memasuki era digitalisasi membuat teknologi menjadi salah satu aspek penting yang berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Menurut Xiao dkk. (2018 dalam Yılmazdoğan, Doğan, & Altıntaş, 2021) salah satunya adalah perilaku konsumtif individu yang mengalami banyak perubahan di beberapa tahun terakhir karena kemajuan fasilitas yang dimiliki internet. Aktivitas online menggunakan internet tidak hanya terbatas pada media jaringan, tetapi juga media transaksi serta media pemasaran (Kidane &

Sharma, 2016). Aktivitas belanja secara online memunculkan sebuah fenomena, yaitu social commerce—

pengembangan jejaring sosial dan e-commerce untuk promosi produk dan mempengaruhi perilaku pembelian penggunanya (Chen dkk., 2018). Artinya jejaring atau media sosial bukan hanya sekedar media komunikasi, tetapi dimanfaatkan pula dalam pemasaran produk untuk meraih keuntungan pelaku bisnis. Konten yang diunggah ke media sosial merupakan sebuah pesan, tujuan dari isi pesan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan sekelompok konsumen, baik berupa pesan utilitarian (fitur, instruksi, dan fungsi) ataupun pesan recreational (hiburan, kesenangan, eksplorasi, dan presentasi diri) yang dapat menambah tingkat partisipasi dan niat beli dari konsumen (Amornpashara dkk., 2015).

Menurut Ganguly (2015, dalam Arora dkk., 2019) Konten media sosial sendiri telah digunakan oleh beberapa merek sebagai usaha bersaing dengan merek yang lain melalui promosi produk dan penawaran, serta menjaga reputasi di antara pemangku kepentingan. Salah satu media yang paling diminati di Indonesia adalah Instagram (Wearesocial, 2021) dengan usia penggunanya dari tahun 2019 sampai 2020 didominasi anak muda dengan kategori usia 13-17 tahun, 18-24 tahun, dan 25-24 tahun (Riyanto, 2020). Instagram menjadi daya tarik bagi pemilik bisnis, memanfaatkan platform ini untuk memfasilitasi proses jual beli dengan pelanggan melalui cara yang lebih efektif dibandingkan dengan platform lain seperti Pinterest, LinkedIn, ataupun Twitter (Abed, 2018).

Dalam menarik pelanggan, pelaku bisnis perlu mengetahui perilaku belanja beberapa generasi.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa motivasi konsumen untuk membeli juga terkait dengan generasi mereka (Krbová & Pavelek, 2015). Peneliti melihat sebuah fenomena, yaitu konsumen dalam rentang usia yang tergolong muda memiliki kecenderungan tertentu dalam aktivitas belanja mereka (Belleau dkk., 2007). Generasi Y merupakan generasi yang memiliki daya beli besar dan mampu membelanjakan uang secara spontan (Krbová & Pavelek, 2015) dibandingkan generasi yang lahir setelahnya. Generasi Y termasuk generasi yang melek teknologi dibanding generasi sebelumnya—

generasi X (Ladhari dkk., 2019). Generasi ini masuk kedalam era dimana semua informasi mengenai sebuah produk bisa didapatkan dengan mudah melalui media online. Oleh karena itu proses pengambilan keputusan dan sebagian besar tahap akhir dari pembelian sebuah produk biasa mereka lakukan secara online (Krbová & Pavelek, 2015).

Menurut Williams & Page (2011, dalam Valaei & Nikhashemi, 2017) generasi Y termasuk ke dalam konsumen yang terobsesi dengan fashion, bahkan sampai menghabiskan hampir 70% dari uang mereka untuk produk fashion dan pakaian (Bakewell & Mitchel, 2003). Produk fashion terus mendapatkan perhatian konsumen karena penggunaannya yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari dan dianggap sebagai cara untuk menunjukkan self-expression (Chun dkk., 2018). Didukung dengan hadirnya Instagram yang mempermudah generasi ini untuk mencari informasi terkait fashion, banyak pecinta fashion yang menjadikan Instagram sebagai platform untuk melihat dan mencari konten mengenai fashion (Negi & Pabalkar, 2020).

Perilaku membeli sendiri adalah proses kompleks yang dilakukan dalam mencari, membeli, memakai, memilih, dan melakukan evaluasi terhadap suatu produk ataupun jasa dengan tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan (Belch & Belch, 2004). Intensi pembelian atau purchase intention adalah

(3)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

kecenderungan individu untuk membeli sebuah produk (Fishbein & Ajzen, 1977). Menurut Warshaw dan Davis (1985, dalam Vuong & Nguyen, 2018) Purchase intention adalah proses merencanakan terlebih dahulu dalam membeli barang atau jasa tertentu di masa depan yang merupakan niat beli dengan kemungkinan akan dilakukan ataupun tidak, tergantung dari individu tersebut untuk mewujudkannya. Dapat diartikan bahwa niat atau intensi dari konsumen masih berupa sebuah pemikiran atau keinginan, jika konsumen memiliki kemauan, maka intensi dari konsumen akan terwujud menjadi sebuah perilaku. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi purchase intention menurut Ferdinand (2006, dalam Isyanto, dkk., 2020) adalah interest explorative, yaitu perilaku mencari informasi mengenai suatu produk yang menarik bagi individu tersebut. Proses pencarian informasi dapat berupa gambar dan video. Instagram merupakan salah satu media sosial yang mendukung kedua bentuk pencarian tersebut, terutama pada produk fashion yang menjadikan elemen visual dalam Instagram sangat penting (Djafarova & Bowes, 2021).

Salah satu cara memasarkan produk menggunakan media sosial Instagram adalah melalui endorsement atau dukungan dari pihak yang mampu memasarkannya, seperti social media influencer (SMI). Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, SMI dipercaya mampu memasarkan produk lebih efektif dibandingkan dengan media pemasaran yang lain (Lim, dkk., 2017), diperkuat dengan hasil survei yang mengatakan 82% orang cenderung mengikuti rekomendasi dari influencer favorit mereka (Talaverna, 2015). Menurut Barker dalam tulisannya di Forbes (2017, dalam Lim dkk., 2017), Media Kix marketing melaporkan sekitar 80% pemasar online setuju bahwa SMI adalah pendukung brand yang berpotensi meningkatkan bisnis mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini menjadikan SMI sangat diminati oleh produsen yang ingin memasarkan produk mereka melalui media sosial. Sekitar 17% perusahaan telah merencanakan untuk menginvestasikan setengah anggaran pemasaran untuk influencers (Bailis, 2021).

Mengunggah konten tentang sebuah merek atau produk adalah cara SMI untuk mendukung mereka, yang kemudian dapat membentuk sikap konsumen terhadap produk tersebut (Freberg, dkk., 2011).

Social media influencer adalah orang-orang non-selebriti dengan jumlah pengikut yang banyak dalam satu atau lebih platform media sosial yang memberikan pengaruh pada pengikut mereka (Agrawal, 2016; Varsamis, 2018). Dalam teori source credibility, SMI menjadi sumber utama dari sebuah produk atau merek. SMI mampu meningkatkan visibilitas merek, mendorong keterlibatan, dan mempengaruhi keputusan pembelian bagi jutaan pengguna media sosial (Statista, 2021) Menurut penelitian sebelumnya mengatakan bahwa, purchase intention seseorang terhadap sebuah merek atau produk sangat dipengaruhi oleh kredibilitas sumber utama (Ohanian, 1990). Dalam konteks pemasaran menggunakan endorser di media sosial, SMI sebagai sumber utama dari suatu merek atau produk dan kredibilitasnya dapat mempengaruhi purchase intention seseorang. Perilaku purchase intention cenderung muncul pada konsumen ketika kredibilitas dari endorser sebagai seorang sumber sangat tinggi (Christian & Syarifah, 2021).

Selain kredibilitas dari SMI yang dapat mempengaruhi purchase intention, bentuk komunikasi dan interaksi SMI di media sosial juga dapat memberikan pengaruh terhadap purchase intention. Pengguna yang mengikuti akun media sosial milik SMI biasanya mengalami interaksi interpersonal satu arah dengan influencer favorit mereka, hal ini disebut dengan interaksi parasosial (Gong & Li, 2017). SMI menghasilkan proses transfer makna melalui asumsi dari pengikut akun media sosial mereka, yang kemudian memunculkan perasaan positif terhadap sebuah produk sebagai akibat dari asumsi pengikut mereka terhadap sifat positif yang dimiliki SMI (Silvera & Austad, 2004). Hal ini kemudian secara positif mempengaruhi niat membeli atau purchase intention (Kim, dkk., 2015). Pada penelitian yang lain juga menyebutkan bahwa interaksi parasosial memberikan pengaruh pada penonton Youtube terhadap purchase intention (Purnamaningsih & Rizkalla, 2020). Sedangkan pada penelitian ini akan berfokus pada social media influencer (SMI) di media sosial Instagram. Instagram memiliki daya tarik bagi pelaku

(4)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

bisnis, sebagai platform yang mampu memfasilitasi mereka dengan pelanggan melalui cara yang lebih efektif dibandingkan media sosial yang lain (Abed, 2018). SMI sendiri lebih banyak memilih Instagram sebagai platform tempat mereka berbagi konten dibandingkan dengan media sosial yang lain seperti Tiktok ataupun Youtube (Mediakix, 2021).

Pada umumnya pendukung dari sebuah iklan adalah para selebriti, mereka sering digunakan untuk menyampaikan pesan iklan karena dianggap efektif meningkatkan pengenalan merek (brand recognition) dan proses mengingat kembali (recall) merek pada calon pelanggan (Biswas dkk., 2006).

Tetapi kini pemasar lebih tertarik untuk memanfaatkan media sosial dan influencers dalam mempromosikan produknya, walaupun teknik ini memang masih tergolong baru dan belum terlalu banyak penelitian yang membahas tentang SMI. Dari penelitian sebelumnya juga lebih sering berfokus kepada selebriti dibandingkan social media influencers (Sokolova & Kefi, 2019). Sedangkan pemasaran menggunakan SMI semakin meningkat seiring berkembangnya media sosial. Pengguna media sosial di Indonesia terus mengalami peningkatan sejak 2018 hingga 2020 (Riyanto, 2020) dan 48% perusahaan tercatat mulai menaikkan anggaran iklan melalui media digital (Hidayatullah, 2020), memungkinkan teknik pemasaran melalui kerjasama dengan SMI akan semakin bertambah peminatnya. Tentu saja produsen yang memilih media sosial dan SMI sebagai cara untuk mempromosikan atau memperkenalkan produknya, perlu memahami fenomena SMI itu sendiri. Tetapi di Indonesia masih sedikit penelitian yang membahas tentang social media influencers (Silalahi, 2021). Karena teknik pemasaran menggunakan SMI masih tergolong baru, tidak sedikit pemilik usaha lebih berhati-hati dalam melakukan investasi dibandingkan media pemasaran lain (Bailis, 2021).

Dari pemaparan yang dijelaskan di atas, peneliti akan mencari tahu apakah terdapat pengaruh dari social media influencer credibility dan interaksi parasosial di Instagram terhadap intensi membeli produk fashion pada generasi Y. Sehingga produsen, pihak pemasar, maupun social media strategist dapat memberikan pertimbangan dalam menggunakan teknik pemasaran melalui social media influencers serta dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan pemasaran produk dan target konsumen.

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi SMI (Social Media Influencer) yang ingin melakukan endorsement.

Purchase Intention

Purchase intention adalah kecenderungan individu untuk membeli sebuah produk (Fishbein & Ajzen, 1977). Gosh (1990, dalam Mirabi dkk., 2015) mengatakan bahwa purchase intention adalah sebuah alat yang dapat memprediksi proses pembelian. Purchase intention merupakan minat individu untuk membeli setelah memilih dan melakukan penilaian terhadap barang atau jasa yang akan dibeli (Khan dkk, 2012).

Social Media Influencer Credibility

Social media influencer adalah orang-orang dengan jumlah pengikut yang banyak dalam satu atau lebih platform media sosial yang memberikan pengaruh pada pengikut mereka (Agrawal, 2016; Varsamis, 2018). Kredibelitas dapat didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan dan reliabel tidaknya sebuah sumber (Sokolova & Kefi, 2019). Pada media sosial, SMI dapat menjadi sumber bagi pengikutnya. Social Media Influencer (SMI) dalam melakukan endorsement atau dukungan terhadap sebuah produk berdasarkan dari pengalaman yang mereka punya, sehingga kredibilitas seorang SMI sebagai sumber utama dianggap penting untuk konsumen yang tidak memiliki informasi lagi (Munnukka dkk., 2015).

(5)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

Interaksi Parasosial

Anteseden dari Interksi parasosial adalah perceived interactivity (inetarktifitas yang dapat berasal dari kecepatan respon serta kemampuan menyampaikan pesan) dan openness in communication (keterbukaan dalam komunikasi seperti informasi mengenai hobi ataupun keseharian) (Labrecque, 2014). Menurut Wilcox & Stephen (2014, dalam Hwang & Zhang, 2018) hubungan sosial yang kuat akan terbentuk antara pengguna atau pemilik akun dengan followers mereka melalui platform media sosial.

Hubungan sosial yang kuat ini dapat memunculkan interaksi parasosial, yang digambarkan sebagai pengalaman ilusi atau bersifat imajiner seperti followers berinteraksi dengan seseorang (seperti presenter, selebriti, atau karakter) dengan perantara media seolah-olah mereka hadir dan terlibat dalam hubungan timbal balik (Labrecque, 2014). Ketika seorang penggemar memperlakukan selebriti yang dikaguminya seperti teman dekat, hingga mengikuti perkembangan dan informasi terbaru dari selebriti secara teratur dapat meningkatkan ilusi intim mereka dengan selebriti tersebut (Gong & Li, 2017).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H₁: Terdapat pengaruh social media influencer credibility dan interaksi parasosial terhadap purchase intention pada produk fashion oleh generasi Y di Instagram.

H₂: Terdapat pengaruh social media influencer credibility terhadap purchase intention pada produk fashion oleh konsumen generasi Y di Instagram.

H₃: Terdapat pengaruh interaksi parasosial terhadap purchase intention pada produk fashion oleh konsumen generasi Y di Instagram.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah survei cross-sectional, dimana teknik pengumpulan data kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner untuk mengumpulkan data meliputi sikap, pengetahuan, perilaku, ekspektasi, dan demografi (Neuman, 2014), dari pengikut SMI di Instagram yang melihat unggahan SMI favorit mereka saat memberikan promosi atau menggunakan produk yang di-endorse.

Penelitian ini menguji konstruk dalam satu waktu. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu dua variabel independen (social media influencer credibility & interaksi parasosial), serta satu variabel dependen, yaitu Purchase Intention.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling, dengan teknik purposive sampling, tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah pria dan wanita berusia sekitar 21-40 tahun, aktif menggunakan media sosial Instagram, mengikuti minimal satu social media influencer di Instagram. Dari hasil kalkulasi pada G*Power, total sampel yang dibutuhkan untuk mencapai statistical power 80% sebesar 68 responden. Jumlah partisipan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 80 partisipan.

Dalam penelitian ini, social media influencer credibility diukur menggunakan skala The Source Credibility of a Peer Endorser yang diadaptasi dari Munnukka dkk. (2015), dengan 15 butir aitem favorable yang merepresentasikan masing-masing dimensi, antara lain trust sebanyak 4 aitem, expertise sebanyak 4 aitem, similarity sebanyak 3 aitem, dan attractiveness sebanyak 4 aitem. Pendekatan yang digunakan untuk menggali respon adalah dengan penggunaan Skala Likert yang memiliki rentang respon 1 hingga 5, yaitu 1=sangat tidak setuju hingga 5=sangat setuju. Kemudian alat ukur interaksi parasosial

(6)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

diadaptasi dari (Tsay & Bodine, 2012) dengan 18 butir aitem favorable yang merepresentasikan masing- masing dimensi, antara lain guidance dengan aitem sebanyak 8 butir, face-to-face desire dengan aitem sebanyak 4 butir, intimacy dengan aitem sebanyak 3 butir, dan yang terakhir adalah familiarity dengan aitem sebanyak 3 butir. Pendekatan yang digunakan untuk menggali respon adalah dengan penggunaan Skala Likert yang memiliki rentang respon 1 hingga 7, yaitu 1=sangat tidak setuju hingga 7=sangat setuju. Untuk purchase intention menggunakan skala purchase intention milik Liu & Brock yang diadaptasi oleh (Osei-Frimpong dkk., 2019). Alat ukur ini memiliki 6 butir aitem favorable. Pendekatan yang digunakan untuk menggali respon adalah dengan penggunaan Skala Likert yang memiliki rentang respon 1 hingga 5, yaitu 1=sangat tidak setuju hingga 5=sangat setuju.

Data penelitian ini telah memenuhi uji asumsi untuk analisis regresi. Uji asumsi meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas. Uji normalitas residual dilakukan dengan melihat normal probability plot. Berdasarkan normal probability plot tersebut didapatkan grafik mendekati garis diagonal yang berarti nilai residual berdistribusi normal. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat data pada scatterplot, dengan hasil data menyebar dan tidak membentuk pola tertentu sehingga uji heteroskedastisitas terpenuhi. Hasil dari uji linearitas lebih dari 0,05 dan dihitung menggunakan SPSS, hasil yang didapat adalah social media influencer credibility dan interaksi parasosial memiliki hubungan linier dengan purchase intention. Selanjutnya, untuk uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat angka toleransi dan angka Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai toleransi >0,1 dan nilai VIF <10 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas. Semua dimensi variabel bebas dalam penelitian ini menunjukkan nilai toleransi >0,1 dan nilai VIF<10 sehingga dapat disimpulkan bahwa uji multikolinearitas dapat diterima.

Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh social media influencer credibility dan interaksi parasosial terhadap purchase intention. Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 25.

HASIL PENELITIAN

Analisis deskriptif pada penelitian ini menunjukkan variabel social media influencer credibility memiliki data (Min=32; Max=75; Mean=60,97). Pada variabel interaksi parasosial memiliki nilai (Min=37;

Max=126; Mean=87,36). Kemudian pada variabel purchase intention didapatkan nilai sebesar (Min=13;

Max=20; Mean=4,375). Sebesar 7% responden memiliki skor social media influencer credibility yang tinggi, 26,9% responden memiliki skor sedang, dan 6% responden memiliki skor yang rendah. variabel interaksi parasosial memiliki mean sebesar 87.36 yang artinya rata-rata responden memiliki tingkat interaksi parasosial yang tergolong sedang. 5,5% responden memiliki skor interaksi parasosial yang tinggi, 26,9% responden memiliki skor sedang, dan 7,5% responden memiliki skor yang rendah.

variabel purchase intention memiliki mean sebesar 22,81 yang artinya rata-rata responden memiliki tingkat purchase intention yang tergolong sedang. 5% responden memiliki skor purchase intention yang tinggi, 29,4% responden memiliki skor sedang, dan 5,5% responden memiliki skor yang rendah.

Setelah dilakukan analisis regresi linier pada penelitian ini, model diketahui cocok dalam menjelaskan data (F(2,77)=14,0; p=0,000<0,05; R²=0,307) dan varians prediktor dapat menjelaskan 30,7% dari varians variabel dependen. Kemudian untuk analisis linier pada variabel social media influencer credibility dan purchase intention, model diketahui cocok dalam menjelaskan data (F(1,78)=13,072;

p=0,001<0,05; R²=0,144) dan varian prediktor dapat menjelaskan 14,4% dari varians variabel dependen. Untuk analisis regresi linier pada variabel interaksi parasosial dan purchase intention, model diketahui cocok dalam menjelaskan data (F(1,78)=12,36; p=0,000<0,05; R²=0,299) dan varian prediktor

(7)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

dapat menjelaskan 29,9% dari varians variabel dependen. Untuk analisis tambahan telah dilakukan analisis regresi linier dari keempat dimensi variabel social media influencer credibility didapatkan (F(4,75)=8,41; p=0,000<0,05; R²=0,310) dan diketahui bahwa dimensi trust (p=0,02<0,05), expertise (p=0,00<0,05), dan similarity (p=0,016<0,05) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention. Sedangkan pada dimensi variabel interaksi parasosial, tidak terdapat dimensi didapatkan (F(4,75)=8,690; p=0,000<0,05; R²=0,317) yang berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention.

DISKUSI

Dari hasil uji regresi berganda ditemukan bahwa social media influencer (SMI) credibility dan interaksi parasosial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05; artinya secara simultan keduanya memiliki pengaruh secara signifikan terhadap purchase intention produk fashion pada konsumen generasi Y di Instagram, dengan pengaruh sebesar 30,7%. Maka dari itu, H₁ pada penelitian ini dapat diterima.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa SMI credibility dan interaksi parasosial influencers fashion dan kecantikan di Youtube serta Instagram, yang berpengaruh secara simultan terhadap purchase intention (Sokolova & Kefi, 2019).

Dari hasil uji regresi sederhana untuk variabel SMI credibility dan purchase intention ditemukan nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05; artinya SMI credibility berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention produk fashion pada konsumen generasi Y di Instagram, dengan pengaruh sebesar 14,4%. Maka dari itu H₂ pada penelitian ini dapat diterima. Untuk hasil uji regresi sederhana yang dilakukan pada variabel interaksi parasosial dan purchase intention ditemukan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05; artinya interaksi parasosial berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention produk fashion pada konsumen generasi Y di Instagram, dengan pengaruh sebesar 29,9%. Maka dari itu H₃ pada penelitian ini dapat diterima. Pada penelitian Sokolovi dan Kevi (2019 yang dilakukan di Paris, mendapatkan hasil bahwa SMI credibility dari influencers di Instagram dan Youtube sedikit lebih mempengaruhi purchase intention daripada interaksi parasosial, berbeda dengan penelitian ini yang menemukan bahwa interaksi parasosial lebih berpengaruh terhadap purchase intention dibandingkan SMI credibility.

Sedangkan penelitian lain di Malaysia menyebutkan bahwa kredibilitas dari influencer tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention (Lim dkk., 2017). Disebutkan juga, bahwa kemungkinan kurangnya pengetahuan influencer tentang produk yang dipromosikannya (Lim dkk., 2017). Perbedaan hasil dapat dikarenakan peneliti telah memberikan instruksi pada form survei penelitian ini, untuk menuliskan SMI favorit partisipan yang melakukan endorsement produk fashion.

Sehingga SMI yang dinilai kredibilitasnya adalah mereka yang memang memiliki keahlian dalam produk fashion. Menurut Evans (2013 dalam Lim dkk., 2017) endorser yang berada di luar bidang keahlian masing-masing secara tidak langsung mempengaruhi citra yang dirasakan konsumen, yang menyebabkan niat pembelian negatif.

Kemudian dari analisis tambahan yang dilakukan pada setiap dimensi variabel independen ditemukan bahwa dimensi trust, expertise, dan similarity pada variabel SMI credibility memiliki nilai signifikansi <

0,005 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention produk fashion pada konsumen generasi Y di Instagram sedangkan pada dimensi attractiveness tidak memiliki pengaruh positif terhadap purchase intention. Hal ini juga didukung dalam penelitian sebelumnya yang melihat pengaruh attractiveness dari influencer sebagai seorang sumber di media sosial yang menemukan bahwa attractiveness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap purchase intention (Lim dkk., 2017).

(8)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

Sedangkan pada dimensi dari variabel interaksi parasosial tidak ditemukan pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention.

Penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya, walaupun ada beberapa penelitian pula yang memiliki hasil berbeda. Hal-hal seperti ini dapat dipengaruhi oleh social media influencer yang dipilih (Lim dkk., 2017), kepercayaan dari konsumen kepada social media influencer sebagai perwakilan merek (Rahmi, dkk., 2017), maupun kelekatan konsumen dengan social media influencer favorit mereka (Sokolova & Kefi, 2019).

SIMPULAN

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa social media influencer credibility dan interaksi parasosial secara simultan maupun terpisah, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention produk fashion pada generasi Y di Instagram.

Pada penelitian mengenai social media influencer selanjutnya, bisa menggunakan ataupun menambahkan variabel lain dalam melihat pengaruhnya terhadap purchase intention. Melihat dari prosentase pengaruh yang diberikan oleh SMI credibility maupun interaksi parasosial yang tidak terlalu besar, penelitian selanjutnya bisa menggunakan variabel yang sama dan menambahkan variabel lain, seperti attitude homophily (Aw & Labrecque, 2020; Lee & Watkins, 2016). Media sosial juga tidak terbatas pada Instagram, penelitian pada media sosial lain seperti Twitter, Youtube, Tik-Tok, ataupun Facebook juga dapat menambahkan kontribusi pada penelitian mengenai social media influencer.

Untuk produsen yang ingin mempromosikan produknya melalui social media influencer dapat menggunakan penelitian ini sebagai pertimbangan sebelum menginvestasikan dana pada pemasaran di media sosial. Produsen dapat memilih social media influencer dengan kredibilitas tinggi, memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan promosi produk, mampu mengkomunikasikan sebuah pesan atau unggahan, dan seberapa sering unggahan seorang influencer di media sosial mendapat tanggapan dari pengikut mereka. Saran untuk pihak social media influencer sendiri adalah dapat memulai untuk meningkatkan kredibilitas, dimulai dengan berfokus pada keahlian yang dimiliki dan meningkatkan komunikasi interaktif dengan pengikut melalui cara seperti melakukan siaran langsung, memberikan kuis atau pertanyaan pada pengikut dan membiarkan para pengikut menanggapi sert memberikan jawaban, sehingga dapat meningkatkan interaksi parasosial dari pengikutnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, seluruh partisipan penelitian, serta seluruh pihak yang membantu proses penulisan dan penyelesaian penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang baru mengenai social media influencer di Indonesia.

DEKLARASI POTENSI TERJADINYA KONFLIK KEPENTINGAN

Meidy Citra Aulia dan Dewi Syarifah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi manapun yang mungkin akan mengambil untung dari diterbitkannya naskah ini.

(9)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

PUSTAKA ACUAN

Abed, S. (2018). An empirical examination of Instagram as an s-commerce channel. Journal of Advances in Management Research, 15(2), 146–160. https://doi.org/10.1108/JAMR-05-2017-0057

Agrawal, A. J. (2016). Forbes: Why Influencer Marketing Will Explode in 2017. Retrieved from https://www.forbes.com/sites/ajagrawal/2016/12/27/why-influencer-mar-keting-will-

explode-in-2017/#3bfaf85c20a9

Amornpashara, N., Rompho, N., & Phadoongsitthi, M. (2015). A study of the relationship between using Instagram and purchase intention. Journal for Global Business Advancement, 8(3), 354–370.

https://doi.org/10.1504/JGBA.2015.071330

Arora, A., Bansal, S., Kandpal, C., Aswani, R., & Dwivedi, Y. (2019). Measuring social media influencer index- insights from facebook, Twitter and Instagram. Journal of Retailing and Consumer Services, 49, 86–101. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2019.03.012

Aw, E. C.-X., & Labrecque, L. I. (2020). Celebrity endorsement in social media contexts: understanding the role of parasocial interactions and the need to belong. Journal of Consumer Marketing, 37(7), 895–908. https://doi.org/10.1108/JCM-10-2019-3474

Bailis, R. (2021). The State of Influencer Marketing: 10 Influencer Marketing Statistics to Inform Where You Invest. Retrieved October 19, 2021, from https://www.bigcommerce.com/blog/influencer- marketing-statistics/#what-is-influencer-marketing

Bakewell, C., & Mitchel, V. W. (2003). Generation Y female consumer decision making style. International Journal of Retail and Distribution Management, 31(2), 95–106.

https://doi.org/10.1108/09590550310461994.

Belch, G. E., & Belch, M. A. (2004). Advertising and Promotion (Sixth). New York: Mc Graw Hill.

Belleau, B. D., Summers, T. A., Xu, Y., & Pinel, R. (2007). Theory of Reasoned Action: Purchase Intention of Young Consumers. Clothing and Textiles Research Journal, 25(3), 244–257.

https://doi.org/10.1177/0887302X07302768

Biswas, D., Biswas, A., & Das, N. (2006). The differential effects of celebrity and expert endorsements on consumer risk perceptions. The role of consumer knowledge, perceived congruency, and product technology orientation. Journal of Advertising, 35(2), 17–31.

https://doi.org/10.1080/00913367.2006.10639231

Chen, C.-C., Hsiao, K.-L., & Wu, S.-J. (2018). Purchase intention in social commerce: An empirical examination of perceived value and social awareness. Library Hi Tech, 36(4), 583–604.

https://doi.org/10.1108/LHT-01-2018-0007

Christian, R. H., & Syarifah, D. (2021). Pengaruh Social Media Marketing terhadap Intensi Membeli Produk Perawatan Kulit pada Pria. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental, 1(2), 1075–1084.

https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i2.28539

Chun, C. S., Lim, W. M., Tan, R. W., & Teh, E. W. (2018). Impact of social media influencer on Instagram user purchase intention: the fashion industry. UTAR.

Djafarova, E., & Bowes, T. (2021). ‘Instagram made Me buy it’: Generation Z impulse purchases in fashion

(10)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

industry. Journal of Retailing and Consumer Services, 59, 102345.

https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2020.102345

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1977). Belief, attitude, intention, and behavior: An introduction to theory and research. Philosophy and Rhetoric, 10(2), 130–132.

Freberg, K., Graham, K., McGaughey, K., & Freberg, L. A. (2011). Who are the social media influencers? A study of public perceptions of personality. Public Relations Review, 37(1), 90–92.

https://doi.org/10.1016/j.pubrev.2010.11.001

Gong, W., & Li, X. (2017). Engaging fans on microblog: the synthetic influence of parasocial interaction and source characteristics on celebrity endorsement. Psychology & Marketing, 34(7), 720–732.

https://doi.org/10.1002/mar.21018

Hidayatullah, T. (2020). Lokadata: Penonton dan pengiklan di TV mulai beralih. Retrieved January 30, 2021, from https://lokadata.id/artikel/penonton-dan-pengiklan-di-tv-mulai-beralih

Hwang, K., & Zhang, Q. (2018). Influence of parasocial relationship between digital celebrities and their followers on followers’ purchase and electronic word-of-mouth intentions. Computers in Human Behavior, 87, 155–173. https://doi.org/10.1016/j.chb.2018.05.029

Isyanto, P., Sapitri, R. G., & Sinaga, O. (2020). Micro influencers marketing and brand image to purchase intention of cosmetic products focallure. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(1), 601–605.

Khan, I., Ghauri, T. A., & Majeed, S. (2012). Impact of brand related attributes on purchase intention of customers. A study about the customers of Punjab, Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4(3), 194–200.

Kidane, T. T., & Sharma, R. R. K. (2016). Factors Affecting Consumers’ purchasing Decision through ECommerce. In Proceedings of the 2016 International Conference on Industrial Engineering and Operations Management Kuala Lumpur, Malaysia (Vol. 8, pp. 159–165).

Kim, H., Ko, E., & Kim, J. (2015). SNS users’ para-social relationships with celebrities: social media effects on purchase intentions. Journal of Global Scholars of Marketing Science, 25(3), 279–294.

https://doi.org/10.1080/21639159.2015.1043690

Krbová, P., & Pavelek, T. (2015). Generation Y: Online shopping behaviour of the secondary school and university students. Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 63(2), 567–575. https://doi.org/10.11118/actaun201563020567

Labrecque, L. I. (2014). Fostering consumer–brand relationships in social media environments: The role of parasocial interaction. Journal of Interactive Marketing, 28(2), 134–148.

https://doi.org/10.1016/j.intmar.2013.12.003

Ladhari, R., Gonthier, J., & Lajante, M. (2019). Generation Y and online fashion shopping: Orientations and profiles. Journal of Retailing and Consumer Services, 48, 113–121.

https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2019.02.003

Lee, J. E., & Watkins, B. (2016). YouTube vloggers’ influence on consumer luxury brand perceptions and intentions. Journal of Business Research, 69(12), 5753–5760.

https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2016.04.171

(11)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

Lim, X. J., Radzol, A. M., Cheah, J., & Wong, M. W. (2017). The impact of social media influencers on purchase intention and the mediation effect of customer attitude. Asian Journal of Business Research, 7(2), 19–36.

Mediakix. (2021). How Many Influencers are There? New Data, Calculations & Charts. Retrieved October 19, 2021, from https://mediakix.com/blog/how-many-influencers-are-there/#:~:text=There Are 3.2M – 37.8M Influencers In The World

Mirabi, V., Akbariyeh, H., & Tahmasebifard, H. (2015). A study of factors affecting on customers purchase intention. Journal of Multidisciplinary Engineering Science and Technology (JMEST), 2(1).

Munnukka, J., Uusitalo, O., & Toivonen, H. (2015). Credibility of a peer endorser and advertising effectiveness. Journal of Consumer Marketing. https://doi.org/10.1108/JCM-11-2014-1221 Negi, N., & Pabalkar, V. (2020). IMPACT OF INSTAGRAM AND INSTAGRAM INFLUENCERS IN PURCHASE

CONSIDERATION IN INDIA. European Journal of Molecular & Clinical Medicine, 7(11), 68–86.

Neuman, W. L. (2014). Social Research Methods: qualitative and quantitative approaches (7th ed.).

Harlow: Pearson Education Limited.

Ohanian, R. (1990). Construction and validation of a scale to measure celebrity endorsers’ perceived expertise, trustworthiness, and attractiveness. Journal of Advertising, 19(3), 39–52.

https://doi.org/10.1080/00913367.1990.10673191

Osei-Frimpong, K., Donkor, G., & Owusu-Frimpong, N. (2019). The impact of celebrity endorsement on consumer purchase intention: An emerging market perspective. Journal of Marketing Theory and Practice, 27(1), 103–121. https://doi.org/10.1080/10696679.2018.1534070

Purnamaningsih, P., & Rizkalla, N. (2020). The Role of Parasocial Interaction on Consumers’ Intention to Purchase Beauty Products (El Papel De La Interacción Parasocial En La Intención De Los Consumidores De Comprar Productos De Belleza). Revista CEA, 6(12).

Rahmi, Y., Sekarasih, L., & Sjabadhyni, B. (2017). The influence of beauty vlog on perceived source credibility and purchase intention. Makara Human Behavior Studies in Asia, 21(1), 13–23.

https://doi.org/10.7454/mssh.v21i1.3496

Riyanto, A. D. (2020). Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2020. Retrieved September 15, 2020, from https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2020/

Silalahi, A. T. (2021). Micro-Influencer Celebrity’s Communication Strategy in Brand Promotion.

Humaniora, 12(1), 21–28. https://doi.org/10.21512/humaniora.v12i1.6786

Silvera, D. H., & Austad, B. (2004). Factors predicting the effectiveness of celebrity endorsement advertisements. European Journal of Marketing, 38(11/12), 1509–1526.

https://doi.org/10.1108/03090560410560218

Sokolova, K., & Kefi, H. (2019). Instagram and YouTube bloggers promote it, why should I buy? How credibility and parasocial interaction influence purchase intentions. Journal of Retailing and Consumer Services, 53, 101742. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2019.01.011

Statista. (2021). Global Influencer Marketing Value 2016-2021.

Talaverna, M. (2015). 10 Reasons Why Influencer Marketing is The Next Big Thing. Retrieved from

(12)

Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM) 2022, Vol. 2(1), 180-191

http://www.adweek.com/digital/10-reasons-why-influencermarketing-is-the-next-big-thing/

Tsay, M., & Bodine, B. M. (2012). Exploring parasocial interaction in college students as a multidimensional construct: Do personality, interpersonal need, and television motive predict their relationships with media characters? Psychology of Popular Media Culture, 1(3), 185.

https://doi.org/10.1037/a0028120

Valaei, N., & Nikhashemi, S. R. (2017). Generation Y consumers’ buying behaviour in fashion apparel industry: a moderation analysis. Journal of Fashion Marketing and Management: An International Journal, 21(4), 523–543. https://doi.org/10.1108/JFMM-01-2017-0002

Varsamis, E. (2018). Forbes: Are Social Media Influencers The Next-Generation. Retrieved from https://www.forbes.com/sites/theyec/2018/06/13/are-social-media-influencers-the-next- generation-brand-ambassadors/#2d8b9e82473d.

Vuong, H. G., & Nguyen, M. T. (2018). Factors Influencing Millennials’ Purchase Intention towards Fast Fashion Products: A Case Study in Vietnam. International Journal of Social Science and Humanity, 8(8), 235–240.

Wearesocial. (2021). Digital 2021: The Latest Insights Into The ‘State Of Digital.’ Retrieved December 23, 2021, from https://wearesocial.com/uk/blog/2021/01/digital-2021-the-latest-insights-into- the-state-of-digital/

Yılmazdoğan, O. C., Doğan, R. Ş., & Altıntaş, E. (2021). The impact of the source credibility of Instagram influencers on travel intention: The mediating role of parasocial interaction. Journal of Vacation Marketing, 7(3), 299–313. https://doi.org/10.1177/1356766721995973

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vecina &amp; Piñuela (2017), ditemukan hubungan antara teori pondasi moral dengan kedua dimensi seksisme ambivalen, dimana

Hasil dari penelitian ini, variabel grit dan kesiapan kerja memiliki hubungan positif yang signifikan sebesar 0.304 sehingga semakin tinggi grit yang dimiliki maka kesiapan kerja

Kendati demikian, penelitian Safavi dan Bouzari (2019) dilakukan kepada mereka yang telah memiliki pekerjaan yang mana berbeda dengan konteks penelitian yang ingin penulis cari

Oleh karena itu, meninjau bagaimana pentingnya resiliensi dan dampak luar biasa yang dapat dideterminasi oleh kebersyukuran serta penelitian-penelitian terdahulu yang

Sebelum melakukan uji regresi penulis melakukan uji korelasi untuk mengetahui arah hubungan dari masing masing variabel dan didapatkan Conversation orientation [r = -0,348 , n =

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa variabel penggunaan media sosial dan variabel dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak berusia dewasa

Metode praktik yang diterapkan partisipan 1 dengan mengadakan kegiatan pramuka sebagai ajang untuk praktik ilmu kepramukaan sekaligus mendidik karakter peserta

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah (H 1 ) environmental knowledge berpengaruh terhadap green purchase intention pada generasi milenial, (H 2 ) environmental concern