• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banyak cara yang dilakukan seseorang dalam mengekspresikan dirinya,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banyak cara yang dilakukan seseorang dalam mengekspresikan dirinya,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Banyak cara yang dilakukan seseorang dalam mengekspresikan dirinya, ada yang berpenampilan biasa saja tetapi ada juga yang berpenampilan beda dari orang-orang pada umumnya, Kehidupan sekarang ini tidak bias dipisahkan dari gaya kehidupan baik mengenai gaya berpakaian, pilihan bahasa, pilihan musik, hingga segala macam aksesoris yang menempel pada tubuh. Keputusan seseorang melakukan penampilan yang berbeda itu salah satu faktor adalah untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri dan harga diri, atau untuk menutup kelemahan diri.

Harga diri, merupakan bagian yang penting bagi setiap individu. Harga diri yang tinggi individu akan lebih mampu dalam menghadapi tantangan hidup.

Individu dengan harga diri yang tinggi memiliki pula daya juang yang tinggi agar dirinya tetap eksis, sehingga antara harga diri dan kesehatan mempunyai keterkaitan.

Menurut Coopersmith (1967) harga diri adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh seeorang terhadap dirinya sendiri. Karena berkaitan dengan dirinya sendiri, penilaian tersebut biasanya mencerminkan penerimaan atau penolakan terhadap dirinya, menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil serta berharga. Selanjutnya Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga diri tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dari sejumlah penghargaan, penerimaan, perlakuan yang diperoleh dari lingkungan dalam hubungannya seseorang dengan lingkungannya. Harga diri juga merupakan evaluasi kesenjangan antara citra diri yang ideal. Ini adalah proses perasaan atau

BAB I

PENDAHULUAN

(2)

afeksi dan adalah suatu ukuran penambahan kepribadian individu terhadap kesenjangan itu.

Dalam penelitian ini yang mendasari meneliti tentang harga diri yaitu bahwa saat ini perkembangan zaman sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin majunya dunia teknologi informasi telah menciptakan kebutuhan baru bagi masyarakat, bahkan secara psikologisSeorang yang melanggar aturan hukum dalam suatu masyarakat akan dianggap harga dirinya turun. Seorang yang melakukan hal memalukan bagi masyarakat sekitarnya akan dinilai tidak punya harga diri. Begitu sering digunakan istilah tersebut, namun mungkin kita belum terlalu paham akan “nilai harga diri” ini dan bagaimana posisinya sebagai implikasi suatu kebudayaan masyarakat dan perkembangan zaman.

Khususnya bagi orang remaja dan orang dewasa terjadinya perubahan- perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian orang mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa orang bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan seseorang yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri orang tersebut, misalnya pergaulan yang salah; orang mulai masuk dalam kelompok atau geng, menandai tubuh sebagai identitas yaitu menato, minum- minuman keras dan masih banyak lagi, inilah yang masa sekaarang terjadi.

Glending (1998) mengatakan bahwa seseorang dengan harga diri yang tinggi, tingkat berpenampilan ditubuhnya juga lebih baik dibandingkan dengan

(3)

orang yang harga dirinya rendah. Meskipun semua orang mengetahui bahwa penampilan tubuh itu sangat berharga, namun sebagian besar tetap melakukan hal- hal buruk yang dapat merusak tubuh seseorang. Misalnya seperti menato tubuh dengan berbagai motif dan menindik telinga, lidah, hidung bahkan bagian tubuh yang lain tubuh mengkonsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang. Banyak alasan mengapa seseorang menato tubuh dan menindik, mengkonsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang rokok dan obat-obatan terlarang.

Menurut Honigman & Castle (2006) bentuk tubuh adalah gambaran mental seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap tubuhnya, baik positif maupun negatif. Menurut Harter (1999) menyatakan memiliki bentuk tubuh baik positif maupun negatif erat kaitannya dengan harga diri seseorang yang merupakan gambaran diri yang dibuat oleh seseorang.

Selanjutnya Gunadarma (2008) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki bentuk tubuh yang negatif nampak memberikan lukisan gambar dikulit tubuhnya yaitu dengan menato dengan berbagai bentuk, bahkan memberikan lubang ditelinga untuk memasang anting-anting atau asesoris yang dapat digantung agar terlihat lebih jantan atau kuat, cantik, mencari sensasi dari orang lain bahkan menimbulkan rasa aman dan peningkatan harga dirinya tanpa menghiraukan kesehatan.

Selain menimbulkan rasa aman dan peningkatan harga diri tentunya melihat dari sisi kepribadian seseorang, Adler dalam Jess & Gregory Feist (2009) menyatakan dalam teori psikologi individual yaitu pada faktor eksternal penyebab ketidak mampuan menyesuaikan diri dimana menutupi kelemahan fisik yang

(4)

berlebihan. Orang-orang dengan kelemahan fisik yang berlebihan terkadang membentuk perasaan inferior yang berlebihan karena seseorang berusaha keras untuk melakukan kompensasi terhadap kelemahan seseorang.

Menurut Ross Stagner (1998) meyatakan kompensasi untuk menutupi kelemahan pada diri dengan berbagai cara, mulai dari penampilan yang tidak wajar hingga menutupi diri atau berkepribadian yang berpura-pura (kepribadian sebagai topeng). Dimana kepribadian sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan.

Pada mulanya, kata personae ini menunjukkan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranan- peranannya. Pada saat itu, setiap pemain memainkan peranannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Lambat laun, kata (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan sosial (peran) yang diterimanya. Dalam penelitian kepribadian, terdapat berbagai istilah, seperti motif, sifat, dan temperamen, yang menunjuk kekhasan permanen pada perseorangan (Ifa, 2010).

Jung (dalam Kartono, 1979) menyatakan pesona itu merupakan topeng bagi individu sepanjang hidupnya yang berfungsi sebagai benteng pelindung untuk menutupi dan melindungi diri sendiri agar mempunyai penampilan yang menyenangkan dan lebih baik salah satunya yaitu memberikan lambang seperti tato di tubuh agar lebih perkasa, lebih ditakuti, tetapi sebenarnya individu tersebut

(5)

tidak perkasa, dan penakut, jadi individu tersebut memakai pesona yang merupakan kepribadian bertopeng.

Menurut Martin (2003) menyatakan manusia modern adalah manusia yang stres dan capek dan segala macam usaha untuk mencapai dan menjaga citra dirinya yang palsu. Mereka terbiasa menggunakan topeng-topeng untuk menutupi dirinya dari perasaan-perasaan khawatir dan terancam. Juga dari segala rasa ketidakamanannya yang bersumber dari dirinya sendiri maupun yang muncul dari tekanan sosial. Semakin kuat tekanan yang dirasakan, semakin tebal topeng yang dipasang untuk menjaga untuk menjaga citra dirinya. Tato menjadi yang dipakai oleh sebagian orang untuk menutupi kekurangan diri.

Kata tato berasal dari kata Tahitian atau Tatu yang memiliki arti menandakan sesuatu. Dalam Wikipedia (2010) tato adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Tato jaman dahulu dibuat sebagai symbol atau penanda yang memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si empunya dan symbol keberanian dari si pemiliki tato. Tato dipercaya sebagai symbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan menunjukkan tingkat harga diri yang tinggi.

Pada masyarakat modern khususnya anak muda bahkan sekarang bukan hal aneh lagi bagi laki-laki yang menato. Anak laki-laki muda menato dan menindik memiliki alasan selain sebagai hiasan dalam penampilan (ornamental) ada pula sebagai pemberontakan atas kemapanan, ketidakpuasan bahkan untuk kepuasan seksual, tanpa memikirkan akibat kesehatan, panadangan sosial dimasyarakat bahkan harga diri yang dianggap rendah (Hapsari, 2008).

(6)

Dalam penelitian Hapsari (2008) menemukan bahwa tingkat harga diri pemuda bertato pada komunitas musik rock memiliki harga diri yang tinggi, sedangkan pada komunitas pemuda yang tidak bertato memiliki harga diri yang rendah, hal ini dikarenakan kemungkinan tingkat penyesuaian sosial dan hubungan sosial pada pemuda komunitas musik rock sangat luas atau mudah beradaptasi.

Berbeda dengan hasil penelitian Skager dan Kerst (1989) menemukan remaja yang memiliki harga diri rendah pada remaja pecinta motor memilih menato dirinya sebagai sarana untuk mengembalikan kestabilan emosinya, sehingga menimbulkan rasa aman pada diri remaja.

Dari hasil penelitian yang berbeda antara Hapsari (2008) dengan Skager dan Kerst (1989) maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan harga diri mahasiswa yang bertato dengan mahasiswa yang tidak bertanto pada mahasiswa laki-laki FKIP-UKSW Salatiga.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Adakah perbedaan harga diri mahasiswa yang bertato dengan mahasiswa yang tidak bertanto pada mahasiswa laki-laki FKIP-UKSW Salatiga?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(7)

Mengetahui signifikansi perbedaan harga diri mahasiswa yang bertato dengan mahasiswa yang tidak bertanto pada mahasiswa laki-laki FKIP-UKSW Salatiga.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian, manfaat yang ingin dicapai peneliti adalah :

1. Manfaat Teoritik

Secara akademik penelitian ini memberi manfaat teoritik yaitu bila hasil penelitian ini ada perbedaan yang signifikan maka sejalan dengan hasil penelitian Hapsari (2008), yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat harga diri pemuda bertato jauh lebih tinggi daripada pemuda tidak bertato.

Sedangkan bila hasil penelitian ini tidak ada perbedan yang signifikan maka sejalan dengan hasil penelitian Skager dan Kerst (1989) yang menyatakan bahwa ada perbedaan harga diri remaja pecinta motor dan bertato dengan remaja pecinta motor yang tidak bertato, dimana remaja bertato memiliki haraga diri yang rendah dari pada remaja yang tidak bertato.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini jika diperoleh hasil ada tidaknya perbedaan harga diri mahasiswa yang bertato dengan mahasiswa yang tidak bertato pada mahasiswa laki-laki FKIP-UKSW Salatiga maka temuan ini menjadi masukan bagi pembuat kebijakan setiap fakultas di UKSW Salatiga untuk peningkatan pemahaman kepada mahasiswa berkaitan dengan peningkatan harga

(8)

diri bukan hanya dengan berpenampilan berbeda dengan bertato tetapi melakukan hal-hal yang positif.

1.5. Sistematika Penulisan

Bab I dengan judul Pendahuluan yang berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II dengan judul Landasan Teori yang berisi; pengertian harga diri, pengertian bertato, hubungan haraga diri dengan bertato, perbedaan haraga diri bertato dengan haraga diri tidak bertato, penelitian yang berhubungan dan hipotesis.

Bab III dengan judul Metode Penelitian yang berisi; jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas item, dan teknik analisis data.

Bab IV dengan judul Pelaksanaan dan Hasil Penelitian yang berisi:

gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis deskriptif penelitian, analisis dan hasil penelitian dan uji hipotesis.

Bab V dengan judul Penutup yang berisi: Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan (1) pengelolaan BOS diawali dengan pembentukan Tim BOS dan penyusunan RKAS (2) pelaksanaan BOS SMP Negeri dan Swasta

Tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara level pemberian ragi tape dan lama fermentasi terhadap rendemen, kelarutan, daya busa, waktu koagulasi, pH, warna dan gula reduksi

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel

Hasil pengukuran variabel ketrampilan proses siswa, maka dilakukan pengolahan data untuk mengukur keterampilan proses siswa dengan mempersentasekan jumlah siswa pada

Input data, yaitu: data Sumber PLN, Trafo, Saluran, dan beban yang diperoleh dari sistem yang terkait dengan catu daya Kawasan GI PUSPIPTEK dalam hal ini menggunakan catu

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan rahmat serta Rosulullah Muhammad SAW yang senantiasa memberikan syafaat kepada umatnya

Variabel adversity quotient, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha diukur dengan skala Likert, yaitu skala dipergunakan untuk mengetahui setuju atau tidak

(2) Dalam hal setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembelian saham Bank lain dan mengakibatkan yang