• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Audit Report Lag

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Determinan Audit Report Lag"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2598-831X (Print) and ISSN : 2598-8301 (Online)

Determinan Audit Report Lag

Edy Susanto1 Ummu Kalsum2 Kirana Ikhtiari3 Muslim Muslim4 Program Studi Akuntansi, Universitas Muslim Indonesia

DOI: 10.37531/sejaman.v4i2.1191

Abstrak

Penelitian ini lebih fokus pada Audit Report Lag (ARL) menggunakan profitabilitas, ukuran KAP, Good Corporate Governance dan ukuran perusahaan pada sektor perbankan karena pada indikator finansial sektor perbankan berbeda dengan indikator finansial perusahaan manufaktur, yaitu pada sektor jasa khususnya perusahaan perbankan menggunakan metode RGEC. Indikator keuangan perbankan yang sebelumnya menggunakan metode rasio CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings power, Liquidity, dan Sensitivityto Market risk) yang diganti ke metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings dan Capital), hal inilah dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian menggunakan indikator keuangan perbankan terbaru yaitu metode RGEC yang menjadi kebaharuan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif serta pengumpulan data melalui dokumentasi, Sampel penelitian yaitu perusahaan perbankan khusunya yang terdaftar dalam indeks infobank15 BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Risk Profile dan Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadapARL sedangkan Earnings dan Capital berpengaruh signifikan terhadap ARL.

Kata Kunci: Audit, LDR, RGEC, ROA, CAR

Abstract

This study focuses more on Audit Report Lag (ARL) using profitability, KAP size, Good Corporate Governance, and company size in the banking sector because the financial indicators of the banking sector are different from the financial indicators of manufacturing companies, namely in the service sector, especially banking companies using the RGEC method. Banking financial indicators that previously used the CAMELS ratio method (Capital, Asset Quality, Management, Earnings power, Liquidity, and Sensitivity to Market risk) were replaced with the RGEC method (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital); this is the basis for researchers to conduct research using the latest banking financial indicators, namely the RGEC method which is the novelty in this research. This study uses a quantitative approach and data collection through documentation. The research sample is banking companies, especially those listed on the IDX infobank15 index. The results showed that the Risk Profile and Good Corporate Governance had no significant effect on ARL while Earnings and Capital had a significant effect on ARL.

Keywords: Audit, LDR, RGEC, ROA, CAR.

Copyright (c) 2021 Edy Susanto

 Corresponding author :

Email Address : [email protected]

(2)

PENDAHULUAN

Semаkin mаju suаtu negаrа, mаkа semаkin besаr perаnаn perbаnkаn dаlаm mengendаlikаn negаrа tersebut (Yunika, Suhadak, & Topowijono, 2017). Kemajuan aktivitas pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang terdaftar dan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) khusunya indks infobank15 yang menjadi subjek penelitian. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya, Tenggang waktu Audit Report Lag (ARL) merupakan waktu yang dibutuhkan auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Salah satu kendala dalam menghasilkan kualitas informasi laporan keuangan yang relevan yaitu ketepatan penyampaian laporan keuangan (Kusumah & Manurung, 2017) (Su’un &

Hajering, 2020). Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangannya juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya (Faishal & Hadiprajitno, 2015). Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Jika terdapat penundaan dalam pelaporan keuangan, maka akan berpengaruh terhadap informasi yang dihasilkan.

Teori sinyal adalah salah satu teori yang melandasi audit report lag. Menurut jogiyanto yaitu informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor (pemegang saham) dalam pengambilan keputusan investasi. Pada saat informasi terkait kinerja keuangan perusahaan dari hasil audit laporan keuangannya diumumkan, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik atau signal buruk (Jogiyanto, 2014). Jika pengumuman informasi tersebut dianggap sebagai signal baik, maka investor akan tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham (Suwardjono, 2010). Investor pada umumnya menganggap keterlambatan pelaporan keuangan dan proses auditnya merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan.

Berdasarkan pengamatan, masih banyak perusahaan perbankan indeks infobank15 yang mengalami tenggang waktu audit report lag yang berkepanjangan.

Dalam penelitian ini disebutkan faktor yang mempengaruhi audit report lag khususnya perusahaan perbankan dimana salah satu faktor tesebut yaitu kinerja keuangan yang mengarah kepada rasio keuangan pada perusahaan jasa khususnya sektor perbankan dengan determinan sesuai dengan (Surat Edaran) SE Bank Indonesia, Nomor: 13/1/PBI/2011) tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum terdapat empat faktor yaitu Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earnings (Rentabilitas) dan Capital (Permodalan) yang disebut dengan Metode RGEC (Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011, 2011). Metode RGEC berlaku aktif sejak tanggal 1 Januari 2012 yaitu untuk penilaian tingkat kesehatan bank Periode yang terakhir 31 Desember 2011 dan sekaligus mencabut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum sebelumnya yaitu metode CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings power, Liquidity, dan Sensitivity to Market risk).

Metode RGEC terdiri dari empat faktor menurut PBI No.13/1/PBI/2011.

Faktor pertama, risk profile (risiko profil) merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank.

(3)

Bank Indonesia sebagai pemegang regulasi sektor perbankan menemukan bahwa risiko merupakan suatu faktor penentu yang harus mulai dipertimbangkan dalam penentuan kinerja dan kesehatan bank. Apabila sebuah bank dapat mengelola dan memiliki manajemen risiko yang baik, maka bisa dipastikan bank tersebut memiliki kesehatan yang baik di masa depan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah risiko likuiditas yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio). Karena LDR adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber agar tidak terjadi kredit macet dan kebangkrutan pada bank.

Faktor kedua adalah good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik) merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip GCG.

Konsep GCG (tata kelola perusahaan yang baik) menjadi prasyarat utama untuk menjaga eksistensi perbankan agar tidak bangkrut. Indikator dalam GCG yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, fairness (kewajaran), responsibilitas, dan independensi. Faktor ketiga adalah earnings (rentabilitas) merupakan penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings sustainabilitiy earnings bank. Indikator Earnings yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA (Return on Asset). Karena ROA menunjukkan kinerja bank yang mengukur efektifitas bank dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki bank.

Faktor keempat adalah capital (permodalan) merupakan penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan (Arsyad et al., 2021).

Indikator yang digunakan dalam faktor permodalan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio). Karena, CAR untuk menguji kecukupan modal bank. Semakin efisien modal bank yang digunakan untuk aktivitas operasional mengakibatkan bank mampu meningkatkan pemberian kredit sehingga akan mengurangi tingkat risiko bank.

Tabel 1. Perkembangan RGEC Perbankan

Kode Bank Indikator 2015 2016 2017 2018

BBNI

LDR 87,8% 90,4% 85,6% 88,8%

GCG 2 2 2 2

ROA 2,6% 2,7% 2,7% 2,8%

CAR 19,5% 19,4% 18,5% 18,5%

BBRI

LDR 86,88% 87,77% 88,13% 89,57%

GCG 1 1 2 2

ROA 4,19% 3,84% 3,69% 3,68%

CAR 20,59% 22,91% 22,96% 21,21%

BBTN

LDR 108,78% 102,66% 103,13% 103,25%

GCG 2 2 2 2

ROA 1,61% 1,76% 1,71% 1,34%

CAR 16,97% 20,34% 18,87% 18,21%

Penelitian ini berangkat dari adanya perbedaan hasil penelitian yang terjadi pada beberapa penelitian terdahulu dan fluktuasi rasio RGEC perusahaan perbankan khususnya yang terdaftar di indeks infobank15 (tabel 1). Penelitian terdahulu lebih fokus pada audit report lag menggunakan profitabilitas, ukuran KAP, Good Corporate Governance dan ukuran perusahaan yang fokusnya tidak pada sektor

(4)

perbankan tapi fokus penelitiannya pada perusahaan manufaktur, dasar inilah yang membuat peneliti tertarik dikarenakan pada indikator finansial sektor perbankan berbeda dengan indikator finansial perusahaan manufaktur, yaitu pada sektor jasa khusunya perusahaan perbankan menggunakan metode RGEC. Indikator keuangan perbankan yang sebelumnya menggunakan metode rasio CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earnings power, Liquidity, dan Sensitivity to Market risk) yang diganti ke metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings dan Capital), hal inilah dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian menggunakan indikator keuangan perbankan terbaru yaitu metode RGEC yang menjadi kebaharuan dalam penelitian ini. Penelitian ini mengkombinasikan kedua penelitian sebelumnya dan menggunakan metode baru yaitu RGEC yang merupakan pembahruan dari metode sebelumnya yaitu CAMELS sebagai variabel independennya sehingga menjadi kebaharuan dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas peneliti memilih determinan variabel dari Risk Profile yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio), Good Corporate Governance yaitu prinsip GCG, Earnings yaitu ROA (Return on Asset), dan Capital yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap audit report lag.

Teori signal (signalling theory) digunakan dalam penelitian ini sebagai dasar teori dalam hubungannya dengan audit report lag. Teori sinyal yaitu informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi (Jogiyanto, 2014). Pada saat informasi diumumkan, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut dianggap sebagai signal baik, maka investor akan tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham (Suwardjono, 2010). Informasi mengenai RGEC perusahaan perbankan dan ARL perusahaan dapat digunakan sebagai media penyampaian sinyal-sinyal positif yang ditujukan kepada pengguna informasi mengenai kondisi perusahaan yang beroperasi dengan baik.

ARL adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku/akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Didalam proses audit terdapat subsequent even yaitu proses penelaah transaksi-transaksi setelah tanggal neraca untuk mengevaluasi jumlah yang material dan peristiwa-peristiwa yang penting atau luar biasa sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan audit, apabila terdapat peristiwa kemudian yang memiliki dampak langsung terhadap laporan keuangan maka auditor wajib mengusulkan adjustment terhadap laporan keuangan klien. Berdasarkan keputusan Bapepam Nomor: KEP- 431/BL/2012 tentang “Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik” menyatakan bahwa bagi setiap perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan selambat- lambatnya empat bulan setelah tahun buku berakhir (Keuangan, 2017). Peraturan ini mulai berlaku pada awal tahun 2013.

Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Penilaian terhadap risiko terbagi menjadi: risiko kredit, resiko pasar, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko operasional, risiko strategik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi.

(5)

Dalam penelitian ini akan digunakan risiko likuiditas dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai indikatornya.

LDR adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. LDR dapat dihitung dengan cara total kredit (kredit yang diberikan lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, macet) dibagi dana pihak ketiga (Giro, tabungan, deposito berjangka) dikali 100%. Rasio likuiditas dihitung menggunakan rasio LDR dengan rumus : (SE Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001) (Bank Indonesia, SE No. 3/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, 2011).

𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇 𝑋𝑋 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐷𝐷𝑇𝑇 𝑃𝑃𝐾𝐾ℎ𝑇𝑇𝑎𝑎 𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇 100 %

Meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Ketika laba perusahaan meningkat, diharapkan dana yang dimiliki bank untuk melakukan pelaporan keuangan secara tepat waktu. Informasi yang di sampaikan secara tepat waktu akan memberikan sinyal positif (good news) bagi investor dan stakeholder terkait kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan.

H1 : Risk Profile berpengaruh signifikan terhadap ARL pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prisnip GCG (Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011) (Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011, 2011). Prinsip dalam GCG ada 5 yaitu transparansi, akuntabilitas, fairness (keadilan), responsibilitas, dan independensi. Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen bank atas pelaksanaan prinsip- prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip- prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai pelaksanaan GCG bagi bank umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DNPN/2011) (Bank Indonesia, Surat edaran No. 13/24/DPNP/ Tanggal 25 Oktober 2011,Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, 2011). Untuk mengetahui tingkat kondisi dari GCG pada bank, bank dapat mengetahuinya dari nilai komposit didapat dari penjumlahan nilai dari seluruh faktor setelah dikalikan bobotnya. Nilai komposit hasil self assessment GCG bank digunakan untuk mengukur Good Corporate Governance yang dilihat dari laporan pelaksanaan GCG. Ketika penerapan prinsip GCG perusahaan semakin luas dan baik, maka waktu yang dubuthkan untuk melakukan ARL bisa di ringkas, sehingga laporan keuangan di publish ke masyarakat pada waktu yang tepat.

H2 : Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap ARL pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Earnings adalah salah satu penilaian kesehatan bank dari sisi rentabilitas.

Indikator penilaian rentabilitas adalah ROA (Return On Assets). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset

(6)

yang dimilikinya. Kriteria bank dikatakan sangat sehat ketika rasio >2%. Penilaian earnings diukur dengan menggunakan rasio ROA dengan rumus : (Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004) (Bank Indonesia, SE. No. 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 Perihal Sistem Penilaian Kesehatan Bank):

𝐿𝐿𝑅𝑅𝑅𝑅 = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑙𝑙𝑇𝑇 𝑆𝑆𝐾𝐾𝑙𝑙𝐾𝐾𝑇𝑇𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑃𝑃𝑇𝑇𝑃𝑃𝑇𝑇𝑎𝑎

𝐿𝐿𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 − 𝐿𝐿𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑅𝑅𝐴𝐴𝐾𝐾𝑇𝑇 𝑥𝑥 100 %

Ketika laba perusahaan meningkat, diharapkan dana yang dimiliki bank untuk melakukan pelaporan keuangan secara tepat waktu. Informasi yang di sampaikan secara tepat waktu akan memberikan sinyal positif (good news) bagi investor dan stakeholder terkait kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Earnings berpengaruh signifikan terhadap ARL pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Capital atau permodalan memiliki indikator antara lain rasio kecukupan modal dan kecukupan modal bank untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil risiko yang disertai dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi hasil perhitungan rasio, maka faktor permodalan semakin sehat. Kriteria bank dikatakan sangat sehat ketika rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum >12%.

Penilaian capital diukur dengan menggunakan rasio CAR dengan rumus : (Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004) (Bank Indonesia, SE. No. 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 Perihal Sistem Penilaian Kesehatan Bank):

𝐶𝐶𝑅𝑅𝐿𝐿 = 𝑀𝑀𝑇𝑇𝐾𝐾𝑇𝑇𝑇𝑇

𝑅𝑅𝑎𝑎𝑇𝑇𝐾𝐾𝐴𝐴𝑇𝑇 𝑇𝑇𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾𝑆𝑆𝑙𝑙𝑇𝑇𝐷𝐷𝐾𝐾 𝑀𝑀𝐾𝐾𝐷𝐷𝑆𝑆𝐾𝐾𝑆𝑆𝑇𝑇 𝐿𝐿𝐾𝐾𝐴𝐴𝐾𝐾𝑎𝑎𝑇𝑇 𝑥𝑥 100%

Rasio CAR menunjukkan kemampuan perusahaan dalam kecukupan pengelolaan modal. Modal yang cukup akan menjadikan perusahaan menyusun laporan keuangannya secara tepat waktu yang akan menarik minat para investor untuk melakukan investasi ke perusahaan. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Capital berpengaruh signifikan terhadap ARL pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder berupa dokumentasi laporan keuangan.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling fokus pada perusahaan perbankan indeks info bank15 sejumlah 7 perusahaan dengan masa pengamatan selama 5 tahun yaitu 2016-2020. Teknik analisis data menggunakan metode regresi linear berganda (Sugiyono, 2010).

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil statistik, diperoleh sebanyak 35 data observasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berasal dari hasil perkalian antara periode penelitian yaitu selama 5 tahun dari tahun 2016-2020 dengan jumlah perusahaan sampel yaitu sebanyak 7 perusahaaan.

Gambar 1. Grafik P-Plot

Berdasarkan tampilan gambar 1, output chart grafik histogram dan grafik plot memberikan pola distribusi yang melenceng ke kanan yang artinya data terdistribusi normal. Selanjutnya pada gambar p-plot terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan model regrersi memenuhi syarat asumsi normalitas. Berdasarkan tabel 2, nilai tolerance yang dimiliki antar variabel independen lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, sehingga penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 2. Uji Multikolinearitas Variabel

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1 ,820 1,220

X2 ,787 1,270

X3 ,739 1,353

X4 ,891 1,122

Pada tabel 2, dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

Tabel 3. Uji Autokorelasi

Model R R-Square Adjusted R-Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .620a .385 .303 13.23202 1.601

Tabel 3 menunjukkan hasil Durbin-Watson sebesar 1,601 dimana nilai ini tidak terjadi autokorelasi karena nilai durbin watson mendekati nilai 2. Metode analisis data

(8)

yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara RGEC terhadap ARL perusahaan perbankan melalui uji regresi linear berganda.

Tabel 4. Uji Regresi Linear Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -59,636 38,450 -1,551 ,131

X1 ,362 ,303 ,189 1,193 ,242

X2 -,435 5,767 -,012 -,075 ,940

X3 -6,110 2,653 -,384 -2,303 ,028

X4 3,665 ,980 ,567 3,738 ,001

Berdasarkan tabel 4, maka persamaan regresi yang terbentuk pada uji regresi berikut:

Y = -59,636 + 0,362X1 - 0,435X2 – 6,110X3 + 3,665X4 + e Tabel 5. Uji t

Model Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1,551 ,131

X1 ,189 1,193 ,242 ,820 1,220

X2 -,012 -,075 ,940 ,787 1,270

X3 -,384 -2,303 ,028 ,739 1,353

X4 ,567 3,738 ,001 ,891 1,122

Dari tabel 5, dapat diinterpretasikan bahwa Nilai X1 loan to deposit ratio (LDR) adalah sebesar 0,242. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,242 > 0,05. maka H1 di tolak. Sehingga variabel loan to deposit ratio (LDR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap ARL. Nilai X2 good corporate governance (GCG) adalah sebesar 0,940. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,940 > 0,05. maka H2 ditolak. Sehingga variabel good corporate governance (GCG) secara parsial tidak berpengaruh terhadap ARL. Nilai X3 return on asset (ROA) adalah sebesar 0,028. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,028

< 0,05. maka H3 diterima. Sehingga variabel return on asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap ARL. Nilai X4 capital adequacy ratio (CAR) adalah sebesar 0,001. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,001 < 0,05. maka H4 diterima. Sehingga variabel capital adequacy ratio (CAR) secara parsial berpengaruh terhadap ARL.

Tabel 6. Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,620a ,385 ,303 13,23202

Berdasarkan tabel 6, hasil uji koefisien determinasi R2 menunjukkan nilai R- square sebesar 0,303 atau 30,3%. Oleh karena itu, variabel independen yaitu risk profile, good corporate governance, earnings, dan capital mampu menjelaskan variabel dependen yaitu voluntary disclosure sebesar 30,3% dan sisanya 69,7%

dijelaskan oleh variabel lain.

(9)

Pembahasan

Pengaruh Risk Profile Terhadap Audit Report Lag (ARL)

Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa hipotesis pertama ditolak. Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indera dan Kurniati (2017), namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Dewi Sartika (2017) dan Yunita (2020). Perusahaan indeks infobank15 merupakan 15 perusahaan yang memiliki kinerja baik, melalui asumsi tersebut Bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif, semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat.

Tinggi rendahnya nilai LDR tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap ARL, hal ini dikarenakan perusahaan dengan LDR tinggi tentu menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu begitu juga pada perusahaan yang memiliki tingkat LDR rendah ingin segera melaporkan laporan keuangan secara tepat waktu untuk memberikan fungsi informatif dan decision making bagi pihak kreditor terkait kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman kreditor. Bagi kreditor semakin lama perusahaan menyampaikan laporan keuangan mengindikasikan ada suatu masalah yang terjadi pada perusahaan. Tingginya rasio LDR mengindikasikan rendahnya kemampuan likuiditas perusahaan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Sartika, 2017).

Tingginya LDR memberikan sinyal adanya kemungkinan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk (dalam teori sinyal di sebut dengan bad news) yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat sehingga Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan (Artaningrum, Budiartha, & Wirakusuma, 2017). Apabila terjadi ketertundaan penyampaian laporan keuangan, maka laporan keuangan tersebut akan hilang sisi informasinya, karena tidak tersedia saat para pemakai laporan keuangan membutuhkannya untuk pengambilan keputusan (Muslim et al., 2020). Hal ini akan berdampak negatif terhadap reaksi pasar modal, adanya keterlambatan informasi penyampaian menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan investor (Indera &

Kurniati, 2017)(Ahmad & Mappatompo, 2018)

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Audit Report Lag (ARL) Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCG yang diukur dengan indicator prinsip-prinsip GCG berpengaruh tidak signifikan terhadap ARL yang bermakna hipotesi kedua yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Larashati (2019) (Larashati, 2019), namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Dewi Sartika (2017) dengan hasil GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap ARL (Sartika, 2017).

Perusahaan-perusahaan besar terutama kategori infonbank15 yakni indeks yang terdiri dari 15 saham perbankan memiliki faktor fundamental yang baik dan likuiditas perdagangan yang tinggi (Ngurah, 2020), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Majalah Infobank melakukan peninjauan berkala atas komponen indeks infobank15 dengan melihat penilaian dari rating bank dan ukuran good corporate governance (GCG), serta memperhatikan aktivitas transaksi seperti nilai transaksi, frekuensi transaksi, jumlah hari transaksi, kapitalisasi pasar, rasio free float saham (Yulian, 2021).

Perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik yang mendukung terlaksannya prinsip-prinsip GCG yang tentunya akan mengurangi

(10)

tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan sehingga ARLnya kecil. Perusahaan dalam indeks infobank15 mempunyai sumber daya keuangan untuk membayar jasa audit yang lebih besar guna mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan GCG terhadap laporan keuangan. BAPEPAM mewajibkan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia untuk melaporkan laporan keuangannya selambat-lambatnya 120 hari setelah tahun tutup buku. Jika perusahaan tersebut mengalami keterlambatan, akan diberikan peringatan dan sanksi. Hal tersebut membuat setiap perusahaan, baik yang memiliki GCG yang baik maupun sebaliknya cenderung tidak ingin mengambil resiko dan memilih untuk melaporkan laporan keuangannya secara tepat waktu, karena untuk menghindari risiko atas sanksi tersebut. Penerapan konsep Good Corporate Governance (GCG) perusahaan perbankan merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan para investor dan institusi terkait di pasar modal (Larashati, 2019), sehingga pengaruh GCG terhadap ARL menjadi tidak signifikan. Perusahaan perbankan cenderung mendapat tekanan dari berbagai pihak eksternal terhadap kinerja perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha untuk mempublikasikan laporan audit dan laporan keuangan auditan lebih tepat waktu (Panjaitan, Pengaruh Ukuran KAP, Return on Assets dan Loan to Deposit Ratio terhadap Audit Report Lag, 2017).

Pengaruh Earning Terhadap Audit Report Lag (ARL)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning yang diukur dengan variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap ARL yang bermakna hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini mendukung terlaksananya teori agensi, manajemen akan termotivasi untuk segera menyelesaikan laporan keuangan di audit ketika perusahaan memiliki earning yang tinggi. Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Larashati, 2019) dan (Suginam, 2016), namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gantino & Susanti, 2019) dengan hasil Earning yang dproksikan dengan ROA berpengaruh signifikan terhadap ARL. Perusahaan perbankan yang masuk dalam kategori infobank15 merupakan 15 perusahaan yang memiliki kinerja baik tentu akan menghasilakn earning yang baik pula, sehingga akan berpengaruh signifikan terhadap ARL. Perusahaan akan melaporkan laba yang tinggi secara langsung akan memiliki harapan dalam mempercepat penyelesaian laporan keuangan auditannya (Purba, 2018). Atas pencapaian laba tersebut akan menentukan besarnya kompensasi yang diterima. Namun, jika perusahaan mengalami kerugian, auditor akan berhati-hati selama penyelesaian audit dalam merespon kerugian perusahaan dan melakukan analisa mendalam penyebab kerugian tersebut yang tentunya akan berdampak pada panjangnya ARL. Earning yang tinggi merupakan good news dan manajemen akan segera melaporkan laporan keuangannya untuk menyampaikan berita baik (good news) tersebut kepada pengguna informasi (Gantino & Susanti, 2019).

Pengaruh Capital terhadap Audit Report Lag (ARL)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Capital yang diukur dengan variabel Capital Adequecy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap ARL yang bermakna hipotesi keempat yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Penelitian

(11)

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indera (2017) (Indera &

Kurniati, 2017) dan Wahyuningsih (2016) (Wahyuningsih, e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi), dengan hasil Capital yang dproksikan dengan CAR berpengaruh signifikan terhadap ARL. Perusahaan perbankan yang masuk dalam kategori infobank15 merupakan 15 perusahaan yang memiliki kinerja baik tentu akan menghasilakn CAR yang baik pula, sehingga akan berpengaruh signifikan terhadap ARL. Laporan keuangan tahunan audited akan di publikasikan relatif lebih cepat agar relevansinya terjaga (Saria, Subrotob, & Ghofarc, 2019). Hasil penelitian ini mendukung teori agensi, manajemen akan termotivasi untuk segera menyelesaikan laporan keuangan di audit ketika perusahaan memiliki earning yang tinggi. CAR yang tinggi pada perusahaan perbankan merupakan good news (Wahyuningsih, e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi) bagi perusahaan dan segera disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, hal ini mengindikasikan audit report lagnya yang lebih pendek. dimana total asset yang lebih besar mampu menampung risiko dari kerugian yang dihadapi oleh bank serta berpengaruh terhadap indikator kesehatan suatu Bank.

Perbandingan Proporsi Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kecil menunjukkan kegagalan perusahaan maka auditor akan memfokuskan perhatian kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Tidak ada perusahaan yang bisa hidup tanpa hutang (Pramaharjan & Cahyonowati , 2015), sejalan dengan konsep persamaan akuntansi yang menyatakan bahwa aktiva sama dengan passiva perusahaan. asalkan perusahaan lewat manajemen dengan sukarela mengungkapkan hutang dan dokumen pendukungnya kepada auditor untuk memudahkan prosedur audit yang dilakukan. Melakuakn audit hutang memerlukan waktu yang lebih lama dan melibatkan banyak staf dan lebih rumit. Dengan demikian Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit (Wahyuningsih, e- Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi).

SIMPULAN

Risk Profile tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Good Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Earnings berpengaruh signifikan terhadap audit report lag pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Capital berpengaruh signifikan terhadap audit report lag pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Referensi :

Ahmad, H., & Mappatompo, A. (2018). Capital Ownership Structure And Decision On Financial Market Reaction And Corporate Value. 3(9), 395–406.

Arsyad, M., Haeruddin, S. H., Muslim, M., & Pelu, M. F. A. R. (2021). The effect of activity ratios, liquidity, and profitability on the dividend payout ratio.

Indonesia Accounting Journal, 3(1), 36–44.

Artaningrum, R., Budiartha, I., & Wirakusuma, M. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan Dan Pergantian Manajemen Pada Audit Report Lag Perusahaan Perbankan. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis

(12)

Universitas Udayana, 6(3), 1079-1108.

Bank Indonesia. (2011). Surat edaran No. 13/24/DPNP/ Tanggal 25 Oktober 2011,Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia. (2011, Desember 16). SE No. 3/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011.

Retrieved Desember 25, 2020, from https;//www.bi.go.id

Bank Indonesia. (2011, Januari 5). Peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011.

Retrieved Desember 25, 2020, from https://www.bi.go.id/id/default.aspx Bank Indonesia. (2013, April 29). SE BI No. 15/15/DPNP Tanggal 29 April 2013 Perihal

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Retrieved Desember 25, 2020, from https;//www.bi.go.id.

Bank Indonesia. (n.d.). SE. No. 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 Perihal Sistem Penilaian Kesehatan Bank. Jakarta.

Diantini, N., Gunadi, I., & Suarjana, I. (2020). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Efisiensi Operasional (Bopo), Risiko Bisnis, Dan Loan To Deposit Ratio (Ldr) Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017). Values, 1(3), 260-273.

Faishal, M., & Hadiprajitno, P. (2015). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Audit Report Lag. Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-11.

Gantino, R., & Susanti, H. (2019). Perbandingan Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan

Ukuran PerusahaanTerhadapAuditReportLag PadaPerusahaanFoodandBeverage & Property and Real Estate Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2017. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 7(3), 601-618.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.

Yogyakarta: BPFE.

Indera , & Kurniati, A. (2017). Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Waktu Audit Laporan Keuangan Pada Perusahaan Perbankan (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Dalam Indeks Investor 33, Tahun 2008- 2016). Jurnal Akuntansi, 11(2), 77-92.

Jogiyanto, H. (2014). Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Kesembilan.

Yogyakarta: BPFE.

Kayo, E. (2020, Februari 22). Sub. Sektor Bank Indonesia (81)-Industri Jasa. Retrieved April 2021, from SahamOk: https://www.sahamok.net/emiten/sektor- keuangan/sub-sektor-bank/

Keuangan, O. J. (2017). X.K6 Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Retrieved Desember 25, 2020, from ojk.go.id/id/regulasi/pages/BAPEPAM-XK6-tentang-Penyampaian-

Laporan-Tahunan-Emiten-atau-perusahaan-publik.aspx

Kusumah , R. R., & Manurung, D. (2017). Pentingkah Good Corporate Governance Bagi Audit Report Lag. Jurnal Akuntansi Multiparadigma (JAMAL), 8(1), 137- 148.

Larashati, D. (2019). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Dan Profitabilitasterhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan.

Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STIE Perbanas.

Muslim, M., Nurwanah, A., Sari, R., & Arsyad, M. (2020). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Integritas, Kompetensi Dan Etika Auditor Kualitas Audit.

(13)

Wacana Equiliberium (Jurnal Pemikiran Penelitian Ekonomi), 8(2), 100–112.

Ngurah, W. (2020, Februari 16). Indeks Infobank15. (pintarsaham) Retrieved Agustus 6, 2021, from Indeks Infobank15

Panjaitan, I. (2017). Pengaruh Ukuran KAP, return on Assets dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi dan Bisnis , 1(2).

Panjaitan, I. (2017, Aoril). Pengaruh Ukuran KAP, Return on Assets dan Loan to Deposit Ratio terhadap Audit Report Lag. Jurnal Aplikasi Manajemen, Ekonomi, 1(2), 36-50.

Pramaharjan, B., & Cahyonowati , N. (2015). Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur. Diponegoro Journal Of Accounting, 4(4), 1-8.

Purba, D. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Good Corporate Governance Dan Kualitas Audit Terhadap Audit Delay. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 6(1), 009-022.

Saria, W., Subrotob, B., & Ghofarc, A. (2019). Corporate governance mechanisms and audit report lag moderated by audit complexity. International Journal Of Research In Business And Social Science, 8(6), 256-261.

Sartika, S. D. (2017, Februari). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap Audit Reporting Lag (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015). Padang: Universitas Negeri Padang.

Su’un, M., & Hajering, M. (2020). Professional commitment and locus of control toward intensity in whistleblowing through ethical sensitivity. Jurnal Akuntansi, 24(1), 100–118.

Suginam. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Sektor Perdagangan Jasa Dan Investasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Majalah Ilmiah Informasi dan Teknologi Ilmiah, 4(1), 51-61.

Sugiyono, S. (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Suwardjono. (2010). Teori Akuntansi : Perekayasaan Laporan Keuangan Edisi Ketiga.

Yogyakarta: BPFE.

Wahyuningsih, S. (e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, dan Solvabilitas terhadap Audit Delay (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI). Jember:

Universitas Muhammadiyah Jember.

Yulian, E. (2021, September 1). Indeks Infobank15: Saham Bank Relatif Stabil.

(Infobank.News) Retrieved September 2, 2021, from https://infobanknews.com/indeks-infobank15-saham-bank-relatif-stabil/

Yunika, Z., Suhadak, & Topowijono. (2017). Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning and Capital) Sebagai Metode Untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Bank (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2016). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 50(6), 106-111.

Yunita, e., & Anisykurlillah, I. (2020). NPL Sebagai Pemoderasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay. Soedirman Accounting Review, 8(2), 138 - 151.

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan informasi kepada auditor dalam mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi audit report lag sehingga dapat membantu dalam mengoptimalkan kinerja

Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012 dengan variabel independen Opini Audit, Ukuran

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Report Lag (Studi Empiris pada Emiten Industri Keuangan di BEI); Ja‟far Aziz Hariza, 080810301073; 2012; 87 halaman;

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan audit report lag antara perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four dengan audit report lag perusahaan

Audit report lag perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa karakteristik komite audit berupa jumlah anggota komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag laporan

dan pergantian auditor terhadap audit report lag pada sektor jasa keuangan. yang terdaftar di Bursa

Diharapkan setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya audit report lag maka pihak-pihak yang terdapat didalam manajemen perusahaan dapat