• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Teori Umum

2.1.1 Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama,” communico, communicatio, atau communicare yang

berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata, pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi, definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirimkan pesan.” (Mulyana, 2007: 46)

Berikut ini beberapa definisi komunikasi menurut para pakar komunikasi:

Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berprilaku seperti yang kita inginkan. Menurut Scheidel, tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.

(Mulyana, 2007: 4)

(2)

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk: (Mulyana, 2007: 5-6)

1. Pembentukan konsep diri 2. Pernyataan eksistensi-diri

3. Kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: (Mulyana, 2007: 67)

1. Unsur who (sumber atau komunikator) 2. Unsur says what (pesan)

3. Unsur in which channel (saluran atau media) 4. Unsur to whom (penerima atau mass audience) 5. Unsur with what effect (unsur efek atau akibat)

2.1.2 Komunikasi Massa

2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut: (Nurudin, 2007: 2-9)

a. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas

(3)

dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula, antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, ataupun gabungan di antara media tersebut.

b. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling mengenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain . Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

c. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik.

d. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba.

e. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

f. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang terbatas.

(4)

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Federick C. Whitney (1988) antara lain: (Nurudin, 2007: 2-3)

1. To inform (menginformasikan), 2. To entertain (memberi hiburan), 3. To persuade (membujuk),

4. Transmission of the culture (transmisi budaya).

Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Communication (1991) disebutkan: (Nurudin, 2007: 3-5)

1. Providing information, 2. Providing entertaintment, 3. Helping to persuade,

4. Contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).

Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold D.

Lasswell yakni: (Nurudin, 2007: 6-7)

1. surveillance of the environment (fungsi pengawasan)

2. correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi)

3. transmission of the social heritage from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial).

Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright (1988) menambah fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. (Nurudin, 2007: 8)

(5)

2.1.3 Media Massa

2.1.3.1 Jenis-jenis Media Massa

Media Massa terdiri atas: (Karamoy, 2002:IV.2) a. Media Cetak

Berhubungan dengan jasa informasi, melalui sarana grafis dalam bentuk harian, majalah, tabloid, dan lain-lain.

b. Media Optik

Berhubungan dnegan jasa informasi melalui pertunjukkan “performing image” (citra bergerak) dengan berbagai format teknologi perfilman dan

perbioskopan (cinemascope, imax, hologram, dsb) c. Media Elektronik

Berhubungan dengan jasa informasi yang menayangkan “moving image”

(citra bergerak) melalui gelombang elektromagnetis dan atau gelombang serat optik (fibre optic) dengan memanipulasi pulsa yang diterjemahkan dalam bentuk audio dan atau visual seperti radio, televisi, dan sebagainya

2.1.4 Film

2.1.4.1 Pengertian Film

Menurut beberapa teori film, film adalah arsip soaial yang menangkap jiwa jaman (zeitgeist) masyarakat saat itu. Seorang pakar film Siegfried Kracauer menyatakan bahwa umumnya dapat dilihat kalau teknik, isi cerita, dan perkembangan film suatu bangsa hanya dapat dipahami secara utuh dalam hubungannya dengan pola psikologis aktual bangsa itu. Artinya, perkembangan film Indonesia hanya dapat dipahami dengan

(6)

baik jika perkembangan itu dilihat dalam hubungannya dengan latar belakang perkembangan sosial budaya bangsa itu. (Imanjaya, 2006: 30)

Film dapat didefinisikan sebagai karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya dengan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya.

Sebagai hasil karya cipta seni atas dasar kebebasan berkarya, maka film diartikan menghasilkan hasil karya berdasarkan kemampuan imajinasi, daya cipta, rasa maupun karsa, baik dalam bentuk, makna maupun cara. (Karamoy, 2002:III.3)

2.1.4.2 Unsur-Unsur Pembentuk Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni: (Pratista, 2008:1-2)

1. Unsur naratif

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan.

2. Unsur sinematik

Unsur sinemantik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film yaitu:

(7)

a. Mise-en-scene: setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make up, serta akting dan pergerakan pemain.

b. Sinematografi: perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.

c. Editing: transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya.

d. Suara: segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui inera pendengaran.

Kedua unsur tersebut saling bertinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri.

FILM

Unsur Naratif Unsur Sinemantik:

Mise en scene

Sinematografi Editing Suara

(8)

2.1.4.1 Klasifikasi Film

Berdasarkan sifatnya, film terbagi menjadi: (Karamoy, 2002:V.15) 1. Film cerita (story)

2. Film berita (newsreel)

3. Film dokumenter (documentary film) 4. Film kartun (cartoon film)

Berdasarkan genrenya, film terbagi menjadi: (Pratista, 2008:13)

Genre Induk Primer Genre Induk Sekunder Aksi

Drama Epik Sejarah Fantasi Fiksi-ilmiah Horor Komedi

Kriminal dan Gangster Musikal

Petualangan Perang Western

Bencana Biografi Detektif Film noir Melodrama Olahraga Perjalanan Roman Superhero Supernatural Spionase Thriller

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Tahapan Produksi Film

Pembuatan film selalu dikaitkan dengan kerjasama tiga pihak: Penulis skenario, Sutradara, dan Produser. Penulis skenario adalah orang yang bertanggung jawab menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan sesuai dengan pakem-pakem penulisan naskah film. Sutradara adalah orang yang akan mewujudkan gagasan yang tertuang dalam sebuah skenariomenjadi rekaman audio-visual sehingga bisa dinikmati oleh para penonton. Sementara Produser

(9)

adalah orang yang akan membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film tersebut. (Saroengallo, 2008: 7)

Berikut ini merupakan ringkasan bagaimana proses sebuah produksi film.

(Saroengallo, 2008: 11-175)

2.2.1.1 Pra-Produksi

Dalam tahap pra-produksi, merupakan tahap persiapan dalam membuat sebuah film. Berikut merupakan hal-hal yang harus disiapkan: (Saroengallo, 2008: 11-68)

a. Menetapkan sebuah skenario yang disepakati bersama sebagai draft skenario akhir

b. Pembedahan skenario (scenario breakdown)

c. Pembuatan papan produksi (production strip board) d. Pembuatan jadwal

e. Membuat perkiraan anggaran f. Memanggil kru (recruitment) g. Pencarian lokasi

h. Perijinan

i. Pencarian pemain (casting) j. Tanda tangan kontrak kerja k. Latihan

l. Pembuatan call sheet (jadwal syuting)

(10)

2.2.1.2 Produksi

Tahap produksi merupakan tahapan dimana proses eksekusi berlangsung sesuai dengan persiapan yang ada. (Saroengallo, 2008: 69-123)

a. Pengambilan gambar (syuting) b. Membuat laporan harian produksi

c. Pengecekan hasil gambar dan suara yang diambil

2.2.1.3 Pasca-Produksi

Setelah proses produksi berlangsung, maka hasil dari produksi tersebut diproses kembali dalam tahapan pasca-produksi. (Saroengallo, 2008: 124-175)

a. Proses penyuntingan (editing) b. Pendistribusian

2.2.2 Skenario Film 2.2.2.1 Penulis Skenario

Penulis skenario adalah sineas profesional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk (format) naskah (skenario). Tugas dan kewajiban penulis skenario adalah: (Ariatama & Mushlisiun, 2008: 55)

1. Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah (skenario) atas dasar ide cerita sendiri atau ide dari pihak lain.

2. Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story), treatment dan skenario, atau bisa juga langsung menjadi skenario.

(11)

3. Bakerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (pra produksi).

4. Membuat skenario dengan format yang telah ditentukan.

5. Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan.

2.2.2.2 Peranan Skenario dalam Film

Skenario adalah blue print pembuatan film. Semua kreator yang mengerjakan film harus mengacu kepada skenario. Sebagaimana halnya dalam pembuatan rumah, maka tukang batu, tukang listrik, tukang ledeng, tukang kusen, harus berpatokan pada blue print karya arsitek. Dalam pembuatan rumah, tidak boleh satu sntimeter pun meleset. Harus persis seperti gambar, supaya masing-masing komponen bisa terpasang dengan tepat. Bedanya pada pembuatan film, juru kamera, art director, pemain, dan sebagainya tidak hanya menggunakan skenario sebagai acuan, tapi mereka harus menafsirkannya secara kreatif. Dengan begitu, maka semua komponen yang aktif dalam pembuatan film harus juga paham mengenai teori dan teknik penulisan skenario, sehingga apa yang diutarakan oleh penulis skenario bisa dipahami ke mana sebetulnya arah yang mau dituju. (Biran, 2007: 11)

2.2.2.3 Deskripsi Skenario Film

Skenario film adalah naskah yang berisi cerita atau gagasan yang telah didisain cara penyajiannya, agar komunikatif dan menarik disampaikan dengan media film. Di Amerika ada yang menyebutnya sebagai film script, ada juga screenplay. Di Inggris orang menggunakan istilah film sript, tapi mengenal juga istilah scenario.

(12)

Sebuah skenario sebenarnya adalah sebuah cerita yang telah ditata dan dipersiapkan menjadi naskah yang siap diproduksi. Penataan dilakukan untuk membuat struktur cerita dengan format-format standar. Skenario untuk film minimum sepanjang sembilan puluh menit atau satu setengah jam. (Set & Sidharta, 2006: 24-26)

Penuturan skenario film adalah penuturan filmik, artinya kalau kita membaca skenario maka uraiannya itu harus membuat kita membayangkan filmnya. Karena skenario lebih merupakan naskah kerja di lapangan, maka kalimat-kalimat deskripsi harus pendek-pendek, agar cepat memberikan pengertian, dan segera bisa memproyeksikan adegan film pada khayalan si pembaca. (Biran, 2007: 273)

2.2.2.4 Tahapan Membuat Skenario Film 2.2.2.4.1 Pembuatan Sinopsis

Sinopsis adalah ikhtisar, ringkasan cerita, namun yang berisi semua bahan pokok untuk kepentingan film yang akan kita buat. Maka itu, sinopsis harus berisi: (Biran, 2007:234)

1 Garis besar jalan cerita 2 Tokoh protagonis 3 Tokoh antagonis

4 Tokoh-tokoh penting yang menunjang langsusng plot utama maupun sub plot yang penting

5 Problema utama dan problema-problema penting yang sangat berpengaruh pada jalan cerita

6 Motif utama dan motif-motif pembantu action yang penting

(13)

7 Klimaks dan penyelesaian 8 Kesimpulan

2.2.2.4.2 Kerangka Skenario

Ketika sinopsis dipindahkan ke bentuk skenario, maka terjadi perubahan media yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Dari media kata-kata ke media film. Maka itu dianjurkan sekali agar skenario tidak langsung digarap setelah membuat sinopsis. Tapi harus melalui tahap-tahap perencanaan dan pembuatan kerangkanya dulu. Pembuatan kerangka dilakukan secara bertahap membuat: (Biran, 2007: 251-261) 1 Catatan Adegan: adegan-adegan yang akan membentuk penuturan

filmik

2 Step Outline: urutan adegan-adegan

3 Treatment: kerangka lengkap skenario, tinggal penambahan daging di sana-sini maka sudah jadi skenario.

(14)

I. Halaman muka

PT ALPHABET FILM

“ABCD”

Ide Cerita & Penulis Skenario AC/DC

II. Isi

01. INT. RUMAH MAKAN – SIANG

Tampak terlihat beberapa orang sedang menikmati hidangan di rumah makan tersebut. ROMI (25) terlihat duduk sambil menelepon seseorang lewat hp miliknya.

Pakaiannya seperti seorang ekskutif muda.

(OS) PELAYAN 2.2.2.4.3 Format Skenario Film

Berikut ini merupakan contoh Format Skenario: (Ariatama &

Mushlisiun, 2008: 57-58)

(15)

Dalam wujudnya, format skenario dan format menuliskan deskripsi dalam naskah skenario terbagi menjadi: (Biran, 2007: 274-316) 1. Format deskripsi gambar dan suara

Deskripsi gambar meliputi tokoh, set, properti, dan cahaya, dituliskan dalam baris memanjang. Sedangkan deskripsi suara, termasuk dialog, sound effect (SFX), dan ilustrasi musik.

2. Scene dan sequence

Pada awal penulisan sebuah scene dituliskan penjelasan tempat dan waktu peristiwa yang berlangsung dalam scene bersangkutan.

Misalnya:

12. INT. RUANG PERWIRA JAGA, POLSEK – MALAM Nomor 12 adalah nomor scene. Artinya scene ini urutan ke 12.

Penulisan nomor ini penting untuk menyebutkan scene yang dimaksud, juga amat berguna bagi pekerjaan editing.

Tulisan INT. adalah singkatan dari interior (dalam), untuk menunjukkan bahwa kejadian itu terletak di dalam ruangan.

Sedangkan kalau tempat kejadian diluar, maka dituliskan EXT.

singkatan dari exterior (luar).

MALAM merupakan informasi waktu. Penulisan waktu scene bisa pagi, siang, sore, malam. Kalau untuk tuntutan suasana atau tuntutan cahaya maka adegan dibikin terjadi pada waktu senja, dimana warna langit dan keredupannya diperlukan.

(16)

3. Deskripsi informasi tempat

RUANG PERWIRA JAGA, POLSEK merupakan deskripsi tempat yang dibutuhkan sejelas-jelasnya untuk kepentingan pembuatannya art director, diperlukan oleh sutradara untuk pengelolaan adegan, oleh juru kamera untuk menata lampu, serta melihat kemungkinan gerak kamera.

4. Deskripsi informasi tokoh

Deskripsi rinci tentang tokoh juga hanya pada pertama kali tokoh itu muncul dalam urutan alur cerita.

5. Format deskripsi insert dan flashback

Adegan insert ditulis sebagai scene lengkap dan nomornya mengambil nomor scene yang disisipinya (contoh: 23.a.) dengan begini, maka di mana pun shot ini ditemukan, orang akan tahu bahwa itu adalah bagian scene 23.

Format menuliskan flashback atau adegan yang menggambarkan apa yang dikenang oleh seseorang, format penulisannya sama dengan menuliskan insert. Karena gambaran kenangan seseorang di sebuah scene, pemunculannya menyisip ke dalam scene.

6. Camera set up

Mengenai jarak kamera, gerak kamera, dan komposisi gambar.

7. Time lapse

Pada penyambungan scene yang dipisahkan oleh waktu pendek akan digunakan cara penyambungan Dissolve, dan kalau waktunya

(17)

panjang, digunakan teknik penyambungan Fade Out – Fade In (FO – FI) ataupun Cut to.

2.3 Kerangka Pemikiran

Peneliti mencari dan mengolah data yang dapat dijadikan pedoman atau dasar dalam melakukan penelitian. Data tersebut dapat berupa kategorisasi, ciri-ciri umum, dalil (keterangan yang dapat dijadikan bukti), dan teori.

Data primer dan sekunder yang diperoleh oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya kemudian diklasifikasikan atau digolongkan sesuai dengan permasalahan yang terdapat dalam BAB 1.

Masing-masing data yang telah diklasifikasikan kemudian dianalisa kembali dengan mencocokan atau membandingkan dengan teori serta data yang telah ada sebelumnya. Sehingga dapat dipastikan keakuratannya.

Kesimpulan Kategorisasi

Kesimpulan Ciri-ciri Umum

Dalil

Teori

Klasifikasi Data

Induktif Analistis

DATA

DATA

DATA

DATA

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan revisi hasil dari uji coba kelompok kecil, selanjutnya bahan ajar dapat di gunakan pada uji coba kelompok besar. Dalam hal ini kelompok besar adalah

1) Pengertian audit pemasaran menurut Bayangkara (2008:115) menyatakan bahwa Audit pemasaran adalah pengujian yang komprehensif, sistematis, independen, dan dilakukan

Tujuan penelitian yang ketiga adalah untuk menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran

Tingginya peminat petani koperator di Desa Jono-Oge dan Desa Tondo untuk memanfaatkan kotoran kambing fermentasi (bokashi) sebagai pupuk organik pada tanaman kakao karena mereka

Ingat Riz, orang tak akan pandang kita kalau kita ni bukan nombor satu!” leter ibuku dengan suaranya yang nyaring.. “Kalau nombor dua yang kau bawa balik, Ibu tidak

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan

Penyelesaian sengketa konsumen di daerah yang belum ada BPSK menurut UUPK dapat dilakukan melalui cara di luar pengadilan, yaitu dengan bantuan LPKSM (Lembaga

Grafik Data Time Before Sunrise 1 September 2016 Melalui grafik, tampak bahwa pola perubahan kecerlangan langit dari kondisi gelap (grafik stabil) menjadi terang